Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan di tempat kerja merupakan penyebab utama penderita
perorangan dan penurunan produktivitas.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.

Kesehatan dan keselamatan kerja dapat tercapai secara optimal jika tiga
komponen berupa kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja dapat
berinteraksi baik dan serasi. Kondisi kerja yang buruk berpotensi
menyebabkan kecelakaan kerja, mudah sakit, stres, sulit berkonsentrasi
sehingga menyebabkan menurunnya produktif kerja. Kondisi kerja meliputi
variabel fisik seperti distribusi jam kerja, suhu, penerangan, suara dan
tempat kerja lingkungan kerja yang kurang nyaman.

Kondisi lingkungan fisik dapat terjadi misalnya suhu yang terlalu panas,
terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya dan semacamnya. Ruangan kerja
yang terlalu panas dan terlalu dingin menyebabkan ketidaknyamanan
seseorang dalam menjalankan pekerjaan. Panas bukan hanya dalam
pengertian temperatur udara, tetapi juga sirkulasi udara, disamping itu,
kebisingan mengambil andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab
beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain.

21
Melihat pentingnya faktor kebisingan dan pencahayaan pada lingkungan
kerja yang sangat berpotensi menimbulkan kelelahan pada tenaga kerja,
maka kita akan mengukur pengaruh kondisi lingkungan kerja (kebisingan
dan pencahayaan) terhadap kelelahan kerja di Pasar Segiri Samarinda
menggunakan alat pengukur kebisingan (Sound Level Meter) dan alat
pengukur pencahayaan (Light Meter).

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum


Maksud Praktikum
1. Mengukur faktor fisik kebisingan di lingkungan kerja terhadap kelelahan
kerja di Pasar Segiri Samarinda.
2. Mengukur faktor fisik pencahayaan di lingkungan kerja terhadap
kelelahan kerja di Pasar Segiri Samarinda.
Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui cara menggunakan alat pengukur kebisingan (Sound
Level Meter) dan alat pengukur pencahayaan (Light Meter).
2. Untuk mengetahui kebisingan dan pencahayaan yang ada di Pasar Seiri
Samarinda.

22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Kualitas Kehidupan Bekerja


Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multi dimensional yang
meliputi beberapa konsep seperti jaminan kerja, sistem penghargaan,
pelatihan dan karir peluang kemajuan dan keikutsertaan di dalam
pengambilan keputusan.

Kualitas kehidupan bekerja didefinisikan sebagai strategi tempat kerja yang


mendukung dan memelihara kepuasan karyawan dengan tujuan untuk
meningkatkan kondisi kerja karyawan dan organisasi serta keuntungan untuk
pemberi kerja. Kualitas kehidupan bekerja sebagai persepsi pekerja terhadap
suasana dan pengalaman pekerja di tempat kerja mereka.

Berbagai macam komponen dari kesejahteraan karyawan secara umum yang


lebih penting adalah lingkungan kerja yang aman dan sehat, hubungan yang
baik dengan supervisor, dukungan dan persahabatan rekan sekerja, kerja
yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu, derajat kepuasan
dengan situasi kerja dan kesempatan untuk bertumbuh dan pengembangan
diri jika diperlukan. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan hasil
interaksi individu, pekerjaan, organisasi global dan multidimensi ini adalah
kualitas kehidupan kerja (Wignjosoebroto, 2003).

