Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

Beton yang digunakan sebagai struktur dalam kontruksi teknik sipil, dapat
dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil, balok, pelat atau pelat
cangkang. Dalam teknik sipil hidro, Beton digunakan untuk bangunan air seperti
bendung, bendungan, saluran, dan drainase perkotaan. Beton juga digunakan
dalam teknik sipi transportasi untuk pekerjaan rigid pavement (lapisan permukaan
yang kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya.
Penggunaaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti pozzolan sebagai
pembentuknya telah dimulai sejak zaman yunani dan romawi,bahkan mungkin
sebelum itu (Nawy, 1985:2-3). Penggunaan bertulang bahan beton bertulang
secara intensif diawali pada awal abad ke sembilan belas, pada tahun 1801,
F.Coignet menerbitkan tulisannyamengenai prinsip-prinsip kontruksi dengan
meninjau melembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L.
Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk
dipamerkan pada pameran dunia tahun 1855 di Paris. J. Monier, seorang ahli
taman dari perancis, mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk
mengatasi taruknya yang digunakan untuk tempat tanamannya. Pda tahun 1886,
koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perencangan struktur beton.
C.A.P Turner mengembangkan pelat slab tanpa balok pada tahun 1906.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan
tambah (admixture atau additive). Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku
elemen gabungan (bahan bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan
mengenai karakteristik masing-masing komponen. Nawy (1985:8) mendefinisikan
beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material
pembentuknya.
Peningkatan suatu semen portland serta penyempurnaan teknik bangunan
beton sangat maju dalam beberapa tahun ini. Beton yang dikenal sekarang adalah
suatu bahan bangunan dengan konstruksi, yang sifatnya dapat ditentukan terlebih
dahulu dengan perencanaan dan pengawasan yang teliti, yaitu semen, agregat, air
1
2

dan batu. Perlunya pemilihan bahan-bahan tersebut untuk disesuaikan sedemikian


rupa agar dapat mengahasilkan beton yang mempunyai sifat-sifat khusus yang
diinginkan untuk tujuan tertentu. Biasanya sifat-sifat yang diinginkan dalam
bangunan-bangunan teknis adalah tahan cuaca dan kekuatan memenuhi
karakteristik perencanaan yang sesuai dengan perhitungan rancangan. Semen
berperan sebagai bahan perekat dalam suatu beton yang mempunyai sifat hidrolis.
Semen biasanya menempati 15 % dari volume total beton.
Praktek pengujian bahan II adalah lanjutan dari praktek bahan I pada
semester III yang dilakukan selama 9 hari, yang lebih banyak mengulas tentang
campuran campuran beton sehingga memiliki kekuatan tekan yang diinginkan.
Adapun Materi-materi yang akan dikerjakan pada praktikum ini antara lain
1. Berat jenis agregat
2. Berat Volume agregat
3. Analisa saringan
4. Kandungan lumpur agregat
5. Kandungan organik agregat halus
6. Mix design
7. Membuat benda uji
1 Slump Test
2 Bobot isi beton
3 Silinder
9. Capping
10. Perawatan benda uji silinder
11. Pengujian tekan

Pada saat melakukan pengujian, material yang digunakan adalah semen


type I, agregat halus dan agregat kasar. pengujian penentuan kadar organik dalam
agregat halus yang berasal dari. Sebelum melakukan pengujian Agregat halus
diayak terlebih dahulu dengan ayakan No 4.75. dan Agregat kasar diayak dengan
ayakan No 31.5. Masing-masing bahan di siapkan sebanyak 5 Kg untuk di oven
selama 24 jam sebagai benda uji untuk percobaan yang tersebut diatas.
3

BAB II
PENGUJIAN LABORATORIUM
4

2.2. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN


2.2.1. AGREGAT HALUS.
A. Referensi
1 Job Sheet Pengujian Bahan II Laboratorium bahan jurusan teknik sipil politeknik
negeri Lhokseumawe.
2 Buku teknologi beton, Ir. Tri Mulyono, MT, Penerbit ANDI Ygyakarta
3 Course Note Teknologi Beton (Beton Normal), Disusun oleh : Edi Mijuar, H.B.
Mahmud, Aiyub, dan Hanif.

B. Tujuan pengujian
1. Menentukan apparent specific gravity, bulk specific gravity kondisi kering dan
bulk specific gravity (saturaterd surface dry,SSD)
2. Menetukan absorpsi dari agregat halus

C. Dasar Teori
Berat jenis agregat digunakan untuk perhitungan berat/volume. Untuk
agregat alam, berat jenis berkisar 2.6 2.7. Berat jenis untuk berbagai jenis
agregat diperlihatkan. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
(pasir) dapat ditentukan dengan standar American Sociaty for Testing Materials
(ASTM).
Nilai perhitungan berat jenis agregat halus dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
* Nilai dari apparent spesific gravity dapat dihitung dengan persamaan :
E
E DC
Apparent spesific gravity =
*Nilai dari bulk spesific gravity pada kondisi kering (Oven Dry) dapat dihitung
dengan persamaan :
E
B D C
Bulk spesific gravity (OD) =
5

