Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH ANGIN DALAM PERTANIAN

TUGAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Klimatologi Pertanian

Dosen Pembina
Dr.Ir. Yayat Sukayat, M.Si.

Oleh
Sri Utami
150320160509

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2017
A. PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik dapat terjadi jika kondisi
lingkungannya mendukung dan sesuai dengan syarat pertumbuh dan perkembang tanaman.
Kondisi lingkungan tempat tumbuhan berada selalu mengalami perubahan, dimana dalam
kondisi yang ekstrim hal ini mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu
bahkan mati. Tanaman yang bertahan dalam kondisi lingkungan ekstrim atau berubah
menandakan bahwa tanaman mengalami adaptasi. Adaptasi tanaman menimbulkan perubahan
morfologi, fisiologi dan biologi pada tumbuhan. Menurut Haryanti (2012) adaptasi tanaman
terhadap lingkungan merupakan rekayasa secara khusus, terhadap sifat-sifat karakteristik
anatomi dan fisiologi untuk memberikan peluang keberhasilan menyesuaikan kehidupan di
habitat tertentu. Namun demikian jenis tumbuhan yang berbeda menunjukkan sensitifitas yang
berbeda pula terhadap perubahan lingkungannya, sehingga tumbuhan yang berbeda meiliki
respon dan faktor pembatas serta daya toleransi terhadap lingkungan yang berbeda
(Purwadi,2011).
Kondisi lingkungan yang membatasi pertumbuhan dan perkembanagn tanaman biasa
disebut dengan istilah cekaman. Menurut utama (2015) cekaman memiliki arti sebagai stress,
strain, strain elastis, dan strain plastic, dimana scara keseluruhan makna biologi dari arti tersebut
dapat dirangkum sebagai suatu perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat adanya perubahan
faktor luar (lingkungan), dimana perubahan ini bersifat riversibel dan irreversible. Cekaman
secara keseluruhan dapat menimbulkan kerugian yang besar baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sehingga dalam ilmu lebih lanjut perlu dipelajari secara mendalam mengenai cekaman
yang terjadi pada berbagai tanaman dan berbagai tingkat atau jenis cekaman yang berbeda. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebapkan tanaman tahan maupun tidak
tahan, sehingga dapat dicari cara agar tanaman dapat tahan dan tetap memberikan hasi terbaik
tanpa terpengaruh oleh perubahan lingkungan.

B. Macam-Macam Cekaman
Jenis-Jenis angin berdasarkan tipe sebarannya secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu
angin local dan angin umum. Angin local adaalah angin yang hanya bergerak di daerah dan
waktu tertentu, seperti angin darat, angin laut, angin gunung, angin lembah, angin sikolon, angin
anti siklon dan angin fhon. Angin umum adalah angin yang bergerak sepanjang tahun dan
meliputi daerah yang luas, seperti angin anginmuson, angin barat, angin timur dan angin Passat
(Yani dan Ruhimat, 2007).
Angin Lokal
1. Angin Laut dan angin darat
Kejadian angin laut dan angin darat disebabkan oleh adanya perbedaan pemanasan
antara permukaan daratan dan lautan oleh radiasi matahari. Pada siang hari, permukaan
daratan lebih cepat menjadi panas daripada permukaan lautan sehingga udara di atas
permukaan daratan menjadi panas dan ringan dan bergerak ke lapisan yang lebih atas. Untuk
mengisi kekosongan udara di permukaan daratan maka udara dari permukaan lautan
bergerak menuju daratan dan keadaan ini disebut angin laut. Kekosongan udara di atas
permukaan laut diisi oleh penurunan udara dari lapisan atmosfer yang lebih tinggi. Pada
lapisan atmosfer yang lebih tinggi (beberapa ratus meter) terjadi pergerakan udara dari
daratan ke lautan, sehing terbentuklah sirkulasi angin laut (Gambar 1a) (Anzhar dan SBS,
2000).
Pada malam hari kondisi yang sebaliknya terjadi, meskipun biasanya kecepatan
angin tidak tertalu besar. Pada malam hari, terjadi perbedaan pendinginan akibat adanya
pemancaran radiasi gelombang panjang dari permukaan daratan dan lautan. Permukaan
daratan lebih cepat menjadi dingin daripada permukaan lautan yang mempengaruhi udara di
alas keduanya. Sehingga udara di atas permukaan lautan lebih panas daripada udara di alas
permukaan daratan. Udara di atas permukaan lautan cenderung bergerak naik dan
kekosongan ini diisi oleh udara dari pemukaan daratan dan ini dikenal sebagai angin darat.
Udara di atas daratan pada lapisan lebih tinggi turun ke permukaan dan pada lapisan
atmosfer yang lebih tinggi terjadi aliran udara dari lautan ke daratan sehingga terbentuk
sirkulasi angin darat (Gambar 1b) (Anzhar dan SBS, 2000).
.
a.