Aspek Kualitas Kehidupan Bekerja


Kualitas kehidupan bekerja adalah persepsi pekerja terhadap suasana dan
pengalaman pekerja di tempat kerja mereka. Suasana pekerjaan yang
dimaksudkan adalah berdasarkan kepada delapan aspek, yaitu:
a. Kompensasi yang mencukupi dan adil
Gaji yang diterima individu dari kerjanya dapat memenuhi standar gaji
yang diterima umum, cukup untuk membiayai suatu tingkat hidup yang

23
layak dan mempunyai perbandingan yang sama dengan gaji yang
diterima orang lain dalam posisi yang sama.
b. Kondisi-kondisi kerja yang aman dan sehat
Individu tidak ditempatkan kepada keadaan yang dapat membahayakan
fisik dan kesehatan mereka serta waktu kerja mereka juga sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan. Begitu juga faktor umur adalah yang
sesuai dengan tugas yang dipertanggungjawabkan kepada mereka.
c. Kesempatan untuk mengembangkan dan menggunakan kapasitas
manusia
Pekerja diberi autonomi, kerja yang mereka lakukan memerlukan
berbagai kemahiran, mereka juga diberi tujuan dan perspektif yang
diperlukan tentang tugas yang akan mereka lakukan. Pekerja juga
diberikan kebebasan bertindak dalam menjalankan tugas yang diberikan
dan pekerja juga terlibat dalam membuat perencanaan.
d. Peluang untuk pertumbuhan dan mendapatkan jaminan
Suatu pekerjaan dapat memberi sumbangan dalam menetapkan dan
mengembangkan kapasitas individu. Kemahiran dan kapasitas individu
itu dapat dikembangkan dan dipergunakan dengan sepenuhnya,
selanjutnya peningkatan peluang kenaikan pangkat dan promosi dapat
diperhatikan serta mendapatkan jaminan terhadap pendapatan.
e. Integrasi sosial dalam organisasi pekerjaan
Individu tidak dilayani dengan sikap curiga, mengutamakan konsep
egalitarianism, adanya mobilitas untuk bergerak ke atas, merasa bagian
dari suatu tim, mendapat dukungan dari kelompok-kelompok primer dan
terdapat rasa hubungan kemasyarakatan serta hubungan antara
perseorangan.
f. Hak-hak karyawan
Hak pribadi seorang individu harus dihormati, memberi dukungan
kebebasan bersuara dan terwujudnya pelayanan yang adil.
g. Pekerja dan ruang hidup secara keseluruhan
Kerja juga memberikan dampak positif dan negatif terhadap ruang
kehidupan seseorang. Selain berperan di lingkungan kerja, individu juga

24
mempunyai Pekerja diberi autonomi, kerja yang mereka lakukan
memerlukan berbagai kemahiran, mereka juga diberi tujuan dan
perspektif yang diperlukan tentang tugas yang akan mereka lakukan.
Pekerja juga diberikan kebebasan bertindak dalam menjalankan tugas
yang diberikan dan pekerja juga terlibat dalam membuat perencanaan.
h. Tanggung jawab sosial organisasi
Organisasi mempunyai tanggung jawab sosial. Organisasi haruslah
mementingkan pengguna dan masyarakat secara keseluruhan semasa
menjalankan aktivitasnya. Organisasi yang mengabaikan peranan dan
tanggung jawab sosialnya akan menyebabkan pekerja tidak menghargai
pekerjaan mereka (Sumamur, 1989).

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya
adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Keselamatan kerja
merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan (Sumamur, 1989).

Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta prakteknya


yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan
usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit
umum.

Melihat beberapa uraian diatas mengenai pengertian keselamatan dan


pengertian kesehatan kerja diatas, maka dapat disimpulkan mengenai
pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu bentuk
usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh jaminan atas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam melakukan pekerjaan yang

25
mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya yang berasal dari
individu sendiri dan lingkungan kerjanya. Secara umum terdapat dua
golongan penyebab kecelakaan yaitu :
1. Tindakan atau perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan
(unsafe human acts)
2. Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition).

Kelelahan
A. Definisi Kelelahan
Kata kelelahan (fatigue) menunjukkan keadaan yang berbeda-beda,
tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan
ketahanan tubuh (Sumamur, 1996). Kelelahan merupakan suatu
perasaan yang bersifat subjektif. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. Kelelahan akibat
kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi,
performansi kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh
untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan
(Wignjosoebroto, 2003).

