ABSTRAK
Kejenuhan kerja prevalensi sangat tinggi dalam perawatan, terutama tenaga
kesehatan dan perawat, karena mereka selalu mengalami situasi kerja yang memacu
stres, bekerja dengan kontak langsung pada pasien yang memiliki tingkat penyakit
yang berbeda. Perawat mengalami burnout lebih tinggi dibandingkan dengan profesi
lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik perawat terhadap
kejenuhan kerja perawat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional
dengan pendekatan cross sectional terhadap 85 perawat di ruang rawat inap.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kejenuhan kerja dengan skala Maslach
Burnout Inventory. Dari hipotesis yang ada didapatkan terdapat hubungan yang
signifikan antara usia dan masa kerja dengan burnout perawat. Berkenaan dengan
kejenuhan menyimpulkan bahwa perawat muda cendrung mengalami burnout lebih
tinggi dari perawat tua. Perawat dengan masa kerja lebih lama cendrung mengalami
burnout lebih rendah. Untuk meningkatkan program yang dapat menurunkan
kecendrungan burnout dengan memberikan kesempatan kepada perawat yang lebih
muda untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan
perawat.
35
Journal of Nursing and Health (JNH) Edisi 2 No 1 Agustus 2016
Journal Keperawatan Dan Kesehatan ISSN 2502-1524
Akper Yakpermas-Banyumas
36
Journal of Nursing and Health (JNH) Edisi 2 No 1 Agustus 2016
Journal Keperawatan Dan Kesehatan ISSN 2502-1524
Akper Yakpermas-Banyumas
lebih muda mungkin karena belum siap dijelaskan wanita secara emosional lebih mampu
menjalani pekerjaan, kurangnya adaptasi, menangani tekanan yang besar.(Sulistiyowati,
ketidaknyamanan di lingkungan kerja ataupun 2005).
persepsi tentang ambiguitas peran. Kelelahan emosional dan sinisme berbeda
Data demografi usia berpengaruh terhadap antara perawat laki-laki dan perawat perempuan.
kemampuan mengatasi masalah dalam pekerjaan Perawat perempuan lebih mudah dipengaruhi
yang berpengaruh terhadap burnout. Maslach oleh kelelahan emosional dan sinisme.(Li, Guan,
mengatakan orang usia muda memiliki Chang, & Zhang, 2014) Menurut Gerits perawat
kemungkinan mengalami burnout lebih besar wanita dengan kecerdasan emosional yang tinggi
dari pada orang yang berusia lebih tua.(T. Marek melaporkan burnout yang lebih rendah, laki-laki
(Eds.), C. Maslach, n.d.) Hal ini juga didukung dengan tinggi problem solving menunjukan
oleh Hunsakers bahwa usia mempengaruhi lebih rendah pada tingkat burnout.(Gerits L,
terjadinya burnout, perawat yang lebih tua Derksen JJL, 2005) Senada dengan penelitian
memiliki tingkat burnout yang lebih rendah. Windayanti yang menyatakan bahwa perawat
Perawat muda belum berpengalaman dan harus pria memiliki kecenderungan mengalami
beradaptasi dengan lingkungan kerja yang penuh depersonalisasi dibandingkan dengan perawat
tantangan.(Hunsaker, Chen, Maughan, & wanita. Hal ini berarti pada perawat pria
Heaston, 2015) memiliki tingkat penghargaan dan
Berdasarkan uraian diatas bahwa usia sensitivitasnya lebih rendah kepada pasiennya
berhubungan dengan burnout perawat. Secara dibandingkan dengan perawat wanita.
konsep yang telah dipaparkan bertambahnya Pada dimensi ini perawat pria kemungkinan
usia seseorang menunjukkan bahwa perawat mengalami kegagalan dalam cara penanganan
yang lebih tua memiliki tingkat burnout yang masalahnya sehingga penghargaan kepada orang
lebih rendah. Semakin tua usia seseorang maka lain (pasien) menjadi berkurang.(Windayanti &
semakin matang dalam bersikap. Perawat muda Prawasti, 2007) Selain itu terdapat penelitian
tidak hanya tidak berpengalaman tetapi mereka yang menyatakan hubungan antara jenis kelamin
juga harus beradaptasi dengan tantangan dalam dengan burnout perawat. Laki-laki memiliki
dunia kerja untuk belajar dan menjaga langkah lebih tinggi tingkat burnout dibandingkan
mereka dalam lingkungan kerja yang sibuk di dengan perempuan, dengan rata-rata 11,89 untuk
mana kecepatan dan keterampilan yang kritis laki-laki dan perempuan 11,57.(., Martins,
dalam menangani pasien sebagai mahluk hidup. Alves, & Cruz, 1991)
37
Journal of Nursing and Health (JNH) Edisi 2 No 1 Agustus 2016
Journal Keperawatan Dan Kesehatan ISSN 2502-1524
Akper Yakpermas-Banyumas
dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki Orang-orang yang bekerja dengan
harapan yang besar terhadap pekerjanya.(Wu et pengalaman sedikit juga lebih rentan terhadap
al., 2014). burnout. Rata-rata perawat dengan pengalaman
Meskipun pendidikan perawat merupakan kerja 6 tahun termasuk lebih sedikit sehingga
faktor yang dapat mempengaruhi burnout menyebabkan perawat masih kurang
perawat namun ditegaskan dalam konsep adalah berpengalaman mungkin mengalami kelelahan
perawat dengan gelar sarjana memiliki nilai emosional karena tuntutan emosional pekerjaan
tertinggi dalam pencapaian keberhasilan diri baru dan situasi yang tak terduga.
dalam dimensi burnout.(Li et al., 2014). Perawat mengalami depersonalisasi
Semakin tinggi tingkat pendidikan karyawan sehingga menjauhkan diri dari pekerjaan yang
maka semakin besar kemungkinan mengalami menguras emosi.(Maslach et al., 2001) Menurut
burnout.(Caputo, 1991) Teori Pearlman dan Patrick pengalaman perawat/masa kerja negatif
Hartman yang mengatakan hubungan antara terkait dengan depersonalisasi pada burnout
persepsi dengan dampak stres kerja pada perawat dimana didapatkan nilai r=0,20 tetapi
karyawan. Teori ini memprediksi bahwa ketika secara korelasi berhubungan, perawat terlatih
harapan dan nilai nilai karyawan tidak sesuai yang signifikan terkait dengan menurunkan
dengan harapan dan nilai nilai organisasi, emosional kelelahan dan depersonalisasi
karyawan tersebut jauh lebih mungkin untuk dibandingkan dengan perawat yang tidak terlatih
meningkatkan gejala burnout. karena kurangnya pengalaman.(Patrick &
Pada penelitian ini peneliti mengasumsikan Lavery, 2007).
bahwa orang yang memiliki tingkat pendidikan Berdasarkan hasil penelitian, konsep dan
yang lebih tinggi cenderung memiliki harapan penelitian terkait maka dapat diasumsikan
yang tinggi dari pekerjaannya dan ketika bahwa ada hubungan yang erat antara masa kerja
menemukan bahwa harapan ini tidak tercapai, dengan burnout perawat. Hal ini berarti bahwa
maka karyawan tersebut cenderung menyerah semakin berpengalaman sesorang dalam suatu
dan akhirnya mengalami burnout. Perawat pekerjaan maka akan semakin meningkatkan
dengan gelar sarjana atau gelar yang lebih tinggi kemampuannya dalm menghadapi situasi dalam
lainnya menunjukkan tingkat signifikan yang pekerjaan sehingga perawat yang aktif dan
lebih tinggi terhadap kondisi stres dari pada berpengalaman akan lebih mampu menghadapi
perawat yang memiliki gelar pendidikan yang stress dalam pekerjaan yang dapat menyebabkan
lebih rendah. terjadi burnout pada perawat.
38
Journal of Nursing and Health (JNH) Edisi 2 No 1 Agustus 2016
Journal Keperawatan Dan Kesehatan ISSN 2502-1524
Akper Yakpermas-Banyumas
39
Journal of Nursing and Health (JNH) Edisi 2 No 1 Agustus 2016
Journal Keperawatan Dan Kesehatan ISSN 2502-1524
Akper Yakpermas-Banyumas
40