* Nilai dari bulk spesific gravity pada kondisi SSD dapat dihitung dengan
persamaan :
B
B D C
Bulk spesific gravity (SSD) =

* Persentase penyerapan (absorpsi) dapat dihitung dengan persamaan :


BE
x100%
E
Absorbsi =
Dimana :
A = Berat piknometer
B = Berat benda uji pada kondisi SSD
C = Berat piknometer + benda uji + air
D = Berat piknometer + air
E = Berat benda uji pada kondisi OD

D. Peralatan dan bahan


Peralatan
1 Timbangan kapasitas 5 kg
2 Piknometer
3 Kerucut terpancung (mold) untuk menentukan kondisi SSD
4 Oven
5 Tongkat pemadat

Bahan
1 Agregat halus

E. Keselamatan kerja
1 Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat melakukan
percobaan ini untuk menghindari masuknya debu
2 Gunakan kain sebagai alas tangan pada saat mengambil benda uji dari
oven.
6

F. Prosedur pengujian
1 Benda uji direndam selama 24 jam sebanyak 520 gram. Terlebih dahulu
timbanglah piknometernya sebagai (A).
2 Benda uji ditebarkan pada suatu tempat untuk diangin-angin kan
3 Sebagian benda uji yang sudah dianginkan (free flowing condition)
dimasukkan kedalam kerucut terpancung (mold) dalam tiga lapisan,
masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 8 kali ditambah 1 kali
tumbukan untuk bagian atasnya (seluruhnya 25 kali tumbukan). Kemudian
permukaannya diratakan lalu cetakan kerucut terpancung diangkat secara
vertikal keatas setelah butiran agregat yang berada diluar cetakan kerucut
terpancung dibersihkan. Ada kemungkinan yang mungkin yang akan
terjadi :
1 Benda uji dalam keadaan utuh, menunjukkan bahwa pasir belum
mencapai keadaan SSD
2 Benda uji dalam keadaan sebagian runtuh/longsor, menunjukkan
bahwa pasir telah mencapai keadaan SSD
3 Benda uji dalam keadaan runtuh seluruhnya, menunjukkan bahwa
pasir telah melewati keadaan jenuh permukaan
4 Benda uji ditimbang dalam kondisi SSD sebanyak 500 gram (B = 500
gram), berat piknometer ditimbang (A gram) lalu benda uji dimasukkan
kedalam piknometer
5 Piknometer diisi dengan air suling/bersih sampai 90% jenuh. Gelembung-
gelembung udara dihilangkan dengan cara menggoyang-goyang
piknometer.
6 Kemudian air ditambahkan sampai tanda batas dan piknometer direndam
pada temperatur (271,7)oC selama 24 jam lalu ditimbang piknometer
yang berisi benda uji dan air (C gram)
7 Benda uji dipisahkan dari piknometer dan dikeringkan dalam oven pada
temperatur (1105)oC selama 24 jam sampai berat benda uji
7

tetap.kemudian benda uji didinginkan dalam desikator selama 1 sampai 3


jam lalu ditimbang beratnya (E gram)
8 Piknometer diisi kembali dengan air sampai tanda batas 500 mm, lalu ditimbang
beratnya (D gram) pada temperatur (271,7)oC
8
9

H. Simpulan
Pemeriksaan berat jenis agregat dan penyerapan agregat halus didapat rata-
rata dari perhitungan adalah :
- Apparent specifig Gravity : 2.419
- Bulk Spec. Grav. Kondisi Kering : 2.376
- Bulk Spec. Grav. Kondisi SSD : 2.4
- Persentase Abrpsopsi : 0.758
10

2.2.2. AGREGAT KASAR.


I. Referensi
1. Job Sheet Pengujian Bahan II Laboratorium bahan jurusan teknik sipil
politeknik negeri Lhokseumawe
2. Buku teknologi beton, Ir. Tri Mulyono, MT, Penerbit ANDI Ygyakarta
3. Course Note Teknologi Beton (Beton Normal), Disusun oleh : Edi Mijuar,
H.B. Mahmud, Aiyub, dan Hanif.

II. Tujuan pengujian


1 Menentukan apparent specific gravity, bulk specific gravity kondisi kering
dan bulk specific gravity (saturaterd surface dry,SSD)
2 Menetukan absorpsi dari agregat kasar
III. Dasar Teori
Berat jenis agregat digunakan untuk perhitungan berat/volume. Untuk
agregat alam, berat jenis berkisar 2.6 2.7. Berat jenis untuk berbagai jenis
agregat diperlihatkan. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
(pasir) dapat ditentukan dengan standar American Sociaty for Testing Materials
(ASTM).
Berat jenis dan penyerapan air untuk agregat kasar dapat diperhitungkan
mengikuti standar ASTM C 127 88.
Tabel : Specific gravity untuk beberapa jenis batu.
Aregat kasar Berat jenis Batasan
Basalt 2.8 2.6 3.0
Flint 2.54 2.4 2.6
Granite 2.69 2.6 3.0
Gritstone 2.69 2.6 2.9
Hornfels 2.82 2.7 3.0
Limestone 2.66 2.5 2.8
Porphyry 2.73 2.6 2.9
Quartzite 2.62 2.6 2.7

Nilai perhitungan berat jenis agregat Kasar dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
11

* Nilai dari bulk spesific gravity pada kondisi kering (Oven Dry) dapat
dihitung dengan persamaan :
A
(D B C)
Bulk spesific gravity (OD) =

* Nilai dari bulk spesific gravity pada kondisi SSD dapat dihitung dengan
persamaan :
B
(D B C)
Bulk spesific gravity (SSD) =

* Persentase penyerapan (absorpsi) dapat dihitung dengan persamaan :


BA
x100%
A
Absorbsi =

Dimana :
A = Berat benda uji pada kondisi OD
B = Berat benda uji pada kondisi SSD
C = Berat piknometer + benda uji + air
D = Berat piknometer + air

IV. Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1 Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram
2 Oven
3 Alat pembagi benda uji (riffle sampler)
4 Piknometer
5 Handuk
6 Cawan
b. Bahan
12

Agregat kasar diperoleh dengan menggunakan riffle sampleratau sistem


perempat (quatering) sebanyak kira-kira 500 gram.

V. Keselamatan kerja
1 Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat melakukan
percobaan ini untuk menghindari masuknya debu
2 Gunakan kain sebagai alas tangan pada saat mengambil benda uji dari
oven.

VI. Prosedur Pengujian


1 Benda uji direndam 24 jam, ditimbang sebanyak 520 gram
2 Keluarkan benda uji dari air lalu di lap dengan kain sampai SSD lalu
ditimbang sebanyak 500 gram

3 Benda uji dimasukkan kedalam pikno direndam kembali dalam air setelah
digoyang goyangkan dan timbang untuk melepaskan udara dalam pikno
(c)

4 Benda uji dikeringkan dalam oven selama 24 jam kemudian


13
14

VII. Simpulan
Pemeriksaan berat jenis agregat dan penyerapan agregat kasar didapat rata-
rata dari perhitungan adalah :
- Apparent specifig Gravity : 2.669
- Bulk Spec. Grav. Kondisi Kering : 2.504
- Bulk Spec. Grav. Kondisi SSD : 2.565
- Persentase Abrpsopsi : 2.476
15

2.3. Pengujian Berat Volume Agregat

I. Referensi
1. Job Sheet Pengujian Bahan II
2. Buku Teknologi Beton, Ir. Tri Mulyono, MT, Penerbit Andi Yogyakarta
3. Course Note Teknologi Beton (Beton Normal), Disusun oleh : Edi Mijuar,
H.B. Mahmud, Aiyub, dan Hanif.

II. Tujuan Percobaan


Menentukan berat volume ageregat halus, kasar atau campuran. Barat
volume didefinisikan sebagai perbandingan antara berat ageregat kering dengan
volumenya., menentukan berat volume gembur ( berat volume lepas), dan dapat
menentukan berat volume padat (berat volume penusukan) agregat.

III. Dasar Teori


Berat volume agregat ditentukan dalam dua keadaan yaitu berat volume
gembur dan berat volume padat. Berat volume gumbur merupakan perbandingan
berat agregat sebanyak isi literan (container) dengan volume literan. Berat volume
padat adalah perbandingan berat volume agregat sebanyak isi literan dalam
keadaan padat dengan volume literan. Volume agregat merupakan hasil pemadatan
standar dalam keadaan kering absolut dan dapat diperhitungkan mengikuti standar
BS 812.

IV. Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1. Pengering (oven)
2. Wadah baja (countainer) yang kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang
dan Tutup dari plat kaca
3. Mistar perata
4. Skop / sendok pengisi agregat
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat benda uji
6. Talam / baki berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan benda uji agregat
16

7. Tongkat pemadat berdiameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujung bulat,


terbuat dari baja tahan karat

b. Bahan
1. Kerikil (coarse agregat)
2. Pasir (fine agregat)

Tabel 2.5 Ukuran wadah baja

kapasitas Diameter Tinggi Tebal bejana minimum Ukuran butir


(liter) (mm) (mm) (mm) (mm)
dasar sisi
2.832 152,42,5 152,42,5 5,08 2,54 12,70
9.435 203,22,5 292,42,5 5,08 2,54 25,40
14.158 254,02,5 279,42,5 5,08 3,00 38,10
28.316 355,62,5 284,42,5 5,08 3,00 101,6

V. Keselamatan Kerja
1. Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat melakukan percobaan
ini untuk menghindari masuknya debu
2. Gunukan kain sebagai alas tangan padasaat mengambil benda uji dari oven

VI. Prosedur Percobaan


1. Masukan benda uji kedalam talam sekurang-kurangnya
sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel 2.5
2. Keringkan benda uji dengan oven pada temperature
(110 5) 0C sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji

A. Berat volume gembur (berat volume lepas)


17

3. Timbang berat wadah beserta tutup plat kaca (Wlk)


4. Timbang berat plat kaca (Wk)
5. asukkan air pada temperature kamar sampai penuh
kedalam wadah sehingga waktu ditutupkan dengan plat kaca tidak terlihat
gelembung-gelebung udara, lalu timbang beratnya (Wlka)
6. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi
pemisahan butir-butir dari ketinggian 5 cm diatas permukaan wadah dengan
menggunakan sendok / sekop sampai penuh
7. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan
mistar perata

8. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji


(W2)

9. Hitunglah berat benda uji (W3)

Berat wadah W1 = Wlk - Wk

Berat benda uji W3 = W2 W1

Berat air dalam wadah Wa = Wlka Wlk

Volume wadah V = Wa

B. Berat volume padat

3 Timbang berat wadah beserta tutup plat kaca (Wlk)


4 Timbang berat plat kaca (Wk)
5 Masukkan air pada temperature kamar sampai penuh kedalam wadah
sehingga waktu ditutupkan dengan plat kaca tidak terlihat gelembung-
gelebung udara, lalu timbang beratnya (Wlka)
6 Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-
butir dari ketinggian 5 cm diatas permukaan wadah dengan menggunakan
sendok / sekop sampai penuh
7 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata

8 Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)


18

9 Hitunglah berat benda uji (W3)

Berat wadah W1 = Wlk - Wk

Berat benda uji W3 = W2 W1

Berat air dalam wadah Wa = Wlka Wlk

Volume wadah V = Wa
19
20
21

VII. Simpulan
Pemeriksaan berat volume agregat halus yang didapat :
- Observasi I, Berat volumenya :
- Padat : 1729.88 kg/m3
-
Gembur : 1564,19 kg/m3

- Observasi II, Berat volumenya :


- Padat : 1729.88 kg/m3
-
Gembur : 1564,19 kg/m3

- Observasi III, Berat volumenya :


- Padat : 1613.89 kg/m3
-
Gembur : 1531.05 kg/m3

Berat volume rata-rata dari pemeriksaan berat volume agregat


halus adalah :

Padat : 1680.18 kg/m3 Gembur : 1542.09 kg/m3


22

2.4. Analisa Saringan (Sieve Analysis)

I. Referensi

- Job Sheet Pengujian Bahan II

II. Tujuan Percobaan


Analisis saringan bertujuan untuk mengetahui Distribusi ukuran ageregat baik
kasar maupun halus dengan ukuran ukuran saringan standar tertentu yang
ditunjukkan dengan lubang saringan (mm) dan untuk nilai apakah ageregat kasar
atau halus yang akan digunakan tersebut cocok untuk produksi beton.menentukan
distribusi ukuran butir agregat baik agregat kasar maupun agregat halus.

III. Dasar teori


Analisa saringan adalah suatu kegiatan yang digunakan untuk menentukan
persentase berat butiran agregat yang lolos dalam satu set saringan, yang angka
persentase komulatif digambarkan pada grafik pembagian butir. Ukuran butiran
yang maksimum dari agregat ditunjukkan dengan saringan terkecildimna agregat
tersebut masih bisa lolos 100%. Ukuran nominal maksimum agregatadalah ukuran
saringan yang terbesar dimana diatas saringan tersebut terdapat sebagian agregat
yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan gradasi agregat dikontrololeh
spesifikasi. Susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh dalam perencanaan
suatu perkerasan
Saringan yang biasanya digunakan untuk analisis saringan adalah saringan
menurut standar ASTM (Amerika), British standard, DIN (Jerman), AFNOR
(Perancis), dan Iso (Internasional). Setiap standar mempunyai ukuran yang
berbeda satu sama lainnya. Saringan utama terdridarir saringan berurutan dengan
ukuran lubang ayakan dibawahnya satu set saringan terdiri saringan ukuran 4,3,

2, 1, , 1/2, 3/8, No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, No.200.
.Berdasarkan hasil saringan standar ASTM nilai nilai modulus kehalusan untuk :
1. kerikil 5,5 8,0
2. pasir kasar berkisar diantara 2,9 3,2
23

3. pasir halus berkisar diantara 2,2 2,6


4. Agregat campuran berkisar antara 4,0 7,0

IV Daftar peralatan dan bahan

a. Peralatan
1. Pengering (oven)
2. Timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 % dari berat benda uji
3. Mesin penggetar ayakan
4. Seperangkat saringan standar untuk agregat kasar dan halus seperti di
perlihatkan pada table 2,6 dan 2,7
5. Sikat kuningan, sendok dan kuas

b. Bahan
1. Agregat kasar (kerikil)
2. Agregat halus (pasir)

V. Keselamatan Kerja
1. Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat melakukan percobaan
ini untuk menghindari masuknya debu
2. Gunukan kain sebagai alas tangan padasaat mengambil benda uji dari oven

VI. Prosedur Percobaan


1. Benda uji di keringkan di dalam oven dengan temperature (1105)0C sampai
berat benda uji tetap
2. Benda uji di curahkan ke dalam perangkat saringan. Susunan saringan dimulai
dari ukuran yang paling besar ke yang paling kecil
3. Perangkat saringan digoyang goyang dengan menggunakan mesin penggetar
atau dengan tangan selama 15 menit
4. Timbanglah berat masing masing fraksi benda uji yang tertahan di atas
saringan
5. laporkan
24

- Analisis gradasi dengan menetapkan jumlah persentase lolos saringan atau


yang tertahan saringan
- Membuat grafik komulatif(kurva gradasi)
- Memeriksa grafik dengan batasan kurva gradasi untuk perencanaan
campuran beton
VII. Analisa Hitungan
25
26

Grafik Analisa Saringan Agregat Halus


100 100.00
94.79
80 80.70

60 Minimum
Ukuran Ukuran Maksimum Prsentase tertahan
43.33
40

20 15.67

0 3.61
0.15000000000000008 0.16 2.36

VIII. Simpulan

- Analisis dari saringan agregat kasar didapat modulus kehalusan = %


Tertahan komulatif/100 = 8.05
Berat tertahan pada analisis saringan agregat halus, Total = 1516

- Analisis dari saringan agregat harus didapat modulus kehalusan = %


Tertahan komulatif/100 = 3.435
Berat tertahan pada analisis saringan agregat halus, Total = 1010.09

- Pada pengujian analisa saringan harus betul - betul bagus saringannya dan
harus lengkap satu set.
27

2.5. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat

I. Referensi

Job sheet pengujian bahan II, oleh Musbar ST


Course Note Teknologi Beton (Beton Normal), Disusun oleh : Edi Mijuar,
H.B. Mahmud, Aiyub, dan Hanif.

II.Tujuan Percobaan

Menentukan persentese kandungan lumpur dalam agregat halus dan kasar,


pada dasarnya kandungan untuk agregat halus kandungan lumpurnya tidaklah
boleh melebihi dari 5%, hal ini merupakan ketentuan dalam peraturan bagi
penggunaan agregat halus untuk campuran beton.

III. Dasar teori


Agregat berasal dari sungai kerap kali mengandung kotoran dari Lumpur.
Dalam hal ini yang dimaksut dengan Lumpur adalah bagian bagian yang dapat
melewati saringan No. 200 atau saringan 0,063 menurut ASTM. Dalam beton
Lumpur dapat menimbulkan kurang sempurnanya ikatan pasta semen dengan
agregat. Bila kadar Lumpurnya yang dikandung pasir lebih besar dari 5% dan
kerikil lebih besar dari 1% sebaiknya pasir tersebut ditolak atau harus di cuci
terlebih dahulu.

IV. Peralatan dan bahan


Peralatan
1. Gelas ukur
2. Alat pengaduk

Bahan
1. Pasir , kerikil
2. Air suling
28

V. Prosedur Percobaan
1 Timbang dan catat berat cawan
2 benda uji di masukkan ke dalam cawan
3 cuci pasir dengan menggunkan saringan no 200 untuk melarutkan Lumpur
4 setelah pasir di cuci masukkan ke dalam cawan lalu oven selama 24 jam
5 Setelah 24 jam, timbang cawan tersebut.
29
30
31

VI. Simpulan
- kandungan untuk agregat halus kandungan lumpurnya tidaklah
boleh melebihi dari 5%, Dan agregat kasar Mksimum 1%.
- Rata- rata dari kadar butir lolos ayakan No. 200 untuk agregat
kasar : 3.06.
- Rata- rata dari kadar lolos ayakan No. 200 untuk agregat halus
: 0.23
32

2.6. Pengujian Kandungan Zat Organik dalam Agregat Halus

I. Referensi
Job sheet pengujian bahan II, oleh Musbar ST

II. Tujuan Percobaan


Menentukan kandungan zat organik dalam agregat halus yang di gunakan
pada pencampuran beton. Agregat yang mengandung zat organik akan
mengakibatkan proses hidrasi semen jadi terhambat juga mempengaruhi daya
lekat antar agregat, sehingga dapat mengurangi mutu beton.

III. Dasar Teori


Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir
alam sebagai disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan
(artificial sand) yang dihasilkan alat-alat pemecah batu.
Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang digunakan harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak
mengandung bahan organik. Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan
humus umumnya banyak tercampur pada pasir alam. Adapun bahan-bahan
organik ini berpengaruh negatif pada semen.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organis dan zat
lain bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan
berkurangnya kekuatan beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga
proses pengerasan berlangsung lambat.
Kandungan bahan organik dalam agregat halus dibuktikan dengan
pemeriksaan warna dari Abraham Harder (dengan memakai larutan NaOH). Pada
pemeriksaan ini agregat halus atau pasir dimasukkan dalam jumlah tertentu
kedalam botol dan ditambahkan dengan larutan NaOH 3%. Setelah mengalami
beberapa proses dan didiamkan dalam jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan
warna campuran dengan warna standar hellige tester No. 3. Apabila warna
campuran lebih tua berarti agregat halus mempunyai kadar organik yang tinggi
(kotor).
Sesuai warna larutan yang terlihat pada botol dengan warna yang terdapat
pada tabel warna standar:
1-2 untuk kadar lumpur rendah

3 untuk kadar lumpur normal

4-5 untuk kadar lumpur tinggi


33

(Semakin besar no warna semakin tua warnanya)


Menurut metoda SNI untuk uji warna, apabila warna hasil uji terletak pada no3
adn no2 maka dapat digunakan untuk beton normal, apabila terletak pada no1
dapat digunakan untuk beton mutu tinggi.

IV. Peralatan dan Bahan


Peralatan
1. Bahan gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan
penutup lainnya yang tidak bereaksi terhadap natium hidroksida, volume
gelas 470 ml atau 470 ml .

2. Standar warna .

Bahan
1. Agregat halus dengan volume 130 ml .

2. Larutan natrium hidroksida dengan konsentrasi 3% dengan volume 200


ml.

V. Keselamatan kerja

1. Natrum hidroksida merupakan basa kuat, hindari terkena bagian tubuh

2. Hati hati dalam melakukan penelitian ini, karena peralatannya terbuat


dari bahan-bahan yang mudah pecah.

VI. Langkah Kerja

1. Masukkan benda uji kedalam botol .

2. Masukkan larutan natrium hidroksida 3% sampai volumenya 200 ml,


kemudian kocok sampai merata .

3. Botol ditutup erat-erat dengan penutup dan selanjutnya botol dikocok


kembali .

Diamkan selama 24 jam .


34

4. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat dengan warna


standar .
35

2.7. MIX DESIGN

I. Referensi
Job sheet pengujian bahan II, oleh Musbar ST
Course Note Teknologi Beton (Beton Normal), Disusun oleh : Edi Mijuar,
H.B. Mahmud, Aiyub, dan Hanif.

II. Tujuan Percobaan


Tujuan pengujian benda uji adalah untuk mengetahui cara pembuatan benda
uji berdasarkan perencanaan campuran ( mix design ), serta untuk menentukan
seberapa banyak material yang dibutuhkan untuk membuat benda uji.

III. Dasar Teori

Tujuan untuk campuran beton adalah untuk menentukan komposisi campuran


(air, semen, pasir, dan kerikil) yang memenuhi kriteria yang diinginkan.
Kriteria tersebut antara lain :
- Kuat tekan perencana pada umur 28 hari dan standar pengujian sampel.
Campuran yang direncanakan harus dapat memenuhi kuat tekan rencana
atau kuat tekan karakreristik pada umur beton 28 hari. Oleh karena beton
dibentuk dari bahan- bahan yang sifat-sifat fisisnya tidak dapat
diperhitungkan secara tepat, maka kuat tekan rata-rata dai sejumlah sampel
yang diuji harus lebih besar dari kuat tekan karakteristik yang diinginkan
dengan metode pengujian dan standar deviasi yang dapat diterima.
- Workabilitas
Maksudnya adalah beton mudah dikerjakan, dapat ditempatkan dalam
cetakan dan mudah dipadatkan tanpa terjadi segregasi dan bleeding
- Memenuhi daya tahan terhadap lingkungan dimana beton akan digunakan
- Ekonomis
Komposisi campuran yang baik tidak hanya memenuhi kuat tekan dan
wokabilitas tetapi biaya produksi perpublik beton hendaknya ekonomis.
36

IV. Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1. Timbangan
2. Talam besar
3. Molen (alat pengaduk)
4. Sekop
5. Silinder
6. Sendok semen
7. Sarung tangan

b. Bahan
1. Semen type 1
2. Pasir
3. Kerikil
4. Air

V. Keselamatan Kerja
1. Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat melakukan percobaanini
untuk menghindari masuknya debu.
2. Gunakan kain sebagai alas tangan pada saat mengambil benda uji dari oven.

VI. Prosedur Percobaan


1. Siapkan masing masing bahan campuran sesuai dengan berat
proporsi
2. Basahi molen dan talam
3. Masukkan pasir dan kerikil kedalam molen, kemudian putar
4. Masukkan semen dan air sedikit demi sedikit ssambil terus di putar
sampai keseluruhan air terhitung habis
5. Pemutaran molen sampai adukan beton rata / homogen
37

VII.Tabel perhitungan
38
39

VII. Simpulan

Didalam merencanakan mix desain kita harus terlebih dahulu menghitung


berapa keperluan bahan dalam perencanaan mix desain, dan apa saja alat yang
digunakan. Bila perencanaan campuran betonnya salah pasti hasil akan salah,
Makanya dalam pencampuran agregat tersebut harus mempunyai takaran dari
hasil perhitungannya.
40

2.8 Slump Test

I. Referensi
Job Sheet Pengujian Bahan II Laboratorium Bahan Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.
ACI Standard.

II. Tujuan
Menentukan Slump beton dengan memperoleh penurunan yang akurat
sesuai dengan standrat Slump Test. Menjelaskan prosedur pelaksanaan penentuan
Slump beton dengan benar.

III. Dasar Teori


Tujuan dari penentuan slump beton adalah untuk dapat menentukan
kekentalan adukan beton dan untuk membuktikan hasil penetuan slump beton
dalam pembuatan rancangan adukan beton.
Konsistensi adukan beton dinyatakan dengan nilai slump. Pada metode
british nilai slump dipengaruhi oleh tingkatan kemudahan pelaksanaan beton
untuk berbagai jenis struktur.
Contoh penurunan Slump:

a. True Slump b. Collapse Slump c. Shear Slump


41

IV. Peralatan dan bahan


a. Peralatan
1. Cetakan kerucut Abrams
2. Tongkat pemadat yang dibuat dari baja tahan karat dengan diameter 16
mm dan tinggi 60 cm, salah satu ujungnya dibulatkan.
3. Plat baja dengan permukaan rata dan kedap air sebagai alas kerucut
Abrams.
4. Sendok cekung untuk mengambil beton segar.

b. Bahan
Beton segar sesuai dengan kapasitas cetakan kerucut Abrams.

V. Keselamatan Kerja
1. Patuhilah instruksi instruktur.
2. Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat
melakukan percobaan ini untuk menghindari masuknya debu.

VI. Prosedur Pengujian


1. Kerucut terpancung dan plat dibasahi dengan kain basah
2. Letakkan kerucut terpancung di atas pelat
3. Isilah kerucut dengan beton segar dalam 3 lapis setiap lapis di tumbuk
sebanyak 25 kali tumbukan, lalu bagian permukaannya di ratakan
dengan pasta semen.
4. Selanjutnya cetakan slump diangkat dengan posisi vertikal secara
perlahan-lahan, dan permukaan yang turun diukur dengan tiga titik
lalu nilainya dirata-ratakan.

VII. Data dan Hasil Perhitungan


42

Data Slump Tes Beton:


Titik 1 = 11,2 cm
Titik 2 = 11 cm
Titik 3 = 12,6 cm
Rata-rata = 11,6 cm

VIII. Kesimpulan
Perhitungan mix design mempengaruhi penurunan slump test.
Berdasarkan pengujian slump test rata-rata di dapat adalah 12 cm.

2.9.Bobot Isi Beton


43

I. Referensi
- Job Sheet Pengujian Bahan II
- Petunjuk Pratikum bahan bangunan 1

II. Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mehasiswa dapat :
1. Melakukan percobaan bobot isi beton
2. M enentukan bobot isi beton segar
3. Terampil melakukan percobaan ini

III. Dasar Teori


Pengujian bobot isi beton ini dimeksudkan untuk mengetahui berat beton
segar persatuan volume atau isi,bobot isi beton adalah perbandingan antara berat
adukan beton segar dan volume takaran yang digunakan,bobot isi perlu diketahui
untuk mengkonversikan proporsi bahan campuran beton dari satuan berat ke
satuan volume

IV. Peralatan dan Bahan

a. Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 20 gram
2. Tongkat pemadat
3. Takaran voleme
4. Sendok spasi cekung
5. Ruskam/perata

b. Bahan
Campuran beton segar

V. Keselamatan Kerja
44

1. Gunakan peral;atan sesuai dengan petunjuk kerja


2. Periksa alat sebelum digunakan
3. Berdoa lah sebelum dan sesudah berkerja

VI. Prosedur Percobaan

1. Takaran ditimbang dan dicatat beratnya (A = kg)


2. Kemudian adukan beton dimasukkan ke dalam takaran dalam tiga lapis
yang setiap lapis dipadatkan sebanyak 25 kali dengan tongkat pemadat,
penusuk tongkat hanya boleh masuk sampai kira-kira 2,5 cm dibawah
lapian sebelumnya.
3. Kemudian sisi takaran diketuk berlahan sampai tidak terlihat gelembung-
gelembung udara pada permukaa beton serta rongga-rongga bekas
tusukan tertutup dan permukaan beton diratakan
4. Takaran tersebut ditimbang dan dicatat beratnya (B)

VII.Tabel Perhitungan
45

IX. Simpulan
Dalam pengujian bobot isi beton, berat selinder (W1) yang didapat 2 kg,
Berat beton segat didapat (W1-W2) yang didapat 6.9 kg, dan V didapat 0.003, Jadi
hasil dari bobot isi beton W1-W2/V=2298 kg/m3.
46

2.10. Pengujian Kuat Beton

I. Referensi
- Job Sheet Pengujian Bahan II
- Petunjuk Pratikum bahan bangunan 1

II. Tujuan Percobaan


Untuk menentukan kekuatan benda uji beton selinder yang di buat dan
dirawat di laboratorium, kekuatan beton adalah perbandingan terhadap luas
penampang.

III. Dasar Teori


Kuat tekan merupakan ifat mekanis yang utama pada beton dan
merupakan dasar penentuan mutu beton(Grade). Kuat tekan beton didasakan pada
umur 28hari, dengan umur tambahan sering diuji pada umur beton 3 dan 7 hari.
Pada pengujian kuat tekan, dua tppe sampeldapat digunakanyitu kubus dan
silinder. Kubus digunakan diinggris, German dan beberapa negara dilainnya
dieropa. Silinderadalah sampel standar yang digunakan dinegara seperti amerika,
Prancis, Canada, Australia dan NewZealand.
Kuat tekan beton adalah nilai yang ditunjukkan dengan jalan menekan
banda uji beton melalui alat tekan beton. Besarnya kuat tekan beton ini
menunjukkan baik tidaknya mutu beton tersebut.
Apabila mutu pelaksanaan beton tepat dan benar maka akan di dapat mutu beton
yang diinginkan.
Dengan menekan benda uji beton sampai hancur pada mesin tekan beton
akan di dapatkan beban hancur beton. Kemudian besarnya beban hancur ini di
bagi dengan luasan permukaan benda uji yang tertekan maka akan didapat
besarnya tegangan tekan beton.
Dengan kata lain kuat tekan beton adalah beban persatuan luas yang menyebabkan
beton hancur.
47

