PENDAHULUAN
Beton yang digunakan sebagai struktur dalam kontruksi teknik sipil, dapat
dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil, balok, pelat atau pelat
cangkang. Dalam teknik sipil hidro, Beton digunakan untuk bangunan air seperti
bendung, bendungan, saluran, dan drainase perkotaan. Beton juga digunakan
dalam teknik sipi transportasi untuk pekerjaan rigid pavement (lapisan permukaan
yang kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya.
Penggunaaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti pozzolan sebagai
pembentuknya telah dimulai sejak zaman yunani dan romawi,bahkan mungkin
sebelum itu (Nawy, 1985:2-3). Penggunaan bertulang bahan beton bertulang
secara intensif diawali pada awal abad ke sembilan belas, pada tahun 1801,
F.Coignet menerbitkan tulisannyamengenai prinsip-prinsip kontruksi dengan
meninjau melembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L.
Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk
dipamerkan pada pameran dunia tahun 1855 di Paris. J. Monier, seorang ahli
taman dari perancis, mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk
mengatasi taruknya yang digunakan untuk tempat tanamannya. Pda tahun 1886,
koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perencangan struktur beton.
C.A.P Turner mengembangkan pelat slab tanpa balok pada tahun 1906.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan
tambah (admixture atau additive). Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku
elemen gabungan (bahan bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan
mengenai karakteristik masing-masing komponen. Nawy (1985:8) mendefinisikan
beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material
pembentuknya.
Peningkatan suatu semen portland serta penyempurnaan teknik bangunan
beton sangat maju dalam beberapa tahun ini. Beton yang dikenal sekarang adalah
suatu bahan bangunan dengan konstruksi, yang sifatnya dapat ditentukan terlebih
dahulu dengan perencanaan dan pengawasan yang teliti, yaitu semen, agregat, air
1
2
BAB II
PENGUJIAN LABORATORIUM
4
B. Tujuan pengujian
1. Menentukan apparent specific gravity, bulk specific gravity kondisi kering dan
bulk specific gravity (saturaterd surface dry,SSD)
2. Menetukan absorpsi dari agregat halus
C. Dasar Teori
Berat jenis agregat digunakan untuk perhitungan berat/volume. Untuk
agregat alam, berat jenis berkisar 2.6 2.7. Berat jenis untuk berbagai jenis
agregat diperlihatkan. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
(pasir) dapat ditentukan dengan standar American Sociaty for Testing Materials
(ASTM).
Nilai perhitungan berat jenis agregat halus dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
* Nilai dari apparent spesific gravity dapat dihitung dengan persamaan :
E
E DC
Apparent spesific gravity =
*Nilai dari bulk spesific gravity pada kondisi kering (Oven Dry) dapat dihitung
dengan persamaan :
E
B D C
Bulk spesific gravity (OD) =
5
* Nilai dari bulk spesific gravity pada kondisi SSD dapat dihitung dengan
persamaan :
B
B D C
Bulk spesific gravity (SSD) =
Bahan
1 Agregat halus
E. Keselamatan kerja
1 Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat melakukan
percobaan ini untuk menghindari masuknya debu
2 Gunakan kain sebagai alas tangan pada saat mengambil benda uji dari
oven.
6
F. Prosedur pengujian
1 Benda uji direndam selama 24 jam sebanyak 520 gram. Terlebih dahulu
timbanglah piknometernya sebagai (A).
2 Benda uji ditebarkan pada suatu tempat untuk diangin-angin kan
3 Sebagian benda uji yang sudah dianginkan (free flowing condition)
dimasukkan kedalam kerucut terpancung (mold) dalam tiga lapisan,
masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 8 kali ditambah 1 kali
tumbukan untuk bagian atasnya (seluruhnya 25 kali tumbukan). Kemudian
permukaannya diratakan lalu cetakan kerucut terpancung diangkat secara
vertikal keatas setelah butiran agregat yang berada diluar cetakan kerucut
terpancung dibersihkan. Ada kemungkinan yang mungkin yang akan
terjadi :
1 Benda uji dalam keadaan utuh, menunjukkan bahwa pasir belum
mencapai keadaan SSD
2 Benda uji dalam keadaan sebagian runtuh/longsor, menunjukkan
bahwa pasir telah mencapai keadaan SSD
3 Benda uji dalam keadaan runtuh seluruhnya, menunjukkan bahwa
pasir telah melewati keadaan jenuh permukaan
4 Benda uji ditimbang dalam kondisi SSD sebanyak 500 gram (B = 500
gram), berat piknometer ditimbang (A gram) lalu benda uji dimasukkan
kedalam piknometer
5 Piknometer diisi dengan air suling/bersih sampai 90% jenuh. Gelembung-
gelembung udara dihilangkan dengan cara menggoyang-goyang
piknometer.
