Anda di halaman 1dari 177

PROFIL KESEHATAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


TAHUN
2013

DINAS KESEHATAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


TAHUN 2013
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 ini
dapat tersusun.

Sebagai salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan DIY, maka Profil Kesehatan
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 ini diharapkan dapat memberi gambaran
kepada para pembaca mengenai kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2012.

Kondisi kesehatan yang digambarkan dalam Profil Kesehatan Provinsi Daerah


Istemewa Yogyakarta Tahun 2012 ini disusun berdasarkan data-data yang dihimpun
dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, data dari Laporan Rumah Sakit Pemerintah
dan Swasta (RL) serta dari beberapa buku terbitan Badan Pusat Statistik (BPS)
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, penyusunan Buku profil Kesehatan kali ini
mengacu pada Pedoman profil terbaru yang diterbitkan oleh Pusat Data
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008.

Kami menyadari bahwa penyusunan profil kesehatan ini masih banyak kekurangan
baik kelengkapan maupun akurasi serta ketepatan waktu maupun penyajianya.
Untuk itu guna kesempurnaan penyusunan profil ini dimasa datang kami harapkan
kritik dan saran dari pembaca.

Demikian atas bantuan berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan profil ini kami
ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL 4

BAB I PENDAHULUAN 6

BAB II GAMBARAN UMUM 8


2.1. WILAYAH 8
2.2. GEOMORPOLOGI LINGKUNGAN HIDUP 9
2.3 KEPENDUDUKAN 11
2.4 EKONOMI & SUMBER DAYA ALAM 13
2.5 SOSIAL & BUDAYA 15
2.6 PEMERINTAHAN & POLITIK 20
2.7 PRASARANA WILAYAH 21
2.8 STRUKTUR & POLA TATA RUANG 23

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 26


3.1. MORTALITAS 26
3.1.1. UMUR HARAPAN HIDUP 26
3.1.2 ANGKA KELAHIRAN 27
3.1.3 ANGKA KEMATIAN IBU 28
3.1.4 ANGKA KEMATIAN BAYI 29
3.1.5 ANGKA KEMATIAN BALITA 31
3.2. MORBIDITAS 32
3.2.1 POLA PENYAKIT 32
3.2.1.1 POLA PENYAKIT MENULAR 34
3.2.1.2 POLA PENYAKIT TIDAK MENULAR 43
3.2.2 POLA PENYEBAB KEMATIAN 46
3.3. STATUS GIZI 47

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 50


4.1. VISI & MISI 50
4.2. PELAYANAN KESEHATAN DASAR & RUJUKAN 51
4.3. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 52
4.4. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK 55
4.5. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN 59
4.6. PERILAKU HIDUP BERSIH & SEHAT 60

BAB V SUMBERDAYA KESEHATAN 63


5.1. TENAGA KESEHATAN 63
5.1.1. TENAGA MEDIS 64
5.1.2. TENAGA KEPERAWATAN 67
5.1.3. TENAGA KEFARMASIAN 70
5.1.4. TENAGA KESMAS 72
5.1.5. TENAGA GIZI 74
5.1.6. TENAGA KETERAPIAN FISIK DAN KETEKNSIAN MEDIS 76
5.2. SARANA KESEHATAN 78
5.3 PEMBIAYAAN KESEHATAN 80
BAB VI KESIMPULAN 84
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kepadatan Penduduk per Kabupaten/Kota Hasil Sensus Penduduk

Tabel 2. Indeks Pembangunan manusia di DIY

Tabel 3 Jumlah Kematian Ibu & Anak di DIY

Tabel.4 Sarana Pelayanan Kesehatan di Provinsi DIY

Tabel 5 Angka Kematian Neonatal & Faktor Penyebabnya di DIY Tahun 2011

Tabel 6 Pemberi Pelayanan Kesehatan yang bekerjasama dengan Jamkesos

Tabel 7 Pemberi Pelayanan Kesehatan yang bekerjasama dengan Jamkesmas

Tabel 8 Anggaran Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2011


BAB I
PENDAHULUAN

Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan gambaran situasi


dan keadaan kesehatan masyarakat di DIY dan diterbitkan setiap tahun. Maksud
dan tujuan diterbitkannya buku profil ini adalah untuk menampilkan berbagai data
dan informasi kesehatan serta data pendukung lainnya yang didiskripsikan dengan
analisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Selain itu juga ingin
disampaikan pencapaian pembangunan kesehatan di wilayah DIY pada tahun 2012.
Profil ini disusun secara sistematis dengan mengikuti pedoman penyusunan
profil kesehatan yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. Sistematika penyajian Profil Kesehatan DIY tahun 2012
adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi tentang maksud dan tujuan penyusunan profil dan sistematika
penyajiannya.

Bab II : Gambaran Umum


Bab ini menyajikan tentang gambaran umum DIY, yang mencakup tentang letak
geografis, administratif dan informasi umum lainnya. Pada bab ini juga mengulas
faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan seperti kependudukan,
ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan lingkungan.

Bab III : Situasi Derajad Kesehatan


Bab ini menguraikan tentang visi dan misi dalam melaksanakan pembangunan
kesehatan, pelayanan kesehatan dasar & rujukan, perbaikan gizi masyarakat,
pelayanan kesehatan ibu dan anak, pembinaan kesehatan lingkungan, serta perilaku
hidup bersih dan sehat.

Bab V Situasi Sumber Daya Manusia


Bab ini menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, serta
pembiayaan kesehatan.
Bab VI Kesimpulan
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah
lebih lanjut dari Profil Kesehatan DIY di tahun 2012.

Lampiran
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1. WILAYAH

Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa,


secara astronomis terletak pada 733-812 Lintang Selatan dan 11000-11050
Bujur Timur, dengan luas 3.185,80 km2 atau 0,17 % dari luas Indonesia
(1.890.754 km2) (Sumber : RPJMD). Daerah Istimewa Yogyakarta bagian
selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara,
Barat dan Barat Laut dibatasi Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas wilayah DIY
meliputi :
a. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten
b. Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
d. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang

Secara administratif terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten, 78 kecamatan dan 438
kelurahan/desa, yaitu:

a. Kota Yogyakarta (luas 32,50 km2, 14 kecamatan, 45 kelurahan);


b. Kabupaten Bantul (luas 506,85 km2, 17 kecamatan dan 75 desa);
c. Kabupaten Kulon Progo(luas 586,27 km2, 12 kecamatan dan 88 desa);
d. Kabupaten Gunungkidul (luas 1.485,36 km2, 18 kecamatan, 144 desa);
e. Kabupaten Sleman (luas 574,82 km2, 17 kecamatan dan 86 desa).

2.2.. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup

Menurut altitude, DIY terbagi menjadi daerah dengan ketinggian < 100 m,
100-500 m dan 500 1.000 m (sebagian besar di Kabupaten Bantul), 1.000
2000 m diatas permukaan laut terletak di Kabupaten Sleman. Secara
fisiografi, DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan wilayah :
(a) Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga
bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian
Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan
lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Wilayah ini
memiliki luas kurang lebih 582,81 km2 dengan ketinggian 80 2.911 m.
(b) Satuan Pegunungan Seribu Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan
batu gamping dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan, di
bagian tengah merupakan cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi
Plato Wonosari. Wilayah pegunungngan ini memiliki luas kurang lebih
1.656,25 km2 dengan ketinggian 150-700 m.
(c) Satuan Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang
lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan
lereng curam dan potensi air tanah kecil. Luas wilayah ini mencapai
kurang lebih 706,25 km2 dengan ketinggian : 0 572 m
(d) Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses
pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang
mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan
Pegunungan Seribu. Wilayah ini memiliki luas 215,62 km2 dengan
ketinggian 0 80 m.

Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran


penduduk, ketersediaan sarana prasarana, sosial, ekonomi, serta
ketimpangan kemajuan pembangunan. Daerah-daerah yang relatif datar,
(dataran faluvial meliputi Sleman, Kota, dan Bantul) adalah wilayah padat
penduduk, memiliki intensitas sosial ekonomi tinggi, maju dan berkembang
namun juga banyak terjadi pencemaran lingkungan.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki iklim tropis dengan curah hujan


berkisar 0,00 mm 13,00 mm per hari. Suhu udara rata-rata berkisar antara
21-350 C. Kelembaban udara berkisar antara 30 - 97 persen dan tekanan
udara 1.005,3 mb 1.017,2 mb dengan arah angin antara 180 derajat 240
derajat dan kecepatan angin antara 0 knot sampai 29 knot

Pada tahun 2010, curah hujan tertinggi tercatat 512,3 mm dengan hari hujan
per bulan sebanyak 25 kali, jauh lebih tinggi dibanding Tahun 2009.
Kecepatan angin maksimum mencapai 47 knot, jauh lebih tinggi dibanding
tahun 2009 sebesar 43 knot.

Wilayah DIY mempunyai potensi bencana alam, terutama berkaitan dengan


bahaya geologi yang meliputi:
(a) Gunung Merapi, mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian utara
dan wilayah sekitar sungai yang berhulu di puncak Merapi;
(b) Gerakan tanah/batuan dan erosi, berpotensi terjadi pada lereng
Pegunungan Kulon Progo (bagian utara dan barat), lereng Pengunungan
Selatan (Gunungkidul) dan bagian timur (Bantul);
(c) Bahaya banjir, terutama berpotensi mengancam daerah pantai selatan
Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul;
(d) Bahaya kekeringan berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul
bagian selatan, khususnya kawasan karst;
(e) Bahaya tsunami, berpotensi di pantai selatan Kulon Progo, Bantul, dan
Gunungkidul, khususnya pada elevasi kurang dari 30 m dpl;
(f) Bahaya gempa bumi (tektonik, vulkanik) berpotensi terjadi di seluruh
wilayah DIY. Gempa tektonik berpotensi di tumbukan lempeng dasar
Samudra Indonesia di sebelah selatan DIY.
(g) Bahaya angin puting beliung, berpotensi terjadi di seluruh wilayah DIY.

Pada tanggal 26 Oktober 2010 dan hari hari berikutnya, gunung Merapi
menglami euopsi sangat hebat yang telah menyebabkan kerugian harta
kekayaan masyarakat setempat, termasuk ternak dan lahan pertaniannya
akibat lahan panas yang meluluhlantakkan semua yang dilaluinya.

Pengelolaan sumberdaya alam yang tidak berkelanjutan dan mengabaikan


kelestarian fungsi lingkungan hidup menyebabkan daya dukung lingkungan
menurun dan ketersediaan sumberdaya alam menipis. Kawasan hutan
dengan luas 23,54% dari luas wilayah DIY kurang mencukupi sebagai standar
lingkungan hidup. Menurunnya daya dukung dan ketersediaan sumberdaya
alam juga terjadi karena kemampuan iptek yang rendah sehingga tidak
mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk.

Pencemaran air, udara, dan tanah juga masih belum tertangani secara tepat
karena semakin pesatnya aktivitas pembangunan yang kurang
memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan. Untuk itu, kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup secara tepat akan dapat mendorong perilaku
masyarakat untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
agar tidak terjadi krisis sumberdaya alam, khususnya krisis air, krisis pangan,
dan krisis energi.

Laju kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan yang terjadi baik di


perkotaan maupun pedesaan terus terjadi. Kerusakan sumberdaya alam dan
penurunan mutu lingkungan secara drastis tersebut menyebabkan perubahan
tatanan dan fungsi lingkungan hidup. Hal ini menyebabkan munculnya
ancaman global seperti perubahan iklim global, rusaknya keanekaragaman
hayati, serta meningkatnya produksi gas rumah kaca.

2.3. Kependudukan

Hasil Sensus Penduduk 2010 mencatat jumlah peduduk DIY mencapai


3.457.497 jiwa. Jumlah penduduk DIY tahun 2012estimasi dari hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 sesuai dengan Badan Pusat Satistik Istimewa
Yogyakarta sebanyak 3.514.762 jiwa, sedangkan dari Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota se DIY yang dimana data kependudukan diperoleh dari BPS
tiap Kab/Kota, jumlah penduduk DIY sebesar 3.630.720.Jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 1.735.514 jiwa sedangkan perempuan 1.777.557 jiwa.

Sumber : BPS Provinsi DIY Tahun 2011

Gambar 1. Priramida Penduduk Provinsi DIY Tahun 2011 (sumber: BPS)

Dalam periode 2000 2010, telah terjadi perubahan struktur dan komposisi
pnduduk DIY. Hal ini terlihat dari Grafik Piramida Penduduk Tahun 2000 dan
2010. Pada tahun 2010 terjadi pengurusan pada usia 15 -24 tahun,
sebaliknya terjadi penggemukan pada kelompok usia diatasnya. Hal ini
menunjukkan bahwaadanya peningkatan penduduk pada usia 25 tahun ke
atas, yang mencakup angkatan kerja dan lanjut usia. Peningkatan angkatan
kerja perlu diwaspadai terkait ketersediaan lapangan kerja yang terbatas
diharapkan tidak terjadi surplus tenaga kerja yang dapat berdampak pada
tingginya jumlah pengangguran. Sedangkan peningkatan penduduk usia
lanjut menunjukkan semakin membaiknya kesehatan masyarakat.

Pergeseran struktur penduduk menunjukkan adanya transisi demografi yang


diantaranya dipengaruhi oleh perbaikan kesehatan masyarakat. Pergeseran
juga merupakan indikasi tingginya umur harapan hidup penduduk. Usia
harapan hidup (UHH) DIY merupakan yang tertinggi di Indonesia. UHH
panjang merupakan representasi perbaikan dari banyak faktor, antara lain :
kondisi ekonomi, pelayanan kesehatan, kualitas lingkungan, sosio-kultural
masyarakat. UHH menjadi indikator keberhasilan pembangunan.
Tabel 1

Sumber: Badan Pusat Statistik DIYTahun 2011{belum tersedia data terbaru)

Jumlah penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan perdesaan. Namun


hal ini tidak mencerminkan distribusi nyata antara kabupaten dan kota di
DIY. Dua wilayah kabupaten di DIY masih dicirikan oleh dominasi penduduk
perdesaan (Kulonprogo, Gunungkidul) dengan kesenjangan ciri urbanisasi
dengan 3 wilayah lain cukup besar.
Pertumbuhan penduduk hasil sensus tahun 2010 sebesar 1,02 persen relatif
lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya.
Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman memiliki angka pertumbuhan
diatas angka provinsi, masing-masing sebesar 1,55% dan 1,92%. Rerata
kepadatan penduduk DIY pada tahun 2009 sekitar 1.078,08 jiwa per km2.
Sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 1.085 jiwa per km2 dengan
kepadatan tertinggi di Kota Yogyakarta (11.958 jiwa/km2) terendah di
Kabupaten Gunungkidul (455 jiwa/km2). DIY merupakan provinsi terpadat
ketiga setelah DKI Jakarta (14.469 jiwa/km2) dan Jawa Barat (1.217
jiwa/km2).Permasalahan ketimpangan kepadatan tersebut diperkuat dengan
ketimpangan potensi sumber daya dimana Gunungkidul adalah salah satu
kabupaten di DIY yang memiliki kesuburan lahan kurang dan keterbatasan
suplai air.

2.4. Ekonomi
(a) Investasi, Industri, dan Perdagangan

Realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) tahun 2010 secara


komulatif mencapai Rp1,88 trilliun (72,59% dari target) yang dilaksanakan
oleh 118 perusahaan dan menyerap 22.941 tenaga kerja Indonesia dan
13 orang tenaga kerja asing. Investasi domestik terus mengalami
peningkatan baik investasi domestik maupun asing demikian pula untuk
bidang perdagangan. Investasi pemerintah banyak yang diarahkan pada
pelayanan publik sebaliknya untuk sektor swasta. Investasi sektor industri
mengalami pertumbuhan baik untuk industri kecil, menengah dan besar
(0,65%) dengan dominasi industri kerajinan serta industri tekstil dan kulit.

Industri kreatif di bidang pariwisata, mempunyai potensi berupa desa


wisata (60) yang tersebar di 4 Kabupaten yang diminati oleh wisatawan
dalam dan luar negeri. Selain itu terdapat industri kreatif di bidang
kebudayaan yang meliputi 25 Production House, seni tari 341 kelompok,
dan drama sebanyak 411 kelompok.
Industri Pariwisata memiliki sumbangan paling besar terhadap PDRB
melalui subsektor perdagangan, perhotelan, restoran, dan jasa-jasa
lainnya. Jasa perhotelan adalah yang paling dominan. Ketersediaan aset
pariwisata yang memadai berupa wisata alam, wisata budaya, wisata
pendidikan dan wisata minat khusus mudah dijangkau dan dilengkapi
fasilitas hotel, penginapan, MCK umum, warung makan, restoran.
Pada tahun 2010 tercatat rata rata pengeluaran per kapita penduduk DIY
sebesar Rp.553.966,- sebulan, yang terdiri dari Rp.244.003,- untuk
makanan dan Rp.309.963,- untuk konsumsi bukan makanan. Dibanding
tahun sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 19,13%.

(b) Pertanian, Perikanan dan Kehutanan


Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB meskipun pertumbuhannya
relatif namun selama sepuluh tahun terakhir mencapai rerata 16,33%
(terbesar ketiga setelah jasa dan perdagangan). Jumlah rumah tangga
pertanian selama sepuluh tahun terakhir menurun 9,32% menjadi 47,17%
dimana 80,29% diantaranya merupakan petani gurem.
Komoditas tanaman pangan yang meningkat adalah padi, jagung, kacang
tanah, kacang hijau, dan ubi kayu. Komoditas sayuran yang meningkat
adalah kentang dan kacang merah, tomat dan buncis. Lahan sawah
mengalami laju penurunan sebesar 0,27% per tahun, sedangkan lahan
bukan sawah menyusut sebesar 1,62% per tahun.
Luas perkebunan mengalami peningkatan sebesar 14,25%, terutama
pada kelapa, jambu mete dan tembakau. Produksi perkebunan juga
mengalami peningkatan sebesar 3,78%, terutama komoditas kelapa,
jambu mete, kakao dan tembakau.
Produksi ikan konsumsi di DIY selama kurun waktu sepuluh tahun
terakhir meningkat rerata 9,9% pertahun. Produksi benih ikan dan udang
selama sepuluh tahun terakhir meningkat 27,81%. Konsumsi ikan
perkapita selama sepuluh tahun terakhir meningkat sebesar 5,71%
pertahun.

(c) Ketahanan Pangan


Ketersediaan energi di DIY saat ini sebesar 3.085 kkal/kapita/hari
(Nasional 2.500 kkal/kapita/hari). Keanekaragaman pangan menunjukkan
skor 86,5% (standar 100%). Ketersediaan energi sebesar 2.200
kkal/kap/hari; ketersediaan protein 57 g/kap/hari; norma kecukupan gizi
berdasarkan standar PPH >1.907,6/kkal/kap/hari, konsumsi energi
minimum 1500 kkal/kap/hari, dan konsumsi protein sebesar 62,4
g/kap/hari, dan kualitas konsumsi pangan mendekati skor PPH 85,7%.
Angka konsumsi energi di DIY sudah melampaui standar, yaitu sebesar
1.835,93 kkal/kap/hari sedangkan angka konsumsi protein, masih belum
memenuhi angka standar karena baru mencapai angka 51,04 g/kap/hari.
Luas hutan mencapai 23,54% dari luas DIY (74.992,96 Ha) yang terdiri
dari hutan negara dan hutan rakyat, hutan di DIY belum memenuhi fungsi
ekologis ideal (minimal 30%).

2.5. Sosial dan Budaya

(a) Sosial

Penyandang masalah kesejahteraan sosial cenderung meningkat yang


ditunjukkan oleh besarnya jumlah pengangguran dan kelompok marginal
seperti anak terlantar/ jalanan, tuna susila, pengemis, gelandangan,
korban bencana alam, korban tindak kekerasan dan lain sebagainya.
Khusus untuk korban bencana mengalami penurunan signifikan
sehubungan dengan telah selesainya permasalahan paska gempa bumi.
Fasilitas sosial yang dimiliki di DIY diantaranya adalah Panti Asuhan
sebanyak 76 unit, Panti Wreda 6 unit dan Kelompok Bermain 12 unit serta
Penitipan Anak 7 unit.Penyandang maalah sosial di DIY tercatat 131.437
penduduk yang dikategorikan memiliki masalah sosial.

Komitmen pertama dalam MDGs adalah penanggulangan kemiskinan dan


kelaparan. Hal ini menyiratkan bahwa kemiskinan merupakan masalah
yang mendesak untuk segera ditanggulangi. Penduduk miskin secara
makro dihitung dengan pendekatan kebutuhan minimum seseorang untuk
dapat hidup layak (basic needs approach). Kebutuhan minimum tersebut
mencakup kebutuhan makanan dan kebutuhan non makanan. Dari
pengukuran kebutuhan minimum komoditas makanan dan non makanan
tersebut diperoleh batas yang disebut sebagai garis kemiskinan. Garis
tersebut merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan makanan dan
garis kemiskinan non makanan. Orang orang yang mempunyai
pendapatan dibawah garis kemiskinan dikatagorikan sebagai penduduk
miskin. Sebaliknya, dikategorikan sebagai penduduk tidak miskin.

Indikator kemiskinan di DIY secara berturut turut sejak tahun 2006 sampai
2011 mengalami penurunan, tahun 2006 prosentase penduduk miskin di
DIY sebesar 19,15%, tahun 2008 sebesar 18,02%, tahun 2009 sebesar
16,86%, tahun 2010 sebesar 16,83% sedangkan pada tahun 2011 data
terakhir menunjukkan angka 16%.

Peta Kemiskinan di Provinsi DIY

Sumber: : Bappeda Provinsi DIY Tahun 2011

Gambar 2. Peta kemiskinan Provinsi DIY

Menurut Badan Pusat Statistik DIY tahun 2011 tercatat garis kemiskinan di
DIY senilai Rp.249.629,- per kapita sebulan, atau meningkat 11,31 persen
dibanding tahun 2010. Peta kemiskinan di DIY seperti dalam gambar
diatas masih ditemui kantong-kantong kemiskinan di Kabupaten Gunung
Kidul dan Kulon Progo. Hal ini juga dapat dilihat dalam pencapaian Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), yang meliputi pencapaian Angka Harapan
hidup, Angka Melek Hurup, Angka rata rata lama sekolah dan
pengeluaran perkapita yang disesuaikan. Pada tabel dibawah ini yang
menunjukkan bahwa meskipun DIY rangking 4 dalam capaian IPM namun
ada Kabupaten yang masih pada peringkat 283 yaitu Kabupaten Gunung
Kidul, data selengkapnya tentang IPM tahun 2011 sebagaiberikut :
Tabel 2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di DIY

(b) Pendidikan

DIY mempunyai institusi pendidikan sebagai berikut, untuk jenjang TK


hingga Sekolah Menengah Atas tercatat 5.178 unit dengan perincian di
Kota Yogyakarta 533 unit, Sleman 1.297 unit, Gunung Kidul 1.409 dan
Bantul 1.094 unit serta 845 unit di Kulon Progo. Jenjang perguruan tinggi
pada tahun 2011 tercatat 10 perguruan tinggi negeri dan 112 swasta.

Angka melek huruf merupakan salah satu indikator dalam mencapai


Indeks Pembangunan Manusia (IPM), angka melek huruf di DIY yang
sebesar 90,84 % termasuk pada peringkat ke 23 dalam IPM secara
Nasional. Tetapi rata rata lama sekolah di DIY masih dirasa cukup tinggi
yaitu sebesar 9,07 tahun yang emerupakan peringkat ke 3 setelah Riau
dan DKI.

Indikator mutu pendidikan di DIY dapat dilihat dari tingginya angka


partisipasi, yang terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Murni (APM). Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang
SD/MI DIY pada tahun 2010 sebesar 99,69 persen. APM tingkat SLTP
pada tahun 2010 sebesar 94,02 persen, sedangkan untuk SLTA sebesar
73,06 persen (tahun sebelumnya 72,26 persen). Dibanding dengan tahun
sebelumnya angka-angka tersebut mengalami kenaikan walaupun relatif
kecil.

Anak berkebutuhan khusus yang mengikuti pendidikan telah mencapai


63,24%. Angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas mencapai
85,8 % sebagian besar berusia >45 tahun. Angka melek huruf pada
penduduk pria dan wanita relatif sama yaitu sekitar 70,8%.

Tingkat partisipasi pendidikan anak usia dini (0-6 tahun) dalam mengikuti
pendidikan pra-sekolah sudah mencapai 70%. Angka Partisipasi Sekolah
(APS) penduduk usia 7-12 tahun sebesar 100%, APS penduduk usia 13-
15 tahun sebesar 100% dan APS penduduk usia 16-18 tahun sebesar
79,89 %. APS tersebut telah melampaui SPM sebesar 95%, 95% dan
60,00%.

Produksi tenaga kesehatan oleh sarana pendidikan cukup tinggi namun


daya serapnya masih rendah. Institusi pendidikan kesehatan di provinsi
DIY berkembang. Sejak tahun 2009 tercatat jumlah institusi
penyelenggara pendidikan mencapai 51 dengan perincian sebagai berikut
: D3 keperawatan sebanyak 11, D3 Gizi 3, D3 Analis 2, D3 Lingkungan 2,
D3 Kebidanan 7 dan D3 Farmasi 1. Sedangkan jenjang S1 adalah
Fakultas Kedokteran 3, Fakultas Kedokteran Gigi 1, Farmasi 4, Kesehatan
Masyarakat 4 Keperawatan 8 dan Gizi 1.

Pola manajemen pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan


menyesuaikan dengan Pemerintah Daerah, namun koordinasi
peningkatan kualitas tenaga dengan lembaga pendidikan masih kurang.
Peran swasta cenderung kurang terkendali dalam arti kegunaan dan mutu
belum sesuai kebutuhan dan kemampuan penyerapan yang diakibatkan
terbatasnya dana dalam rekruitmen dan pemeliharaan tenaga,
profesionalisme, kompetensi dan etika SDM kesehatan, serta berkaitan
dengan proses produksi (pendidikan, training).

(c) Kebudayaan

Nilai-nilai budaya tumbuh dan hidup dalam kehidupan sehari-hari


masyarakat DIY. Pada sisi lain muncul gelombang modernisme yang
memunculkan gejala lunturnya budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai kesenian hidup dan berkembang.

Seni pertunjukan, seperti seni tari dan teater dikelola oleh 2.924 kelompok
yang tersebar di 78 kecamatan. Kesenian non pertunjukan, seperti seni
rupa, seni kerajinan, cukup banyak dan tersebar, dikelola perorangan
maupun kelompok dalam bentuk sanggar Budaya lokal Yogyakarta
memberi tempat tinggi pada tradisi yang menekankan hirarkhi sosial kuat
sehingga sulit menjalankan perubahan.

(d) Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Remaja

Pemberdayaan perempuan, anak, remaja telah menunjukkan


peningkatan. Partisipasi remaja/pemuda dalam pembangunan semakin
membaik. Taraf kesejahteraan sosial masyarakat cukup memadai sejalan
berbagai upaya pemberdayaan, pelayanan, rehabilitasi, dan perlindungan
sosial bagi masyarakat rentan termasuk Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS), pecandu narkotik dan obat-obat terlarang.

Permasalahan kesetaraan gender di berbagai bidang seperti pendidikan,


kesehatan, ekonomi masih belum optimal.Sejalan dengan itu upaya
perlindungan terhadap perempuan dan anak dari tindak kekerasan
dengan peran serta penuh dari masyarakat juga menjadi tantangan dalam
menjamin terlaksananya pemberian hak secara layak.

(e) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi (IPTEK)

Nilai tambah yang diciptakan oleh sektor pertambangan dan penggalian di


DIY hanya menyumbang sekitar 0,67% PDRB karena tidak adanya
pertambangan migas atau non migas selain penggalian bahan galian
golongan C. Hasil pengembangan Iptek tercermin melalui berbagai
publikasi ilmiah yang mengindikasikan banyaknya kegiatan penelitian.
Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan iptek relatif masih
rendah disebabkan antara lain belum efektifnya intermediasi, lemahnya
sinergi kebijakan antara pengembang dan pemakai iptek, belum
berkembangnya budaya iptek dan masih terbatasnya sumber daya iptek.

Pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi (TI) sangat pesat


dengan indikator melek TI sebesar 20% dari jumlah penduduk dan terus
akan meningkat di masa yang akan datang. Pemanfaatan TI akan
semakin berkembang baik untuk pihak swasta maupun pemerintah.
Pengembangan TI akan banyak dilakukan oleh pendidikan baik oleh
institusi pemerintah maupun swasta.

(f) Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Keterbatasan lapangan kerja menyebabkan tidak semua angkatan kerja


yang tersedia dapat terserap di pasar kerja. Pada tahun 2010 tercatat 5,69
persen angkatan kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja, atau yang
biasa disebut sebagai pengangguran terbuka (TPT).

Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi tercatat


jumlah pencarikerja pada tahun 2010 sebanyak 129.793 orang, turun
sekitar 4% dibanding tahun sebelumnya (135.207 orang). Mereka terdiri
dari 53,8% laki-laki dan 46,13% perempuan. Dari jumlah tersebut 40,09%
berpendidikan SLTA, 13,89% DI-IV, sebanyak 42,44% DIV-S1 serta
0,19% S1-S2. Sedangkan SLTP sebanyak 2,32% dan SD sebesar 0,34%.

Persentase lowongan pekerjaan yang tersedia sebesar 18,06%


sedangkan persentase penempatan sebesar 13,82% dari total pencari
kerja yang ada di Provinsi DIY.

Berdasarkan data tahun 2003 2008 tingkat partisipasi angkatan kerja


(TPAK) DIY yang merupakan persentase antara jumlah penduduk
angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja menunjukkan angka
yang fluktuatif atau rata-rata setiap tahun sebesar 78,75%, sedangkan
Tingkat Pengangguran Terbuka (open unemployement) atau TPT yang
merupakan persentase perbandingan antara jumlah penduduk yang
ingin/sedang mencari pekerjaan dengan angkatan kerja juga menunjukkan
angka yang fluktuatif atau rata-rata setiap tahun sebesar 5,90%. Struktur
pencari kerja didominasi oleh kaum perempuan dan dasar pendidikan
sebagian besar SLTA.

Jumlah pengangguran terbuka pada penduduk dengan umur diatas 15


tahun sesuai tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut : pendidikan
tertinggi dibawah SD 1.026 orang, SD 4.940, SLTP 10.708, SMTA
sebesar 42.038 orang dan tingkat Diploma sebesar 14.705 orang serta
perguruan tinggi yang paling banyak yaitu sebesar 74.317 orang.

Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian
kemudian disusul sektor jasa-jasa lainnya. Realitas ini menunjukkan
bahwa untuk sektor pertanian dan sektor jasa relatif memberikan
kontribusi paling banyak dalam menyerap tenaga kerja. Demikian juga
peranan sektor pertanian cukup dominan dalam menciptakan lapangan
kerja. Sektor yang potensial dikembangkan yaitu sektor pariwisata, sektor
perdagangan dan industri terutama industri kecil menengah serta
kerajinan dapat dikembangkan sebagai penunjang keterserapan tenaga
kerja.

Sebagai upaya melakukan pemerataan penyebaran penduduk antar


wilayah di Indonesia, pemerintah melakukan transmigrasi penduduk.
Jumlah transmigrans di DIY tahun 2010 tercatat sebanyak 250 KK atau
824 jiwa. Jumlah KK transmigrans terbanyak berasal dari Kabupaten
Kulon Progo serta daerah penempatan terbanyak adalah Provinsi
Sulawesi Selatan.

(g) Agama

(1) Komposisi pemeluk agama di DIY tahun 2010 terdiri dari 92,03%
agama Islam, 4,94% agama Katholik, 2,7% agama Kristen, 0,17%
agama Hindu dan 0,15% agama Budha.
(2) Kerukunan antar umat beragama berkembang dengan baik,
ditunjukkan oleh tidak berkembangnya konflik agama antar pemeluk
agama.
(3) Jumlah jamaah haji DIY yang berangkat pada tahun 2010/1430 H
sebanyak 3.165 orang atau meningkat 2,86% dibanding tahun
sebelumnya. Berdasarkan asal jamaah, sebagian besar berasal dari
Kabupaten Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta masing-masing
sebesar 38,8%, 27,90% dan 15,89%.

2.6. Pemerintahan dan Politik

(a) Pemerintahan dan Politik


(1) Pemerintahan dan politik cukup stabil karena sebagian besar masih
memandang Kraton sebagai penguasa wilayah. Peran serta dan dialog
birokrasi, organisasi sosial-politik, dan kemasyarakatan berjalan baik.
(2) Tuntutan Good governance dilaksanakan dengan pembenahan dan
pengembangan aspek kapasitas pemerintahan dan perubahan
paradigma penyelenggaraan pemerintahan.
(3) Kondisi sosial politik cukup dinamis yang dipengaruhi hubungan
sinergis pihak-pihak terkait dan didorong oleh perubahan peran
pemerintah dari pembina menjadi regulator, fasilitator dan pelayanan.
(4) Perubahan mendasar terjadi dengan pengembalian asas kesatuan
daerah, pelaksanaan hubungan kewenangan antara Pemerintah,
Provinsi dan Kabupaten/Kota atau antar pemerintahan daerah.
(5) Dalam konteks desentralisasi, pemerintah daerah telah menjalankan
otonomi seluas-luasnya. Tuntutan masyarakat terhadap kuantititas
dan kualitas pelayanan publik akan terus semakin meningkat.

(b) Hukum

(1) Ditetapkannya UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan, maka proses pembentukan hukum
dan peraturan perundang-undangan, termasuk peraturan daerah,
dapat diwujudkan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan
standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang.
(2) Penegakan hukum dan perundang-undangan masih perlu ditingkatkan.
Tindak kejahatan dan kriminalitas semakin tinggi dan bervariasi
(3) Pada era pasar bebas dan globalisasi, telah dilakukan kerjasama dan
fasilitasi dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri.

2.7. Prasarana Wilayah

(a) Transportasi

(1) Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor rata-rata 13% per tahun dan
kendaraan pribadi 28% per tahun yang didominasi oleh sepeda motor.
Angkutan umum sebesar 20% dan kendaraan barang sebesar 15%.
(2) Volume lalu-lintas melebihi kapasitas jalan, penyalahgunaan ruas jalan
dan tingginya penggunaan kendaraan pribadi menyebabkan
kemacetan lalu-lintas, terutama di jaringan jalan pusat kota. Dampak
peningkatan volume kendaraan dan perilaku pengendara juga terjadai
pada tingkat risiko kecelakaan yang semakin tinggi. Intra cranial injury
(kecelakaan) telah menempati urutan kedua terbanyak sebagai
penyebab kematian. Kecelakaan lalu lintas di DIY mengalami
peningkatan cukup besar.
(3) Telah dilakukan perubahan manajemen angkutan umum dengan
konsep buy the service sebagai upaya memperbaiki pelayanan serta
jalur kereta api ganda yang menghubungkan Stasiun Solo Balapan-
Stasiun Tugu Yogyakarta-Stasiun Kutoarjo.
(4) Bandara internasional baru direncanakan telah beroperasi di wilayah
Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2019. Kegiatan operasional
penerbangan akan meningkat sangat tinggi demikian pula dengan
animo maskapai penerbangan untuk membuka jalur penerbangan.
Keberadaan bandara akan lebih maju lagi dengan adanya
pengembangan jalur angkutan terintegrasi antara darat, laut, dan
udara.

(b) Sumber Daya Air

(1) Sumber daya air utama di DIY adalah Wilayah Sungai Progo-Opak-
Oyo yang berasal dari daerah aliran sungai (DAS) Progo, Opak dan
Serang. Sumberdaya air dimanfaatkan untuk irigasi, kebutuhan rumah
tangga, industri, tenaga listrik dan penggelontoran kota.
(2) Kebutuhan air untuk rumah tangga dipenuhi melalui sistem air pipa
PDAM, sumur dan hidran umum. Pemanfaatan air untuk
penggelontoran dilakukan dalam sistem penggelontoran sanitasi
perkotaan dengan air permukaan.
(3) Terjadi penurunan kuantitas dan kualitas air sebagai akibat
terganggunya fungsi hidrologi sebagai dampak penggunaan
tanah/alih fungsi lahan dan pengelolaan tanah yang tidak
dikendalikan di daerah tangkapan air. Selain itu juga terjadi pemakaian
air yang tidak efisien, terutama untuk keperluan irigasi dan kolam ikan.
(c) Keciptakaryaan
(1) Pembangunan perumahan permukiman mengarah ke wilayah
Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY). Perkembangan perumahan
dan permukiman meningkatkan konversi lahan pertanian menjadi
perumahan dan bangunan.
(2) Kebutuhan air minum mengalami peningkatan sejalan dengan
peningkatan penduduk dan kegiatan masyarakat.
(3) Saat ini masih banyak limbah cair industri yang dibuang langsung ke
sistem air limbah terpusat atau ke lingkungan sekitar tanpa ada
pengolahan. Cakupan pelayanan air limbah terpusat baru mencapai
4% (di Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta). Total cakupan pelayanan
limbah dan sanitasi berkisar 51.8%.
(4) Pelayanan pengangkutan sampah masih rendah. Pelayanan
pengangkutan sampah di Tempat Pembuangan akhir (TPA) baru
mencapai sekitar 35% dari total produksi sampah.
(5) Cakupan sistem drainase mencapai sekitar 53.42%. Sistem ini
mengandalkan keberadaan sungai-sungai yang melintas sebagai
drainase induk yang cenderung meningkatkan terjadinya pencemaran
air sungai.
(6) Permasalahan pembangunan sampah dan drainase, antara lain
pencemaran lingkungan dan jumlah sampah, terbatasnya lahan
tempat pembuangan akhir, tidak berfungsinya saluran drainase.

2.8. Struktur dan Pola Ruang

(a) Wilayah di luar DIY yang secara langsung maupun tidak mempengaruhi
pola pemanfaatan ruang dan perkembangan pembangunan, antara lain:
(a) Semarang Solo Cilacap; (b) Magelang-Klaten-Purworejo-Salatiga-
Wonogiri-Sukoharjo; (c) Wilayah terpadu Joglosemar, Pawonsari
Bakulrejo, Gelangmanten.

(b) Implikasi wilayah eksternal dalam penataan ruang wilayah adalah:


(1) Semakin meningkatnya kegiatan bersifat perkotaan dalam hal ini
aksesibilitas, kompatibilitas dan fleksibilitas;
(2) Stuktur tata ruang wilayah DIY secara internal dipengaruhi oleh kondisi
topografi dan geografis wilayah, yang meliputi kawasan tertentu
nasional (lindung dan cagar budaya), kawasan cepat tumbuh, kawasan
potensial untuk berkembang, kawasan yang kritis lingkungan Provinsi
DIY.

(c) Kawasan-kawasan di DIY yang secara langsung maupun tidak langsung


mempengaruhi pola pemanfaatan ruang dan perkembangan
pembangunan di DIY, antara lain:
(1) Kawasan Fungsional yang meliputi Hutan Lindung (Kabupaten Gunung
Kidul dan Kulon Progo), Hutan Konservasi (Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Cagar Alam/Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya);
(2) Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS Progo, DAS Opak-Oyo dan DAS
Serang);
(3) Kawasan tertentu nasional (Taman Nasional Gunungapi Merapi,
Kawasan Cagar Budaya: Keraton, candi-candi, Kawasan Rawan
Bencana: jalur patahan Opak, wilayah Gunung Merapi, dan rawan
tsunami, banjir dan air pasang di pesisir pantai Kulon Progo dan
Bantul);
(4) Kawasan yang cepat tumbuh (Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta, yang
meliputi Kota Yogyakarta, sebagian Kabupaten Sleman, dan Bantul
yang berbatasan dengan Kota Yogyakarta);
(5) Kawasan yang potensial untuk berkembang (Kabupaten Bantul:
Sewon, Kasihan, Banguntapan, Sedayu, Srandakan, Imogiri dan
Piyungan; Kabupaten Sleman: Godean, Gamping, Pakem, Depok;
Kabupaten Kulonprogo: Wates, Temon, Pengasih, Sentolo, dan
Nanggulan; Kabupaten Gunungkidul: Wonosari, Bunder, Rongkop,
Sadeng);
(6) Kawasan yang kritis lingkungan (Kabupaten Gunungkidul: di
Purwosari, Panggang, Tepus, dan Rongkop; Kabupaten Bantul: di
Worotelo, Wukirsari, Muntuk, Jatimulyo, Sendangsari, dan Dlingo;
Kabupaten Kulonprogo: Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo, dan
Kokap).
(d) Karakteristik tata ruang internal DIY ditandai tingginya kebutuhan ruang
untuk kegiatan budidaya namun dilain pihak menghadapi keterbatasan
daya dukung maupun daya tampung lingkungan. Wilayah DIY seluas
318.580 Ha, dengan 47,188% (150.332 Ha) merupakan kawasan lindung
(belum termasuk rawan gempa).


BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Situasi Derajat Kesehatn di suatu wilayah digambarkan dalam berbagai indikator


derajat kesehatan. Indikator yang dinilai paling peka dan telah disepakati secara
nasional sebagai ukuran derajad kesehatan suatu wilayah meliputi : (1) Umur
Harapan Hidup, (2) Angka Kematian Ibu, (3) Angka Kematian Bayi, (4) Angka
Kematian Balita, dan (5) Status Gizi Balita / bayi. Dalam mencapai Indikator Derajat
Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta telah mencapai target yang diharapkan,
hal ini terbukti dengan diterimanya penghargaan untuk DIY pada tahun 2008 yaitu
penghargaan Manggala Bhakti Husada Kartika dari Presiden yang merupakan
sebuah penghargaan atas prestasi sebagai provinsi dengan derajad kesehatan
terbaik di Indonesia. Situasi derajat kesehatan terkini di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah :

3.1. MORTALITAS

3.1.1 Umur Harapan Hidup (UHH)

Salah satu indikator derajat kesehatan adalah Umur Harapan Hidup, seperti
indikator derajat kesehatan lainnya, UHH diperoleh melalui survai yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Satatistik (BPS) yang pelaksanaannya tidak tentu
setiap tahunnya, sehingga angka tesebut tidak setiap tahun tersedia, tetapi dalam
menggambarkan indikator tersebut maka dapat diperoleh melalui laporan rutin
yang diperoleh melalui fasilitas kesehatan dengan mekanisme tertentu
disampainan kepada Dinas Kesehatan, sehingga dapat diperoleh angka absolut
atau indikator yang berbasis fasilitas (dilaporkan).

Peningkatan umur harapan hidup di DIY merupakan yang terbaik di Indonesia


bersama dengan DKI dan Bali, namun demikian bila dibandingkan dengan
negara-negara Asia Tenggara masih tetap lebih rendah (misal Singapura). Berikut
gambaran perkembangan UHH sesuai hasil Sensus Penduduk dari tahun 1971
sampai dengan Sensus Penduduk Tahun 2010 di Provinsi DIY bersumber dari
BPS.
Gambar 3 : Umur Harapan Hidup Penduduk DIY Hasil Sensus Penduduk

Jika dirunut sejak tahun 1971, telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan
selama 30 tahun dari tahun tersebut yang baru mencapai 45,5 tahun. Gambaran
perkembangan tersebut memperlihatkan telah terjadinya transisi demografi di
DIY yang sebenarnya telah dimulai pada masa 90-an yang ditunjukkan dengan
semakin meningkatnya usia lanjut. Umur Harapan Hidup meningkat menjadi
sebesar 73,27 tahun untuk DIY sesuai hasil Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
pada tahun 2011 dari sumber data PBS DIY yang terakhir.

Peningkatan umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh multifaktor yang dalam hal
ini kesehatan menjadi salah satu yang berperan penting didalamnya. Peran
pengaruh kesehatan ditunjukkan dari semakin menurunnya angka kematian,
perbaikan sistem pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi di masyarakat.

Transisi demografi yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah kelompok usia


lanjut ini juga membawa konsekuensi meningkatnya penyakit-penyakit
degeneratif di DIY. Penyakit-penyakit degeneratif tersebut dicirikan dengan
adanya kebutuhan longterm care. Dengan demikian di DIY sudah saatnya untuk
memulai pengembangan pelayanan jangka panjang tersebut.

3.1.2. Angka Kelahiran

Beberapa metode perhitungan untuk menghitung angka kelahiran kasar di


D.I.Yogyakarta sejak tahun 1968 sampai tahun 2009 yang dilakukan oleh BPS
menunjukkan bahwa pada tahun 1968 mengalami penurunan dari 35,2 menjadi
tahun 2009 sebesar 13,4. Berdasarkan parameter Hasil Proyeksi Penduduk
SP2000 di Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2000 2025 dari BPS 2006/2007,
taksiran jumlah total anak yang dilahirkan oleh 1000 wanita bila para wanita
tersebut secara terus manerus hamil pada saat mereka berada dalam tingkat
fertilitas menurut usia pada saat sekarang atau rata-rata jumlah anak yang dapat
dilahirkan seorang wanita selama masa hidupnya dari tahun 2000 2025 tidak
mengalami peningkatan yaitu 1,4 . Dapat diinterpretasikan bawa jumlah anak
yang dilahirkan oleh seorang ibu selama hidupnya adalah 1,4.

Sumber : BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2011


Gambar 4. Perkiraan Angka Kelahiran Kasar Provinsi DIY

Jumlah kelahiran pada tahun 2011, jumlah kelahiran (hidup dan mati) adalah
sebanyak 45.081 dengan jumlah kasus lahir mati sebanyak 242. Dengan
demikian, jumlah lahir hidup pada tahun 2011 sebanyak 44.839. Pada tahun
2012 jumlah kelahiran sebesar46.104 dengan kasus lahir mati sebanyak 360
bayi. Jumlah kelahiran dan kematian yang dilaporkan meningkat dari tahun 2011.

3.1.3.Angka Kematian Ibu

Kematian ibu telah menunjukkan penurunan signifikan dalam kurun waktu 30


tahun terakhir. Secara Nasional angka kematian ibu di DIY juga tetap menempati
salah satu yang terbaik.Meskipun demikian angka yang dicapai tersebut masih
relatif tinggi jika dibandingkan dengan berbagai wilayah di Asia Tenggara.

Berdasarkan data dari BPS, angka kematian ibu dalam 4 tahun terakhir
menunjukkan penurunan yang cukup baik. Angka terakhir yang dikeluarkan oleh
BPS adalah tahun 2008, di mana angka kematian ibu di DIY berada pada angka
104/100rb kelahiran hidup, menurun dari 114/100rb kelahiran hidup pada tahun
2004. Sedangkan pada tahun 2011, jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan
kabupaten/kota pada tahun 2011 mencapai 56 kasus, meningkat dibandingkan
tahun 2010 sebanyak 43 kasus. Tahun 2012 jumlah kematian ibu menurun
menjadi sebanyak 40 kasus sesuai dengan pelaporan dari Dinas kesehatan
Kab/Kota, sehingga apabila dihitung menjadi Angka Kematian Ibu Dilaporkan
sebesar 87,3 per 100.000 kelahiran hidup.

Meskipun angka kematian ibu terlihat kecenderungan penurunan, namun terjadi


fluktuasi dalam 3 5 tahun terakhir. Target MDGs di tahun 2015 untuk angka
kematian Ibu nasional adalah 102/100rb kelahiran hidup, dan untuk DIY relatif
sudah mendekati target, namun masih memerlukan upaya yang keras dan
konsisten dari semua pihak yang terlibat.

Tabel 3. Jumlah Kematian Ibu & Anak di DIY Tahun 2010-2011

3.1.4.Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) di D.I. Yogyakarta dari tahun 2010 sesuai hasil
sensus penduduk tahun 2010 yang telah dihitung oleh BPS Provinsi DIY adalah :
laki-laki sebesar 20 bayi per 1000 kelahiran hidup, sedangkan perempuan
sebesar 14 per 1000 kelahiran hidup. HasilSurvai Demografi dan Kesehatan
(SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi di DIY mempunyai
angka yang relatif lebih tinggi, yaitu sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup (taget
MDGs sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015). Apabila melihat
angka hasil SDKI 2012 tersebut, maka masalah kematian bayi merupakan hal
yang serius yang harus diupayakan penurunannya agar target MDGs dapat
dicapai. Angka kematian bayi menurut SDKI 2012 seperti pada gambar berikut :

Gambar 5. Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup

Hasil sensus penduduk sejak tahun 1971 sampai dengan sensus tahun 2010
menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang sangat signifikans angka kematian
bayi dari 102 bayi per 1000 kelahiran hidup sampai 17 bayi per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2010 (sesuai hasil sensus penduduk). Sedangkan menurut
proyeksi BPS dari hasil sensus penduduk tahun 2000 pada kurun waktu 2000-
2005 (5 tahun) penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 3,9%. Sedangkan
untuk periode tahun 2005 -2010 penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 2,5%
dan periode 2010 - 2015 adalah 1,7%. Periode tahun 2020 - 2025 diperkirakan
tidak terjadi penurunan karena tingkat kematian yang sudah sangat kecil
(hardrock) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat sulit untuk
dikendalikan diantaranya faktor genetik.

Sebagaimana gambaran perkembangan angka kematian ibu, angka kematian


bayi di DIY juga mengalami penurunan yang sangat signifikan jika dibandingkan
dengan sebelum tahun 1990. Laporan kabupaten / kota menunjukkan bahwa
pada tahun 2011 terjadi sebanyak 419 bayi meninggal dengan berbagai sebab.
Angka kematian bayi tahun 2011 masih tetap / sama dengan tahun sebelumnya
yaitu 17 per 1000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Bayi tahun 2011 jauh lebih baik dibandingkan 20 tahun
sebelumnya yang mencapai 62 / 1000 kelahiran hidup (tahun 1980). Dengan
pola penurunan tersebut maka diprediksikan pada tahun 2013 angka kematian
bayi di DIY diharapkan akan mencapai 16 / 1000 kelahiran hidup.Pola penurunan
dan kenaikan angka kematian bayi sensitif terhadap berbagai faktor lain. Seperti
yang terlihat pada periode tahun 1997 sampai dengan 1999 dimana terjadi krisis
multidimensi yang berdampak secara tidak langsung kepada peningkatan angka
kematian bayi di DIY. Secara Nasional, target MDGs untuk angka kematian bayi
pada tahun 2015 ditargetkan akan menurun menjadi dua pertiga dari kondisi
tahun 1999 (dari 25/1000 kelahiran hidup menjadi 16/1000 kelahiran hidup).

3.1.5. Angka Kematian Balita

Angka kematian balita memiliki kecenderungan penurunan yang cukup baik.


Tahun 1971 tercatat tingkat kematian balita yang sangat tinggi yaitu mencapai
152 / 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut secara berangsur turun dan 20 tahun
kemudian menjadi 54/1000 kelahiran hidup,tahun 2002 sudah mencapai 30 /
1000 kelahiran hidup dan data tahun 2010 telah mencapai angka 19/1000
kelahiran hidup.

Gambar6 : Angka Kematian Balita Propinsi DIY Tahun 1971 - 2010


(Sumber Sensus, SDKI, Supas, Profil Depkes, Profil Dinkes DIY)

Pola penurunan sedikit mengalami pola yang berbeda pada kisaran tahun 1997
sampai dengan 2002 yang kemungkinan disebabkan oleh adanya krisis multi
dimensi di Indonesia. Laporan kabupaten / kota tahun 2011 menunjukkan jumlah
kematian anak balita sebanyak 50 kasus. Sedangkan pada tahun 2012 kematian
anak balita dilaporkan sebanyak 50 kasus.

Dengan pola penurunan sejak tahun 1971 tersebut maka diprediksikan di tahun
2013 angka kematian balita akan mencapai 16/1000. Secara Nasional target
MDGs untuk angka kematian balita pada tahun 2015 ditargetkan akan menurun
menjadi dua pertiga dari kondisi tahun 1999. Tetapi apabila dilihat dari hasil
SDKI tahn 2012 di DIY angka kematian Balita mencapai 30 per 1.000 kelahiran
hidup (terendah kedua secara Nasional, setelah Riau) dengan target MDGs
pada tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Hal yang bebeda dapat
dilihat pada hasil pelaporan bahwa jumlah kematian balita di DIY tahun 2012
sebesar 450 balita (sehingga angka kematian balita dilaporkan sebesar 9,8 per
1.000 kelahiran hidup).

3.2. MORBIDITAS

3.2.1. Pola penyakit

Pola penyakit di DIY dapat dipantau melalui Sistem Survailans Terpadu Penyakit
di Puskesmas selin dari hasil pemantauan kunjungan pasien di Puskesmas. Hasil
pemantauan melalui STP di tingkat Puskesmas diamati setiap bulan berdasarkan
laporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang selanjutnya
disampaikan kepada Dinas Kesehatan DIY untuk dilakukan pengolahan dan
pengamatan secara terus menerus terhadap penyakit yang berpotensi
menyebabkan terjadinya wabah. Penyakit menular yang selalu masuk dalam
sepuluh besar penyakit di Puskesmas selama beberapa tahun terakhir adalah
ISPA, penyakit saluran nafas (Bronchitis, Asma, Pneumonia), dan diare.
Sementara untuk Balita, pola penyakit masih didominasi oleh penyakit-penyakit
infeksi.
Hasil pengolahan untuk laporan Survailans Terpadu Penyakit di tingkat
Puskesmas adalah sebagai berikut :

Gambar 7 : Distribusi 10 besar penyakit pada Puskesmas di DIY Januari sampai


dengan Desember 2012

Laporan STP Rumah Sakit rawat jalan juga dilakukan pengolahan dengan hasil
yang tidak jauh berbeda dari laporan di tingkat Puskesmas yaitu pola penyakit
masih didominasi oleh penyakit infeksi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 8. Pola Penyakit Rawat Jalan di Rumah Sakit (Sistem Survailans Terpadu)
Tahun 2012
Berdasarkan laporan SIRS tahun 2012 dapat diketahui bahwa kunjungan rawat
jalan di Rumah Sakit juga masih didominasi oleh penyakit infeksi saluran
pernafasan dan diikuti oleh demam.Pola penyakit rawat jalan di puskesmas
maupun rumah sakit tidak jauh berbeda pada tahun-tahun sebelumnya, dimana
penyakit-penyakit infeksi masih merupakan sepuluh besar penyakit yang
dominan di DIY.

Infeksi saluran napas bagian atas akut


45000
Lainnya
Demam yang sebabnya tidak diketahui
40000
Dermatosis akibat kerja
35000
Faringitis akut
30000
Penyakit sistem napas lainnya
25000
Dispepsia
20000
Penyakit pulpa dan periapikal
15000
Penyakit telinga dan proseus mastoid
10000
Cedera YDT lainnya.YTT dan daerah badan
5000
mutipel
Hipertensi esensial (primer)
0

Gambar 9. Pola Penyakit rawat Jalan di RS th 2012 (Laporan SIRS 2012)

Penyakit-penyakit infeksi diantaranya diare masih mendominasi sepuluh besar


penyakit pada rawat inap di Rumah Sakit tahun 2012.Menarik bahwa pada
banyak kasus kunjungan, penyakit Hipertensi telah menjadi penyakit paling
dominankedua bagi kelompok keluarga di DIY. Tidak seperti ISPA, besaran
persentase penyakit hipertensi menurut kabupaten kota cukup bervariasi.

3.2.1.1. Pola Penyakit Menular

Penyakitpenyakit yang sudah menurun seperti tuberkulosa paru dan malaria,


masih memiliki potensi untuk meningkat kembali (re-emerging) mengingat kondisi
perilaku dan lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, budaya) masyarakat yang kurang
mendukung. Kondisi tergambar dari masih belum tereliminasinya berbagai
penyakit tersebut dan masih tingginya faktor risiko baik perilaku maupun
lingkungn di masyarakat. Di sisi lain penyakit endemis seperti DBD sampai saat
ini masih tetap menjadi ancaman.
a. DBD

Tingkat kematian penyakit DBD (case fatality rate) pada tahun 2011 lebih
rendah dari rata-rata nasional. Data program P2M tahun 2011 menunjukkan
bahwa CFR (case fatality rate / angka kematian) DBD DIY sebesar0,5
(nasional <1) denganincident rate/angka insidensi tahun 2011 sebesar 28,8
/100.000 penduduk. Sedangkan untuk tahun 2012 menglami penurunan CFR
yaitu sebesar 0,21. Tren CFR DBD di DIY dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar. 10. Peta kasus DBD Provinsi DIY Tahun 2012

Pada tahun 2011 angka insidensi mengalami penurunan menjadi 28,8 /


100.000 penduduk sementara untuk angka kematian / CFR mengalami
penurunan menjadi 0,5 dari keseluruhan kasus. Meskipun mengalami
penurunan namun kasus dan kematian akibat penyakit DBD masih masuk
dalam kategori tinggi. Jumlah kasus DBD pada tahun 2011 dilaporkan
sebanyak 985 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 5 kasus. Tahun 2012
dilaporkan sebanyak 971 kasus dengan CFR sebesar 0,21.
Gambar. 11Gambaran CFR DBD DIY (sumber Seksi P2 Dinkes DIY Tahun 2013)

Meskipun angka kejadian DBD mengalami penurunan dibanding tahun


sebelumnya, namun tingginya prevalensi penyakit DBD tidak terlepas dari
masih tingginya faktor risiko penularan di masyarakat seperti angka bebas
jentik yang masih di bawah 95% yaitu pada tahun 2011 angka bebas jentik
sebesar 86,62 rumah yang bebas dari jentik Aedes aegypti. Angka bebas
jentik untuk tahun 2012 telah mengalami peningkatan, yaitu sebesar 91,81%
sehingga diharapkan penularan dapat dikurangi yang akan berdampak pada
penurunan kasus DBD di DIY.

b. TBC

Kualitas pengobatan TBC di DIY berdasarkan laporan program P2M,


meskipun dari tahun ke tahun terus meningkat namun tetap masih rendah
yaitu angka kesembuhan baru mencapai 84,07% (target 85%). Sedangkan
untuk angka prevalensi TB pada tahun 2012 sebesar 76,88 meningkat
dibandingkan tahun 2011 sebesar 69,65. Tren prevalensi TB di DIY
berfluktuatif setiap tahunnya antara 50 sampai 76, seperti pada gambar
dibawah ini.
Grafik 12Prevalensi TB di DIY (sumber Seksi P2)

Permasalahan lain adalah penemuan penderita yang masih rendah dimana


pada tahun 2009 baru mencapai 52,6% (target 70%). Angka tersebut masih
belum beranjak membaik dengan capaian di tahun 2010 yang baru mencapai
53,3%. Sedangkan pada tahun 2011 menurun menjadi sebesar 50,8 %
dengan target yang tetap yaitu sebesar 70%.

Kontribusi penemuan Suspek UPK TB di DIY pada tahun 2012 dengan jumlah
18.457 suspek adalah : Pukesmas sebanyak 10.305 (56%), Rumah Sakit
sebanyak 4.466 (24%), dan BP4 sebanyak 3.686 (20%).

Lokasi pengobatan TB baru untuk BTA positif (sebanyak 1.220 pasien)


terbanyak di Puskesmas 55%, BP4 23% dan di Rumah Sakit sekitar 22%. Hal
ini menunjukkan bahwa pelayanan di Puskesmas masih merupakan pilihan
masyarakat untuk mencari pengobatan.
Grafik 13 Tren Jumlah Penderita TB di DIY

Penderita TBC yang tidak sembuh atau penderita yang tidak memperoleh
pengobatan karena belum ditemukan, merupakan sumber penular yang
mengancam pencapaian derajad kesehatan mengingat penyakit TBC
disamping bisa menimbulkan kematian yang tinggi juga menjadi prekursor
berbagai penyakit dengan fatal lain seperti HIV/AIDS, penyakit paru obstruksi,
dan lain sebagainya.

Sementara itu kematian dan kesakitan akibat penyakit infeksi saluran


pernafasan, menjadi penyebab kematian terbesar dan memiliki
kecenderungan peningkatan. Penyakit TBC memegang peran penting kasus
kesakitan dan kematian penyakit saluran pernafasan tersebut dan
bertanggungjawab terhadap kecenderungan peningkatannya mengingat sifat
penularan dan perilaku masyarakat

c. Malaria

Penyakit malaria telah menurun dengan sangat signifikan dalam lima tahun
terakhir. Namun demikian masih ditemukan adanya kasus penularan
indigenous malaria Kabupaten Kulonprogo. Total kasus (indigenous dan non
indigenous) tahun 2012 terlaporkan sejumlah 241 kasus terbanyak berasal
dari Kabupaten Kulonprogo.
Gambar 14. Peta Kasus Malaria DIY (sumber Seksi P2 Dinkes DIY tahun 2013)

Angka API / AMI per 100 penduduk tahun 2011 di Provinsi DIY kurang dari
0.01. Hasil pengamatan program P2M memperlihatkan bahwa episentrum
KLB malaria masih dijumpai di wilayah Kulonprogo. Sementara belum baiknya
kondisi lingkungan dan peningkatan pemanasan global dikhawatirkan akan
tetap memberikan peluang yang tinggi bagi perkembangan penyakit ini.Pada
tahun 2011 dan 2012 tidak ada kematian akibat penyakit malaria di DIY.

d. HIV/AIDS

DIY saat ini telah menempati urutan ke 17 provinsi dengan penderita penyakit
HIV/AIDS terbesar. Penularan telah berubah dengan dominasi dari jarum
suntik pengguna narkoba. Penderita HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok
usia 20-26 tahun. Laporan program P2M tahun 2012 menunjukkan bahwa
penemuan kasus HIV/AIDS dicapai 1.940 kasus.

Dari kasus yang ditemukan sejumlah 831 kasus diantaranya telah memasuki
fase AIDS sedangkan sisanya masih dalam fase HIV positif (1.110 kasus).
Proporsi kasus berdasarkan jenis kelamin adalah : untuk kasus HIV (562
kasus laki-laki dan 399 kasus perempuan) dan untuk kasus AIDS (579 laki-laki
dan 246 perempuan).Sementara itu pada tahun 2011 terdapat 41 kematian
akibat AIDS yang meliputi 19 penderita laki-laki dan 22 penderita perempuan.
Kondisi kasus AIDS hingga Desember tahun 2012 adalah : 1.685 hidup, 205
meninggal dan tanpa diketahui sebesar 51 kasus.
Gambar 15. Distribusi ODHA berdasar Faktor Resiko

Proporsi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di DIY berdasarkan pada Faktor


Resiko yang menyebabkan HIV/AIDS didominasi oleh perilaku Heteroseksual
sebanyak 51%, Tidak diketahui sebanyak 25%, IDUs 13% dan yang lainnya
adalah Homoseksual, Biseksual, Perinatal dan Transfusi.

e. Filariasis dan Leptospirosis

Kasus filariasis pada tahun 2011 ditemukan hanya ditemukan di Kabupaten


Gunungkidul di DIY sebanyak 6 kasus yang meliputi laki-laki 1 kasus dan
perempuan 5 kasus. Dibandingkan dengan tahun 2008, kasus leptospirosis
pada tahun 2009 mengalami peningkatan yaitu sebesar 92 kasus dengan
jumlah kematian 6 kasus. Kasus Leptospirosis tahun 2012 terlaporkan 63
kasus dengan kematian 2 kasus. Kasus menurun tajam dari tahun 2011
sebanyak 626 kasus dengan jumlah kematian sebesar 43 kasus.

f. Kusta

Penderita penyakit kusta di DIY jumlahnya kecil. Berdasarkan laporan


Kabupaten / kota Tahun 2011 jumlah penderita penyakit kusta yang berhasil
diidentifikasi mencapai 44 orang (4 PB dan 40 MB). Angka yang dilaporkan
tersebut hampir sama dibandingkan laporan tahun 2009 yang mencapai
jumlah 45 orang dan tahun 2010 sejumlah 31 orang. Sedangkan angka
penemuan kasus baru penyakit kusta (NCDR) sebesar 1 per 100.000
penduduk. Salah satu yang menjadi catatan penting dikaitkan dengan
penderita kusta adalah tingkat pencapaian pengobatan yang berhasil
mencapai 100% di tahun 2011. Kasus Kusta mengalami penurunan, tahun
2012 dilaporkan hanya 36 kasus kusta dengan perincian 23 kasus PB dan 13
kasus MB.

g. Pneumonia Balita

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 1.739 kasus pneumonia pada balita
yang ditangani dari perkiraan 34.575 kasus pneumonia. Laporan dari berbagai
sarana pelayanan kesehatan pemerintah menunjukkan bahwa pada tahun
2010 dilaporkan sebanyak 1.813, sedangkan pada tahun 2012 ditemukan
2.936 kasus Pneumonia Balita, meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
h. Diare

Penderita diare di puskesmas di kabupaten / kota setiap tahun jumlahnya


cukup tinggi. Namun demikian hal ini belum dapat menggambarkan prevalensi
keseluruhan dari penyakit diare karena banyak dari kasus tersebut yang tidak
terdata oleh sarana pelayanan kesehatan (pengobatan sendiri atau
pengobatan di praktek swasta). Laporan profil kabupaten / kota menunjukkan
bahwa selama kurun tahun 2011 jumlah penderita diare danmemeriksakan ke
sarana pelayanan kesehatan mencapai64.857 dari perkiraan kasus sebanyak
150.362 penderita diare, sementara tahun 2012 mencapai 74.689 kasus
dilaporkan menderita diare.

g. Penyakit bisa dicegah dengan Imunisasi

Program imunisasi telah dijalankan sejak lama di seluruh wilayah Indonesia


dan telah mencapai hasil yang cukup baik.Provinsi DIY merupakan wilayah
yang memiliki tingkat pencapaian kinerja dalam program imunisasi yang
terbaik di Indonesia. Seluruh desa (100%) di tahun 2012 yang ada di DIY
telah masuk dalam kategori desa UCI (Universal Coverage Immunization)
yaitu suatu indikasi yang menggambarkan bahwa desa tersebut penduduknya
telah menjalankan imunisasi. Hasil pencapaian program imunisasi juga terlihat
dari berbagai kasus penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi yang relatif
kecil dibandingkan dengan wilayah lain.

Gambar 18. Cakupan Imunisasi DIY Tahun 2012


Laporan kabupaten / kota memperlihatkan bahwa pada tahun 2012 ditemukan
kasus penyakit campak 379 kasus (terbanyak di Kota Yogyakarta). Sementara
kasus polio dan tetanus neonatorum pada tahun 2012 tidak ditemukan
sedangkanuntuk kasus Postusis ditemukan 23 kasus di Kota Yogyakarta.

Cakupan program Immunisasi di DIY secara umum sudah mencapai target


yang dietapkan, seluruhnya sudah diatas 95% (seperti pada Gambar diatas).

h. New Emerging Disease

Hasil laporan kabupaten / kota menunjukkan bahwa di 5 kabupaten/kota telah


terdeteksi unggas (>1 jenis) positif Avian Influenza. Potensi penyakit Avian
Influenza masih terbuka lebar dengan masih buruknya pemahaman dan
perilaku masyarakat untuk melakukan pencegahan.Beberapa penyakit baru
lain seperti Influanza H1N1, SARS dan lain sebagainya akan tetap
mengancam dengan semakin tingginya tingkat mobilitas penduduk antar
wilayah dan belum baiknya pola perilaku sehat masyarakat.

3.2.1.2. Penyakit Tidak Menular

Datapada saat ini memperlihatkan bahwa pola penyakit pada semua golongan
umur telah mulai didominasi oleh penyakit-penyakit degeneratif, terutama
penyakit yang disebabkan oleh kecelakaan, neoplasma, kardiovaskuler dan
Diabetes Mellitus (DM). Laporan Survailans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas
di DIY pada tahun 2012 penyakit Hipetensi (29.546 kasus) dan Diabetes Militus
(7.434 kasus) masuk dalam urutan ketiga dan kelima dari distribusi 10 besar
penyakit berbasis STP Puskesmas.

Seiring dengan peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup dan efek
samping modernisasi, maka problem penyakit tidak menular pun cenderung
meningkat. Beberapa penyakit tersebut diantaranya adalah Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah (kardiovaskuler), Diabetes Mellitus, Kanker, Gangguan
Jiwa.

Sejak tahun 1997 data menunjukkan bahwa, pola kematian yang tercatat di
rumah sakit rumah sakit di DIY telah mulai menunjukkan pergeseran. Jenis
penyakit penyebab kematian terbanyak dari semula penyakit-penyakit menular
menjadi kematian akibat penyakit yang masuk dalam kategori penyakit tidak
menular. Perkembangan lebih lanjut semakin menunjukkan dominasi penyakit
tersebut sebagai penyebab kematian di DIY.

Pada beberapa tahun yang akan datang, jumlah penderita penyakit tidak menular
akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan jumlah penduduk usia tua semakin
bertambah. Keadaan ini mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan
longterm care.

Penyakit yang berhubungan dengan organ paru juga menjadi penyakit yang perlu
diwaspadai di DIY. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan
bahwa penyakit paru termasuk asma selalu masuk 10 penyebab langsung dan
tidak langsung kesakitan dan kematian utama di Indonesia termasuk DIY. Hasil
Riset kesehatan daerah (Riskesdas 2007) menunjukkan bahwa propinsi DIY
masuk dalam lima besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak.

Kasus Hipertensi per Provinsi


(Riskesdas 2007)
40.0 37.4 37.2 37.0 36.6
35.8
34.0 33.9 33.6
35.0 32.4 31.6
31.5 31.5 31.3 31.2 31.2
30.3 30.2 29.9 29.8 29.4
31,7%
29.3 29.1 29.0 28.8
30.0 28.4 28.1 27.6
26.3
25.1
24.1
25.0
22.0
20.1
20.0

15.0

10.0

5.0

0.0
NAD
Jawa Timur

Kalimantan Timur

Nusa Tenggara Timur


Sulawesi Barat
Bangka Belitung
Jawa Tengah
Sulawesi Tengah
DI Yogyakarta
Riau

Nusa Tenggara Barat


Sulawesi Tenggara

Sumatera Barat
Sulawesi Utara
Kalimantan Tengah

Sumatera Selatan
Gorontalo

Kepulauan Riau

Kalimantan Barat
Jawa Barat
Maluku

Sulawesi Selatan
DKI Jakarta
Maluku Utara

Banten
Sumatera Utara
Bengkulu
Lampung
Papua
Papua Barat
Jambi

Bali

Gambar 19. Kasus Hipertensi di Indonesia (Sumber : Riskesdas 2007)

Suhu udara yang panas dan meningkatnya asap kendaraan bermotor di


Yogyakarta mengakibatkan beberapa parameter pencemaran udara sudah
memasuki taraf waspada. Hasil pantauan kualitas udara oleh Kantor
Penanggulangan Dampak Lingkungan Kota Yogyakarta menunjukkan beberapa
kadar zat berbahaya di udara melebihi batas baku mutu udara. Selain itu juga
jumlah perokok di Yogyakarta pada hasil berbagai survey termasuk Susenas,
telah mencapai lebih dari 30%.Hasil survey Dinas Kesehatan DIY tahun 2006
dan 2008 memperlihatkan bahwa antara 56% rumah tangga di DIY tidak bebas
asap rokok. Sedngkan pada hasil Riskesdas tahun 2010 kasus hipertensi di
Provinsi DIY mencapai 35,8 % diatas rata-rata seluruh Indonesia yang mencapai
31,7%.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, intra cranial injury (kecelakaan) telah


menempati urutan kedua terbanyak sebagai penyebab kematian dan
menunjukkan kecenderungan peningkatan. Kecelakaan lalu lintas di DIY mulai
mengalami peningkatan yang cukup besar. Data dari Polda DIY menunjukkan
jumlah kecelakaan lalu lintas di wilayah DIY tahun 2012 adalah sebagai berikut :
kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah Kabupaten Sleman tertinggi yaitu
sebanyak 1.548 kejadian, Bantul 1.420 kejadian, Yogyakarta 678 kejadian,
Gunung Kidul sebanyak 453 kejadian dan Kulon Progo berjumlah 323 kejadian.

Mencegah kematian dini akibat kecelakaan bagaimanapun tidak lagi hanya


menjadi tugas Kepolisian tetapi menjadi tugas semua pihak seperti kesehatan.
Meskipun sampai saat ini data mengenai tingkat risiko kematian yang ditimbulkan
dari kecelakaan dari sektor kesehatan belum dimiliki, namun peran sistem
rujukan dan penanganan pra rujukan diyakini akan memiliki peran besar
menurunkan angka risiko kematian dini tersebut. Beberapa upaya di bidang
kesehatan telah dilakukan untuk memperingan penderitaan dan mempercepat
penanganan korban melalui Unit Reaksi Cepat di beberapa Kabupaten/Kota
yang melibatkan instansi terkait seperti PMI, diantaranya adalah Yes 118 di
Kota Yogyakarta dan Kabupaten lain serta peningkatan kapasitas petugas medis
melalui bernagai pelatihan kegawat daruratan.

3.2.2. Pola Kematian Akibat Penyakit

Data penyebab kematian di masyarakat secara akurat belum dapat diperoleh,


akan tetapi melalui pencatatan dan pelaporan rutin dari Rumah Sakit di DIY
melalui mekanisme SIRS dapat diperoleh gambaran pola penyebab kematian di
Rumah Sakit, meskipun belum seluruh Rumah Sakit menyampaikan laporannya.
Penyakit jantung dan stroke dalam sepuluh tahun terakhir selalu masuk dalam 10
penyakit penyebab kematian tertinggi. Analisis tiga tahun terakhir dari data di
seluruh rumah sakit di DIY menunjukkan, penyakit-penyakit kardiovaskuler
seperti jantung, stroke, hipertensi atau dikenal sebagai penyakit CVD
(cardiovasculer disease) menempati urutan paling tinggi penyebab kematian.

Tahun 2009 menunjukkan bahwa dominasi kematian akibat penyakit tidak


menular sudah mencapai lebih dari 80% kematian akibat penyakit yang ada di
DIY (hospital based). CVD tidak hanya menempati urutan tertinggi penyebab
kematian tetapi jumlah kematiannya dari tahun ke tahun juga semakin meningkat
seiring semakin meningkatnya jumlah penderita penyakit-penyakit CVD
sebagaimana laporan RS di DIY.

Gambar 20. Penyebab kematian di RS akibat penyakit tahun 2011 (Sumber : Laporan SIRS
Dinkes DIY Tahun 2011, data terbaru belum tersedia)

Kematian akibat cedera intracranial (kecelakaan) yang selama ini kurang


mendapat perhatian ternyata telah menempati urutan kedua terbanyak sebagai
penyebab kematian bahkan menunjukkan kecenderungan peningkatan tajam
dalam tiga tahun terakhir.

Dalam enam tahun terakhir, peristiwa kecelakaan lalu lintas di provinsi DI


Yogyakarta terbilang cukup tinggi. Data Kepolisian menunjukkan, kasus
kecelakaan di DIY, meningkat tiga kali lipat dan setiap tahun sedikitnya 130
meninggal (12%) akibat kecelakaan lalu lintas di DIY. Laporan Kepolisian
menunjukkan bahwa 88% kematian diakibatkan oleh cedera kepala.

Faktor perilaku pengendara memang menjadi faktor dominan bagi tinggi


rendahnya tingkat kematian akibat kecelakaan. Meskipun demikian disamping
faktor perilaku tersebut, dukungan pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan
pertolongan pertama / prarujukan, rujukan gawat darurat dan kualitas pelayanan
di sarana pelayanan kesehatan sedikit banyak juga bisa ikut berperan untuk
menurunkan kematian akibat kecelakaan. Oleh karena itu perbaikan sistem
pelayanan termasuk pertolongan prarujukan dan rujukan diharapkan akan
mampu menurunkan tingkat kematian.

Penyakit infeksi saluran nafas merupakan satu dari dua penyakit infeksi yang
masuk sebagai penyebab kematian terbanyak di Yogyakarta. Dalam catatan
medis jenis penyebab terbanyak adalah Bronchitis dan Pneumonia, namun
dengan melihat kondisi prevalensi dan penemuan kasus TBC di DIY pada
khususnya, maka sangat dimungkinkan bahwa penyakit TBC ikut pula menjadi
salah satu kontributor kematian penyakit tersebut.

Pola kematian akibat gagal jantung masuk pada urutan keempat sebagai
penyebab kematian di DIY seperti hasil pengolahan dari Laporan Rumah Sakit,
gejala tersebut dapat menunjukkan bahwa penyakit degeneratif menjadi
ancaman yang harus diwaspadai, terutama dalam melaksanakan program
promotif tehadap perilaku hidup sehat agar masyarakat dapat mengurangi faktor
resiko untuk penyakit degeneratif. Beberapa upaya telah dilakukan dalam
pemantauan dan pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular, diantaranya
dengan melaksanakan skrining di pelayanan dasar dan peningkatan penyuluhan
dan cakupan PHBS di masyarakat.

3.3. STATUS GIZI

Status Gizi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat.


Gambaran keadaan gizi masyarakat DIY pada tahun 2012 adalah masih
tingginya prevalensi balita kurang gizi yaitu sebesar 8,45 %, walau sudah
menurun dibanding tahun 2011 sebesar 10%. Sedangkan prevalensi balita
dengan status gizi buruk sebesar pada tahun 2012 sebesar 0,56% dan tahun
2011 sebesar 0,68% (menurun dibanding tahun 2010 sebesar 0,7%).

Meskipun angka gizi kurang di DIY telah jauh melampaui target nasional
(persentase gizi kurang sebesar 15% di tahun 2015) namun penderita gizi buruk
masih juga dijumpai di wilayah DIY. Tahun 2008 sampai 2012 terdapat
penurunan prevalensi balita dengan status gizi buruk, namun demikian perlu
dilihat disparitas angka prevalensi gizi buruk di setiap wilayah Kabupaten/kota
dan kecamatan. Prevalensi balita gizi buruk di 4 kabupaten sudah sesuai
harapan yaitu <1%, sedangkan di Kota Yogyakarta masih 1,35%, sehingga
meskipun sudah melampaui target secara nasional tetapi diharapkan seluruh
Kabupaten/Kota di DIY sudah berada di bawah 1%.

Gambar 21. Situasi Status Gizi di DIY (Laporan Program Gizi)

Berdasarkan laporan hasil pemantauan status gizi di kabupaten / kota tahun


2012, peta Balita BGM (Bawah Garis Merah) yaitu standar yang menggambarkan
status gizi balita, memperlihatkan bahwa balita BGM/D di DIY belum mencapai
target. Di kabupaten Bantul dan Gunungkidul masing masing 1,6% dan 2%,
sedangkan 3 kab/kota yang lain <1,5%.

Dari segi pelayanan, cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan
mencapai 100%, artinya seluruh balita yang mengalami gizi buruk (dengan
indikator BB/TB), semuanya mendapatkan perawatan.Sedangkan untuk situasi
gizi ibu hamil, prevalensi Ibu hamil anemia masih pada kisaran 15 sampai 39% di
4 Kabupaten/Kota, kecuali di Kabupaten Sleman anamia bumil sudah dibawah
15 %. Cakupan amemia ibu hamil yang semakin rendah diharapkan akan
meningkatkan angka status gizi baik, karena dari ibu yang sehat dan bebas
anemia selama kehamilan maka akan melahirkan bayi yang sehat dan dapat
melaksanakan program ASI eksklusif selama 6 bulan serta merawat balita
dengan gizi yang baik dan seimbang. Berikut adalah peta prevalensi ibu hamil
yang anemia di wilyah DIY pada tahun 2012.

Gambar 22. Situasi Prevalensi Bumil Anemi di DIY (Laporan Program Gizi)

ooOOoo
BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

4.1.VISI & MISI

Pelaksanaan upaya kesehatan di provinsi DIY tidak terlepas dari Visi dan Misi
provinsi DIY dalam melaksanakan pembangunan kesehatan.
VISI DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY sebagai berikut :

Dinas Kesehatan yang katalistik mendukung terciptanya


status kesehatan DIY yang tinggi, serta sebagai pusat
pelayanan dan pendidikan kesehatan yang bermutu dan
beretika

Dan misi sebagai berikut :

1. Mencegah meningkatnya risiko penyakit & masalah kesehatan

2. Menyediakan pelayanan kesehatan secara merata, bermutu baik pemerintah


maupun swasta

3. Meningkatnya pembiayaan kesehatan yg cukup untuk peningkatan status


kesehatan masyarakat

4. Meningkatkan mutu pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan serta penelitian


kesehatan

Target dan pencapaian indikator pembangunan mengacu pada Visi indonesia


Sehat 2010 dan standar pelayanan yang mengacu pada kepmenkes RI No.
281/menkes/SK/IX/2008 tentang standar Palayanan Minimal bidang Kesehatan
yang dierbarui menjadi Kepmenkes 147 tahun 2003 dengan 18 indikator, Target
MDGs serta berdasarkan Rencana Strategik Dinas Kesehatan DIY.
4.2. Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

Pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan di wilayah DIY meliputi


pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Sarana pelayanan kesehatan di
Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan oleh Puskesmas dan jajarannya serta
Rumah Sakit baik pemerintah maupun swasta. Sarana pelayanan kesehatan
dasar dilaksanakan oleh Puskesmas dan jajarannya, berikut adalah peta sarana
pelayanan kesehatan dasar di tiap Kabupaten/kota di DIY :

Tabel 4. Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar di DIY Tahun 2012

Akses masyarakat Yogyakarta terhadap sarana pelayanan kesehatan telah


cukup baik. Salah satunya diperlihatkan dari aksesibilitas jarak jangkauan. Hasil
survey Dinas Kesehatan, menunjukkan bahwa lebih dari 80% penduduk DIY
hanya berjarak 1-5 km terhadap puskesmas dan lebih dari 70% penduduk hanya
berjarak 1-5 km terhadap rumah sakit dan dokter praktek swasta. Tidak
ditemukan penduduk yang memiliki jarak tempuh lebih dari 10 km terhadap
sarana pelayanan puskesmas, dokter praktek swasta dan bidan, yang
menunjukkan mudahnya akses jarak jangkauan penduduk terhadap sarana
pelayanan. Aksesibilitas jarak jangkauan terhadap sarana pelayanan kesehatan
cukup merata antar kabupaten kota. Penduduk DIY di setiap Kabupaten / Kota
pada umumnya berada pada kisaran 1-5 km terhadap Puskesmas.
Pelayanan kesehatan rujukan diampu oleh Rumah Sakit, di DIY jumlah Rumah
Sakit Umum dan Khusus adalah sebagai berikut :
Jumlah Rumah Sakit Umum : 45 RS (RS Pemerintah 7, TNI/Polri 3 dan RS
Swasta sebanyak 35 RS). Jumlah Rumah Sakit Jiwa sebanyak 2 RS, Rumah
Sakit Ibu & Anak sebanyak 8 RS dan jumlah Rumah Sakit Khusus lainnya
sebanyak 10 RS.

Sarana pendukung pelayanan kesehatan diantaranya adalah sarana kefarmasian


pada tahun 2012 tercatat jumlah Apotik sebanyak 464 buah, jumlah toko obat 51
buah dan jumlah industri kecil obat tradisionil sebanyak 64 buah. Pelayanan
kesehatan masyarakat terhadap masyarakat miskin di DIY juga mendapatkan
prioritas, hal ini dapat dilihat dalam indikator cakupan pelayanan kesehatan
masyatakat miskin tahun 2012 sebagai berikut : jmlah masyarakat miskin (hampi
miskin) yang mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan sebesar 1.080.462
jiwa untuk pelayanan kesehatan dasar dan 163.753 jiwa untuk pelayanan
kesehatan rujukan. Untuk pelayanan kesehatan rawat inap di Puskesmas
sebanyak 7.015 jiwa sedangkan di rumah sakit sebanyak 24.857 jiwa.

4.3. Perbaikan Gizi Masyarakat

Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi


perseorangan dan masyarakat, dalam rangka mencapai tujuan program gizi yaitu
meningkatkan kesadaran gizi keluarga yang selanjutnya akan meningkatkan
status gizi masyarakat.
Pemantauan pertumbuhan balita merupakan alat untuk mengetahui status gizi
anak balita. Salah satu kegiatan berbasis masyarakat yang melaksanakan
pemantauan pertumbuhan terhadap balita adalah posyandu. Karena itu, peran
serta masyarakat dengan mengikutsertakan balitanya untuk ditimbang di posyandu
memberikan andil yang sangat besar terhadap pencapaian indikator ini. Pada
tahun 2012, di DIY tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan di
Posyandu (D/S) rata rata sebesar 84% (meningkat dibanding tahun 2011 sekitar
70 79 %) di semua kab/kota. Dengan demikian terlihat bahwa masih ada
masyarakat yang belum membawa anak balitanya untuk ditimbang di posyandu.
Sedangkan dari segi pencapaian hasil penimbangan yang dilihat dari balita yang
naik berat badan saat ditimbang (N/D), terlihat bahwa capaian di Kota
Yogyakarta masih < 50%, Kabupaten Kulonprogo 50 59% sedangkan
Kabupaten Gunungkidul, Bantul dan Sleman 60 69%.
Capaian pemberian kapsul vitamin A untuk bayi mencapai 100% sedangkan
untuk balita mencapai 99,13% (meningkat dibandingkan tahun lalu 98,10%).
Distribusi vitamin A kepada bayi dan balita merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan status gizi bayi dan balita. Dari hasil tersebut terlihat telah
mencapai tingkat cakupan yang cukup baik.

Prevalensi Balita kurang energi protein (KEP) selama tiga tahun terakhir
mengalami penurunan, tahun 2012 menjadi 8,95 (turun dibanding tahun 2011
sebesar 10,28). Persentase balita KEP tertinggi di tahun 2012 di wilayah
Kabupaten Kulon Progo sebesar 10,75% sedangkan yang terendah di
Kabupaten Sleman 7,54%.

Gambar 23. Prevalensi Balita KEP di DIY (Laporan Program Gizi)

Distribusi kapsul Fe kepada ibu hamil ditujukan untuk memenuhi kebutuhan ibu
hamil dan mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil. Hasil pantauan terhadap
pelaksanaan distribusi kapsul Fe kepada ibu hamil belum menunjukkan hasil
yang optimal. Laporan Kabupaten / kota tahun 2011 menunjukkan distribusi
kapsul Fe1 mengalami kenaikan dari 92,81% di tahun 2010 menjadi 95,72% di
tahun 2012. Sedangkan Fe3 meningkat dari 86,57% di tahun 2010 menjadi
86,59% di tahun 2011dan tahun 2012 menjadi 89,55%. Diharapkan dengan
meningkatnya cakupan pemberian Fe pada ibu hamil dapat mengurangi kasus
anemia bumil.
Gambar 24. Persentase F3 Bumil di DIY (Laporan Program Gizi)
ASI eksklusif merupakan salah satu program yang cukup sulit dikembangkan
karena berkaitan dengan berbagai permasalahan sosial di masyarakat. Sampai
dengan tahun 2008 cakupan ASI ekslusif di provinsi DIY baru mencapai 39,9%,
menurun pada tahun 2009 yaitu sebesar 34,56% dan meningkat menjadi 40,03%
pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2011, cakupan ASI eksklusif kembali
menunjukkan peningkatan menjadi 49,5%. Lebih rinci, cakupan ASI Eksklusif di
Kabupaten Sleman sudah mencapai 60%, di Gunungkidul masih 20 - 39%,
sedangkan di kabupaten/kota yang lain masih berkisar 40 - 39%. Capaian ASI
eksklusif tahun 2012 menunjukan kondisi yang sedikit menurun yaitu sebesar
48%.

Gambar 25. Cakupan ASI Ekslusif di Provinsi DIY (Laporan Program Gizi)

Upaya yang telah dilakukan di DIY dalam meningkatkan perbaikan gizi


masyarakat mencakup pendidikan gizi bagi masyarakat berupa penyuluhan gizi
di Posyandu, pengembangan media KIE serta konseling menyusui dan MP-ASI,
peningkatan surveilans gizi berupa pemantauan pertumbuhan balita,
pemantauan dan penanganan kasus gizi buruk, pemantauan konsumsi garam
beryodium, pemberian suplemen gizi (melalui pemberian Vitamin A dosis tinggi
dan tablet Fe+asam folat), pemberian makanan tambahan untuk balita gizi buruk
dan gizi kurang, serta pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang
mengalami kekurangan energi kronis. Upaya yang lain adalah peningkatan
kapasitas petugas kesehatan berupa pelatihan tatalaksana gizi buruk, pelatihan
penggunaan standar pertumbuhan balita, pelatihan konselor ASI bagi petugas
kesehatan dan pelatihan motivator ASI, serta pemberdayaan masyarakat.

4.4. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Kualitas pelayanan kesehatan di DIY terutamanya untuk pelayanan kesehatan ibu


dan anak telah cukup baik, salah satunya tergambar dari
proporsipersalinanyangditangani oleh tenagakesehatan. Cakupan persalinan
yang ditolong tenaga kesehatan pada tahun 2011 di DIY berdasarkan laporan
kabupaten/kota telah mencapai 99,73%, Angka tersebut meningkat dibandingkan
tahun 2010 sebesar 97,69%. Tahun 2012 mengalami sedikit peningkatan yaitu
sebesar 99,85%.

Salah satu upaya dalam menurunkan kematian ibu adalah dengan meningkatkan
cakupan pemeriksaan kehamilan (ANC: antenatal care) oleh tenaga kesehatan.
Indikator yang digunakan untuk memantau cakupan pemeriksaan kehamilan
tersebut adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan
antenatal (K1) yang merupakan indikator akses, dan cakupan ibuhamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal minimal empat kali sesuai distribusi waktu
dan sesuai standar (K4) yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di
suatu wilayah.

Capaian K1 dan K4 di Provinsi DIY pada tahun 2011 masing-masing sebesar


99,98 % dan 89,31% sedangkan tahun 2012 mecapai 100% dan 93,31%. Dengan
cakupan K1 dan K4 yang sudah cukup tinggi tersebut, upaya peningkatan
pelayanan kesehatan utamanya untuk ibu hamil di DIY pada masa yang akan
datang adalah meningkatkan kualitas pelayanan, yaitu pelayanan antenatal yang
lengkap dan sesuai standar. Diharapkan dengan kualitas ANC yang baik akan
dapat mendeteksi secara dini adanya kelainan yang terjadi pada masa kehamilan,
dan mencegah kejadian komplikasi. Meskipun demikian dari hasil capaian
tersebut, terlihat masih ada kesenjangan antara K1 dan K4 yang cukup jauh.

Cakupan penanganan ibu hamil yang mengalami komplikasi (PKO) pada tahun
2011 di Provinsi DIY, berdasar data yang diperoleh dari kabupaten/kota yaitu
sebesar 70,44% dan meningkat menjadi sebesar 78,75% pada tahun 2012.
Namun, cakupan tersebut tidak bisa menggambarkan kondisi yang sebenarnya di
masyarakat karena denominator yang digunakan adalah perkiraan jumlah bumil
risiko tinggi, yaitu 20% dari jumlah bumil. Dari hasil diskusi dan pertemuan yang
dilakukan dengan kab/kota, disimpulkan bahwa semua kasus komplikasi yang
terjadi pada ibu hamil sudah ditangani.

Kunjungan nifas menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan


terhadap ibu, mulai 6 jam sampai 42 hari setelah melahirkan. Pada tahun 2011,
ibunifas yang telah memperoleh pelayanan minimal tiga kali sesuai distribusi
waktu dan sesuai standar (KF3) mencapai 88,96%, meningkat dari tahun
2010 sebesar 86,18% dan mencapai 92% pada tahun 2012. Dari hasil
capaian tersebut, terlihat kesenjangan yang cukup jauh antara capaian
persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) dengan kunjungan nifas lengkap
(KF3). Dengan demikian terlihat bahwa masih ada ibu hamil yang tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan pada masa nifas, walaupun sudah
melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan.

Diharapkan, kesenjangan antara K1 dan K4 dapat diturunkan dan capaian K4 dan


KF3 dapat lebih meningkat di masa yang akan datang sehingga dapat
memberikan andil dalam penurunan AKI. Gambaran K1, K4, persalinan nakes dan
KF3 dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 26. Cakupan Program Kesga Provinsi DIY (Laporan Program Kesga)

Upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian neonatal (usia 0 28


hari), adalah dengan meningkatkan cakupan pelayanan neonatal sesuai standar
pada 6 48 jam pertama setelah lahir (KN-1) serta pelayanan neonatal minimal
tiga kali sesuai distribusi waktu dan sesuai standar (KN-L). Berdasarkan laporan
dari kabupaten/kota, cakupan KN-1 di Provinsi DIY pada tahun 2011 sebesar
98,99%, meningkat dari tahun 2010 sebesar 96,7%. Sedangkan cakupan KN-L
sebesar 88,26%, justru mengalami penurunan dibanding tahun 2010 sebesar
91,3%.Cakupan KN1 tahun 2012 sebesar 99,33% sedangkan Kunjungan
neonatus lanjutan mencapai 88,28% (mengalami kenaikan yang sangat tipis
dibanding tahun lalu).

Gambar 27. Cakupan Kunjungan Neonatal

Sementara untuk kasus kematian neonatal, di DIY pada tahun 2012 terjadi 400
kasus, tahun 2011 terjadi sebanyak 311 kasus, meningkat dibanding tahun 2010
sebanyak 241 kasus, dengan penyebab kematian terbanyak disebabkan karena
BBLR dan asfiksia.

Tabel 5. Jumlah Kematian Neonatal & Faktor Penyebabnya DIY Tahun 2011
Kematian Faktor Penyebab
No Kabupate/Kota Neonatal BBLR Asfiksia Sepsis Kelainan Lain-
Kongenital lain
1 Yogyakarta 34 13 14 2 5 0
2 Bantul 88 34 20 2 15 17
3 Kulonprogo 54 17 23 4 4 6
4 Gunungkidul 94 45 33 0 7 9
5 Sleman 41 9 18 2 5 7
Provinsi DIY 311 118 108 10 36 39

Kesehatan remaja masuk dalam ranah kesehatan anak.Program kesehatan


remaja dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap siswa
SD/MI dan SMP/SMU. Program ini belum mampu menjangkau seluruh target
sasaran. Pada tahun 2012, jumlah siswa kelas 1 yang diperiksa melalui
penjaringan kesehatan sebesar 98,88% mengalami peningkatan dibanding tahun
2011 sebesar 98,53%.

Dalam meningkatkan kualitas kesehatan anak, perlu dilakukan upaya yang


berkesinambungan pada setiap sikus kehidupan manusia (continuum of care),
yang meliputi masa reproduksi, masa hamil, neonatal, bayi, balita, anak
prasekolah, masa sekolah dan remaja. Intervensi kesehatan perlu dilakukan pada
setiap tahapan kehidupan tersebut, dan hal tersebut tergambar pada peningkatan
cakupan indikator kesehatan ibu dan anak, di antaranya K1, K4, Pn, KN-1, KN-L,
penanganan komplikasi obstetri maupun neonatal, pelayanan kesehatan bayi dan
balita, serta KB aktif, maupun pelayanan kesehatan terhadap anak usia sekolah
dan remaja. Upaya yang lain adalah dengan meningkatkan kualitas SDM dengan
mengadakan berbagai pelatihan untuk petugas kesehatan seperti pelatihan
manajemen asfiksia, BBLR, dll, serta yang tidak kalah penting adalah
meningkatkan kualitas sarana pelayanan kesehatan (dalam hal ini puskesmas)
dengan meningkatkan kemampuan puskesmas menjadi puskesmas yang mampu
PONED, PKPR, PKRE, mampu tatalaksana KtPA, melaksanakan MTBS, SDIDTK,
dan dapat memberikan pelayanan KB sesuai standar.
4.5. Pembinaan Kesehatan Lingkungan

Pada tahun 2012 kondisi perumahan di wilayah DIY dari hasil pemantauan yang
dilakukan oleh kabupaten/kota menunjukkan bahwa dua Kabupaten yaitu
Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul masih dibawah 59%, Kota Yogyakarta
dan Bantul atara 59 sampai 68,99% dan di kabupaten Sleman sudah lebih dari
79%.

Gambar 28 Peta Cakupan Air Minum

Dari peta cakupan kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan menurut
Kabupaten/Kota di DIY masih rendah, cakupan kualitas air minum yang terendah
ada di 3 Kabupaten, yang masih kurang dari 60%, yaitu di Kabupaten Sleman,
Gunungkidul dan Kulonprogo. Sedangkan Kota Yogyakarta telah mencapai lebih
dari 95%. Masih perlu upaya untuk peningkatan cakupan kualitas sir minum yang
memenuhi syarat kesehatan, terutama di tiga kabupaten yang masih rendah
dengan meningkatkan kerjasama dan kemitraan dengan lintas sektor, peningkatan
penyuluhan dan pemeriksaan kualitas air serta peningkatan upaya penyehatan
lingkungan lainnya.

Prosentase penduduk yang menggunakan jamban terendah di Kabupaten Gunung


Kidul, masih dibawah 69%, sedangkan Kabupaten/Kota yang lain sudah mencapai
lebih dari 70%.Sehingga perlu adanya upaya penyehatan lingkungan yang
komprehensif dengan meningkatkan kualitas kemitraan dan koordinasi dengan
lintas sektor serta promosi PHBS yang lebih intensif terutama di Kabupaten
Gunung Kidul.
Prosentase tempat-tempat umum (TTU) yang telah memenuhi syarat kesehatan
menurut pemantauan di masing-masing Kabupaten/Kota adalah cakupan antara
40 59,99% adalah di Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo, cakupan 60
79,99% adalah di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, sedangkan di
Kabupaten Sleman telah mencapai lebih dari 80%. Masih rendahnya cakupan
tempat tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan akan berdampak pada
peingkatan kasus-kasus penyakit menular serta kejadian luar biasa keracunan
makanan, Hepatitis serta penurunan kualitas kesehatan masyarakat pada
umumnya. Sehingga upaya program penyehatan lingkungan dirasakan masih
harus bekerja keras.

Gambar 29. Peta Tempat tempat Umum memenuhi syarat kesehatan

4.6. Perilaku Hidup Sehat Masyarakat DIY

Pada kenyataannya kesehatan merupakan aset masa depan dan merupakan


modal terciptanya hidup yang sejahtera. Agar status kesehatan dapat diraih,
perlu dilakukan upaya pencegahan penyakit dengan mengurang atau
menghilangkan faktor resiko penyakit, di antaranya pada tingkat pertama adalah
melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pola PHBS ini hendaknya
dilaksanakan oleh seluruh masyarakat yang ada di berbagai tempat / tataran
yaitu di tempat umum, di tempat kerja, di sekolah, di institusi kesehatan, dan di
rumah tangga.

PHBS di rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga


agar tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBS serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. Berdasarkan evaluasi, maka pada
perkembangannya indikator PHBS tatanan rumah tangga mulai ditingkatkan
kualitasnya. Dari 10 indikator yang semula masih menggunakan stratifikasi sehat
I IV, maka secara nasional sudah ditingkatkan kualitas indikatornya menjadi 10
indikator yang sifatnya komposit/gabungan, sehingga 10 indikator PHBS tatanan
rumah tangga semua harus terpenuhi. Sepuluh indikator PHBS rumah tangga
tersebut adalah persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI
eksklusif, balita ditimbang, penggunaan air bersih, cuci tangan, penggunaan
jamban, pemberantasan jentik, konsumsi buah dan sayur, aktivitas fisik dan tidak
merokok di dalam rumah.

DIY telah menerapkan indikator tersebut sebagai evaluasi pada tatanan PHBS
rumah tangga mulai tahun 2010. Hasil pencapaian tahun 2011, dari 341.362
rumah tangga yang dipantau menunjukkan sebanyak 31,40% rumah tangga telah
menerapkan PHBS. Dari capaian tersebut, yang memberikan kontribusi terendah
dan masih menjadi masalah kesehatan pada umumnya adalah tidak merokok di
dalam rumah yang baru mencapai 46,67%, bayi diberi ASI eksklusif sebesar
77,70%, konsumsi buah dan sayur sebesar 83,35% dan aktifitas fisik sebesar
87,48%. Gambaran capaian Rumaha Tangga berPHBS di DIY pada tahun 2012
adalah sebesar 33,07% hal ini menunjukkan adanya kenaikan dari tahun
sebelumnya meskipun kenaikan yang terjadi tidak siknifikan. Cakupan PHBS
tahun 2012 dapat dilihat pada gambar seperti berikut :

Gambar 30. Capaian Rumah Tangga ber-PHBS di DIY Tahun 2012


Merokok merupakan salah satu perilaku yang menjadi faktor risiko penyakit
kardiovaskuler. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa prevalensi perokok di
DIY sebesar 31,6%, dan sebanyak 66,1% masih merokok di dalam rumah. Hal
tersebut terlihat pada grafik di bawah.

Dalam Rumah: Provinsi(3)

84.1 85.3
75.7 76.1 76.6 78.6
73.9
66.1 68.1

Jatim

Indonesia
NTB

Maluku

Kalteng
Bali

Malut
DI Yogya

Kaltim

Sumber: Riskesdas 2010

Gambar 31. Prosentase Merokok di dalam rumah menurut Provinsi

Persentase rumah tangga bebas asap rokok di DIY baru mencapai 44,6%,
tertinggi di Kota Yogyakarta (52,1%) dan terendah di Gunungkidul (40,2%). Dari
hasil tersebut, tidak mengherankan jika persentase perokok pasif cukup tinggi
karena perokok biasa merokok di dalam rumah.Sedangkan jika dilihat dari
statusnya, perokok rumah tangga didominasi suami / kepala rumah tangga.

Untuk mendukung peningkatan capaian 10 indikator PHBS, dilakukan berbagai


upaya, diantaranya meningkatkan pembinaan UKBM secara terintegrasi
(posyandu, desa siaga, kadarsi), penyebarluasan informasi baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui media, serta meningkatkan peran serta swasta,
ormas, dan LSM.

Pengembangan desa siaga yang dilakukan adalah meningkatkan desa siaga


yang sudah terbentuk menjadi desa siaga aktif. Capaian desa siaga di DIY sudah
mencapai 100 %, sedangkan desa siaga aktif mencapai 89,25%. Sedangkan
capaian posyandu aktif di DIY pada tahun 2012 sebesar 75,52%. Jika dilihat dari
srata perkembangannya, posyandu pratama sebesar 4%, posyandu madya
sebesar 21%, posyandu purnama sebesar 47% dan posyandu mandiri sebesar
28%. Masih rendahnya cakupan posyandu mandiri perlu mendapatkan perhatian,
terutama untuk penggerakan peran serta masyarakat dan promosi kesehatan
yang lebih intensif dengan memanfaatkan berbagai media promosi.

Gambar 32. Tingkatan Posyandu di DIY

Upaya pemanfaatan promosi kesehatan dengan berbagai media telah


dilakukan oleh Dinas Kesehatan DIY maupun Kabupaten/Kota, diantaranya
pengembangan pesan dan media rumah tangga ber-PHBS melalui media
cetak dan audio visual dengan spot TV, pembuatan dan pemasangan
branding sticker pada mobil, pembuatan media cetak, obrolan Angkring,
penggandaan VCD dan pemasangan Baliho PHBS. Sedangkan untuk
penguatan peran serta organisasi/kelompok masyarakat dalam PHBS
diantaranya dilaksanakan melalui Forum Komunikasi penguatan peran PKK,
Forkom SBH, Orientasi di sekolah bagi guru pembina UKS dan pertemuan
penguatan mitra kerja Promkes.
BAB V
SUMBERDAYA KESEHATAN

5.1. Tenaga Kesehatan


Undang undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mendefinisikan
bahwa yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, maka tenaga kesehatan terbagi atas 7 (tujuh) jenis tenaga yaitu
tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,
tenaga keterapian fisik dan tenaga keteknisian medis
Ketersediaan tenaga di sarana kesehatan baik di puskesmas maupun rumah
sakit pada umumnya sudah baik. Jumlah tenaga kesehatan yang ada di seluruh
D.I. Yogyakarta yang terdiri dari RSU Pemerintah dan Swasta, Puskesmas,
Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan DIY tahun 2013 adalah sebagai
berikut :
Grafik 33. Distribusi Tenaga Kesehatan di
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012
10000 9094
9000
8000 Medis
7000 Keperawatan
6000 Kesehatan Masyarakat
5000
Kefarmasian
4000 3213
3000 2373 Gizi
2000 1318 Keterapian Fisik
980
1000 399 189 Keteknisian Medis
0
Jenis Tenaga Kesehatan

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012


5.1.1Tenaga Medis

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun


1996 tentang Tenaga Kesehatan, yang dimaksud dengan tenaga medis
meliputi Dokter dan Dokter gigi, termasuk didalamnya tenaga dokter spesialis
Tenaga medis merupakan salah satu unsur pelaksana pelayanan kesehatan
yang utama di fasilitas pelayanan kesehatan, baik di puskesmas, rumah sakit,
klinik, maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.Adapun jumlah tenaga
medis di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan wilayah kerjanya dapat
digambarkan sebagai berikut :
Grafik 34. Distribusi Tenaga Medis di
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012

600
508
500
398 398 Kota Yogyakarta
400 370
Bantul
300 272 Kulonprogo
Gunungkidul
200 155 164
133 131 128 138
94 Sleman
87 77
100 45 Daerah DIY
10 30 33
0
Dokter Umum Dokter Spesialis Dokter Gigi

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Berdasarkan data yang tertera diatas Jumlah tenaga dokter umum yaitu
sejumlah 1354 orang, terbanyak berada di Kabupaten Sleman dengan jumlah
dokter umum sebanyak 398 orang dan disusul dengan Kota Yogyakarta
sebanyak 370 orang, sedangkan dokter umum paling sedikit terdapat di Dinas
Kesehatan DIY dan UPT-nya dan Institusi Pendidikan Kesehatan ( yang
selanjutnya disebut dengan Daerah DIY) sebanyak 81 orang.
Untuk dokter spesialis di Daerah Istimewa Yogyakarta sejumlah 1262
orang, terbanyak berada di Kota Yogyakarta dengan jumlah dokter spesialis
sebanyak 508 orang, disusul dengan Kabupaten Sleman dengan jumlah dokter
spesialis sebanyak 398 orang, sedangkan dokter spesialis paling sedikit berada
di Kabupaten Gunungkidul hanya sebanyak 10 orang.
Sedangkan untuk dokter gigi dari sejumlah 597 orang terbanyak terdapat
di Daerah DIY dengan jumlah dokter gigi sebanyak 164 orang dan diikuti oleh
Kota Yogyakarta sejumlah 155 orang, sedangkan yang paling sedikit terdapat
di Kabupaten Kulonprogo yaitu sejumlah 30 dan di Kabupaten Gunungkidul
sejumlah 33 orang.
Dari gambaran data perkembangan jumlah tenaga medis di
Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa persebaran tenaga medis masih belum
merata terlihat masih terpusat di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman,
sementara di kabupaten yang lain tenaga medis masih jauh lebih kecil
jumlahnya. Prosentase tenaga medis yang bekerja sesuai dengan wilayah
kerjanya dapat digambarkan sebagai berikut :
Grafik 35. Proporsi Dokter Umum, Dokter Spesialis dan Dokter Gigi di
Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Wilayah Kerjanya Tahun 2012

Dokter Umum
6.43 Kota Yogyakarta
Bantul
27.33 Kulonprogo
29.33
Gunungkidul
Sleman
6.94 20.09
9.82 Daerah DIY

Dokter Spesialis Dokter Gigi


10.14

27.47 25.96
40.25
34.87
23.12
12.90

0.79 5.03
3.57 10.38 5.53

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012


Adapun sesuai dengan tempat kerjanya ada beberapa variasi, untuk dokter
spesialisgigi sebagian besar di instansi pemerintah yaitu puskesmas,
sedangkan untuk dokter spesialis sebagian besar bekerja di rumah sakit. Hal ini
sudah sesuai dengan peruntukkannya, bahwa tenaga dokter spesialis
utamanya bekerja pada pelayanan kesehatan rujukan. Adapun sebarannya
dapat ditunjukkan oleh grafik beriku ini :
Grafik 36. Distribusi Tenaga Medis Per Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan
di DIY Tahun 2012
1200

982
1000

800 Puskemas

576 Rumah Sakit


600
Fasyankes Lainnya

400 347 331 Institusi Diknakes


Dinkes dan UPT
148126 171148 160
200 109
62 38
4 2 9
0
Dokter Umum Dokter Spesialis Dokter Gigi

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Berdasarkan data yang tertera diatas distribus itenaga dokter umum yang
bekerja di masing masing jenis sarana pelayanan kesehatan tersebar secara
merata yaitu di rumah sakit sebanyak 576 orang, di puskesmas sebanyak 347
orang, serta sarana kesehatan lainnya sejumlah 331 orang yang tersebar di
Balai Pengobatan, Rumah Bersalin, Klinik, praktik dokter berkelompok, maupun
praktik mandiri dan fasyankes lainnya. Sedangkan sebagian kecil yaitu
sejumlah 38 orang tenaga dokter umum bekerja di Dinas Kesehatan serta UPT-
nya serta sebanyak 62 orang bekerja di Institusi pendidikan tenaga kesehatan.
Untuk dokter spesialis di Daerah Istimewa Yogyakarta sejumlah 1262
orang, sebagian besar bekerja di rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah,
rumah sakit TNI/Polri, maupun rumah sakit swasta, tersebar di 63 rumah sakit
yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sedangkan untuk dokter gigi dari sejumlah 597 orang yang bekerja
secara merata di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
5.1. 2 Tenaga Keperawatan

Tenaga Keperawatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32


Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan terdiri atas tenaga perawat dan
bidan. Tenaga Perawat terdiri atas tenaga perawat dan tenaga perawat gigi,
namun dalam profil ini hanya perawat saja yang sudah dilakukan pendataan.
Perawat sesuai dengan Permenkes Nomor 148 Tahun 2010 adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar
negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Adapun definisi bidan sesuai dengan Permenkes Nomor 1464 Tahun
2010 adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai ketentuan perundang undangan. Adapun gambaran
distribusi tenaga keperawatan sesuai dengan wilayah kerjanya di DIY pada
tahun 2013 dapat digambarkan sebagai berikut :
Grafik 37. Distribusi Tenaga Keperawatan Per Wilayah Kerja
di DIY Tahun 2012
2500 2364
2198

2000 Kulonprogo
Bantul
1500
Gunungkidul
1000 Sleman
660
459 532 Kota Yogyakarta
427 443 364
500 347 309
235 149 Daerah DIY
0
Perawat Bidan

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Berdasarkan data yang tertera diatas jumlah tenaga perawat yaitu


sejumlah 6560 orang, terbanyak berada di Kabupaten Sleman dengan jumlah
perawat sebanyak 2364 orang dan disusul dengan tenaga perawat di Kota
Yogyakarta sebanyak 2198 orang. Hal tersebut disebabkan karena sebagian
besar fasilitas pelayanan kesehatan termasuk didalamnya rumah sakit
sebagian besar berada di kedua wilayah tersebut. Sedangkan di kabupaten
lainnya jumlah perawat yang ada hampir sama.
Untuk tenaga bidan di Daerah Istimewa Yogyakarta sejumlah 1927
orang, terbanyak berada di Kabupaten Sleman dengan jumlah bidan sebanyak
443 orang, kemudian Kabupaten Bantul sebanyak 427 orang, sedangkan
tenaga bidan paling sedikit berada di Daerah DIY sebanyak 149 orang yang
bekerja di Dinas Kesehatan dan institusi pendidikan tenaga kesehatan yang
ada di wilayah DIY.
Dari gambaran data yang ada menunjukkan bahwa persebaran tenaga
perawat masih belum merata, hal ini juga berkaitan dengan jumlah sarana yang
ada di masing masing wilayah yang ikut mempengaruhi komposisi distribusi
tenaga perawat, terutama berkaitan dengan banyaknya rumah sakit di wilayah
Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Adapun untuk tenaga bidan
sebarannya du masing masing wilayah terdistribusi secara merata. Hal ini
dikarenakan sebagian besar tenaga bidan bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan milik pemerintah terutama puskesmas. Gambaran prosentase
distribusi tenaga keperawatan yang bekerja sesuai dengan wilayah kerjanya
dapat digambarkan oleh grafik berikut ini :
Grafik 38. Persentase Tenaga Keperawatan Per Kabupaten/Kota
di DIY Tahun 2012

Perawat Bidan
5.29 7.00 7.73 12.20
10.06 Kulonprogo Kulonprogo
Bantul Bantul
8.11 Gunungkidul 18.89 Gunungkidul
33.51 22.16
Sleman Sleman
36.04 Kota Yogyakarta
22.99 Kota Yogyakarta
16.04
Daerah DIY Daerah DIY

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Adapun sesuai dengan tempat kerjanya ada beberapa variasi, untuk tenaga
perawat sebagian besar bekerja di rumah sakit, sedangkan untuk tenaga bidan
sebagian besar bekerja di puskesmas. Adapun sebarannya dapat ditunjukkan
oleh grafik beriku ini :
Grafik 39. Distribusi Tenaga Keperawatan Per Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan di
DIY Tahun 2012

6000
4865
5000
Puskesmas
4000
Rumah Sakit
3000
Fasyankes Lainnya
2000 Institusi Diknakes
838 899 Dinkes dan UPT
1000 487 287 624
87 229 140 35
0
Perawat Bidan

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Berdasarkan data yang tertera diatas dapat kita lihat bahwa tenaga
perawat sebagian besar bekerja di rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah
maupun swasta, yang jumlahnya mencapai 4865 orang atau mencapai 74,16
%, adapun sisanya tersebar di puskesmas, Dinas Kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. adapun untuk tenaga bidan sejumlah 899 orang
bekerja di puskesmas, di rumah sakit sejumlah 624 orang, dan sisanya bekerja
di Dinas Kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Adapun dari pendidikan yang dimiliki oleh tenaga perawat yang
berpendidikan Sarjana Strata Satu keatas baru mencapai 11,28 %, sedangkan
sisanya atau mencapai 88,72% masih berpendidikan Diploma III kebawah.
Sedangkan untuk tenaga bidan yang berpendidikan minimal Diploma III
Kebidanan baru mencapai 81,53 % dan masih terdapat 18,47% tenaga bidan
yang berpendidikan Diploma Satu. Hal ini memerlukan peran serta pemerintah
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan tenaga keperawatan terutama
untuk tenaga kebidanan yang masih belum sesuai dengan persyaratan minimal
berpendidikan DIII.

5.1.3Tenaga Kefarmasian

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang


Pekerjaan Kefarmasian, tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan
pekerjaan kefarmasin. Tenaga kefarmasian terdiri atas apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker. Adapun gambaran distribusi tenaga kefarmasian di masing
masing wilayah di DIY dapat digambarkan oleh grafik berikut ini :
Grafik 40. Grafik Distribusi Tenaga Kefarmasian per Kabupaten/Kota
di DIY Tahun 2012
500 464 454
450 408
400 359
Kulonprogo
350
300 Bantul

250 218 Gunungkidul


200
200 Sleman
150 Kota Yogyakarta
100 76 61
50 47 Daerah DIY
50 25 11
0
Apoteker Tenaga Teknis Kefarmasian

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Berdasarkan data yang tertera diatas jumlah tenaga apoteker yaitu


sejumlah 1316 orang, terbanyak berada di Kabupaten Sleman dengan jumlah
apoteker sebanyak 464 orang dan disusul dengan tenaga Apoteker di Kota
Yogyakarta yaitu sebanyak 359 orang, sedangkan tenaga apoteker paling
sedikit terdapat di Kabupaten Gunungkidul sebanyak 25 orang.
Untuk tenaga teknis kefarmasian di Daerah Istimewa Yogyakarta
sejumlah 1057 orang, terbanyak berada di Kabupaten Sleman dengan jumlah
tenaga teknis kefarmasian sebanyak 454 orang, kemudian Kota Yogyakarta
sebanyak 408 orang, sedangkan tenaga teknis kefarmasian paling sedikit
bekerja di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 11 orang.
Dari gambaran data yang ada untuk tenaga apoteker persebarannya
masih belum merata, hal ini juga berkaitan dengan jumlah sarana yang ada di
masing masing wilayah yang ikut mempengaruhi komposisi distribusi tenaga
apoteker, terutama berkaitan dengan banyaknya rumah sakit dan apotek di
wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Begitupun dengan tenaga
teknis kefarmasian juga tidak merata sesuai dengan banyaknya sarana rumah
sakit dan apotek yang ada di wilayah masing masing. Gambaran prosentase
distribusi tenaga kefarmasian yang bekerja sesuai dengan wilayah kerjanya
dapat digambarkan oleh grafik berikut ini :
Grafik 41. Persentase Distribusi Tenaga Kefarmasian per Kabupaten/Kota
di DIY Tahun 2012

Apoteker Tenaga Teknis Kefarmasian

1.04 7.19
10.59
Kulonprogo
5.77 Kulonprogo
4.45
46.19 5.30 Bantul
42.37 Bantul
38.60
Gunungkidul Gunungkidul
76.06
98.31 Sleman 42.95 Sleman

Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta

Daerah DIY Daerah DIY

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Adapun sesuai dengan sarana kesehatan tempat tenaga kefarmasian


bekerja ada ketimpangan terutama untuk di puskesmas, karena sebagian
besar tenaga kefarmasian yang ada di puskesmas masih merupakan tenaga
teknis kefarmasian, padahal sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa
setiap pelaanan di fasilitas pelayanan kefarmasian harus dilaksanakan oleh
seorang apoteker. Gambaran distribusi tenaga kefarmasian sesuai dengan
sarana kesehatan tempat mereka bekerja dapat digambarkan sebagaimana
grafik dibawah ini :
Grafik 42. Distribusi Tenaga Kefarmasian Sesuai dengan Tempat Kerjanya
di DIY
1000
897
900
800
700 Puskesmas
600 Rumah Sakit
487
500 Fasyankes Lainnya
380
400 Institusi Diknakes

300 Dinkes dan UPT


207
200 171 164

100 23
18 5 21
0

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Berdasarkan data yang tertera diatas dapat kita lihat bahwa tenaga
apoteker sebagian besar bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yaitu
terutama di apotek yang jumlahnya mencapai 897 orang atau mencapai 68,16
%, adapun sisanya tersebar di puskesmas, rumah sakit, Dinas Kesehatan dan
Institusi Diknakes. Adapun untuk tenaga teknis kefarmasian sejumlah 487
orang bekerja di rumah sakit, di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sejumlah
380 orang, dan sisanya bekerja di Dinas Kesehatan puskesmas dan Dinas
Kesehatan dan institusi pendidikan tenaga kesehatan.

5.1.4Tenaga Kesehatan Masyarakat

Tenaga kesehatan masyarakat terdiri atas epidemiolog kesehatan,


entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan,
administrator kesehatan dan sanitarian. Grafik berikut ini memperlihatkan
kepada kita gambaran distribusi tenaga kesehatan masyarakat sesuai
dengan wilayah kerjanya di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2012.
Gambar 43. Distribusi Tenaga Kesehatan Masyarakat Per Kabupaten/Kota
di DIY Tahun 2012
450 422
400
350
Kulonprogo
300
Bantul
250
Gunungkidul
200
Sleman
150
Kota Yogyakarta
100 79 69 73
63 Daerah DIY
47 47 50
50 29 38 31 32

0
Kesehatan Masyarakat Sanitarian

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Berdasarkan data yang tertera diatas jumlah tenaga kesehatan


masyarakat yaitu sejumlah 684 orang, terbanyak berada di DIY (Dinas
Kesehatan dan UPT serta institusi pendidikan tenaga kesehatan) dengan
jumlah tenaga kesehatan masyarakat sebanyak 422 orang, sedangkan tenaga
kesehatan di kabupaten/kota lainnya jumlahnya hampir sama, dengan tenaga
kesehatan masyarakat paling sedikit terdapat di Kabupaten Gunungkidul
sebanyak 29 orang.
Untuk tenaga sanitarian di Daerah Istimewa Yogyakarta sejumlah 296
orang, terbanyak berada di Kabupaten Sleman dengan jumlah tenaga
sanitarian sebanyak 73 orang, kemudian Kabupaten Bantul sebanyak 63 orang,
sedangkan tenaga sanitarian paling sedikit berada di Kabupaten Gunungkidul
sebanyak 45 orang.
Dari gambaran data yang ada untuk tenaga kesehatan masyarakat
sebarannya sudah merata, namun demikian hal itu didominasi oleh tenaga
kesehatan masyarakat dengan status tenaga pemerintah.
Adapun distribusi tenaga kesehatan masyarakat sesuai dengan sarana
pelayanan kesehatan tempat mereka bekerja dapat digambarkan dalam grafik
berikut ini :
Gambar 44. Distribusi Tenaga Kesehatan Per Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan di
DIY Tahun 2012
400 365
350

300
Puskesmas
250
Rumah Sakit
200
152 Fasyankes Lainnya
145
150 Institusi Diknakes
97
100 71 76 Dinkes dan UPT
44
50 21
6 3
0
Kesehatan Masyarakat Sanitarian

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Berdasarkan data yang tertera diatas dapat kita lihat bahwa tenaga
kesehatan masyarakat sebagian besar bekerja pada institusi pendidikan tenaga
kesehatan yang jumlahnya mencapai 365 orang, adapun pada fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya jumlahnya sangat sedikit, hanya mencapai 6
orang. Adapun untuk tenaga sanitarian sejumlah 152 orang bekerja di
puskesmas, sedangkan lainnya secara merata bekerja di sarana kesehatan
lainnya, baik di Dinas Kesehatan, rumah sakit maupun institusi diknakes dan
fasiltas pelayanan kesehatan lainnya.

5.1.5Tenaga Gizi

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996


menyebutkan bahwa tenaga gizi terdiri atas nutrisionis dan dietisien. Tenaga
gizi yang bekerja di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 399
orang dengan yang berpendidiikan DIII dan DI sejumlah 282 orang dan yang
berpendidikan DIV dan S1 sejumlah 117 orang. Adapun distribusinya dapat
kita gambarkan pada grafik berikut ini :
Gambar 45. Distribusi Tenaga Gizi Per Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2012
160
142
140

120 Kulonprogo
100 Bantul

80 70 Gunungkidul
62
60 Sleman
43 48
34 Kota Yogyakarta
40
Daerah DIY
20

0
Gizi

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Berdasarkan data yang tertera diatas jumlah tenaga gizi yaitu sejumlah
399 orang, terbanyak berada di Kabupaten Sleman dengan jumlah tenaga gizi
sebanyak 142 orang, di Kabupaten Bantul sebanyak 70 orang, dengan tenaga
gizi paling sedikit terdapat di Kabupaten Gunungkidul sebanyak 34 orang.
Adapun distribusi tenaga gizi sesuai dengan sarana pelayanan kesehatan
tempat mereka bekerja dapat digambarkan dalam grafik berikut ini :

Gambar 46. Distribusi Tenaga Kesehatan Per Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan
di DIY Tahun 2012

200
180 172
159
160
140 Puskesmas
120 Rumah Sakit
100
Fasyankes Lainnya
80
60 Institusi Diknakes
36
40 28 Dinkes dan UPT
20 4
0
Gizi

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012


Berdasarkan data yang tertera diatas dapat kita lihat bahwa tenaga gizi
sebagian besar bekerja pada rumah sakit yang jumlahnya mencapai 172 orang,
disusul di puskesmas berjumlah 159 orang, adapun pada fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya jumlahnya sangat sedikit.

5.1.6Tenaga Keterapian Fisik dan Tenaga Keteknisian Medis

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996


menyebutkan bahwa tenaga keterapian fisik terdiri atas fisioterapis, okupasi
terapis dan terapi wicara. Adapun untuk tenaga keteknisian medis terdiri atas
radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan,
refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.
Namun demikian, profil kesehatan ini tidak menjelaskan seluruh data tentang
tenaga keterapian fisik dan keteknisian medis yang ada, namun hanya 3 jenis
tenaga kesehatan dalam kelompok ini, yaitu tenaga fisioterapis, tenaga analis
kesehatan dan tenaga teknis elektromedis & radiografer.
Adapun gambaran jumlah tenaga keterapian fisik dan keteknisian medis
di DIY sesuai dengan wilayah kerjanya dapat kita gambarkan sebagai berikut :
Gambar 47. Distribusi Tenaga Keterapian Fisik dan Keteknisian Medis Per
Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2012

300 271
250 239
Kulonprogo
200
Bantul
150 Gunungkidul
100 83 88 Sleman
65 57 62 70 53
Kota Yogyakarta
50 23 23
9 13 14 17 9 Daerah DIY
2 3
0
Fisioterapis Teknik Elektromedik & Analis Kesehatan
Radiografer

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Berdasarkan data yang tertera diatas jumlah fisioterapis yaitu sejumlah


169 orang, terbanyak berada di Kabupaten Sleman dengan jumlah tenaga
fisioterapis sebanyak 65 orang dengan tenaga fisioterapis paling sedikit
terdapat di Kabupaten Gunungkidul sebanyak 2 orang.
Adapun untuk tenaga teknik elektromedik dan radiografer dari sejumlah
214 orang yang terbanyak bekerja di Kota Yogyakarta dengan jumlah 88 orang
disusul di Kabupaten Sleman dengan jumlah 83 orang, adapun yang paling
sedikit jumlah fisioterapis yang bekerja di wilayah Kabupaten Gunungkidul
sebanyak 3 orang.
Untuk tenaga analis kesehatan yang bekerja di wilayah DIY sejumlah 718
orang dengan yang terbanyak bekerja di Kota Yogyakarta yaitu sejumlah 271
orang, disusul Kabupaten Sleman dengan jumlah 239 orang serta di
kabupaten/kota lainnya terdistribusi merata dengan tenaga analis kesehatan
yang berjumlah paling sedikit bekerja di Daerah DIY sejumlah 23 orang.
Apabila dikaitkan dengan tempat kerjanya, maka tenaga fisioterapis,
tenaga teknik elektromedik & radiografer, dan tenaga analis kesehatan yang
bekerja di wilayah DIY sebagian besar bekerja di sarana kesehatan utamanya
di rumah sakit, sedangkan di tempat lain tidak terlalu banyak. Gambaran dari
distribusi tenaga fisioterapis, tenaga teknik elektromedik & radiografer, dan
tenaga analis kesehatan sesuai dengan tempat kerjanya dapat digambarkan
pada grafik berikut ini :
Gambar 48. Distribusi Tenaga Keterapian Fisik dan Keteknisian Medis menurut
Tempat Kerjanya di DIY Tahun 2012

400 362
350
300
Puskesmas
250
Rumah Sakit
200 162 170
148
150 123 Fasyankes Lainnya

100 Institusi Diknakes


33
50 18 15 10 3 10 5 4 14 24 Dinkes dan UPT
0
Fisioterapis Teknik Elektromedik & Analis Kesehatan
Radiografer

Sumber : Dokumen Deskripsi SDMK DIY Tahun 2012

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa dari seluruh tenaga
fisioterapis yang ada sebagian besar bekerja di rumah sakit dengan jumlah 123
orang, disusul dengan yang bekerja di puskesmas sejumlah 18 orang dan
disusul oleh fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Adapun untuk tenaga teknik
elektromedi dan radiografer sejumlah 162 orang bekerja di rumah sakit dan
sisanya tersebar di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Analis kesehatan
yang paling banyak bekerja di rumah sakit dengan jumlah analis kesehatan
sebanyak 362 orang, disusul yang bekerja di puskesmas sejumlah 170 orang.

5.2. Sarana Kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan di DIY relatif cukup banyak baik dari segi
jumlah maupun jenisnya. Sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah
(Puskesmas) telah menjangkau keseluruhan Kecamatan yang ada di
Kabupaten / kota bahkan jika digabungkan dengan puskesmas pembantu
sebagai jaringan pelayannya, telah mampu menjangkau seluruh desa yang
ada. Jumlah puskesmas terbanyak adalah di Kabupaten Gunungkidul dengan
30 puskesmas disusul oleh Kabupaten Bantul dan Sleman masing-masing 27
dan 25 puskesmas. Sementara untuk Kota Yogyakarta memiliki 18 puskesmas.
Dari sejumlah total 121 puskesmas tersebut, sebanyak 42 diantaranya telah
dikembangkan menjadi puskesmas rawat inap. Seluruh Puskesmas telah
dilengkapi dengan jaringan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan
memiliki jaringan kemitraan dengan Desa Siaga di seluruh wilayah.

Perkembangan pelayanan kesehatan dasar di sektor swasta juga


berkembang dengan pesat dengan munculnya berbagai sarana pelayanan
seperti dokter praktek swasta, bidan praktek swasta, poliklinik, praktek
bersama dan lain sebagainya.
Tabe 6. Jumlah Rumah Sakit dan Jenis Sarana Lainnya Tahun 2012

Sarana pelayanan kesehatan rujukan di DIY juga relatif telah memadai


dengan berbagai jenis pelayannya. Rumah sakit pemerintah tersedia di kelima
kabupaten / kota. Secara kumulatif Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta
adalah dua wilayah yang memiliki jumlah sarana pelayanan kesehatan rujukan
terbanyak dibandingkan dengan tiga wilayah lain. Perkembangan pelayanan
rujuakan di sektor swasta sangat pesat dalam 10 tahun terakhir. Sarana
pelayanan rujukan khusus juga telah berkembang diantaranya untuk jenis
pelayanan kesehatan mata, jiwa, dan paru.

Sarana pelayanan kesehatan pendukung seperti laboratorium kesehatan


juga berkembang baik dengan semakin besarnya peran swasta. Dalam 3 tahun
terakhir telah tumbuh berbagai sarana pelayanan pendukung laboratorium dan
apotik. Pemerintah DIY sendiri telah memiliki sarana Balai Laboratorium
Kesehatan (UPT) dan instalasi farmasi.

Unit Pelayanan Teknis juga berkembang baik di tingkat provinsi dan


Kabupaten / Kota. UPT laboratorium tersedia di setiap wilayah. Sementara
untuk UPT jaminan kesehatan baru berkembang di tingkat provinsi, Kabupaten
Sleman dan Kota Yogyakarta. UPT balai paru merupakan unit pelayanan
pemeriksaan paru yang dimiliki oleh Pemerintah DIY yang menjadi pusat
rujukan untuk pemeriksaan paru dan di masa mendatang akan dikembangkan
lebih lanjut menjadi rumah sakit khusus. UPT Bapelkes (balai pelatihan
kesehatan) dikelola oleh Dinas Kesehatan DIY untuk memberikan dukungan
dalam pengembangan sumberdaya manusia kesehatan di Provinsi DIY.
Pelayanan pengobatan tradisional yang berbasis bukti juga telah mulai
dikembangkan bekerjasama dengan berbagai institusi pendidikan kesehatan
yang ada di DIY yang melahirkan gagasan untuk pengembangan
pembinaannya di tahun-tahun mendatang.

5.3. Pembiayaan Kesehatan

Program Pembiayaan Kesehatan telah dilaksanakan sesuai dengan


pedoman di tingkat Pusat, diantaranya untuk Program Jaminan Kesehatan
untuk masyarakat miskin. Selain program Jamkesmas, pembiayaan kesehatan
masyarakat miskin juga dilaksanakan melalui program Askes, Jamsostek,
Jamkesos dan Jamkesda. Program Jamkesmas di DIY per Desember 2012
telah diikuti oleh 942.129 jiwa, dengan perincian Kota Yogyakarta 68.456 jiwa,
Bantul 222.987 jiwa, Kulon Progo 141.893 jiwa, Gunungkidul 340.635 jiwa dan
Sleman 168.158 jiwa. Gambaran kepesertaan jaminan kesehatan di DIY
secara keseluruhan sebagai berikut :

Gambar 50. Peserta Jaminan Kesehatan di DIY Tahun 2012

DIY mempunyai unit teknis sebagai pengelolaan Jaminan Kesehatan


berupa unit pelayanan teknis dari Dinas Kesehatan yang mempunyai tugas
untuk pengelolaan program Jamkessos. Pelayanan kesehatan bagi keluarga
miskin di unit pelayanan kesehatan baik puskesmas dan rumah sakit yang
bekerjasama dengan Jamkessos adalah sebagai berikut :
Tabel 6 . Pemberi Pelayanan Kesehatan yang bekerjasama dengan
Jamkessos Tahun 2012

No KAB./KOTA PPK I PPK II DAN III


PUSKESM RS. RS.
AS DOKEL BPS BP4 PEMERINTAH SWASTA

1. Kota Yogyakarta 18 3 5 1 1 12

2. Bantul 27 9 32 1 13

3. Kulonprogo 21 2 36 1 5

4. Gunungkidul 30 7 46 1 1

5. Sleman 25 2 7 4 9

JUMLAH 121 23 126 1 8 40

Sumber data : Seksi Pembiayaan Kesehatan Tahun 2012

Sesuai dengan pedoman pengelolaan jaminan kesehatan keluarga


miskin DIY memlaksanakan program Jamkesmas, pada tahun 2011
pelayanan kesehatan bagi keluraga miskin di unit pelayanan kesehatan baik
dokter keluarga, bidan swasta, puskesmas dan rumah sakit yang
bekerjasama dengan Jamkesmas adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Pemberi Pelayanan Kesehatan yang bekerjasama dengan


Jamkesmas Tahun 2011

No KAB./KOTA PPK 1 PPK II DAN III

PUSKE RS.PEME
SMAS BPS BP4 RINTAH RS. SWASTA

1. Kota Yogyakarta 18 13 1 1 13
2. Bantul 27 34 1 7
3. Kulonprogo 21 54 1 2
4. Gunungkidul 30 45 1 1
5. Sleman 25 63 4 9
JUMLAH 121 209 1 8 32

Sumber data : Seksi Pembiayaan Kesehatan Tahun 2012

Pembiayaan Program Kesehatan di DIY bersumber pada Anggaran


Pendapatan & Belanja Negara dan Daerah (APBN/APBD), serta sebagian
kecil dari Bantuan Luar Negeri (BLN). Besaran anggaran kesehatan di DIY
pada tahun 2012 adalah sebagai berikut Rp.664.354.423.833,-
Gambar 49. Persentase Anggaran Kesehatan DIY Tahun 2012

Proporsi anggaran kesehatan di DIY terbesar adalah anggaran yang


bersumber pada APBD dari 5 Kabupaten/Kota (44,6%), APBN sebesar 38,9%
sedangkan untuk Dana Luar negri sangat kecil hanya 0,6%. Total anggaran
kesehatan di DIY pada tahun 2012 adalah sebesar Rp.874.088.182.650,-
dengan anggaran kesehatan perkapita sebesar Rp.240.604,- (rincian lebih
lanjut dapat dilihat pada lampiran). Anggaran APBD di Kabupaten/Kota untuk
kesehatan secara keseluruhan sebesar Rp.543.001.581.419,- sedangkan
prosentase anggaran APBD kesehatan terhadap APBD Kabupaten/Kota
masih sekitar 8,86% (prosentase tertinggi di Kabupaten Bantul sebesar 13%
dan terendah di Kabupaten Kulon Progo sebesar 5,1%).
BAB V KESIMPULAN

Pembangunan Kesehatan di wilayah DIY telah berjalan sesuai dengan


pedoman dan kewenangan yang telah ditetapkan melalui dasar hukum yang
berlaku. Dinas Kesehatan DIY sebagai institusi yang ditunjuk dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai penggerak pembangunan kesehatan telah
melaksanakan program-program pembangunan kesehatan sesuai dengan Rencana
Strategik Dinas Kesehatan tahun 2009-2013. Capaian pembangunan kesehatan
dapat dilihat melalui beberapa indikator Program Pelayanan Kesehatan, yaitu
diantaranya sebagai berikut :

A. Indikator keberhasilan dari aspek sumberdaya kesehatan :

Total anggaran kesehatan di DIY tahun 2012 sebesar :


Rp.874.088.182.650,-, Anggaran kesehatan perkapita Rp.240.604,- dan
rata-rata prosentase APBD kesehatan terhadap APBD Kab/Kota sebesar
8,86%.

Jumlah Sarana Kesehatan Dasar di DIY : Puskesmas 121, Puskesmas


dengan tempat tidur 42, Puskesmas Pembantu 318 dan Poskesdes 198
buah.

Jumlah sarana kesehatan rujukan (Rumah Sakit) mengalami peningkatan


dari 63 RS pada tahun 2011 menjadi 65 RS pada tahun 2012.

Jumlah tenaga medis : Jumlah dokter umum sebanyak 1.375 orang,


jumlah dokter spesialis 1.214 dan dokter gigi 611 orang.

B. Hasil indikator pencapaian (cakupan program), diantaranya :

Status gizi balita di DIY pada tahun 2012 telah mencapai 0,59%.

Jumlah kematian ibu pada tahun 2012 mengalami penurunan yaitu


sebesar 40 kasus dibanding pada tahun 2011 (56 kasus) dengan
penyebab utama adalah perdarahan, eklamsi dan sepsis.

Jumlah kematian bayi (0-12 hari) tahun 2012 sebesar 400 kasus. Jumlah
kematian neonatus (0-28 hari) sebesar 281 kasus.
Cakupan K1 sebesar 100%, K4 sebesar 93,31% dan cakupan persalinan
nakes 99,85%. Cakupan pelayanan kesehatan bayi dan balita pada tahun
2012 adalah : cakupan yankes bayi sebesar 89,1% sedangkan yankes
anak balita 82,59%.

Gambaran penyakit TB Paru di DIY : prevalensi TB paru 76,88 per


100.000 penduduk, jumlah kasus TB tahun 2012 di DIY 2.858 kasus.

Jumlah kasus HIV/AIDS di DIY sebanyak 1.941 kasus dengan perincian


HIV 1.110 dan AIDS 831 kasus pada tahun 2012.

Sepuluh besar penyakit yang didiagnosa pada pasien rawat jalan di


Puskesmas sesuai laporan sistem survailans terpadu adalah : influensa,
diare, hipertensi, DM, pneumonia, tiphus, diare berdarah, tersangka TB
paru, campak dan TB BTA positif. Sedangkan di Rumah Sakit adalah :
infeksi saluran nafas atas, demam, diare, dispepsia, hipertensi,
dermatosis, cedera, penyakit pulpa, faringitis dan gangguan mental.

Prosentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan pada


tahun 2012 sebesar 75,79% sedangkan rumah sehat yang memenuhi
syarat sebesar 69,05%.
RESUME PROFIL KESEHATAN
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah 3,186 Km2 Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan 438 Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk 1,797,439 1,833,281 3,630,720 Jiwa Tabel 2
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 3.5 Jiwa Tabel 1
5 Kepadatan Penduduk /Km2 1140.3 Jiwa/Km2 Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan 48.9 Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin 98.0 Tabel 2
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 4
9 Penduduk 10 tahun ke atas dengan pendidikan
tertinggi SMP+ 44.5 58.2 48.6 % Tabel 5

B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup 23,199 22,580 45,803 Bayi Tabel 6
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 6.6 5.6 7.8 Tabel 6
12 Jumlah Bayi Mati 200 131 400 Bayi Tabel 7
13 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 8.6 5.8 8.7 per 1.000 KH Tabel 7
14 Jumlah Balita Mati 220 146 450 Balita Tabel 7
15 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 9.5 6.5 9.8 per 1.000 KH Tabel 7
16 Jumlah Kematian Ibu 40 Ibu Tabel 8
17 Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 87.3 per 100.000 KH Tabel 8

B.2 Angka Kesakitan


18 AFP Rate (non polio) < 15 th 5.22 per 100.000 pend <15thn Tabel 9
19 Angka Insidens TB Paru 43 31 37.19 per 100.000 penduduk Tabel 10
20 Angka Prevalensi TB Paru 50 36 43.11 per 100.000 penduduk Tabel 10
21 Angka kematian akibat TB Paru 1 0 0.85 per 100.000 penduduk Tabel 10
22 Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR) 67.60 55.29 40.38 % Tabel 11
23 Success Rate TB Paru 48.79 50.00 88.48 % Tabel 12
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
24 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 4.8643552 3.756506 15.73613039 % Tabel 13
25 Jumlah Kasus Baru HIV 48 32 151 Kasus Tabel 14
26 Jumlah Kasus Baru AIDS 77 45 162 Kasus Tabel 14
27 Jumlah Infeksi Menular Seksual Lainnya 18 4 581 Kasus Tabel 14
28 Jumlah Kematian karena AIDS 7 4 16 Jiwa Tabel 14
29 Donor darah diskrining positif HIV 0.33 0.14 0.27 % Tabel 15
30 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 49.11 47.58 56.11 % Tabel 16
31 Jumlah Kasus Baru Kusta (Pausi Basiler) 0 2 2 Kasus Tabel 17
32 Jumlah Kasus Baru Kusta (Multi Basiler) 13 7 20 Kasus Tabel 17
33 Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 1 0 1 per 100.000 penduduk Tabel 17
34 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 0.00 11.11 0.00 % Tabel 18
35 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 53.85 33.33 45.45 % Tabel 18
36 Angka Prevalensi Kusta 0.13 0.07 0.10 per 10.000 Penduduk Tabel 19
37 Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 0.00 100.00 300.00 % Tabel 20
38 Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 93.33 83.33 90.48 % Tabel 20
39 Jumlah Kasus Difteri 0 0 0 Kasus Tabel 21
40 Case Fatality Rate Difteri #DIV/0! % Tabel 21
41 Jumlah Kasus Pertusis 11 12 23 Kasus Tabel 21
42 Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 2 2 4 Kasus Tabel 21
43 Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) 25 % Tabel 21
44 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 0 0 0 Kasus Tabel 21
45 Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum #DIV/0! % Tabel 21
46 Jumlah Kasus Campak 184 195 379 Kasus Tabel 22
47 Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 22
48 Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus Tabel 22
49 Jumlah Kasus Hepatitis B 14 6 20 Kasus Tabel 22
50 Incidence Rate DBD 31.71 23.46 27.54 per 100.000 penduduk Tabel 23
51 Case Fatality Rate DBD #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 23
52 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) 0.00 0.06 0.07 per 1.000 penduduk Tabel 24
53 Case Fatality Rate Malaria 0.00 0.00 0.00 % Tabel 24
54 Angka Kesakitan Filariasis 0 0 0 per 100.000 penduduk Tabel 25

B.3 Status Gizi


55 Bayi baru lahir ditimbang 98 98 98 % Tabel 26
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
56 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 3.37 4.20 4.48 % Tabel 26
57 Balita Gizi Baik 87.96 88.26 88.05 % Tabel 27
58 Balita Gizi Kurang 8.49 8.04 8.45 % Tabel 27
59 Balita Gizi Buruk 0.56 0.49 0.56 % Tabel 27

C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
60 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 100 % Tabel 28
61 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 93.31 % Tabel 28
62 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 99.85 % Tabel 28
63 Pelayanan Ibu Nifas 92.00 % Tabel 28
64 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 54.77 % Tabel 29
65 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 89.55 % Tabel 30
66 Bumil Risti/Komplikasi ditangani 78.75 % Tabel 31
67 Neonatal Risti/Komplikasi ditangani 60.58 55.45 71.96 % Tabel 31
68 Bayi Mendapat Vitamin A 86.55 83.68 112.06 % Tabel 32
69 Anak Balita Mendapat Vitamin A 98.49 99.18 99.13 % Tabel 32
70 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 93.71 % Tabel 32
71 Peserta KB Baru 9.05 % Tabel 35
72 Peserta KB Aktif 78.66 % Tabel 35
73 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 86.40 87.72 99.39 % Tabel 36
74 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 0.80 81.71 92.59 % Tabel 36
75 Kunjungan Bayi (minimal 4 kali) 68.86 78.25 89.10 % Tabel 37
76 Desa/Kelurahan UCI 100.00 % Tabel 38
77 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 96.85 % Tabel 39
78 Drop-Out Imunisasi DPT1-Campak 11.08 % Tabel 39
79 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 37.22 37.76 47.95 % Tabel 41
80 Pemberian MP-ASI pada anak 6-23 bulan dari Gakin 39.77 37.59 48.66 % Tabel 42
81 Cakupan Pelayanan Anak Balita (minimal 8 kali) 156.43 160.61 82.55 % Tabel 43
82 Balita ditimbang 77.86 79.24 84.79 % Tabel 44
83 Balita berat badan naik 63 62 56 % Tabel 44
84 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 1 1 1 % Tabel 44
85 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 23.94 26.17 47.19 % Tabel 45
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
86 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan 99.38 99.15 98.80 % Tabel 46
Setingkat
87 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan 50.90 46.10 48.53 % Tabel 47
Setingkat
88 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 37.72 51.25 36.36 % Tabel 48
89 Sarkes dgn kemampuan yan. gadar level 1 24.52 % Tabel 49
90 Desa/Kel. terkena KLB ditangani < 24 jam 100.00 % Tabel 51
91 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 1.39 1.66 1.55 Tabel 52
92 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 48.74 sekolah Tabel 49
93 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 94.83 sekolah Tabel 49
94 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 50.58 45.98 49.26 % Tabel 53
95 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 58.86 61.20 72.39 % Tabel 53
96 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan
mulut 58.86 61.20 72.39 % Tabel 53

C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


97 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kes. Pra Bayar 18.25 19.67 67.78 % Tabel 55
98 Penduduk Miskin (dan hampir miskin) dicakup
Askeskin/Jamkesmas 100.00 100.00 96.61 % Tabel 56
99 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat 43.68 90.12 102.55 %
Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 1 Tabel 56
100 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat 53.70 74.55 11.48 %
Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 2&3 Tabel 56
101 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat - - 0.67 %
Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 1 Tabel 57
102 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat 8.19 11.46 1.68 %
Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 2&3 Tabel 57
103 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 77.46 131.87 183.94 % Tabel 58
104 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 3.50 4.84 24.03 % Tabel 58
105 Gross Death Rate (GDR) di RS 0.85 0.62 3.15 per 100.000 pasien keluar Tabel 59
106 Nett Death Rate (NDR) di RS 1.33 1.04 1.67 per 100.000 pasien keluar Tabel 59
107 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 4.21 % Tabel 60
108 Length of Stay (LOS) di RS 0.30 Hari Tabel 60
109 Turn of Interval (TOI) di RS 6.89 Hari Tabel 60
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan

C.3 Perilaku Hidup Masyarakat


110 Rumah Tangga ber-PHBS - % Tabel 61

C.4 Keadaan Lingkungan


111 Rumah Sehat 69.05 % Tabel 62
112 Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes 91.81 % Tabel 63
113 Keluarga dengan sumber air minum terlindung 79.92 % Tabel 65
114 Keluarga memiliki Jamban Sehat 88.90 % Tabel 66
115 Keluarga memiliki Tempat Sampah Sehat 89.22 % Tabel 66
116 Keluarga memiliki Pengelolaan Air Limbah Sehat 87.19 % Tabel 66
117 TUPM Sehat 75.79 % Tabel 67
118 Institusi dibina kesehatan lingkungannya 77.04 % Tabel 68

D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
119 Jumlah Rumah Sakit Umum 50.00 Tabel 70
120 Jumlah Rumah Sakit Khusus 35.00 Tabel 70
121 Jumlah Puskesmas Perawatan 13.00 Tabel 70
122 Jumlah Puskesmas non-Perawatan 32.00 Tabel 70
123 Jumlah Apotek 495.00 Tabel 70
124 Sarkes yang memiliki laboratorium kesehatan 100.00 % Tabel 71
125 Sarkes yang memiliki 4 spesialis dasar 82.00 % Tabel 71
126 Jumlah Posyandu 5,691.00 Posyandu Tabel 72
127 Posyandu Aktif 81.57 % Tabel 72
128 Rasio posyandu per 100 balita 2.21 per 100 balita Tabel 72
129 Jumlah Desa Siaga 438.00 Desa Tabel 73
130 Desa Siaga Aktif 89.73 % Tabel 73
131 Jumlah Poskesdes 161.00 Poskesdes Tabel 73

D.2 Tenaga Kesehatan


132 Jumlah Dokter Spesialis 814.00 448.00 1,262.00 Orang Tabel 74
133 Rasio Dokter Spesialis 41.11 21.55 31.23 per 100.000 penduduk Tabel 74
134 Jumlah Dokter Umum 546.00 808.00 1,354.00 Orang Tabel 74
135 Rasio Dokter Umum 28.04 40.91 34.54 per 100.000 penduduk Tabel 74
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
136 Jumlah Dokter Gigi 166.00 431.00 597.00 Orang Tabel 74
137 Jumlah Bidan 356.00 1,571.00 1,927.00 Orang Tabel 75
138 Rasio Bidan per 100.000 penduduk 48.25 Tabel 75
139 Jumlah Perawat 1,740.00 4,820.00 6,560.00 Orang Tabel 75
140 Jumlah Tenaga Kefarmasian 481.00 1,892.00 2,373.00 Orang Tabel 76
141 Jumlah Tenaga Gizi 111.00 288.00 399.00 Orang Tabel 76
142 Jumlah Tenaga Kesmas 243.00 441.00 684.00 Orang Tabel 77
143 Jumlah Tenaga Sanitasi 164.00 132.00 296.00 Orang Tabel 77
144 Jumlah Tenaga Teknisi Medis 343.00 602.00 945.00 Orang Tabel 78
145 Jumlah Fisioterapis 61.00 108.00 169.00 Orang Tabel 78

D.3 Pembiayaan Kesehatan


146 Total Anggaran Kesehatan #REF! Rp Tabel 79
147 APBD Kesehatan thd APBD Kab/Kota #REF! % Tabel 79
148 Anggaran Kesehatan Perkapita #REF! Rp Tabel 79
TABEL 1

LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,


DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN


JUMLAH
NO KAB/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK
(km 2) TANGGA TANGGA per km 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 KULON PROGO 586.3 87 1 88 476,599 142,560 3.34 812.92
2 BANTUL 506.9 75 0 75 930,276 268,175 3.47 1835.41
3 GUNUNG KIDUL 1,485.4 144 144 677,998 194,153 3.49 456.45
4 SLEMAN 574.8 86 86 1,120,417 305,543 3.67 1949.23
5 YOGYAKARTA 32.5 45 45 427,592 129,439 3.30 13160.73
JUMLAH (KAB/KOTA) 3,185.8 392 46 438 3,632,882 1,039,870 3.49 1,140

Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/Kota


- sumber lain... (sebutkan)
TABEL 2

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR,


RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN, DAN KECAMATAN
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

RASIO
JUMLAH PENDUDUK RASIO
JUMLAH BEBAN
NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JENIS
PENDUDUK TANG
KELAMIN
0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 JUMLAH 0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 JUMLAH GUNGAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 KULON PROGO 476,599 16,010 32,718 110,752 52,119 23,139 234,738 14,916 31,090 109,866 55,082 30,907 241,861 45.38 97.05
2 BANTUL 930,276 38,090 70,235 223,878 95,416 36,430 464,049 35,835 66,733 220,041 96,884 46,734 466,227 46.22 99.53
3 GUNUNG KIDUL 677,998 22,763 55,818 124,796 83,478 40,529 327,384 22,900 48,708 134,405 92,144 52,457 350,614 55.93 93.37
4 SLEMAN 1,120,417 43,745 78,517 231,064 134,600 72,909 560,835 35,813 78,341 226,631 140,455 78,341 559,582 52.91 100.22
5 YOGYAKARTA 425,430 14,192 32,828 102,649 48,772 11,992 210,433 13,509 29,089 103,212 51,458 17,729 214,997 38.99 97.88

JUMLAH (KAB/KOTA) 3,630,720 134,800 270,116 793,140 414,385 184,999 1,797,439 122,973 253,962 794,154 436,023 226,168 1,833,281 48.94 98.04

Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota


- sumber lain... (sebutkan)
Catatan : Jumlah kolom 3 = jumlah kolom 9 + jumlah kolom 15, yaitu sebesar: 3,630,720
TABEL 3

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH PENDUDUK
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN
1 2 3 4 5

1 0-4 135,055 128,730 263,785


2 5-9 135,896 126,020 261,916
3 10 - 14 137,502 129,145 266,647
4 15 - 19 146,481 137,348 283,829
5 20 - 24 143,242 137,111 280,353
6 25 - 29 142,229 144,688 286,917
7 30 - 34 146,752 146,342 293,094
8 35 - 39 142,332 143,154 285,486
9 40 - 44 139,417 143,430 282,847
10 45 - 49 123,375 128,669 252,044
11 50 - 54 106,295 117,743 224,038
12 55 - 59 88,352 85,226 173,578
13 60 - 64 60,849 72,861 133,710
14 65 - 69 78,575 96,799 175,374
15 70 - 74 31,218 39,734 70,952
16 75+ 40,326 57,940 98,266

JUMLAH 1,797,896 1,834,940 3,632,836

Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota


- Sumber lain... (sebutkan)
TABEL 4

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH PENDUDUK USIA 10 KE ATAS


LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
NO KECAMATAN
MELEK MELEK MELEK
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
HURUF HURUF HURUF
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 KULON PROGO 0 0 96.72 0 0 86.45 0 0 91.53
2 BANTUL #DIV/0! #DIV/0! 0 0 #DIV/0!
3 GUNUNG KIDUL 19,835 #DIV/0! 27,371 #DIV/0! 0 47,206 #DIV/0!
4 SLEMAN #DIV/0! #DIV/0! 0 0 #DIV/0!
5 YOGYAKARTA #DIV/0! #DIV/0! 0 0 #DIV/0!

JUMLAH (KAB/KOTA) 0 19,835 #DIV/0! 0 27,371 #DIV/0! 0 47,206 #DIV/0!

Sumber: (sebutkan)
TABEL 5

PERSENTASE PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERUSIA 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DAN KECAMATAN
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN


TIDAK/
TIDAK/ TIDAK/ TIDAK/ TIDAK/ TIDAK/
NO KECAMATAN BELUM SMA/ AK/ AK/ AK/
BELUM SMP/ UNIVER BELUM BELUM SMP/ SMA/ UNIVER BELUM BELUM SMP/ SMA/ UNIVERS
PERNAH SD/MI SMK/ DIPLOM JUMLAH SD/MI DIPLO JUMLAH SD/MI DIPLO JUMLAH
TAMAT MTs SITAS PERNAH TAMAT MTs SMK/ MA SITAS PERNAH TAMAT MTs SMK/ MA ITAS
SEKOLA MA A MA MA
SD/MI SEKOLAH SD/MI SEKOLAH SD/MI
H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 KULON PROGO 476,599 16,010 32,718 110,752 52,119 23,139 234,738 14,916 31,090 109,866 55,082 30,907 241,861 45 97 468,948 507,689 125,876 87,800 141,659 293,980 23,184 234,835 1,415,023
2 BANTUL - - 0 0 0 0 0 0 0 -
3 GUNUNG KIDUL - - 0 34,993 38,200 33,945 20,038 1,646 2,423 131,245
4 SLEMAN - - 0 0 0 0 0 0 0 -
5 YOGYAKARTA - - 0 0 0 0 0 0 0 -

JUMLAH (KAB/KOTA) 476,599 16,010 32,718 110,752 52,119 23,139 234,738 946,075 31,090 109,866 55,082 30,907 241,861 45 97 468,948 507,689 160,869 126,000 175,604 314,018 24,830 237,258 1,546,268

Sumber : sebutkan
TABEL 6

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH KELAHIRAN

NO KAB/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN


HIDUP + HIDUP + HIDUP +
HIDUP MATI HIDUP MATI HIDUP MATI
MATI MATI MATI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KULON PROGO 2,947 0 0 2,731 0 0 5,702 27 5,729

2 BANTUL 6,780 58 6,838 6,639 45 6,684 13,419 103 13,522

3 GUNUNG KIDUL 4,261 43 4,304 4,113 36 4,149 8,374 79 8,453

4 SLEMAN 6,892 25 6,917 6,805 16 6,821 13,697 41 13,738

5 YOGYAKARTA 2,319 9 2,319 2,292 14 2,292 4,611 110 4,662

JUMLAH (KAB/KOTA) 23,199 135 20,378 22,580 111 19,946 45,803 360 46,104
ANGKA LAHIR MATI (DILAPORKAN) 6.6 5.6 7.8

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi
TABEL 7

JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH KEMATIAN

NO KAB/KOTA LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN


ANAK ANAK ANAK
BAYI BALITA BAYI BALITA BAYI BALITA
BALITA BALITA BALITA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KULON PROGO 0 69 15 84

2 BANTUL 0 72 12 84 44 4 48 116 16 132

3 GUNUNG KIDUL 0 62 3 65 33 4 37 95 7 102

4 SLEMAN 0 42 3 45 27 2 29 69 5 74

5 YOGYAKARTA 0 24 2 26 27 5 32 51 7 58

JUMLAH (KAB/KOTA) 200 20 220 131 15 146 400 50 450


ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN) 8.6 0.9 9.5 5.8 0.7 6.5 8.7 1.1 9.8

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Keterangan : Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi
TABEL 8
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH KEMATIAN IBU


JUMLAH LAHIR
NO KAB/KOTA KEMATIAN IBU HAMIL KEMATIAN IBU BERSALIN KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
HIDUP
< 20 Thn 20-34 Thn 35 Thn JUMLAH < 20 Thn 20-34 Thn 35 Thn JUMLAH < 20 Thn 20-34 Thn 35 Thn JUMLAH < 20 Thn 20-34 Thn 35 Thn JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 KULON PROGO 0 5,702 0 2 0 2 0 0 0 0 0 1 0 1 0 3 0 3

2 BANTUL 0 13,419 0 0 0 0 0 1 1 2 0 2 3 5 0 3 4 7

3 GUNUNG KIDUL 0 8,374 0 1 0 1 0 1 0 1 0 6 3 9 0 8 3 11

4 SLEMAN 0 13,697 0 3 0 3 0 2 0 2 0 3 4 7 0 8 4 12

5 YOGYAKARTA 0 4,611 0 3 0 3 0 0 1 1 0 1 2 3 0 4 3 7

JUMLAH (KAB/KOTA) 45,803 0 9 0 9 0 4 2 6 0 13 12 25 0 26 14 40


ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 87.3

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Keterangan:
- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas
- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi
TABEL 9

JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) DAN AFP RATE (NON POLIO) MENURUTKAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KASUS AFP RATE


NO KAB/KOTA
<15 TAHUN AFP (NON POLIO) (NON POLIO)

1 2 3 4 5 6

1 KULON PROGO 0 94,734 5 5.28

2 BANTUL 0 184,253 14 7.60

3 GUNUNG KIDUL 0 150,189 9 5.99

4 SLEMAN 0 244,509 9 3.68

5 YOGYAKARTA 0 92,023 3 3.26

JUMLAH (KAB/KOTA) 765,708 40 5.22

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di di RS

Catatan : Jumlah kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 3, yaitu sebesar:
TABEL 10

JUMLAH KASUS BARU TB PARU DAN KEMATIAN AKIBAT TB PARU MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH KASUS TB PARU


PREVALENSI JUMLAH KEMATIAN
JUMLAH PENDUDUK KASUS BARU +
NO KAB/KOTA KASUS BARU KASUS LAMA (PER 100.000 PENDUDUK) AKIBAT TB PARU
KASUS LAMA
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 KULON PROGO 0 234,738 241,861 476,599 62 48 110 4 4 8 66 52 118 28 21 25 3 0 3

2 BANTUL 0 463,977 466,299 930,276 245 150 395 11 10 21 256 160 416 55 34 45 0

3 GUNUNG KIDUL 0 327,841 350157 677,998 164 127 291 82 63 145 246 190 436 75 54 64 0

4 SLEMAN 0 560,836 559,581 1,120,417 157 153 310 11 7 18 168 160 328 30 29 29 9 3 12

5 YOGYAKARTA 0 210,433 217,113 427,546 153 92 245 14 9 23 167 101 268 79 47 63 0 0 16

JUMLAH (KAB/KOTA) 1,797,825 1,835,011 3,632,836 781 570 1,351 122 93 215 903 663 1,566 50 36 43 12 3 31

ANGKA INSIDENS PER 100.000 PENDUDUK 43.4 31.1 37.2 KEMATIAN PER 100.000 PENDUDUK 0.7 0.2 0.9

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
Catatan : Jumlah kolom 6 = jumlah kolom 7 pada Tabel 1, yaitu sebesar:
TABEL 11

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

TB PARU
JUMLAH PERKIRAAN
NO KAB/KOTA KASUS BARU ANGKA PENEMUAN KASUS
KLINIS BTA (+)
(CDR)
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 KULON PROGO 0 150 155 305 22 14 36 40 34 74 26.63 21.97 24.26

2 BANTUL 0 294 296 590 4,254 154 83 301 52.37 28.08 51.05

3 GUNUNG KIDUL 0 465 926 1,483 2,409 101 63 164 #DIV/0! #DIV/0! 35.27

4 SLEMAN 0 359 358 717 47 49 96 95 78 173 26.47 21.78 24.13

5 YOGYAKARTA 0 0 0 293 0 0 1,208 153 189 245 #DIV/0! #DIV/0! 70.65

JUMLAH (KAB/KOTA) 803 808 2,370 995 1,546 8,003 543 447 957 67.60 55.29 40.38

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 12

JUMLAH KASUS DAN KESEMBUHAN TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2011

TB PARU
BTA (+) DIOBATI KESEMBUHAN PENGOBATAN LENGKAP ANGKA KESUKSESAN
NO KAB/KOTA
L P L+P L P L+P L P L+P (SUCCESS RATE/SR)
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 KULON PROGO 0 47 38 85 40 85.11 35 92.11 75 88.24 1 2.13 1 2.63 2 2.35 42.13 37.63 77.35

2 BANTUL 0 123 86 209 0.00 0.00 180 86.12 0.00 0.00 6 2.87 0.00 0.00 89.00

3 GUNUNG KIDUL 0 81 59 140 0.00 0.00 102 72.86 0.00 0.00 18 12.86 0.00 0.00 85.71

4 SLEMAN 0 70 46 116 65 92.86 39 84.78 104 89.66 6 8.57 6 13.04 12 10.34 101.43 97.83 100.00

5 YOGYAKARTA 0 132 99 231 99 75.00 75 75.76 174 75.32 10 7.58 8 8.08 18 7.79 82.58 83.84 83.12

JUMLAH (KAB/KOTA) 453 328 781 204 45.03 149 45.43 635 81.31 17 3.75 15 4.57 56 7.17 48.79 50.00 88.48

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 13

PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

PNEUMONIA PADA BALITA


JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
NO KAB/KOTA
PENDERITA L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 KULON PROGO 0 - - 25,376 - - 2,538 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 565 22.3

2 BANTUL 0 68,045 - - 6,805 #DIV/0! #DIV/0! 1,157 17.0

3 GUNUNG KIDUL 0 2,513 - - 230 #DIV/0! #DIV/0! 0 0.0

4 SLEMAN 0 32,474 30,681 63,155 3,247 3,068 6,316 227 7.0 166 5.4 393 6.2

5 YOGYAKARTA 0 14,192 13,509 27,701 1,419 1,351 2,770 0 0.0 0 0.0 821 29.6

JUMLAH (KAB/KOTA) 46,666 44,190 186,790 4,667 4,419 18,658 227 4.9 166 3.8 2,936 15.7

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 14

JUMLAH KASUS BARU HIV, AIDS, DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL LAINNYA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH KASUS BARU


JUMLAH KEMATIAN AKIBAT
INFEKSI MENULAR SEKSUAL
NO KAB/KOTA HIV AIDS AIDS
LAINNYA
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 KULON PROGO 0 2 4 6 2 1 3 2 0 2 2 0 2

2 BANTUL 0 71 40 16 4 20 0

3 GUNUNG KIDUL 0 18 13 31 28 26 54 0 3 2 5

4 SLEMAN 0 2 7 9 11 6 17 0 5

5 YOGYAKARTA 0 26 8 34 36 12 48 0 0 559 2 2 4

JUMLAH (KAB/KOTA) 48 32 151 77 45 162 18 4 581 7 4 16

Sumber: .. (sebutkan)
Ket: Jumlah kasus baru adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 15

PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV-AIDS MENURUT JENIS KELAMIN


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

DONOR DARAH
NO UNIT TRANSFUSI DARAH SAMPEL DARAH DIPERIKSA POSITIF HIV
JUMLAH PENDONOR
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
UTD PMI Kulon Progo 3,561 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 3,561 100.00 16 #DIV/0! #DIV/0! 8 0.22
PMI Kab. Bantul 6,759 721 7,480 6,643 98.28 836 115.95 7,479 99.99 48 0.72 4 0.48 52 0.70
UTP PMI Wonosari 2,557 581 3,138 2,557 100.00 581 100.00 3,138 100.00 0.00 0.00 4 0.13
PMI Kabupaten Sleman 3,928 401 4,329 847 21.56 96 23.94 943 21.78 7 0.83 0.00 7 0.74
UTD PMI Kota Yogyakarta 26,401 2,907 29,308 26,401 100.00 2,907 100.00 29,308 100.00 49 0.19 2 0.07 51 0.17

JUMLAH 39,645 4,610 47,816 36,448 91.94 4,420 95.88 44,429 92.92 120 0.33 6 0 122 0.27

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 16

KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

DIARE
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PERKIRAAAN DIARE DITANGANI
NO KAB/KOTA KASUS L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 KULON PROGO 0 234,738 241,861 476,599 9,929 10,231 20,160 0 0 0 0 10,355 51

2 BANTUL 0 463,977 466,299 930,276 19,626 19,724 39,351 12,341 63 10,070 51 22,411 57

3 GUNUNG KIDUL 0 327,841 350,157 677,998 7,016 7,493 14,509 7,016 100 7,493 100 14,509 100

4 SLEMAN 0 560,836 559,581 1,120,417 23,050 23,670 46,721 7,102 31 7,939 34 15,041 32

5 YOGYAKARTA 0 210,433 217,113 427,546 5,544 6,829 12,373 5,544 100 6,829 100 12,373 100

JUMLAH (KAB/KOTA) 1,797,825 1,835,011 3,632,836 65,166 67,948 133,114 32,003 49.1 32,331 47.6 74,689 56.1

Sumber: .. (sebutkan)
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 17

JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

KASUS BARU
Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah
NO KAB/KOTA PB + MB
0-14 TAHUN 15 TAHUN JUMLAH 0-14 TAHUN 15 TAHUN JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 KULON PROGO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 2 2

2 BANTUL 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2

3 GUNUNG KIDUL 0 0 1 1 0 1 1 0 11 3 14 11 3 14 11 4 15

4 SLEMAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 YOGYAKARTA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 3 1 2 3 1 2 3

JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 0 0 13 7 20 13 7 20 13 9 22
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK 0.72 0.49 0.61

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 18

KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

KASUS BARU
PENDERITA KUSTA 0-14 TAHUN CACAT TINGKAT 2
NO KAB/KOTA PENDERITA KUSTA
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 KULON PROGO 0 - 2 2 - 0.00 - 0.00 - 0.00 0 0.00 0 0.00 - 0.00

2 BANTUL 0 1 1 2 - 0.00 - 0.00 - 0.00 0.00 0.00 - 0.00

3 GUNUNG KIDUL 0 11 4 15 - 0.00 1 25.00 - 0.00 6 54.55 1 25.00 7 46.67

4 SLEMAN 0 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!

5 YOGYAKARTA 0 1 2 3 - 0.00 - 0.00 - 0.00 1 2 3 100.00

JUMLAH (KAB/KOTA) 13 9 22 - 0.00 1 11.11 - 0.00 7 53.85 3 33.33 10 45.45

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 19

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

KASUS TERCATAT
NO KAB/KOTA PB MB JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KULON PROGO 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2

2 BANTUL 0 1 1 3 3 3 1 4

3 GUNUNG KIDUL 0 2 2 11 2 13 11 4 15

4 SLEMAN 0 1 1 2 7 5 12 8 6 14

5 YOGYAKARTA 0 0 0 0 1 2 3 1 0 1

JUMLAH (KAB/KOTA) 1 4 5 22 11 33 23 13 36
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 0.1 0.1 0.1

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 20

PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

KUSTA (PB) KUSTA (MB)


PENDERITA PB RFT PB PENDERITA MB RFT MB
NO KAB/KOTA
2011 L P L+P 2010 L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 KULON PROGO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 100 0 0 1 100

2 BANTUL 1 1 #DIV/0! 1 100 1 100 2 2 1 50 #DIV/0! 1 50

3 GUNUNG KIDUL 3 3 0 #DIV/0! 0 0 9 6 15 9 100 5 83 14 93

4 SLEMAN 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!

5 YOGYAKARTA 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 11 #DIV/0! 3 0 3 3 100 0 #DIV/0! 3 100

JUMLAH (KAB/KOTA) 3 1 4 0 0.0 1 100.0 12 300.0 15 6 21 14 93 5 83 19 90

Sumber: .. (sebutkan)

Keterangan : Penderita PB tahun X - 1, Penderita MB tahun X - 2


X = tahun data.
TABEL 21

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH KASUS PD3I


DIFTERI TETANUS (NON NEONATORUM) TETANUS NEONATORUM
NO KAB/KOTA PERTUSIS
JUMLAH KASUS MENING- JUMLAH KASUS MENING- JUMLAH KASUS MENING-
L P L+P GAL L P L+P L P L+P GAL L P L+P GAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 KULON PROGO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 BANTUL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 GUNUNG KIDUL 0 0 0 2 2 1 0

4 SLEMAN 0 0 0 0 0

5 YOGYAKARTA 0 0 0 0 0 11 12 23 0 2 2 0 0 0 0 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 11 12 23 2 2 4 1 0 0 0 0
CASE FATALITY RATE (%) #DIV/0! 25 #DIV/0!

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 22

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH KASUS PD3I

NO KAB/KOTA CAMPAK
POLIO HEPATITIS B
JUMLAH KASUS
MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 KULON PROGO 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
2 BANTUL 0 12 10 22 0 14 6 20
3 GUNUNG KIDUL 0 0 0 0
4 SLEMAN 0 0 0 0
5 YOGYAKARTA 0 172 184 356 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 184 195 379 0 0 0 0 14 6 20


CASE FATALITY RATE (%) 0.0

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 23

JUMLAH KASUS DBD MENURUT JENIS KELAMIN DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


NO KAB/KOTA JUMLAH KASUS MENINGGAL CFR (%)
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KULON PROGO 0 35 15 50 0 0 0 0.0

2 BANTUL 0 164 113 277 0 0.0 0.0 0.0

3 GUNUNG KIDUL 0 49 29 78 0 0 0 0.0 0.0 0.0

4 SLEMAN 0 120 116 236 0 0.0 0.0 0.0

5 YOGYAKARTA 0 202 157 359 0 2 2 0.0 20.5 12.1

JUMLAH (KAB/KOTA) 570 430 1,000 0 2 2 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!


INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK
31.7 23.5 27.5

Sumber: .. (sebutkan)
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 24

KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

MALARIA
PENDERITA
NO KAB/KOTA TANPA PEMERIKSAAN DENGAN PEMERIKSAAN MENINGGAL CFR
SEDIAAN DARAH SEDIAAN DARAH
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 KULON PROGO 0 0 0 0 133 104 237 0 0 0 0.0 0.0 0.0

2 BANTUL 0 0 0 0 7 0 7 0 0 0 0.0 #DIV/0! 0.0

3 GUNUNG KIDUL 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

4 SLEMAN 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

5 YOGYAKARTA 0 7 0 7 0 0 0 0 0 0 0.0 #DIV/0! 0.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 7 0 7 140 104 244 0 0 0 0.0 0.0 0.0

ANGKA KESAKITAN (API) PER 1.000 PENDUDUK 0.0 0.1 0.1

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 25

PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

PENDERITA FILARIASIS
NO KAB/KOTA KASUS BARU DITEMUKAN JUMLAH SELURUH KASUS
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 KULON PROGO 0 0 0 0 0 0 0
2 BANTUL 0 0 0 0 0 0 0
3 GUNUNG KIDUL 0 0 0
4 SLEMAN 0 0 0
5 YOGYAKARTA 0 0 1 1 0 1 1

JUMLAH (KAB/KOTA) 0 1 1 0 1 1
ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA) 0 0 0

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 26

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH MENURUT JENIS KELAMIN DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

BAYI BARU LAHIR DITIMBANG BBLR


JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KAB/KOTA L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 KULON PROGO 0 2,947 2,731 5,695 2,947 100.0 2,731 100.0 5,695 100.00 0.0 0.0 317 5.57

2 BANTUL 0 6,780 6,639 13,419 6,780 100.0 6,639 100.0 13,419 100.00 243 3.6 291 4.4 534 3.98

3 GUNUNG KIDUL 0 4,261 4,113 8,374 4,261 100.0 4,113 100.0 8,374 100.00 272 6.4 214 5.2 486 5.80

4 SLEMAN 0 6,892 6,805 13,697 6,522 94.6 6,228 91.5 12,750 93.09 254 3.9 244 3.9 498 3.91

5 YOGYAKARTA 0 2,319 2,292 4,611 2,315 99.8 2,343 102.2 4,658 101.02 0.0 177 7.6 177 3.80

JUMLAH (KAB/KOTA) 23,199 22,580 45,796 22,825 98.4 22,054 97.7 44,896 98.03 769 3.4 926 4.2 2,012 4.48

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


TABEL 27

STATUS GIZI BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

BALITA

NO KAB/KOTA BALITA DITIMBANG GIZI LEBIH GIZI BAIK GIZI KURANG GIZI BURUK
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 KULON PROGO 0 10,965 11,000 21,965 177 1.61 155 1.41 357 1.63 9,840 89.74 9,412 85.56 19,252 87.65 1,128 10.29 1,051 9.55 2,179 9.92 91 0.83 86 0.78 177 0.81

2 BANTUL 0 25,008 24,389 49,397 859 3.43 724 2.97 1,583 3.20 21,601 86.38 21,206 86.95 42,807 86.66 2,441 9.76 2,351 9.64 4,792 9.70 107 0.43 108 0.44 215 0.44

3 GUNUNG KIDUL 0 0 0 35,305 #DIV/0! #DIV/0! 620 1.76 #DIV/0! #DIV/0! 30,999 87.80 #DIV/0! #DIV/0! 3,254 9.22 #DIV/0! #DIV/0! 242 0.69

4 SLEMAN 0 30,592 30,234 60,826 1,032 3.37 848 2.80 1,880 3.09 27,248 89.07 27,234 90.08 54,482 89.57 2,162 7.07 2,026 6.70 4,188 6.89 150 0.49 126 0.42 276 0.45

5 YOGYAKARTA 0 7,403 7,165 14,568 418 5.65 306 4.27 700 4.81 6,375 86.11 6,394 89.24 12,769 87.65 548 7.40 425 5.93 973 6.68 63 0.85 40 0.56 103 0.71

JUMLAH (KAB/KOTA) 73,968 72,788 182,061 2,486 3.36 2,033 2.79 5,140 2.82 65,064 87.96 64,246 88.26 160,309 88.05 6,279 8.49 5,853 8.04 15,386 8.45 411 0.56 360 0.49 1,013 0.56

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 28

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
MENURUT KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

IBU HAMIL IBU BERSALIN IBU NIFAS


NO KAB/KOTA DITOLONG MENDAPAT
JUMLAH K1 % K4 % JUMLAH % JUMLAH %
NAKES YANKES
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 KULON PROGO 0 6,364 6,364 100.00 5,932 93.21 5,688 5,678 99.82 5,687 5,650 99.35

2 BANTUL 0 14,834 14,834 100.00 13,614 91.78 13,448 13,432 99.88 13,446 12,439 92.51

3 GUNUNG KIDUL 0 9,530 9,530 100.00 8,771 92.04 8,414 8,390 99.71 8,408 7,531 89.57

4 SLEMAN 0 14,654 14,654 100.00 14,055 95.91 13,738 13,722 99.88 13,736 12,354 89.94

5 YOGYAKARTA 0 5,102 5,102 100.00 4,734 92.79 4,660 4,658 99.96 4,660 4,287 92.00

JUMLAH (KAB/KOTA) 50,484 50,484 100.00 47,106 93.31 45,948 45,880 99.85 45,937 42,261 92.00

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


TABEL 29

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL


JUMLAH IBU
NO KAB/KOTA TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
HAMIL
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 KULON PROGO 0 708 0 - 0 - 338 47.7 11 1.6 4 0.6 353 49.9

2 BANTUL 0 14,834 237 1.6 436 2.9 2,759 18.6 2,588 17.4 1,837 12.4 7,620 51.4

3 GUNUNG KIDUL 0 9,530 500 5.2 328 3.4 2,263 23.7 1,522 16.0 855 9.0 4,968 52.1

4 SLEMAN 0 14,654 4,144 28.3 3,286 22.4 2,659 18.1 2,071 14.1 1,837 12.5 9,853 67.2

5 YOGYAKARTA 0 5,102 1,735 34.0 1,024 20.1 472 9.3 163 3.2 99 1.9 1,758 34.5

JUMLAH (KAB/KOTA) 44,828 6,616 14.8 5,074 11.3 8,491 18.9 6,355 14.2 4,632 10.3 24,552 54.8

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 30

JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3


MENURUT KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH FE1 (30 TABLET) FE3 (90 TABLET)


NO KAB/KOTA
IBU HAMIL JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8

1 KULON PROGO 0 6364 6,282 98.71 5,846 91.86

2 BANTUL 0 14834 14,394 97.03 13,275 89.49

3 GUNUNG KIDUL 0 9530 8,954 93.96 8,852 92.89

4 SLEMAN 0 14654 14,654 100.00 13,508 92.18

5 YOGYAKARTA 0 5102 4,039 79.17 3,728 73.07

JUMLAH (KAB/KOTA) 50484 48,323 95.72 45,209 89.55

Sumber: (sebutkan)
TABEL 31

JUMLAH DAN PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATAL RISIKO TINGGI/KOMPLIKASI DITANGANI
MENURUT JENIS KELAMIN DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

BUMIL NEONATAL RISTI/KOMPLIKASI DITANGANI


PERKIRAAN NEONATAL
JUMLAH BUMIL RISTI/ RISTI/KOMPLIKASI JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KAB/KOTA RISTI/KOMPLIKASI
IBU HAMIL KOMPLIKASI DITANGANI L P L+P
S % L P L+P L P L+P S % S % S %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 KULON PROGO 6,364 1,273 1346 105.75 2,947 2,731 5,695 442 410 854 0.0 0.0 957 112.03

2 BANTUL 14,834 2,967 2484 83.73 6,780 6,639 13,419 1,017 996 2,013 786 77.3 708 71.1 1,494 74.22

3 GUNUNG KIDUL 9,530 1,906 1890 99.16 4,261 4,113 8,374 639 617 1,256 550 86.1 447 72.5 997 79.37

4 SLEMAN 14,654 2,931 1285 43.84 6,892 6,805 13,697 1,034 1,021 2,055 461 44.6 426 41.7 887 43.17

5 YOGYAKARTA 5,102 1,020 946 92.71 2,319 2,292 4,611 348 344 692 311 89.4 297 86.4 608 87.91

JUMLAH (KAB/KOTA) 50,484 10,097 7951 78.75 ##### ##### 45,796 3,480 3,387 6,869 2,108 60.6 1,878 55.4 4,943 71.96

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


TABEL 32

CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN IBU NIFAS MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

BAYI ANAK BALITA (1-4 TAHUN) IBU NIFAS


BAYI 6-11 BULAN MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A 2X MENDAPAT
NO KAB/KOTA JUMLAH JUMLAH
L P L+P L P L+P JUMLAH VIT A
L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 KULON PROGO 0 5,696 2,825 2,871 5,696 100.0 2,825 100.0 2,871 100.0 11,779 11,269 23,048 11,779 100 11,269 100 23,048 100 5,687 5,627 98.945

2 BANTUL 0 3,448 3,367 6,815 3,401 98.7 3,347 99.4 6,748 99.0 26,208 25,847 52,055 25,484 97.237 25,652 99.246 51,136 98.235 13,446 13,306 98.959

3 GUNUNG KIDUL 0 5,308 #DIV/0! #DIV/0! 5,308 100.0 - - 35,848 #DIV/0! #DIV/0! 35,848 100 8,408 7,774 92.46

4 SLEMAN 0 7,273 6,874 14,147 7,115 97.8 6,723 97.8 13,838 97.8 28,398 25,487 53,885 28,119 99.018 25,169 98.752 53,288 98.892 13,736 12,354 89.939

5 YOGYAKARTA 0 2,315 2,343 4,658 - 0.0 - 0.0 9,110 195.6 - - 17,252 - #DIV/0! - #DIV/0! 17,188 99.629 4,660 3,988 85.579

JUMLAH (KAB/KOTA) 18,732 15,409 33,799 16,212 86.5 12,895 83.7 37,875 112.1 66,385 62,603 182,088 65,382 98.489 62,090 99.181 180,508 99.132 45,937 43,049 93.713

Sumber: (sebutkan)
TABEL 33

PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

PESERTA KB AKTIF
MKJP NON MKJP % MKJP
NO KAB/KOTA MKJP +
OBAT LAIN + NON
IUD % MOP % MOW % IM PLAN % JUMLAH % SUNTIK % PIL % KON DOM % % % JUMLAH % NON MKJP
VAGINA NYA MKJP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1 KULON PROGO 0 11,918 23.27 529 1.03 3,342 6.53 6,657 13.00 22,446 43.83 21,281 41.56 5,336 10.42 2,144 4.19 0 0.00 0 0.00 28,761 56.17 51,207 100.0

2 BANTUL 0 27,995 22.82 1,234 1.01 6,408 5.22 6,282 5.12 41,919 34.16 59,306 48.34 13,336 10.87 8,136 6.63 0 0.00 0 0.00 80,778 65.84 122,697 100.0

3 GUNUNG KIDUL 0 13,675 14.20 328 0.34 3,104 3.22 6,419 6.67 23,526 24.43 56,767 58.95 13,320 13.83 2,678 2.78 0 0.00 0 0.00 72,765 75.57 96,291 100.0

4 SLEMAN 0 31,788 26.37 729 0.60 5,593 4.64 4,765 3.95 42,865 35.56 57,839 47.97 11,622 9.64 8,235 6.83 0 0.00 0 0.00 77,696 64.45 120,561 100.0

5 YOGYAKARTA 0 12,578 32.50 272 0.70 2,505 6.47 1,071 2.77 16,426 42.44 11,676 30.17 4,155 10.74 6,433 16.62 0 0.00 14 0.04 22,278 57.56 38,704 100.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 97,954 22.81 3,092 0.72 20,952 4.88 25,194 5.87 147,192 34.27 206,869 48.17 47,769 11.12 27,626 6.43 0 0.00 14 0.00 282,278 65.73 429,470 100.0

Sleman: data MOW dan MOP digabung

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 34

PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

PESERTA KB BARU
MKJP NON MKJP MKJP +
NO KAB/KOTA % MKJP +
OBAT LAIN NON
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % SUNTIK % PIL % KONDOM % % % JUMLAH % NON MKJP
VAGINA NYA MKJP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1 KULON PROGO 0 793 14.7 78 1.45 163 3.03 871 16.15 1,905 35.34 2,499 46.36 605 11.23 381 7.07 0 0.0 0 0.0 3,485 64.66 5,390 100.0

2 BANTUL 0 4,565 26.8 106 0.62 514 3.02 1,064 6.25 6,249 36.72 7,642 44.91 1,550 9.11 1,575 9.26 0 0.0 0 0.0 10,767 63.28 17,016 100.0

3 GUNUNG KIDUL 0 1,500 17.5 33 0.39 105 1.23 1,299 15.18 2,937 34.32 4,580 53.52 786 9.19 254 2.97 0 0.0 0 0.0 5,620 65.68 8,557 100.0

4 SLEMAN 0 3,671 22.5 136 0.83 813 4.97 1,165 7.13 5,785 35.39 8,120 49.67 941 5.76 1,502 9.19 0 0.0 0 0.0 10,563 64.61 16,348 100.0

5 YOGYAKARTA 0 1,226 58.1 6 0.28 22 1.04 50 2.37 1,304 61.83 616 29.21 120 5.69 50 2.37 0 0.0 19 0.9 805 38.17 2,109 100.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 11,755 23.8 359 0.73 1,617 3.27 4,449 9.00 18,180 36.79 23,457 47.46 4,002 8.10 3,762 7.61 0 0.0 19 0.0 31,240 63.21 49,420 100.0

Sleman: data MOW dan MOP digabung

Sumber: .. (sebutkan)
Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 35

JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

PESERTA KB BARU PESERTA KB AKTIF


NO KAB/KOTA JUMLAH PUS
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8

1 KULON PROGO 0 66,631 5,390 8.09 51,207 76.85

2 BANTUL 0 156,289 17,016 10.89 122,697 78.51

3 GUNUNG KIDUL 0 121,635 8,557 7.03 96,291 79.16

4 SLEMAN 0 153,703 16,348 10.64 120,561 78.44

5 YOGYAKARTA 0 47,692 2,109 4.42 38,704 81.15

JUMLAH (KAB/KOTA) 545,950 49,420 9.05 429,460 78.66

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


TABEL 36

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT JENIS KELAMIN DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

KUNJUNGAN NEONATUS 1 KALI (KN1) KUNJUNGAN NEONATUS 3 KALI (KN LENGKAP)


JUMLAH BAYI LAHIR HIDUP
NO KAB/KOTA L P L+P L P L+P
L P L +P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 KULON PROGO 0 2,947 2,731 5,702 5,675 99.53 5,498 96.42

2 BANTUL 0 6,780 6,639 13,419 6,725 99.2 6,588 99.2 13,313 99.21 6,276 92.6 6,184 93.1 12,460 92.85

3 GUNUNG KIDUL 0 4,261 4,113 8,374 4,253 99.8 4,110 99.9 8,363 99.87 3,887 91.2 3,791 92.2 7,678 91.69

4 SLEMAN 0 6,892 6,805 13,697 6,755 98.0 6,798 99.9 13,553 98.95 6,187 89.8 6,370 93.6 12,557 91.68

5 YOGYAKARTA 0 2,319 2,292 4,611 2,310 99.6 2,311 100.8 4,621 100.22 2,112 91.1 2,106 91.9 4,218 91.48

JUMLAH (KAB/KOTA) 23,199 22,580 45,803 20,043 86.4 19,807 87.7 45,525 99.39 18,462 0.8 18,451 81.7 42,411 92.59

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


TABEL 37

CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

KUNJUNGAN BAYI (MINIMAL 4 KALI)


JUMLAH BAYI
NO KAB/KOTA L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KULON PROGO 5,696 2,825 5,695 0.0 0.0 5,202 91.34

2 BANTUL 6,780 6,639 13,419 5,686 83.9 5,588 84.2 11,274 84.02

3 GUNUNG KIDUL 4,261 4,113 8,374 3,990 93.6 3,979 96.7 7,969 95.16

4 SLEMAN 6,892 6,805 13,697 6,117 88.8 6,065 89.1 12,182 88.94

5 YOGYAKARTA 2,315 2,343 4,658 2,071 89.5 2,150 91.8 4,221 90.62

JUMLAH (KAB/KOTA) 25,944 22,725 45,843 17,864 68.9 17,782 78.2 40,848 89.10

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


TABEL 38

CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

NO KAB/KOTA JUMLAH DESA/KEL DESA/KEL UCI % DESA/KEL UCI

1 2 4 5 6

1 KULON PROGO 88 88 100.0

2 BANTUL 75 75 100.0

3 GUNUNG KIDUL 144 144 100.0

4 SLEMAN 86 86 100.0

5 YOGYAKARTA 45 45 100.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 438 438 100.0

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 39

CAKUPAN IMUNISASI DPT, HB, DAN CAMPAK PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

BAYI DIIMUNISASI
DO RATE (%)
JUMLAH BAYI DPT1+HB1 DPT3+HB3 CAMPAK
NO KAB/KOTA
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16.0 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1 KULON PROGO 0 - - 5,647 5,513 97.6 5,499 97.4 5,476 97.0 0.7

2 BANTUL 0 6,341 6,273 12,614 6,012 94.8 5,930 94.5 11,942 94.7 5,884 92.8 5,951 94.9 11,835 93.8 5,967 94.1 5,995 95.6 11,962 94.8 0.7 -1.1 -0.2

3 GUNUNG KIDUL 0 - - 8,182 - - 7,983 97.6 - - 7,960 97.3 - - 7,810 95.5 - - 2.2

4 SLEMAN 0 7,273 6,874 14,147 7,661 105.3 7,126 103.7 14,787 104.5 7,242 99.6 6,810 99.1 14,052 99.3 7,191 98.9 6,688 97.3 13,879 98.1 6.1 6.1 6.1

5 YOGYAKARTA 0 2,315 2,343 4,658 0 0.0 0 0.0 9,061 194.5 0 0.0 0 0.0 4,714 101.2 0 0.0 0 0.0 4,696 100.8 - - 48.2

JUMLAH (KAB/KOTA) ##### ##### 45,248 13,673 85.8 13,056 84.3 49,286 108.9 13,126 82.4 12,761 82.4 44,060 97.4 13,158 82.6 12,683 81.9 43,823 96.9 3.8 2.9 11.1

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 40

CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN POLIO PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI BCG POLIO3
NO KAB/KOTA
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 KULON PROGO 0 5,647 5,566 99 5,487 97.1666

2 BANTUL 0 6,341 6,273 12,614 6,104 96 5,865 93 11,969 95 5,928 93.4868 5,908 94.1814 11,836 93.8322

3 GUNUNG KIDUL 0 0 0 8,182 #DIV/0! #DIV/0! 8,028 98 #DIV/0! #DIV/0! 7,976 97.4823

4 SLEMAN 0 7,273 6,874 14,147 7,995 110 7,619 111 15,614 110 6,931 95.2977 6,674 97.0905 13,605 96.1688

5 YOGYAKARTA 0 2,315 2,343 4,658 2,250 97 2,215 95 4,465 96 2,248 97.1058 2,181 93.0858 4,429 95.0837

JUMLAH (KAB/KOTA) 15,929 15,490 45,248 16,349 103 15,699 101 45,642 101 15,107 94.8396 14,763 95.3066 43,333 95.7678

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 41

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF


JUMLAH BAYI
NO KAB/KOTA L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KULON PROGO 0 - - 4,043 2,346 58.0

2 BANTUL 0 2,102 1,976 4,078 1,332 63.4 1,258 63.7 2,590 63.5

3 GUNUNG KIDUL 0 - - 5,840 - - 2,617 44.8

4 SLEMAN 0 7,273 6,874 14,147 3,019 41.5 2,968 43.2 5,987 42.3

5 YOGYAKARTA 0 2,315 2,343 3,910 - 0.0 - 0.0 1,813 46.4

JUMLAH (KAB/KOTA) 11,690 11,193 32,018 4,351 37.2 4,226 37.8 15,353 48.0

Sumber: (sebutkan)
TABEL 42

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI ANAK USIA 6-23 BULAN KELUARGA MISKIN
MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

ANAK 6-23 BULAN


NO KAB/KOTA PUSKESMAS DARI KELUARGA MISKIN MENDAPAT MP-ASI %
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KULON PROGO 0 207 207 100.00
2 BANTUL 0 296 296 592 296 296 592 100.00 100.00 100.00
3 GUNUNG KIDUL 30 1,641 1,721 3,362 375 378 753 22.85 21.96 22.40
4 SLEMAN 25 165 135 300 165 135 300 100.00 100.00 100.00
5 YOGYAKARTA 0 0 683 0 0 651 95.31

JUMLAH (KAB/KOTA) 2,102 2,152 5,144 836 809 2,503 39.77 37.59 48.66

Sumber: (sebutkan)
TABEL 43

CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

ANAK BALITA (12-59 BULAN)


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)
NO KAB/KOTA JUMLAH
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KULON PROGO 0 0 0 25,376 21,927 86.41

2 BANTUL 0 64,436 27,098 #DIV/0! 27,607 #DIV/0! 54,705 84.90

3 GUNUNG KIDUL 0 16,623 17,505 34,128 13,709 82.5 13,933 79.6 27,642 81.00

4 SLEMAN 0 27,894 26,353 54,247 21,584 77.4 21,749 82.5 43,333 79.88

5 YOGYAKARTA 0 18,078 7,248 #DIV/0! 7,152 #DIV/0! 14,400 79.65

JUMLAH (KAB/KOTA) 44,517 43,858 196,265 69,639 156.4 70,441 160.6 162,007 82.55

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


TABEL 44

JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

BALITA
DITIMBANG BB NAIK BGM
NO KAB/KOTA BALITA YANG ADA
L P L+P L P L+P L P L+P
JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA
L P L+P JUMLAH % % JUMLAH % % % JUMLAH % % % %
H H H H H H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 KULON PROGO 0 27,664 #DIV/0! #DIV/0! 21,608 78.1 #DIV/0! #DIV/0! 11,439 52.9 #DIV/0! #DIV/0! 180 0.8

2 BANTUL 0 33,577 32,793 66,370 25,485 75.9 25,274 77.1 50,759 76.5 15,405 60.4 15,256 60.4 30,661 60.4 355 1.4 464 1.8 819 1.6

3 GUNUNG KIDUL 0 0 0 43,460 #DIV/0! #DIV/0! 34,643 79.7 #DIV/0! #DIV/0! 22,221 64.1 #DIV/0! #DIV/0! 698 2.0

4 SLEMAN 0 32,474 30,681 63,155 25,940 79.9 25,026 81.6 50,966 80.7 16,830 64.9 15,791 63.1 32,621 64.0 277 1.1 263 1.1 540 1.1

5 YOGYAKARTA 0 0 0 20,300 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 29,359 144.6 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 7,251 24.7 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 213 0.7

JUMLAH (KAB/KOTA) 66,051 63,474 220,949 51,425 77.9 50,300 79.2 187,335 84.8 32,235 62.7 31,047 61.7 104,193 55.6 632 1.2 727 1.4 2,450 1.3

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 45

CAKUPAN BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

BALITA GIZI BURUK


MENDAPAT PERAWATAN
NO KAB/KOTA JUMLAH
L P L+P
L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KULON PROGO 0 91 86 177 0.0 0.0 - 0.0

2 BANTUL 0 107 108 215 0.0 0.0 - 0.0

3 GUNUNG KIDUL 0 53 66 119 53 100.0 66 100.0 119 100.0

4 SLEMAN 0 150 126 276 43 28.7 35 27.8 78 28.3

5 YOGYAKARTA 0 - - 120 - #DIV/0! - #DIV/0! 231 192.5

JUMLAH (KAB/KOTA) 401 386 907 96 23.9 101 26.2 428 47.2

Sumber: (sebutkan)
TABEL 46

CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
NO KAB/KOTA JUMLAH
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KULON PROGO 0 3,216 2,851 6,067 3,216 2,851 6,067 100.0

2 BANTUL 0 6,564 6,061 12,625 6,478 98.7 6,009 99.1 12,487 98.9

3 GUNUNG KIDUL 0 4,722 4,309 9,031 4,668 98.9 4,188 97.2 8,856 98.1

4 SLEMAN 0 8,010 7,179 15,189 8,010 100.0 7,179 100.0 15,189 100.0

5 YOGYAKARTA 0 7,323 #DIV/0! #DIV/0! 7,031 96.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 22,512 20,400 50,235 22,372 99.4 20,227 99.2 49,630 98.8
CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT 99.4 99.2 98.8

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 47

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

MURID SD DAN SETINGKAT


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN SESUAI STANDAR
NO KAB/KOTA JUMLAH
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KULON PROGO 0 9,100 8,130 17,230 6,755 5,481 12,236 71.0

2 BANTUL 0 6,564 6,061 12,625 6,478 98.7 6,009 99.1 12,487 98.91

3 GUNUNG KIDUL 0 4,722 4,309 9,031 4,668 98.9 4,188 97.2 8,856 98.06

4 SLEMAN 0 8,010 7,179 15,189 8,010 100.0 7,179 100.0 15,189 100.00

5 YOGYAKARTA 0 22,506 23,906 46,412 - - - - - -

JUMLAH (KAB/KOTA) 50,902 49,585 100,487 25,911 50.9 22,857 46.1 48,768 48.53

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 48

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

USILA (60TAHUN+)
NO KAB/KOTA
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KULON PROGO 0 23,980 31,315 55,295 3,890 16.22 6,175 19.72 10,065 18.20

2 BANTUL 0 162,321 #DIV/0! #DIV/0! 49,893 30.74

3 GUNUNG KIDUL 0 131,510 #DIV/0! #DIV/0! 42,953 32.66

4 SLEMAN 0 38,281 37,485 75,766 7,864 20.54 15,072 40.21 22,936 30.27

5 YOGYAKARTA 0 13,706 18,366 32,072 16,900 123.30 23,425 127.55 40,325 125.73

JUMLAH (KAB/KOTA) 75,967 87,166 456,964 28,654 37.72 44,672 51.25 166,172 36.36

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


TABEL 49

PERSENTASE SARANA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I


NO SARANA KESEHATAN JUMLAH SARANA
JUMLAH %
1 2 3 4 5

1 RUMAH SAKIT UMUM 48 40 83.33

2 RUMAH SAKIT JIWA 2 1 50.00

3 RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA 19 10 52.63

4 PUSKESMAS PERAWATAN 59 52 88.14

5 SARANA YANKES.LAINNYA 292 0 -

JUMLAH (KAB/KOTA) 420 103 24.52

Sumber: (sebutkan)
TABEL 50

JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KLB


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

YANG TERSERANG JUMLAH PENDUDUK


JENIS KEJADIAN LUAR JUMLAH PENDERITA ATTACK RATE (%) JUMLAH KEMATIAN CFR (%)
NO JUMLAH JUMLAH TERANCAM
BIASA
KEC DESA L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 DIARE 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Sumber: (sebutkan)

TABEL 50

JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KLB


0
0

YANG TERSERANG JUMLAH PENDUDUK


JENIS KEJADIAN LUAR JUMLAH PENDERITA ATTACK RATE (%) JUMLAH KEMATIAN CFR (%)
NO JUMLAH JUMLAH TERANCAM
BIASA
KEC DESA L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Chikungunya (Kota) 1 1 4,523 4,518 9,041 19 16 35 0.42 0.35 0.39 0 0 0 - - -
2 Keracunan pangan 5 5 21,852 22,384 44,236 98 93 191 0.45 0.42 0.43 0 - - -
3 Leptospirosis 5 5 24,520 25,321 49,841 6 0 6 0.02 - 0.01 1 1 - #DIV/0! 16.67
4 Campak 1 1 5,936 6,035 11,971 2 4 6 0.03 0.07 0.05 0 0 0 - - -
5 Thypus 1 1 4,099 4,058 8,157 3 4 7 0.07 0.10 0.09 0 0 0 - - -
1 DIARE (Sleman) 2 3 85,215 85,847 171,062 2 1 3 0.00 0.00 0.00 0 - - -
1 Rubela (GK) 2 3 576 592 1,168 22 32 54 3.82 5.41 4.62 0 0 0 - - -
2 DBD 1 1 13 17 30 2 2 4 15.38 11.76 13.33 0 0 0 - - -
3 Diare 1 1 101 114 215 14 14 28 13.86 12.28 13.02 0 0 0 - - -
4 Keracunan Makanan 7 8 142 147 289 59 80 139 41.55 54.42 48.10 1 1 2 1.69 1.25 1.44
1 Diare Bantul 6 7 865 55 70 135 15.61 0 2 2 - 2 1.48
2 Keracunan Makanan 7 9 1,165 107 182 289 24.81 0 2 2 - 2.00 0.69
3 Rubella 1 1 200 4 6 10 5.00 0 0 0 - - -
4 Campak 1 1 400 123 30.75 0 0 0 - - -
5 Chikungunya 1 1 1,269 3 21 24 1.89 0 0 0 - - -

TABEL 50

JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KLB


0 0
0 0

YANG TERSERANG JUMLAH PENDUDUK


JENIS KEJADIAN LUAR JUMLAH PENDERITA ATTACK RATE (%) JUMLAH KEMATIAN CFR (%)
NO JUMLAH JUMLAH TERANCAM
BIASA
KEC DESA L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Parotitis 1 1 120 11 9.17 0 0 0 0 0 0
2 Rubella 3 3 407 63 15.48 0 0 0 0 0 0
3 Malaria 2 2 14,804 71 0.48 0 0 0 0 0 0
4 Varicella 2 2 1,076 88 8.18 0 0 0 0 0 0
5 Keracunan Makanan 5 8 1,355 376 27.75 0 0 0 0 0 0
6 Suspect H5N1 2 2 105 2 0 2 1.90 1 0 1 50 - 50
7 HMFD 4 4 577 38 6.59 0 0 0 0 0 0
8 Hepatitis A 1 6 35,040 1,047 2.99 0 0 0 0 0 0
9 Scabies 2 2 531 74 13.94 0 0 0 0 0 0
10 suspect difteri 1 1 4,765 1 0.02 0 0 0 0 0 0

Sumber: Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi


TABEL 51

DESA/KELURAHAN TERKENA KLB YANG DITANGANI < 24 JAM MENURUT KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

DESA/KELURAHAN TERKENA KLB

JUMLAH RATA2 KEJADIAN


NO KAB/KOTA DESA/KELURAHAN DITANGANI <24
DESA/KELURAHAN JUMLAH %
KLB PER JUMLAH JAM
DESA/KELURAHAN

1 2 4 5 6 7 8

1 KULON PROGO 88 31 0.35 31 100.00

2 BANTUL 75 20 0.27 20 100.00

3 GUNUNG KIDUL 144 13 0.09 13 100.00

4 SLEMAN 86 19 0.22 19 100.00

5 YOGYAKARTA 45 11 0.24 11 100.00

JUMLAH (KAB/KOTA) 438 94 0.21 94 100.00

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 52

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


RASIO TUMPATAN/
NO KAB/KOTA TUMPATAN GIGI TETAP PENCABUTAN GIGI TETAP
PENCABUTAN
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KULON PROGO 0 1,740 3,579 7,619 1,650 2,896 6,156 1.2

2 BANTUL 0 1,588 2,455 4,043 1,715 2,219 3,934 0.9 1.1 1.0

3 GUNUNG KIDUL 0 394 501 895 294 384 678 1.3 1.3 1.3

4 SLEMAN 0 6,181 12,365 18,546 2,676 4,418 7,094 2.3 2.8 2.6

5 YOGYAKARTA 0 2,818 5,022 7,840 2,826 4,466 7,292 1.0 23.9 1.1

JUMLAH (KAB/ KOTA) 12,721 23,922 38,943 9,161 14,383 25,154 1.4 1.7 1.5

Sumber: (sebutkan)
TABEL 53

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

UKGS (PROMOTIF DAN PREVENTIF)


JUMLAH JUMLAH
NO KAB/KOTA JUMLAH MURID SD/MI MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATAN
JUMLAH SD/MI DGN SD/MI
% %
SD/MI SIKAT GIGI MENDAPAT
MASSAL YAN. GIGI L P L+P L % P % L+P % L P L+P L % P % L+P %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1 KULON PROGO 267 220 82.4 262 98.1 12,321 10,199 22,520 4,073 33.1 3,853 17.1 9,152 40.6 1,544 1,889 4,006 4,394 109.7

2 BANTUL 369 280 75.9 361 97.8 24,631 22,439 47,070 11,199 45.5 10,369 46.2 21,568 45.8 6,130 6,086 12,216 4,191 68.4 4,602 75.6 8,793 72.0

3 GUNUNG KIDUL 238 95 39.9 169 71.0 7,467 15,283 22,750 3,579 47.9 3,435 22.5 7,014 30.8 1,827 1,907 3,734 1,960 107.3 1,945 102.0 3,905 104.6

4 SLEMAN 534 0.0 534 100.0 8,010 7,280 15,290 8,010 100.0 7,280 100.0 15,290 100.0 4,129 5,300 9,429 2,108 51.1 3,099 58.5 5,207 55.2

5 YOGYAKARTA 178 178 100.0 178 100.0 13,622 12,788 26,410 6,548 48.1 6,322 49.4 13,010 49.3 2,384 2,553 4,937 1,167 49.0 1,208 47.3 2,546 51.6

JUMLAH (KAB/ KOTA) 1,586 773 48.7 1,504 94.8 66,051 67,989 134,040 33,409 50.6 31,259 46.0 66,034 49.3 16,014 17,735 34,322 9,426 58.9 10,854 61.2 24,845 72.4

Sumber: (sebutkan)
TABEL 54

JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

PENYULUHAN KESEHATAN
JUMLAH SELURUH
NO KAB/KOTA JUMLAH KEGIATAN
KEGIATAN
PENYULUHAN
PENYULUHAN
MASSA
KELOMPOK
1 2 3 4 5

1 KULON PROGO 0 3275 108

2 BANTUL 0

3 GUNUNG KIDUL 0 1782 1159

4 SLEMAN 0 8790

5 YOGYAKARTA 0 1005

SUB JUMLAH I 14852 1267


1 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2 Rumah Sakit
JUMLAH (KAB/KOTA) 14852 1267

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 55

CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR MENURUT JENIS JAMINAN, JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH PESERTA JAMINAN KESEHATAN PRA BAYAR


JUMLAH PENDUDUK
NO KAB/KOTA ASKES JAMSOSTEK ASKESKIN/JAMKESMAS LAINNYA JUMLAH %
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 KULON PROGO 0 234,738 241,861 476,599 0 0 37,416 0 0 0 0 141,893 0 0 289,431 0 0 468,740

2 BANTUL 0 463,977 466,299 930,276 43,188 49,021 92,209 8,601 8,474 17,075 108,394 114,593 222,987 251,099 160,183 172,088 583,370 34.5 36.9 62.7

3 GUNUNG KIDUL 0 327,841 350,157 677,998 21,474 23,844 45,318 515 607 1,122 340,635 83,000 21,989 24,451 470,075 6.7 7.0 69.3

4 SLEMAN 0 560,836 559,581 1,120,417 65,184 76,079 141,263 514 435 949 80,234 87,924 168,158 430,089 145,932 164,438 740,459 26.0 29.4 66.1

5 YOGYAKARTA 0 210,433 217,113 427,546 68,140 0 0 76,858 54,520 199,518

JUMLAH (KAB/KOTA) 1,797,825 1,835,011 3,632,836 129,846 148,944 384,346 9,630 9,516 19,146 188,628 202,517 950,531 0 0 1,108,139 328,104 360,977 2,462,162
PERSENTASE (KAB/KOTA) 7.2 8.1 10.6 0.5 0.5 0.5 10.5 11.0 26.2 0.0 0.0 30.5 18.3 19.7 67.8 18.3 19.7 67.8

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 56

CAKUPAN PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN)


MENDAPAT YANKES RAWAT JALAN
NO KAB/KOTA DICAKUP ASKESKIN/JAMKESMAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
JUMLAH YANG ADA
(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 1) (PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 2 DAN STRATA 3)
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 KULON PROGO 0 - - 141,893 - - 141,893 100.0 - - 219,372 154.6

2 BANTUL 0 222,987 #DIV/0! #DIV/0! 222,987 100.0 #DIV/0! #DIV/0! 235,504 105.6 16,616 #DIV/0! 25,625 #DIV/0! 42,241 18.9

3 GUNUNG KIDUL 0 340,635 #DIV/0! #DIV/0! 340,635 100.0 #DIV/0! #DIV/0! 328,232 96.4 #DIV/0! #DIV/0! 1,613 0.5

4 SLEMAN 0 80,234 87,924 168,158 80,234 100.0 87,924 100.0 168,158 100.0 0.0 0.0 128,030 76.1 26,470 33.0 39,923 45.4 66,393 39.5

5 YOGYAKARTA 0 4 - 179,946 0.0 #DIV/0! 144,184 80.1 35,046 876150.0 79,233 #DIV/0! 169,324 94.1 0.0 #DIV/0! 10,674 5.9

JUMLAH (KAB/KOTA) 80,238 87,924 1,053,619 80,234 100.0 87,924 100.0 1,017,857 96.6 35,046 43.7 79,233 90.1 1,080,462 102.5 43,086 53.7 65,548 74.6 120,921 11.5

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 57

CAKUPAN PELAYANAN RAWAT INAP MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

MASYARAKAT MISKIN DAN HAMPIR MISKIN


MENDAPAT YANKES RAWAT INAP
NO KAB/KOTA JUMLAH YANG ADA PELAYANAN KESEHATAN DASAR PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 1) (PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 2 DAN STRATA 3)
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 KULON PROGO - - 141,893 - - 1,249 0.9 - 0.0

2 BANTUL - - 222,987 #DIV/0! #DIV/0! 958 0.4 2,894 #DIV/0! 4,855 #DIV/0! 7,749 3.5

3 GUNUNG KIDUL - - 340,635 #DIV/0! #DIV/0! 2,339 0.7 #DIV/0! #DIV/0! - 0.0

4 SLEMAN 80,234 87,924 168,158 0.0 0.0 1,110 0.7 3,674 4.6 5,221 5.9 8,895 5.3

5 YOGYAKARTA - 179,946 - 0.0 - #DIV/0! 1,359 0.8 0.0 #DIV/0! 1,027 0.6

JUMLAH (KAB/KOTA) 80,234 87,924 1,053,619 - 0.0 - 0.0 7,015 0.7 6,568 8.2 10,076 11 17,671 1.7

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 58

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA


NO SARANA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 KULON PROGO 103,580 156,311 582,499 1,179 1,733 4,324 1,235 1,177 4,501
2 BANTUL 871,323 540,389
3 GUNUNG KIDUL 76,869 84,605 734,794 340 642 3,449 1,263 1,516 3,019
4 SLEMAN 334,399 622,134 956,533 957 1,344 2,301 7,302 8,965 16,267
5 YOGYAKARTA 248,197 409,036 657,233 0 1,961 1,961 3,711 2,278 6,667
SUB JUMLAH I PUSKESMAS 763,045 1,272,086 3,802,382 2,476 5,680 552,424 13,511 13,936 30,454
1 KULON PROGO 42,926 47,760 218,426 3,494 3,428 27,331 0 0 0
2 BANTUL 131,462 182,240 313,702 12,866 18,479 31,345 1,696 1,950 3,646
3 GUNUNG KIDUL 46,001 47,644 93,645 9,189 15,771 24,960 797 1,197 1,994
4 SLEMAN 775,977 154,848 0
5 YOGYAKARTA 408,876 867,795 1,276,671 34,868 45,285 80,153 7,040 3,989 11,029
SUB JUMLAH II RUMAH SAKIT 629,265 1,145,439 2,678,421 60,417 82,963 318,637 9,533 7,136 16,669
1 KULON PROGO 0 0 5,777 0 0 42 0 0 0
2 BANTUL 0 0 0
3 GUNUNG KIDUL 0 0 0
4 SLEMAN 191,849 1,221 0
5 YOGYAKARTA 0 0 0
SUB JUMLAH III SARANA YANKES LAINNYA 0 0 197,626 0 0 1,263 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,392,310 2,417,525 6,678,429 62,893 88,643 872,324 23,044 21,072 47,123
JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA 1,797,439 1,833,281 3,630,720 1,797,439 1,833,281 3,630,720
CAKUPAN KUNJUNGAN (%) 77.5 131.9 183.9 3.5 4.8 24.0

Sumber: (sebutkan)
TABEL 59

ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH PASIEN KELUAR (HIDUP PASIEN KELUAR MATI


NAMA RUMAH PASIEN KELUAR MATI GDR NDR
NO JENIS RSb TEMPAT + MATI) 48 JAM DIRAWAT
SAKITa
TIDUR L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 RSU PKU Muhammadiyah Umum 205 5,371 5,911 11,282 132 - - 1.2 - - -
2 RSU Panti Rapih Umum 371 9,380 10,992 20,372 217 371 251 622 - - 1.1 4.0 2.3 3.1
3 RSU Bethesda Umum 440 9,402 10,111 19,513 302 265 256 521 - - 1.5 2.8 2.5 2.7
4 RSK Puri Nirmala RSKJ 40 239 212 451 - 1 1 2 - - - 0.4 0.5 0.4
5 RSUD Jogja Umum 200 3,520 4,581 8,101 83 93 83 176 - - 1.0 2.6 1.8 2.2
6 RSK Bhakti Ibu RSKIA 25 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
7 RSK Soedirman Bedah 25 335 306 641 - - - - - - - -
8 RSK Sari Asih THT 25 - - 1 1 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
9 RSK Empat Lima Anak 50 701 626 1,327 6 2 2 - - 0.5 - 0.3 0.2
10 RSK Permata Bunda Ibu, anak 50 1,200 3,410 4,610 - 2 2 - - - 0.2 - 0.0
11 RSU Lempuyang Umum 50 8,547 6,948 15,495 - 1 1 - - - - 0.0 0.0
12 RSK PKU M kotagede Ibu, anak 38 205 900 1,105 - 1 1 - - - - 0.1 0.1
13 RSGMP UMY Gilut 80 9,521 14,593 24,114 - - - - - - - -
14 Happy Land Medical Umum 38 - - 4 6 10 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
15 RSU Hidayatullah Umum 106 11,096 1,830 12,926 16 10 35 45 - - 0.1 0.1 1.9 0.3
16 RSU Ludira Husada Umum 50 874 725 1,599 48 11 17 28 - - 3.0 1.3 2.3 1.8
17 RSU DKT( RST Dr. Umum 104 936 1,106 2,042 17 8 1 9 - - 0.8 0.9 0.1 0.4
18 RSK Dr. Yap Mata 52 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
19 RSUP dr. Sardjito Umum 724 28,095 2,031 1,469 #DIV/0! #DIV/0! 7.2 #DIV/0! #DIV/0! 5.2
20 RSUD Sleman Umum 168 11,816 2,695 145 #DIV/0! #DIV/0! 22.8 #DIV/0! #DIV/0! 1.2
21 RSUD Prambanan Umum 50 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
22 RS Atturots AlIslamy Umum 51 1,631 41 17 #DIV/0! #DIV/0! 2.5 #DIV/0! #DIV/0! 1.0
23 RS Queen Latifa Umum 50 1,712 4 4 #DIV/0! #DIV/0! 0.2 #DIV/0! #DIV/0! 0.2
24 RS Panti Nugroho Umum 50 3,720 87 42 #DIV/0! #DIV/0! 2.3 #DIV/0! #DIV/0! 1.1
25 RS Bhayangkara Umum 51 1,542 13 4 #DIV/0! #DIV/0! 0.8 #DIV/0! #DIV/0! 0.3
26 RS JIH Umum - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
27 RS Panti Rini Umum 50 3,750 104 62 #DIV/0! #DIV/0! 2.8 #DIV/0! #DIV/0! 1.7
28 RS Ghrasia Khusus 156 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
29 RS Annur Khusus - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
30 RS Panti BhaktiningsihUmum 50 1,945 66 28 #DIV/0! #DIV/0! 3.4 #DIV/0! #DIV/0! 1.4
31 RS Condongcatur Umum - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
32 RS Mitra paramedika Umum - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
33 RS Purihusada Umum 50 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
34 RS Lokapala Umum - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
35 RS Dharma Husada Umum - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
36 RSKIA Sakina Idaman Khusus 25 1,990 16 14 #DIV/0! #DIV/0! 0.8 #DIV/0! #DIV/0! 0.7
37 RS PDHI Kalasan Umum 66 3,415 152 99 #DIV/0! #DIV/0! 4.5 #DIV/0! #DIV/0! 2.9
38 RS Arvita Bunda Khusus - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
39 RS Gramedika 10 Umum 50 244 - - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! -
40 RSA UGM Umum 74 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
41 RS PKU Muh Gp Umum 52 3,791 114 16 #DIV/0! #DIV/0! 3.0 #DIV/0! #DIV/0! 0.4
42 RSKIA SADEWA Khusus 37 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
RSUD Wonosari C 169 5,964 6,798 12,762 249 169 418 99 70 169 4.2 2.5 3.3 1.7 1.0 1.3
RS Nur Rohmah D 53 1,840 1,745 3,585 3 1 4 - 0.2 0.1 0.1 - - -
RS Pelita Husada D 50 1,161 1,391 2,552 32 51 83 22 25 47 2.8 3.7 3.3 1.9 1.8 1.8
1 RSUD Panembahan Senopati
Umum 289 8,396 12,747 21,143 364 284 648 171 154 325 4.3 2.2 3.1 2.0 1.2 1.5
2 Rajawali Citra Umum 50 1,090 1,108 2,198 14 14 28 10 5 15 1.3 1.3 1.3 0.9 0.5 0.7
3 RSKIA Umi Khasanah RSK Ibu&anak - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
4 RSAU Hardjolukito Tk II - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
5 RSKB Ring Road SelatanKhusus Bedah - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
6 RSU Permata Husada Umum 50 270 403 673 4 10 14 4 10 14 1.5 2.5 2.1 1.5 2.5 2.1
7 RSU Rachma Husada Umum 50 1,011 1,591 2,602 10 12 22 7 5 12 1.0 0.8 0.8 0.7 0.3 0.5
8 RSU Santa Elisabeth Umum 50 660 881 1,541 15 14 29 8 5 13 2.3 1.6 1.9 1.2 0.6 0.8
9 RSU PKU Muhamadiyah Umum - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
10 RS Patmasuri Umum - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
11 RS Nur Hidayah Umum - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
12 RS Griya Mahardika Umum - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
- - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
KABUPATEN/KOTA 4,464 81,719 88,915 234,285 691 555 7,390 1,087 928 3,915 0.8 0.6 3.2 1.3 1.0 1.7

Sumber: (sebutkan)
Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
b
Jenis rumah sakit RS umum atau RS khusus, untuk RS khusus sebutkan jenis kekhususannya (RS Jiwa, RS TB Paru, RS Kusta, dll)
TABEL 60

INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH PASIEN
JUMLAH
NAMA RUMAH JUMLAH HARI
NO JENIS RSb TEMPAT PASIEN KELUAR BOR LOS TOI
SAKITa TIDUR
PASIEN KELUAR PASIEN KELUAR
MATI 48 JAM PERAWATAN
(HIDUP + MATI) MATI
DIRAWAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 RSU PKU Muhammadiyah Umum 205 11,282 132 - 0.0 0.0 6.6
2 RSU Panti Rapih Umum 371 20,372 217 622 0.0 0.0 6.6
3 RSU Bethesda Umum 440 19,513 302 521 0.0 0.0 8.2
4 RSK Puri Nirmala RSKJ 40 451 - 2 0.0 0.0 32.4
5 RSUD Jogja Umum 200 8,101 83 176 0.0 0.0 9.0
6 RSK Bhakti Ibu RSKIA 25 - - - 0.0 #DIV/0! #DIV/0!
7 RSK Soedirman Bedah 25 641 - - 0.0 0.0 14.2
8 RSK Sari Asih THT 25 - - 1 0.0 #DIV/0! #DIV/0!
9 RSK Empat Lima Anak 50 1,327 6 2 0.0 0.0 13.75283
10 RSK Permata Bunda Ibu, anak 50 4,610 - 2 0.0 0.0 4.0
11 RSU Lempuyang Wangi Umum 50 15,495 - 1 0.0 0.0 1.2
12 RSK PKU M kotagedeIbu, anak 38 1,105 - 1 0.0 0.0 12.6
13 RSGMP UMY Gilut 80 24,114 - - 0.0 0.0 1.2
14 Happy Land Medical Center
Umum 38 - - 10 0.0 #DIV/0! #DIV/0!
15 RSU Hidayatullah Umum 106 12,926 16 45 0.0 0.0 3.0
16 RSU Ludira Husada TamaUmum 50 1,599 48 28 0.0 0.0 11.4
17 RSU DKT( RST Dr. Sutarto
Umum040603 ) 104 2,042 17 9 0.0 0.0 18.6
18 RSK Dr. Yap Mata 52 - - - 0.0 #DIV/0! #DIV/0!
19 RSU Ludira Husada TamaUmum 50 1,599 48 28 0.0 0.0 11.4
20 RSU DKT( RST Dr. Sutarto
Umum040603 ) 104 2,042 17 9 0.0 0.0 18.6
21 RSK Dr. Yap Mata 52 - - - 0.0 #DIV/0! #DIV/0!
22 RSUP dr. Sardjito Umum 724 28,095 2,031 1,469 0.0 0.0 9.4
23 RSUD Sleman Umum 168 11,816 2,695 145 0.0 0.0 5.2
24 RSUD Prambanan Umum 50 - - - 0.0 #DIV/0! #DIV/0!
25 RS Atturots AlIslamy Umum 51 1,631 41 17 0.0 0.0 11.4
26 RS Queen Latifa Umum 50 1,712 4 4 0.0 0.0 10.7
27 RS Panti Nugroho Umum 50 3,720 87 42 0.0 0.0 4.9
28 RS Bhayangkara Umum 51 1,542 13 4 0.0 0.0 12.1
29 RS JIH Umum 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
30 RS Panti Rini Umum 50 3,750 104 62 0.0 0.0 4.9
31 RS Ghrasia Khusus 156 - - - 0.0 #DIV/0! #DIV/0!
32 RS Annur Khusus 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
33 RS Panti BhaktiningsihUmum 50 1,945 66 28 0.0 0.0 9.4
34 RS Condongcatur Umum 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
35 RS Mitra paramedika Umum 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
36 RS Purihusada Umum 50 - - - 0.0 #DIV/0! #DIV/0!
37 RS Lokapala Umum 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
38 RS Dharma Husada Umum 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
39 RSKIA Sakina IdamanKhusus 25 1,990 16 14 0.0 0.0 4.6
40 RS PDHI Kalasan Umum 66 3,415 152 99 0.0 0.0 7.1
41 RS Arvita Bunda Khusus 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
42 RS Gramedika 10 Umum 50 244 - - 0.0 0.0 74.8
43 RSA UGM Umum 74 - - - 0.0 #DIV/0! #DIV/0!
44 RS PKU Muh Gp Umum 52 3,791 114 16 0.0 0.0 5.0
45 RSKIA SADEWA Khusus 37 - - - 0.0 #DIV/0! #DIV/0!
46 RSUD Wonosari C 169 12,762 418 169 0.0 0.0 4.8
47 RS Nur Rohmah D 53 3,585 4 - 0.0 0.0 5.4
48 RS Pelita Husada D 50 2,552 83 47 0.0 0.0 7.2
49 RSUD Wonosari C 169 12,762 418 169 52,392 84.9 4.1 0.7
50 RS Nur Rohmah D 53 3,585 4 - 10,640 55.0 3.0 2.4
51 RS Pelita Husada D 50 2,552 83 47 7,656 42.0 3.0 4.2
52 RSAU Hardjolukito Tk II 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
53 RSKB Ring Road SelatanKhusus Bedah 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
54 RSU Permata HusadaUmum 50 673 14 14 0.0 0.0 27.1
55 RSU Rachma HusadaUmum 50 2,602 22 12 0.0 0.0 7.0
56 RSU Santa Elisabeth Umum 50 1,541 29 13 0.0 0.0 11.8
57 RSU PKU Muhamadiyah Umum 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
58 RS Patmasuri Umum 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
59 RS Nur Hidayah Umum 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
60 RS Griya Mahardika Umum 0 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

KABUPATEN/KOTA 4603 233484 7284 3828 70,688 4.2 0.3 6.9

Sumber: (sebutkan)
Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
b
Jenis rumah sakit RS umum atau RS khusus, untuk RS khusus sebutkan jenis kekhususannya (RS Jiwa, RS TB Paru, RS Kusta, dll)
TABEL 61

PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MENURUT KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

RUMAH TANGGA
NO KAB/KOTA JUMLAH
JUMLAH % DIPANTAU BER PHBS * %
DIPANTAU
1 2 4 5 6 7 8

1 KULON PROGO 109,623 78,896 72.0 21,268 27.0

2 BANTUL 268,175 157,716 58.8 67,267 42.7

3 GUNUNG KIDUL 192,172 106,099 55.2 25,288 23.8

4 SLEMAN 305,543 20,371 6.7 6,614 32.5

5 YOGYAKARTA 129,853 41,632 32.1 13,388 32.2

JUMLAH (KAB/KOTA) 1,005,366 404,714 40.3 133,825 33.1

Sumber
TABEL 62

PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

RUMAH
NO KAB/KOTA JUMLAH YANG JUMLAH YANG JUMLAH YANG % RUMAH
% DIPERIKSA
ADA DIPERIKSA SEHAT SEHAT
1 2 3 4 5 6 7 8

1 KULON PROGO 0 120,260 42,403 35.259 26,095 61.540

2 BANTUL 0 217,733 66,341 30.469 43,728 65.914

3 GUNUNG KIDUL 0 193,234 193,234 100.000 116,254 60.162

4 SLEMAN 0 250,138 88,037 35.195 73,123 83.059

5 YOGYAKARTA 0 80,598 50,258 62.356 44,799 89.138

JUMLAH (KAB/KOTA) 861,963 440,273 51.078 303,999 69.048

Sumber: ..
TABEL 63

PERSENTASE RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES MENURUT KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK


RUMAH/BANGUNAN DIPERIKSA
NO KAB/KOTA RUMAH/BANGUNAN
YANG ADA JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8

1 KULON PROGO 0 120,260 31,271 26.00 27,510 87.97

2 BANTUL 0 217,733 41,104 18.88 35,777 87.04

3 GUNUNG KIDUL 0 193,234 - #DIV/0!

4 SLEMAN 0 250,869 120,959 48.22 114,947 95.03

5 YOGYAKARTA 0 80,598 6,501 8.07 5,225 80.37

JUMLAH ( KAB/KOTA) 862,694 199,835 23.16 183,459 91.81

Sumber: ........................... (sebutkan)


TABEL 64

PERSENTASE KELUARGA MENURUT JENIS SARANA AIR BERSIH YANG DIGUNAKAN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH JENIS SARANA AIR BERSIH


JUMLAH KELUARGA %
NO KAB/KOTA KELUARGA DIPERIKSA KELUARGA KEMASAN LEDENG SPT SGL MATA AIR PAH LAINNYA JUMLAH
YANG ADA SUMBER AIR DIPERIKSA JUMLA JUMLA JUMLA
BERSIHNYA % JUMLAH % % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % % JUMLAH %
H H H
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 KULON PROGO 117,828 27,267 23.1 69 0.3 3,369 12.4 69 0.3 49,600 #DIV/0! 2,389 8.8 209 0.8 4,507 16.5 27,705 101.6

2 BANTUL 271,684 76,881 28.3 0.0 5,837 7.6 0.0 58,376 75.9 1,574 2.0 906 1.2 1,627 2.1 68,320 88.9

3 GUNUNG KIDUL 193,234 147,187 76.2 59 0.0 52,213 35.5 102 0.1 57,353 39.0 150 0.1 53,142 36.1 0.0 163,019 110.8

4 SLEMAN 305,543 290,694 95.1 0.0 17,170 5.9 741 0.3 254,788 87.6 15,361 5.3 2,634 0.9 0.0 290,694 100.0

5 YOGYAKARTA 77,424 59,966 77.5 6 0.0 16,802 28.0 85 0.1 32,455 54.1 - 0.0 - 0.0 3 0.0 49,351 82.3

JUMLAH (KAB/KOTA) 965,713 601,995 62.3 134 0.0 95,391 15.8 997 0.2 452,572 75.2 19,474 3.2 56,891 9.5 6,137 1.0 599,089 99.5

Sumber: (sebutkan)
TABEL 65

PERSENTASE KELUARGA MENURUT SUMBER AIR MINUM YANG DIGUNAKAN, DAN KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH SUMBER AIR MINUM KELUARGA


KELUARGA KELUARGA DENGAN
DIPERIKSA LEDING LEDING SUMUR MATA AIR SUMUR TAK MATA AIR TAK SUMBER AIR MINUM
NO KAB/KOTA AIR KEMASAN AIR ISI ULANG POMPA AIR HUJAN AIR SUNGAI LAIN-LAIN TERLINDUNG
SUMBER METERAN ECERAN TERLINDUNG TERLINDUNG TERLINDUNG TERLINDUNG
AIR
MINUMNYA JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

1 KULON PROGO 39,881 20 0.1 76 0.2 3,589 9.0 1 0.0 70 0.2 49,859 125.0 2,933 7.4 - 0.0 95 0.2 51 0.1 - 0.0 868 2.2 34,019 85.3

2 BANTUL 76,881 - 0.0 71 0.1 5,837 7.6 - 0.0 - 0.0 58,376 75.9 1,574 2.0 902 1.2 - 0.0 - 0.0 - 0.0 1,627 2.1 68,387 89.0

3 GUNUNG KIDUL 193,234 1,363 0.7 15 0.0 53,028 27.4 0.0 102 0.1 45,882 23.7 150 0.1 53,142 27.5 11,471 5.9 0.0 0.0 0.0 100,540 52.0

4 SLEMAN 287,435 0.0 0.0 0.0 0.0 17,170 6.0 254,904 88.7 15,361 5.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 287,435 100.0

5 YOGYAKARTA 75,632 - 0.0 24 0.0 16,114 21.3 - 0.0 33 0.0 31,347 41.4 - 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 47,518 62.8

JUMLAH (KAB/KOTA) 673,063 1,383 0.2 186 0.0 78,568 11.7 1 0.0 17,375 2.6 440,368 65.4 20018 3.0 54,044 8.0 11,566 1.7 51 0.0 0 0.0 2,495 0.4 537,899 79.9

Sumber: (sebutkan)
TABEL 66

PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JAMBAN TEMPAT SAMPAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH


JUMLAH KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA
NO KAB/KOTA SEHAT SEHAT SEHAT
KELUARGA DIPERIKSA MEMILIKI DIPERIKSA MEMILIKI DIPERIKSA MEMILIKI
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 KULON PROGO 117,828 32,616 27.7 30,389 93.2 26,422 86.9 32,616 27.7 30,146 92.4 28,358 94.1 32,616 27.7 28,857 88.5 23,075 80.0

2 BANTUL 271,684 76,881 28.3 67,400 87.7 53,798 79.8 76,881 28.3 64,608 84.0 43,526 67.4 75,138 27.7 61,081 81.3 39,347 64.4

3 GUNUNG KIDUL 193,234 136,681 70.7 175,336 128.3 136,681 78.0 141,237 73.1 171,927 121.7 141,237 82.1 141,237 73.1 166,719 118.0 136,516 81.9

4 SLEMAN 305,543 229,600 75.1 229,600 100.0 229,600 100.0 225,905 73.9 225,905 100.0 225,905 100.0 182,297 59.7 182,297 100.0 182,297 100.0

5 YOGYAKARTA 77,424 56,935 73.5 53,792 94.5 48,240 89.7 56,761 73.3 54,005 95.1 48,617 90.0 56,735 73.3 53,728 94.7 48,320 89.9

JUMLAH (KAB/KOTA) 965,713 532,713 55.2 556,517 104.5 494,741 88.9 533,400 55.2 546,591 102.5 487,643 89.2 488,023 50.5 492,682 101.0 429,555 87.2

Sumber: (sebutkan)
TABEL 67

PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN (TUPM) SEHAT MENURUT KAB/KOTA
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

HOTEL RESTORAN/R-MAKAN PASAR TUPM LAINNYA JUMLAH TUPM

JUMLAH YG

JUMLAH YG

JUMLAH YG

JUMLAH YG

JUMLAH YG
DIPERIKSA

DIPERIKSA

DIPERIKSA

DIPERIKSA

DIPERIKSA
% SEHAT

% SEHAT

% SEHAT

% SEHAT

% SEHAT
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
SEHAT

SEHAT

SEHAT

SEHAT

SEHAT
NO KAB/KOTA

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24

1 KULON PROGO 5 4 4 100.00 338 236 183 77.54 59 52 26 50.00 2,228 959 621 64.75 2,528 1,071 714 66.67

2 BANTUL 20 17 16 94.12 724 460 394 85.65 47 46 22 47.83 2,172 1,365 940 68.86 2,963 1,888 1,372 72.669

3 GUNUNG KIDUL 9 9 9 100.00 454 454 294 64.76 33 33 7 21.21 572 572 262 45.80 1,068 1,068 572 53.558

4 SLEMAN 423 112 110 98.21 938 630 522 82.86 63 54 36 66.67 52 45 28 62.22 1,476 841 696 82.759

5 YOGYAKARTA 240 219 213 97.26 230 211 193 91.47 36 35 35 100.00 2,036 1,690 1,528 90.41 2,542 2,155 1,969 91.369

JUMLAH (KAB/KOTA) 697 361 352 97.51 2,684 1,991 1,586 79.66 238 220 126 57.27 7,060 4,631 3,379 72.96 10,577 7,023 5,323 75.79

Sumber: .. (sebutkan)
TABEL 68

PERSENTASE INSTITUSI DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA MENURUT KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

INSTALASI
SARANA PELAYANAN
PENGOLAHAN AIR SARANA PENDIDIKAN SARANA IBADAH PERKANTORAN SARANA LAIN JUMLAH
NO KAB/KOTA KESEHATAN
MINUM
JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA
DIBINA % DIBINA % DIBINA % DIBINA % DIBINA % DIBINA % JUMLAH DIBINA %
H H H H H H
1 2 3 4 5 6 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 KULON PROGO 0 161 125 77.6 24 22 91.7 550 453 82.4 1,700 832 48.9 158 93 58.9 345 206 59.7 2,037 1,234 60.6

2 BANTUL 0 249 195 78.3 21 12 57.1 598 482 80.6 2,112 1,611 76.3 157 118 75.2 423 219 51.8 3,560 2,637 74.1

3 GUNUNG KIDUL 0 32 32 100.0 15 15 100.0 746 612 82.0 1,447 991 68.5 18 18 100.0 33 32 97.0 2,291 1,700 74.2

4 SLEMAN 0 316 299 94.6 #DIV/0! 794 752 94.7 2,030 1,666 82.1 376 320 85.1 #DIV/0! 3,516 3,037 86.4

5 YOGYAKARTA 0 117 107 91.5 - - #DIV/0! 549 518 94.4 531 461 86.8 162 141 87.0 174 137 78.7 1,507 1,338 88.8

JUMLAH (KAB/KOTA) 875 758 86.6 60 49 81.7 3,237 2,817 87.0 7,820 5,561 71.1 871 690 79.2 975 594 60.9 12,911 9,946 77.0

Sumber: ..
TABEL 69

KETERSEDIAAN OBAT MENURUT JENIS OBAT


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

TINGKAT PERSENTASE
STOCK OBAT PEMAKAIAN RATA-
NO NAMA OBAT SATUAN KECUKUPAN TINGKAT
RATA/ BULAN
(BULAN) KECUKUPAN
1 2 3 4 5 6 7
1 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ml Btl 60 ml 77,995 34,057 2.29 12.72
2 Amoksisilin kapsul 500 mg Ktk @ 120 kap 1,609,992 786,821 2.05 11.37
3 Antasida DOEN tablet Btl @ 1000 tab 546,605 765,604 0.71 3.97
4 Antalgin tablet 500 mg Btl @ 1000 tab 464,698 501,140 0.93 5.15
5 Deksametason inj 5 mg/ml 2ml Ktk @ 100 ampul 168 25,410 0.01 0.04
6 Dekstrometorfan Sirup 10 mg/5ml Btl 60 ml 15,180 10,486 1.45 8.04
7 Dekstrometorfan Tab 15 mg Btl @ 1000 tab 165,304 228,255 0.72 4.02
8 Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1ml Ktk @ 100 ampul 125 7,719 0.02 0.09
9 Gliserin Guaiakolat tab 100 mg Btl @ 1000 tab 1,113,830 1,362,912 0.82 4.54
10 Glukosa Larutan Infus 5 % steril Btl 500 ml 5,460 4,666 1.17 6.50
11 Ibuprofen tablet 200 mg Btl @ 100 tab 662,102 390,729 1.69 9.41
12 Kloramfenikol kapsul 250 mg Btl @ 250 Kapsul 51,748 35,673 1.45 8.06
13 Kotrimoksazol tablet 480 mg Btl @ 100 tab 138,074 133,564 1.03 5.74
14 Kotrimoksazol tablet 120 mg Btl @ 100 tab 109 76,208 0.00 0.01
15 Kotrimoksazol Sirup Btl 60 ml 40,103 13,399 2.99 16.63
16 Klorfeniramini Maleat tab 4 mg Tablet 2,773,400 2,529,084 1.10 6.09
17 Kloroquin tablet Tablet 4,000 83 48.00 266.68
18 Natrium Klorida Infus 0,9 % steril Btl 500 ml 8,413 2,258 3.73 20.70
19 Parasetamol Tablet 500 mg Btl @ 1000 tab 3,271,465 1,565,883 2.09 11.61
20 Ringer Laktat Infus steril Btl 500 ml 40,844 20,729 1.97 10.95
21 Vitamin B Kompleks Kapsul Btl @ 1000 Kapsul 534,533 681,204 0.78 4.36
22 Retinol 200.000 IU Btl @ 30 Kapsul 197,746 89,494 2.21 12.28
23 Tablet Tambah darah Ktk @ 30 Tablet 2,360,935 96,147 24.56 136.42
24 Multivitamin Sirup Botol 14,412 6,905 2.09 11.59
25 Garam Oralit Bungkus 232,325 135,271 1.72 9.54
26 OAT Kat 1 Pkt 1,969 258 7.65 42.48
27 OAT Kat 2 Pkt 188 20 9.37 52.08
28 OAT Kat 3 Pkt - - #DIV/0! #DIV/0!
29 OAT Kat Sisipan Pkt 65 18 3.61 20.05
30 OAT Kat Anak Pkt 540 86 6.28 34.89
31 Pyrantel Pamoat 125 mg tablet Btl @ 1000 Tablet 7,483 7,068 1.06 5.88
32 Salep 2-4 Pot 12,991 5,487 2.37 13.15
33 Infus set dewasa Kantong 9,091 3,308 2.75 15.27
34 Infus set anak Kantong 7,623 3,405 2.24 12.44
Sumber:
TABEL 70

JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

PEMILIKAN/PENGELOLA
NO FASILITAS KESEHATAN
KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 RUMAH SAKIT UMUM 1 0 6 3 0 40 50


2 RUMAH SAKIT JIWA 0 1 0 0 0 1 2
3 RUMAH SAKIT BERSALIN 0 0 0 0 0 18 18
4 RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA 1 0 0 0 0 14 15
5 PUSKESMAS PERAWATAN 0 0 13 0 0 0 13
6 PUSKESMAS NON PERAWATAN 0 0 32 0 0 0 32
7 PUSKESMAS KELILING 0 0 18 0 0 0 18
8 PUSKESMAS PEMBANTU 0 0 78 0 0 0 78
9 RUMAH BERSALIN 0 0 0 0 0 39 39
10 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 0 1 0 0 0 110 111
11 PRAKTIK DOKTER BERSAMA 0 0 0 0 0 12 12
12 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 0 0 0 0 0 1488 1,488
13 PRAKTK PENGOBATAN TRADISIONAL 0 0 0 0 0 104 104
14 POSKESDES 0 0 16 0 0 0 161
15 POSYANDU 0 0 1744 0 0 0 5,691
16 APOTEK 0 0 0 0 0 495 495
17 TOKO OBAT 0 0 0 0 0 49 49
18 GFK 0 0 2 0 0 1 3
19 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL 0 0 0 0 0 0 -
20 INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL 0 0 0 0 0 3 3

Sumber: ................ (sebutkan)


TABEL 71

SARANA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN LABKES DAN MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

LABORATORIUM KESEHATAN 4 (EMPAT) SPESIALIS DASAR


NO SARANA KESEHATAN JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7

1 RUMAH SAKIT UMUM 50 50 100.00 41 82.00

2 RUMAH SAKIT JIWA 1 1 100.00 0 0.00

3 RUMAH SAKIT KHUSUS 9 9 100.00 0 0.00

4 PUSKESMAS 18 18 100.00 0 0.00

JUMLAH (KAB/KOTA) 78 78 100.00 41 52.56

Sumber: (sebutkan)
TABEL 72

JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, DAN KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

POSYANDU POSYANDU
NO KAB/KOTA PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH AKTIF
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 KULON PROGO 62 6.44 86 8.94 410 42.62 404 42.00 962 100.00 814 84.62

2 BANTUL 44 3.90 356 31.59 475 42.15 252 22.36 1127 100.00 1127 100.00

3 GUNUNG KIDUL 2 0.14 319 21.79 847 57.86 296 20.22 1464 100.00 1143 78.07

4 SLEMAN 67 4.42 340 22.43 660 43.54 449 29.62 1516 100.00 1109 73.15

5 YOGYAKARTA 0 0.00 173 27.81 257 41.32 192 30.87 622 100.00 449 72.19

JUMLAH (KAB/KOTA) 175 3.08 1274 22.39 2649 46.55 1593 27.99 5691 100.00 4642 81.57
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA 2.21

Sumber: . (sebutkan)

Jumlah Posyandu awal 5686


Ada tambahan jumlah Posyandu Sleman : 5 Posyandu
TABEL 73

UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KAB/KOTA


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

JUMLAH
NO KAB/KOTA DESA/ DESA SIAGA DESA SIAGA AKTIF
POSKESDES POSYANDU
KELURAHAN JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 KULON PROGO 0 88 88 100.00 88 100.00 40 962

2 BANTUL 0 75 75 100.00 75 100.00 24 1,127

3 GUNUNG KIDUL 0 144 144 100.00 144 100.00 11 1,464

4 SLEMAN 0 86 86 100.00 61 70.93 86 1,516

5 YOGYAKARTA 0 45 45 100.00 25 55.56 622

JUMLAH (KAB/KOTA) 438 438 100.00 393 89.73 161 5,691

Sumber: . (sebutkan)
TABEL 74

JUMLAH TENAGA MEDIS DI SARANA KESEHATAN


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

a b
DR SPESIALIS DOKTER UMUM JUMLAH DOKTER GIGI
NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 14 9 10 11
1 KULON PROGO - - - 20 28 48 20 28 48 6 20 26
2 BANTUL - - - 30 61 91 30 61 91 2 44 46
3 GUNUNG KIDUL - - - 24 42 66 24 42 66 3 26 29
4 SLEMAN - 1 1 15 56 71 15 57 72 1 38 39
5 YOGYAKARTA 1 2 3 21 50 71 22 52 74 3 28 31
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 1 3 4 110 237 347 111 240 351 15 156 171
1 KULON PROGO 26 15 41 33 29 62 59 44 103 1 2 3
2 BANTUL 88 42 130 56 54 110 144 96 240 8 17 25
3 GUNUNG KIDUL 8 2 10 9 15 24 17 17 34 2 - 2
4 SLEMAN 267 145 412 124 109 233 391 254 645 30 52 82
5 YOGYAKARTA 260 129 389 53 94 147 313 223 536 16 20 36
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 649 333 982 275 301 576 924 634 1,558 57 91 148
1 KULON PROGO 3 1 4 10 13 23 13 14 27 1 - 1
2 BANTUL - 1 1 33 35 68 33 36 69 - 4 4
3 GUNUNG KIDUL - - - 2 - 2 2 - 2 - - -
4 SLEMAN 24 3 27 20 73 93 44 76 120 7 10 17
5 YOGYAKARTA 62 54 116 54 91 145 116 145 261 29 58 87
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 89 59 148 119 212 331 208 271 479 37 72 109
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 41.1 21.5 31.2 28.0 40.9 34.5 72.7 62.5 65.8 6.1 17.4 11.8
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 75 51 126 30 32 62 105 83 188 52 108 160
1 KULON PROGO - - - - - - - - - - - -
2 BANTUL - - - - 3 3 - 3 3 - 2 2
3 GUNUNG KIDUL - - - - 2 2 - 2 2 1 1 2
4 SLEMAN - - - - 1 1 - 1 1 - - -
5 YOGYAKARTA - - - 2 5 7 2 5 7 - 1 1
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - 2 11 13 2 11 13 1 4 5
DINAS KESEHATAN PROVINSI - 2 2 10 15 25 10 17 27 4 - 4
JUMLAH (KAB/KOTA) 814 448 1,262 546 808 1,354 1,360 1,256 2,616 166 431 597

Sumber: (sebutkan)
a
Keterangan : termasuk S3
b
termasuk Dokter Gigi Spesialis
TABEL 75

JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

BIDAN PERAWAT
NO UNIT KERJA SARJANA KEPERAWATAN a PERAWAT b JUMLAH
BIDAN DIII BIDAN JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 KULON PROGO 36 123 159 1 5 6 46 84 130 47 89 136
2 BANTUL 100 175 275 5 2 7 50 135 185 55 137 192
3 GUNUNG KIDUL 34 209 243 17 10 27 98 126 224 115 136 251
4 SLEMAN 52 94 146 - 1 1 50 127 177 50 128 178
5 YOGYAKARTA 12 64 76 1 1 2 17 62 79 18 63 81
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 234 665 899 24 19 43 261 534 795 285 553 838
1 KULON PROGO 7 54 61 5 11 16 75 201 276 80 212 292
2 BANTUL 10 77 87 7 18 25 151 275 426 158 293 451
3 GUNUNG KIDUL 8 19 27 - - - 47 133 180 47 133 180
4 SLEMAN 41 197 238 48 164 212 421 1,337 1,758 469 1,501 1,970
5 YOGYAKARTA 32 179 211 23 67 90 403 1,479 1,882 426 1,546 1,972
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 98 526 624 83 260 343 1,097 3,425 4,522 1,180 3,685 4,865
1 KULON PROGO 1 10 11 - - - 5 20 25 5 20 25
2 BANTUL 3 49 52 - - - 1 7 8 1 7 8
3 GUNUNG KIDUL 3 31 34 2 - 2 50 49 99 52 49 101
4 SLEMAN 3 56 59 43 45 88 54 74 128 97 119 216
5 YOGYAKARTA 9 64 73 2 8 10 25 102 127 27 110 137
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 19 210 229 47 53 100 135 252 387 182 305 487
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 48 92 248 170
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 1 139 140 59 179 238 7 38 45 66 217 283
1 KULON PROGO - 4 4 - - - 3 3 6 3 3 6
2 BANTUL 3 10 13 - 2 2 - 7 7 - 9 9
3 GUNUNG KIDUL - 5 5 - - - - - - - - -
4 SLEMAN - - - - - - - - - - - -
5 YOGYAKARTA - 4 4 1 4 5 2 1 3 3 5 8
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 3 23 26 1 6 7 5 11 16 6 17 23
DINAS KESEHATAN PROVINSI 1 8 9 3 6 9 18 37 55 21 43 64
JUMLAH (KAB/KOTA) 356 1,571 1,927 217 523 740 1,523 4,297 5,820 1,740 4,820 6,560

Sumber: (sebutkan)
Keterangan : a termasuk S2 dan S3
b
termasuk SLTA, D-I, dan D-III
TABEL 76

JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DAN GIZI DI SARANA KESEHATAN


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

TENAGA KEFARMASIAN TENAGA GIZI


APOTEKER DAN D-III FARMASI DAN a
NO UNIT KERJA JUMLAH D-IV/SARJANA GIZI DI DAN D-III GIZI JUMLAH
SARJANA FARMASI a ASS APOTEKER
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 KULON PROGO - - - 3 20 23 3 20 23 4 2 6 6 14 20 10 16 26
2 BANTUL - 10 10 4 18 22 4 28 32 2 2 4 9 32 41 11 34 45
3 GUNUNG KIDUL - - - 12 15 27 12 15 27 - - - 12 12 24 12 12 24
4 SLEMAN - 3 3 4 40 44 4 43 47 5 4 9 6 25 31 11 29 40
5 YOGYAKARTA 1 4 5 6 42 48 7 46 53 - 5 5 2 17 19 2 22 24
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 1 17 18 29 135 164 30 152 182 11 13 24 35 100 135 46 113 159
1 KULON PROGO 1 10 11 4 28 32 5 38 43 - 3 3 1 10 11 1 13 14
2 BANTUL 5 26 31 9 25 34 14 51 65 - 2 2 2 15 17 2 17 19
3 GUNUNG KIDUL - 2 2 4 12 16 4 14 18 1 - 1 1 7 8 2 7 9
4 SLEMAN 10 65 75 29 174 203 39 239 278 4 23 27 33 39 72 37 62 99
5 YOGYAKARTA 7 45 52 37 165 202 44 210 254 4 16 20 - 11 11 4 27 31
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 23 148 171 83 404 487 106 552 658 9 44 53 37 82 119 46 126 172
1 KULON PROGO 5 33 38 1 18 19 6 51 57 - - - - - - - - -
2 BANTUL 10 146 156 - 2 2 10 148 158 - - - - - - - - -
3 GUNUNG KIDUL 5 16 21 - 3 3 5 19 24 - - - - - - - - -
4 SLEMAN 77 306 383 88 117 205 165 423 588 - - - - 3 3 - 3 3
5 YOGYAKARTA 49 250 299 16 135 151 65 385 450 - - - - 1 1 - 1 1
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 146 751 897 105 275 380 251 1,026 1,277 - - - - 4 4 - 4 4
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 22 94 58 5 13 9
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 84 123 207 - 5 5 84 128 212 8 18 26 4 6 10 12 24 36
1 KULON PROGO - 1 1 - 2 2 - 3 3 - 1 1 - 2 2 - 3 3
2 BANTUL - 3 3 - 3 3 - 6 6 - 2 2 3 1 4 3 3 6
3 GUNUNG KIDUL 1 1 2 - 1 1 1 2 3 - - - - 1 1 - 1 1
4 SLEMAN 3 - 3 - 2 2 3 2 5 - - - - - - - - -
5 YOGYAKARTA 1 2 3 2 5 7 3 7 10 - 3 3 - 3 3 - 6 6
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 5 7 12 2 13 15 7 20 27 - 6 6 3 7 10 3 13 16
DINAS KESEHATAN PROVINSI 2 9 11 1 5 6 3 14 17 2 6 8 2 2 4 4 8 12
JUMLAH (KAB/KOTA) 261 1,055 1,316 220 837 1,057 481 1,892 2,373 30 87 117 81 201 282 111 288 399

Sumber: (sebutkan)
a
Keterangan : termasuk S2 dan S3
TABEL 77

JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI SARANA KESEHATAN


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

TENAGA KESMAS TENAGA


NO UNIT KERJA SARJANA KESMAS a D-III KESMAS b JUMLAH SANITASI
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 KULON PROGO 14 25 39 - 14 25 39 15 12 27
2 BANTUL 15 14 29 - - - 15 14 29 28 12 40
3 GUNUNG KIDUL 10 6 16 - 10 6 16 21 7 28
4 SLEMAN 3 2 5 - - - 3 2 5 13 20 33
5 YOGYAKARTA 3 5 8 - - - 3 5 8 12 12 24
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 45 52 97 - - - 45 52 97 89 63 152
1 KULON PROGO 2 3 5 - 2 3 5 5 4 9
2 BANTUL 5 13 18 - - - 5 13 18 12 4 16
3 GUNUNG KIDUL 1 - 1 - - - 1 - 1 1 1 2
4 SLEMAN 13 19 32 - - - 13 19 32 15 23 38
5 YOGYAKARTA 3 6 9 3 3 6 6 9 15 7 4 11
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 24 41 65 3 3 6 27 44 71 40 36 76
1 KULON PROGO - - - - - - - - - - - -
2 BANTUL - - - - - - - - - 1 - 1
3 GUNUNG KIDUL - - - - - - - - - - - -
4 SLEMAN - - - - - - - - - - - -
5 YOGYAKARTA 2 4 6 - - - 2 4 6 1 1 2
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 2 4 6 - - - 2 4 6 2 1 3
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 4.0 5.2 4.6 7.2 5.4 6.3
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 113 252 365 - - - 113 252 365 12 9 21
1 KULON PROGO 13 22 35 - - - 13 22 35 4 7 11
2 BANTUL 10 12 22 - - - 10 12 22 1 5 6
3 GUNUNG KIDUL 5 7 12 - - - 5 7 12 1 - 1
4 SLEMAN 1 - 1 - - - 1 - 1 2 - 2
5 YOGYAKARTA 3 15 18 - - - 3 15 18 6 7 13
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 32 56 88 - - - 32 56 88 14 19 33
DINAS KESEHATAN PROVINSI 24 32 56 - 1 1 24 33 57 7 4 11
JUMLAH (KAB/KOTA) 240 437 677 3 4 7 243 441 684 164 132 296

Sumber: (sebutkan)
Keterangan: a termasuk S2 dan S3
b
termasuk D-I
TABEL 78

JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI SARANA KESEHATAN


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TAHUN 2012

TENAGA TEKNISI MEDIS


NO UNIT KERJA FISIOTERAPIS
ANALIS LAB. TEM & P.RONTG P.ANESTESI JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 KULON PROGO 1 26 27 2 1 3 - - - 3 27 30 - - -
2 BANTUL 10 28 38 - 1 1 - - - 10 29 39 6 11 17
3 GUNUNG KIDUL 13 20 33 - 1 1 - - - 13 21 34 - - -
4 SLEMAN 4 38 42 2 2 4 - - - 6 40 46 - 1 1
5 YOGYAKARTA 7 23 30 1 - 1 - - - 8 23 31 - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 35 135 170 5 5 10 - - - 40 140 180 6 12 18
1 KULON PROGO 7 20 27 8 2 10 - - - 15 22 37 2 6 8
2 BANTUL 5 27 32 7 9 16 1 - 1 13 36 49 1 5 6
3 GUNUNG KIDUL 8 10 18 1 1 2 - - - 9 11 20 1 1 2
4 SLEMAN 58 113 171 46 28 74 - - - 104 141 245 25 37 62
5 YOGYAKARTA 32 82 114 34 26 60 8 2 10 74 110 184 13 32 45
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 110 252 362 96 66 162 9 2 11 215 320 535 42 81 123
1 KULON PROGO 2 3 5 1 - 1 - - - 3 3 6 - 1 1
2 BANTUL - - - - - - - - - - - - - - -
3 GUNUNG KIDUL - - - - - - - - - - - - - - -
4 SLEMAN 14 7 21 2 3 5 - - - 16 10 26 2 - 2
5 YOGYAKARTA 33 89 122 13 14 27 2 - 2 48 103 151 2 10 12
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 49 99 148 16 17 33 2 - 2 67 116 183 4 11 15
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 14.2 25.1 19.7 2.7 5.1 3.9
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 6 8 14 4 1 5 - 10 9 19 6 4 10
1 KULON PROGO 2 1 3 - - - - 2 1 3 - - -
2 BANTUL - - - - - - - - - - - - -
3 GUNUNG KIDUL - 2 2 - - - - - 2 2 - - -
4 SLEMAN 2 3 5 - - - - 2 3 5 - - -
5 YOGYAKARTA 1 4 5 - - - - 1 4 5 - - -
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 5 10 15 - - - - - - 5 10 15 - - -
DINAS KESEHATAN PROVINSI 5 4 9 1 3 4 - 6 7 13 3 - 3
JUMLAH (KAB/KOTA) 210 508 718 122 92 214 11 2 13 343 602 945 61 108 169

Sumber: (sebutkan)
Dokter Spesialis Dokter Dokter Gigi Tenaga Medis Perawat Bidan Keperawatan
Tenaga Teknis KefarmasianApoteker Kefarmasian Gizi
NO Wilayah
Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent

1 Kulonprogo 45 3.57 133 9.82 30 5.03 208 6.47 459 7.00 235 12.20 694 8.18 76 7.19 50 10.59 126 8.24 43 10.78
2 Bantul 131 10.38 272 20.09 77 12.90 480 14.94 660 10.06 427 22.16 1087 12.81 61 5.77 200 42.37 261 17.07 70 17.54
3 Gunungkidul 10 0.79 94 6.94 33 5.53 137 4.26 532 8.11 309 16.04 841 9.91 47 4.45 25 5.30 72 4.71 34 8.52
4 Sleman 440 34.87 398 29.39 138 23.12 976 30.38 2364 36.04 443 22.99 2807 33.07 454 42.95 464 98.31 918 60.04 142 35.59
5 Kota Yogyakarta 508 40.25 370 27.33 155 25.96 1033 32.15 2198 33.51 364 18.89 2562 30.19 408 38.60 359 76.06 767 50.16 62 15.54
6 Daerah DIY 128 10.14 87 6.43 164 27.47 379 11.80 347 5.29 149 7.73 496 5.84 11 1.04 218 46.19 229 14.98 48 12.03
Jumlah 1262 100.00 1354 100.00 597 100.00 3213 100.00 6560 100.00 1927 100.00 8487 100.00 1057 100.00 1316 278.81 2373 155.20 399 100.00
Kesehatan Masyarakat Sanitarian Kesmas Fisioterapi Analis Keshatan
Teknik Elektromedik dan Radiografer
Perawat AnastesiKeteknisian Medis

Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent

79 11.45 47 15.88 126 12.78 9 5.33 62 8.64 14 6.54 0 0.00 76 8.04


69 10.00 63 21.28 132 13.39 23 13.61 70 9.75 17 7.94 1 7.69 88 9.31
29 4.20 31 10.47 60 6.09 2 1.18 53 7.38 3 1.40 0 0.00 56 5.93
38 5.51 73 24.66 111 11.26 65 38.46 239 33.29 83 38.79 0 0.00 322 34.07
47 6.81 50 16.89 97 9.84 57 33.73 271 37.74 88 41.12 12 92.31 371 39.26
422 61.16 32 10.81 454 46.04 13 7.69 23 3.20 9 4.21 0 0.00 32 3.39
684 99.13 296 100.00 980 99.39 169 100.00 718 100.00 214 100.00 13 100.00 945 100.00
Dokter Spesialis Dokter Dokter Gigi Tenaga Medis Perawat Bidan Keperawatan Tenaga Teknis Kefarmasian
NO Wilayah
Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent

1 Puskesmas 4 0.32 347 25.63 171 28.64 522 16.25 838 12.77 899 46.65 1737 20.47 164 15.52
2 Rumah Sakit 982 77.81 576 42.54 148 24.79 1706 53.10 4865 74.16 624 32.38 5489 64.68 487 46.07
3 Fasyankes Lainnya 148 11.73 331 24.45 109 18.26 588 18.30 487 7.42 229 11.88 716 8.44 380 35.95
4 Institusi Diknakes 126 9.98 62 4.58 160 26.80 348 10.83 283 4.31 140 7.27 423 4.98 5 0.47
5 Dinkes 2 0.16 38 2.81 9 1.51 49 1.53 87 1.33 35 1.82 122 1.44 21 1.99
Jumlah 1262 100.00 1354 100.00 597 100.00 3213 100.00 6560 100.00 1927 100.00 8487 100.00 1057 100.00
Apoteker Kefarmasian Gizi Kesehatan Masyarakat Sanitarian Kesmas Fisioterapi Analis Keshatan
Teknik Elektromedik dan Radiografer
Perawat Anastesi

Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent

18 1.37 182 7.67 159 39.85 97 14.06 152 51.35 249 25.25 18 10.65 170 23.68 10 4.67 0 0.00
171 12.99 658 27.73 172 43.11 71 10.29 76 25.68 147 14.91 123 72.78 362 50.42 162 75.70 11 84.62
897 68.16 1277 53.81 4 1.00 6 0.87 3 1.01 9 0.91 15 8.88 148 20.61 33 15.42 2 15.38
207 15.73 212 8.93 36 9.02 365 52.90 21 7.09 386 39.15 10 5.92 14 1.95 5 2.34 0 0.00
23 1.75 44 1.85 28 7.02 145 21.01 44 14.86 189 19.17 3 1.78 24 3.34 4 1.87 0 0.00
1316 100.00 2373 100.00 399 100.00 684 99.13 296 100.00 980 99.39 169 100.00 718 100.00 214 100.00 13 100.00
Keteknisian Medis

Jumlah Prosent

180 19.05
535 56.61
183 19.37
19 2.01
28 2.96
945 100.00
Dokter Spesialis Dokter Dokter Gigi Tenaga Medis Perawat Bidan Keperawatan Tenaga Teknis Kefarmasian
NO Wilayah
Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah

1 Kulonprogo
2 Bantul
3 Gunungkidul
4 Sleman
5 Kota Yogyakarta
6 Daerah DIY
Jumlah
aga Teknis Kefarmasian Apoteker Kefarmasian Gizi Kesehatan Masyarakat Sanitarian Kesmas Fisioterapi Analis Keshatan
Teknik Elektromedik dan Radiogr

Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent Jumlah
k Elektromedik dan Radiografer
Perawat AnastesiKeteknisian Medis

Prosent Jumlah Prosent Jumlah Prosent

Anda mungkin juga menyukai