Anda di halaman 1dari 14

BAB II

ASPEK FILSAFAT DALAM SOSIOLOGI OLAHRAGA

2.1 Devinisi Filsafat


Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya
bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan
hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan. Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu philosophia.
Kata ini terdiri dari philein yang berarti kasih, liefdi yang berarti cinta atau love,
dan sophia yang berarti kebijakan atau wisdom. Jadi dapat diartikan secara
etimologi bahwa filsafat adalah cinta kebijakan (love of wisdom). Suatu ilmu
dapat dikatakan berfilsafat bila ilmu tersebut memiliki tiga poin dasar filsafat
yaitu ontology, epistimologi, dan aksiologi.
a. Ontologi
Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas.
Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.
Ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu on adalah being dan logos adalah logi.
Ontologi dapat juga diartikan sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan
hakekat dari suatu kenyataan. Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata
secara fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-
kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisik, hal universal, abstraksi)
dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional. Ontologi dianggap sebagai teori
mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaianya
akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada. Adapun
mengenai objek kajian ontologi ialah yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada
terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan
metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala yang ada. Objek
formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas, bagi pendekatan kualitif, realitas
tranpil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya menjadi telaah monism,
paralerisme atau plurarisme.
b. Epistimologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari benar atau tidaknya
suatu pengetahuan. Epistemologi berdasarkan akar katanya episteme
(pengetahuan) dan logos (ilmu yang sistematis, teori). Secara terminologi,
epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar
pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan
validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu. Dagobert d. Runes mengatakan

1
bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas, sumber, struktur,
metode-metode, dan validitas pengetahuan. Sedangkan menurut azyumardi azra,
epistemologi merupakan ilmu yang membahas keaslian, pengertian, struktur,
metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Dalam teori epistemologi terdapat beberapa aliran. Aliran-aliran tersebut
mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan.
Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan yaitu
aliran:
a) Rasionalisme, yaitu aliran yang mengemukakan, bahwa sumber
pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa.
b) Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia
berasal dari pengalaman manusia itu sendiri, melalui dunia luar yang
ditangkap oleh panca inderanya.
c) Kritisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu berasal dari dunia luar dan dari jiwa atau
pikiran manusia sendiri.
Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia inklusif di
dalamnya aliran-aliran:
a) Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia
adalah gambaran yang baik dan tepat tentang kebenaran. Dalam
pengetahuan yang baik tergambar kebenaran seperti sesungguhnya.
b) Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan hanyalah
kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kanyataan yang diketahui
manusia semuanya terletak di luar dirinya

c. Aksiologi

Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal dari


kata axio dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos
artinya akal, teori, axiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat,
kriteria dan status metafisik dari nilai. Aksiologi adalah suatu bidang yang
menyelidiki nilai-nilai. Ada 3 bagian yang membedakan di dalam aksiologi, yakni
moral conduct, esthetic conduct,dan socio-political life. Nilai dan implikasi
aksiologi dalam pendidikan ialah pendidikan menguji dan mengintegrasikan
semua nilai tersebut di dalam kehidupan manusia dan membinanya di dalam
kepribadian anak. Dalam kamus bahasa indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut
bramel aksiologi terbagi tiga bagian :

1. Moral conduct yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin


khusus yaitu etika.

2
2. Estetic expression yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan
keindahan
3. Socio-politcal life yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan
filsafat social politik.
Menurut pandangan kattsoff aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki tentang hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan. Dan barneld mengatakan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat
yang menyelidiki tentang nilai-nilai, menjelaskan berdasarkan kriteria atau prinsip
tertentu yang dianggap baik di dalam tingkah laku manusia.

2.2 Definisi Filsafat Olahraga


Filsafat olahraga dapat didefenisikan sebagai suatu bidang kajian yang
berusaha untuk memahami hakikat, mempersolakan suatu isu secara kritis, guna
memperoleh pengetahuan yang paling hakiki dalam bidang keolaharagaan.
Menerapkan filsafat dalam olahraga berarti menggunakan metode filsafat dalam
mendiskusikan masalah-masalah olahraga dengan cara:
a. Menganalisis suatu masalah dalam hal apa yang dijadikan sebagai dasar
ontologisnya.
b. Memeriksa masalah tersebut dengan melihat argumen dari pihak yang
mendukung dan menyangkalnya.
c. Membandingkan tujuan dari olahraga secara mendalam. Hal ini berkaitan
dengan upaya untuk menemukan nilai-nilai dalam kehidupan atau budaya.
d. Untuk menemukan apa yang perlu kita ketahui tentang olahraga dan perlu
mempelajari apa yang sebenarnya kita ketahui tentang olahraga, dalam
budaya terdapat banyak kepercayaan tentang olahraga, perlu juga
dibuktikan mana yang merupakan mitos dan mana yang kenbenarannya
dapat dibuktikan.
e. Kajian filosofis terhadap olahraga dilakukan untuk menghasilkan pedoman
praktis untuk berirtindak. Dari hasil kajian yang mendalam mungkin kita
dapat menemukan pedoman olahraga untuk masa depan.
f. Untuk menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang olahraga.
Banyak kajian olahraga yang bersifat dangkal. Dan yang diharapkan
adalah suatu pemahaman yang lebih mendalam sehingga dapat diketahui
nilai-nilai yang terdapat dalam kegiatan olahraga untuk meningkatkan taraf
hidup.

2.3 Definisi Sosiologi


Secara umum, pengertian sosiologi adalah ilmu yang mempelajari jaringan
hubungan antara manusia dalam masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu yang
membicarakan apa yag terjadi saat ini, khususnya pola hubungan dalam
masyarakat, serta berusaha mencari pengertin umum, rasional, empiris, dan
bersifat umum. Istilah sosiologi pertama kali dikemukakan oleh ahli filsafat,

3
moralis dan sosiolog yang berkebangsaan prancis augste comte yang dalam
bukunya cours de philosophie positive. Menurut comte, sosiologi berasal dari kata
latin socius yang artinya teman atau sesama dan logos dari kata yunani yang
berarti cerita. Jadi, pada awalnya sosiologi berarti cerita tentang teman atau
masyarakat.
Menurut pitirin sorokon, pengertian sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala
sosial, seperti gejala agama, gejala moral, gejala ekonomi, dan gejala keluarga ;
hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala non sosial,
seperti gejala geografis dan biologis; ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial
lainnya. Sedangkan menurut allan johnson, pengertian sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu
sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut memengaruhi orang dan bagaimana
pula orang yang terlibat di dalamnya memengaruhi sistem itu.
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari
masyarakat. Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi memiliki ciri-ciri utama yaitu
empiris, teoretis, kumulatif, nonetis. Ciri-ciri utama sosiologi adalah sebagai
berikut:
a) Empiris, artinya ilmu pengetahuan yang didasari pada observasi terhadap
kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif atau
menduga-duga.
b) Teoritis, artinya suatu ilmu pengetahuan yang selalu berusaha untuk
menyusun abstraksi dari hasil-hasil pengamatan. Abstraksi merupakan
kesimpulan logis yang bertujuan menjelaskan mengenai hubungan dari
sebab akibat sehingga menjadi teori.
c) Kumulatif, artinya disusun atas dasar teori-teori yang telah ada atau
memperbaiki, memperluas, serta memperkuat teori-teori yang lama.
d) Nonetis, artinya pembahasan suatu masalah yang tidak mempersoalkan
baik atau buruknya masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk
memperjelas masalah tersebut secara mendalam.
Apabila sosiologi ditelaah dari sudut sifat hakekatnya, maka akan dijumpai
beberapa petunjuk yang akan dapat membantu untuk menetapkan ilmu
pengetahuan macam apakah sosiologi itu.
1. Sosiologi adalah suatu ilmu social dan bukan merupakan ilmu
pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian.
2. Sosiologi bukan merupakan disiplin normative tetapi adalah suatu disiplin
yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi
dewasa ini, dan bukan mengenai apa yang terjadi dewasa ini, dan bukan
mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
3. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science) dan bukan
merupakan ilmu pengetahuan penterapan (applied science).

4
4. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan
merupakan ilmu pengetahuan yang kongkrit.
5. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-
pola umum.
6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional.
7. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan ilmu
pengatahuan yang khusus.
2.4 Sosiologi Olahraga
Sosiologi olahraga merupakan sosiologi terapan yang dikenakan pada
olahraga, sehingga dapat dikatakan sebagai sosiologi khusus yang berusaha
menaruh perhatian pada permasalahan olahraga. Sebagai ilmu terapan, sosiologi
olahraga merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu, yaitu sosiologi dan
olahraga, yang oleh donald chu disebut sebagai perpaduan antara sosiologi dan
olahraga.
Sebagai ilmu murni yang bersifat non-etis, teori-teori sosiologi berpeluang
untuk dicercap oleh disiplin ilmu lain, dan sebagai disiplin ilmu yang relatif baru,
olahraga masih menggunakan teori-teori dari disiplin ilmu lain untuk menyusun
teori ataupun hukum-hukum keilmuannya. Dalam hal ini ilmu olahraga bersifat
integratif, yaitu berusaha menerima dan mengkombinasikan secara selaras
keberadaan ilmu lain untuk mengkaji permsalahan yang dihadapi. Sosiologi
olahraga berupaya membahas perilaku sosial manusia, baik sebagai individu
maupun kelompok, dalam situasi olahraga, artinya, saat melakukan kegiatan
olahraga, pada dasarnya manusia melakukan kegiatan sosial yang berupa interaksi
sosial dengan manusia lainnya.
Objek sosiologi olahraga
1. Secara mikro
Kajian ilmu olahraga difokuskan pada upaya-upaya meningkatkan kualitas dan
kuantitas teori dan hukum pendukung ilmu olahraga, sehingga dihasilkan temuan-
temuan yang dapat memperkokoh keberadaan olahraga sebagai fenomena
aktivitas gerak insani yang berbentuk pertandingan ataupun perlombaan, guna
mencapai prestasi yang tinggi. Kajian secara mikro dilakukan dalam konteks
internal keolahragaan, yang secara epistemologi diarahkan pada proses
pemerolehan ilmu yang digunakan untuk meningkatkan kualitas gerak insani
secara lebih efektif dan efisien.
2. Secara makro
Kajian ilmu olahraga diarahkan pada aspek fungsional kegiatan olahraga bagi
siapapun yang terlibat langsung maupun tidak langsung, seperti pelaku (atlet),
penikmat (penonton), pemerintah, pebisnis dan sebagainya. Pada konteks itu,
olahraga dikaji secara aksiologis untuk mengetahui pengaruh olahraga pada
pelakunya sendiri atau khalayak luas, terutama pengaruh sosial yang
mengakibatkan posisi olahraga tidak lagi dipandang sebagai aktivitas gerak insani
an sich, melainkan telah berkembang secara cepat merambah pada aspek-aspek

5
perikehidupan manusia secara luas. Olahraga pada era kini telah diakui
keberadaan sebagai suatu fenomena yang tidak lagi steril dari aspek politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Sehingga tidak berlebihan dikatakan bahwa
pemecahan permasalahan dalam olahraga mutlak diperlukan pendekatan dari
berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah sosiologi. Olahraga yang hampir
selalu berbentuk permainan yang menarik telah dikaji keberadaan sejak dulu.
Bidang kajian sosiologi olahraga
Bidang kajian sosiologi olahraga sangat luas, mengingat hal itu, para ahli terkait
berupaya mencari batasan-batasan bidang kajian yang relevan, misalnya:
1. Heizemann menyatakan bagian dari teori sosiologi yang dimasukkan dalam
ilmu olahraga meliputi:
a. Sistem sosial yang bersangkutan dengan garis-garis sosial dalam
kehidupan bersama, seperti kelompok olahraga, tim, klub dan
sebagainya.
b. Masalah figur sosial, seperti figur olahragawan, pembina, yang berkaitan
dengan usia, pendidikan, pengalaman dan sebagainya.
2. Plessner dalam studi sosiologi olahraga menekankan pentingnya perhatian
yang harus diarahkan pada pengembangan olahraga dan kehidupan dalam
industri modern dengan mengkaji teori kompensasi.
3. Philips dan madge menulis buku women and sport menguraikan tentang
fenomena kewanitaan yang aktif melakukan dipandang daris sudut
sosiologi.

A. Kehidupan sehari-hari
Olahraga adalah kebutuhan primer manusia, dan harus dijadikan prioritas
dalam kehidupan sehari hari. Olahraga yang effektif adalah olahraga yang
berkeringat sampai pada level zona latihan. Kesibukan kerja selama lima hari
berturut turut sebaiknya diimbangi dengan olahraga pada hari libur sabtu dan
minggu. Gerak adalah ciri kehidupan. Tiada hidup tanpa gerak. Apa guna hidup
bila tak mampu bergerak. Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup,
meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup. Oleh
karena itu olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan
fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun
kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada
siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan penjas-or dari pada siswa-siswa yang
tidak aktif mengikuti penjas-or (renstrom & roux 1988, dalam a.s.watson :
children in sport dalam bloomfield,j, fricker p.a. and fitch,k.d., 1992).
B. Masalah olahraga rekreasi
1. Olaharaga rekreasi adalah jenis kegiatan olahraga yang dilakukan pada
waktu senggang atau waktu-waktu luang.

6
2. Menurut kusnadi (2002:4) pengertian olahraga rekreasi adalah olahraga
yang dilakukan untuk tujuan rekreasi.
3. Menurut haryono (19978:10) olahraga rekreasi adalah kegiatan fisik yang
dilakukan pada waktu senggang berdasarkan keinginan atau kehendak
yang timbul karena memberi kepuasan atau kesenangan.
4. Menurut herbert hagg (1994) rekreational sport / leisure time sports are
formd of physical activity in leisure under a time perspective. It
comprises sport after work, on weekends, in vacations, in retirement, or
during periods of (unfortunate) unemployment.
5. Menurut nurlan kusmaedi (2002:4) olahraga rekreasi adalah kegiatan
olahraga yang ditujukan untuk rekreasi atau wisata.
C. Hubungan antara olahraga dan kebudayaan.
John c. Phillips dalam bukunya yang berjudul sociology of sport mengkaji tema-
tema yang berhubungan dengan :
a. Olahraga dan kebudayaan manfaat transformasi olahraga dan kebudayaan
antara lain: mendukung program masyarakat sehat, mempererat ikatan
sosial masyarakat, menjaga identitas budaya bangsa, kebanggaan kolektif
bangsa, daya tarik pariwisata dan mendukung terciptanya masyarakat
sejahtera.
b. Pelepasan emosi (dengan cara yang dapat diterima masyarakat).
1. Nilai dasar
Dalam kehidupan sehari-hari olahraga sering disikapi sebagai media
hiburan, pengisi waktu luang, senam, rekreasi, kegiatan sosialisasi, dan
meningkatkan derajat kesehatan. Secara fisik olahraga memang terbukti dapat
mengurangi risiko terserang penyakit, meningkatkan kebugaran, memperkuat
tulang, mengatur berat badan, dan mengembangkan keterampilan. Sayangnya,
nilai-nilai yang lebih penting dalam konteks pendidikan dan psikologi, yaitu
pembentukan karakter dan kepribadian, masih kurang disadari. Kepribadian,
sosialisasi, dan pendidikan kesehatan, serta kewarganegaraan hakikatnya adalah
agenda penting dalam proses pendidikan.
2. Fair play
Olahraga dengan segala aspek dan dimensinya, lebih-lebih yang
mengandung unsur pertandingan dan kompetisi, harus disertai dengan sikap dan
perilaku berdasarkan kesadaran moral. Implementasi pertandingan tidak terbatas
pada ketentuan yang tersurat, tetapi juga kesanggupan mental menggunakan akal
sehat. Kepatutan tindakan itu bersumber dari hati nurani yang disebut dengan
istilah fair play. Dalam dua tahun terakhir, model kompetisi yang dijiwai fair play
telah diimplementasikan pada kompetisi nasional dalam forum olimpiade olahraga
sekolah nasional (o2sn) dan forum internasional, yaitu asean primary school sport
olympiade (apsso).
Hasilnya sungguh menggembirakan karena penerapan tersebut
berimplikasi pada perilaku peserta kompetisi yang lebih mencerminkan jiwa

7
sportivitas, kejujuran, persahabatan, rasa hormat, dan tanggung jawab dengan
segala dimensinya. Olahraga mengandung dimensi nilai dan perilaku positif yang
multidimensional. Pertama, sikap sportif, kejujuran, menghargai teman dan saling
mendukung, membantu dan penuh semangat kompetitif. Kedua, sikap kerja sama,
team work, saling percaya, berbagi, saling ketergantungan, dan kecakapan
membuat keputusan bertindak. Ketiga, sikap dan watak yang senantiasa
optimistis, antusias, partisipasi, gembira, dan humoris. Keempat, pengembangan
individu yang kreatif, penuh inisiatif, kepemimpinan, determinasi, kerja keras,
kepercayaan diri, kebebasan bertindak, dan kepuasan diri.
3. Kontrol sosial (penyerasian dan kemampuan prediksi)
Kata kontrol sosial berasal dari kata social control atau sistem
pengendalian sosial dalam percakapan sehari-hari diartikan sebagai pengawasan
oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan, khususnya pemerintah beserta
aparatnya. Soekanto (1990), menjelaskan bahwa arti sesungguhnya dari
pengendalian sosial jauh lebih luas. Dalam pengertian pengendalian sosial
tercakup segala proses (direncanakan/tidak), bersifat mendidik, mengajak atau
bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial
yang berlaku. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa pengendalian sosial
adalah suatu tindakan seseorang/kelompok yang dilakukan melalui proses
terencana maupun tidak dengan tujuan untuk mendidik, mengajak (paksaan/tidak)
untuk mematuhi kaidah dan nilai sosial tertentu yang dianggap benar pada saat itu.
4. Sosialisasi (membangun perilaku dan nilai-nilai bersama yang sesuai)
1. Perubahan sosial
a. Interaksi sosial : berhubungan / berinteraksi melalui pembicaraan,
perkumpulan, pergaulan, baik dalam organisasi dan masyarakat.
b. Asimilasi (sosial) : bercampurnya 2 kebudayaan dalam masyarakat
setempat (contoh : dalam satu negara atau dalam satu keluarga, sehingga
tercipta suatu budaya baru.
c. Gerak sosial (mobilitas sosial) adalah proses perpindahan posisi atau status
sosial yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam struktur
sosial masyarakat inilah yang disebut gerak sosial atau mobilitas sosial
(social mobility).

2. Kesadaran (pola tingkah laku yang benar)


Keberhasilan (cara pencapaian dengan turut aktif atau sebagai penikmat)
dalam bidang penelitian, sosiologi olahraga membuka peluang bagi pengkajian
topik yang berkenaan dengan pranata sosial seperti sekolah dan kehidupan politik,
stratifikasi sosial, penonton dan motivnya, sosialisasi, etika bertanding, dan masih
banyak lagi. Beberapa isu pokok yang dicoba angkat adalah masalah hubungan
individu dan kelompok dalam olahraga yang berkaitan dengan peranan dan isu
gender, masalah ras, agama, nilai, norma, aspek politik, ekonomi, dan
rasionalisasi kegiatan olahraga di negara maju.

8
2.5 Aspek-Aspek Fisiologi Dalam Sosiologi Olahraga
Aspek ontologi dalam sosiologi olahraga
Menurut ritzer dan goodman (2010), ada tiga paradigma yang
mendominasi sosiologi yang berpotensi untuk mencapai status paradigma. Ketiga
paradigma itu adalah paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan
paradigma perilaku sosial.
a. Paradigma fakta sosial
Paradigma fakta sosial menggunakan model karya emile durkheim
terutama dalam karya durkheim mengenani the rules of sociological method dan
suicide. Menurut durkheim, fakta sosial atau struktur dan institusi sosial memiliki
skala yang luas meliputi tidak hanya pada penomena fakta sosial semata tapi juga
memusatkan perhatian pada pikiran dan tindakan individu. Dalam hal ini, teori
struktural fungsional dipandang memiliki peran yang signifikan karena cenderung
berkarakter stabil sehingga lebih mengacu pada konsesus umum. Sedangkan teori
konflik lebih menekankan pada instabilitas (kekacauan) antara fakta sosial dan
gagasan mengenai keteraturan dipertahankan melalui aturan dan hukum yang
memaksa masyarakat. Teori lain yang termasuk mendukung paradigma ini adalah
teori sistem.
b. Paradigma definisi sosial
Model yang dominan dalam paradigma fakta sosial adalah teori social
action karya max weber. Karya ini membantu mempelajari cara aktor
mendefinisikan situasi sosial mereka. Ia juga membantu dalam mempelajari
pengaruh definisi sosial terhadap tindakan sosial dan interaksi yang terjadi
selanjutnya. Metode yang cenderung digunakan oleh mereka yang menganut
paradigma ini adalah metode observasi ketimbang metode lainnya. Meski
demikian metode interview-kuesioner juga menjadi bagian integral dari
paradigma ini. Ada beberapa teori yang termasuk dalam paradigma definisi sosial,
seperti teori tindakan, interaksionisme simbolik, fenomenologi, etnometologi, dan
eksistensialisme.
c. Paradigma perilaku sosial
Model dasar yang digunakan paradigma perilaku sosial adalah karya
psikolog b.f. skinner. Karena menurut penganut paradigma ini, masalah pokok
sosiologi adalah perilaku individu yang tidak dipikirkan. Paradigma ini mengacu
pada pemberian reward dan punishment. Teori yang relevan dengan paradigma ini
adalah teori behaviorisme sosial dan teori pertukaran. Kedua teori ini
mendonominasi para penganut paradigma perilaku sosial. Dengan demikian,
metode yang sesuai adalah metode eksperimen.
Sedangkan objek formal sosiologi adalah social sciences (ilmu-ilmu sosial), yang
meliputi ilmu-ilmu yang memepelajari tentang masyarakat, baik masyarakat
sebagai subjektif (individu) maupun antar subjektif (kelompok) dalam proses
interaksi sosial.

9
Aspek epistemologi pada sosiologi olahraga
Merupakan wujud dari suatu teori yang berupa ilmu tentang etika dalam
berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Dalam etika berkomunikasi
berisi tentang bagaimana suatu komunikasi dapat terbentuk. Dalam olahraga juga
diperlukan ilmu beretika contohnya saat bersosialisasi dengan pelatih, official,
rekan tim, wasit, dan anggota tim lawan seorang atlet harus memiliki etika dalam
setiap interaksi agar komunikasi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan norma
yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Aspek aksiologi pada sosiologi olahraga


Mengacu pada etika individual, yang membahas tentang nilai-nilai moral
manusia terhadap diri sendiri dalam hubungannya dengan masyarakat. Disamping
itu, aksiologi sosiologi juga mengacu pada etika sosial yang menekankan pada
nilai-nilai moral manusia sebagai umat manusia. Etika sosial menyangkut
hubungan manusia dengan manusia lain baik secara langsung maupun secara
kelembagaan yang meliputi keluarga, masyarakat, negara, dan hubungan manusia
dengan alam lingkungannya. Dalam suatu pertandingan dalam tim setiap anggota
berinteraksi dengan anggota lain untuk saling bekerja sama agar tercapai suatu
tujuan yang telah dikehendaki oleh semua anggota tim. Terjadinya komunikasi
antara anggota satu dengan yang lain merupakan wujud dari aspek fisiologi
aksiologi dalam bidang sosiologi olahraga.