6 Kemudian air ditambahkan sampai tanda batas dan piknometer direndam
pada temperatur (271,7)oC selama 24 jam lalu ditimbang piknometer
yang berisi benda uji dan air (C gram)
7 Benda uji dipisahkan dari piknometer dan dikeringkan dalam oven pada
temperatur (1105)oC selama 24 jam sampai berat benda uji
7
H. Simpulan
Pemeriksaan berat jenis agregat dan penyerapan agregat halus didapat rata-
rata dari perhitungan adalah :
- Apparent specifig Gravity : 2.419
- Bulk Spec. Grav. Kondisi Kering : 2.376
- Bulk Spec. Grav. Kondisi SSD : 2.4
- Persentase Abrpsopsi : 0.758
10
Nilai perhitungan berat jenis agregat Kasar dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
11
* Nilai dari bulk spesific gravity pada kondisi kering (Oven Dry) dapat
dihitung dengan persamaan :
A
(D B C)
Bulk spesific gravity (OD) =
* Nilai dari bulk spesific gravity pada kondisi SSD dapat dihitung dengan
persamaan :
B
(D B C)
Bulk spesific gravity (SSD) =
Dimana :
A = Berat benda uji pada kondisi OD
B = Berat benda uji pada kondisi SSD
C = Berat piknometer + benda uji + air
D = Berat piknometer + air
V. Keselamatan kerja
1 Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat melakukan
percobaan ini untuk menghindari masuknya debu
2 Gunakan kain sebagai alas tangan pada saat mengambil benda uji dari
oven.
3 Benda uji dimasukkan kedalam pikno direndam kembali dalam air setelah
digoyang goyangkan dan timbang untuk melepaskan udara dalam pikno
(c)
VII. Simpulan
Pemeriksaan berat jenis agregat dan penyerapan agregat kasar didapat rata-
rata dari perhitungan adalah :
- Apparent specifig Gravity : 2.669
- Bulk Spec. Grav. Kondisi Kering : 2.504
- Bulk Spec. Grav. Kondisi SSD : 2.565
- Persentase Abrpsopsi : 2.476
15
I. Referensi
1. Job Sheet Pengujian Bahan II
2. Buku Teknologi Beton, Ir. Tri Mulyono, MT, Penerbit Andi Yogyakarta
3. Course Note Teknologi Beton (Beton Normal), Disusun oleh : Edi Mijuar,
H.B. Mahmud, Aiyub, dan Hanif.
b. Bahan
1. Kerikil (coarse agregat)
2. Pasir (fine agregat)
V. Keselamatan Kerja
1. Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat melakukan percobaan
ini untuk menghindari masuknya debu
2. Gunukan kain sebagai alas tangan padasaat mengambil benda uji dari oven
Volume wadah V = Wa
Volume wadah V = Wa
19
20
21
VII. Simpulan
Pemeriksaan berat volume agregat halus yang didapat :
- Observasi I, Berat volumenya :
- Padat : 1729.88 kg/m3
-
Gembur : 1564,19 kg/m3
I. Referensi
a. Peralatan
1. Pengering (oven)
2. Timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 % dari berat benda uji
3. Mesin penggetar ayakan
4. Seperangkat saringan standar untuk agregat kasar dan halus seperti di
perlihatkan pada table 2,6 dan 2,7
5. Sikat kuningan, sendok dan kuas
b. Bahan
1. Agregat kasar (kerikil)
2. Agregat halus (pasir)
V. Keselamatan Kerja
1. Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat melakukan percobaan
ini untuk menghindari masuknya debu
2. Gunukan kain sebagai alas tangan padasaat mengambil benda uji dari oven
60 Minimum
Ukuran Ukuran Maksimum Prsentase tertahan
43.33
40
20 15.67
0 3.61
0.15000000000000008 0.16 2.36
VIII. Simpulan
- Pada pengujian analisa saringan harus betul - betul bagus saringannya dan
harus lengkap satu set.
27
I. Referensi
II.Tujuan Percobaan
Bahan
1. Pasir , kerikil
2. Air suling
28
V. Prosedur Percobaan
1 Timbang dan catat berat cawan
2 benda uji di masukkan ke dalam cawan
3 cuci pasir dengan menggunkan saringan no 200 untuk melarutkan Lumpur
4 setelah pasir di cuci masukkan ke dalam cawan lalu oven selama 24 jam
5 Setelah 24 jam, timbang cawan tersebut.
29
30
31
VI. Simpulan
- kandungan untuk agregat halus kandungan lumpurnya tidaklah
boleh melebihi dari 5%, Dan agregat kasar Mksimum 1%.
- Rata- rata dari kadar butir lolos ayakan No. 200 untuk agregat
kasar : 3.06.
- Rata- rata dari kadar lolos ayakan No. 200 untuk agregat halus
: 0.23
32
I. Referensi
Job sheet pengujian bahan II, oleh Musbar ST
2. Standar warna .
Bahan
1. Agregat halus dengan volume 130 ml .
V. Keselamatan kerja
I. Referensi
Job sheet pengujian bahan II, oleh Musbar ST
Course Note Teknologi Beton (Beton Normal), Disusun oleh : Edi Mijuar,
H.B. Mahmud, Aiyub, dan Hanif.
b. Bahan
1. Semen type 1
2. Pasir
3. Kerikil
4. Air
V. Keselamatan Kerja
1. Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat melakukan percobaanini
untuk menghindari masuknya debu.
2. Gunakan kain sebagai alas tangan pada saat mengambil benda uji dari oven.
VII.Tabel perhitungan
38
39
VII. Simpulan
I. Referensi
Job Sheet Pengujian Bahan II Laboratorium Bahan Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.
ACI Standard.
II. Tujuan
Menentukan Slump beton dengan memperoleh penurunan yang akurat
sesuai dengan standrat Slump Test. Menjelaskan prosedur pelaksanaan penentuan
Slump beton dengan benar.
b. Bahan
Beton segar sesuai dengan kapasitas cetakan kerucut Abrams.
V. Keselamatan Kerja
1. Patuhilah instruksi instruktur.
2. Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat
melakukan percobaan ini untuk menghindari masuknya debu.
VIII. Kesimpulan
Perhitungan mix design mempengaruhi penurunan slump test.
Berdasarkan pengujian slump test rata-rata di dapat adalah 12 cm.
I. Referensi
- Job Sheet Pengujian Bahan II
- Petunjuk Pratikum bahan bangunan 1
a. Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 20 gram
2. Tongkat pemadat
3. Takaran voleme
4. Sendok spasi cekung
5. Ruskam/perata
b. Bahan
Campuran beton segar
V. Keselamatan Kerja
44
VII.Tabel Perhitungan
45
IX. Simpulan
Dalam pengujian bobot isi beton, berat selinder (W1) yang didapat 2 kg,
Berat beton segat didapat (W1-W2) yang didapat 6.9 kg, dan V didapat 0.003, Jadi
hasil dari bobot isi beton W1-W2/V=2298 kg/m3.
46
I. Referensi
- Job Sheet Pengujian Bahan II
- Petunjuk Pratikum bahan bangunan 1
a. Peralatan
1. Mesin tekan dengan kemampuan 2500 KN
2. Timbangan
b. Bahan
1. Benda uji beton
2. Bentuk kubus 15 x 15 x 15 cm
3. Bentuk selinder berdiameter 15 tinggi 30 cm
V. Keselamatan Kerja
1. Gunakan peralatan sesuai dengan petunjuk kerja.
2. Periksa peralatan sebelum berkerja
IX.Simpulan
Hasil rata rata dari pengujian kuat tekan beton adalah 38.23 MPA, Dengan
berdasarkan 1 Mpa adalah 10.145.
BAB III
49
I. Simpulan
5. Pada pengujian analisa saringan dapat diketahui yang mana yang termasuk
agregat halus dan agregat kasar, analisa saringan agregat halus diperoleh
angka kehalusan sebesar 3,435 %, analisa agregat kasar diperoleh angka
kehalusan sebesar 8,05 %.
6. Pada pengujian berat volume dapat diketahui agregat halus gembur sebesar
1680.18 kg/m3; agregat halus padatnya padatnya sebesar 1542.09 kg/m3.
Agregat kasar berat volume gembur sebesar 1713.32 kg/m3, berat volume
padatnya sebesar 1547.62 kg/m3.
7. Pada pengujian penentuan kadar organik dalam agregat halus didapat cairan
berwarna kuning muda, maka agregat yang kami lakukan percobaan tersebut
baik untuk dipakai pada suatu campuran beton. Dan agregat halus didapat
cairan berwarna kuning tua yang berarti agregat tersebut mengandung zat
50
II. Saran
Mengenai peralatan yang sudah kurang ketelitiannya supaya diganti untuk
keberhasilan pengujian bahan di masa mendatang, dan saya mohon masker
penutup hidup disediakan untuk mahasiswa, dilaboratorium uji bahan II ini kami
memakai bahan-bahan yang membahayakan kesehatan.
Didalam pengujian analisa ayakan hendaknya disediakan nomor ayakan yang
sesuai dengan reng yang diberikan, agar zona yang diperoleh memiliki nilai
ketelitian yang tinggi.
Bagi mahasiswa pun diharapkan pada saat didalam laboratorium
janganlah membuat kesalahan, patuhi peraturan didalam laboratorium, memakai
baju lab dengan rapi dan sopan terhadap bembimbing dan jangan sampai
menghilangkan atau merusak barang-barang didalam lab, barang-barang didalam
lab harus dijaga.