Anda di halaman 1dari 19

ANALISA PETROFISIK UNTUK MENENTUKAN LAPISAN

PRODUKTIF DAN CADANGAN RESERVOIR

PROPOSAL KOMPREHENSIF

Disusun Oleh:

ARYANTO YOGA UTAMA


1131130014

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016
PEMANFAATAN DATA LOGGING UNTUK PENENTUAN
LAPISAN PROSPEK

PROPOSAL KOMPREHENSIF

Disetujui untuk Program Studi Perminyakan

Fakultas Teknologi Mineral

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

2016

Pembimbing

( Dr.Ir.Drs.H. Herianto, M.T )


1. JUDUL
Analisa Petrofisik Untuk Menentukan Lapisan Produktif dan Cadangan
Reservoir

2. LATAR BELAKANG MASALAH


Prospek berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu prospect, yang
berartiharapan di masa depan. Di dalam dunia perminyakan, kata prospek sering
dikaitkan dengan lapisan batuan. Sehingga timbul istilah lapisan prospek, yaitu
reservoir hidrokarbon yang memiliki potensi untuk diproduksikan pada tahap
eksploitasi. Seperti diketahui bahwa tidak semua reservoir memiliki potensi
untuk diproduksikan
Terdapat beberapa hal yang perlu dipastikan dalam mengetahui potensi
hidrokarbon di dalam reservoir. Hal tersebut adalah: letak (kedalaman pada
sumur), saturasi hidrokarbon, porositas batuan, permeabilitas, dan ketebalan
lapisan. Hal-hal tersebut harus didapatkan untuk mengetahui potensi suatu
reservoir.
Salah satu metode yang akurat dalam menentukan hal-hal di atas adalah
dengan melakukan penilaian formasi pada reservoir yang bersangkutan. Bagian
dari penilaian formasi tersebut adalah mud logging, cutting analysis, coring &
analisa core dan well logging. Data-data tersebut didapatkan pada saat kegiatan
pemboran dilaksanakan. Data yang didapatkan pada satu sumur antara lain
adalah sifat fisik batuan yang ditembus, ketebalan lapisan batuan, serta kondisi
lubang bor. Jika semakin banyak sumur yang dibor serta dilakukan penilaian
formasi, maka data-data tiap sumur tersebut dapat dikorelasikan dan diolah
sehingga dapat mewakili keadaan reservoir yang bersangkutan, kemudian dapat
dihitung besarnya hydroarbon in place.
Hydrocarbon in place menjadi salah satu parameter penting dalam
menentukan apakah suatu reservoir potensial untuk diproduksikan atau tidak. Hal
ini disebabkan karena kegiatan produksi pada suatu lapangan migas sangat
tergantung kepada besarnya in place dan cadangan di dalam reservoir.
Berdasarkan hal di atas, penulis bermaksud untuk mengupas lebih lanjut
tentang penggunaan dan pemanfaatan data logging untuk menentukan lapisan
produktif dan prospek untuk diproduksikan dari dalam reservoir.

3. MAKSUD DAN TUJUAN

1
Maksud dan tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk
menjelaskan pemanfaatan analisa petrofisik dalam penentuan lapisan batuan
reservoir yang prospek dan penentuan cadangan untuk diproduksikan ke
permukaan.

4. TINJAUAN PUSTAKA
4.1. Analisa Petrofisik
Analisa petrofisik adalah sebuah proses penilaian formasi untuk mengkaji
karakteristik formasi batuan di bawah permukaan dengan menggunakan data
yang diperoleh sebelum, saat, dan, setelah proses pemboran. Analisa petrofisik
menggunakan data yang berasal dari wireline log yang didukung oleh analisa
cutting, analisa core, dan DST/tes produksi. Analisa petrofisik ini bertujuan
untuk mengetahui jumlah reservoir dan volume gas mula-mula tiap reservoir
yang ditembus oleh sumur-sumur yang dianalisa.

4.1.1. Coring
Coring adalah suatu usaha untuk mendapatkan contoh batuan (core) dari
formasi di bawah permukaan secara langsung. Sedangkan analisa core adalah
kegiatan pengukuran sifat-sifat fisik batuan yang dilakukan di laboratorium
terhadap contoh batuan (core) yang telah didapatkan.
Pada prinsipnya ada dua metode coring yang umum dilakukan di lapangan,
yaitu:
1. Bottom hole coring, yaitu cara pengambilan core yang dilakukan pada saat
pemboran sedang berlangsung.
2. Sidewall coring, yaitu cara pengambilan core yang dilakukan setelah operasi
pemboran selesai atau pada waktu pemboran berhenti.
Sedangkan pada analisa core dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Analisa core rutin
2. Analisa core spesial (SCAL)
3. Analisa core menggunakan X-Ray Powder Diffraction (XRD)
4. Analisa core menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM)
4.1.2. Well Logging

4.1.2.1 Mud Logging


Mud logging adalah kegiatan memonitor, mencatat, serta menganalisa data
parameter pemboran dan mendeteksi keberadaan gas saat operasi pemboran
berlangsung

4.1.2.2. Analisa cutting

2
Analisa cutting adalah kegiatan menganalisa serbuk bor yang terlah mencapai
permukaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi lapisan batuan yang sedang
ditembus serta mengidentifikasi adanya hidrokarbon pada lapisan tersebut secara
kualitatif.
Manfaat yang lain dari analisa cutting, terutama dari analisa indikasi
hidrokarbon, adalah untuk mengetahui jenis minyak yang terkandung pada
cutting (minyak ringan, minya sedang, minyak berat, kondensat, atau residu ),
untuk mengetahui karakteristik batuan reservoir (porositas, tekstur, kompaksi,
kebundaran butir, dll), dan untuk menentukan lithologi lapisan batuan sesuai
kedalaman yang sedang ditembus.

4.1.2.3. Wireline Logging


Dipelopori oleh Schlumberger (Perancis) pada tahun 1930. Kegunaan
kegiatan ini adalah untuk merekam kondisi batuan formasi dengan menggunakan
alat pengukur (Sonde) yang diturunkan ke dalam sumur dengan menggunakan
kabel (wireline). Adapun metode tersebut berfungsi untuk :
1. Mengukur sifat fisik batuan formasi
2. Interpretasi sifat fisik batuan sehingga dapat memberikan evaluiasi kualitatif
serta kuantitatif dari batuan tersebut.

Jenis-jenis logging dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:


1. Berdasarkan metode pengukuran
a. Log Listrik
b. Log Radioaktif
c. Log Akustik
d. Log-log tambahan

2. Didasarkan pada parameter yang diukur


a. Lithology Tools
b. Resistivity Tools
c. Porosity Tools

.2. Well Test


Kandungan lapisan pada suatu sumur dapat diketahui dengan melakukan tes
produksi maupun well test yang berupa DST.
.2.1. Drill Stem Test (DST)

3
Drill stem test adalah salah satu metode well test yang dilakukan pada saat
berlangsungnya proses pemboran. DST terdiri dari beberapa sekuen flow dan
shut in. Karakteristik reservoir yang dapat diketahui yaitu: permeabilitas efektif
formasi, identifikasi adanya wellbore damage (skin), productivity index (PI), flow
efficiency (FE), dan radius investigasi (ri).
Parameter-parameter yang dapat ditentukan dari sekuen pressure build up
pada DST ini, ditentukan dari horner plot, yaitu plot antara tekanan dan horner
time.
.2.2. Test Produksi
Tes produksi adalah kegiatan untuk mengetahui kandungan serta kemampuan
suatu lapisan untuk memproduksi hidrokarbon. Tes produksi dilakukan pada saat
sumur telah mencapai target depth dan selesai tahap komplesi. Tes produksi
dapat dilakukan baik pada kondisi open hole maupun cased hole.

4.3. Sifat Fisik Batuan Reservoar

4.3.1. Porositas
Porositas () didefinisikan sebagai perbandingan antara volume ruang pori-
pori dengan volume batuan total (bulk volume) kemudian dikalikan 100 untuk
menyatakan dalam persentase (Amyx, 1988). Porositas akan menentukan
kapasitas penyimpanan fluida di dalam suatu batuan. Secara matematis porositas
dapat dinyatakan sebagai :
Vb Vs Vp

Vb Vb
.......................... (1)

dimana :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vs = volume padatan batuan total (volume grain)
Vp = volume ruang pori-pori batuan.
Porositas pada batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Porositas absolut, adalah persenase volume pori-pori total terhadap
volume batuan total (bulk volume).
Volume pori total
100%
bulk volume
(2)

4
2. Porositas efektif, adalah persentase volume pori-pori yang saling
berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume).

4.3.2. Permeabilitas
Permeabilitas adalah sifat dari media berpori dan menunjukkan kemampuan
batuan untuk mengalirkan fluida (Amyx, 1988). Berdasarkan persamaan darcy,
permeabilitas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Q..L
K
A.( P1 P2 )
............................... (3)

Dalam batuan reservoir, permeabilitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :


1. Permeabilitas absolut, adalah permeabilitas suatu batuan saat fluida yang
mengalir hanya satu fasa saja.
2. Permeabilitas efektif, adalah permeabilitas suatu batuan saat fluida yang
mengalir lebih dari satu fasa.
3. Permeabilitas relatif, adalah perbandingan antara permeabilitas efektif dan
permeabilitas absolut.

Pada reservoir dikenal juga permeabilitas horizontal (Kh) dan permeabilitas


vertikal (Kv). Untuk sumur horizontal, Kv sangat berpengaruh terhadap
produktivitas sumur tersebut. Sedangkan pada sumur vertikal Kh lebih
berpengaruh terhadap produktivitas sumur.

Volume pori yang berhubungan


100%
bulk volume
(4)

4.3.3 Saturasi Fluida


Dalam batuan reservoar, minyak, gas, dan air berada bersama-sama dalam
pori-pori batuan reservoir tersebut dan tersebar ke seluruh bagian reservoir.
Sehingga saturasi fluida didefinisikan sebagai fraksi atau perserntase volume
pori-pori batuan total yang terjenuhi oleh minnyak, gas, atau air (D. Tiab,
E.C.Donaldson, 2004). Masing-masing saturasi fluida tersebut dinyatakan
sebagai:

1. Saturasi minyak (So), adalah perbandingan volume pori-pori yang terjenuhi


minyak dengan volume pori total.

5
2. Saturasi air (Sw) adalah perbandingan volume pori-pori yang terjenuhi air
dengan volume pori total.
3. Saturasi gas (Sg) adalah perbandingan volume pori-pori yang terjenuhi air
dengan volume pori total.

Jika pori-pori batuan diisi oleh air-minyak-gas, maka berlaku hubungan :

Sw + So + Sg = 1 ...................................... (5)

Sedangkan jika pori batuan diisi oleh minyak dan air saja, maka :

Sw + So = 1 ........................................... .. (6)

4.3.4 Wetabilitas
Wetabilitas didefinisikan sebagai sifat fisik suatu batuan yang menyatakan
kemudahan permukaan batuan untuk dibasahi suatu fluida tertentu (D. Tiab,
E.C.Donaldson, 2004). Dimana terdapat tegangan permukaan yang disebabkan
oleh adanya kontak dua fluida yang tidak saling bercampur.
Besarnya wetabilitas tergantung dari gaya adhesi yang merupakan fungsi dari
tegangan permukaan. Secara matematis besarnya tegangan adhesi dinyatakan
sebagai:

AT = SO SW = WO . Cos WO .(7)

Dimana :
AT = Gaya adhesi (yang menyebabkan cairan naik keatas batuan),dyne/cm
SO = Tegangan antar permukaan zat padat-minyak, dyne/cm
SW = Tegangan antar permukaan zat padat-air, dyne/cm
WO = Tegangan antar permukaan air-minyak, dyne/cm

4.3.5 Tekanan Kapiler


Tekanan Kapiler didefinisikan sebagai perbedaan tegangan permukaan yang
ada antara permukaan dua fluida yang tidak bercampur (cairan-cairan atau
cairan-gas) sebagai akibat terjadinya pertemuan antara dua permukaan yang
memisahkan kedua fluida tersebut (D. Tiab, E.C.Donaldson, 2004). Besarnya
tekanan kapiler ini dipengaruhi oleh adanya tegangan permukaan, sudut kontak
antara minyak-air-zat padat, dan jari-jari lengkungan pori. Tekanan kapiler
mempunyai pengaruh yang penting dalam reservoir minyak maupun gas, yaitu :
1. Mengontrol distribusi saturasi di dalam reservoir.

6
2. Menjadi mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak atau mengalir
melalui pori-pori reservoir dalam arah vertikal.

4.3.6. Kompresibilitas Batuan


Menurut Geerstma (1957), terdapat tiga konsep kompresibilitas batuan, antara
lain :

1. Kompresibilitas matriks batuan, yaitu fraksi perubahan volume material


padatan (grain) terhadap satuan perubahan tekanan.
2. Kompresibilitas bulk batuan, yaitu fraksi perubahan volume bulk batuan
terhadap satuan perubahan tekanan.
3. Kompresibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksi perubahan volume pori-pori
batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Diantara konsep diatas, kompresibilitas pori-pori batuan dianggap yang paling
penting dalam teknik reservoir. Batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan
mengalami tekanan eksternal (external stress) yang disebabkan oleh berat batuan
yang ada diatasnya (overburden pressure).
Pengosongan fluida dari ruang pori-pori batuan reservoir akan mengakibatkan
perubahan tekanan dalam batuan, sehingga resultan tekanan pada batuan akan
mengalami perubahan pula. Adanya perubahan tekanan ini akan mengakibatkan
perubahan pada butir-butir batuan, pori-pori, dan volume total (bulk) batuan reservoir.

4.4. Batuan Reservoir


Reservoir adalah bagian kerak bumi yang mengandung minyak dan gas bumi
(Craft, B. C., Hawkins, 1990). Terakumulasinya minyak bumi di bawah
permukaan haruslah memenuhi beberapa syarat, yang merupakan unsur-unsur
suatu reservoir minyak bumi. Unsur-unsur tersebut adalah :
1. Batuan Reservoir, sebagai wadah yang akan diisi dan dijenuhi oleh minyak
dan gas bumi. Batuan reservoir berupa lapisan batuan yang mempunyai pori (porus)
dan dapat mengaliran fluida (permeabel)
2. Batuan Penutup (Cap Rock), yaitu suatu lapisan yang impermeabel, yang
posisinya terletak di atas batuan reservoir. Fungsinya adalah untuk mencegah migrasi
lebih lanjut dari minyak dan gas bumi.
3. Perangkap Reservoir (reservoir trap), yaitu adalah suatu sistem yang dibentuk
oleh cap rock dan reservoir rock yang bertujuan untuk menyediakan tempat bagi
minyak dan gas bumi untuk berakumulasi.

7
4.4.1 Komposisi Mineral dan Kimiawi Batuan Reservoir
Batuan merupakan kumpulan dari mineral-mineral di alam, sedangkan suatu
mineral dibentuk dari ikatan unsur-unsur kimia. Banyak sedikitnya komposisi
kimia tersebut akan menentukan suatu jenis mineral tertentu. Sedangkan jenis
batuan ditentukan dari banyak sedikitnya mineral-mineral penyusunnya
Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa batu
pasir, batuan karbonat, dan shale atau kadang-kadang batuan vulkanik. Masing-
masing batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang berbeda, begitu pula
sifat fisiknya. Unsur penyusun batuan-batuan reservoir tersebut perlu untuk
diketahui, mengingat macam dan jumlah unsur penyusun suatu batuan akan
menentukan sifat-sifat fisik dari batuan yang terbentuk.

4.4.1.1 Batu pasir


Batupasir dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : Orthoquartzites, Graywacke,
dan Arkose. Pembagian tersebut didasarkan pada jumlah kandungan mineralnya.
(Theodorovich, 1965)

4.4.1.2 Batu Karbonat


Batu karbonat terbentuk di lingkungan marine yang dangkal (D. Tiab,
E.C.Donaldson, 2004). Sekresi binatang, tanaman, dan baktera yang hidup di
perairan dangkal membentuk banyak jenis dari batuan karbonat. Mineral
pembentuk batuan karbonat yang utama adalah mineral kalsit. Mineral kalsit
secara kimiawi dapat mengalami pengendapan saat terlarut di air yang
mengandung karbon dioksida. Oleh karena itu, pengendapan kalsit dapat terjadi
saat jumlah karbon dioksida yang terlarut di dalam air menurun. Terdapat tiga
jenis klasifikasi dari batu gamping, yaitu Oolitic, Chalk, dan, Coquina.
Dalam beberapa kasus, batu gamping dapat berubah menjadi batu dolomit.
Hal ini dapat terjadi saat air yang mengandung magnesium mengalir melalui
pori-pori dan rekahan pada batu gamping tersebut. Batuan karbonat yang berasal
dari pengendapan biologis dan kimiawi dari kalsium karbonat inilah yang telah
membentuk sebagian besar batuan reservoir migas.

4.4.1.3 Batu Lempung


Lapisan lumpur yang mengandung material organic yang terkumpul di
lingkungan anaerob, seperti rawa-rawa, membentuk siltstones dan shalestones
(D. Tiab, E.C.Donaldson, 2004). Batuan ini berwarna abu-abu hingga hitam.
Batuan ini diendapkan pada lingkungan yang tenang dan yang mempunyai energi
rendah. Siltstones dan shalestones jenis ini pada umumnya menjadi source rock

8
dari hidrokarbon. Namun jika proses pengendapan terjadi diatas reservoir
hidrokarbon, maka lapisan batuan siltstone dan shalestone akan berperan
menjadi perangkap dari sistem reservoir.

4.4.5. Penentuan Cadangan

4.5.1. Metode Volumetris


Untuk menentukan cadangan primer dengan mempergunakan cara volumetrik
maka pengolahan data lapangan (penilaian formasi) harus sudah dikerjakan
untuk mendapatkan harga parameter-parameter reservoar yang dapat mewakili
keadaan reservoar tersebut, dan cadangan primer tersebut dapat dinyatakan
sebagai :

R VB (1 SW i ) RF
............................................... (7)

dimana :
R = cadangan primer, bbls
VB = bulk volume, acre-ft
= prositas rata-rata reservoar, fraksi
SWi = saturasi air mula-mula, fraksi
RF = Recovery Factor, bbl/acre-ft

Diperlukan data-data sifat fisik batuan (, Sw) juga diperlukan data luas
reservoir serta ketebalan formasi rata-rata. Hal ini dapat diketahui jika sudah
dilakukan pengeboran deliniasi untuk mengetahui batas terluar reservoir.

4.5.1.1. Penentuan Volume Bulk


Ada 2 metode yang dapat digunakan untuk penentuan bulk volume, tergantung
pada perbandingan luas contour Net Pay isopachnya, yaitu :
a. Metoda Piramid
h
( An ( An 1) An . An 1)
3
VB = ..............................(8)
An 1
0,5
An
Jika :

b. Metoda Trapesium

9
h
( An An 1)
2
VB = ...............................(9)
An 1
0,5
An
Jika :
Dimana :
VB = Bulk Volume, acre-ft
An = luas net pay isopach pada ketebalan ke-n
An+1 = luas net pay isopach pada ketebalan ke-n+1

4.4.1.2. Perhitungan Oil in Place


Setelah volume bulk reservoar dihitung , maka dapat menentukan besarnya
initial oil in place dengan persamaan :
7758 Vb (1 S wi )
N
Boi
,STB.............................(10)
dimana :
N = initial oil in place, STB
Vb = bulk volume reservoar, cuft
= porositas, fraksi
Swi = saturasi air mula-mula, fraksi
Boi = faktor volume formasi minyak mula-mula, bbl/STB
Untuk reservoar minyak yang volumetris tidak ada water influx yang
menggantikan minyak terproduksi, maka penggantinya adalah gas yang saturasinya
naik dengan turunnya saturasi minyaknya.
4.5.1.3. Perhitungan Gas In Place
Gas volume pori dihubungkan pada volume reservoar bulk atau dengan
totalnya dengan jalan merata-rata porositas () dan conate water rata-rata
(SW).Volume reservoar bulk Vb umumnya dinyatakan dalam acre-ft, dan gas in place
dalam SCF, G yang diberikan oleh :
43560 Vb (1 SW i )
G
Bgi
...........................................................(11)
dimana:
G = initial gas in place, SCF
Vb = bulk volume reservoar, cuft

10
Bgi = faktor volume formasi gas mula-mula, SCF/cuft

RENCANA DAFTAR ISI

11
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. KARAKTERISTIK RESERVOAR


2.1. Komponen Batuan Reservoar
2.2.1. Komposisi Kimia Batuan Reservoar
2.1.1.1. Batu pasir
2.1.1.2. Batuan Karbonat
2.1.1.3. Batuan Lempung
2.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir
2.1.2.1. Porositas
2.1.2.2. Kompresibilitas
2.1.3. Sifat Fisik Batuan Reservoir Terhadap Fluida Reservoir
2.1.3.1 Tegangan Permukaan
2.1.3.2 Saturasi
2.1.3.3 Wetabilitas
2.1.3.4 Tekanan Kapiler
2.1.3.5 Permeabilitas
2.2 Komponen Fluida Reservoir
2.2.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir
2.2.1.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon
2.2.1.1.1. Golongan Parafin
2.2.1.1.2. Golongan Siklis
2.2.2. Sifat Fisik Fluida Reservior
2.2.2.1. Sifat Fisik Minyak
2.2.2.1.1. Densitas Minyak
2.2.2.1.2. Viskositas Minyak
2.2.2.1.3. Faktor Volume Formasi Minyak
2.2.2.1.4. Kelarutan Gas Dalam Minyak

12
2.2.2.1.5. Kompresibilitas Minyak
2.2.2.2. Sifat Fisik Gas
2.2.2.2.1. Densitas Gas
2.2.2.2.2. Viskositas Gas
2.2.2.2.3. Faktor Volume Formasi Gas
2.2.2.2.4. Kompresibilitas Gas
2.2.2.2.5. Faktor Kompresibilitas Gas
2.2.2.3. Sifat Fisik Air Formasi
2.2.2.3.1. Densitas Air Formasi
2.2.2.3.2. Viskositas Air Formasi
2.2.2.3.3. Kelarutan Gas Dalam Air Formasi
2.2.2.3.4. Faktor Volume Formasi Air Formasi
2.2.2.3.5. Kompresibilitas Air Formasi
2.3. Kondisi Reservoir
2.3.1. Tekanan Reservoir
2.3.2. Temperatur Reservoir
2.4. Heterogenitas Reservoir
2.4.1. Pengertian Heterogenitas Reservoir
2.4.2. Klasifikasi Heterogenitas Reservoir
2.4.2.1. Heterogenitas Reservoir Skala Mikroskopis
2.4.2.2. Heterogenitas Reservoir Skala Makroskopis
2.4.2.3. Heterogenitas Reservoir Skala Megaskopis
2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Heterogenitas Reservoir
2.4.3.1. Sedimentasi Tektonik Regional
2.4.3.2. Komposisi dan Tekstur Batuan
2.4.3.3. Geometri Reservoir
2.4.4. Penyebaran Heterogenitas Reservoir
2.4.4.1. Heterogenitas Reservoir Arah Vertikal
2.4.4.2. Heterogenitas Reservoir Arah Horizontal

BAB III. ANALISA PETROFISIK DARI DATA LOGGING


3.1 Drilling Log
3.1.1 Mud Log
3.1.2 Cutting Analysis
3.2 Wireline Logging
3.1.1. Log Lithologi
3.1.1.1. Spontaneous Potential Log
3.1.1.2. Gamma Ray
3.1.2. Log Resistivity

13
3.1.3. Log Porositas
3.1.3.1. Density Log
3.1.3.2. Neutron Log
3.1.3.3. Sonic Log
3.1.4. Log Tambahan
3.1.4.1. Caliper Log
3.1.4.2. Dipmeter Log
3.1.4.3. Temperature Log
3.1.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kombinasi Log
3.1.5.1. Jenis Batuan Reservoir
3.1.5.2. Invasi Mud Filtrat
3.1.5.3. Kondisi Lubang Bor
3.1.5.4. Ketebalan Lapisan Porous
3.1.5.5. Distribusi Porositas dan Resistivitas

BAB IV. ANALISA PETROFISIK DARI DATA CORING


4.2 Coring
4.2.1 Metode Coring
4.2.1.1 Bottom Hole Coring
4.2.1.2 Sidewall Coring
4.2.2 Analisa Core
4.2.2.1 Analisa Core Rutin
4.2.2.2 Analisa Core Spesial (SCAL)
4.2.2.3 Analisa core menggunakan X-Ray Powder Diffraction
(XRD)
4.2.2.4 Analisa core menggunakan Scanning Electron
Microscopy (SEM)

BAB V. ANALISA PETROFISIK DARI DATA WELL TEST


5.1.
Pressure Build Up Test
5.1.2 Pressure Build Up Test Pada Zona Minyak
5.1.3 Penentuan Berakhirnya Wellbore Storage
5.1.4 Penentuan Harga P*, m, k, s, Ps, PI, FE dan ri
5.1.5 Penentuan Tekanan rata-rata

14
BAB VI. PENENTUAN LAPISAN PRODUKTIF DAN CADANGAN
6.1 Metode Penentuan Lapisan Produktif
6.1.1 Metode Statistik
6.1.1.1 Metode Statistik Rata-Rata
6.1.1.2 Analisa Korelasi Dan Regresi
6.2.1 Metode Cut Off
6.2.1.1 Penentuan Cut Off Porositas
6.2.1.2 Penentuan Cut Off Permeabilitas
6.2.1.3 Penentuan Cut Off Saturasi Air
6.2.1.4 Penentuan Cut Off Vshale
6.3.1 Penyajian Data Dari Hasil Perhitungan
6.3.1.1 Peta Kontur Struktur
6.3.1.2 Peta Isopach
6.3.1.3 Peta Net Isopach
6.3.1.4 Peta Isoporositas
6.3.1.5 Peta Isopermeabilitas
6.3.1.6 Peta Isosaturasi Air
6.4.1 Analisa Heterogenitas Reservoir
6.4.1.1 Heterogenitas Vertikal
6.4.1.2 Heterogenitas Lateral
6.2 Perhitungan Cadangan Reservoir
6.2.1 Metode Volumetris
6.2.2 Metode Material Balance
6.2.3 Metode Decline Curve
6.2.3.1 Exponential
6.2.3.2 Harmonic
6.2.3.3 Hyperbolic

BAB VII. PEMBAHASAN

BAB VIII. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

15
5. RENCANA DAFTAR PUSTAKA
1. B.C Craft and Murray F Hawkins, Applied Petroleum Reservoir
Engineering Vol.1, Prentice Hall, Inc. Engelwood Cliffs New Jersey 1958
2. Amyx, J. W., Bass, D. M, Jr., Whitting, R. L., Petroleum Reservoir
Engineering, McGraw-Hill Book Company, New York, Toronto, London,
1960.

16
3. Levorsen, A.I. Geologi Of Petroleum W.H. Fremman and Company, San
Fransisco, 1976.
4. Tiab D., Donaldson E. C., Petrophysics Theory and Practice of Measuring
Reservoir Rock and Fluid Transport Properties Second Edition, Gulf
Proffesional Publishing, USA 2004.
5. Dewan, J.T., Modern Open-Hole Log Interpretation, PennWell
Publishing Company, Tulsa, Oklahoma, Third Edition 1985.
6. Harsono, Adi., Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Edisi ke-8, 1997.
7. Deni Irawan dan Widya Utama (2009). Analisa Data Well Log (Porositas,
Saturasi Air, dan Permeabilitas) untuk menentukan Zona Hidrokarbon,
Studi Kasus: Lapangan ITS Daerah Cekungan Jawa Barat Utara.
8. Pratama Andrian Gunarso, Muh Taufiq Fathaddin Onnie Ridaliani (2015).
Analisa Well testing Sumur Lapangan T dengan Metoda Horner dan Type
Curve Derivative

17

Anda mungkin juga menyukai