Anda di halaman 1dari 11

STUDENT PROJECT

KARIES GIGI PADA ANAK

Anggota Kelompok :
Made Ayu Ratih Aryanita 1402405031
I Nyoman Candra Kumara 1402405032
Delanera Victoria Noak 1402405033
Gusti Ngurah Ade Sorolawe 1402405034
A. A. Ngurah Trisna Indra P. 1402405035
I Gusti Agung Ayu Anjani K. D. 1402405036
Ramanda Kusumaningrat A. V. 1402405037
I Gusti Ayu Chyntia D. 1402405038
I Gede Putra Adhi Wibawa 1402405039
Ni Made Yeni Septianing Diah 1402405040

PENDIDIKAN DOKTER GIGI


UNIVERSITAS UDAYANA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Mulut merupakan organ pertama tempat masuknya makanan. Di dalam mulut terdapat
gigi yang berperan untuk merobek, mengunyah, dan menghaluskan makanan agar lebih
mudah dicerna dalam sistem pencernaan. Tanpa adanya gigi, manusia tidak akan bisa
melakukan proses pencernaan dengan baik. Jika proses pencernaan tidak berjalan dengan
baik, maka akan mengganggu sistem metabolisme dalam tubuh. Oleh karena itu, peran gigi
sebagai salah satu organ pertama dalam proses pencernaan sangatlah penting, terutama bagi
anak-anak, dimana anak-anak membutuhkan proses pencernaan yang baik dimasa
pertumbuhannya.
Di masa pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, mereka mulai mengenal berbagai
macam makanan yang dijajarkan di berbagai tempat. Kebanyakan anak-anak gemar
mengonsumsi makanan dan minuman manis seperti coklat, permen, es krim, dsb. Makanan
dan minuman manis tersebut pada umumnya mengandung gula yang teksturnya lengket dan
mudah meninggalkan sisa di sela-sela gigi. Tetapi dikarenakan anak-anak belum bisa
memahami tentang pentingnya kebersihan mulut dan gigi maka banyak diantara mereka
yang tidak membersihkan giginya dengan baik setelah mengonsumsi makanan dan minuman
manis tersebut. Jika hal tersebut diabaikan berlarut-larut maka sisa-sisa makanan yang
dikonsumsi akan mengendap di permukaan dan sela-sela gigi dan merangsang pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans, yaitu bakteri penyebab terjadinya penyakit infeksi pada gigi
yang biasa dikenal dengan karies gigi. Karies gigi pada anak biasanya menimbulkan rasa
sakit/nyeri pada daerah gigi sehingga mereka akan merasa sakit jika mengunyah makanan
dan akhirnya anak akan kehilangan selera makan. Dalam hal ini secara tidak langsung karies
gigi pada anak akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Karena jika anak
kehilangan selera makan, maka asupan nutrisi yang mereka dapatkan menjadi berkurang,
proses pencernaan pun akan terganggu sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak
menjadi tidak maksimal.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa itu karies gigi dan penyebabnya ?
1.2.2 Bagaimana proses terjadinya karies gigi ?
1.2.3 Mengapa karies lebih banyak menyerang anak-anak ?
1.2.4 Bagaimana proses pencegahan dan penanganan karies gigi pada anak ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui informasi tentang karies gigi dan penyebabnya
1.3.2 Mengetahui proses terjadinya karies gigi
1.3.3 Mengetahui mengapa karies lebih banyak menyerang anak-anak
1.3.4 Mengetahui proses pencegahan dan penanganan karies gigi pada anak

1.4 MANFAAT
1.4.1 Mendapatkan pengetahuan tentang karies gigi dan penyebabnya
1.4.2 Mendapatkan pengetahuan tentang proses terjadinya karies gigi
1.4.3 Mendapatkan pengetahuan tentang mengapa karies lebih banyak menyerang anak-
anak
1.4.4 Mendapatkan pengetahuan tentang proses pencegahan dan penanganan karies gigi
pada anak