2.6 Peran Sosiologi Olahraga


bicara mengenai sosiologi olahraga yang menitik beratkan pada
permasalahan sosial olahraga tentunya memiliki peran serta dalam
kehidupan.manusia memiliki keadaan yang potensial untuk dipengaruhi bahkan
mempengaruhi ligkungan masyarakat disekitarnya khususnya dalam kehidupan
olahraga. Manfaat dari olahraga itu sendiri juga merupakan faktor penting sebagai
pendorong umat manusia menuju ke keadaan jasmani dan rohaniah yang lebih
baik. Macam macam peran sosiologi olahraga dalam aspek kehidupan:
1) sosiologi olahraga sebagai pemenuh kebutuhan dasar manusia
Untuk dapat tercapai pemenuhan kebutuhan dasar manusia tentunya melalui
proses sosial. Keberhasialan seseorang dalam melaksanakan proses sosial hal ini
sudah ditentukan oleh kualitas sikap dan perilaku yang dimliki sesorang yang
tentuny beragam melalui sosiologi olahraga kebutuhan seeorang diantaranya :
a) Pemenuhan kebutuhan fisik
b) Kebutuhan akan rasa aman
c) Kebutuhan kebugaran jasmani dan rohani,dll
Akan dapat terpenuhi jika dalam bersikap dan berperilaku dalam proses
sosialiasiya memiliki tubuh yang sehat.
2) sosiologi olahraga sebagai pendidik

10
Perlu kita ketahui bahwa setiap perilaku dan sikap manusia dalam
kehidupan sehari hari sangat menentukan berjalan lancar dan tidaknya proses
sosialisasi. Sosiologi olahraga digunakan sebagai pendidik atau acuan dimana
sikap dan nilai nilai yang diharapkan dapat tertanam di jiwa dan raga setiap
pelaksana sosialisasi,tentunya masyarakat yang berkecimpung dalam olahraga.
Sosiologi olahraga sebagai pendidik dalam pembentuk sikap sosial, pembentuk
kepribadian anak, pembentuk karakter sesuai dengan tatanan pendidikan dan ilmu
pengetahuan yang diajarkan.

3) sosiologi olahraga sebagai pembangun program kegiatan masyarakat


Kegiatan olahraga yang ada dalam masyarakat, tidak lepas dari adanya
sosiologi olahraga. Misalkan liga antar kampung itu terjadi karena adanya proses
interaksi antar masyarakat.

2.7 Fungsi Sosiologi Olahraga


Sosiologi olahraga sebagai suatu ilmu tentu memiliki fungsi. Fungsi yang
dimiliki oleh sosiologi olahraga yaitu :
1. Fungsi sosio-emosional
Fungsi sosio-emosional mencakup pemenuhan kebutuhan individu untuk
mempertahankan stabilitas sosio-psikologis, meliputi tiga mekanisme yaitu,
pertama, mekanisme untuk mengelola ketegangan dan konflik pada individu.
Kedua, pemberian kesempatan untuk membangkitkan perasaan adanya komunitas,
pengakuan sebagai salah satu bentuk acara ritual untuk mempertahankan
eksistensi budaya dan status sosial. Ketiga adalah dapat mengendalikan reaksi
emosi kita dalam berbagai macam kondisi.
2. Fungsi sosialisasi
Tercermin dalam kepercayaan bahwa olahraga merupakan agen penting
untuk mengalihkan nilai-nilai budaya kepada individu-individu sehingga
karakteristik kepribadiannya berkembang. Proses sosialisasi dalam kerangka
pendidikan via gerak insani itu pada dasarnya adalah proses pembelajaran
keterampilan, sifat-sifat, nilai, sikap, norma dan pengetahuan yang dikaitkan
dengan perilaku yang ada pada saat sekarang atau yang diantisipasi sesuai dengan
peranan sosial (de knop, 1996).
3. Fungsi integrasi
Fungsi integrasi olahraga memiliki arti bahwa dengan olahraga maka
dapat dicapai integrasi yang harmonis antara individu yang tadinya terpisah atau
terbuang dari lingkungannya. Melalui kegiatan olahraga, proses identifikasi
individu kedalam situasi kolektif akan tercapai.
4. Fungsi politik
Fungsi Politik Olahraga Merupakan Kesadaran Sebagai Satu Negara Dan
Kebanggan Terhadapnya, Sehingga Olahraga Digunakan Untuk Menghasilkan
Identitas Nasional Dan Prestise.

11
5. Fungsi mobilitas sosial
Terutama dari kalangan minoritas dan atlet yang tadinya berstatus sosial
ekonomi rendah terjadi melalui dua mekanisme yaitu, pertama, peningkatan
prestise terkait dengan prestasi, kedua prestasi sosial plus ganjaran ekonomi.

2.8 Implementasi Filsafat Olahraga Terhadap Nilai Sosial


1. Dalam perkembangannya, olahraga semakin meluas dan memiliki makna yang
bersifat universal dan unik. Berasal dari kegiatan fisik yang menyehatkan
badan, mengisi waktu luang dan media mengeksistensikan diri akhirnya
bergeser menjadi kegiatan yang multi kompleks, telah dipengaruhi dan
mempengaruhi oleh fenomena-fenomena lain seperti politik, ekonomi, dan
sosial budaya.
2. Pada hubungan olahraga dengan politik terlihat dari intervensi atau turut
campur tangannya pemerintah atas sponsor, organisasi dan fasilitas. Terlebih
lagi pada pemerintahan di indonesia, peraturan, kebijakan dan pendanaan oleh
pemerintah merefleksikan adanya kaitan yang sangat erat hubungannya antara
olahraga dan politik.
3. Sementara pada bidang sosial dan budaya terjadi pergeseran-pergeseran
positif, baik itu dari segi gender, ras, agama ataupun pembedaan kasta-kasta di
masyarakat. Pada suatu even olahraga yang diselenggarakan misalnya, lewat
olahraga masyarakat dapat menyatu, berbaur satu sama lain dan mengahapus
perbedaan-perbedaan yang selama ini menjadi jurang pemisah antara si kaya
dan si miskin, si hitam dan si putih.
4. Dewasa ini aktifitas olahraga juga telah dilakukan secara profesional, hal ini
dikarenakan dukungan dan perhatian pemerintah terha dap bidang olahraga
juga semakin meningkat, oleh sebab itu pada saat sekarang ini banyak
masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada olahraga, hal ini akan
meningkatkan perkembangan industri olahraga.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sosiologi olahraga merupakan sosiologi terapan yang dikenakan pada
olahraga, sehingga dapat dikatakan sebagai sosiologi khusus yang berusaha
menaruh perhatian pada permasalahan olahraga. Sebagai ilmu terapan, sosiologi
olahraga merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu, yaitu sosiologi dan
olahraga. Sosiologi olahraga dapat dikatakan ilmu karena memiliki aspek-aspek
filsafat di dalam pembahasannya.
3.2 Saran
Dari kesimpulan di atas maka kita sebagai manusia yang masih tidak
terjangkit dengan gangguan psikiatrik hendaknya selalu menangani masalah
dengan kepala dingin, tidak terlalu mencemaskan suatu keadaan dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT agar kita selalu diberikan kesehatan fisik dan
jiwa.

13
Daftar Pustaka

14

Anda mungkin juga menyukai