b.

GAMBAR 1: Angin darat dan Angin Laut


2. Angin Gunung (Angin Malam) dan angin lembah (Angin Siang)
Sumbar : Anzhar dan SBS, 2000).
Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung
yang terjadi pada malam hari. Angin gunung terjadi sebagai akibat dari suhu udara di
puncak gunung lebih rendah dari wilayah lemba, sehingga tekanan udara lebih rendah pada
lembah dibandingkan puncak gunung. Hal ini mengakibatkan angin bergerak dari gunung
menuju lembah dan disebut sebagai angin gunung. Angin lembah adalah angin yang
bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari. Angin
lembah terjadi sebagai akibat dari cahaya matahari di siang hari yang cukup terik
mengakibatkan puncak gunung panas, sehingga udara dari lembah bergerak menuju
gunung dan disebut angin lembah.
GAMBAR 2: Angin Gunung dan Angin Lembah

3. Angin Fohn (Angin Terjun / Angin Jatuh)


Angin fohn terjadi karena udara yang mengandung uap air membentur
pegunungan atau gunung yang tinggi sehingga naik. Semakin ke atas, suhu semakin dingin
dan terjadilah kondensasi yang selanjutnya terbentuk titik-titik air. Titik-titik air itu kemudian
jatuh sebagai hujan sebelum mencapai puncak pada lereng pertama. Angin ini terus bergerak
menuju puncak, kemudian menuruni lereng berikutnya sampai ke lembah (Astuti, 2015).
Karena sudah menjatuhkan hujan maka angin yang menuruni lereng ini bersifat kering. Akibat
cepatnya gerakan menuruni lereng, angin menjadi panas sehingga angin fohn memiliki sifat
menurun, kering, dan panas (Sharples,et.al., 2010). Sifat angin fohn tersebut tidak
menguntungkan bagi pertanian karena dapat melayukan tanaman. Contoh angin fohn di
Indonesia antara lain angin Bohorok di Deli, angin Kumbang di Cirebon, angin Gending di
Pasuruan, angin Brubu di Ujung pandang, dan angin Wambrau di Biak.
GAMBAR 3: Angin Fohn
Sumber :Sharples et.al. 2010

Angin Umum
1. Angin Munsuon
Angin muson adalah gerakan massa udara yang terjadi karena adanya perbedaan
tekanan udara yang mencolok antara daratan dan juga samudera (Samadi, 2007). Proses
terjadinya angin muson di Indonesia dipengaruhi oleh keberadaan dua benua yang
mengapitnya yaitu benua Asia (bagian utara) dan Benua Australia (bagian selatan) yang
kemudian mengapit dua samudera, yakni Samudera Hindia dan Samudera Pasifik
(Kurniawan, 2011). Posisi atau letak Indonesia mengakibatkan terbentuknya dua angin
yang berbeda, yaitu angin muson barat dan angin muson timur.
Angin Musim Barat : Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang
mengalir dari Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas)
(Sudarto,2011), dimana matahari beredar di belahan bumi selatan, akibatnya, Australia
bertekanan rendah dan Asia bertekanan tinggi. Kondisi ini mengakibatkan angin yang
bertiup dari Asia ke Australia disebut angin monsun barat (Soegimo dan Roeswanto.
2009). Angin monsoon barat mengakibtkan curah hujan yang banyak di Indonesia bagian
Barat, hal ini disebabkan karena angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan
samudra (sudarto,2011). Contoh perairan dan samudra yang dilewati adalah Laut China
Selatan dan Samudra Hindia. Angin Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami
musim hujan. Angin ini terjadi pada bulan Desember, januari dan Februari, dan maksimal
pada bulan Januari (sudarto,2011).

