Anda di halaman 1dari 6

Journal of Nursing and Health (JNH) Edisi 2 No 1 Agustus 2016

Journal Keperawatan Dan Kesehatan ISSN 2502-1524


Akper Yakpermas-Banyumas

ANALISIS KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP KEJENUHAN PERAWAT


Renny Triwijayanti1, Luky Dwiantoro2, Bambang Edi Warsito3
1
STIKes Muhammadiyah Palembang
2
Departemen Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
3
Departemen Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
renny.reiqisasiy@gmail.com

ABSTRAK
Kejenuhan kerja prevalensi sangat tinggi dalam perawatan, terutama tenaga
kesehatan dan perawat, karena mereka selalu mengalami situasi kerja yang memacu
stres, bekerja dengan kontak langsung pada pasien yang memiliki tingkat penyakit
yang berbeda. Perawat mengalami burnout lebih tinggi dibandingkan dengan profesi
lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik perawat terhadap
kejenuhan kerja perawat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional
dengan pendekatan cross sectional terhadap 85 perawat di ruang rawat inap.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kejenuhan kerja dengan skala Maslach
Burnout Inventory. Dari hipotesis yang ada didapatkan terdapat hubungan yang
signifikan antara usia dan masa kerja dengan burnout perawat. Berkenaan dengan
kejenuhan menyimpulkan bahwa perawat muda cendrung mengalami burnout lebih
tinggi dari perawat tua. Perawat dengan masa kerja lebih lama cendrung mengalami
burnout lebih rendah. Untuk meningkatkan program yang dapat menurunkan
kecendrungan burnout dengan memberikan kesempatan kepada perawat yang lebih
muda untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan
perawat.

Kata kunci : Kontrol Diri Dan Kejenuhan Kerja, Usia Perawat.


Kejenuhan kerja ditandai dengan gejala
1. PENDAHULUAN kelelahan emotional, depersonalisasi, dan
Rumah Sakit merupakan institusi rendahnya penghargaan terhadap kemampuan
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan diri. (Carlotto MS, 2006; Kanste, Miettunen, &
pelayanan kesehatan perorangan secara Kyngs, 2006; Maslach, Schaufeli, & Leiter,
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat 2001). Sindrom Burnout terdapat pada tenaga
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.(Undang yang berhubungan dengan pelayanan,
Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 prevalensi sangat tinggi dalam perawatan,
Tentang Rumah Sakit, 2009). Rumah Sakit terutama tenaga kesehatan dan perawat,
menyadari pentingnya pelayanan terhadap (Khamisa, Peltzer, & Oldenburg, 2013)
pasien yang bertumpu pada perkembangan Penelitian yang dilakukan di Eropa pada
teknologi dan sumber daya manusia. tahun 2011 menunjukkan bahwa sekitar 30%
Pengelolaan rumah sakit tidak akan terlepas dari perawat yang disurvei melaporkan jenuh
dari sumber daya manusia yang ada dalam atau lelah untuk bekerja (Galindo RH, KVO, &
organisasi rumah sakit tersebut. Sumber daya Ras, 2012). Selain itu sebuah penelitian di
manusia yang ada di rumah sakit sekitar 60% Inggris menemukan bahwa sekitar 42% dari
adalah perawat. Perawat dituntut dapat menjadi perawat di Inggris dilaporkan menderita
figur yang dibutuhkan oleh pasiennya, yang kejenuhan kerja.
dapat bersimpati, selalu perhatian, fokus dan Terdapat penelitian yang menyatakan usia <
hangat kepada pasien. 30 tahun cenderung mengalami kejenuhan kerja
Semakin banyak tuntutan kepada ringan yaitu sebanyak 30 orang (56,6%)
perawat membuat beban kerja perawat menjadi sedangkan usia 30 tahun cenderung
tinggi yang dalam jangka panjang dapat mengalami kejenuhan kerja ssedang yaitu
menimbulkan stress sehingga muncul suatu sebanyak 5 orang (9,5%), wanita dilaporkan
kejenuhan kerja atau disebut burnout. memiliki level kejenuhan kerja lebih tinggi

