PENDAHULUAN
kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Angka kematian bayi menjadi indikator
pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari
status kesehatan anak suatu Sans Frontieres Negara1. Menurut laporan organisasi
medis kemanusiaan dunia, Medicins (MSF) atau dokter lintas batas yang
memiliki jumlah tertinggi anak - anak yang tidak terjangkau imunisasi, sebanyak 70%
dari anak anak yang tidak terjangkau program imunisasi rutin terbesar di kongo,
merupakan salah satu bentuk upaya pencegahan terhadap infeksi suatu penyakit yang
paling efektif dan lebih murah. Imunisasi dasar adalah pemberian kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Setiap
bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3
dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak.
Program imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982, kemudian
pada tahun 1991 berhasil dicapai status imunisasi dasar lengkap atau universal child
imunzation (UCI) secara nasional. Sejak tahun 2000 imunisasi campak kesempatan
kedua diberikan kepada anak sekolah kelas I VI (Catch up) secara bertahap yang
kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi campak secara rutin kepada anak
anak usia < 5 tahun dan penderita dewasa usia > 20 tahun. Kematian penderita karena
diare berat dan gizi buruk serta penanganan yang terlambat[2]. Sejak vaksinasi
campak dan pergeseran umur ke umur yang lebih tua. [3, 4].
Dari data Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2015 dan tahun 2016,
93,2%.5 Namun, pada angka cakupan imunisasi campak ini sudah mencapai target
cakupan imunisasi campak secara nasional yaitu 93%. Berdasarkan uraian diatas,
Kuranji?
Ambacang Kuranji
2. Untuk mengetahui pencapaian imunisasi campak di Puskesmas Ambacang
Kuranji
3. Untuk mengetahui kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan imunisasi
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari
berbagai literatur dan laporan Puskesmas Ambacang Kuranji, analisis dan diskusi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi
145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400
kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang
dari 5 tahun.2 Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih
banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan mencapai
12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104 kasus. Sebagian
besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD. Selama periode 4
tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun (3591
2.2 Etiologi
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus
Morbillivirus, famili Paramyxoviridae.1,5,6 Virus ini dari famili yang sama dengan
mengandung inti untai RNA tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung
dalam lapisan pelindung virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian
campak dikelilingi lapisan pelindung lipid, maka mudah diinaktivasi oleh cairan yang
melarutkan lipid seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga dapat diinaktivasi
dengan suhu panas (>370C), suhu dingin (<200C), sinar ultraviolet, serta kadar (pH)
ekstrim (pH <5 dan >10).5,7 Virus ini jangka hidupnya pendek (short survival time),
2.3 Patofisiologi
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel
epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran
ke kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul
Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5
sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan
saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke14, virus ada di darah, saluran
pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang.
Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari).7 Gejala klinis terjadi
Stadium prodromal
Berlangsung kirakira 3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengan demam yang
dapat mencapai 39,50C 1,10C. Selain demam, dapat timbul gejala berupa
malaise, coryza (peradangan akut membran mukosa rongga hidung),
virus lain. Konjungtivitis dapat disertai mata berair dan sensitif terhadap
yang disebut Koplik spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam.1,5,7
Bercak ini berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, di
hanya sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya
Stadium eksantem
ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat
timbul selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 400C) pada
hari ke 2-3 setelah munculnya ruam.1,5,7 Jika demam menetap setelah hari
Setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur menghilang sesuai dengan pola
2.5 Diagnosis
Anamnesis berupa demam, batuk, pilek, mata merah, dan ruam yang mulai
Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>380C), mata merah, dan ruam
makulopapular.
membantu diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari pertama
dan ke-2 setelah timbulnya ruam.5-7 IgM campak ini dapat tetap terdeteksi
Campak harus dibedakan dari beberapa penyakit yang klinisnya juga berupa
ruam makulopapular. Gejala klinis klasik campak adalah adanya stadium prodromal
makulopapular.7,9 Penyakit lain yang menimbulkan ruam yang sama antara lain:9
Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai batuk.
Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda ketika
ruam muncul.
prodromal.
Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan demam
tetapi tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan
2.7 Tatalaksana
4 jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A.1,10,12 Vitamin A dapat
seperti diare dan pneumonia.5 Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari
satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai umur penderita diberikan antara
minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan gejala defisiensi vitamin A.
2.8 Komplikasi
lingkungannya kotor.
Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,
Saluran pencernaan: diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi Telinga: otitis
media
Susunan saraf pusat: - Ensefalitis akut: timbul pada 0,01 0,1% kasus
campak. Gejala berupa demam, nyeri kepala, letargi, dan perubahan status
mental yang biasanya muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah
sekitar 15% kasus terjadi perburukan yang cepat dalam 24 jam. Gejala sisa
(SSPE): suatu proses degeneratif susunan saraf pusat yang disebabkan infeksi
Mortalitas dan morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor risiko yang
mempengaruhi timbulnya komplikasi. Di negara berkembang, kematian mencapai 1-
MMR (Measles, Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun
2014, vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat dapat
diberikan pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak
perlu vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada
usia 5-6 tahun.13 Dosis vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan.8
Imunisasi ini tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi primer,
pasien tuberkulosis yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ,
terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti
BAB 3
ANALISIS SITUASI
Kuranji kota Padang yaitu kelurahan Pasar Ambacang. Karena terletaknya puskesmas
dikelurahan tersebut maka diberi nama Puskesmas Ambacang Kuranji sesuai dengan
masukan dari berbagai pihak antara lain Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang
puskesmas ini masih bekerja sama dengan Puskesmas Kuranji, karena 4 kelurahan
sebagai wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Pada tahun 2006 telah berdiri sendiri dapat
Puskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15" Lintang Selatan dan +100
23' 50.14" Lintang Utara dengan luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12
km2. Wilayah kerja Puskesmas Ambacang terdiri dari empat kelurahan yaitu:
Lubuk Lintah.
kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab selain Puskesmas Ambacang,
antara lain:
Dilihat dari segi topografis dan geografis Puskesmas Ambacang yang terletak
di Jl. Raya By Pass Ds. Pasar Ambacang, Kec. Kuranji, Kota Padang ( 8 km dari
pusat kota) dapat terjangkau dengan kendaraan roda dua atau roda empatpribadi
maupun sarana angkutan umum berupa angkutan kota, ojek, dan becak sehingga
Tahun 2015
Tahun 2016
2016, pada umumnya terjadi penurunan cakupan imunisasi. Capaian tertinggi pada
tahun 2015 yaitu kelurahan Pasar Ambacang. Namun, secara keseluruhan cakupan
PEMBAHASAN
Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada bayi dengan
angka kecacatan dan angka kematian. Dengan demikian, imunisasi dijadikan sebagai
program utama untuk mencegah timbulnya suatu penyakit. Menurut PMK No.42
Puskesmas pembantu, Sekolah Dasar/sederajat, Unit pelayanan swasta (RS, RB, BP,
dll) dan Puskesmas. Pelaksaan imunisasi ini harus direncanakan oleh puskesmas
wajib yang dilaksanakan pada bayi yang berusia 9 bulan. Berdasarkan diskusi dengan
dilakukan imunisasi dasar campak. Selain di posyandu, imunisasi DPT juga dapat
Berdasarkan PMK No.42 tahun 2013, imunisasi dilakukan oleh dokter atau
pelayanan imunisasi kepada bidan dan perawat sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan untuk melaksanakan imunisasi wajib sesuai program pemerintah. Dari hasil
Kuranji adalah seorang bidan. Pelaksana pelayanan posyandu dilakukan oleh perawat
sebelum dilakukannya imunisasi. Hal tersebut terkait dengan jenis vaksin yang
Ambacang Kuranji, cakupan imunisasi campak sudah mencapai target yaitu Dari 4
Kuranji
2016 tidak memiliki kendala dan permasalahan yang cukup berarti. Hal ini didukung
oleh komitmen bersama petugas dan ketegasan dari kepala puskemas terhadap
pencapaian target program. Pencapaian pada tahun 2015 lebih tinggi oleh karena
adanya laporan 3 suspek kasus difteri di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
setelah dibuktikan dari pemeriksaan mikrobiologi hasil dari ketiga suspek kasus
diftteri negatif. Tidak tercapainya target DPT 2 tidak menjadi masala karena di
Puskesmas Luuk Kilangan yang menjadi target capaian DPT ialah DPT 1 dan DPT 3.
pentingnya DPT lanjutan sehingga tidak membawa anak untuk dilakukan imunisasi.
Namun, tingkat partisipasi masyarakat untuk imunisasi dasar sudah baik dibuktikan
imunisasi bagi klinik dan dokter praktek swasta, dimana setiap klinik dan dokter
praktek swasta yang melakukan imunisasi harus mencatat identitas anak secara
Puskesmas.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, ada beberapa alasan seseorang tidak
diimunisasi yaitu Anak demam (28,8%), keluarga tidak mengizinkan (26,3%), tempat
imunisasi jauh (21,9%), sibuk/repot (16,3%), anak sering sakit (6,8%), tidak tau
Puskesmas Ambacang Kuranji tidak mencapai 100% oleh karena sebagian kecil
orang tua tidak ingin anaknya diimunisasi dengan alasan anak sedang demam, upaya
yang telah dilakukan oleh kader dan pemegang program adalah dengan meminta ibu
mendapatkan imunisasi, namun masih ada orang tua yang tidak membawa anaknya
ke puskesmas.
Selain itu, sebagian kecil orang tua tidak pernah datang ke posyandu untuk
membawa anaknya imunisasi dengan alasan keluarga (suami) tidak mengizinkan, hal
ini berkaitan dengan pemahaman yang salah yang dimiliki orang tua, takut anaknya
akan sakit apabila di imunisasi dan hal ini sulit dibantahkan. Upaya yang telah
dilakukan kader dan pemegang program adalah dengan mendatangi ke rumah orang
tua anak untuk memberikan penjelasan terkait imunisasi namun sebagian besar orang
Hal yang paling ditakutkan oleh masyarakat setelah pemberian imunisasi adalah
KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). KIPI yang terjadi di Puskesmas Ambacang
Kuranji itu biasanya adalah pembengkakan ditempat suntikan dan demam. Namun,
biasanya hal tersebut dapat hilang setelah 24-48 jam, kalau tidak membaik dalam
jangka waktu tersebut biasanya orang tua akan membawa bayi dan balita ke