Gambar 4 : Angin Muson Barat


Sumber : Soegimo, Roeswanto. 2009

Angin Musim Timur : Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin
yang mengalir dari Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas)
(sudarto,2011), dimana tekana udara di Australi tinggi dan di Asia bertekanan
rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan angin bertiup dari Australia ke Asia yang
disebut angin monsun timur (Soegimo dan Roeswanto. 2009). Angin monsoon
timur ini bersifat kering karena berasal dari gurun pasir di Australia sehingga di
Indonesia terjadi musim kemarau, namun setelah melewati Samudera Hindia
angin menjadi basah (sudarto,2011). Terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus,
dan maksimal pada bulan Juli (sudarto,2011).
Gambar 4 : Angin Muson Timur
Sumber : Soegimo, Roeswanto. 2009

C. Faktor yang Mempengaruhi Angin


Kecepatan angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak secara mendatar atau
horizontal pada ketinggian dua meter di atas tanah. Kecepatan angin dipengaruhi oleh
karakteristik permukaan yang dilaluinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
angin (Resmi, 2010), antara lain berupa gradien barometris, lokasi, tinggi lokasi, dan waktu.
Gradien barometris : Gardia biomtri adalah angka yang menunjukkan perbedaan
tekanan udara. Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar
yang jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin.
Letak tempat : Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari
garis khatulistiwa.
Tinggi tempat : Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal
ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di
permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan
gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin
kecil.
Waktu : Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari. Salah satu
faktor penyebab timbulnya angin adalah adanya gradien tekanan yang timbul karena
adanya perbedaan suhu udara. Kuat atau lemahnya hembusan angin ditentukan oleh
besarnya kelandaian tekanan udara atau dengan kata lain kecepatan angin sebanding
dengan kelandaian tekanan udaranya. Disamping kelandaian tekanan, gerak angin
ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti pengaruh rotasi bumi dan gaya gesek
.Semakin besar perbedaan tekanan udara maka semakin besar pula kecepatan angin
berhembus

