Li Ofin LBM 3 Blok 11
Li Ofin LBM 3 Blok 11
5. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus
secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis ini
biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi
seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.
Umumnya akan sembuh spontan.
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada skenario?
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Untuk pemeriksaan virus varicella zoster (VZV)
dapat dilakukan beberapa test yaitu :
1. Tzanck smear
- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian
diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsas, Wrights, toluidine
blue ataupun Papanicolaous. Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan
dijumpai multinucleated giant cells.
- Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes
simpleks virus.
2. Direct fluorescent assay (DFA)
- Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk krusta
pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.
- Hasil pemeriksaan cepat.
- Membutuhkan mikroskop fluorescence. - Test ini dapat menemukan antigen virus
varicella zoster. - Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes
simpleks virus.
3. Polymerase chain reaction (PCR)
- Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.
- Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping dasar
vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat,
dan CSF.
- Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%.
- Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella zoster.
4. Biopsi kulit
Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal dengan
degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai
adanya lymphocytic infiltrate.
6. Bagaimana penatalaksanaan dari skenario?
Pada anak imunokompeten, biasanya tidak diperlukan pengobatan yang spesifik
dan pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis yaitu :
- Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah.
- Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap
antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
- Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan salisilat
(aspirin) untuk menghindari terjadinya terjadi sindroma Reye.
- Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
akibat garukan.
Obat antivirus
- Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu
penyembuhan akan lebih singkat.
- Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48 - 72 jam
setelah erupsi dikulit muncul. - Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu
asiklovir, valasiklovir dan famasiklovir.
- Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster : Neonatus :
Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari. Anak ( 2 -12 tahun) : Asiklovir
4 x 20 mg / kg BB / hari / oral selama 5 hari. Pubertas dan dewasa : Asiklovir 5 x
800 mg / hari / oral selama 7 hari. Valasiklovir 3 x 1 gr / hari / oral selama 7 hari.
Famasiklovir 3 x 500 mg / hari / oral selama 7 hari.
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi infeksi virus?
8. Apa perbedaan seseorang yang terinfeksi virus dan terinfeksi bakteri?
9. Mengapa pada skenario hanya terjadi pada bagian kiri saja?
Daftar pustaka
1. Lichenstein R. Pediatrics, Chicken Pox or Varicella , October 21, 2002.
www.emedicine. com.
2. Harper J. Varicella (chicken pox). In : Textbook of Pediatric Dermatology, volume
1, Blackwell Science, 2000 : 336 - 39.
3. Mehta P N. Varicella, July 1, 2003. www.emedicine. com.
4. Mc Cary M L. Varicella zoster virus. American Academy of Dermatology, Inc. 1999.
5. Driano A N. Zoster - pediatric, October 11, 2002. www.emedicine. com.
6. Sugito T L. Infeksi Virus Varicella - Zoster pada bayi dan anak. Dalam : Boediardja
S A editor. Infeksi Kulit Pada Bayi & Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 2003 : 17 - 33.