SK Pengadaan Barang Jasa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

BAB I

KETENTUAN UMUM

A. Definisi / Pengertian
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Perusahaan adalah Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II yang merupakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
2. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan;
3. Direksi adalah organ Perusahaan yang bertanggungjawab atas kepengurusan
Perusahaan, untuk kepentingan dan tujuan Perusahaan serta mewakili
Perusahaan baik didalam maupun diluar pengadilan.
4. Direktur Utama adalah Pemimpin Perusahaan merangkap sebagai anggota Direksi
Perusahaan.
5. Direktur adalah Anggota Direksi Perusahaan.
6. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) adalah rencana kerja
menyeluruh untuk jangka waktu satu tahun yang telah disahkan.
7. Rencana Kerja Triwulanan (RKT) adalah rencana kerja untuk jangka waktu tiga
bulan yang telah disahkan.
8. Anggaran adalah Dana untuk membiayai Rencana Kerja Perusahaan.
9. Pengguna Anggaran adalah Direktur Utama, selaku Direksi Perusahaan Umum
(Perum) Jasa Tirta II sebagai pemegang kewenangan penggunaan anggaran
Perusahaan.
10. Kuasa Pengguna Anggaran adalah Direktur selaku anggota Direksi Perusahaan
Umum (Perum) Jasa Tirta II yang diberikan pelimpahan/ pendelegasian
kewenangan dari Pengguna Anggaran sebagai kuasa pemegang kewenangan
penggunaan anggaran Perusahaan.
11. Pengguna Barang/jasa adalah adalah Kepala Unit kerja yang diberi pelimpahan
kewenangan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk
menggunakan Barang/Jasa.
12. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit kerja yang
berfungsi melaksanakan pemilihan penyedia barang/ jasa di lingkungan
Perusahaan
13. Pelaksana Pengadaan adalah Pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan
Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan bidang tugas pokok dan fungsi yang
ditetapkan dalam struktur organisasi Perusahaan.
14. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha milik negara/ swasta , instansi/
lembaga pemerintah, badan hukum, atau orang perseorangan/badan usaha yang
kegiatan usahanya menyediakan barang/ pekerjaan konstruksi/ jasa konsultansi/
jasa lainnya.
15. Tim Pemeriksa adalah tim kerja yang tugaskan oleh Pengguna Barang/Jasa untuk
melaksanakan pemeriksaan hasil pengadaan barang/ pekerjaan konstruksi/ jasa
lainnya.
16. Tim Pendamping Jasa Konsultansi adalah tim kerja yang tugaskan oleh Pengguna
Barang/Jasa untuk melaksanakan pengawasan/pengarahan pelaksanaan jasa
konsultansi oleh penyedia jasa dan melaksanakan pemeriksaan hasil pekerjaan
jasa konsultansi.
17. Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dilakukan
oleh Perusahaan yang pembiayaannya bersumber dari anggaran perusahaan yang
telah tertuang di dalam RKAP/ RKT Perusahaan.

Page 2
18. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh Pengguna Barang. Pengadaan Barang meliputi, namun tidak
terbatas pada:
a. bahan baku;
b. barang setengah jadi;
c. barang jadi/peralatan;
d. mahluk hidup.
19. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. Pekerjaan
Konstruksi adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi
bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. Yang dimaksud dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan, meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,
elektrikal dan tata lingkungan, masing-masing beserta kelengkapannya untuk
mewujudkan suatu bangunan. Yang dimaksud dengan pembuatan wujud fisik
lainnya, meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan yang
mencakup pekerjaan untuk mewujudkan selain bangunan antara lain, namun tidak
terbatas pada:
a. konstruksi bangunan kapal, pesawat atau kendaraan tempur;
b. pekerjaan yang berhubungan dengan persiapan lahan, penggalian
dan/atau penataan lahan (landscaping);
c. perakitan atau instalasi komponen pabrikasi;
d. penghancuran (demolition) dan pembersihan (removal);
e. reboisasi.
20. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan
keahlian tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah
pikir (brainware). Pengadaan Jasa Konsultansi meliputi, namun tidak terbatas
pada:
a. jasa rekayasa (engineering);
b. jasa perencanaan (planning), perancangan (design) dan
pengawasan (supervision) untuk Pekerjaan Konstruksi;
c. jasa perencanaan (planning), perancangan (design) dan
pengawasan (supervision) untuk pekerjaan selain Pekerjaan Konstruksi, seperti
transportasi, pendidikan, kesehatan, kehutanan,perikanan, kelautan,
lingkungan hidup, kedirgantaraan,pengembangan usaha, perdagangan,
pengembangan SDM, pariwisata, pos dan telekomunikasi, pertanian,
perindustrian, pertambangan, energi;
b. jasa keahlian profesi, seperti jasa penasehatan, jasa penilaian, jasa
pendampingan, bantuan teknis, konsultan manajemen, konsultan hukum.
21. Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala
pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultansi, Jasa Konstruksi dan
pengadaan Barang. Pengadaan Jasa Lainnya meliputi, namun tidak terbatas pada:
a. jasa boga (catering service);
b. jasa layanan kebersihan (cleaning service);
c. jasa penyedia tenaga kerja;
d. jasa asuransi, perbankan dan keuangan;
e. jasa layanan kesehatan, pendidikan, pengembangan sumber daya
manusia, kependudukan;
f. jasa penerangan, iklan/ reklame, film, pemotretan;
g. jasa percetakan dan penjilidan;
h. jasa pemeliharaan/perbaikan;

Page 3
i. jasa pembersihan, pengendalian hama (pest control) dan fumigasi;
j. jasa pengepakan, pengangkutan, pengurusan dan penyampaian
barang;
k. jasa penjahitan/konveksi;
l. jasa impor/ekspor;
m. jasa penulisan dan penerjemahan;
n. jasa penyewaan;
o. jasa penyelaman;
p. jasa akomodasi;
q. jasa angkutan penumpang;
r. jasa pelaksanaan transaksi instrumen keuangan;
s. jasa penyelenggaraan acara (event organizer);
t. jasa pengamanan;
u. jasa layanan internet;
v. jasa pos dan telekomunikasi;
w. jasa pengelolaan aset.
22. Swakelola adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh pengguna barang/jasa,
instansi/lembaga pemerintah dan/atau kelompok masyarakat.
23. Harga Perkiraan Sendiri selanjutnya disebut HPS adalah harga berdasarkan hasil
perhitungan seluruh volume pekerjaan dikalikan dengan Harga Satuan ditambah
dengan seluruh beban pajak dan keuntungan.
24. Dokumen Kualifikasi adalah dokumen yang di buat dan ditetapkan oleh
ULP/Pelaksana Pengadaan untuk memilih calon penyedia barang/jasa yang
memiliki kualifikasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan dilaksanakan.
25. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh
ULP / Pelaksana Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus
ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.
26. Kontrak adalah perjanjian tertulis antara Pengguna barang/jasa dengan penyedia
barang/jasa.
27. Surat Perintah Melaksanakan Pekerjaan Secara Swakelola adalah surat perintah
yang dibuat dan ditandatangani oleh pengguna barang/jasa dan pelaksana
swakelola untuk melaksanakan pekerjaan swakelola.
28. Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk
mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme
dalam Pengadaan Barang/Jasa yang di tandatangani oleh Pengguna Barang/Jasa
atau Unit Layanan Pengadaan (ULP)/ Pelaksana Pengadaan, atauPenyedia
Barang/Jasa.
29. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara penyedia barang/jasa dalam negeri
maupun dengan luar negeri, yang masing-masing pihak mempunyai hak,
kewajiban dan tanggung jawab yang jelas, berdasarkan kesepakatan bersama
yang dituangkan dalam perjanjian tertulis.
30. Surat Jaminan adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak
bersyarat (un-conditional), yang dikeluarkan bank umum/perusahaan
penjaminan/perusahaan asuransi/ yang diberikan oleh penyedia barang/jasa
kepada Pengguna barang/jasa untuk menjamin terpenuhinya
persyaratan/kewajiban penyedia barang/jasa.
31. Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta
pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa sebelum
memasukkan penawaran.
32. Pascakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta
pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa setelah
memasukan penawaran.

Page 4
33. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai di atas Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/ Jasa Lainnya yang memenuhi syarat.
34. Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/ Jasa Lainnya dengan nilai di atas Rp.100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
35. Penunjukan Langsung dengan persetujuan Pengguna Anggaran (Direksi) adalah
metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1
(satu) Penyedia Barang/ Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya dengan nilai di atas
Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau untuk jasa konsultansi dengan nilai
di atas Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
36. Penunjukan Langsung tanpa persetujuan Pengguna Anggaran (Direksi) adalah
pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Penyedia Barang/Jasa
dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
37. Pembelian Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa secara langsung kepada
Penyedia Barang/Jasa dan atau yang terdapat di pasar, dengan nilai sampai
dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
38. Seleksi Umum adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dengan nilai
di atas Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) yang dapat diikuti oleh
semua Penyedia Jasa Konsultansi yang memenuhi syarat.
39. Seleksi Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk
pekerjaan jasa konsultansi dengan nilai di atas Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
40. Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang memperlombakan
gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak
dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
41. Kontes adalah metode pemilihan Penyedia Barang yang memperlombakan
barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang
harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
42. Pekerjaan kompleks/substansial adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi
tinggi atau mempunyai resiko tinggi atau menggunakan peralatan didesain khusus
dan atau bernilai diatas Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).
43. Penanganan Darurat adalah pekerjaan yang semata-mata hanya untuk
menanggulangi sementara/tidak permanen kerusakan akibat bencana alam yang
diketahui dengan surat pernyataan dari aparat pemerintah setempat. Pekerjaan
Yang Dirahasiakan adalah pekerjaan yang bersifat rahasia yang hanya diketahui
dan ditetapkan oleh Direksi.
44. Papan Pengumuman Resmi adalah Papan Pengumuman yang berada di kantor
pusat/kantor balai divisi/kantor divisi kepariwisataan yang digunakan untuk memuat
pengumuman pengadaan barang/jasa.
45. E-Procurment adalah salah satu sarana untuk melaksanakan tata cara pemilihan
penyedia barang/ jasa yang dilakukan secara terbuka melalui metode pelelangan
umum/ seleksi umum yang dapat diikuti oleh penyedia barang jasa yang terdaftar
pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan dalam
waktu yang telah ditentukan.
46. Portal Utama Kementerian BUMN adalah pintu gerbang sistem elektronik yang
terkait dengan informasi pengadaan barang/jasa di lingkungan kementerian BUMN
yang dikelola oleh Kementerian BUMN.

Page 5
B. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup pengadaan barang/jasa ini berlaku sebagai pedoman pelaksanaan
pengadaan barang/ jasa di lingkungan Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II
yang pembiayaannya bersumber dari anggaran Perusahaan yang didasarkan pada
Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang dituangkan dalam Rencana
Kerja Triwulanan (RKT), atau pembiayaannya bersumber dari pinjaman/ hibah luar
negeri (PHLN) baik sebagian atau seluruhnya;
2. Apabila pengadaan barang/ jasa yang dilaksanakan pembiayaannya bersumber
dari APBN/ APBD baik sebagian maupun seluruhnya, berpedoman kepada
Peraturan Presiden Nomor : 54 tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor : 70 tahun 2012 Tentang Perubahan
Peraturan Presiden Nomor : 54 tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah

C. Maksud dan Tujuan


1. Maksud di berlakukannya keputusan ini adalah sebagai pedoman pelaksanaan
pengadaan barang/jasa di lingkungan Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II.
2. Tujuan di berlakukannya keputusan ini adalah sebagai berikut :
a. Memperoleh barang/jasa yang diperlukan untuk kegiatan perusahaan secara
efektif dan efisien.
b. Mendukung penciptaan nilai tambah BUMN;
c. Meningkatkan iklim persaingan yang sehat, tertib, dan terkendali dengan cara
meningkatkan transparansi dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
d. Menyederhanakan dan mempercepat proses dan pengambilan keputusan
dalam pangadaan barang/jasa.
e. Meningkatkan kemandirian, tanggung jawab dan profesionalisme dalam
pengadaan barang/jasa.
f. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri;
g. Meningkatkan sinergi antar BUMN dan/atau Anak Perusahaan.

D. Prinsip Pengadaan
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip :
1. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan
dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;
2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan
sasaran yang ditetapkan
3. Terbuka dan bersaing (kompetitif), berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka
bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi
syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku;
4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang/jasa, termasuk syarat teknis dan administrasi pengadaan, tata cara
evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka
bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada
umumnya;
5. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada
pihak tertentu dengan cara dan atau alasan apapun;
6. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat
bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan pelayanan sesuai dengan prinsip-prinsip
serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

Page 6
7. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan
perekayasaan nasional, serta perluasan kesempatan bagi usaha kecil sepanjang
kualitas, harga dan tujuannya dapat dipertanggungjawabkan.
8. Mengutamakan sinergi antar BUMN dan/atau Anak Perusahaan sepanjang barang
dan jasa tersebut merupakan hasil produksi BUMN dan/atau Anak Perusahaan
yang bersangkutan, dan sepanjang kualitas, harga dan tujuannya dapat
dipertanggungjawabkan.

E. Etika Pengadaan
Pengguna barang/jasa, penyedia barang/jasa, dan para pihak yang terkait pengadaan
barang/jasa harus memenuhi etika sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai tanggung jawab dalam pencapaian
sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/ jasa;
2. Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga
kerahasiaan dokumen pengadaan barang/ jasa yang menurut sifatnya harus
dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan
pengadaan barang/jasa;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat
terjadinya persaingan usaha tidak sehat;
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan tertulis para pihak;
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of
interest) para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses pengadaan barang/jasa;
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan
perusahaan dalam pengadaan barang/jasa;
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan atau kolusi dengan
tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung
atau tidak langsung merugikan perusahaan;
8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang
diketahui atau patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.

F. Penggunaan Barang Produksi Dalam Negeri


1. Dalam pelaksanaan pengadaan barang/ jasa, dapat :
a. memaksimalkan penggunaan barang/ jasa hasil produksi dalam negeri,
termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional dalam pengadaan
barang/ jasa;
b. memaksimalkan penggunaan penyedia barang/ jasa nasional; dan
c. memaksimalkan penyediaan paket-paket pekerjaan untuk usaha mikro dan
usaha kecil serta koperasi kecil.
2. Perjanjian/ kontrak wajib mencantumkan persyaratan penggunaan:
a. Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang berlaku dan/atau
standar internasional yang setara dan ditetapkan oleh instansi terkait yang
berwenang.
b. Produksi dalam negeri sesuai dengan kemampuan industri nasional;
c. Tenaga ahli dan/atau penyedia barang/ jasa dalam negeri.
3. Pendayagunaan produksi dalam negeri pada proses pengadaan barang/ jasa
dilakukan sebagai berikut :
a. ketentuan dan syarat penggunaan hasil produksi dalam negeri dimuat dalam
dokumen pengadaan dan dijelaskan kepada semua peserta.
b. dalam proses evaluasi pengadaan barang/ jasa harus diteliti sebaik-baiknya
agar benar-benar merupakan hasil produksi dalam negeri dan bukan barang/
jasa impor yang dijual di dalam negeri;

Page 7
c. dalam hal sebagian bahan untuk menghasilkan barang/ jasa produksi
dalam negeri berasal dari impor, dipilih Barang/Jasa yang memiliki
komponen dalam negeri paling besar; dan
d. dalam mempersiapkan pengadaan barang/ jasa, sedapat mungkin digunakan
standar nasional dan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.
4. Dalam pelaksanaan pengadaan barang/ jasa, diupayakan agar penyedia barang/
jasa dalam negeri bertindak sebagai penyedia barang/ jasa utama, sedangkan
penyedia barang/ jasa asing dapat berperan sebagai sub-penyedia barang/ jasa
sesuai dengan kebutuhan.
5. Penggunaan tenaga ahli asing yang keahliannya belum dapat diperoleh di
Indonesia, harus disusun berdasarkan keperluan yang nyata dan diusahakan
secara terencana untuk semaksimal mungkin terjadinya pengalihan keahlian
pada tenaga kerja Indonesia.
6. Pengadaan barang yang terdiri atas bagian atau komponen dalam negeri dan
bagian atau komponen yang masih harus diimpor, dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. pemilahan atau pembagian komponen harus benar-benar mencerminkan
bagian atau komponen yang telah dapat diproduksi di dalam negeri dan
bagian atau komponen yang masih harus diimpor; dan
b. peserta pengadaan diwajibkan membuat daftar barang yang diimpor yang
dilengkapi dengan spesifikasi teknis/spesifikasi barang, jumlah dan harga
yang dilampirkan pada dokumen penawaran.
7. Pengadaan pekerjaan terintegrasi yang terdiri atas bagian atau komponen dalam
negeri dan bagian atau komponen yang masih harus diimpor, dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. pemilahan atau pembagian komponen harus benar-benar mencerminkan
bagian atau komponen yang telah dapat diproduksi di dalam negeri dan
bagian atau komponen yang masih harus diimpor;
b. pekerjaan pemasangan, pabrikasi, pengujian dan lainnya sedapat mungkin
dilakukan di dalam negeri; dan
c. peserta pengadaan diwajibkan membuat daftar barang yang diimpor yang
dilengkapi dengan spesifikasi teknis/spesifikasi barang, jumlah dan harga
yang dilampirkan pada dokumen penawaran.
8. Pengadaan barang impor dimungkinkan dalam hal :
a. Barang tersebut belum dapat diproduksi di dalam negeri;
b. spesifikasi teknis/spesifikasi Barang yang diproduksi di dalam negeri belum
memenuhi persyaratan; dan/atau
c. volume produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan.
9. Penyedia barang/ jasa yang melaksanakan pengadaan barang/ jasa yang diimpor
langsung, semaksimal mungkin menggunakan jasa pelayanan yang ada di dalam
negeri.
10. Penggunaan produk dalam negeri, dilakukan sesuai besaran komponen dalam
negeri pada setiap barang/ jasa yang ditunjukkan dengan nilai tingkat komponen
dalam negeri (TKDN).
11. Produk dalam negeri wajib digunakan jika terdapat penyedia barang/ jasa yang
menawarkan barang/ jasa dengan nilai TKDN ditambah nilai bobot manfaat
perusahaan (BMP) paling sedikit 40% (empat puluh perseratus).
12. Ketentuan sebagaimana tersebut diatas hanya diberlakukan dalam pengadaan
barang/ jasa diikuti oleh paling sedikit 3 (tiga) peserta pengadaan barang/ jasa
produk dalam negeri.
13. Pelaksanaan pengadaan barang/ jasa sebagaimana tersebut diatas, hanya
dapat diikuti oleh barang/ jasa produksi dalam negeri sepanjang barang/ jasa
tersebut sesuai dengan spesifikasi teknis/ spesifikasi barang yang
dipersyaratkan, harga yang wajar dan kemampuan penyerahan hasil Pekerjaan
dari sisi waktu maupun jumlah.

Page 8
14. Preferensi Harga
a. Preferensi harga untuk barang/ jasa dalam negeri diberlakukan pada
pengadaan barang/ jasa yang dibiayai pinjaman luar negeri melalui
Pelelangan Internasional.
b. Preferensi harga untuk barang/ jasa dalam negeri diberlakukan pada
pengadaan barang/ jasa yang dibiayai rupiah murni tetapi hanya berlaku
untuk pengadaan barang/ jasa bernilai diatas Rp. 5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
c. Preferensi harga hanya diberikan kepada barang/ jasa dalam negeri dengan
TKDN lebih besar atau sama dengan 25% (dua puluh lima perseratus).
d. Preferensi harga untuk Barang produksi dalam negeri paling tinggi 15% (lima
belas perseratus).
e. Preferensi harga untuk jasa konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor
nasional adalah 7,5% (tujuh koma lima perseratus) diatas harga penawaran
terendah dari kontraktor asing.
15. Harga Evaluasi Akhir (HEA) dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
a. preferensi terhadap komponen dalam negeri barang/ jasa adalah tingkat
komponen dalam negeri dikalikan preferensi harga;
b. preferensi harga diperhitungkan dalam evaluasi harga penawaran yang
telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis, termasuk koreksi
aritmatik;
c. perhitungan Harga Evaluasi Akhir (HEA) adalah sebagai berikut:

HEA = Harga Evaluasi Akhir.


KP = Koefisien Preferensi (Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) dikali Preferensi tertinggi Barang/ Jasa).
HP = Harga Penawaran (Harga Penawaran yang memenuhi
persyaratan lelang dan telah dievaluasi).
16. Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA yang sama,
penawar dengan TKDN terbesar adalah sebagai pemenang.
17. Pemberian preferensi harga tidak mengubah harga penawaran dan hanya
digunakan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP)/ pelaksana pengadaan untuk
keperluan perhitungan HEA guna menetapkan peringkat pemenang pelelangan/
seleksi.

G. Peran Serta Usaha Kecil


1. Dalam pengadaan barang/ jasa, pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran
mengutamakan untuk memperluas peluang usaha mikro dan usaha kecil serta
koperasi kecil.
2. Dalam proses perencanaan dan penganggaran kegiatan, pengguna anggaran/
kuasa pengguna anggaran mengarahkan dan menetapkan besaran pengadaan
barang/ jasa untuk usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil.
3. Nilai paket pekerjaan pengadaan barang/ jasa konstruksi/ jasa lainnya sampai
dengan Rp.2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah), diperuntukan bagi
usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan
yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh usaha mikro
dan usaha kecil serta koperasi kecil.
4. Perluasan peluang usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil melalui
pengadaan barang/ jasa sebagai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan
kemitraan antara usaha non-kecil dengan usaha mikro dan usaha kecil serta
koperasi kecil di lingkungan perusahaan.

Page 9
BAB II
ORGANISASI & TUGAS, WEWENANG & TANGGUNG JAWAB

A. Organisasi
1. Organisasi Melalui Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Organisasi Pengadaan barang/ jasa untuk pengadaan melalui penyedia barang/
jasa, terdiri dari :
a. Pengguna Anggaran adalah Direktur Utama
b. Kuasa Pengguna Anggaran, terdiri dari :
1) Direktur Teknik dan Pengembangan
2) Direktur Pengelolaan Air
3) Direktur Pengelolaan Listrik
4) Direktur Administrasi dan Keuangan
c. Pengguna Barang/Jasa
1) Pengguna Barang/Jasa, terdiri dari :
a) Sekretaris Perusahaan;
b) Kepala Biro
c) Kepala Divisi
2) Persyaratan pengguna barang/jasa sebagai berikut :
a) memiliki integritas moral;
b) disiplin tinggi;
c) memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya;
d) memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tegas dan
keteladanan dalam sikap dan prilaku serta tidak pernah terlibat KKN.
d. Unit Layanan Pengadaan (ULP)
1) Susunan Unit Layanan Pengadaan (ULP) terdiri dari :
a) Kepala.ULP
b) Sub.Unit Tata Usaha Pengadaan
c) Tenaga Fungsional, selaku anggota
2) Persyaratan Personil keanggotaan Unit Layanan Pengadaan (ULP), sebagai
berikut :
a) Memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan
tugas;
b) Memahami jenis pekerjaan tertentu dalam pelaksanaan kegiatan
pengadaan barang/ jasa;
c) Memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan
kompetensi yang dipersyaratkan dan atau memiliki pengalaman dalam
kegiatan pengadaan barang/ jasa; dan
d) Menandatangani Pakta Integritas.
e) Memiliki kemampuan membuat dan menyusun dokumen yang berkaitan
dengan kegiatan pengadaan serta memahami ketentuan, metode dan
prosedur Pengadaan;
f) Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Pejabat yang
menetapkannya sebagai anggota ULP;
3) Untuk memenuhi persyaratan kompetensi pelaksanaan pengadaan barang/
jasa dilingkungan Perusahaan, pejabat/ personil yang ditugaskan dalam unit
layanan pengadaan (ULP)/ pelaksana pengadaan memiliki sertifikat
pengadaan barang/ jasa yang berlaku dilingkungan Perum Jasa Tirta II;

Page 10
e. Pelaksana Pengadaan
1) Pelaksana Pengadaan, terdiri dari :
a) Pelaksana pengadaan barang/pekerjaan konstruksi di lingkungan Kantor
Pusat adalah Kepala Sub. Bagian Perlengkapan.
b) Pelaksana pengadaan jasa konsultansi/jasa lainnya di lingkungan kantor
pusat adalah petugas yang ditugaskan oleh Pengguna Barang/Jasa.
c) Pelaksana pengadaan jasa barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya di
lingkungan Divisi/ Seksi adalah petugas yang ditugaskan oleh Pengguna
Barang/Jasa.
2) Persyaratan Pelaksana Pengadaan, sebagai berikut :
a) Memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan
tugas;
b) Memahami jenis pekerjaan tertentu dalam pelaksanaan kegiatan
pengadaan barang/ jasa;
c) Memiliki kemampuan membuat dan menyusun dokumen yang berkaitan
dengan kegiatan pengadaan serta memahami ketentuan, metode dan
prosedur Pengadaan;
d) Memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya;
e) Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Pejabat yang
menetapkannya sebagai Pelaksana Pengadaan;
2. Organisasi Melalui Swakelola
Organisasi Pengadaan barang/ jasa untuk pengadaan melalui swakelola, terdiri dari :
a. Pengguna Anggaran adalah Direktur Utama
b. Kuasa Pengguna Anggaran, terdiri dari :
1) Direktur Teknik dan Pengembangan
2) Direktur Pengelolaan Air
3) Direktur Pengelolaan Listrik
4) Direktur Administrasi dan Keuangan
c. Pengguna Barang/Jasa, terdiri dari :
1) Sekretaris Perusahaan
2) Kepala Biro.
3) Kepala Divisi
d. Petugas Pelaksana/ Petugas Pengawas, sebagai berikut :
1) Petugas Pelaksana
Personil/ petugas yang di tugaskan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran atas usulan dari Pengguna Barang/Jasa sesuai
kerangka acuan kerja untuk melaksanakan pekerjaan secara Swakelola.
2) Petugas Pengawas
Personil/ petugas yang di tugaskan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran atas usulan dari Pengguna Barang/Jasa sesuai
kerangka acuan kerja untuk melaksanakan pengawasan pekerjaan secara
Swakelola dengan Jumlah pengawas pekerjaan.
3) Persayaratan Petugas Pelaksana / Petugas Pengawas, sebagai berikut :
a) memiliki integritas moral;
b) disiplin tinggi;
c) memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya;
d) memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tegas dan
keteladanan dalam sikap dan prilaku serta tidak pernah terlibat KKN.
e) memahami bidang pekerjaan yang akan dilaksanakan secara swakelola.
f) memahami tata cara pekerjaan swakelola

Page 11
B. Tugas, wewenang dan tanggung jawab

1. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab Direktur Utama selaku Pengguna Anggaran
dalam pelaksanaan pengadaan barang/ jasa, sebagai berikut :
a. Menetapkan pedoman pelaksanaan pengadaan barang/ jasa di lingkungan
Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II
b. Pembinaan, pengendalian dan pengawasan seluruh penggunaan anggaran dan
pelaksanaan pengadaan barang/ jasa dan atau pelaksanaan pekerjaan
swakelola di lingkungan Perusahaan;
c. Mengangkat dan menetapkan susunan keanggotaan Unit Layanan Pengadaan
(ULP).
d. Menetapkan tim teknis apabila diperlukan untuk pengadaan barang/ jasa yang
bersifat kompleks dan/ atau pekerjaan swakelola.
e. Menetapkan pemenang penyedia barang/ jasa berdasarkan usulan dari
pengguna barang/ jasa untuk nilai diatas Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar
rupiah)
f. Menerbitkan surat persetujuan pelaksanaan pekerjaan swakelola untuk nilai di
atas Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah)
g. Menerima dan menjawab sanggah banding sesuai dengan batas
kewenangannya.
h. Menyelesaikan konflik/perselisihan antara pengguna barang/jasa dengan Unit
Layanan Pengadaan (ULP) yang berkaitan dengan rencana dan proses
pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
i. Pembinaan dan Pengendalian terhadap penyimpanan dan pemeliharaan
seluruh Dokumen Pengadaan Barang/Jasa dan atau dokumen pelaksanaan
pekerjaan swakelola di lingkungan Perusahaan.

2. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab Direktur selaku Kuasa Pengguna Anggaran
dalam pelaksanaan pengadaan barang/ jasa, sebagai berikut :
a. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan anggaran dan
pengadaan barang/jasa konstruksi/jasa lainnya/Jasa Konsultansi dan atau
pelaksanaan pekerjaan swakelola sesuai dengan kewenangannya.
b. Menetapkan pemenang penyedia barang/jasa, dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Direktur Teknik dan Pengembangan
a) Pengadaan jasa konstruksi bidang investasi pengembangan baru
dengan nilai Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp 2 Milyar.
b) Pengadaan jasa konsultansi dengan nilai diatas Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.2.000.000.000,00 (dua
milyar rupiah)
2) Direktur Administrasi dan Keuangan
a) Pengadaan barang di lingkungan Kantor Pusat dan untuk keperluan
dan atau kebutuhan seluruh unit kerja Perusahaan diantaranya :
seragam kerja, atribut kepegawaian, buku agenda kerja perusahaan,
kalender, buku data perusahaan (company profile), pengadaan tanah,
pengadaan obat-obatan, peralatan kesehatan/K3, dan atau barang
lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, dengan nilai
Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 2 Milyar.;
b) Pengadaan Jasa Lainnya di Sekretaris Perusahaan, Biro Keuangan
dan Akuntansi, Biro Pengelolaan Penatausahaan Asset dan Umum
dan Biro Sumber Daya Manusia, dengan nilai Rp 500.000.000 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 2 Milyar.
c) Pengadaan Jasa Konstruksi di lingkungan kantor pusat, dengan nilai
Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 2 Milyar.

Page 12
3) Direktur Pengelolaan Air
Pengadaan barang/jasa konstruksi/jasa lainnya di lingkungan Biro
Pengendalian dan Pengelolaan Data dan Alokasi Air, Divisi Pengelolaan
Air I, II, III dan IV, Divisi Kepariwisataan, dengan nilai Rp 500.000.000 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 2 Milyar.
4) Direktur Pengelolaan Listrik
Pengadaan jasa lainnya di lingkungan Biro Pengusahaan dan Pelayanan
Pelanggan dan pengadaan barang/jasa konstruksi/jasa lainnya Divisi
PLTA dan Divisi Jasa Umum, dengan nilai Rp 500.000.000 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan Rp 2 Milyar
c. Menerbitkan surat persetujuan pelaksanaan pekerjaan swakelola berdasarkan
usulan dari pengguna barang/ jasa untuk nilai di atas Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).
d. Menerima dan menjawab sanggah banding sesuai dengan batas
kewenangannya
e. Menyelesaikan konflik/perselisihan antara pengguna barang/jasa dengan Unit
Layanan Pengadaan/pelaksana pengadaan.
f. Pembinaan dan Pengendalian terhadap penyimpanan dan pemeliharaan
seluruh Dokumen Pengadaan barang/Jasa Konstruksi/Jasa lainnya/Jasa
Konsultansi dan/ atau dokumen pelaksanaan pekerjaan swakelola
g. Melaksanakan wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan pelimpahan/
pendelegasian tugas dan wewenang dari Direktur Utama.
3. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Pengguna Barang/Jasa
a. Tugas pengguna barang/jasa, terdiri dari
1) Menyusun rencana pekerjaan
2) Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa meliputi antara
lain :
a) Spesifikasi teknis;
b) Kerangka acauan kerja (KAK);
c) Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS);
d) Harga Perkiraan Sendiri (HPS);
e) Gambar Desain/Detail engineer desain (ded);
f) Rancangan kontrak;
3) Menetapkan paket-paket pengadaan barang/ jasa lainnnya disertai ketentuan
mengenai peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan
pemberian kesempatan , untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil serta
kelompok masyarakat;
4) Melaksanakan pengadaan barang/jasa dengan cara tidak mengikat sebelum
tersedianya anggaran dengan persetujuan Direktur Terkait sesuai dengan
kewenangannya, penandatanganan kontrak dapat dilaksakana setelah
anggaran tersedia dalam RKAP dan RKT.
5) Dalam hal diperlukan, dapat mengusulkan kepada Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna Anggaran :
1) Perubahan paket pengadaan/ pekerjaan
2) Perubahan jadwal kegiatan pengadaan
6) Apabila diperlukan pengguna barang/jasa dapat menetapkan besaran uang
muka pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang diatur dalam dokumen
pengadaan.
7) Menyiapkan konfirmasi ketersediaan anggaran pengadaan barang/ jasa.
8) Apabila pelaksana pengadaan barang/jasa pada unit kerjanya belum
tertuang dalam tupoksinya maka Pengguna Barang/Jasa menugaskan
petugas pelaksana pengadaan barang/jasa di lingkungan unit kerjanya.

Page 13
9) Memberikan instruksi dan menyerahkan bahan-bahan untuk menyusun
dokumen pengadaan antara lain ; Harga Perkiraan Sendiri (HPS), spesifikasi
teknis/ spesifikasi / kerangka acuan kerja, rencana kerja dan syarat-syarat,
detail engineer desain (ded), rencana anggaran biaya dan informasi
ketersediaan anggaran, jadwal pelaksanaan pekerjaan barang/jasa,
rancangan kontrak, yang ditujukan kepada Unit Layanan Pengadaan
(ULP)/Pelaksana Pengadaan.
10) Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan
barang/jasa dimulai.
11) Mengusulkan penetapan pemenang penyedia barang/ jasa kepada Direktur
Utama selaku pengguna anggaran dengan nilai di atas Rp 2 M;
12) Mengusulkan penetapan pemenang penyedia barang/ jasa kepada Direktur
Terkait selaku Kuasa Pengguna Anggaran dengan nilai di atas
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 2 M.
13) Menerbitkan surat penetapan pemenang penyedia barang/ jasa berdasarkan
usulan dari Pelaksana Pengadaan untuk pengadaan barang/ pekerjaan
konstruksi/ jasa lainnya dengan nilai diatas Rp. 100.000.000 (seratus juta
rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan jasa
konsultansi dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
14) Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ).
15) Menandatangani kontrak pengadaan barang/jasa sesuai dengan
kewenangannya.
16) Dilarang mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia barang/jasa apabila
belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang akan
mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia dalam Rencana
Kerja Triwulan (RKT) untuk kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
17) Khusus untuk pengadaan barang/ jasa yang bersifat berkelanjutan dan atau
untuk keperluan yang bersifat mendesak, sebelum diterbitkan pengesahan
RKAP/ RKT dapat dilakukan proses pengadaan barang/ jasa dengan terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan dari Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna
Anggaran.
18) Melaksanakan kontrak dengan penyedia barang/ jasa
19) Mengendalikan pelaksanaan kontrak
20) Menerbitkan surat penugasan untuk:
a) Direksi pekerjaan, direksi lapangan, tim pengawas, tim pemeriksa.
b) Tim pendamping untuk melaksanakan pendampingan dan pemeriksaan
pekerjaan jasa konsultansi.
21) Melaporkan kemajuan penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan
pengadaan barang / jasa kepada Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna
Anggaran.
22) Melaporkan pelaksanaan/ penyelesaian pengadaan barang / jasa kepada
Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran.
23) Menerima hasil pekerjaan pengadaan barang / jasa yang dituangkan dalam
berita acara serah terima (BAST).
24) Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
pengadaan barang/ jasa.

Page 14
b. Wewenang dan Tanggung Jawab Pengguna Barang/Jasa :
1) Sekretaris Perusahaan
a) Pengadaan Jasa Konsultansi untuk bidang pekerjaan meliputi :
penyusunan peraturan Perusahaan (legal drafting), bidang pekerjaan
lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
b) Pengadaan Jasa Lainnya untuk bidang pekerjaan meliputi :
kepengacaraan, hubungan masyarakat/ event organiser (EO), jasa
lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2) Biro Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan
a) Pengadaan pekerjaan konstruksi untuk bidang investasi pengembangan
usaha baru
b) Pengadaan Jasa Konsultansi untuk bidang pekerjaan meliputi : bidang
investasi pengembangan baru, bidang KPI (key permofomance indicator),
pengadaan jasa konsultansi master plan perusahaan (pengembangan
perusahaan), bidang penelitian dan pengembangan SDA dan Non SDA,
pengembangan usaha, sertifikasi sistem manajemen, penyusunan
sistem manajemen, sistem informasi manajemen, sistem informasi (SDA
dan non SDA) sertifikasi laboratorium sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya
3) Biro Pengendalian dan Pengelolaan Data dan Alokasi Air
Pengadaan Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya di bidang SDA termasuk tidak
terkecuali untuk bidang pekerjaan meliputi : teknologi modifikasi cuaca,
pengolahan data SDA, perencanaan teknis SDA sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya
4) Biro Pengusahaan dan Pelayanan Pelanggan
Pengadaan Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya di bidang pengusahaan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya
5) Biro Keuangan dan Akuntansi
Pengadaan Jasa Konsultansi/jasa lainnya untuk bidang keuangan dan
perpajakan termasuk tidak terkecuali untuk bidang pekerjaan meliputi : jasa
auditor bidang keuangan/ akuntan publik (KAP), jasa penilaian asset tidak
berwujud, perpajakan, penyusunan laporan keuangan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
6) Biro Pengelolaan Penatausahaan Asset dan Umum
a) Pengadaan barang di lingkungan Kantor Pusat dan untuk keperluan dan
atau kebutuhan seluruh unit kerja Perusahaan diantaranya : seragam
kerja, atribut kepegawaian, buku agenda kerja perusahaan, kalender,
buku data perusahaan (company profile), pengadaan tanah, pengadaan
obat-obatan, peralatan kesehatan/K3, dan atau barang lainnya sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya;
b) Pengadaan Jasa Lainnya untuk bidang pekerjaan meliputi : notaris,
asuransi asset Perusahaan, jasa penyimpanan/pengamanan dokumen
dan kearsipan Perusahaan, pelayanan umum/kerumahtanggaan kantor,
penyewaan kendaraan dinas, jasa pemeliharaan peralatan kantor dan
peralatan rumah tangga, jaringan sistem informasi/jaringan sistem
komunikasi, jasa penilaian asset berwujud dan bidang lainnya sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya.
c) Pengadaan Jasa Konstruksi di lingkungan kantor pusat.
d) Pengadaan jasa konsultansi untuk bidang pekerjaan meliputi :
inventarisasi/ penilaian asset dan bidang lainnya sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.

Page 15
7) Biro Sumber Daya Manusia
Pengadaan Jasa Konsultansi/jasa lainnya untuk bidang SDM termasuk tidak
terkecuali untuk bidang pekerjaan meliputi : Perencanaan dan
Pengembangan pegawai, Rekruitment pegawai, kemampuan kompetensi
pegawai, pendidikan dan pelatihaan (Diklat) pegawai, Tenaga kerja waktu
tertentu dan atau tenaga kerja outsourching, pembinaan kepegawaian, jasa
pelayanan kesehatan, asuransi jiwa/kecelakaan kerja dan kesehatan untuk
pegawai, asuransi purna jabatan untuk Direksi/ Dewas sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
8) Kepala Divisi
Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya di lingkungan Divisi.

4. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Pengguna Barang/Jasa dalam pekerjaan


swakelola terdiri dari :
a. Menyusun rencana pekerjaan secara swakelola
b. Menyusun dan menetapkan rencana pelaksanaan pekerjaan secara swakelola
yang meliputi ;
1) Spesifikasi teknis / spesifikasi barang/ jasa; dan/atau
2) Kerangka acauan kerja (KAK);
3) Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS);
4) Menyusun dan menetapkan HPS;
5) Gambar Desain / Detail engineer desain (DED)
6) Rancangan Surat Perintah Melaksanakan Pekerjaan Secara Swakelola
(SPMPSS);
c. Mengajukan permohonan persetujuan pelaksanaan pekerjaan swakelola untuk
pekerjaan swakelola dengan nilai diatas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) kepada Direktur Utama selaku pengguna anggaran/ Direktur terkait
dilingkungan unit kerjanya selaku kuasa pengguna anggaran sesuai dengan
batasan kewenangannya;
d. Menerbitkan persetujuan pelaksanaan pekerjaan swakelola untuk pekerjaan
swakelola berdasarkan usulan dari pelaksana di unit kerjanya dengan nilai sampai
dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);
e. Dalam hal diperlukan dapat mengusulkan kepada Pengguna Anggaran/ Kuasa
Pengguna Anggaran :
1) Perubahan paket pekerjaan swakelola
2) Perubahan jadwal kegiatan pekerjaan swakelola
f. Apabila diperlukan pengguna barang/jasa dapat menetapkan besaran uang muka
pelaksanaan pekerjaan swakelola yang diatur dalam dokumen swakelola.
g. Menyiapkan konfirmasi ketersediaan anggaran pekerjaan swakelola
h. Memberikan instruksi dan menyerahkan bahan-bahan untuk menyusun dokumen
swakelola antara lain ; spesifikasi teknis/ spesifikasi barang /kerangka acuan,
gambar rencana kerja, rencana anggaran biaya pekerjaan dan informasi
ketersediaan anggaran, jadwal pelaksanaan pekerjaan swakelola yang ditujukan
kepada tim pelaksanaan pekerjaan swakelola.
i. Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pekerjaan swakelola
dimulai.

Page 16
j. Dilarang mengadakan ikatan pekerjaan swakelola apabila belum tersedia
anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang akan mengakibatkan
dilampauinya batas anggaran yang tersedia dalam Rencana Kerja Triwulan (RKT)
untuk kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
k. Khusus untuk pengadaan barang/ jasa yang bersifat berkelanjutan dan atau untuk
keperluan yang bersifat mendesak, sebelum diterbitkan pengesahan RKAP/ RKT
dapat dilakukan proses pengadaan barang/ jasa dengan terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran.
l. Menandatangani Surat Perintah Melaksanakan Pekerjaan Swakelola (SPMPS)
sesuai dengan kewenangannya.
m. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan swakelola
n. Menerbitkan surat penugasan :
1) Petugas pelaksana pekerjaan secara swakelola
2) Petugas pengawas untuk mengawasi pekerjaan swakelola
3) Tim pendamping untuk pekerjaan jasa konsultansi.
o. Melaporkan kemajuan penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan
pekerjaan secara swakelola kepada Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna
Anggaran.
p. Melaporkan pelaksanaan/ penyelesaian pekerjaan swakelola kepada Pengguna
Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran.
q. Menerima hasil pekerjaan pekerjaan swakelola yang dituangkan dalam berita
acara serah terima (BAST).
r. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan pekerjaan
swakelola.
5. Unit Layanan Pengadaan (ULP)
a. Tugas pokok Unit Layanan Pengadaan (ULP) meliputi :
1) Menyusun usulan rencana kerja anggaran unit layanan pengadaan
2) Menyusun usulan rencana biaya kegiatan pelaksanaan pengadaan
barang/jasa
3) Menerima instruksi dan bahan-bahan untuk menyusun dokumen pengadaan
antara lain Harga Perkiraan Sendiri (HPS) spesifikasi teknis/ spesifikasi
barang / kerangka acuan kerja/rencana kerja dan syarat-syarat, detail
engineer desain (ded), rencana anggaran biaya pekerjaan dan informasi
ketersediaan anggaran, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan barang/jasa
dari pengguna barang/jasa. Jika Unit Layanan Pengadaan (ULP) memerlukan
penjelasan dapat mengajukan klarifikasi kepada pengguna barang/jasa.
4) Menyusun jadwal, menetapkan cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan;
5) Dalam hal Pengadaan Barang/Jasa bersifat khusus dan/ atau memerlukan
keahlian khusus, Unit Layanan Pengadaan (ULP) dapat mengusulkan tim
teknis kepada Direksi/Pengguna Anggaran;
6) Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/
jasa dimulai;
7) Menginventarisir paket-paket yang akan dilelang/seleksi;
8) Melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa;
9) Menetapkan Dokumen Pengadaan;
10) Menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran;
11) Mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di papan
pengumuman resmi dan atau media massa dan atau media electronik/
website perusahaan yang telah terhubung dengan portal BUMN;
12) Menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi;
13) Menerima pemasukan penawaran;
14) Melakukan pembukaan penawaran
15) Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang
masuk;

Page 17
16) Mengusulkan penetapan pemenang pengadaan barang/jasa kepada
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran/pengguna barang/jasa sesuai
dengan batas kewenangannya;
17) Mengumumkan penetapan pemenang pengadaan barang/jasa kepada
pengguna barang/jasa;
18) Menerima dan menjawab sanggahan;
19) Mengusulkan penunjukan Penyedia Barang/Jasa kepada Pengguna Barang/
Jasa
20) Menyerahkan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada
Pengguna Barang/ Jasa;
21) Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan barang/jasa kepada
pengguna barang/jasa.
22) Menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
23) Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Pengadaan
Barang/ Jasa kepada Pengguna Barang/ Jasa.
24) Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Pengguna
Barang/Jasa

b. Wewenang dan tanggung jawab ULP adalah sebagai berikut :


Melaksanakan proses pemilihan penyedia barang/jasa untuk pengadaan
barang/jasa meliputi :
1) Pengadaan barang/ jasa pekerjaan konstruksi/ jasa lainnya dengan nilai di
atas Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2) Pengadaan jasa konsultansi dengan nilai di atas Rp.50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah)

c. Selain tugas pokok dan kewewenangan ULP, dalam hal diperlukan ULP dapat
mengusulkan kepada Pengguna Barang/ Jasa :
1) perubahan Harga Perkiraan Sendiri(HPS); dan/atau
2) perubahan spesifikasi teknis/ spesifikasi barang.

6. Pelaksana Pengadaan
a. Tugas pokok pelaksana pengadaan meliputi :
1) Melaksanakan pengadaan barang/ jasa melalui penunjukan langsung tanpa
persetujuan Direksi
2) Menyusun usulan rencana biaya kegiatan pelaksanaan pengadaan
barang/jasa
3) Menerima instruksi dan bahan-bahan untuk menyusun dokumen pengadaan
antara lain Harga Perkiraan Sendiri (HPS) spesifikasi teknis/ spesifikasi
barang / kerangka acuan kerja/rencana kerja dan syarat-syarat, detail
engineer desain (ded), rencana anggaran biaya pekerjaan dan informasi
ketersediaan anggaran, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan barang/jasa
dari pengguna barang/jasa.
4) Menyusun jadwal, menetapkan cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan;
5) Dalam hal Pengadaan Barang/Jasa bersifat khusus dan/ atau memerlukan
keahlian khusus, pelaksana pengadaan dapat mengusulkan tim teknis
kepada Direksi/Pengguna Anggaran;
6) Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/
jasa dimulai;
7) Menginventarisir paket-paket yang akan dilelang/seleksi;
8) Melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa;
9) Menetapkan Dokumen Pengadaan;
10) Menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran;

Page 18
11) Mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di papan
pengumuman resmi dan atau media massa dan atau media electronik/
website perusahaan yang telah terhubung dengan portal BUMN;
12) Menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi;
13) Menerima pemasukan penawaran;
14) Melakukan pembukaan penawaran
15) Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran
yang masuk;
16) Mengusulkan penetapan pemenang pengadaan barang/jasa kepada
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran/pengguna barang/jasa
sesuai dengan batas kewenangannya;
17) Mengumumkan penetapan pemenang pengadaan barang/jasa kepada
pengguna barang/jasa;
18) Menerima dan menjawab sanggahan;
19) Mengusulkan penunjukan Penyedia Barang/Jasa kepada Pengguna Barang/
Jasa
20) Menyerahkan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada
Pengguna Barang/ Jasa;
21) Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan barang/jasa
kepada pengguna barang/jasa.
22) Menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
23) Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Pengadaan
Barang/ Jasa kepada Pengguna Barang/ Jasa.
24) Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Pengguna
Barang/Jasa
25) Melaksanakan pengadaan barang/ jasa melalui pembelian langsung, terdiri
dari :
a) Menyusun rencana kebutuhan barang/jasa
b) Menyusun Rencana Anggaran Biaya
c) Menyampaikan rencana pengadaan kepada pengguna barang/jasa
melalui atasan langsung.
d) Menyiapkan Konfirmasi Anggaran
e) Menyiapkan dan menyusun daftar permintaan dana.
f) Mengusulkan permohonan uang muka
g) Melaksanakan pembelian langsung
h) Melaporkan hasil pembelian langsung kepada pengguna barang/jasa
melalui atasan langsung.
i) Mempertanggungjawabkan hasil pembelian langsung barang/jasa
dalam bentuk bukti pembayaran/ nota/ kuitansi, dan untuk pekerjaan
jasa konstruksi di lengkapi dengan rincian anggaran biaya, gambar
rencana, foto/dokumentasi/spesifikasi teknis.

b. Wewenang dan tanggung jawab Pelaksana Pengadaan, diatur sebagai berikut :


1) Melaksanakan pengadaan barang/jasa untuk nilai sampai dengan
Rp. 500.000.000 (lima ratus juta Rupiah) dan jasa konsultansi untuk nilai
sampai dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta Rupiah) sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya.
2) Di lingkungan Seksi :
Melaksanakan Pengadaan barang/ Pekerjaan Konstruksi / jasa lainnya
untuk nilai sampai dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta Rupiah) sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya.

Page 19
BAB III
KETENTUAN PENGADAAN

A. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa


1. Pengguna Barang/Jasa menyusun Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa sesuai
dengan kebutuhan Perusahaan yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran yang di tuangkan dalam RKAP/RKT.
2. Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud angka 1 di atas
meliputi :
a. kegiatan dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa yang akan dibiayai oleh
Perusahaan sendiri; dan/atau
b. kegiatan dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa yang akan dibiayai
berdasarkan kerja sama antar Perusahaan secara pembiayaan bersama co-
financing, sepanjang diperlukan.
3. Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa meliputi kegiatan- kegiatan sebagai
berikut :
c. Mengindentifikasi kebutuhan Barang/Jasa yang diperlukan Perusahaan;
d. Menyusun dan menetapkan rencana penganggaran untuk Pengadaan
Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada angka 2 diatas;
e. menetapkan kebijakan umum tentang:
1) rencana pekerjaan
2) rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa, meliputi :
a) Spesifikasi teknis / spesifikasi barang/ jasa dan gambar desain ;dan
atau
b) Kerangka Acuan Kerja (KAK)
c) Rencana Anggaran Biaya (RAB)
d) Detail engineer desain (ded)
e) Rancangan kontrak
f) pemaketan pengadaan barang/ jasa lainnnya disertai ketentuan
mengenai peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan
peningkatan pemberian kesempatan, untuk usaha kecil termasuk
koperasi serta kelompok masyarakat.
3) Dalam hal diperlukan pengguna barang/jasa dapat mengusulkan kepada
Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran :
a) Perubahan paket pengadaan/ pekerjaan
b) Perubahan jadwal kegiatan pengadaan
f. Kerangka Acuan Kerja (KAK) sebagaimana dimaksud di atas sekurang-
kurangnya memuat :
1) uraian kegiatan yang akan dilaksanakan;
2) waktu pelaksanaan yang diperlukan;
3) spesifikasi teknis / spesifikasi Barang/Jasa yang akan diadakan;
4) besarnya total perkiraan biaya pekerjaan.
3. Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyak-banyaknya paket usaha untuk
Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip
efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis.
4. Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, Pengguna Barang/ Jasa dilarang:
a. menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa
lokasi/ daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya yang
seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/ daerah masing-masing;
b. menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut sifat dan jenis
pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau besaran nilainya yang seharusnya
dilakukan oleh Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil;

Page 20
c. memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa paket dengan maksud
menghindari pelelangan; dan/atau menentukan kriteria, persyaratan atau
prosedur pengadaan yang diskriminatif dan/atau dengan pertimbangan
yang tidak obyektif.

B. Persiapan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa


1. Persiapan pemilihan penyedia barang/jasa, meliputi :
a. Rencana Umum Pengadaan
b. Pengkajian Ulang Rencana Umum Pengadaan
c. Penyusunan dan Penetapan Rencana Pelaksanaan Pengadaan
d. Pemilihan Sistem Pengadaan
e. Pemilihan Metode Penilaian Kualifikasi Pengadaan
f. Pemilihan Metode Penyampaian Dokumen Penawaran
g. Pemilihan Metode Evaluasi
h. Penyusunan Tahapan Pelelangan
i. Penyusunan Jadwal Pelelangan
j. Pemilihan Jenis Kontrak
k. Penyusunan Dokumen Pengadaan
2. Persiapan pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
sebagaimana tersebut pada angka 1 diatas diatur lebih rinci dalam lampiran 1 dan
persiapan pemilihan penyedia pengadaan jasa konsultansi diatur lebih rinci dalam
lampiran 10 keputusan ini.

C. Pengadaan Barang/Jasa Jangka Panjang (Multi Years)


Untuk pekerjaan yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun atau multi-year,
maka dapat dilakukan Pengadaan Barang dan Jasa 1 (satu) kali untuk jangka waktu
Iebih dari 1 (satu) tahun yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik, sepanjang
kualitas, harga, dan tujuannya dapat dipertanggungjawabkan, dengan mengikuti
ketentuan sebagai berikut :
1. Pengguna barang/ jasa mengusulkan rencana anggaran biaya dan formulasi
penyesuaian harga kepada Direksi selaku pengguna anggaran/ kuasa pengguna
anggaran dan proses pengadaan barang/ jasa dapat dimulai setelah adanya
penetapan Direksi mengenai hal tersebut.
2. Dalam menentukan rencana anggaran biaya, pengguna barang/ jasa perlu
membuat formulasi penyesuaian harga tertentu baik untuk kenaikan maupun
penurunan yang disesuaikan dengan kondisi pasar dan kondisi ekonomi (best
practice) yang berlaku.
3. Dilakukan peninjauan terhadap spesifik, kualitas, harga, dan tujuan yang dapat
dipertanggungjawabkan setiap tahun anggaran.
4. Apabila pengguna barang/jasa tidak menyediakan anggaran pada tahun berikutnya
maka pekerjaan dapat dihentikan.

D. Pengadaan Barang/Jasa yang Bersifat Kompleks/Substansial


1 Direktur utama selaku pengguna anggaran bersama Direktur selaku kuasa pengguna
anggaran dapat menentukan pengadaan barang/ jasa tertentu yang bersifat
subtansial/ kompleks (bukan bersifat rutin), selanjutnya mengajukan usulan
persetujuan kepada Dewan Pengawas.
2 Setelah dilakukan pengadaan barang/ jasa yang bersifat substansial/ kompleks
tersebut, maka pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran berdasarkan
laporan hasil pengadaan barang/ jasa dari pengguna barang/ jasa, melaporkan
proses pelaksanaan dan hasil pengadaan yang telah dilaksanakan kepada Dewan
Pengawas.

Page 21
E. Keikutsertaan Perusahaan Asing
1. Perusahaan asing dapat ikut serta di dalam pengadaan barang/ jasa dengan nilai :
a. Untuk jasa pemborongan di atas Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah)
b. Untuk barang/jasa lainnya di atas Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah);
c. Untuk jasa konsultansi di atas Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Perusahaan Asing yang ikut serta dalam pelaksanaan pengadaan barang/ jasa
harus melakukan kerjasama usaha dengan perusahaan nasional dalam negeri
berupa kemitraan, subkontrak dan lain-lain, apabila ada perusahaan nasional
dalam negeri yang memiliki kemampuan/ komptensi dibidang yang bersangkutan.

F. Pengadaan Barang/Jasa Yang di Biayai Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri


1. Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai dana pinjaman / hibah luar negeri (PHLN)
terdiri dari kegiatan :
a. perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dengan PHLN; dan
b. pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dengan PHLN.
2. pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran merencanakan pengadaan
barang/ jasa dengan memperhatikan penggunaan spesifikasi teknis / spesifikasi
barang, kualifikasi, standar nasional dan kemampuan/potensi nasional.
3. Dalam merencanakan pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud pada
angka 2 harus memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri sesuai dengan
kemampuan/ potensi nasional dan standar nasional dalam hal :
a. studi kelayakan dan rancang bangun proyek;
b. penyiapan dokumen pengadaan/KAK.
4. Kriteria dan tata cara evaluasi dalam dokumen pengadaan mencantumkan
rumusan peran serta penyedia barang/ jasa nasional dan preferensi harga yang
ditetapkan.
5. Dalam penyusunan rancangan kontrak, perlu dicantumkan kewajiban
penggunaan produksi dalam negeri.
6. pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran dalam melaksanakan pekerjaan
yang dibiayai dari PHLN, wajib memahami :
a. Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri (NPPLN)/ Naskah Perjanjian Hibah
Luar Negeri (NPHLN) atau dokumen kesepahaman;
b. ketentuan-ketentuan pelaksanaan proyek pengadaan barang/ jasa setelah
NPPLN/ NPHLN disepakati.
7. Pengadaan barang/ jasa yang dibiayai oleh Lembaga Penjamin Kredit
Ekspor/Kredit Swasta Asing dilakukan melalui pelelangan/ seleksi
internasional.
8. Pengadaan barang/ jasa sebagaimana dimaksud pada angka 6 diatas, harus
merupakan proyek prioritas yang tercantum dalam Daftar Rencana Prioritas
Pinjaman Hibah Luar Negeri (DRPPHLN).
9. Dalam pengadaan barang/ jasa yang dananya bersumber dari lembaga penjamin
kredit ekspor, peserta pelelangan/ seleksi internasional memasukkan
penawaran administratif, teknis, harga dan sumber pendanan beserta
persyaratannya sesuai dengan ketentuan dan norma yang berlaku secara
internasional.
10. Evaluasi penawaran sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada angka 8
diatas, dilakukan dengan metode perhitungan biaya efektif.

Page 22
G. Pengendalian dan Pengawasan/ Pemeriksaan
1. Pengendalian
a. Organisasi pengadaan yang terdiri dari pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran/, pengguna barang/ jasa, unit layanan pengadaan, pelaksana
pengadaan dilingkungan perusahaan dilarang melakukan pungutan dalam
bentuk apapun dalam pelaksanaan pengadaan barang/ jasa.
b. Pengguna barang/ jasa, unit layanan pengadaan, pelaksana pengadaan
melaporkan secara berkala realisasi pengadaan barang/jasa kepada Direksi
selaku Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.

2. Pengawasan/ Pemeriksaan
Direksi selaku pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran melakukan
pengawasan terhadap pengguna barang/ jasa dan Unit Layanan Pengadaan/
pelaksana pengadaan di lingkungan perusahaan pada masing masing unit kerja
terkait, dan menugaskan personil/ petugas satuan pengawasan intern (SPI) di
lingkungan Perusaahaan untuk melakukan audit/ pemeriksaan hasil pelaksanaan
pengadaan barang/ jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB IV
TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA

A. Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya


Tata cara pelaksanaan pengadaan barang/ pekerjaan konstruksi/ jasa lainnya dilakukan
dengan cara :
1. Pelelangan Umum
2. Pemilihan Langsung
3. Penunjukan Langsung, terdiri dari :
a. penunjukan langsung dengan persetujuan Direksi
b. penunjukan langsung tanpa persetujuan Direksi
4. Pembelian Langsung
5. Kontes & Sayembara
Tata cara pelaksanaan pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya diatur
lebih rinci dalam Lampiran 2 sampai dengan Lampiran 9 Keputusan ini.

B. Pengadaan Jasa Konsultansi


Tata cara pelaksanaan pengadaan Jasa Konsultansi dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Seleksi Umum
2. Seleksi Langsung
3. Penunjukan Langsung :
a. Penunjukan Langsung dengan persetujuan Direksi;
b. Penunjukan Langsung tanpa persetujuan Direksi;
4. Sayembara
Tata cara pelaksanaan pengadaan jasa konsultansi diatur lebih rinci dalam Lampiran 11
sampai dengan Lampiran 18 Keputusan ini.

Page 23
C. Swakelola
Pekerjaan swakelola dapat dilaksanakan oleh :
1. Pengguna Barang/Jasa di lingkungan Perusahaan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri oleh pengguna barang/ jasa
dilingkungan Perusahaan; dan
b. mempergunakan pegawai sendiri, pegawai Perusahaan lain dan/ atau dapat
menggunakan tenaga ahli.

2. Instansi Pemerintah Lain Pelaksana Swakelola dengan ketentuan sebagai berikut :


a. direncanakan dan diawasi oleh pengguna barang/ jasa di lingkungan
Perusahaan; dan
b. pelaksanaan pekerjaannya dilakukan oleh instansi pemerintah lain.;

3. Kelompok Masyarakat dengan ketentuan sebagai berikut :


a. direncanakan, dilaksanakan dan diawasi oleh Kelompok Masyarakat;
b. sasaran ditentukan oleh pengguna barang/ jasa di lingkungan;
c. pekerjaan utama dilarang untuk dialihkan kepada pihak lain (subkontrak).
Tata cara pelaksanaan swakelola diatur lebih rinci di Lampiran 19.

D. Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (Eproc)


Pengadaan barang/jasa secara elektronik akan dilaksanakan secara bertahap dalam
prosedur tersendiri selambat-lambatnya tahun 2015.

BAB V
ADMINISTRASI PENGADAAN BARANG/JASA & PENCATATAN

A. Penatausahaan dan Pencatatan Pengadaan Barang/Jasa


1. Semua tahapan kegiatan pengadaan barang/ jasa yang dilaksanakan oleh pengguna
barang/ jasa, unit layanan pengadaan, dan pelaksana pengadaan harus
ditatausahakan, dicatat dan didokumentasikan secara tertib, benar dan sesuai
dengan ketentuan lainnya yang berlaku di lingkungan Perusahaan.
2. Form-form/blanko pengadaan barang/jasa di atur lebih rinci dalam Lampiran 20
Keputusan ini.
3. Form-form/ blanko penatausahaan dan pencatatan pengadaan barang/ jasa akan
diatur lebih lanjut dengan keputusan Direksi.

B. Evaluasi Kinerja Penyedia Pengadaan Barang/Jasa


1 Salah satu dasar dalam penyusunan rekam jejak (track record) penyedia barang/
jasa yang teruji dan memberikan rangsangan kepada penyedia barang/ jasa
terhadap kegiatan pengadaan barang/ jasa dengan memberikan kinerja yang baik
kepada perusahaan.
2 Pelaksanaan dan penyusunan evaluasi kinerja penyedia barang/ jasa dilaksanakan
oleh pengguna barang/ jasa/ Unit Layanan Pengadaan/ pelaksana pengadaan yang
berada dilingkungan perusahaan
3 Kegiatan evaluasi terhadap penyedia barang/ jasa yang dilakukan mulai dari tahapan
kualifikasi, membandingkan antara rencana pelaksanaan dengan jadwal
pelaksanaan pekerjaan/ pengadaan barang/ jasa yang telah disepakti dalam
ketentuan kontrak, progress dan hasil pekerjaan/ pengadaan barang/ jasa.
4 Bagi penyedia barang/ jasa yang tidak memenuhi hasil evaluasi, maka kepada
penyedia barang/ jasa tidak dapat dimasukan kedalam daftar jejak rekam (track
record) yang lulus evaluasi.

Page 24
5 Tata cara evaluasi kinerja penyedia barang/ jasa sebagaimana diatur dalam Instruksi
Kerja (IK) dalam Sistem Manajemen Perusahaan.
6 Dalam menyusun rekam jejak (track record) penyedia barang/ jasa, perusahaan
dapat meminta daftar jejak rekam (track record) yang dimiliki oleh BUMN lainnya.

BAB VI
SANKSI

Pelanggaran dan atau penyimpangan terhadap segala ketentuan dalam Keputusan ini,
kepada pelakunya dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN

1 Ketentuan pengadaan barang/ jasa yang dilakukan melalui pola kerja sama antara
perusahaan dan badan usaha lainnya baik swasta maupun pemerintah dalam rangka
pengadaan barang/ jasa, diatur dengan keputusan tersendiri.
2 Ketentuan pengadaan tanah mengacu pada peraturan perundang - undangan yang
berlaku.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

1 Penggunaan e-Procurement dalam pengadaan barang/ jasa dilingkungan perusahaan


apabila telah tersedia prasarana dan sarana fasilitas sistem informasi pengadaan
barang/ jasa.

2 Dengan berlakunya Ketentuan ini, maka pengadaan barang/ jasa yang dilaksanakan
sebelum dan atau sedang dilaksanakan (proses) berdasarkan Keputusan Direksi Perum
Jasa Tirta II Nomor : 1/297/KPTS/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/ Jasa Di Lingkungan Perum Jasa Tirta II dan perubahannya, dilanjutkan dengan
tetap berpedoman pada Keputusan Direksi Perum Jasa Tirta II Nomor :
1/297/KPTS/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Di
Lingkungan Perum Jasa Tirta II dan ketentuan lainnya yang ditetapkan oleh Direksi
yang mengatur mengenai pengadaan barang/ jasa dan perubahannya.

Page 25
BAB IX
PENUTUP

1 Lampiran-lampiran yang tercantum dalam Keputusan ini merupakan satu kesatuan dan
bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
2 Keputusan Direksi Perum Jasa Tirta II Nomor : 1/297/KPTS/2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Di Lingkungan Perum Jasa Tirta II dan
perubahannya, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sejak tanggal ditetapkannya
ketentuan ini.
3 Hal-hal yang belum diatur dan atau belum cukup diatur dalam keputusan ini, akan diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Direksi;
4 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : J A T I L U H U R
Pada Tanggal : 3 Juni 2013
DIREKSI PERUM JASA TIRTA II
Direktur Utama,

Herman Idrus, CES

Page 26

Anda mungkin juga menyukai