D. Dampak Angin terhadap Tanaman


Angin merupakan faktor yang sangat penting untuk menetukan kondisi suatu
lingkungan, dimana angin memberikan pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
lingkungan baik dari segi yang menguntungkan maupun merugikan. Ilmu pertanian telah banyak
menjelakan tentang efek angina terhadap tumbuhan terutama dalam hal penyerbukan.
Penyerbukan tumbuhan yang dibantu oleh angina biasa disebut dengan Anemogami, dimana
menurut Fauzi et al (2008) kecepatan angina yang baik untuk penyerbukan adalah 5-6 km/jam.
Tumbuhan yang mengalami penyerbukan dengan bantuan angina diantaranya adalah tanaman
jagung, padi, anggrek dan jenis rumput-rumputan (Arisworo dan Yusa, 2006). Angin dalam
penyerbukan dapat pula menimbulkan kerugian dimana angina yang kencang mengakibatkan
penyerbukan tidak sempurna sehingga biji atau hasil pnyerbukan tidak menjadi murni (Pratiwi
dan wijayanto, 2010). Selain itu Angin akan membawa serangga penyerbuk lebih aktif
membantu terjadinya persarian bunga dan pembenihan alamiah. Sedangkan pada keadaan
kecepatan angin kencang, kehadiran serangga penyerbuk menjadi berkurang sehingga akan
berpengaruh terhadap keberhasilan penangkaran benih dan akan menimbulkan penyerbukan
silang. Menurut Mawar (2016) Kumbang penyerbuk sangat sensitive terhadap angina kencang,
sehingga saat musim angina kencang kumbang tidak akan keluar. Angin kencang selain
merugikan dalam hal penyerbukan juga dapat mempengaruhi buah jeruk keprok, dimana angina
dengan kecepatan yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah (Efendi, 2009).
Angin dalam hal yang lebih negative dapat membantu dalam penyebaran Organisme
Penganggu Tanaman dan pemecahn kodium suatu penyakit. Menurut Tantawi (2007) angin,
berpengaruh sebagai pembawa dalam penyebaran dan mengendapnya konidium di permukaan
tanaman. Hasil penelitian yang sama menyebutkan bahwa pemencaran konidium pada satu
musim tanam tembakau di Jember didukung oleh peningkatan kecepatan angin dan penurunan
kelembaban udara. Pada bulan kering maupun bulan lembab peningkatan kecepatan angin yang
diikuti dengan menurunnya kelembaban udara akan mendukung pemencaran konidium.
Berdasarkan data aktual untuk memencarkan konidium hanya memerlukan kecepatan angin 0,28
m/det pada suhu 25C Selain itu secara langusng angina dapat menyebapkan kematian tanaman,
contohnya angina laut yang berhembus ke daratan akan membewa butiran-butiran air garam laut
pada sisi arah laut tumbuhan pesisir dan juga pada pasirnya. Karena air bergaram, maka air
tersebut tidak dapat digunakan oleh tumbuhan dan garam itu meresap ke dalam tunas karena
abrasi mekanis dan ion kloridanya terkumpul pada ujung ranting daun sampai kadar merugikan,
sehingga meristem ujung daun dan yang menghadap ke laut menjadi mati, sedangkan yang
menghadap daratan dapat berkembang (Ewussie, 1990). Angin Fhon yang terjadi di suatu
wilayah akan mengakibatkan tanaman rusak atau mati akibat sifat angina ynang kering dan
panas, di Deli angina Fohn lebih dikenal dengan sebutan angina bahorok yang sering
mengakibatkan tanaman tembakau rusak dan mati.
Hembusan angina yang keras dapat mengakibatkan peningkatan jumlah luka pada
tanaman dan mempercepat proses pengeringan permukaan tanaman yang basah akibat
transpirasi. Dimana Transpirasi akan semakin meningkat seiring dengan peninkatan kecepatan
angina (Nurwahyuni et,al. 2016). Angin dalam lingkunga secara lebih luas dapat penikisan
permukaan tanah. Pengikisan tanah oleh angin disebut sebagai korasi. Korasi mengurangi
kesuburan tanah karena mengikis lapisan tanah atas yang paling subur. Angin yang amat kencang
dapat menumbangkan bangunan dan pepohonan (Adhitya, et.,al, 2009).
Angin hampir tidak bisa dikendalikan namun perludilakukan upaya-upaya untuk
menanggulangi masalah ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu menghindari adanya
pengaruh yang tidak dikehendaki misalnya penanaman tanaman sejenis agar tidak terjadi
penyerbukan silang. Namun jika permasalahan penyebaran patogen maka usaha yang dapat
dilakukan yaitu pengendalian sedini mungkin agar mengurangi jumlah patogen yang dapat
disebarkan oleh angin. Selain itu dapat pula menggunakan tanaman pematah angin agar laju dan
arah angin dapat sedikit dikendalikan seperti menanam pohon penahan angin yang dapat
menjamin perlindungan sejauh 15 20 kali tinggi pohon pelindung.

DAFTAR PUSTAKA

Adhitya, Barry. 2009. Muhamadiya dan Kesiapan Bencana Rislam MBMC:


Jakarta
Anonim, 2009. Arus Permukaan Laut Bulan Februari Dan Agustus Di
Indonesia. [Online] : Http://Www.Atlas Nasional Lndonesia/Arus
Permukaan Laut Bulan Februari Dan Agustus Di Indonesia. Diakses 25
Oktober 2010

Anzhar, K., & Susilo, Y. S. B. 2000. Pola Angin Laut Dan Angin Darat Di Daerah
Ujung Lemahabang, Semenanjung Muria. Jurnal Pengembangan
Energi Nuklir, 2(4).

