Anda di halaman 1dari 5

2.

2 ORGANISASI POLITIK
Menurut Manuel G. Velasquez dalam buku Etika Bisnis. Bagi
semua orang yang pernah bekerja di sebuah organisasi besar, struktur berorientasi
tujuan dan efisien yang diberikan dari model organisasi rasional pada perusahaan
bisnis mungkin akan terlihat agak tidak lengkap atau malah tidak sesuai dengan
kenyataan. Meskipun banyak perilaku dalam orgnanisasi sejalan dengan model
rasional, namun sejumlah besar perilaku organisasi tidak bisa dikatakan berorientasi
tujuan, efisien, ataupun rasional. Para pegawai dalam oranisasi seling terlibat dalam
berbagai intrik, persaingan memperoleh sumber daya organisasi, membentuk
kelompuk-kelompok kecil yang saling bermusuhan, perlakuan pengawas yang
sewenang-wenang,berebut memperoleh kesempatan memajukan karier, saling
berdebat tentang apa dan bagaimana tujuan organisasi yang sesungguhnya, serta
berselisih tentsng strategi untuk mencapai strategi tersebut. Perilaku-perilaku diatas
tampak tidak sejalan dengan pola pencapaian tujuan organisasi secara tradisioal. Untuk
memahami perilaku-perilaku tersebut serta masalah-masalah etis yang diakibatkannya,
kita perlu beralih pada model kedua model yang tidak terlalu fokus pada aspek-
aspek rasional, namun lebih menekankan pada aspek politik: model politik dari
organisasi.
Analisis politik atas organisasi yang kita akan lihat sekarang merupakan
pandangan yang lebih muktahir tentang organisasi dibandingkan analisis rasional.
Tidak seperti model model rasional, model politik organisasi tidak hanya melihat pada
garis kewenangan (otoritas) dan komunikasi dalam organisasi ataupun mengasumsikan
bahwa semua perilaku organisasi secara rasional didesain untuk mencapai suatu tujuan
dan sasaran ekonomi seperti keuntungan dan produktivitas. Namun, model politik
melihat organisasi sebagai suatu sistem yang terdiri dari sejumlah koalisi kekuatan
yang saling bersaing, jalur pengaruh dan komunikasi formal dan informal yang
terbentuk dari koalisi-koalisi tersebut. Ketimbang menggambarkan hieraki yang rapi
dari model rasional, model politik menggambarkan sebuah jaringan yang lebih
semrawut dan rumit atas hubungan-hubungan kekuasaan serjta jalur komunikasi yang
saling silang.
Dalam model politik, individu terlihat berkumpul membentu koalisi yang
selanjutnya saling bersaing satu sama lain memperebutkan sumber daya, keuntungan,
dan pengaruh. Dengan demikian, tujuan organisasi menjadi tujuan yang dibentuk
oleh koalisi paling kuat dan dominan. Tujuan tidak ditetapkan oleh otoritas yang sah
,melainkan ditatapkan melalui tawar menawar antara berbagai koalisi. Realita dasar
organisasi, menurut model ini, bukanlah otoritas formal atau hubugan kontraktual,
namun kekuasaan: kemampuan individu untuk merubah perilaku pihak lain menuju
cara yang diinginkan tanpa harus merubah perilaku mereka sendiri menuju cara yang
tidak diinginkan.
Jika kita memfokuskan pada kekuasaan sebagai dasar realita organisasional,
maka permasalahan etis utama yang akan kita temui saat kita mengamati organisasi
adalah masalah yang berkaitan dengan akuisisi dan pelaksanaan kekuasaan. Masalah
etis utama difokuskan bukan pada kewajiban kontraktual perusahaan dan pegawai,
namun pada hambatan-hambatan moral terhadap kekuasaan dalam organisasi.
Politik Organisasional
Hambatan etis atas penggunaan kekuasaan formal sebagian besar didasarkan
pada perspektif moral. Hak atas privasi, proses yang layak, kebebasan suara hati, dan
persetujuan semuanya dapat diformalisasikan dalam organisasi seperti halnya
hubungan kekuasaan yang juga diformalisasikan.
Namun demikian, seperti yang telah kita lihat, organisasi juga memiliki
kantung-kantung dan saluran kekuasaan informal: sumber-sumber kekuasaan yang
terlihat dalam bagan organisasional dan penggunaan kekuasaan yang samar dan
mungkin dianggap sah.
Taktik Politik dalam Organisasi
Tidak ada definisi yang ditetapkan atas politik organisasional. Dalam hal ini
kita bisa menggunakan definisi berikut: proses dimana individu atau kelompok
menggunakan taktik-taktik kekuasaan yang dibentuk secara non-formal untuk
mencapai tujuannya sendiri; kita semua menamakan taktik ini sebagai taktik politik.
Ada hal yang perlu diperhatikan, kecuali jika pembaca menginterpretasikan
tujuannya sendiri sebagai tujuan berkonflik dengan kepentingan-kepentingan
organisasi. Meskipun tujuan suatu koalisi dalam perusahaan munkin berkonflik
dengan kepentingan-kepentingan perusahaan, namun konflik seperti itu bukannya
tidak bisa dihindari ataupun, mungkin, sering terjadi. Ada dua faktor yang cenderung
menekan konflik-konflik semacam itu:
a) Karier individu sering bergantung pada kesehatan organisasi
b) Hubungan yang berlangsung lama dengan organisasi cenderung menciptakan ikatan
loyalitas pada organisasi.
Konflik antara tujuan suatu kelompok tertentu dengan kepentingan organisasi mungkin
sebenarnya adalah konflik antara keyakinan orang tersebut dengan keyakinan
kelompok sehubungan dengan apa yang dimaksud dengan kepentingan organisasi.
Karena politik organisasional bertujuan untuk mencapai kepentingan individu
atau kelompok dengan menggunakan kekuasaan-kekuasaan nonformal atas individu
kelompok lain, maka individu-individu politik cenderung menutupi maksud dan
metode mereka.
Fakta bahwa taktik politik biasanya tersembunyi memiliki arti bahwa taktik
tersebut sangat mungkin mengandung unsur penipuan atau manipulasi. Dalam sebuah
penelitian yang dilaksanakan belum lama ini atas personel manajerial, para responden
diminta untuk menggambarkan taktik politik yang sering mereka temui dalam
organisasi tempat mereka bekerja. Berikut taktik-taktik yang mereka laporkan.
1. Menyalahkan atau menyerang pihak lain.
2. Mengendalikan informasi.
3. Mengembangkan dukungan bagi gagasan seseorang.
4. Membangun image.
5. Menjalin hubungan dengan pihak yang berpengaruh.
6. Membentuk koalisi kekuasaan dan mengembangkan aliansi yang kuat.
7. Menciptakan kewajiban.
Sejumlah peneliti menyatakan bahwa sumberdasar kekuasaan adalah pembentukan
ketergantungan. Semua orang yang pernah bekerja pada organsisasi bisa menemukan
banyak contoh mengenai penggunaan taktik politik dalam kehidupan organisasional.
Etika Taktik Politik
Utilitas tujuan. Prinsip utilitarian mewajibkan manajer menetapkan tujuan-
tujuan yang menhasilkan keuntungan sosial terbesar dengan kerugian sosial yang
paling kecil. Jika kita mengasumsikan bahwa organisasi bisnis melaksanakan fungsi
yang secara sosial menguntungkan dan bahwa aktivitas-aktivitas yang merugikan dari
organisasi tersebut kemungkinan akan meniadakan keuntungan sosial, maka
utilitarianisme mengimplikasikan bahwa masing-masing manajer perlu menghindari
tindakan yang merugikan organisasi dan berusaha memastikan bahwa organsiasi
mampu melaksanakan fungsi sosialnya yang menguntungkan.