35
Journal of Nursing and Health (JNH) Edisi 2 No 1 Agustus 2016
Journal Keperawatan Dan Kesehatan ISSN 2502-1524
Akper Yakpermas-Banyumas

dibanding laki-laki, masa kerja memiliki Tabel 2.1.Analisis Bivariat Hubungan


hubungan dengan kejenuhan kerja dimana masa Karakteristik Responden dengan
kerja yang lama membuat perawat lebih burnout perawat
berpengalaman(Sari, 2011) dan status
perkawinan memiliki hubungan dengan No Variabel N R P value
kejenuhan perawat.(Iglesias Me & R, Becerro de 1 Usia 85 -0,536 0,000
Bengoa Vallejo & P, 2009; Sari, 2011) 2 Jenis 85 0,232
Studi pendahuluan yang dilakukan Kelamin
didapatkan bahwa staf perawat di ruang rawat 3 Pendidikan 85 0,016 0,857
inap sebagian besar adalah perempuan, dengan 4 Masa kerja 85 -0,425 0,000
hasil wawancara kepada 4 orang Perawat di 5 Status 85 0,068
ruang rawat inap mengatakan bahwa sering pernikahan
merasa lelah, seakan tidak mampu melakukan
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa
pekerjaan dan mulai malas bekerja, tampak lesu
usia dan masa kerja memiliki hubungan yang
sehingga terpikir untuk meninggalkan pekerjaan.
signifikan dengan burnout perawat. Tabel diatas
Wawancara yang dilakukan pada pasien dan
juga menunjukan bahwa jenis kelamin,
keluarganya yang sedang menjalani rawat inap
pendidikan, dan status pernikahan tidak
mengeluhkan berupa pemberian obat kepada
memiliki hubungan yang signifikan dengan
pasien tidak tepat waktu, perawat kurang ramah,
burnout perawat.
perawat kurang tanggap terhadap keluhan
Pada variabel usia nilai koefisien korelasi
pasien, perawat kurang terampil dalam melayani
sebesar -0,536, angka tersebut menunjukan
pasien dan perawat lambat dalam melayani
bahwa korelasi antara usia dengan burnout
pasien.
perawat memiliki hubungan yang sedang dengan
Selain itu terlihat ada perawat yang ketika
arah berlawanan atau negatif artinya jika usia
keluarga pasien meminta ganti infuse perawat
meningkat maka kecendrungan burnout akan
langsung mengganti infuse tanpa menanyakan
lebih rendah. Sedangkan pada variabel masa
apakah ada keluhan lain, akan tetapi hanya
kerja dihasilkan nilai koefisien korelasi sebesar -
terlihat perawat langsung mengganti setelah itu
0,425 yang menunjukan korelasi antara masa
meninggalkan ruangan. Hal inilah yang
kerja dengan burnout perawat rendah dengan
mendasari untuk melihat karakteristik perawat
arah berlawanan artinya jika masa kerja
yang mengalami kejenuhan kerja.
meningkat kecendrungan mengalami burnout
lebih rendah
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian 4. PEMBAHASAN
kuatitatif korelasional dengan pendekatan cross
sectional dimana peneliti melakukan pengukuran Analisis Hubungan usia dengan
dan pengamatan pada saat yang bersamaan. Kejenuhan kerja Perawat di Ruang Rawat Inap.
Adapun variabel yang digunakan dalam Hasil uji statistik didapatkan hubungan usia
penelitian ini variabel independen: karakteristik dengan burnout perawat nilai p value sebesar
perawat, serta variabel dependen: kejenuhan 0,001 (p value <0,05). Hal ini berarti ada
kerja perawat. hubungan usia dengan burnout perawat.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Responden dalam penelitian ini rata-rata pada
tenaga perawat yang bekerja di Ruang Rawat usia 30,29 tahun. Penelitian ini relevan dengan
Inap berjumlah 109 perawat. Tehnik penelitian Vivian (2014) yang menyatakan usia
pengambilan sampel dengan tehnik sampling mempunyai hubungan yang signifikan dengan
random proporsional berlapis sejumlah 85 burnout perawat.
perawat. Usia mempengaruhi kecendrungan
mengalami burnout.(Ribeiro et al., 2014)
3. HASIL PENELITIAN Burnout cenderung lebih sering dikaitkan
dengan usia dan tampaknya meningkat sampai
Hasil analisis dari pengolahan data batas usia tertentu.(Maslach et al., 2001)
didapatkan sebagai berikut : Burnout umumnya terjadi pada karyawan yang

