Anda di halaman 1dari 65

PENGARUH PARAFIN PADA PEMBUATAN PAPAN

PARTIKEL SERAT ACAK SABUT KELAPA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

NOVALIZA R SIDABUTAR
NIM : 040801032

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
2

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH PARAFIN PADA PEMBUATAN


PAPAN PARTIKEL SERAT ACAK SABUT
KELAPA
Kategori : SKRIPSI
Nama : HESTY RODHES SINULINGGA
Nomor Induk Mahasiswa : 040801017
Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

Diluluskan di
Medan, Maret 2009

Diketahui Oleh,
Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Aditia Warman, M.Si Jamaludin Malik, S.Hut,M.T


NIP. 131 273 461 NIP. 710 028 503

Ketua Departemen Fisika

Dr. Marhaposan Situmorang

NIP. 130 810 771

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
3

PERNYATAAN

PENGARUH PARAFIN PADA PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL SERAT ACAK


SABUT KELAPA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan
dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Februari 2009

NOVALIZA ROSDINA SIDABUTAR


040801032

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
4

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang Pemurah
dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya kertas kajian ini berhasil diselesaikan
dalam waktu yang telah ditetapkan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Dra. Manis Sembiring, M.Si
sebagai pembimbing akademik dan Bapak Ir.M.I.Iskandar,BScF,MM sebagai pembimbing
di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan pada penyelesaian skripsi ini yang
telah memberikan panduan dan arahan kepada saya untuk menyempurnakan karya ilmiah
ini. Pandun ringkas dan padat serta professional telah diberikan kepada saya agar dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan
Sekretaris Departemen Dr. Marhaposan Situmorang dan Dra. Justinon, M.Si., Dekan dan
Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara, dan semua dosen Departemen Fisika FMIPA USU, pegawai di FMIPA USU, rekan-
rekan kuliah, teman-teman angkatan 2004 yang telah mendukung saya selalu. Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya saya tujukan kepada Ibunda tercinta B.br Sirait dan
Ayahanda tercinta S.Sidabutar serta saudara-saudara saya Novrida Sidabutar, Melisa
Sidabutar, Ori Sidabutar dan Mentari Sidabutar yang selama ini memberikan bantuan dan
dorongan dan memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan penulisan tugas
akhir ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa Membalasnya.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
5

ABSTRAK

Pada penelitian ini, papan partikel terbuat dari serat sabut kelapa dengan kadar perekat 10
% dan variasi kadar parafin 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan 2%. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kadar parafin terhadap sifat fisis (daya serap air, pengembangan
tebal dan kadar air) dan sifat mekanis (keteguhan patah dan kuat lentur) dan yang akan
dibandingkan dengan standar JIS.
Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa kadar parafin dapat meningkatkan
sifat fisis papan partikel dimana semakin banyak kadar parafin yang diberikan maka
semakin meningkat pula sifat fisis yang diperoleh. Sedangkan kadar parafin yang diberikan
pada papan partikel tidak mempengaruhi sifat mekanis papan partikel.
Pada pengujian sifat fisis yaitu uji pengembangan tebal telah memenuhi standar JIS
A 5908-2003, sedangkan uji kadar air yang telah memenuhi standar JIS A 5908-2003 yaitu
terdapat pada kadar parafin 0,5 % - 2 %. Pada pengujian sifat mekanis yaitu uji keteguhan
patah telah memenuhi standar JIS A 5908-2003, sedangkan uji kuat lentur yang telah
memenuhi standar JIS A 5908-2003 terdapat pada kadar parafin 0%.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
6

INFLUENCE OF PARAFFIN AT MAKING OF RANDOM BOARD PARTICLE


FIBRE OF COIR COCONUT

ABSTRAC

At this research, made particle board of coconut coir fibre with glue rate 10 % and paraffin
rate variation of 0%, 0,5%, 1%, 1,5% and 2%. This research aim to know influence of
paraffin rate to nature of fisis ( water absorpsion, thick development and water rate) and
nature of is mechanical ( firmness broken and limber strength) and to be compared to
standard of JIS.
From result of this research, can know that paraffin rate can improve the nature of
particle board fisis where more and more given paraffin rate hence progressively mount
also the nature of obtained fisis. While passed to paraffin rate is particle board do not
influence the nature of is mechanical of particle board.
At examination of nature of fisis that is thick development test have fulfilled
standard of JIS A 5908-2003, while rate test irrigate which have fulfilled standard of JIS A
5908-2003 that is there are at paraffin rate 0,5 - 2 %. At examination of nature of
mechanical that is firmness test broken have fulfilled standard of JIS A 5908-2003, while
strong test flex which have fulfilled standard of JIS A 5908-2003 there are at paraffin rate
0%.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
7

DAFTAR ISI

Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstrac vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi

Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Tempat Penelitian 3
1.7 Sistematika Penelitian 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka


2.1 Komposit 5
2.1.1 Serat Sebagai Penguat 7
2.1.2 Matriks 9
2.2 Papan partikel 10
2.2.1 Macam Papan Partikel 10
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Mutu Papan Partikel 12
2.2.3 Mutu Papan partikel 14
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
8

2.3 Sabut Kelapa 19


2.4 Perekat Urea Formaldehyde 20
2.5 Parafin 21

Bab 3 Metodologi Penelitian


3.1 Peralatan dan Bahan Pembuatan Papan Partikel 22
3.1.1 Peralatan 22
3.1.2 Bahan 26
3.2 Alat Penguji Sampel 26
3.2.1 Peralatan Pengujian Kuat Lentur 26
3.3 Prosedur Pembuatan Papan Partikel 27
3.4 Diagram Alir Penelitian 28
3.5 Bentuk Sampel Uji 29
3.6 Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis 30
3.6.1 Pengujian Sifat Fisis 30
3.6.1.1 Pengujian Kadar Air 30
3.5.1.2 Pengujian Pengembangan Tebal 30
3.5.1.3 pengujian Kadar Air 31
3.6.2 Pengujian Sifat Mekanik 31
3.6.2.1 Pengujian Keteguhan Patah (MOR) 31
3.6.2.2 Pengujian Kuat Lentur (MOE) 32

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan


4.1 Hasil 33
4.1.1 Daya Serap Air 33
4.1.2 Pengembangan Tebal 34
4.1.3 Kadar Air 37
4.1.3 Keteguhan Patah (MOR) 39
4.1.4 Kuat Lentur (MOE) 41
4.2 Pembahasan 43
4.2.1 Daya Serap Air 43
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
9

4.2.2 Pengembangan Tebal 44


4.2.3 Kadar Air 45
4.2.4 Keteguhan Patah (MOR) 46
4.2.5 Kuat Lentur (MOE) 47

Bab 5 Kesimpulan Dan Saran


5.1 Kesimpulan 48
5.2 Saran 49

Daftar Pustaka 50
Lampiran 52

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
10

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partiikel 13
Tabel 4.1 Data Pengujian Daya Serap Air 34
Tabel 4.2 Data Pengujian Pengembangan Tebal 36
Tabel 4.3 Data Pengujian Kadar Air 38
Tabel 4.3 Data Keteguhan Patah (MOR) 40
Tabel 4.4 Data Kuat Lentur (MOE) 42

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kempa Panas 22


Gambar 3.2 Oven 23
Gambar 3.3 Cetakan Papan Partikel 23
Gambar 3.4 Blender Drum 24
Gambar 3.5 Spayer Gun 25
Gambar 3.6 Serat acak sabut kelapa 26
Gambar 3.7 Bentuk Sampel Uji Sifat Fisis dan Mekanis 29
Gambar 3.8 Cara Pembebanan Pengujian MOR dan MOE 32
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Daya Serap Air Rata-rata dan Kadar Parafin 43
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Pengembangan Tebal Rata-rata dan Kadar Parafin 44
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Kadar Air Rata-rata dan Kadar Parafin 45
Gambar 4.4 Grafik Keteguhan Patah Rata-rata dan Kadar Parafin 46
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kuat Lentur dan Kadar Perekat 47

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Papan partikel merupakan papan buatan jenis komposit yang terbuat dari partikel-partikel
kayu atau bahan selulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik dan dengan bantuan
tekanan dan panas (hot press) dalam waktu tertentu.
Dewasa ini, pasokan kayu dari hutan untuk industri kayu yang terus menurun dari
tahun ke tahun, seiring dengan meningkatnya kebutuhan rumah tangga terhadap barang-
barang yang terbuat dari papan partikel, seperti perkakas rumah tangga, furnitur, meja
belajar, meja komputer, dinding penyekat dan peredam suara. Dengan meningkatnya
industri perkayuan di Indonesia, ketersedian kayu di hutan baik jumlah dan kualitasnya
semakin terbatas.
Papan partikel merupakan salah satu produk industri perkayuan yang memiliki
prospek yang cukup baik dimasa sekarang dan dimasa yang akan mendatang. Pada
dasarnya bahan baku papan partikel berasal dari sisa pengolahan kayu di industri
penggergajian, sehingga tidak memerlukan persyaratan kualitas bahan baku yang tinggi.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
13

Hal ini berpengaruh juga terhadap kebutuhan bahan baku kayu bagi industri papan
partikel. Untuk itu perlu dicari sumber bahan baku lain yang dapat mensubstitusi partikel
kayu.
Serbuk sabut kelapa ( coconut fibre ) merupakan bahan yang mengandung
lignoselulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternative bahan baku
pembuatan papan partikel. Optimasi proses pembuatan papan partikel sangat dipengaruhi
oleh kadar perekat dan kerapatan terhadap sifat fisis dan mekanis. Proses pembuatan papan
partikel berbahan baku serbuk sabut kelapa ini dapat dibuat dengan menggunakan perekat
urea formaldehida.
Oleh karena itu papan partikel yang terbuat dari serbuk sabut kelapa ini dapat
digunakan sebagai sebagai bahan penyerap cairan, pengisi pada partisi atau dinding
penyekat, pengganti papan busa (styrofoam) untuk kotak pembungkus bagian dalam
bahan-bahan yang tidak tahan banting seperti elektronik, barang gelas dan lain-lain yang
ramah lingkungan karena kemungkinan besar dapat terdekomposisi secara alami dan dapat
menjadi kompos, serta polypot untuk tanaman.
Perekatan partikel pada umumnya dilakukan dengan menggunakan urea
formaldehyde untuk penggunaan bagian dalam (interior) seperti mebel, lantai, dinding
penyekat. Urea formaldehyde (UF) termasuk salah satu jenis perekat yang bersifat
thermosetting, yaitu hasil reaksi kondensasi dan polimerisasi antara urea dan formaldehida.
Pemilihan urea formaldehyde sebagai perekat dalam pembuatan papan partikel dengan
bahan baku serat sabut kelapa karena urea formaldehyde mempunyai sifat panas yang baik
dan harga lebih terjangkau.

1.2. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh parafin terhadap pembuatan papan partikel serat acak sabut kelapa.

1.3. Batasan masalah

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
14

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Menerangkan secara terperinci pembuatan papan partikel serat acak sabut kelapa
2. Melakukan pengujian mekanik pada pembuatan papan partikel yang meliputi :
a. Uji keteguhan patah ( Modulus of Repture )
b. Uji kuat lentur ( Modulus of Elasticity )
3. Melakukan pengujian fisik pada pembuatan papan partikel yang meliputi :
a. Penyerapan air
b. Pengembangan tebal
c. Kadar air

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui pengaruh parafin pada pembuatan papan partikel serat acak sabut
kelapa dengan perekat urea formaldehida.
2. Memanfaatkan limbah sabut kelapa untuk pembuatan papan partikel.

1.5. Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini diperoleh pengetahuan tentang sifat fisis dan mekanis
papan partikel yang telah divariasikan kadar parafin. Sehingga dapat menjadi bahan acuan
bagi industri-industri yang memakai papan partikel.

1.6. Tempat penelitian

Laboratorium Produk Majemuk, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan,


Departemen Kehutanan, Bogor.

1.7. Sistematika penulisan


Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
15

Sistematika penulisan masing-masing bab adalah sebagai berikut :


Bab I Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah,
manfaat penelitian, tempat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian.
Bab III Metodelogi Penelitian
Bab ini membahas tentang diagram alir, peralatan, bahan-bahan, pembuatan sampel
uji, dan pengujian sampel.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan menganalisa data yang diperoleh
dari penelitian.
Bab V Kesimpulan
Bab ini menyimpulkan hasil-hasil yang didapat dari penelitian dan memberikan
saran untuk penelitian lebih lanjut.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komposit

Komposit merupakan campuran atau kombinasi dari dua atau lebih unsur unsur pokok
yang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga menghasilkan suatu bahan baru. Bagian
yang lebih banyak mengisi komposit disebut disebut penguat sedangkan bagian yang
sedikit mengisi komposit tempat serat berada disebut matriks. Maka dapat juga
didefenisikan bahwa komposit terdiri dari bahan yang berbeda yang membentuk suatu
kesatuan.
Ciri bahan komposit ialah energi retakan besar, mudah dibuat dari berbagai zat
penguat dan matriks, sifat-sifatnya pun beraneka ragam, yaitu :
1. Kekuatan dan kuat jenis dapat jauh lebih besar daripada bahan konstruksi biasa.
2. Dapat dibuat sangat tegar (kaku) daripada bahan konstruksi lain.
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
17

3. Rapatannya rendah (ringan).


4. Kekuatan besar, termasuk pada suhu tinggi.
5. Kuat lelahan besar, lebih bagus daripada logam.
6. Ketahanan oksidasi serta korosinya memuaskan.
7. Ketahanan dampak serta kejutan termalnya sangat bagus.
8. Muaian termal rendah dan dapat dikontrol dengan baik.
9. Waktu patah-tegangan lebih baik daripada kebanyakan logam.
10. Sifat produk dapat diatur terlebih dahulu, disesuaikan terapannya.
11. Daya hantar termal dan listrik dapat diatur.
12. Fabrikasi komponen berukuran besar lebih muda dan murah daripada logam biasa.
Secara umum 2 klasifikasi material komposit, yaitu :
1. Material komposit alami
2. Material komposit buatan

Sesuai dengan defenisinya, maka bahan material komposit terdiri dari unsur unsur
penyusun. Komponen ini dapat berupa unsur organik, anorganik ataupun metalik dalam
bentuk serat, serpihan, partikel, lapisan. Jika ditinjau dari unsur pokok penyusun suatu
bahan komposit, maka komposit dapat dibedakan atas beberapa bagian antara lain :
1. Komposit serat
Jenis komposit ini merupakan hasil yang terbuat dari serat serat tunggal,
berkas berkas serat kecil atau bagian - bagian serat yang selanjutnya
dicampurkan dengan perekat atau matriks. Komposit serat juga dapat diperoleh
tanpa matriks dan hanya tersusun atas serat serat tunggal.
2. Komposit serpihan
Serpihan merupakan partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan
sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan yang khusus dengan orientasi
serat sejajar permukaannya. Suatu komposit serpihan terdiri atas serpih serpih
yang saling menahan dengan pengikat permukaan atau dimasukkan kedalam
matriks. Suatu komposit serpihan terdiri atas serpih serpih yang saling
menahan dengan mengikat permukaan atau dimasukkan kedalam matriks. Sifat-
sifat khusus yang dapat diperoleh dari serpihan adalah bentuknya besar dan

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
18

datar sehingga dapat disusun dengan rapat untuk menghasilkan suatu bahan
penguat yang tinggi untuk luas penampang lintang tertentu.pada umumnya
serpih-serpih saling tumpang tindih pada suatu komposit sehingga dapat
membentuk lintasan fluida ataupun uap yang dapat mengurangi kerusakan
mekanis karena penetrasi atau perembesan.
3. Komposit partikel
Komposit partikel merupakan produk yang dihasilkan dengan menempatkan
partikel partikel dan sekaligus mengikatnya dengan suatu matriks bersama-
sama dengan satu atau lebih unsurunsur perlakuan seperti panas, tekanan,
kelembaban, katalisator, dan lainlain. Komposit partikel ini berbeda dengan
jenis serat atau serpihan dalam hal mendistribusikan unsur pokok dan tambahan
yang secara acak sehingga bersifat isotropis. Kekuatan komposit serat
dipengaruhi oleh tegangan koheren diantara fase partikel dan matriks yang
menunjukkan sambungan yang baik.
4. Komposit lapisan
Komposit lapisan terdiri atas dua atau lebih lapisan-lapisan yang berbeda dan
terikat bersama-sama. Lapisan yang merupakan suatu komposit dapat berbeda
dalam bahan, bentuk dan orientasinya.

2.1.1. Serat sebagai penguat


Zat penguat yang biasa digunakan ialah filamen kontinu dan serat, filler, serta bahan
lembaran. Bagi komposit polimer, serat yang dipakai beraneka ragam yaitu gelas, karbon,
grafit, boron, partikel sampai baja. Pada umumnya komposit mengandung serat yang
dibungkus dengan matriks. Fungsi daripada matriks adalah membungkus serat sekaligus
melindunginya dari kerusakan. Selain daripada itu matriks juga mendistribusikan beban
kepada serat.
Secara umum dikatakan fungsi serat adalah sebagai penguat bahan untuk
memperkuat komposit sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh, dan lebih
kokoh bila dibandingkan dengan tanpa serat penguat. Selain itu serat juga dapat
menghemat penggunaan resin.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
19

Ada 3 jenis komposit serat berdasarkan susunan dan panjang serat yaitu sebagai berikut :
a. Komposit Serat Pendek
Komposit serat pendek ini memiliki panjang (20 100) cm.
b. Komposit serat Panjang
Komposit serat panjang ini adalah lebih mudah diorientasikan jika dibandingkan
dengan serat pendek. Secara teori serat panjang dapat menyalurkan suatu
pembebanan atau tegangan dari suatu titik pemakainannya. Pada prakteknya hal ini
tidak mungkin karena variabel pembuatan komposit serat penjang tidak mungkin
memperoleh kekuatan tarik melampaui panjangnya. Perbedaan antara serat pendek
dan serat panjang adalah serta pendek dibebani secara tidak langsungdan kekuatan
atau kelemahan matriks akan menentukan sifat dari produk komposit tersebut,
yakni jauh lebih kecil dibandingkan dengan besaran yang terdapat pada serat
panjang. Bentuk serat panjang memiliki kemampuan yang tinggi disamping itu kita
tidak perlu memotong-motong serat.
c. Komposit Serat Acak
Bahan komposit yang mengandung orientasi bidang acak. Pembuatan komposit
jenis ini biasanya dilakukan dengan teknik hand lay up dan menggunakan resin
termoset. Ukuran serat dapat dipilih untuk mendapatkan perbedaan jumlah
penyebaran serat selama pencetakan.

Berikut ini jenis-jenis serat dan contoh bahannya yang dapat digunakan sebagai
penguat pada material komposit secara umum :
No Jenis Contoh
1 Serat Organik Selulosa, Polypropilena, High Modulus Polythylena,
Grafit Karbon, Sabut Kelapa, Ijuk, Sabut Kelapa
Sawit dan lain-lain.
2 Serat Anorganik Asbes, Gelas, Metal, keramik, Boron, dan lain-lain.

Penguat harus merupakan komponen yang lebih kuat jika ditujukan untuk memikul
beban. Tetapi pnguat harus memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi. Demikian pula,
tidak terlihat bahwa ikatan antar matriks dan penguat merupakan sesuatu yang kritis,
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
20

karena pada umumnya beban harus ditransfer dari matriks ke serat jika penguat diinginkan
untuk berfungsi dengan baik.
Serat yang ditambahkan pada komposit adalah untuk menghasilkan penguatan
sehingga komposit dapat menanggung beban beban yang lebih besar. Penguatan juga dapat
meningkatkan kekakuan dengan menggunakan fraksi serat yang lebih besar. Pada desain
rekayasa, penguatan juga dimanfaatkan untuk meningkatkan ketangguhan produk,
sehingga diperlukan energi yang lebih banyak dan merambatkan perpatahan.
Kenyataannya, ketangguhan yang lebih tinggi merupakan faktor utama dalam pemilihan
komposit.

2.1.2. Matriks

Matriks adalah bahan yang dipergunakan untuk menyatukan atau mengikat serat tanpa
bereaksi dengan serat penguat secara kimia dalam satu komposit. Secara umum matriks
terbagi atas dua kelompok yaitu :
1. Resin thermoset
Resim ini merupakan bahan yang tidak dapat didaur ulang, karena molekul-
molekulnya mengalami ikatan silang.
2. Resin termoplastik
Resin ini merupakan bahan yang dapat menjadi lunak kembali apabila dipanaskan
dan mengeras apabila didinginkan sehingga bahan ini dapat didaur ulang.

Baik polimer termoplastik maupun termoset dapat dijadikan matrik komposit.


Bahan termoplastik yang lazim digunakan sebagai matriks komposit adalah poliolefin,
vinilik, poliamida, poliasetal, polisulfon, polikarbonat, polifenilen dan poliimida.
Sedangkan yang lazim digunakan dalam kelompok termoset adalah poliester tak jenuh,
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
21

resin fenol formaldehida, resin urea formaldehida, polimer melamin formaldehida,


epoksida, dan silikon.
Matriks tersebut dapat menghasilkan keserasian matriks dan penguat dengan
mengontrol faktor jenis, jumlah komponen, katalis, waktu dan suhu. Komposit poliester-
gelas dipakai untuk atap dan isolasi bangunan. Polimer fenol-formaldehida ialah termoset
paling murah.
Adapun fungsi matriks dalam material komposit adalah :
1. Melindungi material komposit
2. Penyatu atau pengikat serat
3. Mentransfer beban ke serat

2.2. Papan partikel

Papan partikel adalah lembaran hasil pengempaan panas campuran partikel kayu atau
bahan berligno selulosa lainnya dengan perekat organik dan bahan lainnya. Macam partikel
kayu : serbuk, tatal, serpih, selumbar, untai dan wafer. Industri papan partikel merupakan
salah satu industri yang dapat memanfaatkan limbah industri kayu gergajian sebagai bahan
bakunya (Iskandar, 2009).

Papan partikel adalah papan buatan yang terbuat dari partikel-partikel (chips) kayu
atau bahan selulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik dengan bahan penolong
lainnya dan dengan bantuan tekanan dan panas (hot press) dalam waktu tertentu (Maloney,
1993).

2.2.1. Macam Papan Partikel


Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
22

Ada beberapa jenis papan partikel yang ditinjau dari beberapa segi, yaitu sebagai
berikut (Sutigno, 1994) :

1. Bentuk

Papan partikel umumnya berbentuk datar dengan ukuran relatif panjang, relatif
lebar, dan relatif tipis sehingga disebut Panel. Ada papan partikel yang tidak datar
(papan partikel lengkung) dan mempunyai bentuk tertentu tergantung pada acuan
(cetakan) yang dipakai seperti bentuk kotak radio.

2. Pengempaan

Cara pengempaan dapat secara mendatar atau secara ekstrusi. Cara mendatar ada
yang kontinyu dan tidak kontinyu. Cara kontinyu berlangsung melalui ban baja
yang menekan pada saat bergerak memutar. Cara tidak kontinyu pengempaan
berlangsung pada lempeng yang bergerak vertikal dan banyaknya celah (rongga
antara lempeng) dapat satu atau lebih.

Pada cara ekstrusi, pengempaan berlangsung kontinyu diantara dua lempeng yang
statis. Penekanan dilakukan oleh semacam piston yang bergerak vertikal atau
horizontal.
3. Kerapatan
Ada tiga kelompok kerapatan papan partikel, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Terdapat perbedaan batas antara setiap kelompok tersebut, tergantung pada standar
yang digunakan.
4. Kekuatan (Sifat Mekanis)

Pada prinsipnya sama seperti kerapatan, pembagian berdasarkan kekuatanpun ada


yang rendah, sedang, dan tinggi. Terdapat perbedaan batas antara setiap macam
(tipe) tersebut, tergantung pada standar yang digunakan. Ada standar yang
menambahkan persyaratan beberapa sifat fisis.
5. Macam Perekat

Macam perekat yang dipakai mempengaruhi ketahanan papan partikel terhadap


pengaruh kelembaban, yang selanjutnya menentukan penggunaannya. Ada standar
yang membedakan berdasarkan sifat perekatnya, yaitu interior dan eksterior. Ada
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
23

standar yang memakai penggolongan berdasarkan macam perekat, yaitu Tipe U


(urea formaldehida atau yang setara), Tipe M (melamin urea formaldehida atau
yang setara) dan Tipe P (phenol formaldehida atau yang setara). Untuk yang
memakai perekat urea formaldehida ada yang membedakan berdasarkan emisi
formaldehida dari papan partikelnya, yaitu yang rendah dan yang tinggi atau yang
rendah, sedang dan tinggi.
6. Susunan Partikel

Pada saat membuat partikel dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu halus
dan kasar. Pada saat membuat papan partikel kedua macam partikel tersebut dapat
disusun tiga macam sehingga menghasilkan papan partikel yang berbeda yaitu
papan partikel homogen (berlapis tunggal), papan partikel berlapis tiga dan papan
partikel berlapis bertingkat.
7. Arah Partikel

Pada saat membuat hamparan, penaburan partikel (yang sudah dicampur dengan
perekat) dapat dilakukan secara acak (arah serat partikel tidak diatur) atau arah
serat diatur, misalnya sejajar atau bersilangan tegak lurus. Untuk yang disebutkan
terakhir dipakai partikel yang relatif panjang, biasanya berbentuk untai (strand)
sehingga disebut papan untai terarah (oriented strand board atau OSB).
8. Penggunaan

Berdasarkan penggunaan yang berhubungan dengan beban, papan partikel


dibedakan menjadi papan partikel penggunaan umum dan papan partikel structural
(memerlukan kekuatan yang lebih tinggi). Untuk membuat mebel, pengikat
dinding dipakai papan partikel penggunaan umum. Untuk membuat komponen
dinding, peti kemas dipakai papan partikel structural.
9. Pengolahan

Ada dua macam papan partikel berdasarkan tingkat pengolahannya, yaitu


pengolahan primer dan pengolahan sekunder. Papan partikel pengolahan primer
adalah papan partikel yang dibuat melalui proses pembuatan partikel, pembentukan
hamparan dan pengempaan yang menghasilkan papan partikel.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
24

Papan partikel pengolahan sekunder adalah pengolahan lanjutan dari papan partikel
pengolahan primer misalnya dilapisi venir indah, dilapisi kertas aneka corak.

2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Papan Partikel


Adapun faktor yang mempengaruhi mutu papan partikel adalah sebagai berikut (Sutigno,
1994) :
1. Berat jenis partikel

Perbandingan antara kerapatan atau berat jenis papan partikel dengan berat jenis
kayu harus lebih dari satu, yaitu sekitar 1,3 agar mutu papan partikelnya baik. Pada
keadaan tersebut proses pengempaan berjalan optimal sehingga kontak antar
partikel baik.
2. Zat ekstraktif partikel
Partikel yang berminyak akan menghasilkan papan partikel yang kurang baik
dibandingkan dengan papan partikel dari kayu yang tidak berminyak. Zat ekstraktif
semacam itu akan mengganggu proses perekatan.
3. Jenis partikel
Jenis kayu (misalnya Meranti kuning) yang kalau dibuat papan partikel emisi
formaldehidanya lebih tinggi dari jenis lain (misalnya meranti merah). Masih
diperdebatkan apakah karena pengaruh warna atau pengaruh zat ekstraktif atau
pengaruh keduanya.
4. Campuran jenis kayu

Keteguhan lentur papan partikel dari campuran jenis kayu ada diantara keteguhan
lentur papan partikel dari jenis tunggalnya, karena itu papan partikel structural lebih
baik dibuat dari satu jenis kayu daripada dari campuran jenis kayu.
5. Ukuran partikel

Papan partikel yang dibuat dari tatal akan lebih baik daripada yang dibuat dari
serbuk karena ukuran tatal lebih besar daripada serbuk. Karena itu, papan partikel
struktural dibuat dari partikel yang relatif panjang dan relatif lebar.
6. Kulit kayu
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
25

Makin banyak kulit kayu dalam partikel kayu sifat papan partikelnya makin kurang
baik karena kulit kayu akan mengganggu proses perekatan antar partikel.
Banyaknya kulit kayu maksimum sekitar 10%.
7. Perekat

Macam partikel yang dipakai mempengaruhi sifat papan partikel. Penggunaan


perekat eksterior akan menghasilkan papan partikel eksterior sedangkan pemakaian
perekat interior akan menghasilkan papan partikel interior. Walaupun demikian,
masih mungkin terjadi penyimpangan, misalnya karena ada perbedaan dalam
komposisi perekat dan terdapat banyak sifat papan partikel. Sebagai contoh,
penggunaan perekat urea formaldehida yang kadar formaldehidanya tinggi akan
menghasilkan papan partikel yang keteguhan lentur dan keteguhan rekat
internalnya lebih baik tetapi emisi formaldehidanya lebih jelek.
8. Pengolahan

Proses produksi papan partikel berlangsung secara otomatis. Walaupun demikian,


masih mungkin terjadi penyimpangan yang dapat mengurangi mutu papan partikel.
Sebagai contoh, kadar air hamparan (campuran partikel dengan perekat) yang
optimum adalah 10-14%, bila terlalu tinggi keteguhan lentur dan keteguhan rekat
internal papan partikel akan menurun.

2.2.3. Mutu Papan Partikel


Dibawah ini adapun mutu papan partikel yaitu meliputi (Sutigno, 1994) :
1. cacat
2. ukuran
3. sifat fisis
3. sifat mekanis
4. sifat kimia.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
26

Dalam standar papan partikel yang dikeluarkan oleh beberapa negara masih mungkin
terjadi perbedaan dalam hal kriteria, cara pengujian, dan persyaratannya. Walaupun
demikian, secara garis besarnya sama. Dibawah ini dapat ditunjukkan standar SNI 03-
2105-1996 dan JIS A 5908-2003 untuk pengujian papan partikel :

No. Sifat Fisis Mekanis SNI 03-2105-1996 JIS A 5908-2003

1 Kerapatan (gr/cm3) 0,5-0,9 0,4-0,9

2 Kadar Air (%) <14 5-13

3 Daya Serap Air (%) - -

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
27

4 Pengembangan Tebal (%) Maks 12 Maks 12

5 MOR (kg/cm2) Min 80 Min 80

6 MOE (kg/cm2) Min 15000 Min 20000

7 Internal Bond (kg/cm2) Min 1,5 Min 1,5

8 Kuat Pegang Skrup (kg) Min 30 Min 30

9 Linear Expansion (%) - -

10 Hardness (N) - -

11 Emisi Formaldehyde (ppm) - Min 0,3

Tabel 2.1 Standar pengujian sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel

Papan partikel adalah panel-panel kayu yang terbuat dari bahan berlignoselulosa
dalam bentuk potongan-potongan kecil atau partikel dari serat yang dicampur dengan
perekat sintetis atau bahan pengikat lain yang direkat dengan metode pengempaan
(Maloney, 1997).
Papan partikel merupakan produk panel yang dibuat dengan proses perekatan
partikel. Papan partikel diproduksi dengan ketebalan 0,02-4,00 cm dan kerapatan 0,50-0,80
g/cm3 (Tsoumis, 1991).
Sifat papan partikel dipengaruhi oleh bahan baku pembentuknya, perekat dan
formulasi yang digunakan, serta proses pembuatan papan partikel tersebut mulai dari
persiapan bahan baku kayu, pembentukan partikel sampai proses kempa dan
penyelesaiaannya. Penggunaan papan partikel yang tepat akan berpengaruh terhadap lama
dan pemanfaatan yang diperoleh dari papan partikel yang digunakan. Sifat bahan baku
yang berpengaruh terhadap sifat papan partikel antara lain yaitu jenis dan kerapatan kayu,
bentuk dan ukuran bahan baku kayu yang digunakan, kadar air kayu, ukuran dan geometri
partikel kayu, tipe dan penggunaan kulit kayu (Hadi, 1998).
Macam-macam partikel yang biasa digunakan dalam pembuatan papan partikel
(Haygreen dan Bowyer, 1989) yaitu :

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
28

1. Pasahan adalah partikel kayu kecil berdimensi tidak menentu yang dihasilkan
apabila mengetam lebar atau mengetam sisi ketebalan kayu.
2. Serpih adalah partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan sebelumnya,
seragam ketebalannya dengan orientasi serat sejajar permukaan.
3. Bentuk biskit adalah serupa bentuk serpih tetapi lebih besar, biasanya lebih dari
0,064 cm tebal dan 2,50 cm panjang dan mungkin meruncing ujungnya.
4. Tatal adalah sekeping kayu yang dipotong dari suatu blok dengan pisau yang
besar atau pemukul.
5. Serbuk gergaji dihasilkan dari pemotongan dengan gergaji.
6. Untaian adalah pasahan panjang tetapi pipih dengan permukaan yang sejajar.
7. Kerat hampir persegi potongan melintangnya dengan panjang paling sedikit
empat kali ketebalannya.
8. Wol kayu adalah kerataan yang panjang, berombak dan ramping.

Papan partikel merupakan salah satu panel kayu yang memiliki keunggulan
diantaranya adalah harganya relatif lebih murah, cukup tebal, kekuatannya memadai dan
mempunyai sifat akustik yang bagus. Tetapi papan partikel mempunyai ketahanan yang
rendah terhadap pengaruh air, yaitu papan partikel mudah menyerap dan dalam keadaan
basah sifat-sifat yang berhubungan dengan kekuatan menurun drastis (Hadi et al, 1992).
Bentuk bahan baku (serbuk gergaji, pasahan, tatal atau kayu bundar)
mempengaruhi sifat-sifat papan partikel terutama karena bahan tersebut menentukan
ukuran dan bentuk partikel yang dapat dihasilkan dalam mesin pembuat serpih dan mesin
penghalus (Haygreen dan Bowyer, 1989).
Sifat fisis papan partikel sifat yang telah dimiliki oleh papan partikel tanpa adanya
pengaruh baban dari luar dan sifatnya tetap. Sifat ini meliputi kerapatan, kadar air, berta
jenis, pengembangan tebal dan penyerapan air (Surjokusumo, et al 1985).
Sifat mekanis kayu dipengaruhi oleh kekuatan dalam menahan beban dari luar.
Sifat ini dipengaruhi oleh kelembaban, kerapatan, suhu dan kerusakan kayu (Tsoumis,
1991).
Sifat fisis-mekanis papan partikel meliputi kerapatan , kadar air, penyerapan air,
pengembangan tebal, modulus patah, modulus lentur dan keteguhan rekat internal.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
29

Kerapatan adalah suatu ukuran kekompakan partikel dalam lembaran yang tergantung pada
besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan lembaran. Makin tinggi
kerapatan papan partikel yang akan dibuat semakin besar tekanan yang digunakan pada
saat pengempaan. Sedangkan kadar air papan partikel akan semakin rendah dengan
semakin meningkatnya suhu dan semakin banyaknya perekat yang digunakan karena
ikatan antar partikel akan semakin kuat sehingga air sukar untuk masuk ke dalam papan
partikel (Widarmana, 1977).
Semakin tinggi kerapatan papan partikel dari suatu bahan baku tertentu maka
semakin tinggi kekuatannya, tetapi kestabilan dimensinya menurun oleh naiknya kerapatan
(Haygreen dan Bowyer, 1989).
Kerapatan papan partikel dipengaruhi oleh kerapatan kayu. Kerapatan papan
partikel merupakan faktor utama dengan kerapatan 5%-20% lebih tinggi dibandingkan
kerapatan kayu. Penambahan perekat akan mempengaruhi kerapatan dan menghasilkan
papan partikel yang berat (Tsoumis, 1991. Berdasarkan hasil analisa ragam kerapatan
massa papan serat tidak dipengaruhi oleh suhu kempa tetapi dipengaruhi oleh tekanan
kempa dan kombinasi suhu dan tekanan kempa (Siagian, 1983).
Papan venir dengan ketebalan 0,15 cm yang mendapat perlakuan suhu kempa 200
o
C menghasilkan kadar air yang rendah karena suhu kempa yang tinggi banyak air yang
dikeluarkan dari papan partikel (Mustofa, 2001).
Nilai pengembangan tebal yang paling kecil merupakan pengembangan yang paling
baik karena dapat mengantisipasi meresapnya air ke dalam papan melalui pori-pori partikel
dan ruang kosong antar partikel secara perlahan (Widiyanto, 2002). Sifat pengembangan
tebal papan serat sejalan dengan sifat daya serap air, yaitu semakin banyak air yang diserap
makin besar pengembangan tebalnya. Semakin tinggi suhu dan tekanan kempa, makin
kecil pengembangan tebal papan serat. Keadaan ini disebabkan pada waktu perendaman
serat akan menarik air kembali sehingga serat-serat papan serat akan kembali menjadi
bentuk semula akibat hilangnya tekanan setelah perendaman (Siagian, 1983).
Pengembangan tebal papan serat setelah direndam 24 jamberkisar antara 13,6%-
54,7%. Sedangkan nilai rataan pengembangan tebal papan serat terbesar terdapat pada
kombinasi suhu 150 oC dan tekanan kempa 0 kg/cm2 yaitu 41,3%. Pengembangan tebal
terkecil pada suhu 190 oC dengan tekanan 60 kg/cm2 yaitu 8,3 %. Hasil pengujian beraneka
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
30

ragam pengembangan tebal papan serat membuktikan bahwa suhu kempa, tekanan kempa
dan kombinasi suhu dan tekanan kempa sangat mempengaruhi pengembangan tebal papan
serat (Siagian, 1983).
Daya serap air suatu papan partikel dipengaruhi oleh jenis partikelnya. Menurut
Siagian (1983), semakin besar tekanan kempa, suhu kempa dan kombinasi keduanya maka
makin kecil daya serap air papan serat. Perbedaan daya serap papan serat terhadap air
berhubungan dengan kerapatan papan yang berbanding terbalik dengan daya serap
terhadap air. Semakin besar kerapatan papan maka makin kecil daya serapnya terhadap air.
Daya serap air papan serat berkisar antara 14%-67% dan nilai rataan daya serap air
terbesar terdapat pada kombinasi suhu 150 oC dengan tekanan kempa 0 kg/cm2 yaitu
65,6%, sedangkan daya serap air terkecil terdapat pada kombinasisuhu 190 oC dengan
tekanan kempa 60 kg/cm2 yaitu 14,8% (Siagian, 1983).
Keteguhan rekat internal adalah suatu ukuran ikatan antar partikel dalam lembaran
papan partikel (Ariesanto, 2002). Internal bond (IB) adalah suatu uji pengendalian kualitas
yang penting karena menunjukkan kebaikan pencampurannya, pembentukannya dan
pengepresannya dan merupakan ukuran terbaik tentang kualitas pembuatan suatu papan
karena menunjukkan ikatan antar partikel Haygreen dan Bowyer (1989) .
Modulus patah dan modulus elastisitas menunjukkan tingkat keteguhan papan
partikel dalam menerima beban tegak lurus terhadap permukaan papan partikel (Ariesanto,
2002).
Nilai rataan modulus patah papan serat berkisar antara 37,21-570,15 kg/cm2. Nilai
modulus patah (MOR) dipengaruhi oleh suhu kempa, tekanan kempa dan kombinasi
keduanya (Siagian, 1983).
Semakin tinggi kerapatan papan partikel dari suatu bahan baku tertentu maka
semakin tinggi sifat keteguhan dari papan yang dihasilkan. Modulus patah (MOR) dapat
diduga dari nisbah pemadatannya. Lebih banyak volume kayu yang dipadatkan maka
ikatan partikel lebih baik. Semakin banyak perekat yang digunakan maka semakin tinggi
sifat mekanis dan stabilitas papan partikel (Haygreen dan Bowyer, 1989).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sifat papan partikel yaitu jenis kayu, tipe
bahan baku, tipe partikel, perekat, jumlah dan distribusi lapisan, aditif, kadar air lapik,
pelapisan partikel, profil kerapatan dan particle aligment (Maloney, 1977).
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
31

2.3. Sabut kelapa

Sebagai negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang
mendukung, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Pada
tahun 2000, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,76 juta Ha, dengan total
produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar (95 persen)
merupakan perkebunan rakyat. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik
ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya.

Kelapa merupakan salah satu anggota keluarga palmae. Kelapa dikenal sebagai
tanaman serba guna karena seluruh bagian tanamn ini bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Berikut adalah bagian-bagian dari tanaman kelapa.

1. Batang
2. Daun
3. Akar
4. Bunga
5. Buah

Buah kelapa terdiri dari beberapa bagian, yaitu kulit luar, sabut, tempurung, kulit
daging buah, daging buah, air kelapa dan lembaga. Sabut kelapa merupakan hasil samping,
dan merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot
buah kelapa yang merupakan sisa buah kelapa yang banyak terdapat di indonesia. Bagian
yang berserabut merupakan kulit dari buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-
rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat
sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan (Palungkun, 1992) .

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
32

Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan


sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk mendayagunakan limbah sabut kelapa yaitu sebagai
alternative dalam pembuatan papan partikel. Sabut kelapa terdiri dari dua bagian yaitu sel -
sel serat dan serbuk sabut kelapa. Serat sabut kelapa ini mengandung komposisi kimia
yaitu serat sellulosa.

Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai Coco Fiber, Coir
fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil pengolahan sabut kelapa.
Secara tradisionil serat sabut kelapa hanya dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset,
tali dan alat-alat rumah tangga lain. Tetapi berdasarkan sifat kimianya serat sabut kelapa
dapat digunakan sebagai bahan baku dalam membuat papan partikel karena dalam serat
sabut kelapa terkandung lignoselulosa (Palungkun, 1992).

2.4. Perekat urea formaldehida

Perekatan partikel pada umumnya dilaksanakan dengan menggunakan Urea Formaldehyde


(UF) yaitu untuk bagian dalam (interior) papan partikel seperti mebel, lantai, dinding
penyekat sedangkan Phenol Formaldehyde (PF) diarahkan untuk papan partikel struktural
(Tsoumis, 1991) . Murahnya harga perekat UF, pengerasan yang lebih cepat dibanding
perekat PF pada suhu yang sama, dan pembentukan garis rekat yang tak berwarna
menyebabkan perekat UF ini menguntungkan dalam industri kayu lapis dan papan partikel.
UF adalah salah perekat yang bersifat thermosetting hasil reaksi kondensasi dan
polimerisasi antara urea dan formaldehid. Perekat UF matang dalam kondisi asam dimana
keasaman UF diperoleh dengan menggunakan hardener. Sedangkan perekat PF, dalam
kodisi yang terlalu asam akan mengalami kerusakan pada produk jadi bila terkena udara
hangat lembab. (Achmadi, 1990).

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
33

Kebutuhan perekat UF dalam pembuatan papan partikel berkisar 6 - 14 %. Dengan


perekat UF, suhu inti pada lembaran papan partikel sekitar 1000C diperlukan untuk
pematangan akhir.
Kerugian penggunaan perekat UF pada pembutan papan partikel adalah tidak tahan
cuaca. Rendahnya keawetan ini disebabkan oleh adanya gugus amida yang mudah
terhidrolisis. Karena itu, perekat UF lebih sesuai untuk perekat mebel dan kegunaan lain
didalam ruang, dimana keawetan perekat PF tidak diperlukan.

2.5 Parafin

Wax adalah hidrokarbon yang secara relatif berberat molekul tinggi yang diperoleh dari
minyak mentah, baik sebagai limbah atau hasil penyulingan. Wax merupakan air yang
tidak dapat larut dan secara kimiawi tanpa daya. Ukuran wax disiapkan dengan peleburan
dan kemudian diemulsikan di dalam air (Suchland and Woodson).
Wax atau lilin adalah salah satu zat aditif yang ditambahkan pada campuran untuk
meningkatkan sifat papan komposit yang dihasilkan. Dalam komposisi papan, emulsi wax
menimbulkan daya tahan air yang bagus dan stabilitas dimensi yang tinggi pada papan.
Kegunaan ini sangat penting untuk memberikan perlindungan selama perendaman tidak
sengaja dari papan selama atau dapat mengurangi penyerapan air secara bertahap. Jenis
wax yang digunakan adalah parafin, yaitu lilin mineral yang merupakan produk sampingan
dari industri minyak mentah. Parafin memiliki titik leleh antara 480-550(Maloney).
Parafin yang digunakan dalam papan partikel berkisar 0,25 % sampai 2 % dari
massa partikel, ditambahkan untuk memberikan suatu sifat katalis air pada papan. Parafin
digunakan untuk menghambat penetrasi air pada produk jadi. Didalam partikel, bertambah
besar emulsi parafin penghambatan air makin sempurna dan stabilitas dimensi baik.
Penetrasi air penting untuk memastikan keberhasilan proses perekatan dan untuk
menyediakan perlindungan terhadap produk. Parafin pada kenyataannya tidak mempunyai
efek pada adsorpsi air atau perubahan dimensi komposit yang menunjukkan kondisi
keseimbangat (Forest Product Society).

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Peralatan dan Bahan Pembuatan Papan Partikel

3.1.1. Peralatan
Alat-alat yang digunakan pada pembuatan papan partikel serat acak sabut kelapa :
1. Kempa Panas (Hot Press)
Alat kempa ini berfungsi untuk memberi tekanan pada papan partikel agar sesuai
dengan pengatur ketebalan yang dipergunakan sehingga menghasilkan papan
partikel yang padat. Alat kempa ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Kempa panas (Hot Press)

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
35

2. Oven
Alat ini berfungsi untuk mengeringkan serat. Alat ini dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Oven

3. Cetakan
Alat ini terbuat dari kayu dengan ukuran 25 cm x 25 cm. Bentuk cetakan dapat
dilihat pada gambar 3.3.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
36

Gambar 3.3. Cetakan


Alat-alat cetakan terdiri dari beberapa bagian :
a. Alas cetakan, berfungsi sebagai tempat partikel yang akan dicetak.
b. Spacer (1 cm), berfungsi untuk memberikan ketebalan yang kita inginkan dan
diletakkan diantara alas cetakan dan tutup cetakan.
c. Tutup cetakan, berfungsi untuk menutup alat cetakan.
4. Alumunium foil, berfungsi untuk melapisi partikel terhadap alas cetakan dan tutup
cetakan.
5. Blender Drum, berfungsi sebagai pencampur partikel dengan perekat. Alat ini dapat
dilihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Blender Drum

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
37

6. Sprayer Gun, berfungsi untuk menyemprotkan perekat terhadap partikel. Alat ini
dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Sprayer gun

7. Timbangan, berfungsi untuk mengukur massa partikel.


8. Neraca Analitik Digital, berfungsi untuk mengukur massa perekat dan massa
parafin.
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
38

9. Alat-alat lain
Peralatan lain yang digunakan pada saat pembuatan partikel adalah : beacker glass,
penggaris, gunting, milimeter skrup dan spidol.

3.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Serat sabut kelapa

Serat sabut kelapa yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat acak. Serat
acak sabut kelapa dapat dilihat pada gambar 3.6.

Gambar 3.6. serat acak sabut kelapa

2. Perekat urea formaldehida

Perekat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Urea Formaldehyde.


3. Wax
Wax atau lilin yang digunakan pada penelitian ini adalah parafin liquid.
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
39

3.2. Alat Penguji Sampel

3.2.1. Peralatan Pengujian Kuat lentur


Alat yang dipakai untuk menguji kuat lentur adalah Universal Testing Machine

3.3. Prosedur Pembuatan Papan Partikel


Prosedur pembuatan papan partikel adalah sebagai berikut :
1. Disediakan serat acak sabut kelapa

2. Serat acak sabut kelapa dikeringkan di dalam oven hingga mencapai kadar air 4%.

3. Dimasukkan serat acak sabut kelapa ke dalam blender drum dan dimasukkan
perekat UF dan parafin ke dalam sprayer gun.

4. Dihidupkan blender drum dan disemprotkan campuran perekat dan parafin terhadap
partikel.

5. Setelah pencampuran merata kemudian dituang ke dalam cetakan yang diletakkan


di atas alas cetakan yang telah dilapisi alumunium foil.

6. Pada alas cetakan diletakkan spacer dengan ketebalan 1 cm.

7. Kemudian cetakan ditutup dengan tutup cetakan yang telah dilapisi alumunium foil
dan diletakkan pada alat kempa.

8. Dihidupkan alat kempa dan dilakukan pengempaan selama 10 menit.

9. Prosedur 1 hingga 8 dilakukan kembali untuk pembuatan papan partikel dengan


kadar parafin yang berbeda.

10. Papan partikel dikondisikan selama 1 minggu sebelum dilakukan pengujian.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
40

11. Setelah papan partikel dikondisikan selama 1 minggu maka dilakukan pengujian
sifat fisis dan mekanis.

3.4. Diagram Alir Penelitian

Serat sabut kelapa

Pengeringan

Urea formaldehida
Pencampuran
parafin

Pencetakan

Pengempaan

Pengkondisian

Pengujian

Uji kuat Uji keteguhan Uji daya Uji pengembangan Uji kadar
lentur patah serap air tebal air
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
41

3.5. Bentuk sampel uji

Pengujian papan partikel didasarkan pada standar JIS A 5908-2003. Pola pemotongan
contoh uji untuk pengujian sifat fisis dan mekanis mengacu pada standar JIS A 5908-2003
seperti yang terlihat pada gambar 3.7.

25 mm

A 100
200 mm
5
mm
mm
B C D 50 200 mm
mm

50 mm 50
E mm mm
50 mm mm 150 mm 50 mm
50 mm 100 mm 25 mm

50 mm 150 mm 50 mm
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
42

Gambar 3.7 Pola Pemotongan Contoh Uji

Gambar 3.7. contoh uji untuk pengujian sifat fisis dan mekanis mengacu pada standar JIS
A 5908-2003.
Keterangan :
A = contoh uji untuk kadar air dan kerapatan
B = contoh uji untuk MOR dan MOE
C = contoh uji untuk daya serap air dan pengembangan tebal
D = contoh uji untuk internal bond
E = contoh uji untuk kuat pegang sekrup

3.6. Pengujian sifat fisis dan mekanis

3.6.1. Pengujian sifat Fisis


3.6.1.1. Pengujian daya serap air
Contoh uji berukuran (5 x 5 x 1) cm. Pengukuran daya serap air dilakukan dengan
mengukur massa awal (B1), kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Setelah
dilakukan perendaman selama 24 jam, kemudian diukur kembali massanya (B2).
Nilai daya serap air papan partikel dapat dihitung berdasarkan rumus ( JIS A 5908-2003) :
Daya Serap Air (%) = 3.1

Dengan :
B1 = Massa awal (gr)
B2 = Massa Akhir (gr)

3.6.1.2. Pengujian Pengembalan Tebal

Contoh uji pengembangan tebal berukuran (5 x 5 x 1) cm sama dengan contoh uji daya
serap air. Pengembangan tebal didasarkan pada tebal keempat sudut contoh uji kemudian

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
43

dirata-ratakan dalam kondisi kering udara dan tebal setelah perendaman dalam air selama
24 jam.

Nilai pengembangan tebal papan partikel dapat dihitung berdasarkan rumus ( JIS A 5908-
2003) :
Pengembangan tebal (%) = 3.2

Dengan :
T1 = Tebal awal (cm)
T2 = Tebal Akhir (cm)

3.6.1.3. Pengujian kadar air


Contoh uji pengembangan tebal berukuran (10 x 10 x 1) cm. Pengukuran kadar air
dilakukan dengan mengukur massa awal (B1), kemudian dioven selama 24 jam. Setelah
dilakukan pengovenan selama 24 jam, kemudian diukur kembali massanya (B2).
Nilai kadar air papan partikel dapat dihitung berdasarkan rumus ( JIS A 5908-2003) :

Kadar air (%) = 3.3

Dengan :
B1 = Massa awal (gr)
B2 = Massa Akhir (gr)

3.6.2. Pengujian sifat mekanis


3.6.2.1. Pengujian keteguhan patah (Modulus Of Rupture)

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
44

Pengujian Modulus Of Rupture (MOR) dilakukan dengan menggunakan Universal Testing


Mechine. Nilai MOR dapat dihitung dengan rumus ( JIS A 5908-2003) :
MOR 3.4

Dengan :
MOR = Modulus of Rupture (Modulus patah) (kg/cm2)
B = Beban maksimum (kg)
S = Jarak sanga (cm)
l = Lebar contoh uji (cm)
t = Tebal contoh uji (cm)

Contoh uji yang digunakan berukuran (20 x 5 x 1) cm pada kondisi kering udara
dengan pola pembentukan seperti gambar berikut :

beban contoh uji

penyangga

gambar 3.8. Cara Pembebanan Pengujia MOR dan MOE

3.6.2.2. Pengujian kuat lentur (Modulus of Elasticity)

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
45

Pengujian Modulus of Elasticity (MOE) dilakukan bersama-sama dengan pengujian


keteguhan patah dengan memakaicontoh uji yang sama. Besarnya defleksi yang terjadi
pada saat pengujian dicatat pada setiap selang beban tertentu.
Hasil pengujian kuat lentur pada papan partikel dapat diperoleh sesuai dengan
persamaan ( JIS A 5908-2003) :

MOE 3.5

Dengan :
MOE = Modulus of Elasticity(Modulus Lentur) (kg/cm2)
B = Beban sebelum batas proporsi (kg)
S = Jarak sangga (cm)
D = Lenturan pada beban (cm)
l = Lebar contoh uji (cm)
t = Lebar contoh uji (cm)gambar .

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1. Daya serap air


Besarnya daya serap air dari papan partikel dihitung dengan persamaan (3.1), yakni:
Daya Serap Air (%) =

Dengan :

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
46

B1 = Massa awal (gr)


B2 = Massa Akhir (gr)
Berikut perhitungan dari pengujian daya serap air yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Sampel : papan partikel serat acak sabut kelapa dengan kadar parafin 0%
Massa awal (B1) : 27,16 gr
Massa akhir (B2) : 57,50 gr

Maka daya serap airnya :


Daya Serap Air (%) =

= x 100%

= 111,70 %

Perhitungan yang sama dapat dilakukan terhadap sampel-sampel berikutnya, untuk


semua variasi kadar paraffin dan akan didapat besarnya daya serap air seperti pada data
berikut :
Kadar Perekat Kadar Parafin Daya Serap Air Daya Serap Air
(%) (%) (%) Rata-rata
(%)
111,70
10 0 132,78 120,703
117,63
134,31
10 0,5 117,38 120,110
108,64

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
47

102,46
10 1 97,62 101,876
105,55
88,06
10 1,5 73,75 83,306
85,11
64,04
10 2 56,34 61,140
63,04

Tabel 4.1 Data Pengujian Daya Serap Air

4.1.2 Pengembangan Tebal


Besarnya pengembangan tebal papan partikel dihitung dengan menggunakan persamaan
(3.2), yakni :

Pengembangan tebal (%) =

Dimana :
T1 = tebal awal (cm)
T2 = tebal akhir (cm)
berikut perhitungan dari pengujian pengembangan tebal yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Sampel : papan partikel serat acak sabut kelapa dengan kadar parafin 0 %
Tebal awal (T1) : 1,01 cm
Tebal akhir (T2) : 1,13 cm

Maka pengembangan tebalnya:


Pengembangan tebal (%) =

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
48

= 11,92 %

Perhitungan yang sama dapat dilakukan terhadap sampel-sampel berikutnya, untuk


semua variasi kadar parafin dan akan didapat besarnya pengembangan tebal seperti pada
data berikut :

Kadar Kadar Pengembangan Pengembangan Standar Memenuhi /


Perekat Parafin Tebal (%) Tebal Rata- JIS A 5908- tidak
(%) (%) rata (%) 2003 memenuhi
standar
11,92
10 0 12,01 11,810 Maks 12 % Memenuhi

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
49

11,50
11,43
10 0,5 10,75 11,083 Maks 12 % Memenuhi
11,07
10,32
10 1 10,05 9,833 Maks 12 % Memenuhi
9,13
9,32
10 1,5 9,75 9,690 Maks 12 % Memenuhi
10
9,05
10 2 8,30 8,450 Maks 12 % Memenuhi
8,01

Tabel 4.2 Data Pengujian Pengembangan Tebal

4.1.3. Kadar air

Besarnya kadar air dari papan partikel dihitung dengan persamaan (3.3), yakni:
Kadar air (%) =

Dengan :
B1 = Massa awal (gr)
B2 = Massa Akhir (gr)

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
50

Sebuah contoh perhitungan dari pengujian kadar air yang dilakukan adalah sebagai berikut
:
Sampel : papan partikel serat acak sabut kelapa dengan kadar parafin 0%
Massa awal (B1) : 21,20 gr
Massa akhir (B2) : 18,30 gr
Maka daya serap airnya :
Daya Serap Air (%) =

= x 100%

= 15,84 %

Perhitungan yang sama dilakukan terhadap sampel-sampel berikutnya, untuk semua


variasi kadar paraffin dan akan didapat besarnya kadar air seperti pada data berikut :.
Kadar Kadar Kadar Air Kadar Air Standar JIS Memenuhi /
Perekat Parafin (%) Rata-rata (%) A 5908-2003 tidak memenuhi
(%) (%) standar
15,84

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
51

10 0 15,74 14,640 5%-13% Tidak memenuhi


12,34
11,86
10 0,5 11,57 11,193 5%-13% Memenuhi
10,15
10,48
10 1 11,58 10,896 5%-13% Memenuhi
10,63
9,98
10 1,5 10,62 10,076 5%-13% Memenuhi
9,63
7,62
10 2 7,21 8,006 5%-13% Memenuhi
9,19

Tabel 4.3 Data Pengujian kadar air

4.1.4. Keteguhan Patah (MOR)

Besarnya keteguhan patah papan partikel dihitung dengan menggunakan persamaan (3.4),
yakni :

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
52

Dengan :
MOR = Modulus of Rupture ( Modulus patah) (kg/cm2)
B = Beban maksimum (kg)
S = Jarak sanga (cm)
l = Lebar contoh uji (cm)
t = Tebal contoh uji (cm)

Sebuah contoh perhitungan keteguhan patah (MOR) diuraikan sebagai berikut :


Sampel : papan partikel serat acak sabut kelapa dengan kadar parafin 0 %
Beban maksimum : 51,60 kg
Jarak sangga : 15 cm
Lebar : 5 cm
Tebal : 1 cm
Maka keteguhan patahnya :

= 232,20 kg/cm2

Untuk sampel berikutnya dilakukan dengan cara yang sama untuk semuavariasi
kadar paraffin dan akan diperoleh hasil perhitungan keteguhan patah seperti pada tabel 4.3.
Kadar Kadar Keteguhan Keteguhan Standar Memenuhi /
Perekat Parafin Patah (MOR) Patah Rata- JIS A tidak memenuhi
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
53

(%) (%) (kg/cm2) rata (kg/cm2) 5908-2003 standar


232,20 Min
10 0 180,00 164,400 80 kg/cm2 Memenuhi
81,00
147,15 Min
10 0,5 1186,75 178,950 80 kg/cm2 Memenuhi
202,95
132,075 Min
10 1 212,85 164,325 80 kg/cm2 Memenuhi
148,05
81,90 Min
10 1,5 123,75 126,600 80 kg/cm2 Memenuhi
174,15
225,90 Min
10 2 132,30 165,450 80 kg/cm2 Memenuhi
138,15

Tabel 4.4 Data Pengujian Keteguhan Patah (MOR)

4.1.5. Kuat Lentur (MOE)


Besarnya kuat lentur papan partikel dihitung dengan menggunakan persamaan (3.5), yakni
:
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
54

MOE

Dengan :
MOE = Modulus lentur (kg/cm2)
B = Beban sebelum batas proporsi (kg)
S = Jarak sangga (cm)
D = Lenturan pada beban (cm)
l = Lebar contoh uji (cm)
t = Lebar contoh uji (cm)

Sebuah contoh perhitungan kuat lentur (MOE) diuraikan sebagai berikut :


Sampel : papan partikel serat acak sabut kelapa dengan kadar parafin 0 %
B = 51,60 kg
S = 15 cm
D = 0,22 cm
L = 5 cm
T = 1 cm
maka kuat lenturnya :

MOE

= 39.578,62 kg/cm2

Untuk sampel berikutnya dilakukan dengan cara yang sama untuk semua variasi
kadar paraffin dan akan diperoleh hasil perhitungan kuat lentur seperti pada tabel 4.4

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
55

Kadar Kadar Kuat Lentur Kuat Lentur Standar Memenuhi / tidak


Perekat Parafin (MOE) Rata-rata JIS A memenuhi standar
(%) (%) (kg/cm2) (kg/cm2) 5908-2003
39.578,62 Min
10 0 14.061,93 20.476,12 20.000 Memenuhi
7.787,81 kg/cm2
9853,31 Min
10 0,5 12.074,06 11.838,93 20.000 Tidak memenuhi
13.589,43 kg/cm2
12.079,12 Min
10 1 15.963,75 14.790,37 20.000 Tidak memenuhi
16.328,25 kg/cm2
5906,25 Min
10 1,5 12.889,12 12.484,68 20.000 Tidak memenuhi
18.658,68 kg/cm2
15.982,31 Min
10 2 11.537,43 11.958,18 20.000 Tidak memenuhi
8.354,81 kg/cm2

Tabel 4.5 Data Pengujian kuat lentur (MOE)

4.2. PEMBAHASAN
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
56

4.2.1. Daya Serap Air

Pengujian daya serap air papan partikel bertujuan untuk mengetahui besarnya penyerapan
papan partikel serat acak sabut kelapa. Daya serap air papan partikel dapat diketahui
dengan melakukan perendaman selama 24 jam.
Berdasarkan data hasil pengujian daya serap air papan partikel serat acak sabut
kelapa diketahui bahwa papan partikel dengan kadar parafin 0 % memiliki daya serap air
yang lebih tinggi. Dan sebaliknya, papan partikel dengan kadar parafin tinggi, 2 %,
memiliki daya serap air yang rendah. Dari data penelitian diketahui bahwa daya serap air
papan partikel dipengaruhi oleh kadar parafin. Hubungan daya serap air dan kadar parafin
dapat dilihat pada grafik 4.1.

Daya Serap Air - vs - Kadar Parafin

140
120 120.703 120.11
Daya Serap Air (%)

100 101.876

80 83.306

60 61.14
40
20
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Kadar Parafin (%)

Grafik 4.1 Grafik Hubungan Daya Serap Air Rata-rata dan Kadar Parafin
Dari grafik 4.1. dapat dilihat bahwa semakin besar kadar paraffin yang
ditambahkan pada papan partikel maka daya serap air yang diperoleh akan semakin kecil.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
57

4.2.2 Pengembangan Tebal


Berdasarkan data hasil pengujian pengembangan tebal papan partikel serat acak sabut
kelapa diperoleh hasil bahwa pengembangan tebal papan partikel tinggi dengan kadar
parafin 0 % . Dan sebaliknya, pengembangan tebal akan semakin rendah jika kadar parafin
semakin tinggi. Dari data penelitian dapat diketahui bahwa pengembangan tebal papan
partikel serat acak sabut kelapa dipengaruhi oleh kadar parafin yang digunakan.
Pengembangan tebal yang diperoleh dari hasil pengujian pada papan partikel ini
jika dibandingkan dengan standar JIS, maka papan partikel dengan kadar parafin
0% - 2% memenuhi standar. Hubungan pengembangan tebal rata-rata dan kadar parafin
dapat dilihat pada grafik 4.2.

Pengembangan Tebal - vs - Kadar Parafin

14
Pengembangan Tebal (%)

12 11.81
11.083
10 10 9.69
8 8.45

6
4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Kadar Parafin (%)

Grafik 4.2.Hubungan Pengembangan Tebal Rata-rata dan Kadar Parafin


Dari grafik 4.2. dapat dilihat bahwa semakin besar kadar parafin yang ditambahkan
pada papan partikel maka pengembangan tebal yang diperoleh akan semakin kecil.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
58

4.2.3. Kadar Air

Pengujian kadar air papan partikel bertujuan untuk mengetahui besarnya kadar air yang
terdapat pada papan partikel serat acak sabut kelapa. kadar air papan partikel dapat
diketahui dengan melakukan pengovenan selama 24 jam.
Berdasarkan data hasil pengujian kadar air papan partikel serat acak sabut kelapa
diketahui bahwa papan partikel dengan kadar parafin 0 % memiliki kadar air yang lebih
tinggi. Dan sebaliknya, papan partikel dengan kadar parafin tinggi 2 %, memiliki kadar air
yang rendah. Dari data penelitian diketahui bahwa kadar air papan partikel dipengaruhi
oleh kadar parafin. Hubungan kadar air dan kadar parafin dapat dilihat pada grafik 4.1.

Kadar Air - vs - Kadar Parafin

16
14.64
14
12
Kadar Air (%)

11.193 11
10 10.076
8 8.006
6
4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Kadar Parafin (%)

Grafik 4.3 Grafik Hubungan Kadar Air Rata-rata dan Kadar Parafin
Dari grafik 4.3. dapat dilihat bahwa semakin besar kadar parafin yang ditambahkan
pada papan partikel maka kadar air yang diperoleh akan semakin kecil.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
59

4.2.4. Keteguhan Patah (MOR)

Keteguhan patah merupakan salah satu sifat mekanika papan yang menunjukkan kekuatan
kayu. Berdasarkan data hasil pengujian keteguhan patah serat acak sabut kelapa maka
papan partikel yang memenuhi standar JIS adalah papan partikel dengan kadar parafin 0%,
0,5%, 1% dan 1,5%. Nilai MOR dipengaruhi oleh kandungan dan jenis perekat yang
digunakan, daya ikat perekat dan panjang serat. Hubungan keteguhan patah (MOR) dengan
kadar parafin dapat dilihat pada grafik 4.4.

Keteguhan Patah - vs - Kadar Parafin

200
Keteguhan Patah (Kg/cm2 )

180 178.95
160 164.4 164 165.45
140
120 126.6
100
80
60
40
20
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Kadar Parafin (%)

Grafik 4.4 Hubungan Keteguhan Patah Rata-rata dengan Kadar parafin


Dari grafik 4.4. dapat diketahui bahwa penambahan parafin tidak mempengaruhi
akan semakin besar atau semakin kecilnya keteguhan patah yang diperoleh.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
60

4.2.5. Kuat Lentur (MOE)

Berdasarkan data kuat lentur papan partikel serat acak sabut kelapa, dapat dikemukakan
bahwa papan partikel dengan kadar parafin lebih rendah maka kekuatan lenturnya akan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan papan partikel yang kadar parafin tinggi. Dari data
dapat diketahui bahwa kekuatan lentur papan partikel akan meningkat dengan semakin
kecilnya kadar parafin yang digunakan. Hubungan kekuatan lentur papan partikel dengan
kadar parafin dapat dilihat pada grafik 4.5.

Kuat Lentur - vs - Kadar Parafin

25000
Kuat Lentur (Kg/cm2 )

20000 20476.12

15000 14,790
11838.93 12484.68 11958.18
10000

5000

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Kadar Parafin (%)

Grafik 4.5 Hubungan Kekuatan Lentur Rata-rata dengan Kadar Parafin


Dari grafik 4.5. dapat diketahui bahwa penambahan parafin tidak mempengaruhi
akan semakin besar atau semakin kecilnya kuat lentur yang diperoleh.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari hasil pengujian sifat fisis dan mekanik papan partikel serat acak sabut kelapa dengan
perekat Urea Formeldehyde dan ditambahkan parafin dapat disimpulkan bahwa variasi
kadar parafin mengakibatkan :
1. Papan partikel serat acak sabut kelapa dengan kadar parafin lebih rendah memiliki
daya serap air yang lebih tinggi. Dan sebaliknya, papan partikel dengan kadar
parafin tinggi memiliki daya serap air yang rendah. Sehingga semakin besar kadar
parafin yang diberikan maka semakin kecil daya serap air yang diperoleh.

2. Semakin besar kadar parafin yang diberikan maka semakin kecil pengembangan
tebal yang diperoleh. Pengembangan tebal yang diperoleh telah memenuhi standar
JIS A 5908-2003.

3. Semakin besar kadar parafin yang diberikan maka semakin kecil kadar air yang
diperoleh. Kadar air serat acak sabut kelapa yang memenuhi standard JIS A 5908-
2003 yang bernilai 5 % - 13 % terdapat pada kadar parafin 0,5 % - 2 % dimana
kadar air yang dihasilkan maksimal 11,193 % dan minimal 8,006 %.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
62

4. Adanya kadar parafin pada papan partikel serat acak sabut kelapa tidak
mempengaruhi sifat keteguhan patah. Keteguhan patah yang diperoleh memenuhi
standard JIS A 5908-2003.

5. Adanya kadar parafin pada papan partikel serat acak sabut kelapa tidak
mempengaruhi kuat lentur papan partikel tersebut. Kuat lentur serat acak sabut
kelapa yang memenuhi standard JIS A 5908-2003 yang bernilai 20.000 kg/cm2
terdapat pada kadar parafin 0 % dimana kuat lentur yang dihasilkan 20.476,12
kg/cm2.

5.2. SARAN

1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan panjang serat yang berbeda
sehingga diperoleh papan partikel yang mempunyai sifat fisis dan mekanis yang
lebih baik dan lebih menguntungkan secara ekonomis.

2. Diharapkan penggunaan parafin dilapisi pada bahan jadi supaya dapat


meningkatkan sifat fisis dan sifat mekanisnya.

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
63

DAFTAR PUSTAKA

Ariesanto, A. 2002. Pembuatan Papan Partikel Dari Limbah Shaving Kulit Samak Dengan
Serbuk Kayu Kelas Kuat III-IV. Skripsi. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ellyawan. 2008. Panduan Untuk Komposit. http://ellyawan.dosen.akprind.ac.id/?p=6
Forest Products Society. 1999.Wood Handbook : Wood as An Engineering Material.
Forest Products. USA.
Hadi, Y.S. 1988. Pengaruh Rendaman Panas Partikel Kayu Terhadap Dimensi Papan
Partikel Meranti Merah. Buletin Jurusan Tehnik Hasil Hutan. 1 : 16-23.
Hadi, Y.S., H.Gunawan dan S.Danu. 1992. Pengaruh Konsentrasi Epoksi Akrilat dan Jenis
Radiasi Terhadap Sifat Permukaan Papan Partikel. Buletin Jurusan Tehnik Hasil
Hutan. 5 : 10-15.
Haygreen, J.G. dan J.L Bowyer. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Terjemahan :
S.A.Hadikusumo. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Iskandar, M.I. Proses Pembuatan Papan Partikel, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan, Bogor.
Japanese Industrial Standard. 2003. JIS Particle Board JIS A 5908 : 2003. Japan.
Maloney, T.M. 1977. Modern Particleboard dan Drying-Process Fiberboard
Manufacturing. Miller Freeman Publication, San Francisco.
Mustofa, H.K. 2001. Determinasi Suhu Kempa Panas dan Ketebalan Vinir Optimum
Terhadap kualitas Comply Dari Limbah Kayu dan Plastik. Skripsi. Jurusan
Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Palungkun Rony. 1992. Aneka Produk Olahan KELAPA. Penebar Swadaya. Jakarta
Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
64

Siagian, R.M. 1983. Pengaruh Suhu dan Tekanan Kempa Terhadap Sifat Papan Serat Yang
Dibuat Dari Limbah Industri Perkayuan. Laporan PPPHH, Bogor.
Sugitno, P. 2006. Mutu Produk Papan Partikel.
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSTANI/INFOIV02/IV02.htm.

Surjokosumo, S., Sucahyo dan T.J.D. Rahardjo. 1985. Pengujian Sifat Fisik-Mekanik
Tujuh Jenis Kayu Kurang Dikenal Dalam Rangka Pemanfaatannya Sebagai Bahan
Bangunan. Proyek Penelitian Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber-
Sumber Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Standar Nasional Indonesia. 1996. SNI Mutu Papan Partikel SNI 03-2105-1996. Dewan
Standardisasi Nasional-DSN.
Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood. Van Nostran New York.
Widarmana, S. 1977. Panil-panil Berasal Dari KAYU Sebagai Bahan Bangunan. Dalam :
Surjokusumo, S. Dan T.R. Mardikanto (Eds). Risalah (Proceedings) Seminar
Penerapan Teknologi Kayu Modern Untuk Pembangunan Konstruksi Kayu di
Indonesia. Pengurus Pusat Persaki, Bogor.
Widiyanto, A. 2002. Kualitas Papan Partikel Kayu Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg)
dan Bambu Tali (Gigantochlon apus Kurz.) dengan Perekat Likuida Kayu. Skripsi.
Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Yudhanto, Arief. 2007. Aplikasi Material Komposit di Industri Migas. http
://www.halamansatu.net/index.php?option=com_content&task=view&id=470&Ite
mid=51

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009
65

LAMPIRAN

Gambar Sampel Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa

Novalizar R. Sidabutar : Pengaruh Parafin Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Acak Sabut Kelapa, 2009.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai