Ekonomi Rekayasa
Ekonomi Rekayasa
1. pendahuluan
Didalam bab ini akan di bicarakan tentang criteria criteria yang dapat di
pergunakan di dalam rangka pengevaluasian sesuatu proyek yang di rencanakan
dengan menginvestasikan sejumlah modal tertentu. Criteria criteria ini merupakan
suatu peralatan untuk menganalisa proyek baik dari segi economic analysa maupun
dari segi financial analysis. Pada umumnya criteria criteria yang telah pernah di
kembangkan oleh para ahli perencanaan proyek adalah.
Secara praktis penerapan criteria criteria ini, tidak berarti dari hasil
penganalisanya akan merupakan suatu ukuran yang mutlak. Keadaan ini sangat
tergantung pada kebenaran informasi pasar atau data-data yang mengandung
kebenran. Sebab dari informasi dan data-data inilah yang merupakan bahan analisa
untuk selajutnya di proyeksikan kedepan guna menaksir secara kwantitatip tentang
cash flows yang di timbulkan oleh pelaksanaan proyek tersebut.
Yang agak sulit dan rumit adalah di dalam rangka penetrapan criteria criteria
ini apabila terjadi kegoncangan kegoncangan di dalam perekonomian suatu Negara,
teritama ketidak stabilan ekonomi dan tingkat harga atau sebagai akibat
kebijaksanaan baru yang terjadi secara mendadak atau pengaruh siatuasi politik yang
merugikan pembangunan proyek dan sebagainya. Kesulitan lainnya adalah
menyangkut dengan masalah penganalisaan , perencanaan dan pengevaluasian proyek
yang bersifat social atau proyek proyek yang memberikan benefit secara tidak
langsung seperti proyek pendidikan , keagamaan , proyek jalan dan jembatan dan lain
sebagainya. Hal ini disebabkan oleh karena dari segi cash out flows secara
kwantitatip dapat diperhitungkan , sedangkan dari segi cash inlows tidak dapat
diperhitungkan sama sekali namun manfaatnya dapat dirasakan tetapi tidak
mempunya ukuran tertentu. Misalnya proyek pembangunan jalan dan jembatan,
jumlah biaya investasi dan pembangunan jalan dan jembatan, jumlah biaya investasis
dan pemeliharaannya setiap tahun dapat diperhitungkan , tetapi manfaat hanya dapat
di rasakan dari kelancaran lalu lintas dan kecepatan mobilitas factor factor produksi.
Oleh karena itu terhadap proyek proyek semacam ini benefitnya diukur secara tidak
langsung yaitu ecternal economic yang timbul karena adanya proyek. Sebagai contoh
lain misalnya dengan adanya proyek penyuluhan dan bimbingan terhadap
petani,maka produktivitas tanah pertanian meningkan dan tingkat pendapatan
petanipun meningkat. Dari tambahhan marginal produktivitas atau tambahan
marginal pendapatan dapat di anggap sebagi ukuran terhadap benefit dari proyek
proyek yang bersifar social tersebut.
Lain hanya dengan proyek proyek yang secara kwantitatip baik cash out flows
ataupun cash in flows dapat di perhitungkan secara jelas tidak mengalami kesulitan di
dalam penganalisaan, perencanaan dan pengevaluasiaanya dengan assumsi bahwa
informasi pasar dan data data adalah benar. Jika tidak benar sudah jelas akan
memberikan hasil yang berlainan dengan yang direncanakan. Sebagai contoh dari
proyek yang dapat di perhitungkan cash out flows dan cash in flows nya adalah
proyek semen, proyek LNG, proyek industry dan sebagainya.
Net present value merupakan salah satu investment creteri yang terpenting
diantara criteria criteria lainnya. Selisih antara cash in flows dengan cash out flows
yang terjadi setiap tahunnya disebut dengan net benefit flows = NB). Dan net benefit
yang terjadi setiap tahun di discounted dengan opportunity cost of capital yang
berlaku secara umum akan menghasilkan present calue setiap net benefit yang akan
menghasilkan net present value. Net present value dapat juga dengan mendiscounted
kan secara terpisah dari cash in flows dan out flows dengan opportunity cost of
capital yang berlaku dan selisih jumlah benefit yang di discounted dengan cost yang
di discounted tersebut akan menghasilkan net present value pada proyek.
NB =BC
NPV
= NB
= BC atau NPV = B
- C
B = benefit
NB = net benefit yang di discounted
C = total cost yang di discounted
Dari perumusan perumusan diatas berarti untuk mencari NPV dapat dilakukan
dengan 2 cara sebagai berikut :
NPV = B - C
Berdasarkan perumusan ini arus benefit dan cost masing masing di present
valuekan atau di discounted kan dengan opportunity cost of capital yang
berlaku. Selisih dari pada present value arus benefit dengan pengeluaran di
peroleh NPV.qqqqqqawwwwwwwwwsw
(RP 106)
tahun I OM C B DF B
C
15%
1 2 3 4=(2+3 5 6 7=5*6 8=4*6
)
0 15 - 15 - 1000 - 15
1 10 - 10 - 0.870 - 8.70
2 15 - 15 - 0.756 - 11.34
3 - 6 6 12.25 0.658 8.06 3.95
4 - 6 6 18.10 0.572 10.35 3.43
5 - 7 7 24.20 0.497 12.03 3.48
6 - 8 8 25.90 0.432 11.19 3.46
7 - 10 10 30.50 0.376 11.47 3.76
8 - 11 11 15.10 0.327 9.25 3.60
9 15x 13 28 30.20 0.284 4.29 7.95
10 - 16 16 24.30 0.247 7.46 3.95
11 - 18 18 18.60 0.215 5.27 3.87
12 - 18 16 15.50 0.187 3.48 3.37
13 - 22 22 25.50xx 0.163 2.53 3.59
14 - 25 25 0.141 3.60 3.53
55 160 215 - 86.98 82.98
NPV = B
- C
= 88.98 82.98
NPV = BC
Pada prinsipnya cara ini sama dengan cara pertama, hanya berbeda di dalam
sistim men disecounted kan cari pada cash flows, yaitu menurut fcara ini terlebih
dahulu dicari net benefit dari seluruh cash flow baru hasilnya di discounted kan
dengan OCC 15%. Prosudurenya dapat kita lihat pada tabel 2 berikut ini.
TAB E L 2
PERKIRAAN NPV PROYEK CARA LAIN
NPV = 6.01
Dengan cara kedua ini akan lebih singkat krena cukup sekali mendiscounted kan ,
namun terjadi perbedaan tetapi tidk berarti sama sekali karena relatip kecil sebagai
akibat pembulatan.
b. Net benefit cost ratio
net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara discounted net benefit
total yang positif dengan discounted net benefit total yang negative dengan assumsi
tanda di abaikan.
+
45.77
Net B/C = ( BC ) = = 1.15
39.76
Dengan criteria ini, apabila net B/C lebih besar dari 1 atau net B/C > 1 , berarti
proyek tersebut feasible , sedangkan apabila net B/c < 1 , proyek tersebut tidak
feasible atau merugikan untuk di laksanakan.
Cross benefit cost ratio (gross B/C) ini hampir bersamaan dengan net benefit cost
ratio, hanya berbeda bahwa pada gross B/C merupakan suatu ratio perbandingan
antara benefit secara kotor yang di di discounted dengan cost secara keseluruhan yang
di discounted.
Gross B/C =
B =
88.98
= 1.07
c 82.98
Dengan criteria ini pula, berarti apabila net B/C lebih besar dari 1 (Net B/C > 1),
maka proyek yang sedang di evaluasi adalah feasible. Criteria banyak mengandung
kelemahan-kelemahan antara lain gross benefit cost ratio ini terlalu peka terhadap
angka perbandingan biaya operasi dan pemeliharaan (biaya rutin) terhadap benefit
kotor, sehingga di dalam rangka proyek dapat memberikan hasil yang mengelirukan.
Oleh karena itu criteria ini jarang dipergunakan di dalam analisa proyek.
d. profitability ratio.
PR =
B
OM
I
Untuk menghitung besarnya profitability ratio tersebut perlu dibuat tabel 3 sebagai
berikut :
Tabel 3
PERKIRAAN PROFITABILITY RATIO
(Rp 106)
tahun B =3*6
OM I
0 - - 15
1 - - 8.79
2 - - 11.34
3 8.06 3.95 -
4 10.35 3.43 -
5 12.03 3.45 -
6 11.19 4.46 -
7 11.47 4.76 -
8 9.25 3.60 -
9 4.29 3.69 4.26
10 7.46 3.95 -
11 5.27 3.87 -
12 3.48 3.37 -
13 2.53 3.59 -
14 3.60 3.53 -
88.98 43.68 39.30
PR = B OM =
88.9843.68
=1,15
I 39.3
Internal rate of return adalah suatu tingkat discount rate tertentu yang
menghasilkan net present value sama dengan nol. Penetrapannya terhadap analisa
proyek guna mengadakan pemilihan investasi, apabila internal rate of return (IRR)
lebih tinggi dari tingkat discount rate yang menggambarkan social opportunity cost of
capital, maka rencana proyek investasi tersebbut akan feasible untuk di laksanakan,
tetapi sebaliknya apabila internal rate of return tersebut lebih kecil dari pada social
opportunity cost of capital, maka proyek tidak akan feasible untuk di laksanakan.
Tetapi yang menjadi permasalahan adalah untuk mencari internal rate of return
itu sendiri sulit untuk diketemukan, oleh karena tidak ada suatu perumusan yang tepat
dan cepat yang dapat di pergunakan untuk itu. Pada hal internal rate of return
merupakan suatu peralatan yang tepat di dalam mengukur feasible tidaknya rencana
investasi di samping Net present value yang telah dibicarakan terdahulu.
Pada umumnya untuk mencari tingkat discounted rate yang akan menghasilkan
net present value sama dengan nol di lakukan dengan sistim coba-coba. Di dalam
melakukan sistim coba coba tersebut adalah dalam usaha untuk mencari dua tingkat
discount rate yang satu akan menghasilkan net present value lebih besar dari nol
tetapi hamper mendekati nol yang satu lagi adalah suatu tingkat discount rate yang
akan menghasilkan net present value lebih kecil dari nol atau negative, tetapi hampir
mendekati nol. Discount rate yang merupakan internal rate of return tersebut terletak
diantara kedua tingkat discount rate itu.
Dari hasil sistim coba coba ini diketemukan suatu perumusan yang pada
umumnya di pergunakan oleh para perencana perencana proyek yaitu :
NPV 1+ NPV 2
Penggunaan rumus ini di assumsikan NPV2 yang mempunyai tanda negative harus
di abaikan.
NPV
NPV1
0 i1 i2
NPV2 I1 i2
IRR
pada contoh terdahulu di anggap sebagai i1 dengan NPV1 = 6, sedangkan i2 dengan
sistim coba-coba di usahakan suatu tingkat discount rate sehingga menghasilkan
NPV2 yang lebih kecil dari nol dan hampir mendekati nol. Perlu di ingatkan bahwa
semakin tinggi tingkat discount rate akan semakin kecil NPV. Pemilihan i1 dan i2
sebaiknya merupakan dua tingkat discount rate yang tidak terlalu besar perbedaanya,
sebab apabila perbedaanya terlalu besar akan terjadi penyimpangan yang besar pula.
Produser untuk mencari i2 kita pilih suatu tingkat discount rate yang kira kira
dapat menghasilkan net present value lebih kecil dari nol tetapi hampir mendekati
nol. Jika NPV pada tingkat discount rate tersebut masih positip maka di pilih suatu
tingkat discount rate yang akan menghasilkan NPV yang lebih kecil dari nol tersebut.
Kita pilih misalnya tingkat discount rate 20%, sehingga perhitungan NPV2 adalah
sebagai terdapat pada tabel 4.
Secara kebetulan dengan tingkat discount rate 20% telah dapat menghasilkan NPV
lebih kecil dari nol dan discount rate 20% inilah sebagai i2 dan NPV2 = -,44.
NPV 1
IRR = i1 + (i2 - i1 )
NPV 1+ NPV 2
6,00
= 15% + (20% - 15%)
6,00+ 1.44
= 15% + 4.03%
IRR = 19.03 %
Tabel 5
CASH OUT FLOWS DAN CASH IN FLOWS DARI MASING MASING
PROYEK (Rp 106)
Tahun Proyek A Proyek B Proyek C
I OM I OM I OM
0 15 - 20 - 20 -
1 10 - 25 - 25 -
2 15 - 10 20 40 10
3 6 12.25 15 25 15 40
4 6 18.10 15 35 20 45
5 7 24.20 18 35 22 40
6 8 25.90 19 28 25 42
xx
7 10 3.50 33 25 30 48
8 11 28.30 20 30 20 45
9 28 15.10 20 35 31 46
10 16 30.20xx 25 36 32 46
11 18 24.50 25 32 27 40
12 18 18.60 30 40 20 32
13 22 15.50 - - - -
14 25 25.50x - - - -
215 268.65 275 343 336 434
proyek A.
tabel 6
PERHITUNGAN NPV, NET B/C DAN IRR PROYEK A (Rp 106)
Tahun Net benefit OCC DF C 0% DF 20%
MD DF 20%
6.01
NPV = 6.01 IRR = 15% +
6.01+1.44
45.77
Net B/C = = 19.03%
39.76
= 1.15
Proyek B.