36
Journal of Nursing and Health (JNH) Edisi 2 No 1 Agustus 2016
Journal Keperawatan Dan Kesehatan ISSN 2502-1524
Akper Yakpermas-Banyumas

lebih muda mungkin karena belum siap dijelaskan wanita secara emosional lebih mampu
menjalani pekerjaan, kurangnya adaptasi, menangani tekanan yang besar.(Sulistiyowati,
ketidaknyamanan di lingkungan kerja ataupun 2005).
persepsi tentang ambiguitas peran. Kelelahan emosional dan sinisme berbeda
Data demografi usia berpengaruh terhadap antara perawat laki-laki dan perawat perempuan.
kemampuan mengatasi masalah dalam pekerjaan Perawat perempuan lebih mudah dipengaruhi
yang berpengaruh terhadap burnout. Maslach oleh kelelahan emosional dan sinisme.(Li, Guan,
mengatakan orang usia muda memiliki Chang, & Zhang, 2014) Menurut Gerits perawat
kemungkinan mengalami burnout lebih besar wanita dengan kecerdasan emosional yang tinggi
dari pada orang yang berusia lebih tua.(T. Marek melaporkan burnout yang lebih rendah, laki-laki
(Eds.), C. Maslach, n.d.) Hal ini juga didukung dengan tinggi problem solving menunjukan
oleh Hunsakers bahwa usia mempengaruhi lebih rendah pada tingkat burnout.(Gerits L,
terjadinya burnout, perawat yang lebih tua Derksen JJL, 2005) Senada dengan penelitian
memiliki tingkat burnout yang lebih rendah. Windayanti yang menyatakan bahwa perawat
Perawat muda belum berpengalaman dan harus pria memiliki kecenderungan mengalami
beradaptasi dengan lingkungan kerja yang penuh depersonalisasi dibandingkan dengan perawat
tantangan.(Hunsaker, Chen, Maughan, & wanita. Hal ini berarti pada perawat pria
Heaston, 2015) memiliki tingkat penghargaan dan
Berdasarkan uraian diatas bahwa usia sensitivitasnya lebih rendah kepada pasiennya
berhubungan dengan burnout perawat. Secara dibandingkan dengan perawat wanita.
konsep yang telah dipaparkan bertambahnya Pada dimensi ini perawat pria kemungkinan
usia seseorang menunjukkan bahwa perawat mengalami kegagalan dalam cara penanganan
yang lebih tua memiliki tingkat burnout yang masalahnya sehingga penghargaan kepada orang
lebih rendah. Semakin tua usia seseorang maka lain (pasien) menjadi berkurang.(Windayanti &
semakin matang dalam bersikap. Perawat muda Prawasti, 2007) Selain itu terdapat penelitian
tidak hanya tidak berpengalaman tetapi mereka yang menyatakan hubungan antara jenis kelamin
juga harus beradaptasi dengan tantangan dalam dengan burnout perawat. Laki-laki memiliki
dunia kerja untuk belajar dan menjaga langkah lebih tinggi tingkat burnout dibandingkan
mereka dalam lingkungan kerja yang sibuk di dengan perempuan, dengan rata-rata 11,89 untuk
mana kecepatan dan keterampilan yang kritis laki-laki dan perempuan 11,57.(., Martins,
dalam menangani pasien sebagai mahluk hidup. Alves, & Cruz, 1991)

a. Analisis Hubungan Jenis Kelamin b. Analisis Hubungan Pendidikan dengan


dengan Kejenuhan kerja Perawat di Burnout Perawat di Ruang Rawat Inap
Ruang Rawat Inap
Hasil penelitian didapatkan hubungan
pendidikan dengan burnout perawat nilai p value
Hasil analisis jenis kelamin dengan burnout
sebesar 0,857 (p value <0,05). Hal ini berarti
perawat didapatkan nilai p value sebesar 0,232
pendidikan tidak ada hubungannya dengan
(p value <0,05). Dengan demikian dari hasil
burnout perawat. Berdasarkan statistik
analisis tidak ada hubungan antara jenis kelamin
didapatkan rata-rata pendidikan pada responden
dengan burnout perawat. Berdasarkan statistik
adalah D III Keperawatan sejumlah 90,6%.
didapatkan rata-rata jenis kelamin pada
Penelitian ini tidak relevan dengan penelitian
responden didominasi oleh perempuan
Patrick yang menyatakan pendidikan
berjumlah 76 orang. Penelitian ini tidak relevan
mempunyai hubungan yang signifikan dengan
dengan penelitian Borman menunjukkan bahwa
burnout perawat.
pengaruh gender dalam profesi yang didominasi
Perawat yang memiliki kualifikasi
perempuan konsisten dengan norma-norma
perguruan tinggi atau universitas cendrung
gender perempuan, tetapi dengan norma-norma
memiliki kelelahan emosional yang
gender dilihat dalam masyarakat yang lebih
tinggi.(Patrick & Lavery, 2007) Senada dengan
besar.(Borman JS, 1993) Penelitian
penelitin Wu bahwa pendidikan tinggi
Sulistiyowati yang menyatakan pria lebih rentan
ditemukan tingkat burnout tinggi pada diimensi
terhadap stress dan burnout apabila
kelelahan emosional dan cynisme. Perawat
dibandingkan dengan wanita. Hal ini dapat

37
Journal of Nursing and Health (JNH) Edisi 2 No 1 Agustus 2016
Journal Keperawatan Dan Kesehatan ISSN 2502-1524
Akper Yakpermas-Banyumas

dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki Orang-orang yang bekerja dengan
harapan yang besar terhadap pekerjanya.(Wu et pengalaman sedikit juga lebih rentan terhadap
al., 2014). burnout. Rata-rata perawat dengan pengalaman
Meskipun pendidikan perawat merupakan kerja 6 tahun termasuk lebih sedikit sehingga
faktor yang dapat mempengaruhi burnout menyebabkan perawat masih kurang
perawat namun ditegaskan dalam konsep adalah berpengalaman mungkin mengalami kelelahan
perawat dengan gelar sarjana memiliki nilai emosional karena tuntutan emosional pekerjaan
tertinggi dalam pencapaian keberhasilan diri baru dan situasi yang tak terduga.
dalam dimensi burnout.(Li et al., 2014). Perawat mengalami depersonalisasi
Semakin tinggi tingkat pendidikan karyawan sehingga menjauhkan diri dari pekerjaan yang
maka semakin besar kemungkinan mengalami menguras emosi.(Maslach et al., 2001) Menurut
burnout.(Caputo, 1991) Teori Pearlman dan Patrick pengalaman perawat/masa kerja negatif
Hartman yang mengatakan hubungan antara terkait dengan depersonalisasi pada burnout
persepsi dengan dampak stres kerja pada perawat dimana didapatkan nilai r=0,20 tetapi
karyawan. Teori ini memprediksi bahwa ketika secara korelasi berhubungan, perawat terlatih
harapan dan nilai nilai karyawan tidak sesuai yang signifikan terkait dengan menurunkan
dengan harapan dan nilai nilai organisasi, emosional kelelahan dan depersonalisasi
karyawan tersebut jauh lebih mungkin untuk dibandingkan dengan perawat yang tidak terlatih
meningkatkan gejala burnout. karena kurangnya pengalaman.(Patrick &
Pada penelitian ini peneliti mengasumsikan Lavery, 2007).
bahwa orang yang memiliki tingkat pendidikan Berdasarkan hasil penelitian, konsep dan
yang lebih tinggi cenderung memiliki harapan penelitian terkait maka dapat diasumsikan
yang tinggi dari pekerjaannya dan ketika bahwa ada hubungan yang erat antara masa kerja
menemukan bahwa harapan ini tidak tercapai, dengan burnout perawat. Hal ini berarti bahwa
maka karyawan tersebut cenderung menyerah semakin berpengalaman sesorang dalam suatu
dan akhirnya mengalami burnout. Perawat pekerjaan maka akan semakin meningkatkan
dengan gelar sarjana atau gelar yang lebih tinggi kemampuannya dalm menghadapi situasi dalam
lainnya menunjukkan tingkat signifikan yang pekerjaan sehingga perawat yang aktif dan
lebih tinggi terhadap kondisi stres dari pada berpengalaman akan lebih mampu menghadapi
perawat yang memiliki gelar pendidikan yang stress dalam pekerjaan yang dapat menyebabkan
lebih rendah. terjadi burnout pada perawat.

