Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORI

a. Pengertian Flour Albus


Keputihan /Flour Albus adalah semacam silim yang keluar terlalu banyak, warnanya putih
seperti sagu kental dan agak kekuningkuningan
(Handayani, 2008).
Keputihan cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan
(Manuaba, 2009).
Flour Albus merupakan pengeluaran cairan pervaginam yang tidak berupa darah yang kadang
merupakan sebuah manifestasi klinik dari infeksi yang selalu membasahi dan menimbulkan
iritasi, rasa gatal, dan gangguan rasa tidak nyaman pada penderitanya
(Wiknjosastro 2006)

b. Klasifikasi keputihan / Flour Albus


Keputihan dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Keputihan fisiologis
Menurut Wiknjosastro (2006), dalam keadaan normal ada sejumlah secret yang
mempertahankan kelembaban vagina yang banyak mengandung epitel dan sedikit leukosit
dengan warna jernih. Tanda tanda keputihan normal adalah jika cairan yang keluar
tidakterlalu kental, jernih, warna putih atau kekuningan jika terkontaminasi oleh udara, tidak
disertai rasa nyeri, dan tidak timbul rasa gatal yang berlebih. Hal hal yang dapat
menyebabkan terjadinya keputihan fisiologis antara lain :
a) Bayi baru lahir hingga berusia 10 hari yang disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen
dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b) Waktu sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, karena mulai terdapat
pengaruh estrogen.
c) Wanita dewasa apabila dirangsang dan waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran
transudasi dari dinding vagina.
d) Waktu sekitar ovulasi karena adanya produksi kelenjar kelenjar pada mulut serviks uteri
menjadi lebih encer.
e) Pada wanita hamil disebabkan karena meningkatnya suplaidarah ke vagina dan mulut
rahim sehingga terjadi penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.
f) Akseptor kontrasepsi Pil dan IUD serta seorang wanita yang menderita penyakit kronik
atau pada wanita yang mengalami stres.
2) Keputihan Patologis
Menurut Sianturi (2004), penyebab terjadinya Flour Albus patologis adalah :
a) Infeksi
Adanya kuman, jamur, parasit, dan virus dapat menghasilkan zat kimia tertentu bersifat
asam dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
b) Benda asing
Adanya benda asing yang dapat merangsang pengeluaran cairan dari liang senggama
yang berlebihan.
c) Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang berlebihan, sehingga
mengakibatkan sel tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibat
pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen
pada sel kanker tersebut.
d) Menopause
Pada keadaan menopause sel sel pada leher rahim dan liang senggama mengalami
hambatan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon pemacu, yaitu estrogen
liang senggama menjadi kering dan sering rasa gatal karena tipisnya lapisan sel sehingga
mudah menimbulkan luka dan akibatnya timbul infeksi.
e) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Kadang kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang senggama yang bercampur air
seni atau feses, yang terjadi akibat adanya lubang kecil dari kandung kencing atau usus
ke liang senggama akibat adanya cacat bawaan, cedera persalinan, radiasi dan akibat
kanker.
Menurut Stiaputri (2009), Flour Albus patologis juga dapat timbul karena:
a) Radang yang disebabkan oleh : trikomoniasis, kandidiasis, gonore, vaginitis senilis,
endoservitis akut atau kronis, vaginitis hemofilus vaginalis.
b) Iritasi benda asing yang disebabkan oleh iritasi vagina (vagina jelly), adanya benda
asing (tampon, IUD)
c) Tumor yang berupa tumor jinak, seperti polip, mioma uteri, kista atau dapat berupa
tumor ganas (kanker serviks).

c. Tanda dan gejala Flour Albus


1) Fisiologis
Menurut Stiaputri (2009), tanda dan gejala Flour Albus adalah :
a) Cairan yang tidak berwarna / bening
b) Tidak berbau
c) Tidak berlebihan
d) Tidak menimbulkan keluhan
2) Patologis
Menurut Abidin (2009), tanda dan gejala Flour Albus patologis adalah:
a) Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri
b) Secret vagina yang bertambah banyak
c) Rasa panas saat kencing
d) Secret vagina berwarna putih dan menggumpal
e) Berwarna putih keabu abuan atau kuning dengan bau yang menusuk.

d. Faktor Penyebab Keputihan / Flour Albus


Menurut Purwantyastuti (2004), adapun beberapa penyebab keputihan antara lain :
1) Infeksi vagina oleh jamur (candida albicans) atau parasit (tricomonas). jenis infeksi yang
terjadi pada vagina yakni, bacterial vaginosis, trikomonas, dan Candidiasis. Bacterial
vaginosis merupakan gangguan vagina yang sering ditandai dengan keputihan dan bau tak
sedap. Hal ini disebabkan oleh Lactobacillus menurun, bakteri patogen (penyebab infeksi)
meningkat, dan PH vagina meningkat.
2) Faktor hygiene yang jelek. Kebersihan daerah vagina yang jelek dapat menyebabkan
timbulnya keputihan. Hal ini terjadi karena kelembaban vagina yang meningkat sehingga
bakteri pathogen penyebab infeksi mudah menyebar.
3) Pemakaian obat-obatan (antibiotik, kortikosteroid, dan pil KB) dalam waktu yang lama,
karena pemakaian obat-obatan khususnyaantibiotik yang terlalu lama dapat menimbulkan
sistem imunitas dalam tubuh. Sedangkan penggunaan KB mempengaruhi keseimbangan
hormonal wanita. Biasanya pada wanita yang mengkonsumsi antibiotik timbul keputihan.
4) Stres, otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor otak mengalami stres
maka hormonal di dalam tubuh mengalami perubahan keseimbangan dan dapat
menyebabkan timbulnya keputihan.
5) Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang dimasukan secara sengaja
atau tidak sengaja ke dalam vagina, seperti tampon, obat, kontrasepsi, rambut kemaluan,
benang yang berasal dari selimut,celana dan lainnya. Bisa juga karena luka seperti
tusukan, benturan, tekanan, iritasi yang berlangsung lama. Karena keputihan seorang ibu
bahkan bisa kehilangan bayinya
(Suryana, 2011)

e. Cara pencegahan Flour Albus


Menurut Nugraeni (2006), ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya keputihan, antara
lain :
1) Kebersihan pada organ kemaluan harus diperhatikan dengan cara membersihkan dan
mengeringkan daerah kemaluan setelah buang air kecil atau besar dengan benar.
2) Pada saat haid usahakan pembalut tidak bergeser dari belakang (anus) ke depan (organ
kemaluan) dengan cara memakai celana dalam pas atau tidak longgar.
3) Dalam menggunakan kamar mandi umum harus hati-hati.
4) Menghindari pemakaian handuk dan pakaian renang berganti-ganti dengan orang lain.
5) Memakai celana dalam yang terbuat dari bahan katun.
6) Menghindari pemakaian celana dalam yang sangat ketat dan juga celana jeans yang ketat.
7) Mengurangi cairan pencuci vagina (dounche) karena kelembaban vagina akan terganggu.
8) Mengusahakan buang air besar setiap hari karena jika tidak akan menimbulkan masa
berupa kotoran disaluran poros usus yang berada di belakang vagina.
9) Menghindari berhubungan seks pra nikah.
f. Penatalaksanaan Flour Albus
Menurut Abidin (2009), penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti
jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam
mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi
candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat
untuk Flour Albus fisiologis adalah golongan Flukonazol (Cancid 150mg), Antibiotik
(Amoxillin 500mg), Metronidazol 500mg. Untuk keputihan patologis pengobatannya adalah
Antibiotik (Amoxillin 500mg), Kortikosteroid (cortisone 50mg), estrogen (premarin 0,3mg).
Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada
pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam
pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai
tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok
dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2) Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat.
4)Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang biak.
5)Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
6) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan
flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan
cairan pembersih vagina.
7) Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
8) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau
biasakan mengelap dudukankloset sebelum menggunakannya.
TEORI MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA FLUOR ALBUS
Tanggal/jam :
Tempat:
Oleh :

I. Pengkajian
1) Data Subyektif
a) Biodata :
Menurut Nursalam (2007), identitas meliputi :
Nama Pasien : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari adanya
kekeliruan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien lainnya.
Umur : Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko
Suku/bangsa : Ditunjukan untuk mengetahui adat istiadat dan kebiasaan pasien.
Agama : Untuk mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan didalam
melakukanasuhan kebidanan.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual karenatingkat pendidikan
mempengaruhi
Pekerjaan : Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan pasien terhadap
permasalahan keluarga pasien/klien.
Alamat : Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan mendesak
sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien.
b) Keluhan utama
Alasan wanita tersebut mengunjungi tenaga kesehatan di klinik, kantor, kamar gawat
darurat, pusat pelayanan persalinan, rumah sakit atau rumahnya, seperti yang
diungkapkan dengan kata katanya sendiri (dapat berhubungan dengan sistem tubuh)
(Essawibawa, 2011). Pada kasus Flour Albus keluhan utamanya ibu merasa tidak nyaman
sehubungan celana dalamnya selalu basah dan keluarnya cairan berupa lendir yang
kental, berwarna kuning hingga keabu-abuan, gatal dan berbau dari kemaluanya dalam
jumlah yang banyak,ruam pada kulit dan merasa sakit dan panas saat berkemih
(manuaba, 2009).

c) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi menstruasi, lama menstruasi,
banyaknya darah yang keluar, gangguan sewaktu menstruasi
(Essawibawa, 2011).
d) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan, berapa kali menikah, dan
pernikahan pertama pada usia berapa apakah merupakan faktor predisposisi
(Imamah, 2012).
e) Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah alat kontrasepsi yang pernah digunakan ibu yang mungkin
berpengaruh terhadap penyakitnya (imamah, 2012). Pada kasus Flour Albus ini biasanya
terjadi pada ibu yang menggunakan alat kontrasepsi Pil atau IUD
(Wiknjosastro, 2006).
f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Berisi tentang berapa kali ibu hamil, umur kehamilan selama hamil,jenis persalinan,
tempat persalinan, penolong persalinan dan penyulit. Keadaan anak dan nifas yang lalu
berisi mengenai jenis kelamin putra putri ibu, berat badan waktu lahir, panjang badan
waktu lahir, keadaan anak sekarang, riwayat laktasi, perdarahan dan lamanya ibu nifas
(Essawibawa, 2011).
g) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu menderita penyakit hepatitis, DM, hipertensi, serta
penyakit sistemik lain seperti penyakit kelamin diantaranya bacterial vaginosis,
trikomonas, dan candidiasis
(Purwantyastuti, 2004).
h) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular seperti
hepatitis, dan penyakit menurun seperti, hipertensi, dan Diabetes Melitus.

h) Pola kebiasaan sehari-hari


Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan pola makan
sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak
(Ferer, 2001).
Pola nutrisi : mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien (Susilawati, 2008).
Pola eliminasi : Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan BAB (Varney, 2007). Pada
Kasus Flour Albus terkadang ibu merasa panas saat kencing (Abidin, 2009).
Pola istirahat : Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa lama ibu tidur
malam (Essawibawa, 2011).
Aktifitas : Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari- Hari (Ety, 2011).
Personal hygiene : Untuk mengetahui kebersihan tubuh yang meliputi frekuensi mandi, gosok
gigi, ganti baju atau pakaian dalam, keramas, dan cara membersihkan alat
genetalianya (Essawibawa, 2011). Pada kasus gangguan reproduksi Flour
Albus biasanya sering ditemui pada ibu yang memiliki kebiasaan personal
hygiene yang jelek (Purwantyastuti, 2004).
Seksual : Untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seksual dalam
seminggu dan ada atau tidaknya keluhan (Essawibawa, 2011). Pada kasus
gangguan reproduksi Flour Albus biasanya ibu merasa tidak nyaman dengan
keadaannya karena cairan yang keluar dari vaginanya berlebihan dan terasa
gatal (Abidin,2009).
i) Data psikologis
Digunakan untuk mengetahui perasaan ibu menghadapi gangguan reproduksi dengan keputihan
sekarang ini (Nursalam, 2008). Pada kasus gangguan reproduksi Flour Albus ini biasanya
didapatkan data psikologisnya adalah ibu merasa cemas dengan keadaannya (Abidin, 2009).

2) Data Obyektif
Data obyektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus kebidanan, dan data penunjang (Hidayat, 2008).
a) Pemeriksaan umum
(1) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang, buruk,
kemudian tingkat kesadaran dan keadaan emosional (Nursalam,
2009). Pada kasus gangguan reproduksi Flour Albus didapatkan
keadaan umum ibu sedang.
(2) Kesadaran :Untuk mengetahui tingkatan Kesadaran ibu yang terdiri dari
kesadaran composmentis (yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya), kesadaran apatis (yaitu keadaan kesadaran yang
segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh), kesadaran delirium (yaitu gelisah, disorientasi (orang,
tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal), kesadaran somnolen (yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal) (Rizky, 2010). Pada
kasus gangguan reproduksi Flour Albus didapatkan kesadaran ibu
composmentis.
(3) Tanda vital
Tekanan darah : Tekanan darah normal 110/80 sampai 140/90 mmHg (Saifuddin, 2002).
Suhu : Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak.
Suhu tubuh normal 35,6 C sampai 37,6 C (Wiknjosastro, 2006).
Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi pasien dengan menghitung dalam 1
menit adalah 60 100x / menit (Saifuddin, 2002).
Respirasi : Untuk mengetahui pernafasan pasien dalam waktu 1 menit.
Sedangkan normalnya pernafasan dalam 1 menit adalah 20-24 x / menit
(Saifuddin, 2002).
b) Pemeriksaan Sistematis
Muka : Untuk mengetahui ikterik atau tidak, anemis atau tidak (Ety, 2011).
Mata : Untuk mengetahui apakah ada konjungtiva warna merah muda atau anemis dan
sklera warna putih atau ikterik (Ety, 2011).
Leher : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid dan pembesaran
kelenjar getah bening (Nursalam, 2008).
Payudara : Ada pembesaran atau tidak, Tumor : Ada benjolan tumor atau tidak, Simetris
atau tidak
Abdomen: Apakah ada jaringan parut atau bekas, operasi, dan adanya nyeri tekan
(Wiknojosastro, 2006)
Geneltalia: Vulva dan vagina : bentuk genetalia, pengeluaran (warna, bau, jumlah dan
karakter) ada tidaknya varices, ada atau tidaknya kemerahan, nyeri tekan, dan
pembesaran kelenjar bartholini (Essawibawa, 2011). Pada kasus Flour Albus
didapatkan hasil pemeriksaan terlihat secret vagina berwarna putih
menggumpal, berwarna kuning hingga putih keabu-abuan (Abidin, 2009).
Inspeculo: Pemeriksaan dalam yang dilakukan untuk mengetahui keadaan portio
dan servik serta pengeluaranpervaginam (Widjanarko, 2011).
c) Pemeriksaan penunjang:
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan misalnya
pemeriksaan laboratorium (Varney, 2007)

II. Identifikasi diagnose dan masalah


Ny ... P ... A umur...tahun dengan gangguan sistem reproduksi dengan Flour Albus.
1. Data Subyektif menurut Manuaba (2009) :
a. Ibu mengatakan merasa risih sehubungan dengan celana dalamnya selalu basah.
b. Ibu mengatakan keluar cairan lendir yang kental, berwarna putih, dengan bau yang
menusuk disertai rasa gatal, ruam kulitdan nyeri.
c. Ibu mengatakan merasa sakit dan panas saat berkemih.

2. Data Obyektif :
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : composmentis
c. Vital Sign : biasanya terjadi peningkatan suhu tubuh >37,50 C.
d. Pengeluaran pervaginam berupa secret vagina berwarna putih,menggumpal, dengan bau
yang menusuk.
Masalah
Masalah yang timbul berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian yang menyertai diagnose (Varney, 2004). Masalah yang sering timbul pada ibu
dengan Flour Albus yaitu cemas dan gelisah dengan keadaannya (Jense, 2005).

III. Identifikasi diagnose dan masalah potensial


Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu dengan Flour Albus apabila tidak segera mendapat
penanganan yang tepat dan berlangsung akan menjadi infeksi vagina, vulvitis, vaginitis dan
bahkan dapat menjadi vulvovaginitis
(Egan, 2007).
IV. Kebutuhan segera
Pada kasus gangguan reproduksi Flour Albus dilakukan tindakan segera yaitu memberikan
terapiobat sesuai kebutuhan seperti golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan
golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit
(Abidin, 2009).
V. Intervensi
Menurut Abidin (2009), rencana asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi dengan
Flour Albus diantaranya :
1. Jelaskan pada klien tentang kondisinya
R/ Pengetahuan akan kondisinya membantu ibu lebih kooperatif
2. Beri KIE tentang Flour Albus
R/ Pengetahuan tentang fluor albus membantu 9ibu lebih memahami dirinya
3. Jelaskan bagaimana cara membersihkan daerah pribadi dan genitalnya
R/ Cara membersihkan daerah genetalia yang benar mengurangi fluor albus

4. Jelaskan pemakaian celana dalam dengan benar


R/ Celana dalam yang longgar dan menyerap keringat memberikan sirkulasi udara ke
genetalia sehingga tidak lembab
5. Jelaskan untuk tidak sering menggunakan pencuci vagina
R/ Sabun pencuci vagina membunuh bakteri normal vagina dan menyebaabkan keputihan
6. Berikan terapi pada keputihannya
R/ Terapi membantu mengatasi kpeutuhan yang dialami klien
VI. Implementasi
Penatalaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman. Padalangkah ini rencana asuhan
menyeluruh dan dilakukan secara efesien danaman. Rencana ini da pat dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagianoleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan
tidakmelakukannya sendiri,ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaanya
(Estiwidani 2008).
VII. Evaluasi
S : Merupakan informasi/data yang diperoleh dari keluhan pasien
O : Merupakan informasi yang didapatkan dari hasil pemeriksaan oleh bidan maupun oleh
tenaga kesehatan lainnya.
A : Merupakan penilaian yang disimpulkan dari informasi subyektif dan obyektif
P : Merupakan rencana tindakan kebidanan yangt dibuat sesuai dengan masalah klien
(Depkes, 2008 : 57)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, T. 2009. Flour Albus / Leukorea. http : // www.abidinblog.blogspot.com//Diakses tanggal


20 Mei 2015
Essawibawa, 2011. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi perdarahan uterus disfungsional
pada usia perimenopause. http://essawibawa.blogspot.com/2011/08/pud-efek-
imsomnia.htmln diakses tanggal 20 Mei 2015
Estiwidani, D. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya
Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC 2009. Gawat
darurat Obstetri Gynekologi dan Obstetri Gynekologi untuk Profesi. Jakarta : EGC
Saifuddin, A.B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka, Sarwono Prawiroharjo.
Sianturi, M.H. 2004. Keputihan. Jakarta : FKUI
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Anda mungkin juga menyukai