Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
a. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang
meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
b. Belanda harus meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949
c. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara federal, dengan
nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu Negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
d. RepubliK Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan
Ratu Belanda selaku ketuanya.
e. Pengakuan secara de facto Belanda terhadap RI, meliputi wilayah Jawa, Madura, dan
Sumatera. Secara de Jure (hukum) status hubungan Internasional Indonesia tidak jelas, tidak ada
penegasan dalam perjanjian apakah Indonesia dapat melakukan hubungan internasional atau
tidak. Terjalinnya hubungan diplomasi dengan negara lain inilah yang memicu pertentangan
lebih lanjut antara Indonesia-Belanda.
Terjadi pro dan kontra mengenai perjanjian Linggarjati tetapi akhirnya Indonesia
menandatangani perjanjian ini pada 25 Maret 1947 dengan alasan :
1. Adanya keyakinan bahwa bagaimanapun juga jalan damai merupakan jalan yang paling baik
dan aman untuk mencapai tujuan Bangsa Indonesia.
2. Cara damai akan mendatangkan simpati dan dukungan internasional yang harus
diperhitungkan oleh lawan.
3. Keadaan militer Indonesia yang masih lemah jika menyetujui perundingan memungkinkan
Indonesia memperoleh kesempatan untuk memperkuat militer.
4. Jalan diplomasi dipandang sebagai jalan untuk memperjuangkan pengakuan kedaulatan dan
penegakan Negara RI yang berdaulat.
Pihak Belanda melanggar perjanjian Linggarjati dengan melakukan serangan pada tanggal 21
Juli 1947 yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda I
Agresi Militer Belanda I dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat dan penafsiran yang
semakin memuncak mengenai ketentuan-ketentuan persetujuan Linggarjati. Pihak Belanda
beranggapan bahwa Republik Indonesia berkedudukan sebagai Negara persemakmurannya.
Sementara itu pihak Republik Indonesia beranggapan bahwa dirinya adalah sebuah Negara
merdeka yang berdaulat penuh. Belanda berpendapat bahwa kedaulatan RI berada di bawah
Belanda sehingga RI tidak boleh melakukan hubungan diplomasi dengan negara lain. Belanda
secara terang-terangan melanggar gencatan senjata.
Tanggal 27 Mei 1947 Belanda menyampaikan nota/ ultimatum kepada Pemerintah RI yang
harus dijawab dalam waktu 14 hari (2 minggu). July 21 1947, Jam 06.00 komandan pos Ankatan
Laut Republik Indonesia (ALRI) di Pasir Putih yang berpangkat Letnan memberi laporan lewat
telepon ke markasnya di Panaroekan tentang munculnya Kapal kapal perang Belanda, ia
berpendapat kapal kapal itu melakukan Manuver.
Jam 10.04 pagi kapal pemburu torpedo Piet Hein menghujani markas ALRI tersebut dengan
tembakan meriam.Dalam waktu 10 menit kapal itu memuntahkan kurang lebih 200 peluru
Britan. Itulah awal Pendaratan Pasukan Belanda di Pasir Poetih,yang bertugas memutuskan
hubungan ujung timur pulau Jawa dari bagian Jawa yang lainya dalam Agresi Militer Belanda I.
Sore harinya Kolone Biru (Colone Blauw/ E inco) Belanda di bawah komando Lt.Kol. H.A.G.
van der Hardt Aberson 15-11-1946 / 18-01-1948 bertolak dari Pasir Poetih menuju Jember lewat
Panaroekan-Sitoebondo-Bondowoso.Pasukan itu di awali dengan tank Sherman. Di kota
Panaroekan-Sitoebondo meraka mendapat perlawanan dari para pejuang Republik yang hanya
bersaenjatakan tombak dan granat tangan,mengingatkan meraka pada perang sucidi masa
lampau,korban di pihak para pejuang Republik sangat besar. Di selatan Sitoebondo Para pejuang
Republik berusaha menahan serangan dari dalam parit dan bunker buatan.tapi karena kalah
unggul dalam persenjataan, terpaksa mereka menarik mundur.Pertempuran terakhir terjadi di
Pabrik Gula Prajekan, dimana tersimpan 30.000 ton gula. Malamitu Kolone mariner tersebut
menginap di dalam Bangunan Pabrik.
5. Dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun akan diadakan pemilihan umum untuk membentuk
konstituante RIS.
b. Adanya kepastian bahwa penolakan berarti serangan baru dari pihak Belanda secara lebih
hebat.
c. Adanya keterangan dari KTN bahwa itulah maksimum yang dapat mereka lakukan.
d. Tidak adanya jaminan bahwa Dewan Keamanan PBB dapat menolong.
e. Bagi RI menandatangani persetujuan Renville merupakan kesempatan yang baik untuk
membina kekuatan militer.
f. Timbul simpati dunia yang semakin besar karena RI selalu bersedia menerima petunjuk KTN,
Akibat dari perjanjian Renville :
Wilayah Indonesia menjadi semakin sempit. Bagi kalangan politik, hasil perundingan ini
memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi. Bagi TNI, hasil perundingan ini menyebabkan
sejumlah wilayah pertahanan yang telah susah payah dibangun harus ditinggalkan. Muncul
berbagai ketidak puasan akibat perundingan ini. Sementara itu Belanda membentuk Negara-
negara bonekanya yang terhimpun dalam organisasi BFO (Bijeenkomst voor Federal Overlg)
yang disiapkan untuk pertemuan musyawarah federal.
Suasana perundingan melalui penengah KTN pada awal Desember 1948 memulai
menemui jalan buntu. Pada tanggal 11 Desember 1948, Belanda mengatakan bahwa tidak
mungkin lagi dicapai persetujuan antara kedua belah pihak. Empat hari kemudian Wakil Presiden
Mohammad Hatta meminta KTN untuk mengatur perundingan dengan Belanda. tetapi Belanda
menjawab pada tanggal 18 Desember 1948, pukul 23:00 malam, bahwa Belanda tidak terikat lagi
dengan Persetujuan Renville. Lewat tengah malam atau tanggal 19 Desember 1948 pagi, tentara
Belanda diterjunkan di lapangan terbang Maguwo, yang dikenal dengan istilah Aksi Militer
Belanda II (2nd Dutch Military Action).
Reaksi internasional atas serangan Belanda terhadap Republik pada tanggal 19 Desember
1948 sangat keras. Negara-negara Asia, Timur Tengah dan Australia mengutuk serangan itu dan
memboikot Belanda dengan cara menutup lapangan terbang mereka bagi pesawat Belanda.
Dalam sidangnya pada tanggal 22 Desember 1948 Dewan Keamanan PBB memerintahkan
penghentian tembak menembak kepada tentara Belanda dan Republik Inodnesia. Atas usul India
dan Birma, Konferensi Asia mengenai Indonesia diadakan di New Delhi pada tanggal 20
Desember 1949. Amerika Serikat, Kuba, dan Norwegia mendesak Dewan Keamanan untuk
membuat resolusi yang mengharuskan dilanjutkannya
perundingan.
Pada tanggal 24 Januari 1948, Konferensi Asia di New Delhi mengirimkan resolusi kepada
Dewan Keamanan PBB, yang antara lain menuntut dipulihkannya Pemerintah Republik ke
Yogyakarta; dibentuknya Pemerintahan Interim; ditariknya tentara Belanda dari seluruh
Indonesia; dan diserahkannya kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat, pada tanggal 1
Januari 1950.
Atas usul Amerika Serikat, Tiongkok, Kuba, dan Norwegia, pada tanggal 28 Januari
1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang mengharuskan kedua belah pihak
menghentikan permusuhan, dipulihkannya pemerintah pusat Republik Indonesia ke Yogyakarta;
dilanjutkannya perundingan; dan diserahkannya kedaulatan kepada Indonesia pada waktu yang
disepakati.
Agresi Militer Belanda II
Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali
dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta
penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu
kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik
Indonesia diSumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.
Agresi Militer Belanda II dilatar belakangi oleh Belanda masih ingin menguasai Indonesia
dan berusaha untuk mengingkari perjanjian Renville. 18 Desember 1948 Belanda mengeluarkan
surat pernyataan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan persetujuan gencatan perang Renville.
Tetapi surat pernyataan tersebut tidak dapat disampaikan ke pemerintahan pusat di Yogyakarta
sebab dilarang oleh Belanda.
1. Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melakukan serangan terhadap kota Yogyakarta.
2. Tepatnya pada pukul 05.30 Belanda melakukan aksi membom pangkalan udara Maguwoharjo
(Lapangan Udara Adisucipto) yang dilanjutkan dengan menghancurkan bangunan-bangunan
penting dan akhirnya merambat ke pusat kota Yogyakarta dan berhasil menguasainya.
3. Belanda berhasil menawan presiden Soekarno, wakil presiden Moh Hatta, Syahrir (penasehat
presiden),H. Agus Salim (Menlu).
4. Sebelum ditawan presiden berhasil mengirimkan surat pemberian kekuasaan kepada Menetri
Kemakmuran Syafruddin (Syarifuddin) Prawironegoro untuk membentuk Pemerintahan Darurat
RI (PDRI) di Sumatera. Jika Syarifuddin tidak dapat menjalankan tugasnya maka presiden
memerintahkan kepada Sudarsono, L.N. Palar, dan A.A Maramis yang ada di New Delhi untuk
membentuk pemerintahan RI di India.
5. Belanda akhirnya menguasai Yogyakarta dan TNI berhasil dipukul mundur hingga ke desa-
desa.
6. Belanda menganggap TNI telah kalah tetapi ternyata TNI dapat tetap mengumpulkan kekuatan
untuk melawan Belanda.
7. Sementara Belanda menyiarkan kabar ke seluruh dunia bahwa TNI sudah lemah dan RI sudah
tidak ada lagi.
8. Belanda melakukan sensor pers agar berita tersebut tidak tersiar keluar. Tetapi ternyata dari
radio gerilya Indonesia dapat disiarkan berita perlawanan rakyat hingga ke luar negeri.
9. Akhirnya setelah 1 bulan dari agresi tersebut TNI mulai melakukan gerakan menyerang kota-
kota. Serangan yang terkenal adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta
yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, dan berhasil menduduki kota Yogyakarta. Hal
tersebut membuktikan kepada dunia bahwa TNI tidak hancur mereka masih mempunyai
kemampuan bahkan mampu menyerang Belanda. Sehingga Belanda akhirnya mau
membicarakan dalam meja perundingan.
c. Membuktikan bahwa Republik Indonesia masih ada. Hal ini ditunjukkan dengan eksistensi
PDRI dan keberhasilan TNI menguasai Yogyakarta selama enam jam pada Serangan Umum 1
Maret 1949.
Upaya Indonesia menarik simpati Amerika serikat hingga akhirnya mendesak Belanda untuk
menarik mundur pasukannya dari wilayah Indonesia. Dewan Keamanan PBB juga mendesak
Belanda untuk menghentikan operasi militer dan membebaskan para pemimpin Indonesia.
Desakan tersebut membuat Belanda mengakhiri agresi militer II.