Anda di halaman 1dari 5

Teori Belajar Pendekatan Kognitif

Teori belajar pendekatan kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberikan
kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan. Dalam psikologi kognitif,
manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya
sebagaimana anggapan behaviorisme, akan tetapi ia dianggap sebagai makhluk yang berusaha
memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berpikir/homo sapiens (Yusuf, 1990 : 42). Pendekatan
psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam pandangan ahli
kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses
mental, seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya. Dalam perspektif ini, belajar pada
asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah, meskipun hal-hal
yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa.
Istilah kognitif berasal dari kata Latin cognoscere yang artinya mengetahui (to know). Aspek kognitif ini
banyak mempermasalahkan bagaimana orang memperoleh suatu pemahaman akan dirinya serta
lingkungannya, dan bagaimana dengan kesadarannya, ia bertindak terhadap lingkungannya tersebut.
Dalam hal ini pusat perilaku kesadarannya adalah ide di dalam otak, yang tampak pada perilaku berpikir.
Dalam belajar, orang juga menggunakan berpikir, berpikir untuk menggapai sesuatu yang terjadi di
sekitarnya. Jadi, proses belajar dalam kognitivisme ini tidak lagi dipandang sebagai pembentukan prilaku
yang diperoleh dari pengulangan hubungan S-R (stimulus-respons) secara kaku, dan adanya penguatan-
penguatan, tetapi mencakup fungsi pengalaman perseptual dan proses kognitif yang meliputi ingatan,
lupa, pengolahan informasi dan sebagainya. Karena manusia merupakan makhluk yang selalu berusaha
memahami lingkungannya dengan cara berpikir, maka stimulus-stimulus yang datang dari luar diaturnya,
diolah kemudian disesuaikan dengan struktur kognitif yang dimilikinya sehingga prosesnya menjadi
kompleks, dan kemudian terjadilah perubahan perilaku.
Jika menurut behaviorisme belajar itu terjadi sebagai akibat lancarnya hubungan S-R yang tampak
membiasa dalam proses yang bersifat mekanis-otomatis, tanpa menghiraukan fungsi otak, pada
kognitivisme justru belajar itu dari otak. Belajar terjadi secara internal di dalam otak manusia, yang
meliputi persepsi, motivasi, ingatan, lupa dan sebagainya (Syah, 2002 : 111).
Banyak teori yang menerangkan tentang teori belajar, selain Piaget yang menjelaskan belajar merupakan
perkembangan genetik, Bruner menerangkan lebih lengkap lagi. Menurutnya belajar kognitif merupakan
suatu proses yang sejalan dengan perkembangan tiga tahap, yang meliputi enactive, iconic, dan
symbolic. Tahap enaktif menunjukkan seorang anak secara aktif melakukan kegiatan dalam usahanya
memahami lingkungannya. Tahapan kognitif ikonik, menunjukkan bahwa anak pada masa ini banyak
dikuasai oleh simbol-simbol visual, namun belum mampu menerangkan konsepnya. Sedangkan terakhir,
simbolik, menunjukkan seorang anak mulai menggunakan simbol-simbol lebih banyak dari sebelumnya.
Pada tahap ini anak telah memiliki daya imajinasi yang tinggi, mampu menampak simbol abstrak.
Ketika kita mempelajari teori belajar, maka pembahasannya tidak terlepas dari sistem intruksional. Kedua
hal ini erat kaitannya satu sama lain. Komunikasi intruksional berarti komunikasi dalam bidang
instruksional. Dengan demikian, apabila ingin membicarakan tentang komunikasi instruksional, maka
dengan sendirinya kita tidak bisa lepas dari pembahasan mengenai kata atau istilah instruksional. Kata
instruksional berasal dari kata instruction. Hal ini bisa berarti pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah
atau instruksi. Memang terdapat beberapa kemungkinan makna dari instruksional tersebut karena
bergantung pada bidang dan konteks pembahasannya.
Di dalam dunia pendidikan, kata instruksional tidak diartikan perintah, tetapi lebih mendekati kedua arti
yang pertama, yakni pengajaran dan atau pelajaran. Bahkan dapat diartikan pembelajaran. Pada istilah
pengajaran, yang dominan adalah guru, pengajar, atau dosen sebagaimana kata mengajar itu sendiri
datangnya dari pengajar, maka pada pelajaran titik beratnya adalah pada materi atau pesan yang
diajarkan oleh pengajar.

D. PENDEKATAN KOGNITIF

Psikologi kognitif berpendapat bahwa manusia bukan hanya penerima stimulus yang pasif. Mental
manusia mengolah informasi yang diterimanya dan mengubahnya menjadi bentuk-bentuk baru dan
memilihnya kedalam kategori-kategori.

Kognisi adalah sebutan bagi proses berbagai cara manusia mentransformasikan masukan indrawi,
membubuhi kode-kode pada masukan ini, dan menyimpan kode-kode kedalam ingatan serta
mengambil kembali untuk dipergunakan jika diperlukan. Persepsi, pembentukan image, pemecahan
masalah, ingatan dan berfikir, semuanya adalah istilah yang menggambarkan fase-fase hipotetik
terjadinya kognisi.

Pendekatan kognitif adalah pendekatan yang menanggapi keresahan orang ketika behaviorisme
tidak mampu menjawab mengapa ada orang yang berperilaku berbeda dari lingkungannya, yakni ia
memiliki motif pribadinya sendiri. Juga karena terlihat bagaimana pasifnya manusia.

Psikologi kognitif berusaha meneliti proses-proses mental dengan cara objektif dan ilmiah.
Pendekatan ini melihat manusia sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya,
makhluk yang selalu berfikir. Perilaku manusia harus dilihat dari konteksnya. Perilaku manusia bukan
sekedar hasil dari proses menanggapi stimulus yang diterimanya.

Lewin menyatakan bahwa dalam suatu kelompok manusia akan terdapat sifat-sifat kelompok yang
tidak dimiliki individu.

Leon Festinger dan Fritz Heider adalah tokoh teori konsistensi kognitif. teori ini menyatakan bahwa
manusia cenderung mengalami ketegangan pada saat kebutuhan psikologinya belum terpenuhi.
Pada saat seperti ini, ia termotivasi untuk mengurangi ketegangan tersebut. Agar tidak terjadi
ketegangan ia berusaha mengoptimalisasi dalam persepsi,perasaan,kognisi dan pengalamannya.
Misalnya, si A sorang perokok berat. suatu hari ia merasa terganggu dengan berita di surat kabar
yang menyatakan bahwa rokok sangat berbahaya dan penyebab kematian no satu. Membaca berita
itu menyebabkan ketegangan pada diri si A. ia pingin berhenti merokok, namun itu sudah menjadi
kebiasaan yang sangat sulit dihentikan. Apa yang harus dilakukan? ia tentu tak mau lama-lama
tegang. ia segera mencari informasi lanjutan. Setelah informasi diterima, ia memiliki beberapa
pilihan keputusan seperti :
(i) berhenti merokok sama sekali
(ii) terus merokok dengan alasan bahwa penelitian tentang rokok itu bisa saja salah
(iii) terus merokok dengan alasan dokter keluarga juga merokok
(iv) terus merokok dengan filter
(v) berhenti merokok dengan bertahap

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KOGNITIF


Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh persepsi seseorang dalam memahami situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajar. Salah satu teori yang penting yaitu menggunakan teori
belajar kognitif.Teori belajar kognitif merupakan perubahan persepsi dan pemahaman, yang
tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur sehingga keterlibatan
peserta didik yang aktif sangat dipentingkan dalam proses belajar.

Dengan mengamati keaktifan peserta didik , pendidik sebagai pengelola proses belajar
dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam proses berpikirnya. Anak usia
dini akan belajar dengan baik, jika menggunakan benda benda kongkrit untuk menarik minat
dan meningkatkan retensi belajar. Pada akhirnya, belajar memahami akan lebih bermakna
daripada belajar menghafal. Agar lebih bermakna, informasi yang masih baru harus disesuaikan
dan dihubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik sebelumnya.
Mengingat pentingnya tujuan belajar dalam suatu proses pembelajaran, maka pendidik
harus mampu memilih dan menentukan teori yang tepat untuk untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan. Teori yang dipilih harus sesuai dengan tingkat kemampuan
peserta didik dalam berpikir dan pengembangan kreatifitas. Teori kognitif dirancang agar dapat
mengimbangkan daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia.
Teori Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun
1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikolog perkembangan
dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti
kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis
dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan
diperolehnya schemataskema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya
dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme,
yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai
pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita
membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan.
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi
dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar
teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.
Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses
belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu
sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila
pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa
pengertian penyajian
Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan
sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal
sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan,
guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke
kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual
siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Diantara para pakar kognitif terdapat 3 pakar terkenal yaitu Piaget, Bruner dan Ausubel. Ketiga
tokoh aliran kognitif diatas secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
Menurut piaget kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan
tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimililasi, akomodasi dan equilibrasi.
Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan
atau informasi, dan bukan ditentukan oleh umur. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap
enaktif, ikonik, dan simbolik.
Sementara itu ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses ini akan
terjadi melaluui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan
dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Dari pemahaman diatas maka langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh
masing-masing tokoh berbeda. Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran yang dimaksud
adalah dalam kegiatan pembelajaran, dan keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan.
Untuk menarik minat dan meningkatkan pretense belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa

Anda mungkin juga menyukai