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KARIES GIGI DAN PENYEBABNYA


Karies gigi memiliki beberapa pengertian menurut beberapa literatur, diantaranya :
Karies gigi adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh demineralisasi local dan
progresif dari jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi. Lokasi terjadinya karies
tergantung pada pembangunan dan kemajuan pada berbagai faktor lingkungan, sosial
dan genetik, dan sangat bervariasi antara individu. (Brazzelli et all, 2006)
Karies gigi merupakan hancurnya email dan dentin yang mengakibatkan lubang pada
gigi. Karies tidak boleh dibiarkan, jika dibiarkan akibatnya akan lebih lanjut dari gigi
berlubang seperti rasa sakit yang akan mengganggu kesehatan anak. (Maulani, 2005)
Karies gigi adalah penyakit infeksi yang disebabkan pembentukan plak kariogenik pada
permukaan gigi yang menyebabkan demineralisasi pada gigi (demineralisasi email
terjadi pada pH 5,5 atau lebih). (Hiranya Putri et all, 2009)
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan sementum,
yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
diragikan. (Kidd, 1987)
Penyakit karies gigi diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Berdasarkan kecepatan proses karies itu terjadi, diklasifikasikan menjadi:
- Acute Dental Caries (akut)
- Rampant Caries (merajalela)
- Chronic dental caries (secara terus-menerus)
(Satish Candra et all, 2007)
2. Klasifikasi GV Blacks :
- Kelas 1: caries involving occlusal surfaces of posterior teeth, caries involving
occlusal 2/3rd of buccal and lingual surfaces of posterior teeth, caries involving the
lingual pits of maxillary incisors.
- Kelas 2: caries involving proximal surfaces of posterior teeth.
- Kelas 3: caries involving proximal surfaceof anterior teeth, not involving the insical
angle
- Kelas 4: proximal caries involving incisal angle of anterior teeth
- Kelas 5: labial or buccal enamel near the dentino-enamel or cement-enamel junction
- Kelas 6: caries involving cusp tips of posterior teeth and incisal edges of anterior
teeth (Chaudhary et all, 2011)

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, disimpulkan bahwa karies gigi adalah


penyakit infeksi yang menyerang jaringan keras pada gigi yaitu email, dentin dan sementum
yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor mikrobiologis, faktor pola makan, dan
faktor lingkungan.
Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi :
1. Faktor Risiko Mikrobiologis
Karies adalah penyakit yang cepat menyebar dan disebabkan oleh Mutans
Streptococci (MS), seperti Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus.
Lactobacilli juga berpartisipasi dalam perkembangan karies dan berperan penting dalam
tahap perkembangan luka. MS yang didapat saat dini merupakan kunci terjadinya
penyakit ini.
Penyumbang terbesar MS berasal dari ibu, di mana anak mendapatkannya ketika
berusia sekitar dua tahun. Ibu yang memiliki air ludah yang kental berisiko tinggi sebagai
penyumbang MS yang menginfeksi anak pada usia dini. Selain itu, cara seseorang
melahirkan anaknya juga berpengaruh terhadap infeksi MS pada anak. Anak yang
dilahirkan dengan cara normal berpotensi lebih rendah terinfeksi MS saat usia dini
dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dengan cara sesar. Para peneliti berpendapat
bahwa anak yang baru lahir dengan cara normal sudah diperkenalkan dengan
perlindungan awal menghadapi MS karena kondisi lingkungan yang umumnya lebih
tidak steril saat melahirkan. Sedangkan untuk kelahiran sesar, anak umumnya dilahirkan
dengan cara yang lebih steril yang berakibat anak yang baru lahir lebih mudah terinfeksi
MS karena belum mengenal perlindungan awal menghadapi MS.
2. Faktor Risiko Pola Makan
Selain karena terinfeksi oleh MS, anak-anak penderita karies gigi biasanya sering
mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula. Gula sendiri memang
bukan faktor utama yang menyebabkannya, tetapi gula merupakan substrat yang memicu
pertumbuhan bakteri penyebabnya. Makanan yang mengandung gula ini dapat dengan
mudah dimetabolisme oleh MS dan lactobacilli menjadi asam organik yang dapat
mendemineralisasi enamel dan dentin.
Meminum susu sapi melalui botol bayi sebelum tidur dianggap sebagai penyebab
utama karies gigi yang terjadi pada anak-anak. Namun, hal itu salah karena susu sapi
pada umumnya tidak bersifat kariogenik yang dikarenakan kandungan mineralnya dan
kadar laktosa yang rendah. Yang berpotensi menyebabkan karies pada anak adalah
penggunaan dot bayi atau meminum ASI sebelum tidur. Walaupun, ASI sebagai penyebab
karies pada anak masih menjadi subjek perdebatan. Maka dari itu, air merupakan satu-
satunya minuman yang direkomendasikan untuk diberikan kepada anak sebelum tidur.
3. Faktor Risiko Lingkungan
Pada anak-anak, karies kemungkinan besar terjadi jika terinfeksi MS saat usia dini,
walaupun sebagian dapat diimbangi dengan beberapa faktor, seperti kebersihan mulut
yang baik dan konsumsi makanan dan minuman manis yang tidak berlebihan.
Perkembangan kebiasaan menjaga kebersihan mulut umumnya terhambat oleh faktor
lingkungan di mana anak itu tinggal, seperti status sosial, kemiskinan, etnis, tingkat
pendidikan, dan asuransi kesehatan gigi.
Meskipun kejadian karies gigi pada gigi permanen mengalami penurunan beberapa
decade terakhir di negara berpenghasilan tinggi, namun karies masih terjadi pada gigi
anak-anak. Anak-anak dengan riwayat karies gigi yang pengasuh atau orang tuanya
mengalami karies gigi parah, dianggap meningkatkan risiko terjadinya karies. Namun,
sebuah studi di Jepang melaporkan bahwa karies gigi pada anak-anak yang berusia tiga
tahun lebih erat kaitannya dengan pengembangan perilaku anak dibandingkan dengan
faktor ibu yang terkait, seperti asuransi kesehatan, perilaku hidup sehat, dan status
kesehatan gigi. (Kawashita et all, 2011)

