Anda di halaman 1dari 28

Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Yogyakarta, 11 12 Mei 2007

ANALISIS KOLOM LANGSING TUBULAR KOMPOSIT


BAJA-BETON DENGAN BEBAN GAYA NORMAL
TEKAN EKSENTRIS

Bambang Budiono1, Luhut M.Gultom2


1
Guru Besar Program Studi Teknik Sipil-FTSL, Institut Teknologi Bandung
2
Alumni Program Magister Program Studi Teknik Sipil-FTSL, Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK
Analisis ini berisikan pengembangan model numerik dengan cara analisis serat penampang
berdasarkan model konstitutif terbaru untuk kolom langsing tubular komposit baja-beton
dimana tabung baja diisi dengan beton (untuk selanjutnya disebut Concrete Filled Steel
Tubular atau CFT) dengan beban gaya normal tekan eksentris. Analisis perilaku kolom CFT
langsing direpresentasikan dalam hubungan beban-lendutan, momen-kurvatur dan diagram
interaksi. Hasil analisis serat penampang CFT kemudian di verifikasi terhadap beberapa
pengujian kolom CFT langsing yang pernah diteliti. Hasil verifikasi menunjukkan analisis
yang dilakukan akurat. Studi parametrik kemudian dilakukan untuk mengetahui pengaruh
kelangsingan kolom, eksentrisitas beban, mutu tabung baja dan mutu silinder beton terhadap
perilaku kolom CFT langsing, serta studi perbandingan untuk mengetahui perilaku kolom
CFT penampang lingkaran dan penampang bujursangkar. Hasil analisis menunjukkan bahwa
kapasitas dukung beban kolom CFT yang sangat langsing lebih ditentukan oleh tabung baja
daripada beton didalam tabung. Terdapat perbedaan pembatasan kelangsingan yang signifikan
antara hasil analisis dan peraturan yang ada. Apabila kolom CFT direncanakan untuk dapat
menahan beban aksial dan memiliki daktilitas yang besar maka peningkatan mutu beton
menjadi beton mutu tinggi akan lebih baik dan lebih ekonomis daripada peningkatan mutu
tabung baja menjadi baja mutu tinggi,. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan luas
penampang dan tebal tabung yang sama, kolom CFT penampang lingkaran lebih daktail
dibandingkan dengan penampang bujursangkar.
Kata kunci: Kolom CFT langsing, Beban batas stabilitas, Daktilitas perpindahan, Daktilitas
kurvatur.

1. PENDAHULUAN
Penggunaan kolom tabung baja yang diisi beton, untuk selanjutnya disebut kolom
CFT (Concrete Filled Steel Tubular) telah berkembang akhir-akhir ini pada bangunan
bertingkat banyak di negara rawan gempa maupun bebas gempa seperti Amerika
Serikat, Jepang, Australia dan Cina karena kelebihan-kelebihan yang dimilikinya,
diantaranya: kapasitas menahan beban yang besar, kekakuan dan daktilitas yang
tinggi, kapasitas penyerapan energi yang besar dan dapat mengurangi penggunaan
cetakan untuk beton. Kelebihannya dalam kapasitas menahan beban yang besar dan
penggunaan material mutu tinggi berdampak terhadap pengurangan luas penampang
kolom yang menyebabkan kolom menjadi lebih langsing dan luas lantai bertambah.
Jenis kolom ini masih jarang digunakan di Indonesia karena pengetahuan yang masih
kurang, disamping peraturan lokal yang mengatur tentang perencanaan kolom
komposit CFT khususnya untuk kategori kolom langsing belum ada.
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model numerik dengan cara analisis
serat untuk memprediksi secara teoritis perilaku kolom CFT langsing dengan
penampang lingkaran dan bujursangkar yang terbuat dari material beton dan tabung
baja mutu normal dan mutu tinggi. Kolom dibebani dengan gaya aksial tekan dengan
eksentisitas tertentu yang sama pada kedua ujungnya (Gambar 1). Hubungan

ISBN 979.9243.80.7 1
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

konstitutif material yang digunakan adalah model Fujimoto, Mukai, Nishiyama,


Sakino (2004) [2] untuk material beton dan tabung baja.
Model Fujimoto et.al [2] tersebut merupakan model konstitutif terbaru hasil kerjasama
penelitian kegempaan Amerika Serikat-Jepang tahap V. Hasil analisis beberapa
model konstitutif untuk kolom CFT yang pernah dilakukan Luhut (2005) [6]
menunjukkan model Fujimoto et.al lebih akurat dan aman dibanding model konstitutif
yang lain seperti model Sakino [8] untuk material beton dan elastis-plastis sempurna
untuk material tabung baja. Hasil analisis serat kemudian diverifikasi terhadap
beberapa hasil studi eksperimental terdahulu yang pernah dilakukan penulis serta
beberapa peneliti lainnya. Bila hasil perhitungan teoritis sudah cukup akurat,
kemudian dilanjutkan dengan studi parametrik untuk menganalisa beberapa
parameter-parameter penting yang mempengaruhi perilaku kolom CFT langsing,
seperti rasio kelangsingan kolom Le/D, rasio eksentrisitas beban e/D, mutu tabung
baja fy dan mutu silinder beton fc, serta melakukan studi perbandingan untuk
mengetahui perbedaan perilaku kolom CFT penampang lingkaran dengan penampang
bujursangkar. Perhitungan teoritis dilakukan dengan bantuan program P-Delta yang
dibuat dengan menggunakan bahasa pemograman visual basic for application.

P e P

Le
Gambar 1. Kondisi Pembebanan

2. RANGKUMAN STUDI EKSPERIMENTAL


Studi eksperimental kolom CFT langsing telah banyak dilakukan oleh beberapa
peneliti. Percobaan-percobaan yang pernah dilakukan oleh Kilpatrick dan Rangan
(1999) [4], Johansson dan Gylltoft (2001) [3] serta Luhut (2002) [7] dirangkum dan
ditunjukkan pada Tabel 1. Detail spesimen pada Tabel 1 mencakup klasifikasi kolom
langsing berpenampang lingkaran yang terbentuk dari tabung baja mutu normal (kuat
leleh fy 400 MPa) dan tabung baja mutu tinggi (kuat leleh fy > 400 MPa) yang diisi
dengan beton normal (kuat tekan fc 41 MPa) atau beton mutu tinggi (kuat tekan fc
> 41 MPa). Rasio kelangsingan kolom Le/D bervariasi mulai dari 10,55 hingga 31,61,
sedangkan rasio eksentrisitas beban e/D bervariasi mulai dari 0,06 hingga 1,65. Rasio
kelangsingan pelat tabung baja D/t bervariasi mulai dari yang paling kecil (D/t=17,79)
sampai ke rasio D/t yang paling besar (D/t=42,38). Kondisi pembebanan yang ditinjau
seperti yang ditunjukkan pada Gambar.1, dimana momen lentur dihasilkan dengan
memberikan beban aksial dengan eksentrisitas tertentu pada kedua ujungnya.

3. PENGEMBANGAN MODEL NUMERIK


Model numerik dikembangkan untuk menganalisa perilaku beban-lendutan, kekuatan
dan hubungan momen-kurvatur yang terjadi. Model ini didasarkan pada metode
analisis penampang yang dikombinasikan dengan analisis komponen kolom CFT yang
mengasumsikan bentuk terdefleksi kolom.

2 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

3.1. Hubungan Konstitutif Beton


Hubungan konstitutif material beton yang digunakan pada model numerik ini adalah
model Fujimoto, Mukai, Nishiyama dan Sakino (2004) [2]. Model ini merupakan
persamaan matematika yang diturunkan dari hasil pengujian keempat peneliti diatas
untuk hubungan tegangan-regangan beton terkekang yang memperhitungkan
peningkatan kekuatan dan daktilitas beton (Gambar 2). Bentuk kurva tegangan-
regangan beton yang diusulkan merupakan fungsi dari kuat tekan beton tak terkekang
cp, kuat leleh baja fy dan rasio D/t untuk penampang lingkaran atau rasio B/t untuk
penampang bujursangkar. Model ini juga dapat digunakan pada kolom tabung baja
yang diisi beton mutu normal atau beton mutu tinggi dan telah diterapkan pada kolom
CFT pendek (L/D=3) oleh para peneliti dari Jepang tersebut pada program penelitian
kerjasama kegempaan tahap V antara negara Amerika Serikat dan Jepang. Hubungan
tegangan-regangan beton pada model ini telah memperhitungkan pengaruh kekangan
tabung baja penampang lingkaran terhadap peningkatan kekuatan dan peningkatan
perilaku setelah kekuatan maksimum tercapai (daktilitas). Sedangkan pada kolom
CFT penampang bujursangkar, hanya diperhitungkan daktilitasnya saja. Faktor lain
yang juga telah diperhitungkan pada model ini adalah pengaruh skala pada kekuatan
beton, sehingga beton yang dimensi penampangnya lebih besar dari dimensi silinder
beton, kuat tekannya akan lebih kecil dibanding kuat tekan silinder betonnya
(persamaan 7, 8.a dan 8.b).
Beton terkekang penampang lingkaran
CCB
CP Beton terkekang penampang bujursangkar
Tegangan

Beton tak terkekang

CO CCO Regangan,

Gambar 2. Model tegangan-regangan beton Fujimoto, Mukai, Nishiyama dan


Sakino[2].
Hubungan tegangan-regangan beton pada kolom CFT diekspresikan oleh persamaan
matematika :
VX + (W 1) X 2
Y= ....................................................(1)
1+ (V 2) X +WX 2
Dimana untuk :
Penampang Lingkaran Penampang Bujursangkar
X=c/cco X=c/co
Y=c/ccB Y=c/cp
V=Ec.cco/ccB V=Ec.co/cp
re=(k/ke).r re=.h.sy.(t2/b)
(ccB/ cp)=K=1+k.(r/cp) (ccB/ cp)=K=1

W =1,517,1 cp 103 + 2,39 re ............................................(2)


(
Ec = 6,90+3,32 cp 103 ) ................................................(3)

ISBN 979.9243.80.7 3
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

(
co =0,94 cp )1/ 4103 ..................................................(4)
cco / co =1+ 4,7( K 1) ,
jika K 1.5...................................... (5.a)
cco / co =3,35+ 20( K 1,5) , jika K > 1.5 ..................................(5.b)
ccB = cp + k . r .......................................................(6)
cp = cB U ........................................................(7)
U =1,67 D 0,112 ,untuk penampang lingkaran.............................(8.a)
0,112
2B
U =1,67 ,untuk penampang bujursangkar .......................(8.b)

2t .0,19. sy
r = .......................................................(9)
D 2t
h = 4( B t ) / b 2
......................................................(10)
k=4,1 ; ke=23
Tabel 1. Rangkuman beberapa hasil studi eksperimental kolom CFT langsing
Spesimen Le L D t Le/D D/t fc' Ec fy Es fu u P e M
(mm) (mm) (mm) (mm) (MPa) (MPa) (MPa) (MPa) (MPa) (kN) (mm) (mm) (kN-m)
Kilpatrick & Rangan (1999)
SC-0 802 622 76 2,2 10,55 34,55 58 - 435 203.000 495 0,18 246 15 8 5,7
SC-1 1032 852 76 2,2 13,58 34,55 58 - 435 203.000 495 0,18 208 15 11 5,4
SC-2 1262 1082 76 2,2 16,61 34,55 58 - 435 203.000 495 0,18 184 15 11 4,8
SC-3 1487 1307 76 2,2 19,57 34,55 58 - 435 203.000 495 0,18 162 15 15 4,9
SC-4 1717 1537 76 2,2 22,59 34,55 58 - 435 203.000 495 0,18 141 15 20 4,9
SC-5 1947 1767 76 2,2 25,62 34,55 58 - 435 203.000 495 0,18 121 15 20 4,2
SC-6 2172 1992 76 2,2 28,58 34,55 58 - 435 203.000 495 0,18 107 15 26 4,4
SC-7 2402 2222 76 2,2 31,61 34,55 58 - 435 203.000 495 0,18 96 15 28 4,1
SC-9 1947 1767 101,7 2,4 19,14 42,38 58 - 410 205.000 475 0,17 361 10 16 9,4
SC-10 1947 1767 101,7 2,4 19,14 42,38 58 - 410 205.000 475 0,17 309 15 19 10,5
SC-11 1947 1767 101,7 2,4 19,14 42,38 58 - 410 205.000 475 0,17 275 20 21 11,3
SC-12 1947 1767 101,7 2,4 19,14 42,38 58 - 410 205.000 475 0,17 240 25 22 11,3
SC-13 1947 1767 101,7 2,4 19,14 42,38 58 - 410 205.000 475 0,17 220 30 24 11,9
SC-14 1947 1767 101,7 2,4 19,14 42,38 58 - 410 205.000 475 0,17 188 40 26 12,4
SC-15 1947 1767 101,7 2,4 19,14 42,38 58 - 410 205.000 475 0,17 158 50 29 12,5
Johansson & Gylltoft (2001)
J-1 2696 2500 159 4,8 16,96 33,13 64,5 38.500 433 206.000 568 0,136 1230 10 18 34,4
Luhut & Jefraldi (2002)
L-1 1516 1000 60,5 2 25,06 30,25 31,3 - 320 200.000 400 0,2 21,6 100 21,41 2,6
L-2 1516 1000 60,5 3,4 25,06 17,79 31,3 - 320 200.000 400 0,2 33,2 100 25,26 4,2

3.2. Hubungan Konstitutif Tabung Baja


Hubungan tegangan-regangan tabung baja pada model Fujimoto, Mukai, Nishiyama
dan Sakino (2004) [2] ditunjukkan pada Gambar 3 untuk penampang lingkaran dan
Gambar 4 untuk penampang bujursangkar.

0,91sy
Tegangan, s (MPa)

Es Regangan tekan

Regangan tarik

1,08sy

Gambar 3. Model tegangan-regangan tabung baja Fujimoto et.al untuk penampang


lingkaran[2].

4 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

Nilai tegangan tekan maupun tegangan tarik pada penampang lingkaran adalah
sebagai berikut :
Pada saat s > 0,91 sy
(
0, 91 )
=
st sy
( 0, 91 ) + 0, 91 ................................(11)
s
(
su
0, 91
sy ) s sy sy

-1,08 sy s 0,91 sy
s = Es . s .................................................................................... (12)
s < -1,08 sy
( 1, 08 )
=
st sy
( + 1, 08 ) 1, 08 ................................(13)
s
(
su
1, 08
sy ) s sy sy

Pada kasus penampang bujursangkar, tabung baja mempunyai pengaruh kekangan


yang lebih kecil dibanding penampang lingkaran dan kemungkinan terjadinya tekuk
lokal akan lebih besar terjadi pada tabung baja penampang bujursangkar. Di Jepang,
rasio diameter (lebar)-ketebalan tabung baja (B/t) di klasifikasikan menjadi empat
kelas yang bergantung pada kapasitas deformasi sendi plastis yang diharapkan terjadi
pada tabung baja kosong. Kelas FA adalah tabung baja yang mempunyai faktor
daktilitas sebesar 4, kelas FC mempunyai faktor daktilitas sebesar 1 dan kelas FD
adalah tabung baja yang akan tertekuk secara elastis. Model ini ditunjukkan pada
Gambar.4. Kuat tekan tabung baja dengan rasio B/t yang kecil (kelas FA) naik hingga
ke nilai yang lebih besar dari sy akibat pengaruh strain hardening, kemudian tekuk
lokal akan terjadi seiring dengan penurunan kekuatan tabung. Tekuk lokal pada
tabung baja dengan rasio B/t menengah (kelas FC) diasumsikan terjadi bersamaan
ketika tegangan leleh sy tercapai, sedangkan tekuk pada tabung baja dengan rasio B/t
yang besar (kelas FD) terjadi sebelum cr mencapai sy. Nilai tegangan tekan maupun
tegangan tarik model Fujimoto et.al [2] untuk tabung baja penampang bujursangkar
berdasarkan beberapa kelas dirangkum dalam Tabel 2.

kelas FA
S. sy

kelas FC
Tegangan, s

kelas FD

Es
Regangan Tarik S.sy sT
sB

Regangan Tekan

1,1 sy

Gambar 4. Model tegangan-regangan tabung baja Fujimoto et.al untuk penampang


bujursangkar[2].
Parameter umum yang digunakan pada hubungan tegangan-regangan ketiga jenis
kelas tabung baja ini adalah :
2
B
s = sy .......................................................(14)
t
6,09 0,801
sB = sy
2
+1,1

...............................................(15)
s
s

ISBN 979.9243.80.7 5
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

(
sT = sy 1,190,207 s ) ................................................(16)

Tabel 2. Nilai tegangan tekan dan tarik model Fujimoto et.al [2]untuk tabung baja
penampang bujursangkar berdasarkan beberapa kelas.
Daerah Kelas FC

regangan
Kelas FA ( s 1 .5 4 ) (1 .5 4 s 2 .0 3 )
Kelas FD ( s 2 .0 3 )

s <-1,1sy s = -1,1 sy s = -1,1 sy s = -1,1 sy

-1,1sy<s< S.sy s = E s s
s = Es s s = E s s
S.sy <s<sy


sy <s< sB s = sy
(1 S )
( s s y )+ 1 ( sT S . sy ) ( ) + S .

sy ( sB ) ( sT sy ) +
s =
( sT S . sy ) s sB sy

( sT sy ) ( s sy ) sy

s =

s =
( s T S . s y ) ( )+
sB <s<sT ( s T s B ) s sB S .
sy

sT <s s = sT s = sT s = sT

Parameter S=1/(0,698+0,128.s) S=1/(0,698+0,128.(4/6,97)s)


sT = 4,59 sy
tiap-tiap kelas sT = 3,59 sy + sB sT = 4,59.S.sy

3.3. Analisis Komponen Kolom


Analisis komponen kolom terdiri dari pengasumsian bentuk lendutan kolom yang
terjadi seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5. Kurvatur pada setiap penampang
dapat ditentukan dari pengembangan persamaan diferensial. Kurvatur sepanjang tinggi
kolom terintegrasi pada setiap tahap pembebanan untuk menentukan respon beban-
lendutan. Lendutan yang dihitung dibandingkan dengan lendutan hasil pengujian dan
ketika masih masuk dalam toleransi, hasil hitungan program dianggap telah akurat.
Analisis penampang dan analisis komponen kolom di ulang kembali untuk setiap
kenaikan lendutan dan kurva beban-lendutan serta momen-kurvatur dapat di plot.

Gambar 5. Model numerik untuk analisis kolom langsing.


Bentuk lendutan kolom diasumsikan mengikuti bentuk garis cosinus dan oleh
karenanya lendutan ditengah tinggi efektif kolom Le berhubungan langsung dengan
kurvatur penampang pada tengah-tengah tinggi efektif kolom. Lendutan dan kurvatur
pada setiap titik (y,z) diberikan oleh persamaan :
.z
y = yo cos ........................................................(17)
L

6 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

d2y 2 .z
=
2
=
2
yo cos ................................................. (18)
dz L L
Dimana L adalah setengah panjang gelombang cosinus yang didapat dari kondisi batas
ketika y=e pada z=Le/2. Substitusi y=e dan z=Le/2 pada persamaan 17 akan
menghasilkan :
2
4 e
o = ( e+ o ).Cos 1 ...........................................(19)
Le e + o
Metode yang diusulkan mengasumsikan :
Terjadi interaksi penuh antara tabung baja dan beton didalam tabung.
Penampang datar tetap datar setelah melentur.
Kekuatan tarik beton tidak signifikan, oleh karenanya dapat diabaikan.
Kolom dibebani secara uniaksial dan melentur dengan membuat satu lengkungan.
Tidak terjadi torsi pada penampang dan deformasi geser diabaikan.
Pemodelan numerik didasarkan pada pendekatan analisis penampang dimana
penampang dibagi-bagi menjadi beberapa lapisan yang kecil. Gaya aksial internal Pi
dan Momen internal Mi dapat diketahui dari persamaan :
Pi = f si Asi + fci. Aci ..................................................(20)
M i = fci. Asi.di + fci. Aci.di ..............................................(21)
dimana di adalah jarak lapis ke-i dari garis netral penampang. Dengan terus
memperbesar tinggi garis netral kd, maka akan diperoleh diagram interaksi
penampang. Pendekatan berikut ini hampir sama dengan usulan Vrcelj dan Uy (2002)
[9] kemudian digunakan untuk menghasilkan kurva beban lendutan, dimana :
Analisis pertama-tama dimulai dengan mengasumsi lendutan awal pada tengah
bentang kolom o dan kemudian menghitung kurvatur penampang pada tengah
bentang kolom o berdasarkan persamaan 19.
Penampang dibagi menjadi beberapa lapis dengan ketebalan tiap lapis sebesar
5%D atau 5%B.
Tinggi garis netral kd awal diasumsikan, lalu beban aksial Pi dan momen internal
Mi dihitung berdasarkan persamaan 20 dan 21.
Jika kondisi Mi = P.(e + o) terpenuhi, maka nilai lendutan o dinaikkan dan
prosedur sebelumnya diulangi lagi.
Jika kondisi Mi = P.(e + o) tidak terpenuhi, maka tinggi garis netral kd diiterasi
hingga kondisi tersebut terpenuhi.
Prosedur ini dapat menghasilkan kurva beban-lendutan, momen-kurvatur dan beban-
momen untuk kolom yang akan di uji, sehingga dapat memberikan perbandingan yang
berguna antara hasil teori dengan hasil pengujian.
3.4. Verifikasi Program
Verifikasi program dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan keakuratan program
terhadap perhitungan manual dan hasil eksperimental kolom CFT langsing. Verifikasi
program terhadap perhitungan manual dilakukan terhadap diagram interaksi
penampang karena pada proses perhitungan diagram interaksi tersebut terdapat
bermacam-macam fungsi yang vital dalam menentukan kebenaran dan keakuratan
secara keseluruhan hasil kurva beban-lendutan yang ingin dicapai. Perhitungan
manual dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel. Data penampang kolom
CFT yang digunakan dalam verifikasi program terhadap perhitungan manual ini

ISBN 979.9243.80.7 7
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

adalah diameter terluar D = 160 mm untuk kasus penampang lingkaran dan panjang
sisi terluar B = 160 mm untuk kasus penampang bujursangkar, tebal t= 5 mm, kuat
tekan silinder beton fc = 100 MPa, modulus elastisitas beton Ec = 45.000 MPa, kuat
leleh pipa baja fy = 275 MPa, kuat tarik pipa baja fu = 400 MPa, regangan saat fu
(u) = 0,1 dan modulus elastisitas baja Es = 212.000 MPa.
3000

Hasil Manual
2500
Beban Aksial (kN)
Hasil Program
2000

1500 5 5

1000 160 160

500

0
0 20 40 60 80 100
Mom en (kN-m )

Gambar 6. Verifikasi hasil program vs hasil manual


Seperti yang terlihat pada Gambar 6. diagram interaksi yang dikerjakan oleh program
memberi hasil yang sama dengan perhitungan manual dengan bantuan program Excel.
Gambar 7 dan Gambar 8 menunjukkan hasil verifikasi program terhadap program
referensi. Data material diambil dari data material spesimen yang diuji oleh Fujimoto
et.al. [2]. Hasilnya menunjukkan kurva momen-kurvatur yang hampir sama dengan
selisih perbedaan yang sangat kecil.
35
EC4-A-4-035 (P/Po=0,35)
30
25 EC4-A-4-06 (P/Po=0,6)
M(kN.m)

20
15
2,96
10 Program Referensi
5 Program Buatan 150

0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1

.D

Gambar 7. Verifikasi momen kurvatur penampang lingkaran


60
ER4-A-4-19 (P/Po=0,19)
50

40
M(kN.m)

30
ER4-A-4-57 (P/Po=0,57)
20 4,38
Program Referensi
10 Program Buatan 149

0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1

.B

Gambar 8. Verifikasi momen-kurvatur penampang bujursangkar

8 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukkan beberapa hasil verifikasi program terhadap


beberapa hasil uji eksperimental kolom CFT langsing yang pernah dilakukan oleh
Kilpatrick-Rangan (1999) [4] dan Luhut (2002) [7]. Pada Gambar 9 dilakukan offset
sebesar 50 kN pada sumbu Beban untuk setiap spesimen SC-3 hingga SC-0.
2,2
500
76
400
SC-0

Beban, kN
300 SC-1
SC-2
200
SC-3
SC-4
100 Hasil Eksperiment
Hasil Program
0
0 10 20 30 40
Lendutan, mm

Gambar 9. Verifikasi terhadap hasil uji oleh Kilpatrik Rangan


3,4
40
35 60,5

30
L1
Beban, kN

25
20
L2
15 2

10 Hasil Eksperiment
60,5
Hasil Program
5
0
0 10 20 30 40 50 60
Lendutan, mm

Gambar 10. Verifikasi terhadap hasil uji oleh Luhut[7]

Tabel 3. Perbandingan beban maks.pengujian dan model


Spesimen P maksimum P maksimum Rasio
pengujian model (uji/model)
(kN) (kN)
J-1 1.240,00 1.248,60 0,99
SC-0 246,00 256,25 0,96
SC-1 208,00 221,33 0,94
SC-2 184,00 193,23 0,95
SC-3 162,00 168,83 0,96
SC-4 141,00 147,49 0,96
SC-5 121,00 129,68 0,93
SC-6 107,00 113,94 0,94
SC-7 96,00 100,80 0,95
SC-9 361,00 348,54 1,04
SC-10 309,00 301,06 1,03
SC-11 275,00 269,80 1,02
SC-12 240,00 244,97 0,98
SC-13 220,00 224,16 0,98
SC-14 188,00 190,96 0,98
SC-15 158,00 164,62 0,96
L-1 21,60 21,41 1,01
L-2 33,20 31,64 1,05
Rata-rata = 0,98
Standar deviasi = 0,03

ISBN 979.9243.80.7 9
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

1.400

1.200

Beban Model, kN
1.000

800

600
Model
400 Unity
200

0
0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400
Beban Pengujian, k N

Gambar 11. Verifikasi hasil pengujian dengan model


Tabel 3 dan Gambar 11 menunjukkan perbandingan beban maksimum dan
penyimpangan yang terjadi antara hasil program dengan hasil pengujian. Nilai rata-
rata rasio beban maksimum hasil pengujian terhadap hasil program sebesar 0,98
dengan standar deviasi sebesar 0,03. Dari hasil verifikasi yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa model numerik kolom CFT yang dikembangkan sudah cukup
akurat dalam memprediksi perilaku kolom CFT langsing dan program dianggap sudah
cukup representatif apabila digunakan dalam studi parametrik yang akan dilakukan,
untuk menganalisa parameter-parameter yang mempengaruhi perilaku dan kekuatan
kolom CFT langsing.

4. STUDI PARAMETRIK
Pada bagian ini akan dilakukan studi parametrik untuk menganalisa parameter-
parameter yang mempengaruhi perilaku kolom CFT langsing penampang lingkaran
yang dibebani secara eksentris. Parameter-parameter yang dipertimbangkan disini
adalah kelangsingan kolom (Le/D), rasio eksentrisitas (e/D), kuat leleh tabung baja
(fy) dan kuat tekan silinder beton (fc). Data dimensi penampang dan material
properties yang digunakan untuk mengetahui pengaruh kelangsingan dan rasio
eksentisitas beban adalah sebagai berikut :
Bentuk penampang kolom CFT adalah lingkaran
Kuat tekan silinder beton fc = 70 MPa
Kuat leleh tabung baja fy = 410 MPa
Modulus elastisitas tabung baja Es = 200.000 MPa
Kuat ultimit tabung baja fu = 475 MPa
Regangan ultimit tabung baja u = 0,17
Diameter terluar tabung baja D = 200 mm
Tebal tabung baja t = 5 mm
4.1. Pengaruh Kelangsingan
Rasio tinggi terhadap diameter suatu kolom merupakan sebuah parameter yang
bervariasi sepanjang tinggi bangunan gedung bertingkat banyak, dimana dimensi
penampang suatu kolom biasanya akan mengecil hingga ke tingkat yang paling atas
seiring dengan semakin mengecilnya beban aksial yang dipikul oleh kolom tersebut,

10 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

sedangkan pada kolom bagian bawah biasanya lebih panjang untuk menciptakan
ruang publik yang lebih terbuka dan lebar. Pemakaian material bermutu tinggi juga
berpengaruh terhadap dimensi penampang yang menjadi semakin kecil dan akibatnya
kolom menjadi lebih langsing. Pengaruh rasio kelangsingan kolom yang
dipertimbangkan disini mempunyai nilai yang bervariasi antara 10 dan 30 untuk setiap
satu nilai rasio eksentrisitas e/D, sedangkan rasio eksentrisitas beban bervariasi mulai
dari 0,01; 0,05; 0,1; 0,15; 0,2 dan 0,25. Perilaku beban-lendutan kolom CFT untuk
masing-masing rasio kelangsingan dan rasio eksentrisitas diperlihatkan pada
Gambar 12.
3.000 3.000
Le/D=10
2.500 2.500
Le/D=15 Le/D=10
2.000 Le/D=20 e /D=0,01 2.000 e /D=0,05
Le/D=15
P, kN

P, kN
1.500 1.500
Le/D=25 Le/D=20
1.000 Le/D=30 1.000 Le/D=25
Le/D=30
500 500
0 0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 20 40 60 80 100 120 140 160
, mm , mm

3.000 3.000
2.500 2.500
2.000
Le/D=10 e /D=0,1 e /D=0,15
2.000
Le/D=10
P, kN

P, kN

1.500 Le/D=15 1.500


Le/D=20 Le/D=15
1.000 Le/D=25 1.000 Le/D=20
Le/D=30 Le/D=25
500 500 Le/D=30
0 0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 20 40 60 80 100 120 140 160
, mm , mm

3.000 3.000
2.500 2.500
e /D=0,2
2.000 2.000 e /D=0,25
P, kN
P, kN

1.500 Le/D=10 1.500 Le/D=10


Le/D=15 Le/D=15
1.000 Le/D=20 1.000 Le/D=20
Le/D=25 Le/D=25
500 Le/D=30 500
Le/D=30
0 0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 20 40 60 80 100 120 140 160
, mm , mm

Gambar 12. Kurva beban-lendutan pada tiap rasio kelangsingan


Gambar 13 merupakan rangkuman rasio Pmaks/Po dan beban maksimum yang terjadi
pada setiap rasio kelangsingan dan rasio eksentrisitas, dimana Pmaks adalah beban
maksimum yang mampu dipikul, sedangkan Po adalah beban maksimum nominal
(Po=As.fy+Ac.fc). Pada gambar tersebut juga disertakan rasio kelangsingan Le/r
berdasarkan perhitungan metode ACI 318-2002 [1] serta AISC-LRFD [5] (nilai yang
berada dalam tanda kurung) dan diketahui nilai rasio kelangsingan yang dihitung
berdasarkan peraturan ACI [1] memberi hasil yang lebih besar dibanding peraturan
AISC [5]. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar rasio
kelangsingan dan rasio eksentrisitas, maka semakin kecil beban maksimum yang
dapat dipikul, sedangkan pada kolom dengan rasio kelangsingan yang tinggi yaitu
Le/D=25 dan 30 dan diberi beban hampir konsentris (e/D=0,01), maka kapasitas
beban maksimum yang dapat dipikul berkurang akibat tekuk elastis yang terjadi.
Penentuan batas tekuk elastis dihitung berdasarkan peraturan ACI [1], dimana :

ISBN 979.9243.80.7 11
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

2 EI
Pc = .........................................................(22)
( kl )2

EI =0.2 Ec I g + Es It ....................................................(23)

Point ini penting untuk perencanaan kolom CFT langsing, agar dapat membatasi
kelangsingan Le/D maksimum sebesar 20 atau 25 saja dan menghindari bekerjanya
beban konsentris saat kelangsingan kolom maksimum.

Rasio Kelangsingan (Le/r)


31(29) 46,5(43,5) 62(58) 77,5(72,5) 93(87)
1,0 3.241
5 e/D=0,01
Tekuk elastis e/D=0,05
0,8 200 2.592
e/D=0,10
e/D=0,15

Pmaks, kN
0,6 1.944
P maks/P o

e/D=0,20
e/D=0,25
0,4 1.296

0,2 648

0,0 0
10 15 20 25 30

Rasio Kelangsingan (Le/D)

Gambar 13. Pengaruh rasio kelangsingan terhadap Pmaks/Po dan Pmaks


Perubahan kekakuan yang terjadi pada kolom CFT sebagian besar disebabkan karena
kelelehan pada tabung bajanya. Sebagai contoh pada kolom dengan Le/D=10 dan 20
yang diberi beban dengan eksentrisitas e/D=0,1 seperti yang terlihat pada Gambar 14
terjadi perubahan kekakuan yang sangat drastis pada dua titik. Titik yang pertama
terjadi saat tabung baja pada serat tekan teratas meleleh. Kekakuan kolom yang
sebelumnya konstan menjadi berkurang secara tiba-tiba setelah terjadi kelelehan awal
tersebut. Titik yang kedua yang menyebabkan perubahan kekakuan adalah ketika
tabung baja pada serat tarik terluar meleleh, yang mengakibatkan kemampuan kolom
dalam menahan beban aksial tekan menjadi turun secara drastis. Pada kolom yang
sangat langsing (Le/D=30), perubahan kekakuan tersebut sudah nampak sejak awal
pembebanan dan kapasitas beban maksimum terjadi bersamaan dengan melelehnya
tabung baja bagian tekan pada lendutan yang sangat besar. Dari setiap riwayat
pembebanan yang terjadi pada masing-masing kelangsingan tersebut, dapat diketahui
bahwa kapasitas beban maksimum kolom yang sangat langsing sangat dipengaruhi
oleh tabung bajanya.

12 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

3.000
e / D =0,1
2.500
Leleh tabung baja tekan
2.000
Beban Maksimum
Le/D=10

P, kN
1.500 Leleh tabung baja tarik

1.000 Le/D=20
Le/D=30
500

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160

, mm

Gambar 14. Riwayat pembebanan pada tiap rasio kelangsingan


4.2. Pengaruh Rasio Eksentrisitas
Dalam kenyataan di lapangan, kolom-kolom pada bangunan gedung bertingkat banyak
jarang yang dibebani secara terpusat (konsentris). Dalam prakteknya, semua kolom
haruslah didesain untuk dapat menahan beban eksentris yang terjadi karena berbagai
faktor seperti ketidaktepatan model kolom dan pembebanan yang tidak simetris. Nilai
eksentrisitas beban dipilih sedemikian rupa sehingga dapat mewakili eksentrisitas
yang biasa terjadi di lapangan yaitu dengan nilai rasio eksentrisitas (e/D) sebesar 0,01
sampai 0,25.

1,0
5

0,8 200

0,6
Pmaks/Po

Le/D=10
0,4 Le/D=15
Le/D=20
Le/D=25
0,2 Le/D=30
Tekuk elastis

0,0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3

Rasio Eksentrisitas (e/D)

Gambar 15 Pengaruh rasio eksentrisitas terhadap beban maks.


Dari Gambar 15 dapat diketahui beban maksimum yang mampu dipikul oleh kolom
yang sangat langsing (Le/D=30) hampir sama untuk setiap eksentrisitas yang terjadi.
Pada kolom sangat langsing yang dibebani dengan rasio eksentrisitas yang kecil
(e/D=0,01 dan 0,05) kolom akan tertekuk elastis sebelum tabung baja meleleh, tetapi
jika beban bekerja dengan rasio eksentrisitas yang besar tidak terjadi fenomena tekuk
elastis dan tabung baja akan meleleh sebelum beban puncak tercapai. Poin penting
yang dapat disimpulkan disini adalah agar menghindari perencanaan kolom langsing
terhadap beban konsentris atau beban dengan eksentrisitas kecil seperti pada kasus
kolom yang terdapat di struktur portal yang memikul pembebanan simetris.

ISBN 979.9243.80.7 13
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

Gambar 16. menunjukkan riwayat pembebanan kelelehan dan beban maksimum yang
terjadi pada setiap eksentrisitas beban untuk kolom CFT langsing dengan rasio
kelangsingan 20. Kolom yang dibebani dengan eksentrisitas yang besar (e/D=0,25)
akan dominan mengalami momen lentur, sehingga tabung baja akan memikul gaya
momen yang besar dan lebih dulu meleleh pada bagian tekan dan tarik sebelum
kapasitas maksimum.kolom tercapai. Sedangkan pada kasus eksentrisitas beban sangat
kecil (e/D=0,01) kolom mengalami tekuk elastis sebelum tabung baja bagian tekan
meleleh.

3.000
L e / D =20
2.500 Tekuk elastis

Leleh tabung baja tekan


2.000 e/D=0,01
Beban Maksimum
P, kN

Leleh tabung baja tarik


1.500
e/D=0,05
1.000 e/D=0,10
e/D=0,25
500

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160

, mm

Gambar 16. Riwayat pembebanan pada tiap rasio eksentrisitas


Kurva beban-momen yang terjadi pada setengah tinggi efektif kolom diplot kedalam
diagram interaksi penampang pada Gambar 17. Momen yang terjadi merupakan
momen akibat eksentrisitas dan lendutan yang terjadi di tengah-tengah tinggi efektif
kolom, M=P.(e+), sedangkan diagram interaksi terdiri dari dua jenis yaitu
berdasarkan kondisi ultimit dan kondisi kelelehan awal tabung baja bagian tarik.
Untuk diagram interaksi kondisi ultimit, diasumsikan kondisi ultimit terjadi ketika
regangan beton pada serat tekan terluar terjadi saat tegangan beton turun menjadi 80%
tegangan beton maksimumnya, sedangkan diagram interaksi kondisi kelelehan awal
tabung baja tarik adalah kondisi saat regangan tabung baja tarik telah mencapai
regangan lelehnya saat pertamakali. Kondisi balance terjadi ketika diagram interaksi
kondisi ultimit bersinggungan dengan diagram interaksi kondisi kelelehan awal
tabung baja tarik, pada titik beban aksial P sekitar 2500 kN. Titik kegagalan kolom
dengan Le/D=10 berada dekat dengan garis diagram interaksi. Ini menandakan kolom
CFT dengan Le/D=10 bisa masuk dalam kategori kolom pendek. Seiring dengan
semakin langsingnya kolom CFT, titik kegagalan kolom berada didalam diagram
interaksi dan pada posisi yang lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa peningkatan
kelangsingan dan eksentrisitas beban ujung kolom akan mengantar pada bentuk
kegagalan yang lebih cepat akibat lentur sebagaimana lendutan yang terjadi pada
tengah-tengah kolom menjadi sangat besar.

14 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

3.500 3.500
3.000 3.000 Pbalance
L e /D=10 e/D=0,01 L e /D=15
2.500 e/D=0,01 2.500
e/D=0,05
e/D=0,05
P, kN

P, kN
2.000 e/D=0,10 2.000
e/D=0,15 e/D=0,10
1.500 e/D=0,20 1.500 e/D=0,15
1.000 e/D=0,25 1.000 e/D=0,20
500 e/D=0,25
500
0 0
0 40 80 120 160 0 40 80 120 160
M, kNm M, kNm

3.500 3.500
3.000 3.000
L e /D=20 L e /D=25
2.500 2.500
e/D=0,01
2.000
P, kN

2.000

P, kN
1.500 e/D=0,05 1.500 e/D=0,01
e/D=0,10 e/D=0,05
1.000 1.000 e/D=0,10
500 e/D=0,25
500
e/D=0,25
0 0
0 40 80 120 160 0 40 80 120 160
M, kNm M, kNm

3.500 KETERANGAN
3.000
L e /D=30
2.500
Beban Maksimum
2.000
P, kN

1.500 Tekuk Elastis


1.000 e/D=0,01 e/D=0,05
e/D=0,10 Kondisi Ultimit
500
e/D=0,25 Kondisi kelelehan awal tabung baja tarik
0
0 40 80 120 160
M, kNm

Gambar 17 Diagram interaksi dan kurva beban-momen


Gambar 18 menunjukkan daktilitas perpindahan yang terjadi pada setiap rasio
kelangsingan dan eksentrisitas beban pada kolom CFT. Daktilitas perpindahan
didefinisikan sebagai perbandingan perpindahan ultimit u dengan perpindahan saat
leleh y (u/y). Nilai tersebut dihitung berdasarkan nilai perpindahan yang terjadi di
tengah-tengah tinggi efektif kolom. Nilai perpindahan leleh didefinisikan sebagai
perpindahan saat kelelehan awal tabung baja, sedangkan perpindahan ultimit
didefinisikan sebagai lendutan yang terjadi pada bagian kurva descending branch
ketika beban yang terjadi sudah sebesar 0,8 Pmaks. Berdasarkan bentuk grafik yang
terdapat pada Gambar.18, dapat diketahui bahwa daktilitas perpindahan akan semakin
besar jika rasio kelangsingan dan rasio eksentrisitas semakin kecil. Daktilitas pada
kolom pendek lebih besar daripada kolom langsing, terjadi karena kolom pendek lebih
kaku dan kondisi kelelehan awal terjadi saat lendutan masih kecil dan kondisi ultimit
terjadi saat lendutan relatif telah besar. Pada kolom langsing, kelelehan awal terjadi
saat lendutan sudah mendekati beban puncak. Keadaan ini disebabkan karena efek
kelangsingan yang memberi pengaruh pelenturan tambahan pada kolom. Akibatnya
beban yang dipikul dan daktilitas perpindahan menjadi lebih kecil. Jikalau daktilitas
diartikan sebagai besarnya lendutan yang dapat dihasilkan saat beban puncak dan
bentuk kurva beban-lendutan pada bagian descending branch yang tidak turun terlalu
tajam, maka kolom langsing dapat dikatakan lebih daktail daripada kolom pendek.

ISBN 979.9243.80.7 15
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

Rasio Kelangsingan (Le/r)


31(29) 46,5(43,5) 62(58) 77,5(72,5) 93(87)
16,00
5
14,00

Daktilitas Perpindahan
fc'=70 M Pa
12,00 fy=410 M Pa 200
e/D=0,05
fu=475 M Pa
10,00 e/D=0,10
u=0,17
8,00 e/D=0,15

6,00 e/D=0,20
e/D=0,25
4,00

2,00 T erjadi T ekuk


0,00
10 15 20 25 30

Rasio Kelangsingan (Le/D)

Gambar 18. Daktilitas perpindahan pada setiap kelangsingan


4.3. Pengaruh Mutu Tabung Baja
Kekuatan leleh tabung baja bervariasi pada setiap negara, bergantung pada komponen
bahan pembentuk baja dan proses pembuatannya di pabrik. Untuk mengetahui
pengaruh kuat leleh tabung baja terhadap perilaku kolom CFT, maka akan digunakan
data-data material tabung baja pengujian yang pernah dilakukan oleh Fujimoto et.al
[2] dan Kilpatrik-Rangan [4] (fy = 283, 410, 579 dan 834 MPa) beserta dengan data
tegangan dan regangan ultimit setiap kuat lelehnya (fu = 408, 475, 646 dan 879 MPa,
u = 0,291; 0,17; 0,152 dan 0,101), sedangkan modulus elastisitas baja Es ditetapkan
sebesar 200.000 MPa, rasio eksentrisitas e/D sebesar 0,1, kuat tekan silinder beton tak
terkekang fc = 70 MPa dan rasio kelangsingan pelat tabung baja D/t = 40 untuk
mencegah terjadinya tekuk lokal, sedangkan dimensi penampang sama seperti
sebelumnya. Gambar 19. memperlihatkan pengaruh mutu tabung baja terhadap rasio
Pmaks/Po yang mampu dipikul oleh kolom CFT. Saat kelangsingan kecil (Le/D=10)
semua kolom CFT memberikan nilai Pmaks/Po yang sama, tetapi seiring dengan
bertambahnya kelangsingan, kolom CFT yang terbuat dari tabung baja mutu sangat
tinggi (fy=834 MPa) memberi hasil rasio Pmaks/Po yang lebih kecil dibanding yang
lain, sehingga beban maksimum yang dihasilkannya menjadi hampir sama dengan
kolom CFT yang terbuat dari tabung baja mutu lebih rendah (Gambar 20).

Rasio Kelangsingan (Le/r)


31(29) 46,5(43,5) 62(58) 77,5(72,5) 93(87)
1

fy=283 MPa
0,8
fy=410 MPa
fy=579 MPa
0,6
Pmaks/Po

fy=834 MPa

0,4 5

e / D =0,1
0,2 200
fc'=70 MP a

0
10 15 20 25 30

Rasio Kelangsingan (Le/D)

Gambar 19 Pengaruh mutu tabung baja terhadap Pmaks/Po

16 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

Rasio Kelangsingan (Le/r)


31(29) 46,5(43,5) 62(58) 77,5(72,5) 93(87)
3500

3000 fy=283 MPa

Beban Maksimum, kN
fy=410 MPa
2500
fy=579 MPa
2000
fy=834 MPa
1500 5

1000 e/ D=0,1
200
fc'=70 MPa
500

0
10 15 20 25 30

Rasio Kelangsingan (Le/D)

Gambar 20. Pengaruh mutu tabung baja terhadap Pmaks


Gambar 21. memperlihatkan riwayat pembebanan yang terjadi apabila kolom CFT
dengan rasio kelangsingan 20 yang terbuat dari beton mutu tinggi 70 MPa dan
dikombinasikan dengan beberapa jenis mutu tabung baja diberi beban dengan rasio
eksentrisitas sebesar 0,1. Tampak bahwa kelelehan awal pada kolom CFT yang
menggunakan tabung baja mutu sangat tinggi (fy=834 MPa) menandai kapasitas
dukung beban kolom tersebut. Setelah tabung baja meleleh pada bagian tekannya,
kolom tidak mampu menerima beban tambahan dan kemampuannya menahan beban
berkurang. Hal yang berbeda terjadi pada kolom yang menggunakan tabung baja mutu
normal (fy=283 MPa), dimana kelelehan awal terjadi sebelum kolom mencapai
kapasitas dukungnya dan kolom masih mampu menerima beban sebelum akhirnya
tabung baja bagian tarik meleleh dan menyebabkan kapasitas dukung kolom menurun.
Dalam Gambar 21. juga diikutsertakan kombinasi beton dan tabung baja mutu sangat
tinggi (fc=110 MPa dan fy=834 MPa) untuk mengetahui perilaku kolom CFT yang
terbuat dari material mutu sangat tinggi. Hasil yang didapat menunjukkan kemiripan
dengan kasus tabung baja mutu sangat tinggi (fy=834 MPa) yang diisi beton mutu
tinggi (fc=70 MPa) dimana kapasitas dukung beban kolom tetap ditentukan oleh
melelehnya tabung baja bagian tekan. Kolom CFT yang terbuat dari material tabung
baja mutu sangat tinggi dapat memikul beban maksimum yang lebih besar, tetapi
daktilitasnya berkurang (lihat Gambar 22).
5
2000 fc'=110 MPa e / D =0,1
1800 200 fc'=70 MP a
1600 L e / D =20
1400
1200 fy=579 MPa fy=834 MPa
P, kN

1000 fy=410 MPa


800 fy=283 MPa
600 Leleh tabung baja tekan
400 Beban Maksimum

200 Leleh tabung baja tarik


0
0 50 100 150 200 250

, mm

Gambar 21. Riwayat pembebanan pada setiap mutu tabung baja

ISBN 979.9243.80.7 17
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

Kolom CFT yang menggunakan kombinasi tabung baja mutu rendah dan beton mutu
tinggi akan menghasilkan daktilitas perpindahan yang lebih besar daripada
menggunakan tabung baja mutu sangat tinggi pada setiap rasio kelangsingan yang ada.
Ini dikarenakan tabung baja mutu normal lebih cepat melelehnya pada lendutan-
lendutan awal karena regangan lelehnya lebih kecil dibanding tabung baja mutu
tinggi. Sedangkan perilaku pasca leleh sampai beban maksimum tercapai, tabung baja
mutu normal memberi lendutan yang lebih panjang dibanding tabung baja mutu
tinggi.
Rasio Kelangsingan (Le/r)
31(29) 46,5(43,5) 62(58) 77,5(72,5) 93(87)
14,00
5
12,00
Daktilitas Perpindahan

fc'=70 M Pa
200
e/D=0,1
10,00
fy=283 MPa
8,00 fy=410 MPa
6,00 fy=579 MPa
fy=834 MPa
4,00

2,00

0,00
10 15 20 25 30

Rasio Kelangsingan (Le/D)

Gambar 22. Daktilitas perpindahan pada setiap mutu tabung baja


4.4. Pengaruh Mutu Beton
Mutu beton yang biasa digunakan dalam konstruksi bangunan biasanya bervariasi
mulai dari 25 MPa hingga penggunaan beton mutu tinggi tergantung dari fungsi
bangunan tersebut. Penggunaan beton mutu tinggi telah berkembang akhir-akhir ini
karena kelebihannya dalam kapasitas menahan beban yang besar sehingga dimensi
penampang kolom dapat direduksi. Untuk mengetahui pengaruh kuat tekan silinder
beton tak terkekang terhadap perilaku kolom CFT, maka akan diambil data-data kuat
tekan silinder beton yang bervariasi yaitu sebesar 30, 50, 70, 90 dan 110 MPa, kuat
leleh tabung baja sebesar 410 MPa, kuat tarik ultimit tabung baja sebesar 475 MPa,
rasio eksentrisitas e/D sebesar 0,1 dan rasio kelangsingan pelat tabung baja D/t = 40
untuk mencegah terjadinya tekuk lokal, sedangkan dimensi penampang sama seperti
sebelumnya. Gambar 23 dan Gambar 24 memperlihatkan pengaruh mutu beton
terhadap beban maksimum yang mampu dipikul oleh kolom.

Rasio Kelangsingan (Le/r)


31(29) 46,5(43,5) 62(58) 77,5(72,5) 93(87)
1
fc'=30 MPa
0,8 fc'=50 MPa
fc'=70 MPa
0,6
Pmaks/Po

fc'=90 MPa
fc'=110 MPa
0,4
5
e/ D=0,1
0,2
200 fy=410 MPa
fu=475 MPa
0
10 15 20 25 30
Rasio Kelangsingan (Le/D)

Gambar 23. Pengaruh mutu beton terhadap Pmaks/Po

18 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

Jika dibandingkan dengan penggunaan tabung baja mutu tinggi, penggunaan beton
mutu tinggi akan lebih efektif untuk mendapat kapasitas beban dukung yang besar
pada kolom pendek maupun kolom langsing. Ini dapat terlihat dari perbandingan
Gambar 23 atau Gambar 24 terhadap Gambar 19 atau Gambar 20, dimana kolom CFT
yang menggunakan kombinasi tabung baja mutu sangat tinggi (fy=834 Mpa) dan
beton mutu tinggi (fc=70 MPa) akan menghasilkan beban maksimum sebesar 2.938
kN(Pmaks/Po=0,65) pada rasio kelangsingan 10, sedangkan kolom CFT yang
menggunakan kombinasi tabung baja mutu tinggi (fy=410 MPa) dan beton mutu
sangat tinggi (fc=110 MPa) akan memberi beban maksimum yang tidak terlalu jauh
berbeda yaitu sebesar 2.671 kN(Pmaks/Po=0,61). Sedangkan pada kolom sangat
langsing (Le/D=30), kolom jenis pertama yang disebut diatas memberi Pmaks=867
kN(Pmaks/Po=0,19), jenis kedua memberi Pmaks=931 kN(Pmaks/Po=0,21).
Berdasarkan perbandingan tersebut maka penggunaan beton mutu sangat tinggi akan
lebih efektif daripada penggunaan tabung baja mutu sangat tinggi, apabila kolom CFT
direncanakan untuk dapat menahan beban aksial yang besar, terlebih lagi biaya
material beton lebih ekonomis daripada baja
Gambar 25 memperlihatkan riwayat pembebanan yang terjadi apabila kolom CFT
dengan rasio kelangsingan 20 yang terbuat dari beberapa jenis mutu beton dan
dikombinasikan dengan tabung baja yang berkekuatan leleh 410 MPa diberi beban
dengan rasio eksentrisitas sebesar 0,1. Tampak bahwa kolom CFT yang terisi beton
mutu sangat tinggi (fc=110 MPa) lebih kaku dibanding yang lain. Pada saat terjadi
kelelehan awal pada tabung baja, kekakuannya menjadi berkurang secara drastis,
tetapi kolom masih mampu memikul beban hingga beban maksimum tercapai dan
mampu mempertahankan beban yang konstan hingga kelelehan pada tabung baja
bagian tarik terjadi. Kelelehan tabung baja bagian tarik pada kolom CFT dengan beton
mutu sangat tinggi (fc=110 MPa) terjadi lebih cepat daripada kolom CFT yang diisi
beton mutu yang lebih rendah.

Rasio Kelangsingan (Le/r)


31(29) 46,5(43,5) 62(58) 77,5(72,5) 93(87)
3000
fc'=30 MPa
2500
Beban Maksimum, kN

fc'=50 MPa

2000 fc'=70 MPa


fc'=90 MPa
1500 fc'=110 MPa

1000 5
e/ D=0,1
500 200 fy=410 MPa
fu=475 MPa
0
10 15 20 25 30
Rasio Kelangsingan (Le/D)

Gambar 24. Pengaruh mutu beton terhadap Pmaks

ISBN 979.9243.80.7 19
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

5
2000 e/ D=0,1
fy=410 MPa
1800 200 fu=475 MPa
1600 L e / D =20
1400
1200
fc'=110 MPa
P, kN

1000 fc'=70 MPa


800 fc'=30 MPa
600 Leleh tabung baja tekan
400 Beban maksimum
200 Leleh tabung baja tarik
0
0 20 40 60 80 100 120

, mm

Gambar 25. Riwayat pembebanan pada setiap mutu beton


Hal ini dikarenakan beban tekan yang diberikan beton mutu sangat tinggi akan sangat
besar dan harus diimbangi oleh gaya tarik tabung baja agar terjadi kesetimbangan
gaya. Karena sangat besarnya gaya tekan tersebut maka baja akan cepat pula
mencapai regangan lelehnya untuk mengimbangi gaya tekan yang diberikan oleh
beton mutu sangat tinggi tersebut. Pada kolom yang sangat langsing (Le/D=30), baik
yang menggunakan beton mutu normal maupun beton mutu tinggi, beban maksimum
yang dapat dipikul oleh kolom terjadi bersamaan dengan kelelehan kolom. Setelah
tabung baja meleleh pada bagian tekannya, kolom menjadi tidak stabil dan kekuatan
menahan beban aksialnya menjadi berkurang. Material beton juga tidak dapat
mencapai kekuatan tekan maksimumnya akibat pengaruh kelangsingan yang
menyebabkan momen lentur tambahan dan membuat kolom menjadi cepat runtuh
pada beban aksial yang kecil.
Dari kurva pada Gambar 26 dan Gambar 27. dapat diketahui kolom CFT dengan
kombinasi beton mutu normal (30 MPa) dan baja mutu tinggi (410 MPa) memberikan
hasil daktilitas yang paling tinggi pada kolom dengan rasio kelangsingan yang rendah.
Seiring dengan bertambahnya kelangsingan kolom, daktilitas kolom CFT dengan
beton mutu normal menurun secara drastis dan menjadi hampir sama dengan kolom
CFT yang terbuat dari beton mutu tinggi. Fenomena ini mengindikasikan bahwa pada
kolom CFT yang sangat langsing, material beton baik mutu tinggi maupun mutu
normal tidak memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap pencapaian
daktilitas yang lebih besar, sedangkan pada kolom yang tidak begitu langsing, beton
mutu normal yang dikombinasikan dengan tabung baja mutu tinggi (410 MPa) akan
memberikan pengaruh terhadap pencapaian nilai daktilitas yang lebih besar. Perilaku
ini sesuai dengan sifat beton mutu tinggi yang mempunyai sifat yang lebih getas
dibanding beton mutu normal.

20 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

Rasio Kelangsingan (Le/r)


31(29) 46,5(43,5) 62(58) 77,5(72,5) 93(87)
14,00
5 fc'=30 MPa
12,00

Daktilitas Perpindahan
fy=410 M Pa
fc'=50 MPa
10,00 200 fu=475 M Pa
fc'=70 MPa
u=0,17
8,00 fc'=90 MPa
fc'=110 MPa
6,00

4,00

2,00

0,00
10 15 20 25 30

Rasio Kelangsingan (Le/D)

Gambar 26. Daktilitas perpindahan pada setiap mutu beton

16

14
Daktilitas Kurvatur,

12

10

6
5
4 fy=410 M Pa
200 fu=475 M Pa
2
u=0,17
0
0 5 10 15 20 25 30 35

Rasio Kelangsingan, L e /D

Gambar 27. Daktilitas kurvatur pada setiap mutu beton


4.5. Faktor Pembesaran Momen
Pada bagian ini akan dipelajari faktor pembesaran momen yang terjadi akibat
pengaruh kelangsingan dan eksentrisitas pada kolom CFT. Nilai rasio kelangsingan
dan eksentrisitas bervariasi seperti sebelumnya, demikian juga dengan dimensi dan
bentuk penampang kolom, sedangkan data material propertis beton dan baja sama
seperti yang digunakan dalam menganalisa pengaruh rasio kelangsingan, yaitu kuat
tekan beton fc = 70 MPa, kuat leleh tabung baja 410 MPa, kuat tarik tabung baja
475 MPa dan regangan ultimit 0,17. Nilai faktor pembesaran momen dihitung
berdasarkan:
M c = .M 2 ...............................................................(24)
M 2 = Pmaks .e ...............................................................(25)
dimana Mc adalah momen eksternal yang terjadi pada kolom saat beban maksimum
yang besarnya diketahui dari perhitungan program, sedangkan M2 adalah momen pada
kolom tanpa memperhitungkan pengaruh kelangsingan, atau momen yang seharusnya
terjadi pada kolom pendek, dan e adalah eksentrisitas beban aksial terhadap titik pusat
penampang kolom.
Gambar 28 memperlihatkan kurva pengaruh rasio eksentrisitas pada setiap rasio
kelangsingan terhadap faktor pembesaran momen yang terjadi. Pada gambar, terlihat

ISBN 979.9243.80.7 21
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

jelas apabila kolom semakin pendek maka faktor pembesaran momen yang terjadi
juga semakin kecil, sedangkan jika kolom semakin langsing maka faktor pembesaran
momen semakin besar, tetapi hati-hati jika eksentrisitas beban yang terjadi sangat
kecil pada kolom yang sangat langsing, maka bahaya tekuk elastis akan terjadi. Pada
Gambar.28, bentuk kurva untuk kolom dengan Le/D sebesar 30 terhenti pada rasio
eksentrisitas 0,1 karena pada rasio eksentrisitas 0,05 nilai faktor pembesaran momen
menjadi tidak berhingga akibat beban kritis yang terlampaui.

6 5
Faktor Pembesaran Momen

fc' = 70MPa
5 fy = 410MPa 200
fu = 475MPa
Le/D=30
4 Le/D=25 u = 0,17
Le/D=20
3 Le/D=15
Le/D=10
2

0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3
Rasio Eksentrisitas (e/D)

Gambar 28. Faktor pembesaran momen pada setiap rasio kelangsingan dan rasio
eksentrisitas
4.7. Rangkuman Hasil Studi Parametrik
Hasil studi parametrik menunjukkan bahwa beban stabilitas kolom yang sangat
langsing (Le/D=30), sangat dipengaruhi oleh tabung bajanya daripada beton didalam
tabung. Penggunaan beton dan tabung baja mutu tinggi pada kolom CFT yang sangat
langsing tersebut akan memberikan pengaruh pada peningkatan kapasitas dukung
bebannya, tetapi setelah tabung baja meleleh pada bagian tekannya maka kekuatan
kolom menjadi berkurang. Sedangkan pada Le/D=20, beban batas stabilitas terjadi
sesaat setelah tabung baja meleleh. Kekakuan kolom berubah secara drastis setelah
terjadi kelelehan tabung baja tersebut. Eksentrisitas beban berpengaruh terhadap
kapasitas dukung kolom. Kolom yang diberi beban dengan eksentrisitas yang besar
akan dominan mengalami lentur dan kapasitas beban aksial tekan yang dapat
dipikulnya akan berkurang. Kapasitas dukung kolom yang diberi beban dengan
eksentrisitas yang besar (e/D>0,15) akan terjadi sesaat setelah tabung baja bagian tarik
meleleh, tetapi jika eksentritas beban kecil (0,05<e/D0,15) maka kapasitas dukung
terjadi setelah atau bersamaan dengan melelehnya tabung baja bagian tekan.
Sedangkan apabila kolom yang sangat langsing diberi beban terpusat, maka akan
terjadi tekuk elastis.

5. STUDI PERBANDINGAN
Pada Bagian ini akan dilakukan contoh studi perbandingan antara kolom CFT
berpenampang lingkaran dengan kolom CFT berpenampang bujursangkar. Tujuan dari
studi perbandingan ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku kolom CFT antara
penampang lingkaran dengan penampang bujursangkar dengan luasan penampang dan
rasio ketebalan pelat D/t (penampang lingkaran) atau B/t(penampang bujursangkar)
yang sama. Masing-masing kolom termasuk dalam kategori kolom langsing dan
terbuat dari material beton dan baja mutu tinggi. Dimensi penampang dipilih dimensi

22 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

yang umum digunakan dalam pelaksanaan konstruksi bangunan. Data-data


penampang dan material yang digunakan dirangkum dalam Tabel.3. dibawah ini.
Tabel 3. Data penampang dan material
Bentuk Penampang Lingkaran Bujursangkar
t t

D B

Material Propertis Satuan


Diameter D (Lebar B ) 450 400 mm
tebal tabung t 4,5 4 mm
D/t (B/t) 100 100
Luas beton Ac 152.745,02 153.664,00 mm2
Luas tabung baja As 6.298,11 6.336,00 mm2
Luas penampang Ag 159.043,13 160.000,00 mm2
As/Ag 0,0396 0,0396
Momen Inersia beton Ic 1.856.625.268 1.967.718.741 mm4
Momen Inersia baja Ist 156.264.323 165.614.592 mm4
Kuat tekan beton fc' 70 70 MPa
Modulus Elastisitas beton Ec 32.395,61 32.391,33 MPa
Tegangan leleh tabung baja fy 410 410 MPa
Modulus Elastisitas baja Es 200.000 200.000 MPa
Tegangan batas tabung baja fu 475 475 MPa
Regangan batas u 0,17 0,17
Rasio eksentrisitas e/D (e/B) 0,10 0,10
Tinggi efektif Le 8000 8000 mm
Rasio kelangsingan Le/r * 57,67 56,19

* Perhitungan rasio kelangsingan berdasarkan peraturan ACI [1]


Model konstitutif yang digunakan dalam menganalisa kekuatan dan perilaku kolom
CFT ini adalah model Fujimoto, Mukai, Nishiyama dan Sakino (2004)[2].
Berdasarkan persamaan 1, dapat diketahui hubungan tegangan-regangan beton
terkekang untuk penampang lingkaran dan bujursangkar. Perbandingan tegangan-
regangan beton terkekang antara penampang lingkaran dengan bujursangkar dengan
luas penampang Ag yang sama diperlihatkan pada Gambar 29.

70 ccB
60 CP
0,8 ccB Lingkaran (Ag=1590cm2)
Kuat Tekan fc (MPa)

50
0,8 CP
40
Bujursangkar (Ag=1600cm 2)
30

20

10

0
0,000 0,005 0,010 0,015 0,020 0,025 0,030

Regangan c

Gambar 29. Hubungan tegangan-regangan beton


Hubungan tegangan-regangan tabung baja penampang lingkaran dapat diketahui dari
persamaan 11 sampai 13, sedangkan penampang bujursangkar dapat diketahui dari
persamaan 14 sampai 16 dan dari Tabel 2. Perbandingan tegangan-regangan tabung
baja antara penampang lingkaran dengan bujursangkar diperlihatkan pada Gambar 30.

ISBN 979.9243.80.7 23
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

500 Lingkaran (Ag=1590cm2)


400
300
Bujursangkar (Ag=1600cm2)
200

Tegangan fs (MPa)
100
0
-0,030 -0,020 -0,010 0,000 0,010 0,020 0,030
-100
-200
Tarik -300 Tekan

-400

-500

Regangan s

Gambar 30. Hubungan tegangan-regangan tabung baja


5.1. Kekuatan Penampang
Kekuatan penampang direpresentasikan melalui diagram interaksi kedua penampang
tersebut dan hasilnya ditunjukkan oleh Gambar 31. Pada gambar tersebut disertakan
pula penampang lingkaran dengan diameter dan rasio D/t yang sama dengan
penampang bujursangkar (D=400 mm, D/t=100, Ag=1207 cm2) untuk mengetahui
perbandingan kapasitas kekuatannya dengan penampang bujursangkar pada kasus jika
diameternya sama dengan lebar penampang bujursangkar.

14.000

12.000
Lingkaran (Ag=1590cm2)
B eban Aksial P (kN)

10.000

8.000

6.000 Bujursangkar (Ag=1600cm2)

Lingkaran (Ag=1207cm2)
4.000

2.000

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1.000

Mom en (kN.m)

Gambar 31. Diagram interaksi penampang


Kapasitas penampang diasumsikan terjadi ketika regangan tekan beton serat teratas
telah mencapai kondisi ultimit. Didefinisikan regangan beton ultimit u terjadi ketika
tegangan beton fc tereduksi sebesar 80% dari tegangan maksimum beton ccB (cp),
sehingga dari persamaan 1 dapat diketahui uc = 0,01 untuk penampang lingkaran dan
uc = 0,005 untuk penampang bujursangkar seperti yang terlihat pada Gambar 29.
Hasil diagram interaksi yang ditunjukkan pada Gambar 31., mengindikasikan
penampang lingkaran mempunyai kapasitas dukung beban dan lentur yang lebih besar
dibanding penampang bujursangkar untuk kasus luas penampang Ag dan rasio D/t(B/t)
yang sama, tetapi untuk kasus diameter atau lebar penampang dan rasio D/t(B/t) yang
sama, penampang bujursangkar mempunyai kapasitas dukung yang lebih besar,
terutama kapasitas dalam menahan momen lentur.

24 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

5.2. Perilaku Beban-Lendutan


Perilaku beban-lendutan kolom CFT yang diberi beban dengan eksentrisitas sebesar
0,1 D (0,1 B) dan tinggi efektif Le 8000 mm ditunjukkan pada Gambar 32.
Penampang lingkaran terlihat lebih daktail dalam artian kemampuan dalam menahan
beban aksial setelah beban maksimum tercapai masih tetap tinggi dibanding
penampang bujursangkar, baik untuk kasus luas penampang yang sama maupun untuk
kasus diameter(lebar) penampang yang sama. Untuk kasus luas penampang yang
sama, penampang lingkaran juga dapat menahan gaya aksial yang lebih besar
(P=5.365 kN) dibanding penampang bujursangkar (P=5.269 kN), tetapi untuk kasus
penampang dengan diameter(lebar) yang sama, penampang bujursangkar menahan
gaya aksial yang lebih besar dibanding penampang lingkaran (P=3.794 kN).

6000 Lingkaran (Ag=1590cm2)


Bujursangkar (Ag=1600cm2)
5000

4000
Beban, kN

3000

2000 Lingkaran (Ag=1207cm2)

1000

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Lendutan, mm

Gambar 32. Kurva beban-lendutan

6. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini adalah :
1. Hasil verifikasi terhadap hasil pengujian yang pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti, menunjukkan model numerik kolom CFT langsing yang menggunakan
model Fujimoto et.al [2] memberikan hasil analisis beban-lendutan yang akurat.
2. Kapasitas dukung beban kolom CFT yang sangat langsing (Le/D25) lebih
ditentukan oleh tabung bajanya daripada beton didalam tabung. Beton didalam
tabung baja tidak dapat mencapai kuat tekan terkekangnya dan beban batas
stabilitas terjadi bersamaan dengan kelelehan awal tabung baja bagian tekan.
3. Perlu membatasi kelangsingan maksimum kolom CFT langsing sebesar Le/D = 25
(Le/r = 77,5 berdasarkan peraturan ACI [1] atau 72,5 berdasarkan peraturan AISC-
LRFD) selama kolom direncanakan tidak memikul beban konsentris. Apabila
kolom direncanakan memikul beban konsentris, maka batas kelangsingan perlu
diperkecil lagi, yaitu sebesar Le/D = 15 (Le/r = 46,5 atau 43,5 berdasarkan
peraturan ACI [1] dan AISC).
4. Penggunaan beton mutu tinggi akan lebih baik daripada penggunaan tabung baja
mutu tinggi, apabila kolom CFT direncanakan untuk dapat menahan beban aksial
dan memiliki daktilitas yang besar, terlebih lagi biaya material beton lebih
ekonomis daripada baja.

ISBN 979.9243.80.7 25
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

5. Penggunaan tabung baja mutu normal yang dikombinasikan dengan beton mutu
tinggi akan menghasilkan daktilitas perpindahan dan daktilitas kurvatur yang lebih
besar daripada kombinasi tabung baja mutu tinggi dengan beton mutu tinggi, tetapi
konsekwensinya beban aksial maksimum yang dapat dipikul akan lebih kecil.
6. Kolom CFT penampang lingkaran lebih daktail daripada penampang bujursangkar
(Gambar.32). Untuk kasus luas penampang yang sama, penampang lingkaran
mampu memikul beban aksial yang lebih besar daripada penampang bujursangkar,
tetapi untuk kasus penampang dengan diameter (lebar) yang sama, penampang
bujursangkar mampu memikul beban aksial yang lebih besar daripada penampang
lingkaran.

Singkatan
CFT : Concrete Filled Steel Tubular (Tabung baja yang diisi beton)
ACI : American Concrete Institute
AISC : American Institute of Steel Construction
LRFD : Load and Resistance Factor Design
ascending branch : Bagian kurva yang naik
descending branch : Bagian kurva yang turun
strain-hardening : Sifat baja dimana terjadi penambahan tegangan dan regangan
setelah tegangan lelehnya tercapai
Tekuk lokal : Tekuk yang berbentuk penggelembungan pada dinding tabung
baja
Tekuk elastis : Kolom melendut secara tiba-tiba sebelum terjadi kelelehan pada
tabung baja

Daftar Notasi
Ac : Luas beton
As : Luas tabung baja
Ag : Luas penampang kolom CFT
B : Lebar terluar tabung baja penampang bujursangkar
B/t : Rasio lebar tabung baja terhadap ketebalannya (penampang bujursangkar)
D : Diameter terluar tabung baja penampang lingkaran
D/t : Rasio diameter tabung baja terhadap ketebalannya (penampang lingkaran)
di : Jarak serat lapis ke-i dari garis netral penampang
e : Eksentrisitas beban
e/D : Rasio eksentrisitas beban
Ec : Modulus elastisitas beton
EI : Kekakuan lentur kolom komposit
Es : Modulus elastisitas baja
c : Regangan beton
c : Regangan beton saat tegangan puncak
u : Regangan baja saat tegangan tarik ultimit
uc : Regangan tekan ultimit beton pada serat tekan teratas
y : Regangan leleh baja
fy : Kuat leleh tabung baja
fc : Kuat tekan silinder beton (Tegangan puncak silinder beton)
fc : Tegangan silinder beton
fu : Tegangan tarik ultimit baja

26 ISBN 979.9243.80.7
Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-Beton dengan Beban Gaya Normal Tekan Eksentris

Ig : Momen inersia beton


It : Momen inersia tabung baja
k : Faktor panjang efektif
L : Tinggi kolom
Le : Tinggi efektif kolom yang diukur antar perletakan
Le/D : Rasio kelangsingan kolom komposit
Le/r : Rasio kelangsingan berdasarkan peraturan ACI dan AISC
Me : Momen eksternal
Mi : Momen internal
P : Beban aksial
Pc : Beban kritis
Pi : Beban aksial internal
Pmaks : Beban maksimum yang mampu dipikul kolom
Po : Beban maksimum nominal (Po=As.fy+Ac.fc)
r : Jari-jari girasi
t : Tebal pelat tabung baja
: Lendutan
u : Lendutan saat beban ultimit
y : Lendutan saat kelelehan awal
u : Kurvatur saat beban ultimit
y : Kurvatur saat kelelehan awal
: Daktilitas perpindahan
: Daktilitas kurvatur
o : Kurvatur pada setengah tinggi efektif kolom
: Faktor pembesaran momen
o : Lendutan awal pada Le

Model Konstitutif Beton Fujimoto, Mukai, Nishiyama dan Sakino [2]


c : Tegangan aksial beton (MPa)
c : Regangan aksial beton
ccB : Kuat tekan beton terkekang (MPa)
cco : Regangan aksial saat kuat tekan beton terkekang maksimum
cp : Kuat tekan beton tak terkekang (MPa)
cB : Kuat tekan silinder beton (MPa)
co : Regangan aksial saat kuat tekan beton tak terkekang maksimum
k : Koefisien kekangan
sy : Kuat leleh tabung baja (MPa)
U : Faktor pengaruh skala
D : Diameter terluar tabung baja (mm)
t : Tebal tabung baja (mm)
r : Tegangan kekangan (MPa)
h : Rasio volumetrik tabung baja = 4(B-t)/b2
B : Lebar terluar tabung baja (mm)
b : Lebar bagian dalam tabung baja (mm)

Model Konstitutif Baja Fujimoto, Mukai, Nishiyama dan Sakino [2]


sy : Regangan leleh tabung baja (sy/Es)
s : Regangan tabung baja
sy : Tegangan leleh tabung baja (MPa)

ISBN 979.9243.80.7 27
Bambang Budiono, Luhut M.Gultom

s : Tegangan tabung baja (MPa)


st : Tegangan tarik tabung baja (MPa)
su : Regangan saat tegangan tarik tabung baja

7. DAFTAR PUSTAKA
1. ACI Committee 318 (2002) Building Code Requirements For Structural
Concrete (ACI 318-02) And Commentary (ACI 318R-02), American Concrete
Institute
2. Fujimoto, T., Mukai, A., Nishiyama, I., and Sakino, K. (2004), Behavior of
Eccentrically Loaded Concrete-Filled Steel Tubular Columns, Journal of
Structural Engineering, vol.130, No.2, February 1, 2004, pp.203-212
3. Johansson, M. and Gylltoft, K. (2001), Structural behavior of slender circular
steel concrete composite columns under various means of load application, Steel
and Composite Structures, vol.1, No.4 pp. 393-410
4. Kilpatrick, A.E., and Rangan,V.B. (1999), Test on High-Strength Concrete-Filled
Steel Tubular Columns, ACI Structural Journal, v.96, No.2, March-April 1999,
pp.268-281
5. Load and resistance factor design specification for structural steel buildings
(1999), Chicago, Illinois, American Institute of Steel Construction
6. Luhut M. Gultom, (2005), Analisis Kolom Langsing Tubular Komposit Baja-
Beton Yang Dibebani Secara Eksentris, Tesis, Institut Teknologi Bandung.
7. Luhut M. Gultom, (2002) Studi Eksperimental Kolom Komposit Baja-Beton
Berpenampang Lingkaran, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
8. Sakino, K., Nakahara, H., Morino, S., and Nishiyama, I., (2004) Behavior of
Centrally Loaded Concrete-Filled Steel-Tube Short Columns, Journal of
Structural Engineering, vol.130, No.2, February 1, pp.180-188
9. Vrcelj, Z., and Uy, B. (2002), Strength of slender concrete-filled steel box
columns incorporating local buckling, Journal of Constructional Steel Research
58 275-300

28 ISBN 979.9243.80.7

Anda mungkin juga menyukai