Tabel 7
Tabel 8
98 7.37 -3.69
NPV =
NB = 7.37
+
71.80
Net B/C = NB = = 1.11
56.22
7.37
IRR = 15% + (18% - 15%) = 17%
7.37+ 3.69
Dari hasil analisa dan perhitungan net present value, net benefit cost ratio dan
internal rate of return ketiga proyek tersebut memang ternyata sama-sama feasible
untuk di laksanakan, hanya terdapat hasiil yang tidak konsisten atau sama lainnya,
yaitu sebagai berikut :
Dengan kejadian yang semacam ini maka akan timbul kesulitan di dalam
pengambilan keputusan yaitu keraguan keraguan yang mana sebenarnya proyek yang
lebih tepat untuk di pilih. Untuk menghindarkan keraguan ini perlu di tinjau dari
berbagai pandangan antara lain besarnya biaya investasi, umur ekonomis dari pada
proyek, jangka waktu pembangunan proyek, besarnya biaya operasi dan pemeliharaan
(operation and maintenance cost) serta jangka waktu kapan terjadinya pay back
period. Pay back period adalah jangka waktu kapan terjadinya seluruh biaya dapat
tertutupi.
Pada umumnya pilihan yang tepat adalah ditinjau dari segi kecilnya biaya
investasi dan pay back period. Biaya investasi ini mendapat perhatian utama, oleh
karena dengan membangun proyek yang biayanya kecil, masih memungkinkan
kelebihan biaya untuk di investasikan pada proyek lain yang bisa memaksimumkan
NPV atau IRR yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan NPV dan IRR selisih net
benefit antara proyek yang biayanya besar dengan proyek biaya kecil. Untuk lebih
jelasnya persoalan ini dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Contoh : arus penerimaan dan pengeluaran 2 buah proyek (proyek A dan proyek B)
sebagai berikut.
Tabel 9
ARUS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN PROYEK A DAN B (Rp 106)
Tahun Proyek A = besar Proyek B = kecil
I OM C B I OM C B
x salvage value.
213.93
= 15% + (20% - 15%)
213.93+140.68
= 15% + 3.02%
IRR = 18.02%
Tabel 11
Tahun NB OCC
NB DF 20%
NB DF 22%
NB
15% 20% 22%
x salvage vale
9.08
= 20% + ( 22% - 20%)
9.08+36.98
= 20% + 0.39%
IRR = 20.39%
Hasilnya ternyata antara proyek A dan B satu sama lian tidak konsisten
namun keduanya sama sama feasible. NPV proyek A lebih besar dari proyek B, tetapi
sebaliknya dari segi criteria IRR proyek B menunjukkan persentase yang lebih tinggi
dari proyek A. keadaan ini mengakibatkan timbulnya keragu raguan di dalam
penhambilan keputusan yang mana lebih baik di antara kedua nya. Untuk
memecahkan permasalahan ini perlu di analisa kembali tentang NPV dan IRR dari
selisih net benefit antara proyek besar dengan proyek kecil. Jika IRR selisih net
benefit dari kedua proyek mampu memberikan NPV yang lebih besar dari proyek
lain, misalnya proyek C maka lebih menguntungkan untuk memilih proyek besar dari
pada proyek kecil. Tetapi sebaliknya apabila IRR dari selisih net benefit kedua proyek
tersebut lebih rendah dari suatu proyek lain ( proyek C ) maka akan lebih
menguntungkan memilih proyek B lebih besar dari selisih biaya antara proyek A
dengan proyek B atau selisih net benefitnya.
Berikut ini akan di perhitungkan NPV dan IRR selisih net benefit antara
proyek A dengan proyek B dan untuk selanjutnya akan di bandingkan dengan suatu
proyek lain, misalnya proyek C. di dalam analisa ini net benefit proyek A dan proyek
di tabolkan kembali dan kemudian selisihnya di anggap merupakan net benefit dari
suatu proyek yang akan menghasilkan NPV dan IRR yang dapat di bandingkan
dengan NPV dan IRR proyek C seperti terdapat pada tabel 13.
Sedangkan perhitungan NPV dan IRR selisih net benefit proyek dan B
seperti terdapat tabel 12.
Tabel 12
PERKIRAAN NPV DAN IRR SELISIH NPV BENEFIT PROYEK A DAN
PROYEK B
(Rp 106)
Tahun Net Net Selisih OCC PV DF Selisih A dan B 20%
benefit benefit NB A 15% selisih 20%
proyek A proyek B dan B 15%
1 -500 -200 -300 0.870 -261 0.833 -249.90
Tahun C B NB OCC
NB DF 25% 25
NB
15% 15%
NPV 1
IRR = I + ( I2 - i1)
NPV 1+ NPV 2
42.83
= 15% + ( 20% - 15% )
42.83+149.75
= 15% + 1.11%
IRR = 16.11%
Dari berbagai proyek yang ada dalam masyarakat yang biayanya sebesar selisih biaya
antara proyek A dan proyek B terdapat proyek C, yang arus pembiayaan dan penerimaannya
dapat di duga seperti pada tabel 13 berikut ini.
Tabel 13
NPV = 77.51
N PV 1
IRR = I + (i2 - i1)
NPV 1+ NPV 2
77.51
= 15% + ( 25% - 15% )
77.51+9.56
= 15% + 8.90%
IRR = 23.90%
Sebagai mana di jelaskan terdahulu bahwa pay back period merupakan salah satu alat di dala
pengambilan keputusan untuk memilih proyek yang bersifat multiple profect.
Pay back period ini penting artinya di dalam memperhitungkn sampai seberapa
modal tertanam di dalam proyek. Semakin cepat terjadinya pay back period akan semakin baik proye
ooleh karena akan semakin memperlancar arus perputaran modal atau capital turn over
Secara grafis keadaan atau kappa terjadinya pay back period dan break even chart di dalam su
proyek dapat dilihat sebagai berikut :
PV I,C,B
BEC B C
BPD
0 time(year)
Atas dasar ini, maka untuk mengetahui jangka waktu terjadinya pay back period
break event chart antara proyek A dan B perlu di present value kan arus biaya investasi, tota
cost dan arus benefit kotor (gross benefit) atas dasar OCC yang berlaku yaitu 15%. Dan
perhitungannya dapat di lakukan seperti pada tabel 14 berikut ini.
Tabel 14
Proyek A Proyek B
Tahun OCC
15% I C B I
C B I C B I
C
1 0.870 500 - 435 435 - 200 200 - 174
1500 2725 7200 1010.8 1282 1496.1 600 1465 3715 441.2 776.6 9
1010,8989.3
PBP = 11 +
55.8
= 11 + 0.4
Proyek B
441.2432.8
PBP =7 +
98.1
= 7 + 0.1
Sedangkan break event point akan dapat dicari dengan perumusan yang sama
yaitu :
CB ce1
BEP = te +
B e
BEP proyek A.
12821268.3
BEP = 16 +
55.8
= 16 + 0.2
Proyek B :
775.6768.1
BEP = 14 +
24.8
BEP = 14 + 0.3
Cross over discount rate adalah suatu tingkat discount factor tertentu yang akan
menghasilkan net present value yang sama terhadap dua buah proyek atau lebih,
tetapi diantara proyek proyek tersebut net benefit dan IRR nya berbeda beda.
Kegunaan analisa cross over discount rate ini terutama apabila di dalam
suatu perekonomian tidak di ketahui secara pasti berapa besarnya social opportunity
cost of capital atau social opportunity cost of capital tersebut selalu berubah ubah,
sehingga penetrapan criteria kriterian investasi mengalami kesukaran. Atau dengan
perkataan lain apabila social opportunity cost of capital tidak dapat dijadikan
pegangan sebagai ukuran terhadap feasible tidaknya suatu proyek atau tidak dapat di
jadikan ukuran untuk melakukan pemilihan diantara berbagai proyek maka analisa
cross over discount rate ini sangat di perlukan.
Proyek A
Proyek B
0 iE IRRA IRRB
Tetapi oleh karena fungsi net present value tersebut cekung terhadap
origin, maka pentrapan rumus tersebut perlu di batas hanya pada dua buah titik
terdekat sesamanya, dan penetapannya dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Contoh : arus net benefit dari dua buah proyeh A dan B adalah sebagai berikut.