Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perekonomian dunia tampaknya makin menjadi bebas. Hambatan tarif dan nontarif terus
dikikis melalui negosiasi dagang antar negara. Asosiasi perdagangan bebas makin meluas.
Perekonomian Indonesia dikepung oleh area perdagangan bebas seperti, SAARC, ANZCERTA,
Uni Eropa, NAFTA, dan malah telah tergabung dalam perdagangan bebas seperti AFTA dan
APEC. Mungkin dapat dikatakan bahwa semua partner dagang Indonesia telah masuk pada
salah satu kesepakatan daerah perdagangan bebas. Dalam hal yang demikian ini rupanya sudah
tertutup jalan bagi Indonesia untuk tidak melakukan hubungan dagang ke luar negeri, dan begitu
kita melihat hubungan dagang dengan luar negeri Indonesia harus bersedia mengadakan
perdagangan bebas atau setidaknya perdagangan yang lebih bebas dengan negara partner
dagangnya. Tampaknya pernyataan Presiden Suharto pada penutupan pertemuan APEC di
Bogor pada tahun 1994 harus diterima dengan lapang dada. Pernyataannya adalah: "suka tidak
suka, siap tidak siap, kita harus menerima globalisasi perdagangan bebas". Beberapa kali
pertemuan APEC selanjutnya menekankan supaya komitmen Bogor direalisir, yakni membuka
pergagangan bebas tahun 2010 bagi negara maju dan tahun 2020 bagi negara berkembang.
Oleh karena itu masalah yang dihadapi perekonomian Indonesia yang makin bebas di masa
depan adalah bagaimana cara meraih keuntungan-keuntungan dari globalisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Wawasan Perspektif Global Perekonomian Indonesia?
2. Bagaimana Perekonomian Indonesia dimasa Mendatang Berdasarkan Pola Struktur Yang
Terjadi?
3. Apa saja Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
4. Bagaimana Perekonomian Indonesia dimasa Mendatang?

1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui Wawasan Perspektif Global Perekonomian Indonesia
2. Agar dapat mengetahui dan menganalisa Perekonomian Indonesia dimasa Mendatang
Berdasarkan Pola Stuktur Yang Terjadi
3. Agar dapat mengetahui Faktor Yang Mempengaruh Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia
4. Agar dapat mengetahui Analisis Perekonomian Indonesia dimasa Mendatang

PEREKONOMIAN INDONESIA 1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Wawasan Perspektif Global Perekonomian Indonesia


Wawasan perspektif global merupakan suatu cara pandang, cara tinjau dan cara berpikir
terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari suatu kepentingan global, yaitu dari sisi
kepentingan dunia atau internasional. Dengan perspektif yang semakin mengglobal kita dapat
memahami dunia dan seisinya, sehingga menumbuhkan kesadaran bahwa dunia yang begitu
kompleks dan luas itu dapat menjadi sempit dan sederhana. Sehingga kita perlu untuk mengkaji
lebih dalam mengenai pentingnya berwawasan perspektif global yang erat kaitannya dengan
landasan pendukung kesadaran dan wawasan global yang diperlukan, bidang kekuatan
globalisasi, peningkatan daya saing dalam globalisasi, pengembangan wawasan global melalui
pendidikan, pengantisipasian arus globalisasi, sampai konsep inovasi untuk peningkatan
wawasan global.
Ciri & Dampak Globalisasi Perekonomian Indonesia memiliki prospek yang sangat
menjanjikan. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar ke-16 di dunia, perekonomian
Indonesia jauh lebih stabil dan terdiversifikasi. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia
mengalami kemajuan pesat dalam pengelolaan makroekonomi.
Perspektif global yang telah ditinjau saat ini memiliki ciri-ciri masyarakat terbuka, liberal,
pasar bebas, persaingan bebas (kompetisi), demokrasi berkembang. Dalam perekonomian
Indonesia, hukum ekonomi the invisible hand semakin besar peranannya dibanding peranan
hukum negara atas mekanisme pasar semakin berperan daripada proses administrasi, Sistem
ekonomi mengarah ke keterbukaan, ekspansi kapitalisme internasional, dan hilangnya batas-
batas negara untuk aktivitas ekonomi. Transaksi ekonomi tidak lagi dibatasi peraturan
pemerintah, contoh : pembelian dengan US $ di Indonesia tidak bisa dilarang oleh pemerintah.
Munculnya komunitas/assosiasi/organisasi internasional & kerjasama multilateral semacam
MEE, OKI, OPEC, mata uang Euro, pembebasan visa, dsb.
Pemerintah cenderung melepas urusan-urusan domestik masyarakatnya itu
(debirokratisasi) Batas negara & kewenangannya tunduk pada kekuatan teknologi, tatanan
ekonomi global, tatanan sosial & politik internasional. Transaksi ekonomi sudah tidak mungkin
diatur lagi secara efektif oleh negara. Kebijakan pemerintah cenderung pro-pasar.
Masoed (2002) menguraikan : Persoalan yang muncul berkait dengan globalisasi ini
adalah ketidakstabilan & ketidak-pastian ekonomi-politik (global disorder dan global instability)
paling tidak sejak tahun 1980-an. Terdapat 3 kekuatan yang menyebabkannya, yaitu : Penciptaan

PEREKONOMIAN INDONESIA 2
& pengintegrasian ekonomi global di bawah hegemoni kapitalis. Perubahan teknologi yang amat
cepat Konsentrasi kepemilikan uang dan kapital oleh si kaya dan si kuat. Untuk lebih memahami
masalah globalisasi, maka kita harus:
1) Tertarik dan menaruh perhatian terhadap peristiwa-peristiwa dan perubahan pada
masyarakat tingkat lokal, nasional, dan masyarakat global.
2) Aktif mencari informasi yang berkaitan dengan masalah, peristiwa, kegiatan baik di tingkat
local, nasional, dan global.
3) Mau menerima setiap perubahan dan pembaharuan sepanjang tidak bertentangan dengan
nilai budaya bangsa kita.
4) Peduli dan mau membantu memecahkan masalah
5) Secara terus menerus meningkatkan ilmu pengetahuan, baik melalui pendidikan formal
atau dengan cara-cara nonformal.

Dalam globalisasi kita menyadari bahwa setiap bangsa adalah saling bersaing, dan
berpacu dengan segala perubahan dan kemajuan. Kita akan kalah dalam persaingan kalau tidak
siap, dan tidak mengantisipasinya sejak awal. Kesiapan kita dalam bersaing, adalah dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan Daya Saing dalam Globalisasi
1) Peningkatan produksi dan mutu produk. Yang dimaksudkan dengan produk disini tidak
hanya dalam pengertian industri, akan tetapi juga dalam pendidikan.
2) Penguasaan Bahasa Inggris sebagai bahasa yang digunakan secara internasional, bukan
saja sebagai bahasa percakapan, tetapi juga buku sumber ilmu pengetahuan
menggunakan Bahasa Inggris.
3) Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.2 Perekonomian Indonesia dimasa Mendatang Berdasarkan Pola Stuktur Yang Terjadi
Arah perekonomian yang mulai membaik pada triwulan IV menjadi modal penting bagi
perekonomian ke depan. Ekonomi indonesia saat ini optimis, pertumbuhan ekonomi yang
meningkat dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin meningkat dapat
melihat perkembangan dan kemajuan negara Indonesia pada negara lain. Pendapatan nasional
Indonesia per tahun mampu memberikan kemajuan ekonomi makro yang sangat berpengaruh
dalam pertumbuhan ekonomi saat ini. Salah satu pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat
dengan permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain
itu, ekspor dan impor, serta investasi, situasi ekonomi Indonesia masa kini dan masa mendatang,
yang telah melonjak maju ke level tertinggi dalam beberapa tahun ini. Sementara pertumbuhan

PEREKONOMIAN INDONESIA 3
yang dulunya diperkirakan dari 6,1%, pemerintah menganggap itu telah tumbuh menjadi 7,2%.
(Bank Dunia memperkirakan sebelumnya hanya 6,4% pertumbuhan PDB), jadi masa depan
perekonomian Indonesia sangat cerah, Selain itu, negara Indonesia memiliki lembaga yang lebih
baik dalam hal memantau pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat mengatasi distorsi kurang dan
ketergantungan lebih besar pada pasar.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang signifikan diberbagai sektor, Indonesia saat ini
ditengah terjadinya ledakan konsumen seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebut saja
beberapa diantaranya ; Motor Matic (Skuter), Mobil, Smartphone, dan produk perawatan kulit dan
kesehatan dan semua permintaan kelas menengah tumbuh dengan signifikan, dan Orang
Indonesia kaya baru menghabiskan uangnya untuk konsumtif. Nama merek besar selalu terlihat
di televisi, papan reklame di jalan-jalan bertebaran. Ketika datang ke komoditas, pertumbuhan
China dan India telah memberikan perangsang kepada ekonomi Indonesia. Lainnya kebutuhan
batubara dan gas sangat tinggi saat ini, sementara seluruh dunia lapar untuk minyak sawit dari
seluruh kebun yang ada di Indonesia.
Dalam jangka menengah, perekonomian Indonesia diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi
dengan laju inflasi yang lebih rendah dan postur transaksi berjalan yang lebih sehat. Namun,
prognosa ini sangat bergantung pada kemampuan untuk mengatasi berbagai tantangan
struktural yang saat ini masih menyelimuti perekonomian domestik. Beberapa tantangan tersebut
berkaitan dengan permasalahan pada struktur pembiayaan, struktur produksi domestik, termasuk
ketahanan energi dan ketahanan pangan serta dampaknya terhadap pengelolaan subsidi di
APBN, dan ketersediaan modal dasar pembangunan. Berbagai langkah reformasi struktural telah
ditempuh oleh Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mengatasi berbagai tantangan struktural
tersebut. Bank Indonesia memperkirakan apabila reformasi struktural dapat berjalan baik,
pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 6,5% pada 2018 dengan tingkat inflasi yang menurun
sesuai target jangka menengah dan defisit transaksi berjalan yang lebih sehat. Prospek
perekonomian dalam jangka panjang bahkan dapat lebih tinggi bila berbagai upaya peningkatan
kapabilitas industri dapat berjalan sesuai harapan. Lebih jauh, perekonomi Indonesia dapat lebih
meningkat apabila prakondisi kebijakan untuk mendukung kenaikan produktivitas dan daya saing
di perekonomian domestik juga terpenuhi. Namun, apabila pelaksanaan kebijakan reformasi
struktural tidak berjalan sebagaimana yang direncanakan, pertumbuhan ekonomi dapat lebih
rendah dari perkiraan, dan diikuti inflasi yang lebih tinggi dan perbaikan defisit transaksi berjalan
yang lebih terbatas

PEREKONOMIAN INDONESIA 4
2.3 Faktor Yang Mempengaruh Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari
permasalahan kesenjangan dalam pengelolaan perekonomian, dimana para pemilik modal
besar selalu mendapatkan kesempatan yang lebih luas dibandingkan dengan para pengusaha
kecil dan menengah yang serba kekurangan modal. Disamping itu, akses untuk mendapatkan
bantuan modal keperbankan juga lebih memihak kepada para pengusaha besar dibandingkan
dengan pengusaha ekonomi lemah. Disamping itu pertumbuhan ekonomi perdagangan
internasional juga memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ketidakpastian perekonomian dan perdagangan dunia yang semakin meningkat, semakin
menyebabkan kemungkinan kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang kurang membanggakan
bagi bangsa Indonesia. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Indonesia, secara umum:
1) Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan
ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada
sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi
yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
2) Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber
daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya
alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak
didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam
yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan
mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
3) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian
pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas
pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju
pertumbuhan perekonomian.
4) Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan
ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong
proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang
dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet

PEREKONOMIAN INDONESIA 5
dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan
diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
5) Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat
penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-
barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Solusi untuk mengatasinya :


1) Meningkatkan kesadaran dari masing-masing orang sangat dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah ini. Pemerintah harus mendukung dengan diadakannya beasiswa
bagi anak-anak yang lebih beruntung agar dapat menciptakan SDM yang berkualitas.
2) Tingkat kesadaran orang tua sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Dimana
mereka harus sadar agar anaknya nanti hidup layak sehat, pemerintah memberikan
pengobatan gratis untuk masyarakat kurang mampu.
3) Pemerintah seharusnya memperhatikan kehidupan masyarakat diperdesaan agar dapat
lebih maju.
4) Cara mengatasinya melalui peningkatan kualitas SDM atau peningkatan investasi menjadi
lebih produktif.
5) Pemerintah menghadapi krisis nilai tukar ini dengan melakukan intervensi di pasar untuk
menyelamatkan cadangan devisa yang semakin menyusut. Pemerintah menerapkan
kebijakan nilai tukar yang mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar
yang mengambang terkendali.
6) Masalah likuiditas daripada bank tersebut pemerintah membantu dengan memberikan
bantuan.
7) Pemerintah harus memperbaiki kualitas barang dalam negeri agar tidak kalah bersaing
dengan barang impor.

2.4 Analisis Perekonomian Indonesia dimasa Mendatang


2.4.1 Sistem Negara dan Pemerintahan
Pada masa pemerintah Sukarno Indonesia merupakan negara kesatuan, kemudian
berubah menjadi negara federasi, setelah itu kembali lagi ke negara kesatuan sampai sekarang
setelah melewati pemerintahan Suharto, Habibie, Abdulrahman Wahid, Megawati Sukarno Putri,
dan terakhir Susilo Bambang Yudhoyono. Namun pada masa reformasi dari tahun 1998 muncul
kembali wacana untuk mengubah sistem negara kesatuan menjadi negara federal.

PEREKONOMIAN INDONESIA 6
Pada masa pemerintahan Sukarno Indonesia memakai sistem pemerintahan demokratis
dengan multipartai. Pada saat itu muncul pendapat bahwa demokrasi Barat tidak cocok untuk
bangsa Indonesia sehingga terjadi perubahan menjadi demokrasi terpimpin, atau demokrasi
Pancasila; dan dari demokrasi parlementer ke demokrasi presidensial. Pada masa pemerintahan
Suharto partai disederhanakan menjadi tiga dan sistem pemerintahan adalah diktator militer.
Sistem pemerintahan dengan tiga partai dan diktator militer ini runtuh pada waktu krisis moneter
yang dibarengi dengan jatuhnya Suharto dan muncul gerakan reformasi di bidang politik dan
ekonomi. Indonesia kembali ke sistem banyak partai, malah jumlah partai jauh lebih banyak
dibandingkan pada masa pemerintahan Sukarno. Kembali menggunakan sistem demokrasi dan
dilaksanakan pemilihan umum langsung. Pengalaman pahit pada masa Sukarno dengan sistem
demokrasi yang mengakibatkan pergantian Menteri berkali-kali tampaknya ada gejala untuk
muncul kembali pada pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono dengan munculnya isu pada awal
2010 akan ada pergantian kabinet, padahal pemerintahan baru berjalan 100 hari. Hal yang mirip
dengan keadaan di mana Indonesia menganut demokrasi parlementer di tahun 1950an di mana
kabinet jatuh bangun, ada kabinet yang hanya berumur tiga bulan.
Sulit menghubungkan antara bentuk negara kesatuan atau federasi dengan tujuan
pembangunan ekonomi. Namun rupanya dalam waktu 10-20 tahun mendatang Indonesia masih
tetap menganut sistem negara kesatuan. Yang perlu di sini diperhatikan adalah mengenai
Otonomi Daerah, bahwa kewenangan yang tersentralisasi mengakibatkan pembangunan yang
tidak seimbang antara Jawa, Indonesia Bagian Barat, dan Indonesia Bagian Timur. Pemberian
otonomi yang lebih luas dan bertanggung jawab mungkin akan lebih memeratakan pembangunan
antar propinsi dan antar pulau, dan usaha ke arah otonomi keuangan daerah yang makin luas
akan meredakan kemauan beberapa pemerintah daerah untuk memisahkan diri dari NKRI seperti
yang muncul sebagai isu pada masa reformasi.
Mengenai beda distribusi pendapatan pada berbagai sistem pemerintahan, Indonesia
hanya mengalami sistem sosialis dalam kurun waktu yang pendek, pada masa akhir
pemerintahan Sukarno, barangkali tidak sampai 5 tahun, sedangkan masa dengan perekonomian
pasar dalam kurun waktu yang jauh lebih lama, masa pemerintah Suharto dan sesudahnya
sampai sekarang (lebih dari 40 tahun). Distribusi pendapatan sejak Suharto sampai sekarang,
sebagaimana ditunjukkan pada Bab 2 dengan rasio Gini, rasio Kuznets ataupun IPM selalu
menunjukkan tingkat ketimpangan yang sedang (menengah). Mungkin dapat diduga bahwa
tingkat ketimpangan distribusi pendapatan pada masa Indonesia dengan sistem ekonomi sosialis
ala Indonesia lebih jelek dari pada perekonomian dengan sistem bukan sosialis. Jadi dari sudut
sistem negara dan pemerintahan, tampaknya perekonomian Indonesia di masa datang akan

PEREKONOMIAN INDONESIA 7
tetap berada di bawah naungan NKRI dengan sistem pemerintah yang demokratis dan sistem
ekonomi yang bukan sosialis melainkan condong ke pasar bebas dengan peranan pemerintah
yang cukup besar dalam bidang ekonomi untuk meningkatkan laju pertumbuhan dan
mempertahankan ketimpangan distribusi pendapatan setidak-tidaknya pada tingkat yang sedang.

2.4.2 Politik, Ekonomi, dan Hukum.


Sebelum dan setelah proklamasi Indonesia selalu menghadapi gejolak politik dalam dan
luar negeri yang tidak aman, maksudnya selalu diwarnai oleh peperangan. Wacana pembenar
pada masa itu adalah bahwa politik menjadi komando dari setiap kebijakan pemerintah. Dalam
kancah politik tidak ada masalah benar salah, yang ada adalah siapa mendapat apa. Dapat
dibayangkan bagaimana akibatnya terhadap kesejahteraan masyarakat kalau politik adalah
komando dari setiap kebijaksanaan. Salah satunya adalah korupsi. Korupsi sesungguhnya telah
banyak dipraktekkan pada masa pemerintahan Sukarno, dan usaha untuk memberantas korupsi
pun waktu itu telah banyak, namun usaha tersebut macet. Ucapan bung Karno pada waktu itu
adalah "kalau kita mencari tikus jangan sampai membakar rumahnya". Ucapan tersebut
memacetkan usaha pemberantasan korupsi kalau korupsi itu menyangkut pejabat tinggi dalam
pemerintahan.
Korupsi merupakan salah satu penolakan dari hal yang benar. Namun, mungkin karena
Indonesia merebut kemerdekaannya, bukan dengan jalan damai, seolah-olah masyarakat
Indonesia menolak semua hal-hal yang benar di masa penjajahan. Sampai-sampai tepat waktu
pun seolah-olah ditolak. Pada waktu itu timbul istilah jam karet, jam yang tidak menunjukkan
waktu yang tepat. Seorang pegawai (negeri) yang tepat waktu masuk dan waktu pulangnya
dikatakan sebagai pegawai Belanda, yang tidak karuan waktu masuk dan waktu pulangnya
disebut sebagai pegawai republik.
Kita dapat membayangkan akibatnya terhadap kesejahteraan masyarakat, kalau politik
sebagai komando tindakan pemerintah dan tindakan masyarakat. Hanya segelintir orang yang
mengalami keuntungan dari keadaan tersebut, sebagian besar masyarakat miskin dan miskin
sekali. Dalam kancah internasional, Indonesia dikatakan sebagai "a Nation of coolies dan coolie
among Nations (negara yang terdiri dari kuli, dan negara kuli di antara bangsa-bangsa)".
Pemerintahan Sukarno diakhiri dengan demonstrasi mahasiswa dan masyarakat yang, antara
lain, menuntut ekonomi "Yes", politik "No". Kemudian pada pemerintahan Suharto, ekonomi
sebagai komando setiap kebijaksanaan pemerintah. Ekonomi sebagai komando juga akan
menghasilkan pemerintahan dan masyarakat yang korup. Korupsi malah merata di seluruh
negeri, dan sulit membedakan mana perbuatan yang korup dan mana yang tidak korup. Korupsi

PEREKONOMIAN INDONESIA 8
sudah dianggap sebagai kebudayaan. Istilah yang terkenal adalah KKN (kroni, korupsi dan
nepotisme). Di bidang ekonomi, karena ekonomi sebagai komando, terlihat adanya kemajuan
dalam arti pertumbuhan, malah sepanjang pemerintahan Suharto pertumbuhan ekonomi
termasuk tinggi, rata-rata 7-8 persen per tahun.
Pemerintah Suharto juga jatuh melalui demonstrasi mahasiswa dan masyarakat yang
menuntut, antara lain, pemberantasan korupsi (pemerintahan yang bersih) dan penegakan
hukum. Di masa datang, masalah korupsi, masalah ekonomi biaya tinggi, dan masalah
penegakan hukum rupanya tidak bisa ditolerir, kalau Indonesia menghadapi persaingan bebas
dalam bidang ekonomi yang dijanjikan oleh proses globalisasi ekonomi.

2.4.3 Kemajuan Teknologi dan Pertumbuhan Ekonomi.


Pengalaman pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru, dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi, mungkin perlu ditiru di masa mendatang. Kalau demikian halnya, maka
pembangunan ekonomi di samping menggunakan sumber daya dalam negeri juga menggunakan
sumber daya dari luar negeri. PMDN dan PMA terus digalakkan, swasta asing dibiarkan bersaing
dan Joint venture didorong berkembang di bumi pertiwi ini. Pinjaman dalam dan luar negeri
mungkin diperlukan untuk menambah modal dalam negeri. Penerimaan yang demikian ini
rupanya tidak bisa dibendung lagi karena globalisasi tidak hanya terjadi di sektor barang tetapi
juga di sektor jasa dan penanaman modal (investasi), dan bahkan di sektor pertanian.
Todaro dan Smith (2003 h.115) mengatakan bahwa Inggris menggandakan output per
orang dalam 60 tahun pertama sejak revolusi industrinya, Amerika Serikat melakukan hal yang
sama dalam waktu 45 tahun, Korea Selatan berhasil melakukan hal yang serupa hanya dalam
11 tahun sejak 1966 sampai 1977. Sejarah pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan bahwa
semakin terlambat satu negara memulai pertumbuhan ekonomi modernnya, maka waktu yang
diperlukan untuk menggandakan output per orang juga makin singkat. Untuk Indonesia, kalau
dihitung mulai sekarang (tahun 2010), barangkali tidak sampai memerlukan waktu 5 tahun untuk
menggandakan output per orang. Caranya adalah (i) loncat jauh dalam bidang transfer teknologi,
yang maksudnya langsung memakai teknologi produksi yang paling mutakhir, dan (ii)
memanfaatkan kesediaan modal dan tenaga ahli yang berlimpah yang dimiliki oleh negara maju.

2.4.4 Subsidi dan Program Sosial.


Kalau pemerintah Indonesia termasuk dalam "kelompok Cairns" dalam putaran Uruguay
yang menolak menandatangani kesepakatan kecuali ada kemajuan di bidang pertanian
(maksudnya pengurangan subsidi di bidang pertanian oleh negara maju, lihat Seksi 12.3), maka

PEREKONOMIAN INDONESIA 9
tidaklah konsisten kalau Indonesia sendiri menerapkan praktek subsidi pupuk di bidang pertanian
dan di bidang lain seperti minyak bumi dan listrik.
Dasar dari perekonomian Indonesia di masa datang yang dirumuskan dalam bab ini adalah
perdagangan internasional yang bebas tanpa hambatan seperti pada prinsip-prinsip yang
diterapkan pada GATT. Sistem ekonomi yang dianutnya adalah sistem pasar berdasarkan atas
kekuatan permintaan dan penawaran dengan intervensi yang minimum oleh pemerintah. Dalam
hal subsidi, harga dari barang yang diperdagangkan ditentukan oleh pemerintah, bukan oleh
kekuatan permintaan dan penawaran. Misalnya subsidi bensin, atau subsidi pupuk, sering kali
mengakibatkan bensin dan pupuk hilang dari pasar dan timbul pasar gelap. Di samping itu, yang
menerima subsidi seperti ini kebanyakan golongan kaya, bukan golongan yang semestinya
dibantu oleh pemerintah. Selama harga tidak ditentukan oleh pasar, maka hal tersebut tidak
sesuai dengan sistem pasar. Ini termasuk, misalnya, harga Sembako murah. Harga Sembako
dalam hal ini ditentukan oleh pemerintah, dan oleh karenanya tidak sesuai dengan sistem. Lagi
pula, pengalaman mengenai penjualan Sembako murah menunjukkan tidak sedikit pembeli yang
mengendarai kendaraan roda dua atau roda empat, malah dengan plat merah, yang tidak sesuai
dengan tujuan pengadaan Sembako murah tersebut. Oleh karena itu ditolak oleh sistem
perekonomian pasar.
Namun apabila pemerintah mengintervensi pasar, seperti misalnya pada pasar beras
melalui Bulog, atau pasar devisa melalui cadangan devisa, maka hal ini masih sesuai dengan
dasar logika dari sistem pasar, karena harga masih tetap ditentukan oleh kekuatan permintaan
dan penawaran. Pemerintah bisa saja memberikan subsidi kepada mereka yang betul-betul
memerlukannya, asalkan tidak dengan cara menentukan harga. Jadi biarkan harga barang
ditentukan oleh permintaan dan penawaran, harga bisa distabilkan oleh intervensi pemerintah,
dan kalau harga masih terlalu tinggi bagi kelompok miskin, maka mereka bisa dibantu oleh
pemerintah. Misalnya jangan menjual Sembako murah, tetapi Sembako atas kekuatan pasar,
atau kalau toh disebut Sembako mahal, maka yang tidak mampu dibantu oleh pemerintah.
Semua pembeli tetap membayar harga barang dimaksud sesuai dengan harga yang ditentukan
oleh permintaan dan penawaran.
Pada prinsipnya sistem ekonomi yang disarankan oleh globalisasi adalah penggunaan
semua sumber daya masyarakat seefisien mungkin untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dan diimbangi oleh program sosial yang masif untuk mengejar distribusi pendapatan yang
tidak terlalu timpang.

PEREKONOMIAN INDONESIA 10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Ekonomi indonesia saat ini optimis. Pendapatan nasional per tahun indonesia mampu
memberikan kemajuan.ekonomi makro yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi
saat ini. Salah satu pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik masih
akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta
investasi.
Di lihat dari sedikit perekonomian makro dibidang perbankan ini dapat dirasakan
pertumbuhan ekonomi itu meningkat. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi
sepanjang triwulan I-2011 masih akan tumbuh tinggi, yakni di kisaran 6,4 persen. Sehingga,
sepanjang tahun ini, perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh di kisaran 6-6,5 persen.
Sesuai dengan paparan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyatakan Prospek
perekonomian ke depan akan terus membaik dan diperkirakan akan lebih tinggi. Permintaan
domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan
impor, serta investasi, juga akan tumbuh pesat.
Indikator ekonomi merupakan data yang menunjukkan tanda ataupun indikasi
perkembangan perekonomian di suatu negara, dimana data tersebut dikeluarkan oleh
pemerintah negara tersebut.

PEREKONOMIAN INDONESIA 11

Anda mungkin juga menyukai