Arisworso, Djoko. Yusa. 2006. Ilmu Pengertahuan Alam untuk kelas ix SMA.
Grafindo Media Pratama: Jakarta

As' Ari, A. A. 2011. Rancang Bangun Anemometer Analog. Jurnal Ilmiah


Sains, 11(1), 19-22.

Astuti,Tri.2015. Buku Pedoman Umum Pelajar Geografi Rangkuman Inti Sari


Geografi Lengkap Sma Kelas 1, 2, 3. Lembar Langit Indonesia: Vicosta
Publishing: Jakarta

Efendi.2009. Distribusi Hama Kuti Sisik Merah Pada Perkebunan Jeruk Manis
dan Jeruk Keprok. Universitas Islam Negri Malang : Malang

Ewusie, J. Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB

Fauzi, Y, Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit


(Edisi Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta. 200 hal

fendi, Mohamad (2009) Distribusi hama kutu sisik merah (Aonidiella aurantii)
pada perkebunan jeruk manis (Citrus sinesis) dan jeruk keprok (Citrus
reticulata). Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim

Habibie, M. N., Sasmito, A., & Kurniawan, R. 2011. Kajian Potensi Energi
Angin Di Wilayah Sulawesi Dan Maluku. Jurnal Meteorologi Dan
Geofisika, 12(2)

Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Bogor:Jurusan Geofisika Dan Meteorologi


Ipb

Kurniawan, R., Habibie, M. N., & Suratno, S. 2011. Variasi Bulanan


Gelombang Laut Di Indonesia. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 12(3).
Lakitan. B. 2000. Dasar-Dasar Fisisologi Tumbuhan. Pt Raja Grafindo
Persada. Jakarta

Mawar, Esse (2016) IDENTIFIKASI SERANGGA ORDO COLEOPTERA PADA


TANAMAN MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L) DI DESA TIRTA MULYA
KECAMATAN MAKARTI JAYA KABUPATEN BANYUASIN II DAN
SUMBANGSIHNYA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI MA/SMA
KELAS X (Skripsi). Other thesis, UIN Raden Fatah Palembang.

Nurwahyuni, Isnaini. Et.,al. 2016. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan.


Universitas Sumatra Utara. USU

Pradipta, N. S., Sembiring, P., & Bangun, P. 2013. Analisis Pengaruh Curah
Hujan Di Kota Medan. Saintia Matematika, 1(5), 459-468.

Pratiwi, E. (2010). Pengaruh Pupuk Organik dan Intensitas Naungan terhadap


Pertumbuhan Porang (Amorphophallus onchophyllus).

Reijntjes, Coen. 1999. Pertanian Masa Depan; Pengantar Untuk Pertanian


Berkelanjutan Dengan Input Luar Rendah. Yogyakarta [Id]: Kanisus:

Samadi, 2007. Geografi. Yudhistira Ghalia Indonesia. Jakarta

Setiawan, E. 2009. Kajian Hubungan Unsur Iklim Terhadap Produktivitas Cabe


Jamu (Piper Retrofractum Vahl) Di Kabupaten
Sumenep. Agrovigor, 2(1), 1-7

Sharples, J. J., Mills, G. A., Mcrae, R. H., & Weber, R. O. 2010. Foehn-Like
Winds And Elevated Fire Danger Conditions In Southeastern
Australia. Journal Of Applied Meteorology And Climatology, 49(6),
1067-1095.

Sudarto. 2011. Pemanfaatan Dan Pengembangan Energi Angin Untuk Proses


Produksi Garam Di Kawasan Timur Indonesia. Jurnal Triton. Universitas
Diponegoro.Semarang. 7( 2). Hal. 61 70

Tantawi, A. R. 2007. Hubungan Kecepatan Angin dan Kelembaban Udara


terhadap Pemencaran Konidium Cercospora nicotianae pada
Tembakau. Universitas Medan Area: Medan
Yani Dan Ruhimat, 2007. Geografi: Menyingkap Fenomena Geosfer. Pt
Grafindo Media Pratama: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai