Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, yaitu zat yang terlarut, zat padat
yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam air membuat kualitas air menjadi tidak
sesuai untuk kehidupan manusia yang berarti air telah tercemar.
Dan sungai dianggap tercemar apabila nilai oksigen yang terlarut di dalam air
sungai (Dissolved Oxygen) kurang dari nilai oksigen yang digunakan oleh makhluk
IV - 1
hidup air terutama mikroorganisme dalam bentuk Oksigen Biokimia (BOD) bagi
pengurangan bahan-bahan organik di dalam air tersebut.
Penyebab terjadinya pencemaran air sungai adalah sebagai berikut :
1. Pertambahan Penduduk
2. Aktivitas Pertanian dan Peternakan
3. Aktivitas Perindustrian
Pencemaran dapat diakibatkan oleh polutan toksik dan polutan konvensional,
seperti terlihat pada tabel 4.1.
IV - 2
Pembuangan limbah tersebut memberikan dampak negatif tidak langsung bagi
lingkungan penerimanya, yaitu:
a. Membahayakan kesehatan manusia karena dapat menimbulkan penyakit
b. Merugikan segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada lingkungan
atau benda/bangunan maupun tanaman dan peternakan
c. Dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di dalam air seperti ikan dan
binatang lainnya
d. Dapat merusak keindahan (estetika) karena bau busuk dan pemandangan yang
tidak sedap terutama di daerah hilir sungai
Untuk mengukur tingkat pencemaran di suatu badan air, secara umum dapat
dikelompokkan dalam 3 cara utama, yaitu:
1. Secara Fisika
Pencemaran diukur dengan menggunakan parameter warna, suhu, bau,
kekeruhan dan melalui zat padat yang tersuspensi.
2. Secara Kimia
Parameter dan standar yang ditetapkan WHO adalah seperti tabel 4.2.
Tabel 4.2. Standar WHO untuk parameter kualitas air
IV - 3
3. Secara Biologis
Menggunakan kehadiran organisme indikator untuk menentukan kemungkinan
kehadiran mikro organisma patogen dan pencemaran. Seperti contohnya :
Escherichia Coli
Pencemaran badan air baik itu berasal dari limbah industri maupun limbah
domestik dapat berpengaruh secara langsung terhadap badan air itu sendiri maupun
lingkungan sekitarnya (Daerah Aliran Sungai). Adapun dampak dari pencemaran
sungai adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Kualitas Air Sungai
Pencemaran yang terus menerus akan mempengaruhi kualitas air sungai dan
dapat mengakibatkan petani tambak atau petani perikanan darat menghadapi
ancaman pendapatan akibat berkurangnya hasil panennya.
2. Pemusnahan Kehidupan Air
Kehidupan air seperti flora dan fauna akan musnah akibat pencemaran sungai
oleh logam toksik dari limbah industri. Ini kerap terjadi di kawasan-kawasan
industri di mana lumpur yang dibuang banyak mengandung bahan-bahan toksik
dari sisa-sisa proses.
3. Hilangnya Potensi Pembangunan
Hilang potensi daerah aliran sungai sebagai tempat rekreasi, tambak, sawah,
perumahan dan lain-lain.
4. Peningkatan Biaya Pengolahan Air
Biaya yang diperlukan untuk pengolahan air bagi kegunaan PDAM atau domestik
menjadi tinggi
5. Banjir
Air limbah adalah air yang sudah tidak dipergunakan lagi untuk berbagai
keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga hidup yang sehat dan baik
(Novita. E, 2000). Air limbah industri yang mengandung : COD yang sulit
terdegradasi dalam jumlah yang biasanya sekitar 500 mg/L, jumlah nitrogen dan
fosfor sangat sedikit, dan juga tidak jarang mengandung zat toksik dan logam berat,
memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai. Disamping itu
IV - 4
apabila air limbah industri secara terus menerus dibuang ke sungai tanpa diolah akan
dapat mengurangi daya dukung sungai dan menyebabkan kondisi sungai semakin
buruk akibat self purification sungai sulit terjadi, perubahan morfologi sungai atau
pendangkalan sungai akibat sedimen polutan dan mengakibatkan banjir.
Untuk itu perlu dipikirkan penetapan teknologi yang sesuai dan yang akan
diterapkan untuk mereduksi zat-zat tersebut. Sebagai contoh kasus yang dijelaskan
Hadi W. (1993) bahwa jumlah industri di sepanjang Kali Brantas dan dianggap
potensial sebagai sumber pencemar kurang lebih 95 buah. Dari jumlah tersebut yang
masuk ke dalam program PROKASIH hanyalah 57 buah. Beban limbah industri yang
dibuang ke dalam sungai pada tahun terus meningkat, seperti dari tahun 1993 -1994
sebesar 34,56 - 77,92 %, akan dapat semakin memperburuk kualitas sungainya.
Air limbah pertanian pada umumnya dihasilkan dari aktivitas pemupukan dan
penyemprotan pestisida. Untuk itu perlu diwaspadai parameter polutan yang ikut
dalam aliran air yang menuju ke sungai seperti polutan akibat penyemprotan
pestisida, nitrogen dan nitrat akibat dari pemupukan yang berlebih, didalam
merencanakan pengelolaannya.
IV - 5
Penanganan terhadap limbah pertanian tetap sama yaitu dilakukan secara
teknis dan non teknis, namun untuk penanganan secara teknis perlu dilakukan kajian
yang lebih dalam lagi terhadap kandungan parameter didalam limbahnya, apakah
penanganan limbahnya dapat dicampur dengan pengolahan limbah untuk domestik
atau tidak, karena limbah pertanian juga mengandung pestisida disamping nitrogen
dan nitrat.
Dan yang termasuk limbah yang bersifat toksik dan mengandung logam berat,
diantaranya seperti cadmium, chromium, mercury, copper, lead, phenol, biasanya
berasal dari limbah industri.
IV - 6
Adapun dampak limbah baik yang konvensional maupun yang bersifat toksik
dan mengandung logam berat akan dapat menyebabkan : munculnya penyakit yang
ditularkan melalui air, timbulnya kerusakan lingkungan terutama aquatic life seperti
ikan dan hewan air lain termasuk juga flora air, menurunnya nilai estetika seperti
akibat bau busuk dan pemandangan tidak sedap seperti misalnya karena sepanjang
sungai sudah ditumbuhi enceng gondok, perubahan morfologi sungai karena
bertambahnya jumlah sedimen yang mengendap di dasar sungai.
Kedua sistem ini harus diterapkan secara terpadu karena pemecahan teknis
tanpa disertai dengan pemecahan non teknis, pemecahan yang diinginkan tidak
dapat optimal, dan bahkan unit pengolahan yang dibuat hanya menjadi monumen
belaka.
IV - 7
dapat ditetapkan dimana akan dilakukan pengambilan sampel limbah tersebut. Di
samping itu dengan menggunakan teori penyebaran polutan dapat diketahui pula
pengurangan atau penambahan konsentrasi polutan di sungai.
Menurut Sarwoko (2002), zat organik adalah zat yang berkandungan karbon
dan hydrogen kecuali CO2 dan karbonat. Zat organik terdiri atas ribuan yang
mempunyai sifat khusus dan dapat digolongkan menjadi karbonat, protein, minyak,
lemak dan berbagai senyawa lain.
IV - 8
Secara kualitatif keberadaan zat organik dalam limbah cair ditetapkan ada
atau tidaknya terdeteksi oleh alat pengukur, sedangkan secara kuantitatif pengukuran
zat organic dalam limbah cair dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan oksigen untuk
penguraian zat, dan .pengukuran kebutuhan oksigen oleh bakteri atau mikroba
dipakai untuk menyaatakan kebutuhan oksigen biologis (BOD).
Menurut Sarwoko (2002), dalam desertasinya mengatakan bahwa limbah cair
yang berkandungan organik masuk ke sungai dalam jumlah tertentu ditandai dengan
penurunan oksigen terlarut (DO) di sungai tersebut Jumlah penurunan DO
proporsional dengan jumlah zat organik yang yang terurai., yang mana reaksi
oksidasinya dapat dilihat dalam reaksi berikut ini :
bakteri
CnHaObNc + (n + 1/4 a -3/4 c) O2 ------ n CO2 + (1/2 a 3/2 c) H2O + c NH3 (4.1)
Zat organic Oksigen
IV - 9
untuk menghitung nilai BOD yang terurai dapat dilihat dalam persamaan 4.7. berikut
ini :
BOD520
X 0 X 5 B0 B5 1 P
(4.7.)
P
Dimana :
BOD520 = Nilai BOD dalam 5 hari dan suhu 200 C (mg/L)
Xo = Oksigen terlarut (DO) sampel pada saat t = 0 (mg/L)
B0 = Oksigen terlarut blanko pada saat t = 0 (mg/L)
B5 = Oksigen terlarut blanko pada saat t = 5 hari (mg/L)
P = Derajat pengenceran sampel
IV - 10
Kolkwitz dan Marsson (1980, 1909) mengembangkan sistem sabrobien asli
untuk penaksiran pencemaran organik. Mereka berpendapat jika sungai menerima
beban berat dari bahan organik, proses normal self purification akan menghasilkan
seri dari zona penurunan beberapa kondisi satu dengan lainnya ke arah hilir, dan
masing-masing mengandung karakteristik hewan dan tanaman sebagai berikut :
IV - 11
hilangnya populasi menjadi indikator yang jauh lebih penting. Lebih jauh, beberapa
ahli biologis menuntut bahwa perubahan jumlah spesies dominan adalah jauh lebih
penting daripada hanya perubahan pada salah satu spesies.
IV - 12
diperlihatkan di Tabel 4.4. Ia selanjutnya memperlihatkan definisi yang lebih jelas
dari gambaran biologis dari area eusaprobity.
2. Salah satu cara yang mudah dilakukan adalah pengakuan pada seluruh
komunitas produser, konsumer dan decomposer yang menempati suatu habitat.
Sejauh mungkin semua kaitan dari komunitas harus ditentukan sampai spesies
dan dievaluasi kuantitatif dalam jumlah per unit volume atau area, atau dalam unit
standar.
5. Sistem khusus untuk evaluasi toksisitas harus dikembangkan. Sistem ini mungkin
dipakai untuk gabungan dan penambahan sistem saprobity.
6. Sistem khusus untuk evaluasi radioaktivitas dari lingkungan air harus juga
diusulkan.
7. Diperlukan juga evaluasi kasus khusus dari pengaruh bahan inorganik yang tidak
toksik dan tidak saprobic, misalnya suspensi dari batu bara, atau powder mineral
yang halus, lapisan minyak dan sebagainya.
8. Sesudah menyatukan semua sistem di limnologi (Tabel 4.6.) perlu diketahui jenis
danau dan sungai sesuai dengan tempat tropis dan organismenya. Tidak hanya
aspek deskriptif yang harus diperhatikan, tetapi juga aspek dinamis
memperhatikan metabolisme umum dari badan air.
IV - 13
i
gg
S a p r o b ity
tin
in
ak
em
p o ly s a p
L E
a-
is
as
ro b -i
m
b -m
in
eso
b
am
p ro
-m
nt
ro b -p
is o s a p
sap
-h
es
sa
Ko
o lig b
p ro
os
ta r
ro b
osa
rs a
ap
me
p ro e
ro
b -o yp
b
h
xenosa p ro b -u
p ro b -x u ltr a s a
L im b a h
A ir
a n t is
a p ro
b -a
s e n y a w a to k s ik
ra
ity
c ry p t
di
os
ob
ar
ap
th
osap
ro
ka
b-
is o to p r a d io a k t if
K
b
ro b -c
T
h a m p ir s te r il g a ra m a n o r g a n ik
N o n - S a p r o b ity
Trivial
KELOMPOK UTAMA TINGKAT (ZONA) EVALUASI
names
Katharobity
K 0. katharobity Air minum
(air bersih)
Air Bersih
1. Xenosaprobity x Menurut
Zona Positif sistem
Limnosaprobity 2. Oligosaprobity o * P/R > 1 organisme
(air permukaan 3. -mesosaprobity
L saprobic
dan air tanah
4. -mesosaprobity Zona organisms
yang terpolusi)
Negatif oleh Kolkwitz Polusi
5. polysaprobity p * P/R < 1 & Marsson
Eusaprobity 6. isosaprobity i
Derajat ciliates
(Limbah kota dan 7. metasaprobity m Derajat flagelata berwarna
industri yang E 8. hypersaprobity h Derajat bakteri µphyta
Air Limbah
terdekomposisi
9. ultrasaprobity u Derajat azoic (non-toksik)
scr biologis)
Transsaprobity 10. antisaprobity a Limbah toksik
(Limbah industri
Limbah radioaktif
yang tidak dapat T 11. radiosaprobity r
Limbah yang mengandung
didekomposisi
12. cryptosaprobity c bhn anorganik non toksik
secara biologis)
* P/R = Producers/Reducers
IV - 14
Tabel 4.4. Data pendekatan untuk korelasi nilai parameter biologis, bakteriorologis dan kimia
bervaria
Katharobity k 500 20 bervariasi 0 0
si
Xenosaprobity x 1,000 10,000 8 60 0 1 (2) (residual chlorine)
Oligosaprobity o 10,000 50,000 6 50 0 2.5 (4)
-mesosaprobity 50,000 100,000 4 40 0 4 (6)
-mesosaprobity 250,000 1,000,000 2 20 0 7 (9)
Polysaprobity p 2,000,000 20,000,000 0.5 10 traces 40 (80) Eh = +200 m V dan lebih
Isosaprobity i 10,000,000 3,000,000,000 traces 0 1 40-400 (600) Eh = +50-200 m V
Metasoprobity m 20,000,000 10,000,000,000 0 0 1 100 200-700 Eh = less than + 50 m V
500-1,500
Hypersaprobity h 50,000,000 1,000,000 0 0 10 Kehadiran ptomain
(2,000)
Ultrasaprobity u 10 0 0 0 0 1,000-60,000
bervaria
Antisaprobity a 0 0 bervariasi 0 0 Senyawa toksik
si
bervaria bervari
Radiosprobity r bervariasi bervariasi bervariasi bervariasi Isotop radioaktif
si asi
bervaria bervari
Cryptosaprobity c bervariasi bervariasi bervariasi bervariasi Substaansi anorganik
si asi
Pada kondisi limnosprobity terlihat perbedaan pada aliran air yang stagnan dan aliran kontinyu
IV - 15
Tabel 4.5. Faktor biologis pada air limbah dan hubungannya dengan aspek teknologi dan higienis
Jumlah organisme
No. Derajat Kode Aspek teknis, Pengolahan Aspek higienis
mikroskopis per 1 mL Sampel
1. isosaprobity i Ciliata 10-50,000 Pengolahan oksidasi biologis (biofilter, Bahaya infeksi
Flagellata 1,000-20,000 lumpur aktif, irigasi, kolam oksidasi) mikroorganisme
(Amoebina 0-1,000) Air buangan domestik diterapkan dengan atau tanpa patogen
Bakteri dalam sat berat pengolahan pendahuluan mekanis
(Jamur dalam sat berat)
2. metasaprobity m Flagellata 5,000-300,000 Sebelum penerapan proses oksidasi Bahaya infeksi
Limbah dr septiktank,
Ciliata 0-5 biologis, limbah diaerasi (Hidrogen mikroorganisme
air yg mengandung
Bakteri dalam sat berat sulfit) patogen, juga adanya
H2S
senyawa toksik
3. hypersaprobity h Bakteri dalam sat berat Limbah industri yg Pengolahan anaeraobik, lagun; Bahaya infeksi
Jamur dalam sat berat terkonsentrasi; Sebelum penerapan proses oksidasi mikroorganisme
Flagellata 0-5 Lumpur yang di- biologis, harus diolah secara kimia patogen dan keracunan
digest ptomains
4. ultrasaprobity c Bakteri 0-10 Limbah industri; Pengolahan anaerobik, pengolahan Kehadiran spora
(Fungi 0-10) Cairan sulfit; kimia atau dilusi untuk pengolahan mikroorganisme
abiotik Limbah produksi gula biologi aerobik patogen
5. antisaprobity a Abiotik. Hanya spora, Pengolahan kimia dengan dilusi dapat Adanya racun,
cysts dan lainnya yang mengurangi pengaruh toksik sebagian
Limbah B-3
dapat bertahan hidup mikroorganisme
patogen mati
6. radiosaprobity r Bervariasi Limbah radioaktif Pengolahan khusus termasuk metode Kehadiran isotop
atau air yang biologi radioaktif. Bahaya
terkontaminasi yang tdk terlihat
7. criptosaprobity c Bervariasi, sebagian Limbah yg mgd Pengolahan khusus termasuk metode Kondisi yang bervariasi
besar abiotik senyawa anorganik mekanis
IV - 16
Tabel 4.6. Modifikasi Tabel Kolwitz
Limnosaprobic
Danau
-mesosaprobic eutropic
Sungai di daerah hulu/tengah
Kolam ikan yang tercemar di dekat
lahan irigasi, kolam yang mengandung -mesosaprobic eutropic
algae yang mati
Aliran yang sangayt tercemar
polysaprobic polytropic
pertumbuhan Sphacrotilus
Air buangan dan limbah industri yang Eusaprobic
hypertrophic
mengalami dikomposisi biiologis (4 special degrees)
Limbah industri yang tidak dapat transsaprobic atrophic
didekomposisi secara biologis (3 special degrees) (antitropic)
9. Studi produktivitas biologis di danau, kolam ikan, reservoir harus dilakukan lebih
intensif sehingga dapat mengidentifikasi air tercemar, limbah dan khususnya
instalasi pengolahan.
10. Arah utama penerapan hidrobiologi harus terlihat di perkiraan keadaan yang akan
datang dari badan air dalam masalah dan kontrol pencegahan kualitasnya. Tidak
hanya pencemaran dan self purification, tetapi juga fenomena lainnya yang terjadi
di air, seperti pewarnaan vegetatif, algae bloom, pertumbuhan luar biasa dari
organisme tak bertangkai, aquatic macropyte, dan sebagainya. Sladacek
meningkatkan pekerjaan Pantle dan Buck di 1955 tentang penetapan Indek
Saprobity (S) untuk semua air yang ada di limnosaprobic dan bagian eusaprobic
di sistem klasifikasi sirkular (Gambar 4.2). Nilai terendah dari S adalah 0,5 untuk
air yang mengandung beberapa kontaminan dari limbah organik seperti
diperlihatkan di Tabel 4.7.
IV - 17
Zona ini terletak tepat dibawah sumber pencemaran dan biasanya berkarakteristik
rendahnya oksigen terlarut (0-3 mg/L), terutama pada aliran rendah yang kritis, BOD
tinggi, jumlah bakteri tinggi, hadirnya bakteri yang dimakan protozoa seperti
Paramecium, Vorticella dan Carchecium dan beberapa flagellate. Jumlah yang
berbentuk plankton rendah. Cacing Tubifex dan Liminodrilus dijumpai di dasar
deposit. Evolusi gas sering kali membawa lumpur ke permukaan.
Note : - S = indeks saprobic. Nilai BOD 5 dalam limnosaprobical pada badan air stagnan
dapat ditingkatkan dua kali lipat dari nilai di tabel di atas, jika terjadi
pewarnaan air secara vegetatif atau algae-bloom.
Kecepatan respirasi biokimia menurun di zona ini, dan oksigen terlarut naik 3-5 mg/L.
Volume plankton lebih tinggi, tetapi plankton masih tetap membuat bentuk
pencemaran yang memerlukan medium yang kaya bakteri dan partikel zat padat
untuk feeding. Ada peningkatan bentuk algae hijau dan alge biru-hijau. Jenis ikan
yang dapat hidup pada zona ini lebih banyak.
Air berangsur menjadi lebih bersih, tanaman hijau kembali ada, hewan kecil berfungsi
sebagai makanan untuk ikan. Oksigen meningkat dan ikan kembali dapat dijumpai.
Panjang tiap zona biologis sungai juga dipengaruhi oleh karakteristik fisik
seperti gradien sungai.
4.4.3. Teori Patrick
IV - 18
Pada sungai sehat terdapat siklus biodinamis yang menghasilkan
keseimbangan kehidupan tanaman dan hewan. Pengaruh penyehatan dan
pencemaran industri dapat mengubah siklus ini. Kondisi fisik, kimia dan karakteristik
lingkungan di sungai juga sangat variabel, tes yang melibatkan ini juga tidak akurat
dalam memprediksi pengaruh efluen pada sungai yang ditentukan (1950). Patrick
mengembangkan sistem observasi organisme di sungai dan memperkirakan derajat
pencemaran dengan analisis kelompok dan jumlah relatif yang ada.
1. Sungai sehat.
Keseimbangan organisme: algae utamanya diatom dan green algae ; insect dan
ikan diwakili oleh berbagai spesies. Kelompok 4, 6, dan 7 (di atas) semuanya di
atas level 50%, berdasarkan level yang dijumpai di stasiun sebelah hulu yang
alamiah.
3. Sungai terpolusi.
Sungai dengan kondisi dimana keseimbangan kehidupan yang dijumpai di stasiun
yang sehat telah berbalik. Kelompok organisme seperti 1 dan 2 dominan,
sedangkan spesies 6 dan 7 ada tetapi di bawah 50%.
4. Sangat terpolusi.
IV - 19
Sungai pada kondisi yang toksik untuk kehidupan tanaman dan hewan. Banyak
kelompok sering tidak ada. Ini terjadi jika 6 dan 7 tidak ada dan 4 di bawah 50%
atau jika 6 dan 7 ada tetapi 1 atau 2 kurang dari 50%.
5. Kelompok ini atypical karena tidak dapat dibandingkan., salah satunya karena
kondisi ekologi umumnya atau karena metode pengumpulan, misalnya, stasiun
yang sehat mungkin kondisinya eutrophic, sedangkan air dingin oligotrophic dapat
lebih keras kecepatannya pada dasar yang sama. Juga, sungai yang dalam,
tepinya baru tererosi tidak bisa dibandingkan dengan sungai normal dengan air
dangkal dekat endapan.
Agen toksik, dan tidak ada pembalikan oksigen terlarut menyebabkan hampir
semua gangguan pada kehidupan tanaman dan hewan di sungai. Pengaruh toksik
yang ditunjukkan adanya perubahan pada interval siklus biodinamik dari reduksi di
kelompok taksonomi pada hilangnya kelengkapan kehidupan hewan dan tanaman.
Di sungai yang sehat beberapa spesies besar harus ada, tetapi tidak ada
spesies harus predominan. Pengaruh pencemaran rupanya mengurangi jumlah
spesies, dengan peningkatan berlebihan dari spesies individu yang bertahan hidup.
Karenanya, persentase kehadiran atau ketidakhadiran kelompok taksonomi dapat
dipakai sebagai indeks pencemaran sungai., karena sungai yang sehat memerlukan
keseimbangan aktivitas fisiologi. Metode ini menggambarkan kondisi selama periode
tertentu dan tidak pada saat sampling saja, seperti pada analisis fisik dan kimia.
Palmer (1962) memberikan enumerasi bentuk algae di air bersih dan algae
yang berkaitan dengan peningkatan organik di badan air.
IV - 20
Algae pada air tercemar Algae di daerah yg
Algae pada Air Bersih
mengandung organik yang tinggi
IV - 21
Agmenellum quadriduplicatum, glauca type Agmenellum quadriduplicatum, tenuissima type
Calothrix parietina Anabaena contricta
Coccochloris stagnina Anacystis montana
Entophysalis lemaniae Arthrospira jenneri
Microcoleus subtorulosus Lyngbya digueti
Phormidium inundatum Oscillatoria chalybea
Algae Hijau (Nonmotile Chlorophyceae): Oscillatoria chlorina
Ankistrodesmus falcatus, var.acicularis Oscillatoria formosa
Bulbochaete mirabilis Oscillatoria lauterbornii
Chaetopeltis megalocystis Oscillatoria limosa
Cladophora glomerata Oscillatoria princeps
Draparnaldia plumosa Oscillatoria putrida
Eustrum oblongum Oscillatoria tenuis
Glueococcus schroeteri Phormidium autumnale
Micrasterias truncata Phormidium uncinatum
Rhizoclonium hicroglyphicum Algae Hijau (Nonmotile Chlorophyceae):
Staurastrium punctulatum Chlorella pyrenoidosa
Ulothrix aequalis Chlorella vulgaris
Vaucheria geminata Chlorococcum numicola
Red Algae (Rhodophyceae): Scenedesmus quadriccula
Batrachosperinum vagum Spirogyra communis
Iliidenbrandia rivularis Stichococcus bacillaris
Lemanca annulata Stigeoclonium tenue
Diatoms (Bacillariophyceae): Tetraedron muticum
Amphora ovalis Diatoms (Bacillariophyceae):
Cocconeisplacentula Gomphonema parvulum
Cyclotella bodanica Hantzichia amphioxys
Cymbella cesati Melosire varians
Meridion circulare Navicula cryptocephala
Navicula exigua var. Capitata Nitzschia acicularis
Navicula gracilis Nitzchia palea
Diatoms (Contd.) Diatoms (Contd.)
Nitzschia linearis Surirella ovata
Pinnularia nobilis Flagellates (Chrysophyceae and Volvocales
Pinnularia subcapitata of Chlorophyceae):
Surirella splendida Carteria multifilis
Synedra acus var. angustissima Chlamydomonas reinhardi
Flagellates (Chrysophyceae and Volvocales of Chlorogonium euchlorum
Chlorophyceae): Cryptoglena pigra
Chromulina rosanoffi Euglena agilis
Choomonas nordstetii Euglena deses
Choomonas setoniensis Euglena gracilis
Chrysococcus major Euglena oxyuris
Chrysococcus ovalis Euglena polymorpha
Chrysococcus rufescens Euglena virdis
Dinobryon stipitatum Lepocinelis ovum
Euglena ehrenbergii Lepocinelis texta
Euglena spirogyra Pondorina morum
Mallomonas caudata Phacus pyrum
Phacotus lenticularis Pyrobotrys gracilis
Phacus longicauda Pyrobotrys stellata
Rhodemonas lacustris Spondylomorum quarternarium
4.4.5. Teori Mackentum
IV - 22
MacKenthum (1969) memberikan gambaran hubungan (lihat Gambar 4.3) dari
jenis dan jumlah kehidupan hewan yang dijumpai di tipikal sungai yang mengalir
dengan masukan organik toksik dan bentuk inert dari pencemaran.
IV - 23
50
40
ju m la h h e w a n
je n i s
30
20 p o p u la s i
2
p e r ft
(X IO )
10
0
s ta r t p o lu s i w a k t u p e n g a lir a n
P o lu s i O r g a n ik ( N o n - to k s ik )
50
40
je n is
ju m l a h h e w a n
je n is
30
20 p o p u la s i
2
p e r ft
(X IO )
p o p u la s i
10
0
s ta r t p o lu s i w a k t u p e n g a lir a n
P o lu s i T o k s ik
50
40
ju m la h h e w a n
je n is
30
20 p o p u la s i
2
p e r ft
(X IO )
10
0
s ta r t p o lu s i w a k t u p e n g a lir a n
S ilt ( P o lu s i I n e r t )
IV - 24
Prosedur pada reaksi bimolekuler (reaksi orde kedua)
Limbah kota yang tercampur dengan bahan kimia industri yang kompleks,
memerlukan sesuatu yang lain daripada reaksi monomolekuler untuk lebih deskriptif
dan akurat. Kenyataannya Gaudy et.al (1967) memperingatkan para peneliti tentang
ploting data BOD dalam bentuk kurva monomolekuler dan dia telah menemukan
kurva BOD yang tidak mengikuti laju penurunan kinetik orde pertama untuk
mengakomodasi metode-metode untuk menentukan k dan L yang tidak dapat
diaplikasikan untuk semua kasus. Persamaan-persamaan tersebut dapat
membuktikan bahwa 16 metode yang digunakan untuk menghitung k berdasarkan
laju reaksi monomolekuler tidak menghasilkan hasil yang sesuai dengan ploting data
BOD yang diamati.
a bt
t
t 0......atau......a t b t 2 t 2
0 .(4.10)
y y
IV - 25
lebih sederhana dari metode least-squares dan hanya dapat diterapkan jika yang
terjadi adalah laju monomolekuler.
yn 1 yn 1
y'
tn 1 tn 1
Data yang diperoleh dari metode moment diplot pada Grafik untuk mencari
nilai k1 dan L.
6 .0 0
5 .6 0
5 .3 8
5 .2 0
0 .2 3 4
0 .2 3 2 4 .8 0
0 .2 3 0
0 .2 2 8 4 .4 0
0 .2 2 6
n y /n ty
0 .2 2 4 4 .0 0
0 .2 2 2
0 .2 2 0 3 .6 0
0 .2 1 8
0 .2 1 6 3 .2 0
0 .2 1 4
0 .2 1 2 2 .8 0
0 .2 1 0
0 .2 0 8 2 .4 0
0 .2 0 6
2 .0 0
0 .0 5 0 .1 0 0 .1 5 0 .2 0 0 .2 5 0 .3 0 0 .3 5
k o n s ta n t a k e c e p a ta n r e a k s i, k
IV - 26
4.5.1.4. Metode Logaritmik
Orford dan Ingraam (1953) menemukan bahwa ketika BOD diplot terhadap
logaritma waktu, maka kurva dihasilkan merupakan garis linier. Berdasarkan
eksperimen, untuk oksidasi limbah domestik pada suhu 20C persamaan garisnya
sesuai dengan fungsi:
yt s20 0.85 log t 0.41
Jika dari data BOD diplot pada kertas semi logaritmis, maka oksidasi pada
orde yang dimungkinkan untuk diplot menjadi grafik dengan gradien berbeda.
Rhame mengembangkan hubungan Nilai BOD pada dua waktu, dimana pada
waktu yang kedua dua kali lipat waktu yang pertama.
X2 1 X
L dan k1 log (4.13)
2X Z T t ZX
dimana:
IV - 27
X = BOD pada t hari
Z = BOD pada 2t atau T hari, T = 2t
300
200
L = u ltim a t e fir s t s ta g e B O D = 1 8 0 ( e s tim a te )
100
0 1 2 3 4 5 10 15 20
o k s id a s i b io k im ia ( h a r i)
Gambar 4.5. Estimasi BOD ultimate dari data analisis BOD selama 10 hari
Air limbah yang diolah dengan proses biologi, zat karbon dioksidasi menjadi
CO2, namun ada indikasi hanya sedikit atau tidak ada oksidasi NH 3. Maka BOD5 dari
efluen relatif rendah karena nitrogen tidak teroksidasi selama periode lima hari da
cairan mengandung sedikit bahan organik, namun kebutuhan ultimate relatif tinggi
karena termasuk oksigen yang ekuivalen dengan kehadiran nitrogen di efulen.
IV - 28
UOD menjadi meningkat. Kegiatan ini membuatnya menjadi penting untuk
mempertimbangkan kebutuhan oksigen nitrogen (orde kedua) atau kebutuhan
oksigen karbon (orde pertama) untuk prediksi penurunan oksigen.
DL
k1 L A
k 2 k1
10 k1t 10 k 2t D A .10 k2t (4.15)
IV - 29
Untuk mengurangi tingkat kesalahan, harus dilakukan pengukuran waktu
tempuh air, DO, BOD ultimate pada tahap karbon,dan koefisien deoksigenasi k1.
Dalam studi awal Streeter (1926) dikatakan bahwa k 2 tergantung dari
beberapa variabel, antara lain kecepatan, kedalaman, kemiringan, dan kekasaran
saluran
CV n
K2 (4.16)
H2
Dimana
K2 = koefisien reaerasi/hari
V = kecepatan rata-rata ft/det
H = kedalaman rata-rata dihitung dari permukan air terendah
C,n = konstan untuk beberapa lokasi sungai, nilainya tergantung dari
kemiringan saluran dan kekasarannya
Nilai K2 yang didapat dengan persamaan diatas ternyata tidak konsisten, hal
ini disebabkan faktor-faktor polusi dan efek dari algae serta organisme-organisme air
lainnya.
127( D LU )1 / 2
k2 (4.18)
H 3/ 2
Dimana
DL = koefisien difusi molekuler (liquid film ft2/hari)
S = kemiringan dasar saluran (ft/ft)
H = kedalaman rata-rata aliran (ft)
U = kecepatan rata aliran (ft/det)
k2 = reaerasi, per hari
IV - 30
20 10 5 cm 2
DL 2.037 (1.037)T
sec
4.5.2.3. Isaacs
IV - 31
Dm1 / 2
k 2 0.06339 1 1 (4.19)
6
g 6
Dimana
Dm = Difusi molekul oksigen ke dalam air
= Viskositas kinematik air
V = kecepatan aliran rata-rata ft/det
H = kedalaman rat-rata aliran ft
g = kecepatan gravitasi ft/dt2
(4.21)
Dimana:
k2 = per hari
V = kecepatan aliran rata-rata ft/detik
H = kedalaman rata-rata ft
Konstanta 2,833 mewakili rata-rata dari kekasaran saluran yang diobsrvasi oleh
Isaacs.
IV - 32
Diambil kesimpulan bahwa dimungkinkan untuk memprediksi nilai K 2 dalam
satu saluran dengan kekasaran permukaan yang bervariasi dari parameter kecepatan
rata-rata dan kedalaman rata-rata yang diketahui dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Efek dari kekasaran saluran harus disertakan sebagai konstanta bila nilai rata-rata
kedalaman dan kecepatan diketahui dan digunakan.
4.5.2.4. Churchill
Komponen Variabel
IV - 33
Menurut teorema analisa tanpa dimensi Buckingham II, terdapat tiga kelompok
tanpa dimensi yang lebih kecil daripada variabel-variabel yang ada (S atau f bisa
digunakan tetapi tidak secara bersamaan). Oleh karena itu ada 8 variabel dan lima
kelompok dimensi yang mungkin. Kelompok tanpa dimensi disini adalah :
k2 R
(1) .(4.23)
V
(2) (4.24)
DL
V R
(3) (4.25)
(4) V (4.26)
(5) (4.27)
c
Untuk perhitungan k2 dari data percobaan lima kelompok tanpa dimensi tersusun
sebagai persamaan:
V b1 VR b2 b1
k2 b2 (4.28)
R DL V c
Dimana a dan b adalah konstanta yang diperoleh dari data hasil olahan dengan
prosedur multi regresi
IV - 34
b
V V1
k2 Tapi ada bentuk lainnya dengan k 2 (4.29)
R R b2
Persamaan-persamaan tanpa dimensi lainnya dapat ditambahkan secara bersamaan
bila persamaan-persamaan tersebut dapat meningkatkan tingkat akurasi prediksi
hingga mencapai tingkat signifikansi statistik.
V 0.969
k 2 (20 O C ) 5.026 (4.30)
R 1.673
Hingga saat ini belum ada metode untuk mengurangi dampak diatas secara
matematik yang akan bisa mendekati nilai k2 yang nyata
5. Zak
Zak(1960) membuat suatu grafik k2 versus koefisien difusi cairan turbulen (DT)
ketika sungai mengalir lambat maupun cepat. Dalam menghitung D T, koefisien difusi
turbulent dinyatakan dalam m2/dt, g adalah kecepatan gravitasi dalam m/dt2, n adalah
koefisien kekasaran dan C adalah koefisien Chezys, h adalah kedalaman rata-rata, V
adalah kecepatan rata dalam m2/dt dan k2 adalah tingkat reaerasi per hari.
g h
DT 10 5
37 n C 2
IV - 35
5
5
4
3
2,8
k2
2
1,8
1
1,1
0 0,5
0
30 60 190 300 600 1200
DT
5
k2 (20 C) (4.302 X 10 DL 1.15 X h1.915
O
(4.31)
Dimana
Dimana
Untuk aliran dengan range kecepatan antara 0.1-5.0 ft/dt, dan kedalaman antara 0.4-
11.0 ft.
IV - 36
Negulescu dan Rojanski (1969) menurunkan persamaan sebagai berikut :
1.63
V
k 2 0.0153 D L (4.33)
h
Dimana
V = kecepatan (m/dt)
Churchill et.al. 1962 membuat grafik hubungan nilai k 2 terhadap suhu hingga
menemukan persamaan:
k 2 ae bt (4.34)
Dimana:
A = konstanta intercept
B = konstanta laju
T = temperatur (C)
0.0238 t
k 2 (t O C ) 0.4364 e (4.35
atau
IV - 37
Lebih jauh churcill menyatakan bahwa laju reaerasi akan meningkat
sebanding dengan peningkatan temperatur air pada laju geometriksebesar 2.41% per
derajat centigrade. Oleh karena itu nilai k2 akan sangat bervariasi tergantung dari
suhu dan waktu. Selain itu nilai k1 akan meningkat kira-kira dua kali peningkatan laju
k2 pada saat peningkatan suhu. Nilai Fairs (F=k2/k1) akan menurun bila suhu naik.
Oleh karena itu laju reaerasi sangat bervariasi tergantung karakteristik aliran
dan temperatur. Variasi k2 dapat menyebabkan perbedaan DO dalam suatu badan
air.
Suatu kurva dapat dibuat dengan kombinasi efek dari deoksigenasi dan
reaerasi hingga menggambarkan kadar DO sepanjang aliran sungai. Kurva
deoksigenasi menggambarkan reaksi BOD minus laju pemakaian oksigen yang
dimulai pada titik maksimum dan menurun secara kontinyu hingga mencapai titik nol.
Reaerasi dimulai dari nol karena diasumsikan air bersifat jenuh. Karena laju reaerasi
selalu sebanding dengan pengurangan kejenuhan maka laju reaerasi akan meningkat
seiring dengan peningkatan defisit kejenuhan. Ketika deoksigenasi dan reaerasi
berproses, dihasilkan suatu titik DO minimum yang disebut sebagai titik kritis, setelah
reaerasi menjadi dominan dan DO mulai naik.
IV - 38
Dimana La adalah BOD awal dan Da adalah defisit oksigen dalam aliran. K2 dan K1
adalah laju deoksigenasi dan reaerasi dalam bentuk logaritma, D adalah defisit waktu
t (hari).
Oleh karena itu bila diketahui nilai Da, La dan k maka defisit di bagian hilir
dalam waktu berapa pun dapat dihitung. Kurva sag adalah posisi dimana nilai defisit
digambarkan sebagai kurva kontinyu terhadap waktu. Pada titik kritis dalam kurva
sag, laju reaerasi sama dengan laju deoksigenasi dan tepat pada saat itu perubahan
defisit adalah nol. Secara matematis peristiwa di atas digambarkan sebagai
dD
k1 L k 2 Dc 0
dt
k 2 Dc k1L
k1 L
Dc
k2
tapi
L La e k1t (4.37)
k1
Dc La e k1t c (4.38)
k2
k1
Dc La 10 k1tc (4.39)
k2
atau
k1
log Dc log L a k1 t c (4.40)
k2
dimana Dc adalah defisit oksigen pada titik sag kritis.
Dean Fair, 1939 memperkenalkan persamaan yang berhubungan dengan nilai
k2/k1 sebagai rasio f . Rentang nilai f dapat dilihat pada tabel 4.11.
Fair menemukan bahwa terjadi penurunan nilai f kira-kira 3% untuk tiap
penaikan suhu 1. Meskipun k2 meningkat seiring dengan suhu, k1 juga meningkat
namun kelarutan oksigen dalam air akan menurun dan menghasilkan defisit yang
lebih sedikit. Maka laju k2 menjadi lebih rendah sehubungan dengan defisit yang
semakin menurun.
Dengan mendeferensialkan persamaan sag maka waktu terjadinya titik sag
kritis ( tc ) dapat diperoleh:
1 k D (k k )
tc log 2 1 a 2 1 (4.41)
k1 ( f 1) k1 L a k1
IV - 39
Dengan menggunakan nilai f persamaan di atas dapat dinyatakan tanpa
menghitung k2 dengan memasukkan nilai f dari tabel 4.11.
1 D
tc log 1 ( f 1) a (4.42)
k1 ( f 1) La
Dengan cara yang sama dapat digunakan nilai f untuk menggantikan nilai
k2/k1 untuk menyederhanakan dan memperkirakan nilai Dc.
La
log Dc log k 1t c (4.43)
f
Tabel 4.11.Rentang Nilai f Untuk Beberapa Badan Air
No. Badan Air Nilai f pada 20C
1. Kolam kecil 0.5 1.0
2. Danau atau reservoar 1.0 2.0
3. Badan air dengan aliran tenang 1.5 2.0
4. Badan air dengan aliran normal 2.0 3.0
5. Aliran deras 3.0 5.0
6. Jeram dan air terjun > 5.0
1. Sedimentasi organik
Ketika unsur-unsur organik yang membutuhkan oksigen tenggelam dan keluar
dari arus utama dari suatu aliran air, dan akhirnya terdeposisi di dasar aliran, maka
laju deoksigenasi k1 akan terhitung lebih besar daripada laju deoksigenasi yang
sebenarnya Ini disebabkan kebutuhan oksigen dari unsur-unsur organik tersebut
hilang dari arus aliran air. Pada kenyataannya kebutuhan oksigen ini tertunda untuk
beberapa waktu hingga unsur-unsur organik tersebut mendekomposisi benthally.
Kebutuhan oksigen tersebut akan terlokalisir di sepanjang aliran tepat diatas unsur-
unsur organik yang tenggelam itu. Sebagai akibatnya lumpur yang terdeposit akan
mengambil alih kebutuhan oksigen dan akan meningkatkan kadar oksigen di bagian
hilir.
IV - 40
2. Penggerusan
Ketika terjadi arus yang bersifat unsteady dan turbulen di aliran air, lumpur
yang terdeposisi di dasar aliran akan meluap dari dasar. Ini berakibat kadar oksigen
di air akan berubah. Kebutuhan oksigen yang konstan, pelan dan terlokalisir akan
berpindah ke arus aliran. Oksigen dengan kadar yang sedikit akan terkandung dalam
aliran air yang membawa lumpur penggerus hingga hilir.
Ketika deposit penggerus ini sudah menempati lokasi yang baru, maka proses
ini akan berlanjut ke lokasi-lokasi yang baru di hilir. Penggerusan ini akhirnya akan
menghasilkan oksigen kadar rendah di dalam aliran air serta akumulasi oksigen yang
terkandung dalam material hasil gerusan yang terdeposisi di lokasi-lokasi baru di
bagian hilir. Deposit yang bersifat anaerobik akan bergerak dan menjadi aerobik. Ini
akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3. Fotosintesis
Peristiwa pertumbuhan tumbuhan mikroskopis akan berakibat langsung pada
kadar oksigen di dalam aliran air. Tumbuhan yang sedang tumbuh menggunakan
energi dalam bentuk sinar matahari, karbondioksida dan mineral dari udara dan air
untuk memproduksi biomassa oksigen. Kadar oksigen akan menjadi lebih tinggi di
siang hari dan semakin menurun seiring terbenamnya matahari. O'Connor (1967)
memperkenalkan persamaan matematika untuk menghitung pelepasan oksigen
selama proses fotosintesa.
Pm sin t
P( t ) dimana 0 t P (4.44)
p
Pm adalah laju maksimum selama peride p; P (t) ada lah laju pelepasan oksigen
selama proses fotosintesa.
IV - 41
Laju perpindahan BOD sehubungan dengan deposisi adalah sebanding
dengan sis BOD (= 2.3 k3 L). Ketiga konstanta laju reaksi tersebut dipengaruhi oleh
suhu, seperti yang terlihat di Tabel 4.12.
Suhu C 16 18 20 22 24 26
Rentang nilai dari konstanta polusi aliran untuk sungai-sungai di Amerika dengan
beban buangan non-toksik selama bulan-bulan panas adalah :
k1 per hari = 0.06 hingga 0.36
k2 per hari = 0.06 hingga 0.96
k3 per hari = -0.36 hingga 0.36
IV - 42
penyederhanaan salah satu persamaan Fair sebagai dasar metoda untuk
menentukan koefisien self-purification.
Fair menurunkan persamaan untuk defisit maksimum :
La k1tc
DC 10 .
f
(4.47)
1 Lc
DC ( La X c ) atau DC ..
f f
(4.48)
Dimana :
f = k2/k1
(4.49)
Dc dan tc = defisit maksimum atau kritis di titik terendah dari sag
dihubungkan dengan waktu pengaliran tc dari titik awal.
Xc = BOD fase pertama selama waktu pengaliran menuju titik kritis
La = BOD fase pertama pada titik awal a
Nilai f dalam (4.47) dan (4.48) merepresentasikan rata-rata atau nilai efektif
yang merupakan integrasi dari titik awal a hingga titik kritis c.
Substitusi Lc dengan La .10 -k1 tc dan La - Xc berakibat tidak ada BOD yang ditambahkan
atau diganti sepanjang aliran, kecuali oleh reaksi BOD. Kenyataannya jarang sekali
ada aliran yang bisa memenuhi persyaratan tersebut.
Pada titik kritis, kemiringan kurva sag (dD/dt) adalah nol.
IV - 43
dD
K1 L K 2 D .
dt
(4.53)
Dengan memberi subscript c pada persamaan diatas, persamaan 4.53 dapat ditulis
sebagai
dD
K 1c Lc K 2c Dc 0
dt
(4.54)
(4.55)
Persamaan 4.56 bisa digunakan untuk mengitung f pada lokasi tertentu dalam
kondisi yang juga ditentukan. Koefisien self purification dapat juga dihitung dengan
persamaan 4.56. Dengan diketahuinya lokasi titik kritis, maka hanya dibutuhkan
perhitungan suhu, DO dan BOD fase awal ultimate, semuanya pada titik kritis. Tidak
dibutuhkan lagi perhitungan waktu pengaliran, k1 dan k2.
Namun ketika ada algae, deposit lumpur atau COD, hasil pengamatan tidak sama
dengan teori. Dan hc fc, tapi,
IV - 44
L' c
h' c C 3 f ' c .
D' c
(4.59)
Hull mendefinisikan h'c sebagai koefisien self purification efektif pada titik sag
kritis pengamatan dan f'c sebagai koefisien self purification teoritis pada titik sag kritis
yang diamati.
Terjadinya fluktuasi kualitas air sungai bisa disebabkan oleh adanya fluktuasi
debit sungai dan fluktuasi limbah yang masuk ke dalam sungai, dan pengaruh
lingkungan lainnya seperti temperatur, kecepatan angin dan sebagainya.
Menurut Nemerov, semakin besar nilai k1, k2 dan k3 akan semakin besar pula
kemampuan self purification-nya. Masih adanya kemampuan self purification ini tentu
saja sangat bermanfaat untuk ikut menetralisir beban limbah yang masuk ke dalam
sungai.
Jadi jika ingin meningkatkan kemampuan self purification, maka secara teoritis
dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai konstanta k1, k2 dan k3. Tentunya
diperlukan penelitian yang seksama agar dapat diketahui hal-hal apa saja yang dapat
meningkatkan nilai konstanta k1, k2 dan k3.
IV - 45
berjalan dengan baik. Besarnya daya dukung sungai terhadap pencemaran atau
kapasitas sungai dalam menerima bahan pencemar dihitung berdasarkan penurunan
kadar oksigen terlarut dalam air sungai tersebut. Makin besar kadar pencemarnya
makin besar pula penurunan kadar oksigennya yang terjadi.
Kebijakan pengendalian pencemaran badan air yang ada saat ini masih
bertumpu pada beban maksimum baik dalam kuantitas (debit) maupun kualitas
(konsentrasi) pencemar. Kebijakan seperti ini akan dapat digunakan untuk
membatasi beban pencemaran yang diterima oleh badan air, namun masalah akan
timbul jika jumlah pencemar banyak dan jarak lokasi/titik pembuangan limbah saling
berdekatan meskipun debit dan konsentrasi limbah masih di bawah ambang batas
yang ditetapkan.
Dari data monitoring sungai biasanya dapat dilakukan perhitungan beban
pencemaran. Beban pencemaran dihitung dengan mengalikan BOD limbah yang
masuk ke sungai (dalam mg/L) dengan besarnya debit aliran sungai (dalam m 3/detik).
Dari hasil perkalian ini setelah dikonservasi pada akhirnya akan diperoleh satuan
beban pencemaran BOD dalam ton / hari
Selain itu diperoleh juga besarnya kapasitas beban (daya dukung) sungai agar
tidak tercemar, yang dihitung dengan mengalikan besarnya beban BOD limbah yang
tidak mencemari sesuai baku mutu sungai (dalam mg/L) dengan debit aliran sungai
(dalam m3/detik). Dari hasil perkalian ini setelah dikonversi pada akhirnya juga akan
diperoleh satuan kapasitas beban BOD dalam ton/hari
Dari kedua hasil perhitungan ini dapat dihitung lagi selisihnya sebagai
kelebihan beban yang dipikul oleh sungai dalam satuan ton/hari, dan selanjutnya bisa
pula dihitung prosentase penurunan beban yang diperlukan dan debit pengenceran
yang diperlukan
Dari perhitungan yang dilakukan dapat diketahui apakah kapasitas daya
dukung sungai sudah terlampaui atau belum. Tentu saja kemampuan self purification
menjadi kurang berarti apabila daya dukung sungai tidak terlampaui, secara langsung
atau tidak langsung juga berarti meningkatkan kemampuan self purification sungai.
IV - 46
dipakai dalam faktor penentuan, sebab masing-masing parameter kualitas akan
digunakan dalam perhitungan penentuan sisa daya dukung sumber air atau sungai
tersebut.
Untuk ini diperlukan pemilihan atau penentuan parameter kualitas secara
prioritas berdasarkan kebutuhan pada segmen sungai atau sumber air yang akan
dihitung sisa daya dukungnya. Pemilihan atau penentuan parameter kualitas secara
prioritas berdasarkan kebutuhan pada segmen sungai atau sumber air yang akan
dihitung sisa daya dukungnya. Pemilihan atau penentuan parameter prioritas
ditetapkan pada parameter-parameter kualitas yang sangat mempengaruhi kondisi
kualitas segmen sungai yang akan dikendalikan mutunya tehadap beban pencemaran
yang akan diterima.
Sebagai contoh
Segmen Kali Brantas bagian hulu adalah (golongan B)
Parameter kualitas prioritas : BOD, COD, Logam berat, padatan terlarut dan
suspended solid (SS).
IV - 47
C = Selisih konsentrasi parameter prioritas antara konsentrasi yang telah
ditetapkan sesuai pada peruntukan (golongan) sungai atau sumber air
tersebut dikurangi dengan konsentrasi parameter prioritas tersebut hasil
pemantauan (dalam ppm)
Misalnya
Sisa daya dukung BOD5:
Q sungai liter/detik X C mg/L BOD5 = Q sungai X C mg/L BOD5
IV - 48