Kelelahan juga merupakan masalah yang dapat menimpa semua tenaga


kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Penyebab terjadinya kelelahan
yaitu intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, iklim kerja,
penerangan, kebisingan, rasa khawatir, konflik, tanggung jawab, status
gizi dan kesehatan. Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan
tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga terjadilah
pemulihan.

B. Gejala Kelelahan
Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara
subyektif dan obyektif antara lain:
1. Perasaan lesu, ngantuk dan pusing
2. Kurang mampu berkonsentrasi
3. Berkurangnya tingkat kewaspadaan

26
4. Persepsi yang buruk dan lambat
5. Berkurangnya gairah untuk bekerja
6. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani
Beberapa gejala tersebut dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan
efektivitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut
manifestasinya timbul berupa keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya
tenaga kerja tidak masuk kerja.

C. Jenis Kelelahan
Menurut (Sumamur, 1996) kelelahan kerja berakibat pada pengurangan
kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Kelelahan kerja dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
a. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan
melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara
fisiologi, dan saat gejala yang ditunjukan tidak hanya berupa
berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya
gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan
sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya
kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan
meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga
dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Gejala Kelelahan otot
dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar atau external signs.
b. Kelelahan Umum (General Fatigue)
Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar
biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena
munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk
bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan
merasa ngantuk. Kelelahan umum biasanya ditandai berkurangnya
kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni,
intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah, sebab- sebab
mental, status kesehatan dan keadaan gizi.

27
D. Penyebab Kelelahan
Berdasar penyebab kelelahan, penyebab kelelahan dibedakan atas
kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor
lingkungan (fisik) ditempat kerja, antara lain: kebisingan, suhu dan
kelelahan psikologis yang disebabkan oleh faktor psikologis (konflik-
konflik mental), monotoni pekerjaan, bekerja karena terpaksa, pekerjaan
yang bertumpuk-tumpuk.

Di dalam suatu lingkungan kerja, manusia mempunyai peranan sentral kerja


dimana manusia berperan sebagai perencana dan perancang suatu sistem
kerja disamping manusia harus berinteraksi dengan sistem untuk dapat
mengendalikan proses yang sedang berlangsung pada sistem kerja secara
keseluruhan. Manusia sebagai salah satu komponen dari suatu sistem kerja
merupakan bagian yang sangat kompleks dengan berbagai macam sifat,
keterbatasan dan kemampuan yang dimilikinya. Namun demikian usaha
untuk memahami tingkah laku manusia, khususnya tingkah laku kerja
manusia tidak dapat dilakukan hanya dengan memahami kondisi fisik
manusia saja. Kelebihan dan keterbatasan kondisi fisik manusia memang
merupakan faktor yang harus diperhitungkan, tetapi bukan satu-satunya
faktor yang menentukan produktivitas kerja (Wignjosoebroto, 2000).

K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja,


misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan
lain-lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran,
gangguan pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan
tubuh akibat sinar ultraviolet, kanker kulit, kemandulan, dan lain-lain.
Norma kerja berkaitan dengan manajemen perusahaan. K3 dalam konteks
ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja, shift, kerja wanita,
tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, analisis dan pengelolaan
lingkungan hidup dan lain-lain. Hal-hal tersebut mempunyai korelasi yang
erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja.

28
Pengendalian dan penanganan faktor-faktor lingkungan kerja seperti
kebisingan, temperatur, getaran dan pencahayaan merupakan suatu masalah
yang harus ditangani secara serius dan berkesinambungan. Suara yang
bising, temperatur yang panas getaran dan pencahayaan yang kurang di
dalam tempat kerja merupakan salah satu sumber yang mengakibatkan
tekanan kerja dan penurunan produktivitas kerja (Tarwaka, 2004).