IV. Peralatan dan Bahan

a. Peralatan
1. Mesin tekan dengan kemampuan 2500 KN
2. Timbangan

b. Bahan
1. Benda uji beton
2. Bentuk kubus 15 x 15 x 15 cm
3. Bentuk selinder berdiameter 15 tinggi 30 cm

V. Keselamatan Kerja
1. Gunakan peralatan sesuai dengan petunjuk kerja.
2. Periksa peralatan sebelum berkerja

VI. Prosedur Percobaan


1. Ambil benda uji beton kubus/selinder dari tempat rendaman
(curring) kemudian dilap permukaan benda uji beton tersebut kemudian
timbang masing masing benda uji.
2. Letakkan benda uji ke dalam mesin tekan beton secara sentries
3. Jalankan mesin tekan dengan menembah beban yang konstan
berkisar antara 2 sampai 4 kg/cm2 per detik
4. Lakukan penekanan sampai benda uji hancur dan mencatat
beban maksimum yanga terjdi selama pemeriksaan benda uji.

VIII. Data dan perhitungan


48

IX.Simpulan
Hasil rata rata dari pengujian kuat tekan beton adalah 38.23 MPA, Dengan
berdasarkan 1 Mpa adalah 10.145.

BAB III
49

SIMPULAN DAN SARAN

I. Simpulan

Setelah melakukan praktikum pengujian bahan II dilaboratorium Teknik Sipil


yang berlangsung selama 6 hari, hasil pengujian yang dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pada pengujian kadar air dalam agregat halus didapat rata-rata sebesar 1.005 %
2. Pada pengujian kadar air dalam agregat kasar didapat sebesar 0.5053 %
3. Pada pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus didapat rata-rata :
- Apparent Specific Gravity : 2.42 %
- Bulk Spec.Grav. Kondisi Kering : 2.126 %
- Bulk Spec.Grav. Kondisi SSD : 2.394 %
- Persentase Absorpsi Air : 0.758 %
4. Pada pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar didapat rata-rata :
- Apparent Specific Gravity : 2.669 %
- Bulk Spec.Grav. Kondisi Kering : 2.504 %
- Bulk Spec.Grav. Kondisi SSD : 2.565 %
- Persentase Absorpsi Air : 2.476 %

5. Pada pengujian analisa saringan dapat diketahui yang mana yang termasuk
agregat halus dan agregat kasar, analisa saringan agregat halus diperoleh
angka kehalusan sebesar 3,435 %, analisa agregat kasar diperoleh angka
kehalusan sebesar 8,05 %.
6. Pada pengujian berat volume dapat diketahui agregat halus gembur sebesar
1680.18 kg/m3; agregat halus padatnya padatnya sebesar 1542.09 kg/m3.
Agregat kasar berat volume gembur sebesar 1713.32 kg/m3, berat volume
padatnya sebesar 1547.62 kg/m3.
7. Pada pengujian penentuan kadar organik dalam agregat halus didapat cairan
berwarna kuning muda, maka agregat yang kami lakukan percobaan tersebut
baik untuk dipakai pada suatu campuran beton. Dan agregat halus didapat
cairan berwarna kuning tua yang berarti agregat tersebut mengandung zat
50

organik. Jika agregat tersebut ingin digunakan untuk pencampuran beton,


agregat tersebut harus dicuci terlebih dahulu hingga bahan organiknya hilang.
8. Pada pengujian slump didapat nilai slump yang dapat digunakan yaitu 70.00
cm.
9. Pada pengujian bobot isi di dapat sebesar 2298 kg/m3
10. Pada pengujian kuat tekan beton di dapat 38.23 Mpa
11. Pada pengujian kadar lumpur untuk agregat halus didapat 0.23 %, sedangkan
untuk agregat kasar didapat 3.06 %

II. Saran
Mengenai peralatan yang sudah kurang ketelitiannya supaya diganti untuk
keberhasilan pengujian bahan di masa mendatang, dan saya mohon masker
penutup hidup disediakan untuk mahasiswa, dilaboratorium uji bahan II ini kami
memakai bahan-bahan yang membahayakan kesehatan.
Didalam pengujian analisa ayakan hendaknya disediakan nomor ayakan yang
sesuai dengan reng yang diberikan, agar zona yang diperoleh memiliki nilai
ketelitian yang tinggi.
Bagi mahasiswa pun diharapkan pada saat didalam laboratorium
janganlah membuat kesalahan, patuhi peraturan didalam laboratorium, memakai
baju lab dengan rapi dan sopan terhadap bembimbing dan jangan sampai
menghilangkan atau merusak barang-barang didalam lab, barang-barang didalam
lab harus dijaga.

Anda mungkin juga menyukai