c. Analisis Hubungan Masa Kerja dengan d. Analisis Hubungan Status Pernikahan


Burnout Perawat di Ruang Rawat Inap dengan Burnout Perawat di Ruang
Rawat Inap
Hasil penelitian didapatkan hubungan Masa
Kerja dengan burnout perawat nilai p value Hasil penelitian didapatkan nilai p value
sebesar 0,001 (p value <0,05). Terdapat sebesar 0,068 (p value <0,05) menyatakan
hubungan yang signifikan antara masa kerja bahwa tidak ada hubungan antara status
dengan burnout perawat. Berdasarkan statistik pernikahan dengan burnout perawat.
didapatkan rata-rata masa kerja pada responden Berdasarkan statistik didapatkan rata-rata
adalah 6,12 tahun. Penelitian ini relevan dengan responden dalam penelitian ini telah menikah.
penelitian Sari yang menyatakan masa kerja Penelitian ini tidak relevan dengan penelitian
mempunyai hubungan yang significan dengan Garrosa yang menyatakan status pernikahan
burnout perawat.(Sari, 2011) Senada dengan mempunyai hubungan yang signifikan dengan
penelitian Freudenberger menemukan bahwa burnout perawat.(Garrosa, 2008) Perawat yang
semua penderita burnout awalnya orang-orang belum/tidak menikah memperlihatkan burnout
yang bersemangat, energi, optimis dan memiliki yang tinggi.(Wu et al., 2014)
perinsip yang kuat, namun karena stress yang Berdasarkan data responden sebagian
tinggi tidak sesuai dengan harapan sehingga responden telah menikah atau berkeluarga.
akan terjadi perubahan motivasi yang Perawat yang telah berkeluarga memiliki sistem
menyebabkan burnout.(Freudenberger, 2006) pendukung atau orang-orang yang
memberikan dukungan dalam keluarga. Hal

38
Journal of Nursing and Health (JNH) Edisi 2 No 1 Agustus 2016
Journal Keperawatan Dan Kesehatan ISSN 2502-1524
Akper Yakpermas-Banyumas

ini nantinya akan berdampak pada FREUDENBERGER, H. (2006). The Burnout


kemampuan perawat mangatasi masalah di Cycle. Scientific American Mind, (1555-
tempat kerja yang dapat berpengaruh terhadap 2284).
burnout perawat. Menurut Farber menjelasakan Galindo RH, KVO, F., & Ras, L. (2012).
bahwa status perkawinan juga berpengaruh Burnout syndrome among nurses in a
terhadap timbulnya burnout. Profesional yang general hospital in the city of Recife. Rev
berstatus lajang tidak memiliki sistem Esc Enferm.
pendukung yang baik dalam mendukung dan Garrosa, E. et al. (2008). The relationship
menunjang pekerjaan sehingga lebih rentan between socio-demographic variables, job
mengalami burnout dari pada yang telah stressors, burnout, and hardy personality in
menikah.(Farber, 1991) Orangorang yang nurses: an exploratory study. International
belum menikah (terutama pria) tampaknya Journal Of Nursing Studies, 45(3), 418
menjadi lebih rentan terhadap burnout 427.
dibandingkan dengan orang yang sudah Gerits L, Derksen JJL, V. A. & K. (2005).
menikah. Emotional Intelligence profiles of nurses
Orang yang belum menikah tampaknya caring for people with severe behaviour
mengalami tingkat burnout yang lebih tinggi problems. Personality and Individual
dari pada orang yang bercerai.(Maslach et al., Differences, 38(1), 3343.
2001). Peneliti mengasumsikan bahwa status Hunsaker, S., Chen, H. C., Maughan, D., &
pernikahan berhubungan dengan burnout Heaston, S. (2015). Factors That Influence
perawat. Perawat yang telah menikah memiliki the Development of Compassion Fatigue,
sistem pendukung yang dapat memberikan Burnout, and Compassion Satisfaction in
dukungan sehingga meningkatkan kemampuan Emergency Department Nurses. Journal of
perawat dalam menyelasaikan masalah di tempat Nursing Scholarship, 47(2), 186194.
kerja yang dapat mempengaruhi burnout. http://doi.org/10.1111/jnu.12122
Iglesias Me, L. &, & R, Becerro de Bengoa
5. KESIMPULAN DAN SARAN Vallejo & P, S. F. (2009). The relationship
between experiential avoidance and
Penelitian ini menunjukan terdapat hubungan burnout syndrome in critical care nurses: a
antara usia dan masa kerja dengan kejenuhan cross-sectional questionnaire survey.
kerja perawat. Semakin bertambah usia International Journal Of Nursing Studies.
seseorang maka burnout pun semakin rendah, Kanste, O., Miettunen, J., & Kyngs, H. (2006).
serta semakin lama masa kerja seorang perawat Factor structure of the Maslach Burnout
makan semakin rendah tingkat burnout. Inventory among Finnish nursing staff.
Hasil penelitian ini perlu ditindaklanjuti di Nursing & Health Sciences, 8, 201207.
institusi pelayanan keperawatan khususnya bagi Khamisa, N., Peltzer, K., & Oldenburg, B.
pemberi kebijakan dalam meningkatkan (2013). Burnout in relation to specific
kegiatan-kegiatan yang dapat mengontrol contributing factors and health outcomes
kejenuhan kerja perawat. among nurses: A systematic review.
International Journal of Environmental
REFERENSI Research and Public Health, 10(6), 2214
Borman JS. (1993). Chief nurse executives 2240.
balance of their work and personal lives. http://doi.org/10.3390/ijerph10062214
Nursing Administration Quarterly, 18, 9 Martins, R., Alves, V., & Cruz, C. (1991).
30. Burnout syndrome in nurses specialists
Caputo, J. (1991). Stress and Burnout in Library rehabilitation. European Psychiatry, 28, 1.
Service. Phoenix. Li, X., Guan, L., Chang, H., & Zhang, B. (2014).
Carlotto MS, P. L. (2006). Burnout syndrome Core Self-Evaluation and Burnout among
and associated factors: an epidemiologic Nurses: The Mediating Role of Coping
study of teachers. Cad Sade Pblica. Styles. PLoS ONE, 9(12), e115799.
Farber, B. A. (1991). Crisis in education; Stress http://doi.org/10.1371/journal.pone.011579
management (7th.ed). New York. America. 9