2.2 PROSES TERJADINYA KARIES GIGI


Proses karies gigi dimulai dari timbulmya plak plak di permukaan gigi kemudian
meningkatkan tingkat keasaman pada gigi. Hal ini diakibatkan oleh asam dari metabolisme
bakteri yaitu bakteri streptococcus yang menyebar ke enamel dan dentin dan melarutkan
mineral. Bakteri ini memproduksi asam organik sebagai produk sampingan yang dihasilkan
dari fermentasi karbohidrat yang pada umumnya adalah sukrosa. Sukrosa dari sisa sisa
makanan yang diproses oleh bakteri akan menempel pada waktu tertentu dan berubah
menjadi asam laktat yang menurunkan pH mulut menjadi kritis atau mencapai 5,5. Hal ini
menimbulkan proses berkelanjutan yaitu demineralisasi dan remineralisasi.
Proses demineralisasi dimulai pada tingkat atom pada permukaan kristal di dalam
enamel atau dentin dan dapat terus kecuali dihentikan dengan titik akhir makhluk kavitasi.
Ada banyak kemungkinan untuk campur tangan dalam proses ini terus menangkap atau
membalikkan kemajuan luka. Remineralisasi adalah proses perbaikan alami untuk luka non-
kavitas, dan bergantung pada ion kalsium dan fosfat dibantu oleh fluoride untuk membangun
kembali permukaan baru pada sisa-sisa kristal yang ada di bawah permukaan lesi yang
tersisa setelah demineralisasi. proses remineralisasi kristal yang tahan asam, yang jauh
kurang larut daripada mineral asli. Apabila proses demineralisasi lebih cepat dibandingkan
dengan proses remineralisasi peluruhan mineral gigi akan berlanjut menjadi karies gigi.
(JDB, 2008)

2.3 KARIES SERING MENYERANG ANAK-ANAK


Siapa yang tidak menyukai makanan maupun minuman yang manis. Semua orang
menyukainya, terutama anak-anak. Rasa manis membuat anak-anak ketagihan hingga
terkadang mereka tidak dapat mengontrol keinginannya untuk mengonsumsi makanan atau
minuman manis secara berlebihan. Makanan dan minuman yang manis biasanya
mengandung gula (karbohidrat).
Setiap mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, plak yang ada dalam
rongga mulut akan bergabung dengan gula untuk menghasilkan asam. Asam yang dihasilkan
akan menyerang gigi dan dalam waktu tertentu akan mengakibatkan hancurnya struktur
email gigi. Dalam keadaan normal, tingkat keasaman (pH) saliva berkisar 6,8-7,0. Saat
seseorang makan atau minum tingkat keasamaan saliva akan turun menjadi 4 (pH kritis
saliva yaitu 5,5). Namun pada saat keadaan tertentu, pH saliva bisa jadi tetap rendah, yaitu
jika usai makan beberapa saat kemudian seseorang makan alias mengemil. Kebiasaan seperti
inilah sering dilakukan oleh anak-anak. Selain itu, anak-anak juga masih meminum susu.
Susu yang diminum anak akan tergenang di dalam mulut dalam waktu yang lama. Akibatnya
mereka sangat rawan terkena karies.
Namun sangat disayangkan, masyarakat belum dapat memahami betul bahaya
makanan dan minuman yang mengandung gula. Makanan dan minuman seperti ini
mengandung sukrosa. Substrat yang terkandung ini mempunyai sifat lengket sehingga harus
dibersihkan segera setelah mengonsumsinya.
Anak-anak belum dapat memahami bahaya dari mengonsumsi makanan dan minuman
manis secara berlebihan, sehingga mereka tidak membersihkan giginya setelah mereka
mengonsumsinya. Menyikat gigi kurang sempurna dapat merangsang pertumbuhan
Streptoccocus Mutans yang berperan dalam tahap awal terjadinya karies dengan cara
merusak bagian luar dinding gigi. Selanjutnya Lactobasilus akan mengambil alih peran
karies yang telah terjadi dan akan merusak gigi.
Selain itu penyebab lain mengapa karies gigi sering terjadi pada anak-anak
dibandingkan orang dewasa adalah karena pada masa anak-anak, gigi yang tumbuh masih
berupa gigi susu yang cenderung lebih rapuh dibanding gigi permanen yang dimiliki orang
dewasa. Berikut adalah pengaruh struktur gigi susu terhadap karies gigi dibanding struktur
gigi permanen :
1. Gigi susu pada anak memiliki email gigi yang lebih tipis dibandingkan gigi permanen
orang dewasa, sehingga menyebabkan gigi lebih mudah terkikis dan mudah terkena
karies.
2. Gigi susu memiliki rongga pulpa yang lebih lebar, ini lah yang memudahkan gigi susu
terkena karies. Karena dengan rongga pulpa yang lebar, jika email gigi dan dentin yang
berada diatas pulpa rusak maka akan menyebabkan bakteri penyebab karies lebih
mudah masuk dan menyerang ke gigi bagian dalam. (Melanie, 2011)

2.4 CARA PENANGANAN DAN PENCEGAHAN KARIES PADA ANAK


Penanganan :
Penanganan bagi anak-anak yang telah terserang karies gigi dilakukan dengan cara
memberikan perawatan terhadap jaringan gigi yang terserang karies. Perawatan bisa dengan
memberikan obat-obatan seperti anastesi lokal untuk menghilangakan rasa nyeri,
memberikan floride secara topikal untuk merangsang proses remineralisasi gigi, atau dengan
pemboran gigi untuk membuang bagian yang berlubang dan menambalnya. Karena gigi
yang tumbuh pada masa anak-anak masih berupa gigi susu, maka perawatan dilakukan
sampai gigi susu tersebut tanggal dengan sendirinya. Perawatan semacam ini dianggap lebih
efektif daripada harus melakukan pencabutan gigi secara prematur, karena mencabut gigi
justru akan menimbulkan masalah baru dan beresiko penyebaran bakteri streptococcus
penyebab karies ke gigi-gigi disekitar gigi yang dicabut.
Tetapi jika kondisi giginya mengalami kerusakan parah dan syaraf gigi mati, maka
akan dilakukan penanganan dengan pencabutan gigi. Dan setelah pencabutan perlu
dilakukan perawatan yang benar untuk melindungi gigi lainnya dari serangan bakteri
penyebab karies. (Wahab, 2000)

Pencegahan :
1. Mengurangi konsumsi makanan kariogenik
Mengatur pola makan dengan mengurangi makanan yang bersifat kariogenik
adalah salah satu cara mencegah timbulnya karies gigi . Konsumsi makanan maupun
minuman yang mengandung gula secara berlebihan dapat meningkatkan frekuensi
demineralisasi enamel. Terlebih lagi jika setelah makan tidak membersihkan gigi dengan
baik, maka zat-zat gula yang tersisa akan mengendap dan mempercepat pertumbuhan
bakteri sreptococcus menyebabkan karies gigi. Dengan demikian, mengurangi makanan
kariogenik sangat dianjurkan untuk mengurangi resiko pertumbuhan bakteri penyebab
karies.
2. Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride
Untuk mencegah karies gigi dengan perawatan di rumah, bisa dengan memberikan
anak-anak pasta gigi yang mengandung fluoride dan harus dimulai sejak dini. Penelitian
menunjukkan bahwa didapatkan lebih banyak manfaat dari menyikat gigi dua kali sehari
sejak munculnya gigi molar pertama dibandingkan dengan menyikat kurang dari dua kali
sehari dan tanpa menggunakan fluoride.
3. Memberikan edukasi kesehatan mulut dan gigi
Dengan memberikan anak-anak edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan
mulut dan gigi, maka akan dapat meningkatkan kepedulian mereka terhadap kesehatan
giginya. Bentuk pemberian edukasi bisa berupa video animasi yang akan semakin
menarik perhatian anak-anak untuk memahami dan meningkatkan kesadaran mereka
akan pentingnya menjaga kesehatan gigi agar mereka terhindar dari penyakit karies.
(Kidd et all, 1991)
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Karies gigi adalah penyakit infeksi yang menyerang jaringan keras pada gigi yaitu
email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh asam dari metabolisme bakteri
streptococcus yang menyebar di seluruh permukaan gigi, menyebabkan demineralisasi pada
gigi sehingga membuat gigi berlubang. Karies gigi lebih sering menyerang anak-anak
dibandingkan orang dewasa. Pola makan pada anak-anak menjadi salah satu penyebab
terjadinya karies gigi, terlebih lagi anak-anak gemar mengonsumsi makanan dan minuman
yang mengandung gula, dimana disini gula merupakan substrat yang memicu pertumbuhan
bakteri streptococcus. Struktur gigi anak-anak pun juga mempengaruhi percepatan proses
terjadinya karies gigi, dimana gigi yang tumbuh pada masa anak-anak masih berupa gigi
susu yang cenderung memiliki email gigi yang lebih tipis sehingga lebih rapuh
dibandingkan gigi permanen orang dewasa. Banyak anak-anak juga tidak rajin menyikat
giginya setelah mengonsumsi makanan dan minuman manis sehingga sisa makanan pun
mengendap pada permukaan dan sela-sela gigi, menimbulkan plak tempat tumbuhnya
bakteri streptococcus sehingga menyebabkan terjadinya karies gigi. Selain itu faktor
lingkungan juga mempengaruhi munculnya karies gigi. Perkembangan kebiasaan menjaga
kebersihan mulut umumnya terhambat oleh faktor lingkungan di mana anak itu tinggal,
seperti status sosial, kemiskinan, etnis, tingkat pendidikan, dan asuransi kesehatan gigi.
Oleh karena itu perlu adanya penanganan bagi anak-anak yang telah terserang
penyakit karies gigi dan pencegahan untuk mengurangi resiko terserang penyakit karies gigi
terjadi lagi di masa mendatang. Penanganannya dengan melakukan perawatan gigi baik
dengan anastesi untuk menghilangkan nyeri gigi, pemberian fluoride untuk merangsang
proses remineralisasi gigi, atapun dengan pemboran gigi untuk membuang bagian gigi yang
berlubang dan menambalnya. Sedangkan contoh untuk pencegahannya bisa dilakukan
dengan cara mengurangi konsumsi makanan kariogenik untuk mengurangi pertumbuhan
bakteri streptococcus penyebab karies, menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride,
dan memberikan edukasi kesehatan mulut dan gigi pada anak untuk lebih menjaga kesehatan
mulut dan gigi mereka agar terhindar dari penyakit karies gigi.

DAFTAR PUSTAKA

Yumiko Kawashita, Masayasu Kitamura, and Toshiyuki Saito. 2011. Early childhood caries.
International Journal of Dentistry

Renata O. Guar, Ana Ldia Ciamponi, Maria Teresa B.R. Santos, Renata Gorjo and Michele B.
Diniz. 2013. Experience and Salivary Parameters among Overweight Children and Adolescents.
Dentistry Journal

Priya Ahlawat, Abhisek Parolia, Zeinab Hasan, Frederick V. Smales, Allan Pau and Chooigait G.
Toh. 2014. Comprehensive Implementation of the International Caries Detection and Assessment
System (ICDAS) in a Dental School and University Oral Health Centre: A Stepwise Framework.
Dentistry Journal

P, Jitendar.2011. Textbook of Operative Dentistry.New Delhi: Jaypee brother Medical Publisher(P)


Ltd

Chaudhary, Mayur & Shweta Dixit Chaudhary.2011. Essentials of Pediatric Oral Phatology. New
Delhi: Jaypee brother Medical Publisher(P) Ltd
Maulani, Drg. Chaerita & Jubilee Enterprise. 2005. Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo

Megananda Hiranya Putri, drg.,M.Kes. dkk. 2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

A.M. Kidd, Edwina dkk. 1987. Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Brazzelli, M. dkk. 2006. Systematic Review of the Effectiveness and Cost-effectiveness of


HealOzone for the Treatment of Occlusal Pit/Fissure and Root Caries. England: Health Techy
Assess

Featherstone JDB. 2008. Dental Caries A Dynamic Disease Process. Australia Dental Journal

Mc Donald, RE., Avery DR., dan Dean JA. 2004. Denistry for the child and Dolescent Eight
edition. Mosby, inc.

Mims,C., Dockrell, HM., Roitt,I., Wakelin, D.dan Zuckerman. 2004. Medical Microbilogy. Third
Edition. Mosby, inc.

Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume II. Jakarta: EGC

Edwina A.M. Kidd, Sally Joyston Becha. 1991. Dasar Dasar Karies : Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai