Anda di halaman 1dari 22

I.

JUDUL PERCOBAAN : TITRASI ASAM BASA


II. TANGGAL PERCOBAAN : 17 November 2016, pukul 13:00
III.SELESAI PERCOBAAN : 17 November 2016, pukul 16:00
IV. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat.
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH

V. TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi yaitu metode yang baik untuk menentukan konsentrasi
larutan yang telah diketehui standartnya, maka dapat ditentukan
konsentrasi larutan yang dititrasi. Titrasi Asam Basa didasarkan atas reaksi
netralisasi asam dengan basa. Pada titik ekivalen, jumlah yang di titrasi
ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik
ekivalen ini biasanya dipakai suatu indikator asam basa, yaitu s1uatu zat
yang berubah warnanya tergantung pada pH larutan. Macam indikator
yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga pH titik ekivalen titrasi
terdapat pada daerah perubahan warna indikator. Jika pada suatu titrasi
dengan indikator tertentu timbul perubahan warna maka titik akhir telah
tercapai. Jadi titik akhir titrasi dapat ditandai saat perubahan warna
indikator yang dipakai. Titik akhir titrasi tidak selalu berhimpit dengan
titik ekivalen dan kesalahannya disebut dengan kesalahan titrasi.
Kesalahan titrasi dapat diperkecil dengan cara memilih indikator yang
setepat mungkin.

Asam dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna menjadi ion-

+

ionnya. Asam kuat terurai menjadi ion hidronium ( H 3O ) dan basa

konjugasinya, Basa Kuat dalam air akan terurai menjadi ion hidroksida (


OH dan asam konjugasinya. Titrasi asam dan basa kuat pada dasarnya

merupakan reaksi penetralan sehingga titik ekivalennya tercapai jika pH


larutan sama dengan pH air murni yaitu 7.
Titik ekivalen reaksi asam kuat dan basa kuat pada dasarnya
merupakan reaksi ion hidronium dan ion hidroksida.

OH
(aq) H 2 O(l)
+
H 3 O(aq) +

pH: pOH: 7

Titrasi asam kuat dengan basa lemah, asam kuat akan terionisasi
dengan sempurna, sedangkan basa lemah terionisasi sebagian. Pada titik
ekivalen akan terdapat campuran asam dan Basa Bronsted-Lowry, namun
asam yang ada relatif lebih kuat dibandingkan dengan basa-nya, sehingga
larutan akan cenderung bersifat asam atau pH lebih kecil daripada 7.

Contoh:

+
H 3 O(aq )+ Cl (aq)
HCl (aq )+ H 2 O(l ) (asam kuat)

Asam 1 Basa 2 Asam 2 Basa 1

OH ( aq )
+
NH 4( aq ) + (basa lemah)
NH 3( aq) + H 2 O( l)

basa 2 asam 1 asam 2 basa 1

Pada titik ekivalen larutan akan mengandung ion

NH 4+
( aq ) , Cl (aq) dan H 2 O ( l)
, merupakan basa lemah (bronsted-lowry),

NH 4+
( aq )
sedangkan merupakan asam lemah. Dengan demikian pada titik

ekivalen pH larutan akan kurang dari 7. Sebaliknya, pada titrasi asam


lemah dengan basa kuat dapat dipastikan bahwa pH larutan pada titik
ekivalen akan lebih besar daripada 7.

Untuk mengetahui tercapainya titik ekivalen dapat dilakukan


dengan pH meter, petensiometer atau dengan suatu zat penunjuk yang
dinamakan indikator pH. Indikator pH adalah asam lemah atau basa lemah
organik yang menunjukkan perubahan warna pada pH tertentu. Kisaran
perubahan warn indikator biasanya berkisar 2 skala pH. Oleh karena
kisaran perubahan pH dari indikator tidak terletak pada skala pH yang
sama, maka dalam memilih indikator dalam Titrasi Asam Basa harus
disesuaikan dengan pH saat tercapainya titik ekivalen.

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator


yang perubahan warna nya dipengaruhi oleh pH. Penggunaan indikator
diusahakan sedikit mungkin, umumnya adalah 2 hingga 3 tetes.

Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi


dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan
dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator disebut dengan Titik akhir titrasi

Dalam titrasi, jika menganalisis sampel yang bersifat basa, maka


kita dapat menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan
istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat
asam, kita akan menggunakan larutan standar basa dan dikenal dengan
istilah alkalimetri.

Indikator mempunyai trayek perubahan warna pada skala pH 4,2


6,3 Pada ph kurang dari 4,2 berwarna merah, sedangkan pada ph lebih dari
6,3 berwarna kuning. Indikator yang digunakan dalam titrasi asam basa
harus dipilih secara cermat karena jika kurang hati-hati akan menyebabkan
kesalahan pengambilan kesimpulan. Indikator yang digunakan harus
mampu memperlihatkan perubahan warna sedekat mungkin dengan saat
titik ekivalen tercapai.
Warna
Indikator Skala pH
asam Basa
Biru Timol 1,2 2,8 Merah Kuning
Kuning Metil 2,0 3,0 Merah Kuning
Biru Bromofenol 3,0 4,6 Kuning Biru
Merah Metil 4,2 6,3 Merah Kuning
Biru Brimitimol 6,0 7,6 Kuning Biru
Lakmus 6,0 - 8,0 Merah Biru
Merah Kresol 7,2 8,8 Kuning Merah
Fenolftalein 8,3 10,1 Tidak berwarna Merah muda
Timolftalein 10,0 12,0 Kuning Ungu
Tinitro bensena 12,0 13,0 Tidak berwarna Jingga

Pemanfaatan teknik asidimetri dan alkalimetri ini cukup luas,


untuk alkalimetri telah dipergunakan untuk menentukan kadar asam sitrat.
Titrasi dilakukan dengan melarutkan sampel sekitar 300 mg kedalam 100
ml air. Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0.1 N dengan
menggunakan indikator phenolftalein. Titik akhir titrasi diketahui dari
larutan tidak berwarna berubah menjadi merah muda. Selain itu alkalimetri
juga dipergunakan untuk menganalisis asam salisilat, proses titrasi
dilakukan dengan cara melarutkan 250 mg sampel kedalam 15 ml etanol
95% dan tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan NaOH 0.1 N menggunakan
indikator phenolftalein, hingga larutan berubah menjadi merah muda.

Titrasi adalah reaksi yang dilakukan dengan cara menambahkan


satu larutan ke larutan lain dengan sangat terkendali. Tujuannya adalah
untuk menghentikan titrasi pada titik ketika kedua reaktan telah bereaksi
sempurna, suatu kondisi yang disebut titik ekivalen titrasi. Kunci pada
setiap titrasi pada titik ekivalen kedua reaktan yang telah bergabung dalam
proporsi stoikiometrik; keduanya terpakai tanpa ada yang berlebih. Titrasi
asam basa didasrkan atas reaksi netralisasi asam dengan basa.

Larutan salah satu reaktan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer


kecil. Reaktan lain, juga dalam bentuk larutan yang disebut titran,
ditempatkan dalam buret, suatu tabung panjang bertera yang dilengkapi
klep sumbat. Larutan kedua perlahan-lahan ditambahkan ke larutan
pertama dengan mengatur sumbat. Ketika sedikit zat yang ditambahkan
pada campuran reaksi akan berubah warna pada atau di dekat titik
ekivalen, zat ini disebut indikator. Salah satu prinsip penggunaan indikator
asam-basa pada titrasi adalah untuk menentukan titik ekivalen.Titik akhir
titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan kesalahannya disebut
dengan kesalahan titrasi. Kesalahan titrasi dapat diperkecil dengan cara
memilih indikator yang setepat mungkin.

RumusUmumTitrasi

Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam


akan sama dengan mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat
kita tulis sebagai berikut:

molekuivalen asam=molekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara


Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita
tulis sebagai:

N .V asam=N . V basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara


molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah
ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:

n . M . V asam=n . M . V basa

keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (padaasam) atau OH (padabasa)
Data titrasi dapat digunakan untuk menentukan
molaritas larutan yang dinamakan standardisasi larutan.

M 1 . V 1=M 2 . V 2

VI. CARA KERJA

1. Alat dan bahan

Alat:

Statif dan Klem 1 buah


Buret (25 mL) 1 buah
Labu Erlenmeyer 2 buah
Pipet Volume 1 buah
Mortal dan Alu 1 buah
Ball pipet 1 buah
Corong 2 buah
Gelas kimia 2 buah
Pipet Tetes 1 buah

Bahan:

NaOH 0,1 M
C2 H 2 O 4
0,1 M
HCl 0,1 M
Phenolptalein 2 tetes
Etanol 3 Tetes
Ekstak Cabai Secukupnya
2. Alur / Prosedur Praktikum

1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku C2H2O4 dengan


menggunakan indikator PP.

Larutan Standar NaoH X M 10 ml Larutan C2H2O4

- dibilas dengan buret yang - dimasukkan ke


sudah bersih dengan NaOH erlenmeyer
- dimasukkan dalam buret - ditambahkan 2 tetes
sampai melebihi skala 0 Phenolptalein
dengan corong - dicatat keadaannya

Larutan berwarna merah muda

- dicatat volume NaOH


- percobaan diulangi sampai 3 kali
- dihitung konsentrasinya

Konsentrasi NaOH

2. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH dengan menggunakan


indikator PP.
Larutan HCl 10 ml Larutan NaOH 10 ml

- dipipet sebanyak 10 mL - dimasukkan ke buret


- ditambahkan 2 tetes yang konsentrasi NaOH
Phenolptalein nya sudah diketahui
- dimasukkan ke erlenmeyer

Larutan berwarna merah muda

- dicatat volume HCl


- percobaan diulangi sampai 3 kali
- dihitung konsentrasi HCl nya

Konsentrasi HCl
3. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH dengan menggunakan
indikator bunga pletekan sebagai indikator alami.

Larutan Y M NaoH Larutan HCl

Dimasukkan buret dengan Dipipet 10 ml


bantuan corong hingga skala Dimasukkan dalam
nol Erlenmeyer
Ditambahkan 2 tetes
indikator alami

Larutan berwarna hijau

Dicatat volume akhir NaOH yang diperlukan.


VII. HASIL PENGAMATAN

Hasil
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Pengamatan

LarutanNao Larutan asam


H oksalat Konsentrasi
NaOH
dibilas dimasukkan M1=0.83X
dengan buret ke erlenmeyer 10-3M
yang sudah M2=1X10-3
bersih Reaksi: M
dengan C2 H 2 O 4(aq)
ditambahkan -Sebelum: M3=1X10-3
NaOH
2 tetes NaOH: tidak M
+
Phenolptalein berwarna Jadi rata-
2 NaOH (aq) Na2 C 2 O 4(aq) +2 H 2 O(l)
C2H2O4: tidak rata
dimasukkan
dalam buret berwarna konsentrasi
sampai dicatat NaOH=0.9
Akan ada
melebihi keadaannya -Sesudah: 43X10-3
perubahan
skala 0 NaOH + C2H2O4
dengan warna menjadi
+ Phenolptalein Membutuh
corong merah muda
dititrasi berubah kan volume
setelah larutan
Larutan berwarna warna menjadi larutan
C2 H 2 O 4
merah muda yan NaOH
merah muda
V1=0.6 ml g ditetesi PP sebanyak:
- dicatat volume NaOH
V2=0.5 ml dititrasi dengan Percob
V3=0.5 ml NaOH saat aan1 (+
- percobaan diulangi mencapai titik ++)
sampai 3 kali akhir titrasi Percob
aan 2
- dihitung konsentrasinya
(++)
Percob
Konsentrasi NaOH aan 3
(++)
2. Penentuan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH dengan
menggunakan indikator PP.

Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan

Konsentras
i NaOH
Larutan Larutan
M1=1.88X
HCl NaOH
10-3
M2=2.24X
10-3
dipipet dimasukkan M3=2.20X
sebanyak Reaksi: 10-3
ke buret Sebelum:
10 mL HCl(aq) Jadi,
yang NaOH: tidak + konsentrasi
berwarna 2
konsentrasi rata
NaOH (aq ) NaCl (aq) + H 2 O(l)
Larutan HCl +
NaOH nya NaOH=2.1
PP: tidak
37X10-3 M
sudah berwarna Akan ada
dimasukkan
ke diketahui perubahan Membutuh
-Sesudah: warna menjadi
erlenmeyer kan volume
NaOH + HCl + merah muda larutan
Phenolptalein setelah larutan NaOH
dititrasi berubah HClyang sebanyak:
Larutan berwarna warna menjadi ditetesi PP Percob
merah muda merah muda dititrasi dengan aan1
NaOH saat sebany
V1=4.7 ml mencapai titik ak (++
- dicatat volume HCl V2=5.6 ml akhir titrasi +)
V3=5.5 ml
- percobaan diulangi sampai Percob
V rata2=5.267 ml
3 kali aan2se
banyak
- dihitung konsentrasi HCl (++)
nya Percob
Konsentrasi HCl
aan 3
sebany
ak (++)
3. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH dengan menggunakan
indikator kunyit sebagai indikator alami.

Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan

Larutan Standard NaoH

Dimasukkan kedalam buret


dengan bantuan corong.
Dipipet 10 mL HCl
Sebelum: Reaksi: M1=2.20X10
kedalam erlenmeyer. -3
Larutan NaOH HCl(aq)
Ditambahkan 2 tetes + M2=2.35X10
tidak berwarna
indicator alami (cabai). Larutan HCl + -3
NaOH (aq ) NaCl (aq) + H 2 O(l)
Dititrasi dengan larutan ekstrak cabai M3=2.20X10
-3
NaOH. berwarna orange
Volume
-Sesudah: Akan ada HClyang
NaOH + HCl + perubahan dibutuhkan:
Indikator alami warna menjadi Percobaa
(cabai) dititrasi coklat setelah n1
berubah warna larutan sebanya
menjadi HClyang k (+)
kecoklatan sedikit ditetesi PP Percobaa
Larutan berwarna orange orange dititrasi n2seban
V1=4.4 ml dengan NaOH yak (+)
V2=4.7 ml saat mencapai Percoba
V3=4.4 ml titik akhir an 3
Dicatat volume akhir titrasi sebanya
NaOH yang diperlukan. k (+)
VIII. ANALISIS DATA

Pada percobaan pertama kami melakukan percobaan untuk menentukan


konsentrasi larutan NaOH dengan larutan C2H2O4 menggunakan indikator
phenolptalein. Langkah pertama, buret dibilas dengan larutan NaOH yang tidak
berwarna. Setelah dibilas, buret diisi larutan NaOH sampai skala 0
menggunakan corong. Kemudian isi erlenmeyer dengan larutan C 2H2O4 yang
tidak berwarna dan ditambahkan 2 tetes indikator phenolptalein. Dilakukan
titrasi dengan menggunakan larutan NaOH. Perubahan warna yang terjadi yaitu
berwarna merah muda. Perlakuan ini diulangi sebanyak tiga kali untuk
mengetahui

Warna larutan C2H2O4 mula- mula adalah bening, dan juga setelah ditambah 2
tetes phenolptalein adalah bening, tetapi setelah ditambah NaOH warna larutan
menjadi merahmuda. Dalam 3 kali replikasi jumlah NaOH yang diperlukan agar
larutan berwarna merah muda, kami memperoleh konsentrasi NaOH adalah
0.973X10-3 M.

Pada percobaan titrasi asam basa yang telah dilakukan,


telah diperoleh data seperti diatas. Pada percobaan titrasi
asam basa yang pertama antara larutan asam oksalat (C2H2O4)
yang diletakkan di dalam tabung Erlenmeyer dan telah ditetesi
2 tetes indicator phenolptalein (PP) yang memiliki trayek PH
8,3 10,0 dengan larutan NaOH yang ada di dalam buret. Pada
saat pencampuran dilakukan dengan cara meneteskan tetes
demi tetes larutan NaOH yang belum diketahui konsentrasinya
ke dalam larutan asam oksalat (C2H2O4) di tabung Erlenmeyer
yang telah ditetesi indicator phenolptalein (PP), terjadi
perubahan warna dari tak berwarna (jernih) menjadi berwarna
pink (merahmuda) yang menunjukkan bahwa larutan C2H2O4
telah bereaksi dengan NaOH dengan pH netral berdasarkan
reaksi :
C2H2O4(aq)+ 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
Percobaan kedua

Pada percobaan kedua kami melakukan percobaan untuk menentukan


konsentrasi larutan NaOH dengan larutan HCI menggunakan indikator
phenolptalein. Langkah pertama, buret dibilas dengan larutan NaOH yang tidak
berwarna. Setelah dibilas, buret diisi larutan NaOH sampai skala 0
menggunakan corong. Kemudian isi erlenmeyer dengan larutan HCI yang tidak
berwarna dan ditambahkan 2 tetes indikator phenolptalein. Dilakukan titrasi
dengan menggunakan larutan NaOH. Perubahan warna yang terjadi yaitu
berwarna merah muda. Perlakuan ini diulangi sebanyak tiga kali untuk
mengetahui

Dalam percobaan ini warna larutan HCl mula mula berwarna bening,
dan juga setelah ditambah dengan 2 tetes phenolptalin warnanya tetap bening,
tetapi setelah NaOH lama kelamaan warna larutan adalah merah muda. Dalam
3 kali replikasi jumlah NaOH yang diperlukan agar larutan berwarna merah
muda yaitu percobaan 1 membutuhkan 0.6 ml (+++), percobaan 2
membutuhkan 0,5 ml(++), percobaan 3 membutuhkan 0,5 mL (++).

Percobaan kedua ini melibatkan larutanNaOH yang ada di


dalam buret dengan larutan HCl X molar yang ada di dalam
tabung Erlenmeyer yang telah ditetesi indikator phenolptalein
(PP), terjadi perubahan warna yang sama yaitu dari larutan tak
berwarna (jernih) menjadi berwarna merahmuda. Hal ini terjadi
karena pada saat diteteskan larutan NaOH dari dalam buret ke
dalam tabung Erlenmeyer dengan isi larutan HCl, terjadi reaksi
antara keduanya hingga terbentuk larutan dengan PH netral
yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah :
HCl(aq)+NaOH(aq) NaCl(aq)+H2O(l)

Percobaan 3
Pada percobaan ini mula-mula bunga pletekan ditumbuk menggunakan
mortal dan alu, lalu ditambahkan 5-6 tetes etanol berwarna kuning tua seperti
jingga setelah itu HCl yang tidak berwarna dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer dan ditambahkan indikator alami bunga pletekan tadi ke dalam labu
erlenmeyer sebanyak 2 tetes yang sudah berisi HCl, larutan berubah warna
menjadi ungu. Setelah itu larutan campuran HCl dan indikator alami tadi di
titrasi dengan NaOH menghasilkan perubahan warna menjadi hijau.

Pada percobaan yang pertama dibutuhkan volume NaOH sebanyak 0,8 mL,
percobaan kedua sebanyak 0,9 mL dan percobaan ketiga sebanyak 0,8 mL.
Kami memperoleh konsentrasi HCl sebanyak 0,0063 M.

Pada percobaan ketiga ini melibatkan larutan yang sama seperti


pada percobaan kedua yaitu larutan NaOH dengan HCl yang
telah diketahui konsentrasinya, tetapi pada percobaan ketiga
ini, digunakan indikator ekstrak tumbuhan yaitu ekstrak cabai.
Pada saat HCl dengan ekstrak bercampur warna menjadi
orange dan pada saat di titrasi dengan NaOH warna larutan
menjadi kecoklatan. Hal ini dikarenakan telah terjadi reaksi
antara larutan NaOH dan larutan HCl sehingga PH larutan
berubah menjadi netral yang ditunjukkan dengan terjadinya
perubahan warna diatas. Persamaan reaksinya adalah :
HCl(aq)+NaOH(aq) NaCl(aq)+H2O(l)

IX. PEMBAHASAN
Pada saat percobaan 1 dan 2 warna terdapat kesalahan perubahan warna
larutan menjadi merah muda pekat (fanta). Hal ini dikarenakan kurangnya
ketelitian dan kehati-hatian dalam menitrasi, terdapat NaOH berlebih yang
terlalu banyak dalam campuran, kurangnya kesabaran dan terburu-buru
juga kesalahan dalam mengocok labu erlenmeyer. Selain itu juga karena
tingkat tetes NaOH yang tidak pas.

X. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan titrasi asam-basa yang kami lakukan, dapat


disimpulkan bahwa:

-3
1. Konsentrasi NaOH sebesar 0,943 X 10 M, dengan perubahan warna dari
yang tidak berwarna menjadi warna merah muda pada asam oksalat (C 2H2O4).
(indikator Phenolphtalein)
2NaOH + C2H2O4 Na2C2O4 + H2O
2. Konsentrasi HCl sebesar 2,137 X 10 -3 M, dengan perubahan warna dari yang
tidak berwarna menjadi warna merah muda. (indicator Phenolphtalein).
NaOH + HCl NaCl + H2O
3. Konsentrasi HCl sebesar 2,25 X 10 -3 M, dengan perubahan warna dari warna
orange menjadi warna kecoklatan. (indicator ekstrak cabai).
NaOH + HCl NaCl + H2O

XI. JAWABAN PERTANYAAN

1.Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat dengan menggunakan
indikator phenolptalein?
Karena phenolptalein itu tergolong asam lemah dalam keadaan tidak
terionisasi, tetapi jika dalam lingkungan basa phenolptalein akan
terionisasi lebih banyak dan akan memberikan warna yang terang dan
perubahan warnanya lebih mudah untuk diamati.

2. Apa perbedaan titik ekivalen dengan titik akhir?


Titik ekivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi
basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah
asam yang dinetralkan (jumlah NaOH yang tepat bereaksi dengan C2H2O4
dan HCl.)
Titik akhir adalah keadaan dimana titrasi dihentikan karena terjadi perubahan
warna pada indikator, perubahan ini terjadi akibat adanya NaOH berlebih
dalam campuran. Kelebihan ini tidak boleh terlalu banyak, bahkan harus
sangat sedikit.

3. Pada larutan di atas mana yang berfungsi sebagai larutanb aku primer, larutan
baku sekunder dan larutan baku tersier?
Yang termasuk larutan baku primer adalah larutan asam oksalat (C2H2O4)
Yang termasuk larutan baku sekunder adalah larutan NaOH dan larutan HCl
Yang termasuk larutan baku tersier adalah larutan indikator extra cabai dan
larutan phenolptalein.

XII. DAFTAR PUSTAKA

Tim Kimia Dasar. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 1. Surabaya: Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Surabaya.
Sugianto, Bambang dkk. 2013. Kimia Umum. Surabaya : Jurusan Kimia Unesa.
Petrucci, Harwood, Herring, Madura. 2011. Kimia Dasar, Prinsip-prinsip dan
Aplikasi Modern, Jilid I, Edisi Kesembilan. Jakarta : Erlangga.
K. Lampiran

Dokumentasi

Percobaan 1

Hasil:
Percobaan 2

Hasil:

Percobaan 3
Perhitungan

Percobaan 1

- Percobaan pertama
M C2H2O4 . V C2H2O4 . n = MNaOH . V NaOH . n
0,05 . 10 . 1 = M NaOH . 0,6. 1
0,5
0,6 = M NaOH

0,83 M = M NaOH
- Percobaan Kedua
M C2H2O4 . V C2H2O4 . n = MNaOH . V NaOH . n
0,05 . 10 . 1 = M NaOH . 0,5. 1
0,5
0,5 = M NaOH

1M = M NaOH

- Percobaan Ketiga Larutan NaOH 1,5 mL

M C2H2O4 . V C2H2O4 . n = MNaOH . V NaOH . n


0,05 . 10 . 1 = M NaOH . 0,5. 1
0,5
0,5 = M NaOH

1M = M NaOH
0,83+ 1+ 1
x konsentrasi NaOH: 3

: 0,943 M

Percobaan 2
- Percobaan petama
MHCl . VHCl . n = M NaOH . V NaOH . n
M HCl . 10 . 1 = 4,7 . 4 . 1
M HCl =1.88 M
- Percobaan kedua
MHCl . VHCl . n = M NaOH . V NaOH . n
M HCl . 10 . 1 = 5,6. 4 . 1
M HCl =2,24 M

- Percobaan ketiga
MHCl . VHCl . n = M NaOH . V NaOH . n
M HCl . 10 . 1 = 5,5 . 4 . 1
M HCl =2.20 M

1,88+ 2,24+2,20
x konsentrasi HCl:
3

: 2,106 M
Percobaan 3
- Percobaan pertama
MHCl . VHCl . n = M NaOH . V NaOH . n
M HCl . 10 . 1 = 4,4 . 5 . 1
M HCl =2,20 M

- Percobaan kedua
MHCl . VHCl . n = M NaOH . V NaOH . n
M HCl . 10 . 1 = 4,7 . 5 . 1
M HCl = 2,35 M

- Percobaan ketiga Type equation here .

MHCl . VHCl . n = M NaOH . V NaOH . n


M HCl . 10 . 1 = 4,4 . 5 . 1
M HCl =2,20 M

2,20+ 2,35+2,20
x konsentrasi HCl: 3
: 2,25 M

Anda mungkin juga menyukai