Ada dua jenis taktik politik yang secara lansung bertentangan dengan norma
tersebut dan otomatis juga dinilai tidak etis:
1. Taktik politik yang melibatkan usaha mencari tujuan-tujuan pribadi dengan
mengorbankan tujuan-tujuan produktif organisasi.
2. Taktik politik yang melibatkan inefisiensi dan pemborosan.
Meskipun penggunaan taktik politik untuk menetapkan tujuan-tujuan yang
tidak sah adalah tidak etis, namun taktik politik juga bisa digunakan untuk
menetapkan tujuan-tujuan yang secara moral sah dengan syarat taktik tersebut
memenuhi dua kriteria berikut:
1. Konsistensi tindakan politik dengan hak moral.
Penggunaan taktik politik yang terlihat jelas merupakan bentuk penipuan dan
manipulatif jelas tidak etis jika:
a. Tidak tahu atau tidak memperkirakan bahwa mereka diperalat.
b. Tidak bebas meninggalkan organisasi.
c. Tidak mampu mempertahankan diri dalam menghadapi dalam menghadapi
taktik semacam itu.
Penggunaan taktik diatas merupakan pelanggaran moral terhadap individu
yang bersangkutan.
2. Kewajaran konsekuensi.
Taktik politik bisa menciptakan ketidak adilan dengan merusak perlakuan yang
disyaratkan keadilan. Taktik politik juga menciptakan ketidakadilan antara para
pegawai yang kurang atau tidak memiliki keahlian politik sama sekali. Taktik
politik tidak hanya bisa membuat orang lain lebih baik atau lebih buruk
dibandingkan dengan dengan layak mereka terima, namun politik juga dapat
digunakan untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendri. Penggunaan taktik
politik seperti itu untk memperoleh keuntungan berdasarkan karakteristik-
karakteristik yang tidak relevan juga termasuk tidak adil,
Organisasi Politik yang Beretika
Menurut Agus Arijanto dalam buku Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis. Dalam
organisasi politik terdapat individu-individu yang terlibat dan berperan aktif di
dalamnya. Sehingga mereka juga mempunyai tujuan, visi dan misi dalam mencapai
tujuannya. Kita menyadari bahwa dinamika politik tidak dapat dipisahkan dengan
kegiatan ekonomi. Jika secara politik negara kita aman, maka dari sisi perekonomian
negara juga dapat bekembang untuk mencapai tujuannya. Sehingga negara akan
makmur dan sejahtera. Namun demikian, jika politik suatu negara carut marut, maka
hampir bisa dipastikan akan berpengaruh buruk terhadap kegiatan ekonomi suatu
negara.
Untuk itu, menanamkan etika dan moral yang baik dalam politik juga dapat
membawa pengaruh terhadap etika dan moral pada kegiatan organisasi bisnis.
Sehingga pelaku bisnis yang ada tersebut dapat memiliki budaya kerja dan etika kerja
yang baik, sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku secara umum baik
dalam maupun luar negeri.
Organisasi politik yang baik adalah organisasi politik yang dapat menanamkan
dan berpedoman dan berpedoman terhadap etika dan norma-norma bisnis yang
dimiliki. Walaupun pada kenyataannya, dilihat pada kehidupan organisasi politik yang
ada di negara kita, masih memiliki tujuan partai maupun individu untuk mencari
keuntungan bagi organisasi politiknya. Karena begitu pesatnya perkembangan dunia
secara global, maka kebiasaan-kebiasaan buruk ini harus diubah, jika tidak, maka
organisasi politik yang demikian ini akan ditinggalkan oleh anggota-anggotanya
bahkan masyarakat tidak akan menghargainya (respect).
Kian lama masyarakat semakin kritis dan cerdas terhadap organisasi politik
yang baik dan dapat memberikan manfaat bagi dirinya maupun lingkungannya. Dan
dapat memberikan harapan-harapan yang lebih baik di masa depan. Pelaku bisnis juga
akan menilai organisasi politik mana yang baik dan dapat memberikan kontribusi yang
nyata bagi dunia bisnis, mereka.

Anda mungkin juga menyukai