Anda di halaman 1dari 16

dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP.

132 310 301 1

SISTEM URINALISA
Organ utama dalam sistem urinalisa adalah ginjal, yang memproses pembersihan
darah dan membentuk urin sebagai bahan buangan yang akan dikeluarkan dari dalam
tubuh. Dari ginjal, urin akan disalurkan ke luar melalui organ-organ tambahan dalam
sistem urinalisa, yakni ureter, vesika urinaria (kandung kemih) dan urethra.
Sistem urinalisa sering diasumsikan sebagai pabrik produksi urin. Hal ini
memang benar, namun jangan melupakan bahwa sistem ini juga berperan dalam menjaga
keseimbangan cairan tubuh, terutama keseimbangan zat-zat yang terlarut dalam darah.
Masing-masing ginjal memproses dan membersihkan darah yang diterima, sehingga darah
yang keluar dari ginjal adalah darah yang sudah bersih dari bahan bahan yang sudah tidak
lagi dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan air dalam darah disesuaikan dengan kondisi tubuh,
bila jumlah air berlebih maka akan banyak air yang dikeluarkan dari dalam tubuh dan
begitu pula sebaliknya. Konsentrasi ion-ion yang penting dalam tubuh, seperti ion natrium
dan ion kalium, juga diatur oleh ginjal agar konsentrasinya selalu sesuai dengan set point
level. pH darah pun demikian. Dapat dikatakan bahwa sistem urinalisa mengatur
kandungan plasma darah sehingga homeostasis cairan tubuh internal dapat selalu terjaga
dan terpelihara dengan baik.
Selain sistem urinalisa, ada sistem organ lain dalam tubuh yang juga berfungsi
mengeluarkan zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh (seperti yang dapat
dilihat pada tabel di bawah ini), namun hanya sistem urinalisa yang dapat mengabsorbsi
dan mensekresi air dan elektrolit-elektrolit untuk disesuaikan konsentrasinya dalam plasma
darah sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk menjamin keseimbangan (homeostasis) cairan
tubuh.

Tabel 1. Sistem organ yang mempunyai fungsi ekskresi


SISTEM ORGAN Zat yang dieskresikan
Urinari Ginjal Nitrogen
toxin
air
elektrolit
Integumen Kulit dan nitrogen
kelenjar keringat air
elektrolit
Respirasi Paru paru carbondioksida
air
Pencernaan Usus metabolit pencernaan
pigmen empedu
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 2

garam
air

I. ANATOMI SISTEM URINALISA


1.1 Ginjal
Ginjal berbentuk seperti bean (kacang), dengan sisi medial yang mengalami
indentasi. Rata-rata ginjal berukuran 11 cm x 7 cm x 3 cm. Ginjal kiri sedikit lebih besar
dibanding ginjal kanan. Kedua ginjal terletak di samping tulang belakang (columna
vertebra) membentang dari vertebra Thoracal 12 (T12) sampai vertebra Lumbal 3 (L3).
Umumnya, ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri. Hal ini
diperkirakan karena adanya desakan dari hepar kanan.

Gambar 1. Sistem Urinarius


dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 3

Sisi medial tiap-tiap ginjal mempunyai daerah berbentuk konkaf yang disebut
hilum, sebagai area tempat keluar masuk pembuluh darah ginjal dan ureter. Masing-
masing ginjal terbungkus kapsul yang berwarna putih, fibrous dan kenyal.
Dari gambar potongan koronal ginjal kiri berikut ini tampak struktur internal
utama yang terdiri dari cortex atau region luar dan medulla atau region dalam. Jaringan
medullary ginjal disusun oleh beberapa bentukan segitiga yang disebut renal pyramid.
Dasar dari tiap pyramid menghadap kearah luar ginjal dan puncaknya mengarah ke hilum.
Jaringan cortical yang berada diantara renal pyramid disebut columna renalis.

Gambar 2. Penampang Ginjal


Puncak pyramid atau dikenal dengan nama papilla renalis bermuara pada daerah
calyx. Calyx merupakan tempat awal pengumpulan urin yang akan dikeluarkan dari ginjal.
Calix dari setiap pyramid akan bermuara pada pelvis renalis dan akan melanjut ke ureter.
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 4

Gambar 2. Pembuluh Darah Ginjal

1.2 Pembuluh Darah di Ginjal


Ginjal merupakan organ yang mendapat banyak vaskularisasi. Setiap menit,
sekitar 1.200 ml darah mengalir menuju ginjal. Dengan kata lain, seperlima dari jumlah
darah yang dipompakan oleh jantung menuju ke jantung. Dari fakta ini dapat diasumsikan
bahwa ginjal memproses (membersihkan) darah yang diterimanya sebelum dikembalikan
lagi ke sirkulasi tubuh. Cabang arteri yang besar dari aorta abdominalis, yakni arteri
renalis, membawa darah menuju ke ginjal. Diantara pyramid pada medulla ginjal, arteri
renalis bercabang membentuk arteri interlobaris dan melanjut di sepanjang cortex,
mencapai dasar pyramid membentuk arteri arcuata dan masuk ke dalam cotex sebagai arteri
interlobularis.
Arteri interlobularis bercabang menjadi arteri afferen dan melanjut membentuk
jejaring kapiler yang disebut glomerulus.
Mengingat kembali aliran darah dalam tubuh kita adalah sebagai berikut :
Arteri

Arteriole

Kapiler

Venule

dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 5

Vena
Darah dari kapiler glomerulus mengalir menuju arteri efferent, dan tidak menuju pada
venula. Dari arteri efferent darah menuju ke kapiler peritubuler (kapiler yang terletak di
sekitar tubulus). Suatu daerah sirkulasi peritubuler, yang disebut vasa recta, akan berjalan
turun menuju medulla dan kembali untuk memberikan supply darah ke loop of Henle dan
ductus colectivus. Selanjutnya, darah kembali ke vena melalui venule. Aliran darah di
ginjal dapat disimpulkan sebagai berikut :
Arteri Interlobularis

Arteriole Afferen

Glomerulus

Arteriole Efferen

Kapiler Peritubuler
(termasuk vasa recta)

Venule

Vena Interlobularis
1.3 Ureter
Ureter mempunyai panjang sekitar 28 cm dengan bentuk menyerupai tabung dan
tersusun atas 3 lapisan jaringan yakni lapisan mukosa (di bagian dalam), lapisan otot (di
bagian tengah) dan lapisan fibrosa (di bagian luar). Lapisan otot tersusun atas jaringan otot
polos (smooth muscle), sehingga akan dapat mendorong urin dengan gerakan peristaltik
seperti pada usus. Ureter pada masing-masing ginjal akan menampung urin untuk
sementara waktu dan meneruskannya pada kandung kemih yang terletak di bawahnya.

1.4 Kandung Kemih (Vesica Urinaria)


Kandung kemih adalah organ berbentuk seperti kantong yang dapat kempes
(kolaps), terletak di belakang tulang simphisis pubis dan tertutup oleh peritoneum parietal
di permukaan bagian atasnya.
Sebagian besar dinding kandung kemih dibentuk oleh smooth muscle. Sering
disebut sebagai otot detrusor karena lapisan ototnya tersusun atas jejaring serabut otot polos
yang saling bersilangan, yakni ada yang berbentuk sirkuler, oblique, melintang dan
membujur. Di bagian dalam, kandung kemih dilapisi oleh mukosa epitel transisional, yang
juga membentuk lipatan-lipatan yang disebut rugae. Karena adanya lipatan ini dan
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 6

ekstensibilitas dari epitel transisional, kandung kemih dapat mengalami distensi


(mengembang) sampai dengan batas-batas tertentu.
Ada 3 (tiga) pintu pada kandung kemih, 2 (dua) diantaranya adalah ureter yang
terletak pada sisi belakang atas (upper posterior) untuk memasukkan urin dari ginjal dan
urethra yang terletak pada sisi depan bawah (lower inferior) berfungsi mengeluarkan urin
dari kandung kemih.
Kandung kemih mempunyai 2 (dua) fungsi utama :
1. sebagai tempat penampungan urin (reservoir) sebelum dikeluarkan dari dalam
tubuh.
2. membantu urethra mendorong keluar urin dari dalam tubuh.

1.5 Urethra
Urethra merupakan saluran berbentuk tabung kecil yang dilapisi oleh membran
mukosa yang membentang dari dasar vesika urinaria sampai ke luar tubuh. Pada wanita,
urethra terletak mulai dari belakang simphisis phubis dan membentang sampai di anterior
vagina dengan panjang sekitar 3 cm. Pada pria, urethra berukuran lebih panjang, yakni
sekitar 20 cm. Setelah meninggalkan vesica urinaria, urethra akan berada diantara
glandula prostate, sehingga urethra akan berhubungan dengan 2 (dua) buah saluran
ejakulasi (ductus ejaculatorius). Selanjutnya, urethra akan berjalan turun, sedikit ke arah
depan dan kemudian masuk ke pangkal penis, mengambil tempat di tengah batang penis
dan akhirnya bermuara di ujung penis sebagai meatus urinarius.
Karena urethra pria berhubungan dengan saluran ejakulasi maka urethra juga
berperan sebagai saluran bagi semen (cairan yang mengandung sperma) saat akan
diejakulasikan melalui penis. Dapat dikatakan bahwa urethra pada pria merupakan bagian
dari 2 (dua) sistem yang berbeda, sistem urinaria (bila digunakan untuk mengeluarkan
urin) dan sistem reproduksi (bila digunakan untuk proses ejakulasi semen). Urin tidak akan
bercampur dengan cairan semen selama proses ejakulasi karena adanya reflek penutupan
urethra oleh sphincter musculus yang terletak pada vesika urinaria.

1.6 Miksi
Mekanisme pengeluaran urin dimulai dari adanya relaksasi musculus sphincter
internal vesica urinaria yang bersifat involunteer. Dalam waktu yang singkat, vesica
urinaria akan mengalami kontraksi di beberapa daerah yang berbeda. Kontraksi ini
menyebabkan timbulnya tekanan yang akan mendorong urin keluar dari vesica urinaria
melalui urethra. Serabut-serabut sistem saraf akan mengirimkan impuls yang menyebabkan
kontraksi vesica urinaria dan relaksasi sphincter eksternal. Pengontrolan proses miksi
secara volunteer (baik saat sedang miksi atau berhenti miksi) hanya dapat terjadi bila sistem
saraf pada vesika urinaria dan urethra, proyeksi jalur menuju SSP dan motor area di otak
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 7

dalam kondisi baik dan dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Adanya trauma
pada bagian manapun dari sistem saraf ini, baik cedera kepala, perdarahan otak maupun
trauma pada medulla spinalis, dapat menyebabkan gangguan, seperti gangguan
pengosongan vesica urinaria, gangguan menahan hasrat miksi, dan sebagainya. Secara
umum dikatakan bahwa adanya sejumlah 250 cc urin dalam vesica urinaria sudah dapat
memberikan sensasi distensi dan merangsang timbulnya hasrat untuk miksi.

II. STRUKTUR MIKROSKOPIS NEFRON


Nefron merupakan unit fungsional dalam ginjal. Masing-masing ginjal
mempunyai 1,25 juta unit nefron. Nefron mempunyai bentuk yang unik, sesuai dengan
fungsinya memproses plasma darah dan membentuk urin. Setiap nefron terdiri dari :
Corpus Renalis
- Kapsula Bowman
Tubulus Proksimal
Loop of Henle
Tubulus Distal
Ductus Collectivus

2.1 Corpus Renalis


Kapsula Bowman
Kapsula Bowman adalah bagian dari nefron yang berbentuk bibir cangkir (cup-shape
mouth), tersusun atas 2 lapisan sel epitel dengan ruangan (space) diantaranya. Sisi
parietal (sebelah luar) dibentuk oleh epitel squamous simplek. Sisi visceral (sebelah
dalam) dibentuk oleh sel epithelial yang disebut podosit (artinya, sel yang berkaki).
Podosit akan bercabang beberapa kali dan cabang terkecilnya disebut pedicel. Pedicel
yang letaknya berdekatan akan membentuk jejaring dengan celah yang sangat kecil,
disebut filtration split, yang akan berfungsi dalam proses filtrasi.
Glomerulus
Glomerulus merupakan jejaring kapiler yang berada dalam nefron dan bersentuhan
langsung dengan Kapsula Bowman.
Glomerulus bersama dengan Kapsula Bowman inilah yang disebut sebagai Corpus
Renalis. Corpus Renalis terletak pada cortex ginjal. Seperti umumnya pembuluh
darah kapiler, glomerulus mempunyai dinding membranous yang tipis karena hanya
dibentuk oleh satu lapisan sel endothelial. Banyak pori atau fenestration (yang berarti
jendela) terdapat pada endotel glomerulus, namun ukurannya lebih besar dibandingkan
pori yang terdapat pada pembuluh darah kapiler regular. Peningkatan ukuran porositas
terutama diperlukan pada waktu filtrasi agar ginjal dapat melakukan fungsinya dengan
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 8

baik. Hubungan antara besarnya fenestration dengan jumlah rata-rata filtrasi


glomerulus merupakan contoh hubungan bentuk dan fungsi.
Antara glomerulus dan Kapsula Bowman terdapat membrana basalis yang dibentuk
oleh suatu lapisan tipis matrik glikoprotein. Dalam melakukan fungsi filtrasi, bagian
visceral Kapsula Bowman akan berhubungan dengan Membran Basalis dan endotel
glomerulus, membentuk struktur yang disebut Glomerular-Capsular Membrane.

2.2 Tubulus Proksimal


Tubulus Proksimal merupakan bagian awal dari tubulus renalis, dindingnya dibentuk
oleh suatu lapisan sel epithelial. Sel ini mempunyai brush border, yang mengarah pada
sisi lumen tubulus. Ribuan mikrovilli membentuk brush border tersebut sehingga akan
meningkatkan permukaan daerah luminal.
2.3 Loop of Henle
Loop of Henle merupakan kelanjutan dari Tubulus Proksimal, yang terdiri atas 3 (tiga)
bagian yakni bagian yang menurun (descending limb), bagian pergantian (sharp turn)
dan bagian yang mengarah ke atas (ascending limb).
Berdasarkan jauh dekatnya penurunan bagian descending limb Loop of Henle, nefron
dibedakan menjadi 2 (dua) yakni
- nefron cortical, dimana penurunan descending limb Loop of Henle hanya pada
daerah cortex ginjal
- juxtamedullary nefron atau nefron disamping medulla, dimana penurunan
descending limb Loop of Henle sampai daerah medula ginjal.

2.4 Tubulus Distal


Tubulus Distal merupakan bagian distal dari Loop of Henle, dengan dinding yang
tebal. Apparatus juxtaglomerular (yang berarti bangunan di samping glomerulus)
ditemukan pada tempat dimana arteriole afferent masuk ke dalam tubulus distal.
Bangunan ini penting dalam menjaga homeostasis aliran darah karena mensekresi renin
secara periodik apabila terjadi penurunan tekanan darah di arteriole afferent. Renin
akan merangsang dikeluarkannya angiotensin, suatu zat yang dapat menyebabkan
vasokonstriksi dan menyebabkan peningkatan tekanan arah. Sel khusus yang terdapat
pada Apparatus juxtaglomerular memperlihatkan adanya modifikasi sel pada tempat
dimana dinding tubulus distal dan arteriole afferent saling bersentuhan. Sejumlah
besar sel otot polos pada dinding arteriole afferent, yang disebut sel Juxtaglomerular
(JG) mengandung granul-granul renin. Sel ini sensitive terhadap perubahan tekanan
darah di arteriole dan mempunyai fungsi sebagai mechanoreseptor.
Sel tubulus distal yang mengalami modifikasi di Apparatus juxtaglomerular akan
membentuk suatu struktur yang tebal, yang disebut macula densa. Sel pada macula
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 9

densa bersifat chemoreseptor, yang sensitif terhadap perubahan konsentrasi bahan


bahan yang terlarut dalam cairan yang melewati tubulus.
Kedua jenis sel ini bekerja secara bersama-sama, membentuk keseimbangan dan
mempertahankan homeostasis fungsi ginjal.

2.5 Collecting Duct


Collecting Duct merupakan suatu tubulus yang berhubungan dengan beberapa nefron.
Beberapa Collecting Duct bergabung membentuk ductus yang lebih besar lagi dan
akhirnya membentuk saluran yang akan bermuara pada papilla Renalis.

III. FISIOLOGI SISTEM URINARI


Fungsi utama ginjal adalah memproses plasma darah dan mengeluarkan urin, sebagai
fungsi yang sangat menunjang kehidupan karena homeostasis tubuh bergantung dari fungsi
tersebut. Ginjal merupakan organ utama yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit, serta keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Berikut adalah beberapa zat dan elektrolit yang harus dijaga kadarnya dalam plasma
darah, yakni :
- Sodium
- Potassium
- Chloride
- Nitrogenous wastes ( terutama urea)
Singkatnya, jika kadarnya dalam darah tidak sesuai (berkurang ataupun berlebih dari
nilai standar) akan dapat menyebabkan kematian.
Selain memproses darah plasma dan membentuk urin, ginjal juga mempunyai fungsi
penting yang lain, yakni mempengaruhi sekresi ADH (anti diuretic hormone) dan hormon
aldosteron dan mensintesis bentuk aktif dari vitamin D, hormon erythropoietin dan
prostaglandin.
Seperti yang telah diketahui bersama, unit fungsional ginjal adalah nefron, dimana
nefron mempunyai dua bagian utama, yakni corpus renalis dan tubulus renalis, yang akan
membentuk urin melalui tiga proses :
1. filtrasi, perpindahan air dan zat-zat terlarut dari plasma ke glomerulus, melewati
glomerular-capsular membrane sampai ke kapsula Bowman
2. reabsorbsi, perpindahan molekul dari tubulus ke pembuluh darah peritubular.
3. sekresi, perpindahan zat dari pembuluh darah peritubuler ke tubulus untuk
diekresikan

3.1 Filtrasi
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 10

Filtrasi merupakan tahap awal dalam mekanisme pembentukan urin. Ketika darah
mengalir masuk dalam kapiler glomerular, air dan zat-zat terlarut dengan ukuran molekul
yang kecil akan dengan mudah melewati filter (penyaringan), sedangkan zat-zat tersaring
adalah sel plasma darah dan zat dengan ukuran molekul yang besar, dan sebagian besar
adalah protein plasma.
Filtrasi dari glomerulus ke kapsula Bowman terjadi karena adanya perbedaan
tekanan, seperti halnya perpindahan cairan dari kapiler ke jaringan interstitial. Faktor utama
yang menjaga adanya perbedaan tekanan antara darah plasma dalam glomerulus dan filtrat
dalam capsula Bowman adalah tekanan hidrostatik darah dalam glomerulus. Tekanan ini
menyebabkan plasma darah dalam glomerulus cenderung mengalami filtrasi keluar, menuju
ke capsula Bowman. Namun, ada pula tekanan yang bersifat melawan tekanan hidrostatik
yakni tekanan osmotic plasma darah glomerulus dan tekanan hidrostatik filtrate capsuler.
Dengan demikian, besarnya tekanan filtrasi efektif (EFP / effective filtration pressure)
adalah tekanan hidrostatik glomerulus dikurangi hasil penjumlahan tekanan osmotic
glomerulus dan tekanan hidrostatik kapsuler EFP = THG (TOG+THK).
Diasumsikan bahwa :
- tekanan hidrostatik glomerulus sebesar 60 mmHg
- tekanan osmotik glomerulus sebesar 32 mmHg
- tekanan hidrostatik kapsuler sebesar 18 mmHg
- tekanan osmotik kapsuler dapat diabaikan ( 0 mmHg)
EFP merupakan hasil dari (tekanan hidrostatik glomerulus + tekanan osmotic
kapsuler ) (tekanan osmotik glomerulus + tekanan hidrostatik kapsuler )
Berdasarkan asumsi di atas, maka besarnya EFP (effective filtration pressure)
adalah 10 mmHg. Beberapa peneliti menemukan bahwa dengan besar EFP 1 mmHg akan
memproduksi GFR sebanyak 12,5 ml permenit. Jadi, bila EFP sebesar 10 mmHg maka
akan menghasilkan urin sebanyak 125 ml permenit.
Adanya perbedaan endotel pada kapiler dan endotel glomerulus yang
menyebabkan proses filtrasi lebih mudah dan lebih cepat terjadi di glomerulus
dibandingkan di kapiler. Endotel pada glomerulus mempunyai pori yang lebih banyak
dibandingkan endotel kapiler, sehingga lebih permeabel. Penyebab lainnya adalah tekanan
hidrostatik glomerulus lebih besar dibandingkan tekanan di kapiler.
Laju filtrasi glomerulus (GFR/Glomerular Filtration Rate) dapat berubah-ubah bila
terjadi perubahan ukuran diameter arteriole afferent dan efferent atau karena perubahan
tekanan darah sistemik. Misalnya, stress akan menyebabkan stimulasi simpatis secara
intensif pada arteriole sehingga terjadi vasokontriksi yang lebih kuat pada arteriole afferent
dibandingkan arteriole efferent. Akibatnya, tekanan hidrostatik akan menurun. Pada
kondisi stress berat, penurunan tekanan dapat mencapai tingkat yang sangat rendah, bahkan
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 11

mencapai EFP = 0. Bila hal ini terjadi, berarti tidak ada filtrasi pada glomerulus. Ginjal
mengalami suppresi.
Tekanan hidrostatik dan filtrasi glomerulus secara langsung berhubungan dengan
tekanan darah sistemik. Adanya penurunan tekanan darah akan menyebabkan penurunan
tekanan hidrostatik glomerulus dan laju filtrasi glomerulus. Namun bila tekanan arterial
meningkat, akan diikuti sedikit peningkatan tekanan glomerulus karena konstriksi arteriole
afferent. Kondisi ini menurunkan aliran darah ke glomerulus dan mencegah peningkatan
tekanan dan laju filtrasi glomerulus.

3.2 Reabsorbsi
Reabsorbsi merupakan tahap kedua dari proses pembentukan urin. Dalam proses
ini terjadi terjadi transport aktif dan transport pasif pada semua bagian tubulus renalis.
Sejumlah besar air, elektrolit dan nutrient mengalami reabsorbsi di tubulus proksimal.
Reabsorbsi di Tubulus Proksimal
Seperti yang telah diketahui, sebagian besar filtrat (zat yang mengalami filtrasi)
yang masuk dari kapsula Bowman tidak akan masuk terlalu jauh ke dalam tubulus renalis.
Filtrat tersebut akan mengalami reabsorbsi sebelum mencapai daerah ujung tubulus
proksimal.
Reabsorbsi pada tubulus proksimal dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Natrium akan ditransport ke dalam darah melalui mekanisme transport aktif.
2. glukosa dan asam amino akan mengalami hitch a ride bersama natrium dan
secara pasif keluar dari tubulus melalui mekanisme co-transport natrium.
3. ion Chloride akan berpindah ke plasma darah secara pasif karena adanya
ketidakseimbangan dalam perubahan muatan listrik.
4. perpindahan ion Natrium dan Chloride keluar dari cairan tubulus menuju ke plasma
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan osmotik (darah menjadi hipertonik),
sehingga air akan masuk ke dalam pembuluh darah secara osmosis.
5. sebagian urea yang ada dalam cairan tubulus akan keluar secara pasif.
6. sebagian besar kandungan dalam filtrat telah direduksi oleh tubulus proksimal,
sehingga hanya sedikit volume cairan yang meninggalkan tubulus proksimal dan
melanjut ke loop of Henle.

Reabsorbsi di Loop of Henle


Fungsi utama Loop of Henle adalah :
1. loop of Henle mereabsorbsi air dari cairan tubulus (dan mengambil urea dari cairan
interstitial) pada pars descendens.
2. loop of Henle mereabsorbsi ion Natrium dan Chloride dari cairan tubulus pada pars
ascendens.
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 12

3. cairan yang keluar dari Loop of Henle bersifat hipotonik karena absorbsi garam di
daerah pars ascendens.
4. reabsorbsi garam juga dimaksudkan untuk menjaga tekanan osmotik cairan
interstitial medulla agar tetap tinggi.

Reabsorbsi pada Tubulus Distal dan Ductus Collectivus


Tubulus Distal juga terjadi reabsorbsi Natrium melalui mekanisme transport aktif,
seperti pada Tubulus Proksimal, namun dalam jumlah yang lebih sedikit. Sel sel
penyusun dinding Tubulus Distal relatif impermeable terhadap air. Hal ini berarti bahwa
ion Natrium dapat dipindahkan namun tidak diikuti dengan perpindahan air secara
otomatis, sehingga konsentrasi zat terlarut dalam cairan tubulus akan berkurang.
Ginjal akan memproduksi dan mengekresi urine yang hipotonis, sehingga tubuh
dengan mudah segera mengalami dehidrasi. Pencegahan terhadap pengeluaran air yang
berlebihan melibatkan mekanisme di luar ginjal, yakni ADH (anti diuretic hormone) yang
disekresikan oleh hipofise posterior. Sel target ADH di Tubulus Distal dan Ductus
Collectivus menyebabkan peningkatan permeabilitas terhadap air. Bila permeabilitas
meningkat maka air akan mudah melewati dinding tubulus, menuju ke cairan interstitial.
Semakin banyak ADH maka semakin banyak pula air yang melewati dinding tubulus.
Reabsorbsi urea di ductus collectivus terjadi saat air mengalami reabsorbsi di bawah
pengaruh ADH. Saat air direabsorbsi, konsentrasi urea dalam cairan akan meningkat.
Peningkatan konsentrasi urea dalam ductus collectivus akan menyebabkan urea berdifusi
keluar

Tabel 2. Fungsi Nefron


Bagian Nefron Fungsi Zat yang dipindahkan
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 13

Corpus Renalis Filtrasi (pasif) Air


Beberapa zat terlarut (ion, glukosa, dll)
Tubulus Proksimal - Reabsorbsi ( aktif) - tranport aktif ion Natrium
- Co-transport glukosa dan asam amino
- Reabsorbsi (pasif) * difusi ion Cl, PO4, urea dan zat
terlarut lainnya
* osmosis air
Loop of Henle
Pars Descendens - Reabsorbsi (pasif) Osmosis air
- Sekresi (pasif) Difusi urea
Pars Ascendens - Reabsorbsi (aktif) Transport aktif io Natrium
- Reabsorbsi (pasif) Difusi ion Cl
Tubulus Distal - Reabsorbsi (aktif) Transport aktif ion Natrium
- Reabsorbsi (pasif) - difusi ion Cl
- osmosis air (hanya bila ada ADH)
- Sekresi (pasif) Difusi amonia
- Sekresi (aktif) Transport aktif ion K, H dan beberapa
jenis obat
Ductus Collectivus - Reabsorbsi (aktif) Transport aktif ion Natrium
- Reabsorbsi (pasif) - Difusi Urea
- Osmosis air (hanya jika ada ADH)
- Sekresi (pasif) Difusi ammonia
- Sekresi (aktif) Transport aktif ion K, ion H dan
beberapa jenis obat

IV. KOMPOSISI URIN


Air merupakan komponen terbanyak yang terkandung dalam urin, yakni sekitar
95 %, dan sisanya merupakan campuran dari beberapa zat yang terlarut, diantaranya :
Nitrogen wastes yang merupakan produk buangan hasil metabolisme protein seperti
urea, asam urat, ammonia dan kreatinin.
Elektrolit, terutama ion Natrium, Kalium, Amonium, Chloride, Bikarbonat, dan
Sulfat. Dapat juga ditemukan ion-ion yang lain, bergantung dari intake makanan
dan faktor lainnya.
Racun, termasuk penyakit karena racun dari bakteri akan dikeluarkan dalam bentuk
terlarut dalam urin.
Pigmen, terutama urochrome, yakni pigmen yang berwarna kekuningan yang
merupakan hasil penguraian (pemecahan) sel darah merah yang sudah tua di hepar
maupun di tempat lainnya. Variasi makanan dan obat dalam plasma juga
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 14

dibersihkan oleh ginjal dan dikonversikan menjadi pigmen untuk selanjutnya


dikeluarkan.
Hormon, adanya peningkatan kadar suatu hormon dalam urin merupakan indikasi
peningkatan kadar hormon tersebut dalam plasma darah.
Kandungan Abnormal, seperti darah, glukosa, albumin (protein plasma), kristal atau
calculi (batu kecil).

V. HORMON HORMON YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM


URINALISA
1. ALDOSTERON
Aldosteron merupakan golongan hormon steroid (mineralokortikoid) yang disintesis
dari kolesterol dengan bantuan enzim aldosteron synthase. Proses sintesis hormon
Aldosteron terjadi di daerah corteks adrenal pada kelenjar adrenalis. Fungsi utamanya
untuk menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh dengan cara membatasi ekskresi
ion Natrium dan air, serta merangsang ekskresi ion Kalium oleh ginjal. Sintesis
aldosteron merupakan reaksi untuk meningkatkan kadar angiotensin II atau potassium
plasma pada saat tubuh mengalami defisiensi ion Natrium.
Sekresi hormon Aldosteron dikontrol oleh :
* Baroreseptor
* Apparatus Juxtaglomerular
* Saraf Simpatis
* Sistem Renin Angiotensin

2. ADH / Anti Diuretic Hormone ( VASOPRESSIN)


Hormon ADH disekresikan pada saat tubuh kekurangan cairan. ADH menyebabkan
penningkatan konsentrasi urin akibat proses reabsorbsi air.

3. RENIN ANGIOTENSIN SYSTEM


Hormon ini bekerja menjaga tekanan darah dan volume darah tetap dalam kondisi
homeostasis. Sistem ini akan teraktivasi bila tubuh mengalami hipovolemi dan atau
hipotensi, misalnya pada saat terjadi perdarahan hebat. Apabila apparatus
juxtaglomerular pada ginjal mengalami penurunan supply darah, maka akan dilepaskan
suatu zat yang bernama RENIN. Renin akan merangsang perubahan Angiotensinogen
(yang dihasilkan oleh hepar) menjadi Angiotensin I. Selanjutnya, dengan bantuan
Converting Enzyme (yang dihasilkan oleh paru), Angiotensin I akan mengalami
konversi menjadi Angiotensin II. Angiotensin II akan menyebabkan terjadinya
konstriksi pembuluh darah, merangsang sekresi ADH dan Aldosteron, merangsang pusat
rasa haus pada hipothalamus sehingga timbul rasa haus. Semuanya bertujuan untuk
meningkatkan tekanan darah.
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 15

4. RENIN (Angiotensinogenase)
Dihasilkan oleh sel juxtaglomerular ginjal, sebagai respon dari penurunan volume darah
atau penurunan konsentrasi ion Natrium dalam tubuh. Adanya Renin akan
menyebabkan terjadinya :
* vasokonstriksi arteriole efferent (meningkatkan filtrasi glomerulus)
* vasokonstriksi perifer (meningkatkan tekanan darah)
* sekresi Aldosteron (reabsorbsi air dan ion Natrium)

5. KININ KALLIKREIN SYSTEM


Secara struktural, Kinin dibentuk oleh polipeptida, seperti juga bradikinin dan
kellikrein, yang bekerja untuk merangsang vasodilatasi dan kontraksi otot polos secara
lokal. Kinin dibentuk dan disimpan pada tubulus distalis. Kinin berperan saat terjadi
inflamasi, mengontrol tekanan darah, proses koagulasi dan nyeri.
Fungsi Kinin Kallikrein System adalah :
* vasodilatasi
* sekresi prostaglandin (PGE2)
* menghambat vasokonstriksi dan efek diuretik dari Angiotensin II
* merangsang terjadinya vasodilatasi dan meningkatkan efek diuretik Kinin.
6. PROSTAGLANDIN
Prostaglandin dibentuk dari asam lemak. Setiap prostaglandin terdiri dari 20 atom
karbon, termasuk 5 cincin karbon. Prostaglandin merupakan hormon like substance
yang berfungsi untuk :
* vasodilatasi
* meningkatkan perfusi
* menghambat reabsorbsi air
* menghambat proses transport aktif ion Natrium pada tubulus ginjal

7. PARATHYROID HORMONE
Disekresi oleh kelenjar parathyroid, yang mempunyai fungsi :
mengatur ekskresi fosfat dan kalsium dalam urin
meningkatkan reabsorbsi ion Ca2+ pada tubulus distal dan ductus collectivus
menghambat reabsorbsi fosfat pada tubulus proksimal dan tubulus distal
menghambat reabsorbi ion Natrium dan HCO3-
dr. Agnes S. Rahayu, M.Kes / NIP. 132 310 301 16

Anda mungkin juga menyukai