39
Journal of Nursing and Health (JNH) Edisi 2 No 1 Agustus 2016
Journal Keperawatan Dan Kesehatan ISSN 2502-1524
Akper Yakpermas-Banyumas

Maslach, C., Schaufeli, W. B., & Leiter, M. P.


(2001). Job Burnout, 397422.
Patrick, K., & Lavery, J. F. (2007). Burnout in
nursing. Australian Journal of Advanced
Nursing, 24(3), 4348.
Ribeiro, V. F., Filho, C., Valenti, V. E., Ferreira,
M., de Abreu, L., de Carvalho, T.,
Ferreira, C. (2014). Prevalence of burnout
syndrome in clinical nurses at a hospital of
excellence. International Archives of
Medicine, 7(1), 22.
http://doi.org/10.1186/1755-7682-7-22
Sari, N. L. (2011). Hubungan Beban Kerja ,
Faktor Demografi , Locus of Control dan
Harga Diri Terhadap Burnout Syndrome
Pada Perawat Pelaksana IRD RSUP
Sanglah, (2009), 5160.
Sulistiyowati, P. (2005). Hubungan antara
Burnout dengan Self Efficacy Perawat di
Ruang Rawat Inap RSUD Margono
Soekarjo Purwokerto. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 2(3), 162167.
T. Marek (Eds.), C. Maslach, S. (n.d.).
Professional Burnout: Recent
Developments in Theory and Research (pp.
1-16). Washington DC: Taylor & Francis.
Undang Undang Republik Indonesia No 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. (2009).
Retrieved from
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2012/07/UU-
No.-44-Th-2009-ttg-Rumah-Sakit.pdf
diakses tanggal 23 MAret 2015
Windayanti & Prawasti, C. (2007). Burnout
Pada Perawat Rumah Sakit Pemerintah
Dan Perawat Rumah Sakit Swasta. Jurnal
Psikologi, Vol 13 No , 127140.
Wu, H., Liu, L., Sun, W., Zhao, X., Wang, J., &
Wang, L. (2014). Factors related to
burnout among Chinese female hospital
nurses: cross-sectional survey in Liaoning
Province of China. Journal of Nursing
Management, 22(5), 6219.
http://doi.org/10.1111/jonm.12015

40

Anda mungkin juga menyukai