Kebisingan
Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak dikehendaki manusia.
Dikatakan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang, bunyi-bunyian
tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran,
dan menimbulkan kesalahan komunikasi bahkan kebisingan yang serius
dapat mengakibatkan kematian. Semakin lama telinga mendengar
kebisingan, makin buruk pula dampak yang diakibatkannya, diantaranya
adalah pendengaran dapat semakin berkurang.

Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan Sound Level Meter.


Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur tingkat tekanan bunyi.
Tekanan bunyi adalah penyimpangan dalam tekanan atmosfir yang
disebabkan oleh getaran partikel udara karena adanya gelombang yang
dinyatakan sebagai amplitudo dari fluktuasi tekanan. Jika kita mengukur
bunyi dengan satuan Pa ini, maka kita akan memperoleh angka-angka yang
sangat besar dan susah digunakan. Skala decibell ini hampir sesuai dengan
tanggapan manusia terhadap perubahan kekerasan bunyi, yang secara kasar
sebanding dengan logaritma energi bunyi. Ini berarti bahwa energi bunyi
yang sebanding dengan 10, 100, dan 1000 akan menghasilkan ditelinga
pengaruh yang subyektif sebanding dengan logaritmanya, yaitu masing-
masing 1, 2, dan 3. Bila skala logaritma ini dikalikan dengan 10 maka
diperoleh skala decibell. Skala decibell ini menggunakan referensi ambang
batas kemampuan dengar 20 mPa. Tingkat tekanan bunyi dari berbagai

29
bunyi yang sering kita jumpai dinyatakan dalam skala Pa dan dB
(Sutalaksana, 1979).
Tabel Baku Mutu Kebisingan

Peruntukan Kawasan Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan dB(A)

a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan pemukiman
55
2. Perdagangan dan jasa
3. Perkantoran 70
4. Ruang hijau yang terbuka
65
5. Industri
6. Pemerintahan dan fasilitas umum 50
7. Rekreasi
70
8. Khusus
Pelabuhan Laut 60
Cagar Budaya 70
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah sakit dan sejenisnya
2. Sekolah dan sejenisnya 70
3. Tempat ibadah dan sejenisnya
60

55
55
55

Jenis-Jenis kebisingan :
1 Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekuensi luas (mesin, kipas
angin, dll).
2 Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang sempit (gergaji sirkuler,
katup gas, dll).
3 Kebisingan terputus-putus (intermittent) seperti suara lalu lintas, kapal
terbang.
4 Kebisingan impulsif seperti suara meriam, pukulan palu, ledakan.
5 Kebisingan impulsif berulang seperti mesin tempa berulang.

Hal-hal yang terkait dengan kebisingan mengenai sumber bising,


pengukuran, dan pengaruhnya, serta pengendalian kebisingan dapat
dijelaskan sebagai berikut:

30
1. Sumber-sumber bising
Sumber bising dalam pengendalian kebisingan lingkungan dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Bising interior
Bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesin-
mesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-
alat music dan juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang
ada digedung tersebut seperti kipas angin, motor kompresor
pendingin, pencuci piring dan lain-lain.
b. Bising eksterior
Dalam dunia industri jenis-jenis bising yang sering dijumpai antara
lain meliputi:
1. Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang luas. Misalkan
suara yang ditimbulkan oleh mesin bubut, mesin frais, kipas
angin dan lain-lain.
2. Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang sempit.
Misalkan bising yang dihasilkan oleh suara mesin gergaji, katup
gas dan lain-lain.
3. Bising terputus-putus (intermittent). Misal suara lalu lintas, suara
kapal terbang.
4. Bising impulsive seperti pukulan palu, tembakan pistol dan lain-
lain.
2. Pengukuran tingkat kebisingan
Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin-mesin
untuk proses produksi dan alat-alat lain yang dipakai untuk melakukan
pekerjaan. Sumber-sumber tersebut harus diidentifikasi dan dinilai
kehadirannya agar dapat dipantau sedini mungkin dalam upaya
mencegah dan mengendalikan pengaruh paparan kebisingan terhadap
pekerja yang terpapar. Dengan demikian penilaian tingkat intensitas
kebisingan di perusahaan secara umum dimaksudkan untuk beberapa
tujuan, yaitu:
a. Memperoleh data intensitas kebisingan pada sumber suara.

31
b. Memperoleh data intensitas kebisingan pada penerima suara (pekerja
dan masyarakat sekitar perusahaan).
c. Menilai efektivitas sarana pengendalian kebisingan yang telah ada dan
merencanakan langkah pengendalian lain yang lebih efektif.
d. Mengurangi tingkat intensitas kebisingan baik pada sumber suara
maupun pada penerima suara sampai batas diperkenankan.
e. Membantu memilih alat pelindung dari kebisingan yang tepat sesuai
dengan jenis kebisingannya.
3. Pengaruh kebisingan
Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat dikategorikan
menjadi dua berdasarkan tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan
lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan
intensias tinggi (diatas NAB) dan kedua pengaruh pemaparan kebisingan
intensitas rendah (di bawah NAB), yaitu:
a. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi, sebagai berikut:
1. Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi adalah
terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat
menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat
sementara maupun bersifat permanen atau ketulian.
2. Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis
kebisingannya terputus-putus dan sumber kebisingannya tidak
diketahui.
3. Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti: meningkatnya
tekanan darah dan tekanan jantung, resiko serangan jantung
meningkat, dan gangguan pencernaan.
4. Reaksi masyarakat, apabila kebisingan dari suatu proses produksi
demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya menuntut
agar kegiatan tersebut dihentikan.
b. Pengaruh kebisingan intensitas tingkat rendah,
Tingkat intensitas kebisingan rendah banyak ditemukan di
lingkungan kerja seperti perkantoran, ruang administrasi perusahaan

32
dan lain-lain. Intensitas kebisingan yang masih dibawah NAB
tersebut secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan
pendengaran. Namun demikian, kehadirannya sering dapat
menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah satu
penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang
disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkan
terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Secara spesifik
stres karena kebisingan dapat menyebabkan dampak, yaitu:
1. Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan
tidur.
2. Gangguan reaksi psikomotor
3. Kehilangan konsentrasi.
4. Penurunan performansi kerja yang dapat menimbulkan
kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja.

Penerangan (Cahaya)
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada
permukaan. Satuannya adalah lux (1 lm/m2), dimana lm adalah lumens atau
lux cahaya. Salah satu faktor penting dari lingkkungan kerja yang dapat
memberikan kepuasan dan produktivitas adalah adanya penerangan yang
baik.

Penerangan yang cukup dan diatur dengan baik juga akan membantu
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga
dapat memelihara kegairahan kerja. Intensitas penerangan yang sesuai
dengan jenis pekerjaannnya jelas akan dapat meningkatkan produktivitas
kerja. Sebaliknya intensitas penerangan yang berlebihan juga dapat
menyebabkan glare, reflections, excessive shadows, visibility dan eyestrain.
Semakin halus pekerjaan dan mnyangkut inspeksi serta pengendalian
kualitas, atau halus detailnya dan kurang kontras, makin tinggi illuminasi
yang diperluka, yaitu antara 500 lux sampai dengan 100 lux (Sumamur,
1996).

33
Tabel Baku Mutu Pencahayaan
Tingkat pencahayaan
Jenis Kegiatan Keterangan
Minimal (lux)
Ruang penyimpanan dan peralatan
Pekerjaan kasar dan
100 atau instalasi yang memerlukan
tidak terus-menerus
pekerjaan kontinyu
Pekerjaan kasar dan Pekerjaan dengan mesin dan perakitan
200
terus-menerus kasar
Ruang administrasi, ruang kontrol,
Pekerjaan rutin 300
pekerjaan mesin dan perakitan
Pembuatan gambar atau bekerja
Pekerjaan agak halus 500 dengan mesin kantor, pemeriksaan
atau pekerjaan dengan mesin
Pemilihan warna, pemrosesan tekstil,
Pekerjaan halus 1000 pekerjaan mesin halus dan perakitan
halus
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan
Pekerjaan sangat halus 1500 pekerjaan mesin, dan perakitan yang
sangat halus
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan
Pekerjaan terinci 3000
sangat halus

Secara umum jenis penerangan atau pencahayaan dibedakan menjadi dua


yaitu penerangan buatan (penerangan artifisial) dan penerangan alamiah
(dan sinar matahari). Perlu diingat bahwa penggunaan penerangan buatan
harus selalu diadakan perawatan yang baik oleh karena lampu yang kotor
akan menurunkan intensitas penerangan sampai dengan 30%. Tingkat
penerangan pada-tiap tiap pekerjaan berbeda tergantung sifat dan jenis
pekerjaannya (Tarwaka, 2004 ).

Pengaruh dan penerangan yang kurang memenuhi syarat akan


mengakibatkan dampak, yaitu:
1. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.
2. Kelelahan mental.
3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

34
4. Kerusakan indra mata dan lain-lain.

Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada


penurunan performansi kerja, sebagai berikut:
1. Kehilangan produktivitas
2. Kualitas kerja rendah
3. Banyak terjadi kesalahan
4. Kecelakan kerja meningkat

Intensitas penerangan yang dibutuhkan di masing-masing tempat kerja


ditentukan dan jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Semakin tinggi
tingkat ketelitian suatu pekerjaan, maka akan semakin besar kebutuhan
intensitas penerangan yang diperlukan, demikian pula sebaliknya. Intensitas
penerangan yang dimaksud dapat dijelaskan, sebagai berikut:
1. Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan
harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 20 lux.
2. Penerangan untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan barang
kasar dan besar paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 50 lux.
3. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-
barang kecil secara sepintas paling sedikit mempunyai intensitas
penerangan 100 lux.
4. Penerangan untuk pekerjaan yang membeda-bedakan barang kecil agak
teliti paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 200 luks.
5. Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan dengan teliti dan
barang-barang yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai intensitas
penerangan 300 lux.
6. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang
halus dengan kontras yang sedang dalam waktu yang lama, harus
mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 500 1000 lux.
7. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang yang
sangat halus dengan kontras yang kurang dan dalam waktu yang lama,
harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 2000 lux.

35
Uraian tentang lingkungan kerja fisik tersebut dapat dipertegas bahwa
dengan pengendalian faktor-faktor yang berbahaya di lingkungan kerja
diharapkan akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
produktif bagi tenaga kerja (Sumamur, 1996).

BAB III
METODOLOGI KERJA

3.1 Waktu dan Tempat


a. Hari / Tanggal : Sabtu, 12 November 2011
b. Waktu : 10.00 WITA
c. Tempat : Pasar Gegiri Samarinda di Jl. Pahlawan

3.2 Alat Dan Bahan

36
3.2.1 Alat
a. Sound Level Meter
b. Light Meter
c. Kamera
d. Stopwatch
3.2.2 Bahan
a. Baterai
b. Alat Tulis

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Menghitung tingkat kebisingan di Pasar Segiri
1. Pengukuran cepat
a. Digunakan pilihan A dan C
b. Untuk pengukuran suatu suara tingkat kebisingan normal
digunakan Set A
2. Digunakan fast atau slow untuk waktu
3. Ditekan inst/max hold sampai muncul tulisan L A, dilanjutkan dengan
pengukuran untuk setiap lima detik selama sepuluh menit.
4. Dicatat nilai maksimum yang tertera pada display
5. Untuk mengakhiri nilai pengukuran nilai maksimum, ditekan inst/max
hold sekali lagi. Akan kembali ditunjukan nilai pengukuran instant.

3.3.2 Menghitung tingkat penerangan di Pasar Segiri


1. Disiapkan alat didekat lokasi praktikum
2. Ditekan tombol on/off pada alat
3. Diletakkan dibawah sumber penerangan
4. Dicatat angka yangbtertera pada alat

37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengukuran Tingkat kebisingan


Hasil pengukuran langsung selama 10 menit dengan SLM
Lokasi dan waktu pengukuran Data yang diperoleh
Pasar Segiri Jl. Pahlawan Samarinda 80, 78, 75, 76, 74, 77, 73, 78, 78, 77, 72,
Pukul 10. 00 WITA 68, 77, 70, 70, 72, 71, 68, 66, 71, 71, 75,
74, 77, 86, 76, 71, 77, 74, 72, 73, 71, 75,
72, 74, 74, 74, 68, 65, 70, 69, 69, 67, 78,
76, 76, 75, 71, 75, 72, 73, 71, 71, 69, 73,
70, 76, 72, 74, 70, 70, 71, 69, 76, 77, 79,
73, 89, 70, 69, 72, 73, 74, 75, 74, 70, 74,
71, 72, 82, 78, 70, 70, 72, 76, 75, 75, 78,
75, 75, 73, 72, 73, 80, 75, 69, 73, 73, 71,
71, 79, 83, 73, 68, 74, 71, 77, 74, 75, 74,

38
80, 81, 74, 72, 74, 71, 75, 76, 79, 78.

Data yang diperoleh dikelompok berdasarkan nilai yang sama

No. Lk nk

1 65 1
2 66 1
3 67 1
4 68 4
5 69 6
6 70 10
7 71 14
8 72 11
9 73 11
10 74 15
11 75 13
12 76 8
13 77 7
14 78 7
15 79 3
16 80 3
17 81 1
18 82 1
19 83 1
20 86 1
21 89 1
JUMLAH 120

Kemudian dimasukkan ke persamaan


1
Lif = 10 log 120 nk 10 0,1.Lk

1
Lif = 10 log 120 ( 1 . 10 0,1 . 65 + 1 . 100,1 . 66 + 1 . 100,1 . 67 + 4 . 100,1 . 68 + 6 .

100,1 . 69 + 10 . 100,1 . 70 + 14 . 100,1 . 71 + 11 . 100,1 . 72 + 11 . 100,1 . 73 + 15 .


100,1 . 74 + 13 . 100,1 . 75 + 8 . 100,1 . 76 + 7 . 100,1 . 77 + 7 . 100,1 . 78 + 3 . 100,1 .
79
+ 3 . 100,1 . 80 + 1 . 100,1 . 81 + 1 . 100,1 . 82 + 1 . 100,1 . 83+ 1 . 100,1 . 86+ 1 .
100,1 . 89)
= 72 dB
Jadi, tingkat kebisingannya adalah 72 dB(A)

39
4.2 Pengukuran Tingkat Penerangan (Cahaya)
Dengan melakukan pengukuaran dengan Light meter di lokasi, diperoleh
data 121 lux. Pengukuran dilakukan pada pukul 10.00 wita. Untuk mewakili
pukul 09.00-11.00 wita.

4.3 Pembahasan
Pada praktikum Laboratorium Lingkungan yang berkaitan dengan K3
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja) kali ini, kami melakukan pengukuran
tingkat kebisingan dan penerangan di lingkungan Pasar Segiri Jl. Pahlawan
Samarinda dan dilakukan pada tanggal sabtu 12 November 2011 pukul 10.00
wita.

Berdasarkan hasil pengukuran dan melui perhitungan diperoleh data hasil


pengukuran sebagai berikut :
a. Tingkat Kebisingan adalah 72 dB(A)
b. Tingkat Penerangan adalah 121 lux

Pengukuran tingkat kebisingan di lokasi kerja dilakukan dengan


menggunakan alat Sound Level Meter (SLM). Pengukuran dilakukan selama
10 menit dengan sampling rate setiap 5 detik sehingga diperoleh data
sebanyak 120 data. Dari 120 data tersebut kemudian dikelompokkan
berdasarkan data yang sama dan selanjutnya dimasukan kedalam persamaan

1
Lif = 10 log 120 nk 10 0,1.Lk , sehingga diperoleh nilai 72 dB (A).

Pengukuran yang kami lakukan pada tenggang waktu L2, dimana data
pengukurannya mewakili pukul 09.00-11.00. Setiap pengukuran harus dapat
mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu
pengukuran pada siang hari dan 3 waktu pada malam hari.

40
Pasar Segiri Samarinda termasuk dalam lingkungan kegiatan yaitu kategori
perdagangan dan jasa yang memiliki baku tingkat kebisingan 70 dB(A),
sedangkan dari hasil yang pengukuran yang kami lakukan tingkat kebisingan
yang diperoleh adalah 72 dB(A). Hal ini mengindikasikan bahwa
lingkungan tersebut memiliki tingkat kebisingan melebihi ambang batas
yang ditentukan. Hal ini disebabkan karena waktu pengukuran diambil pada
saat menjelang siang hari, dimana aktivitas pasar sudah mulai berkurang.
Penyebab kebisingan pada lingkungan pasar segiri adalah padatnya aktifitas
jual beli pada pasar tersebut.

Dampak yang dihasilkan dari tingkat kebisingan ini dalam waktu terus-
menerus bagi para pekerja antara lain adalah Kehilangan konsentrasi dan
Penurunan performansi kerja yang dapat menimbulkan kehilangan efisiensi
serta produktivitas kerja.

Pengukuran tingkat penerangan (cahaya) dilakukan dengan menggunakan


alat Light meter. Pengukuran dilakukan dengan cara mengarahkan Light
meter kearah datangnya cahaya. Dari hasil pengukuran didapatkan yaitu 121
Lux sedangkan hasil melebihi standar baku mutu yaitu 100 Lux. Artinya,
pencahayaan pada pekerjaannya termasuk baik.

Cara untuk mengurangi kebisingan yang ada di pasar Segiri Samarinda yaitu
dengan menyediakan parkiran roda dua yang layak, agar pengunjung yang
menggunakan sepeda motor tidak memarkir kendaran mereka di dalam pasar
sehingga dapat mengurangi kebisingan yang ada di dalam pasar. Sedangkan
untuk pencahyaan, sebaiknya lapak para pedagang di atur dengan jarak yang
seharusnya dan mengurangi pemakaian daya lampu karena saat berjualan
pada siang hari sudah ada pencahayaan dari sinar matahari.

41
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Cara menggunakan Sound Level Meter yaitu dengan cara melakukan
pengukuran sekama 10 menit dengan pengambilan data setiap 5 detik,
sehingga data yang diperoleh ada 120 data. Sedangkan cahaya
menggunakan Light Meter yaitu dengan menaruh alat dibawah sumber
cahaya lalu mengliat berapa pencahayaannya.
2. Angka kebisingan rata-rata di pasar Segiri Samarinda 72 dB. Sedangkan
untuk angka cahaya alami adalah 121 lux. Bila dibandingkan dengan
baku mutu kebisingan dan pencahayaan yang ada, maka kebisingan dan
pencahayaan di pasar Segiri Samarinda termasuk pekerjaan yang baik.
Karena tidak jauh melebihi dari baku mutu yang ada.

5.2 Saran
1. Sebaiknya lokasi praktikum sudah ditentukan terlebih dahulu, agar tidak
menghabiskan waktu dijalan untuk mencari lokasi.
2. Pada saat pengukuran kebisingan, penggunaan stopwatch harus sangat
diperhatikan. Karena apabila data yang diambil tidak sesuai dengan
waktu yang ditentukan, maka dapat mengurangi keakuratan data.

42

Anda mungkin juga menyukai