Anda di halaman 1dari 30

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi organ yang terganggu pada kasus?

Jawab:
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang
terletak pada iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral
sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh
pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara
wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk
setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran
ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan
dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium.
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan,
yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal
(penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus)
dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang
meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara
juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe payudara sering
dikaitkan dengan timbulnya kanker maupun penyebaran
(metastase) kanker payudara
Setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun
radier dan berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap
lobus memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum
ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi
oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut
areola mamma. Pada areola mamma, terdapat tonjolan-
tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola di
bawahnya.
Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa
perbedaan di tempat yang berlainan. Pada bagian lateral atas
(dekat aksila), cenderung terasa bergumpal-gumpal besar.
Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau kerikil.
Sedangkan bagian di bawah puting susu, akan terasa seperti
kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda
pada orang yang berbeda.
Menurut Hoskins et, al (2005) Untuk mempermudah
menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima
regio, yaitu :
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
5. Regio puting susu (nipple)
Fisiologi Mammae

Mammae mulai berkembang saat pubertas dan


perkembangannya distimulasi oleh estrogen yang berasal dari siklus
seksual wanita bulanan. Estrogen merangsang pertumbuhan
kelenjar mammaria payudara ditambah dengan deposit lemak
untuk memberi massa payudara. Selain itu, pertumbuhan yang
lebih besar terjadi selama kadar estrogen yang tinggi pada
kehamilan dan hanya jaringan kelenjar saja yang berkembang
sempurna untuk pembentukan air susu. Terdapat 2 hormon yang
berperan dalam proses perkembangan payudara antara lain :

a) Peranan Estrogen (Pertumbuhan sistem duktus)


Selama kehamilan, sejumlah besar estrogen disekresikan
oleh plasenta sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan
bercabang. Secara bersamaan, stroma payudara juga bertambah
besar dan sejumlah besar lemak terdapat dalam stroma.
Sedikitnya ada 4 hormon lain yang penting dalam pertumbuhan
sistem duktus diantaranya hormon pertumbuhan, prolaktin,
glukokortikoid adrenal dan insulin. Masing-masing hormon
tersebut diketahui memainkan paling sedikit beberapa peranan
dalam metabolisme protein.
b) Peranan Progesteron (Perkembangan sistem lobulus-alveolus)
Perkembangan akhir payudara menjadi organ yang
menyekresi air susu juga memerlukan progesteron. Sekali sistem
duktus telah berkembang, progesteron bekerja secara sinergistik
dengan estrogen, juga dengan semua hormon-hormon lain yang
disebutkan di atas menyebabkan pertumbuhan lobulus
payudara, dengan pertunasan alveolus dan perkembangan sifat-
sifat sekresi dari sel-sel alveoli. Perubahan-perubahan ini analog
dengan efek sekresi progesteron pada endometrium uterus
selama pertengahan akhir siklus seksual wanita. 10
Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk
perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, namun
hormon ini mempunyai pengaruh untuk tidak menyebabkan
alveoli menyekresi air susu. Air susu disekresi hanya sesudah
payudara yang siap dirangsang lebih lanjut oleh prolaktin dari
kelenjar hipofisis anterior. Konsentrasi hormon prolaktin dalam
darah ibu meningkat secara tetap dari minggu kelima kehamilan
sampai kelahiran bayi.

a. Apa makna klinis :

1. Tidak ada riwayat trauma pada payudara pada kasus?


Untuk menyingkirkan diagnosis tumor akibat infeksi dan
nekrosis lemak.

2. Apa makna klinis Tidak ada riwayat penyakit yang sama


dalam keluarga ?
Jawab:
Pada kasus ini menyingkirkan diagnosis bahwa Ny. Aminah menederita tumor
payudara disebabkan oleh faktor keturunan / genetik. Karena, Risiko untuk
menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau saudara perempuan
kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih tinggi jika anggota
keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40 tahun. Risiko juga
meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga ayah atau ibu)
yang menderita kanker payudara.
3. Bagaimana mekanisme terjadinya benjolan sesekali
dirasakan nyeri pada kasus?
Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan mutasi
merupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa
dan jaringan epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang abnormal sehingga
akan tampak tumor yang membentuk lobus- lobus hal ini dikarenakan terjadi
gangguan pada nukleus sel yang menyebabkan sel kehilangan fungsi
deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan rangsangan estrogen
fibroadenoma mamae ukurannya akan lebih meningkat hal ini terlihat saat
menstruasi dan hamil. Nyeri pada payudara disebabkan karena ukuran dan
tempat pertumbuhan fibroadenoma mamae yang akan terjadi saat menstruasi
atau hamil karena peningkatan produksi hormone estrogen.

1. Apa makna pemeriksaan region axilla dextra?


Interpretasi : normal (tumor hanya unilateral dan belum metastasis ke kanan.

2. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari nipple discharge?


Interpretasi : abnormal
Mekanisme :
Adanya benjolan retraksi putting susu nipple discharge.

3. Apa makna tidak ditemukan kelainan pada rontgen thorax?


Normal (untuk melihat adanya dugaan metastasis ke paru)

a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan penunjang ?

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil Interpretasi


Penunjang
Hb 12-15 g/dl 12,1 g/dl Normal
Leukosit 5000 10000 7000 sel/mm3 Normal
sel/mm3
Trombosit 150.000-400.000 270000 sel/mm3 Normal
sel/mm3
Ro Thorax Tidak di temukan Tidak di temukan Normal
kelainan kelainan

USG payudara: Tidak di temukan Hypoechoic Abnormal


kelainan batas regular,
diameter
horizontal lebih
panjang dari
vertical, ukuran
3,5x3x3 cm

b. Adakah pemeriksaan penunjang lain selain di skenario untuk


membantu menegakkan diagnosis dan interpretasinya ?
PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik bagi tumor mammae cukup dengan inspeksi dan palpasi
sahaja tanpa melakukan perkusi dan auskultasi.

Inspeksi
Minta kebenaran pasien untuk membuka baju serta BH dan pastikan di ruangan
pencahayaan yang baik.Posisi pasien bisa duduk dengan tangan bercekak pingang
ataupun kedua tangan dibiarkan tergantung ke bawah. Berikut antara perkara yang
perlu diamati pada kedua-dua payudara;

Bandingkan bentuk dan ukuran kedua belah payudara


Warna kulit
Ada pembengkakkan
Pori-pori kulit membesar
Ada kulit yang tertarik atau cekung
Amati putting susu serta areola mammae
Adakah putting susu tertarik kedalam atau tidak sama kedua-dua belah
Ada bahagian bersisik
Adakah ternampak pelebaran pembuluh darah
Adakah benjolan yang tampak
Adakah penonjolan di bahagian ketiak
Adakah terdapat pembesaran kelenjar di bahagian infra dan supraklavikular
Adakah terdapat setelit nodul

Pengamatan di atas sekali lagi dilakukan dengan posisi kedua tangan diangkat ke atas
pula

Palpasi

Pada ketika palpasi, hendaklah menggunakan bantalan jari untuk


meraba.Gunakan jari 1 hingga 3 dan rabalah bermula dengan tekanan ringan lalu
makin kuat dan apabila perlu dengan sangat kuat. Posisi yang sama seperti inspeksi di
atas ataupun pasien bisa baring dengan bantal diletakkan di bawah bahu.

Palpasi dilakukan dimulai dari putting berputar keluar makin lama makin
besar lingkaran meraba. Putaran dilakukan mengikut arah jam dan setelah selesai
lakukan semula mengikut arah bertentangan. Raba bahagian ketiak kanan dan kiri
serta memijat putting susu.

Pada bahagian ketiak, rabalah ketiak kanan pasien menggunakan tangan kiri kita
dengan lengan bawah kanan pasien diletakkan diatas lengan bawah kanan pemeriksa
sambil tangan kanan pemeriksa memegang lengan atas kanan pasien.Lakukan hal
sebaliknya untuk ketiak kiri. Pada perabaan ketiak berikut antara perkara yang perlu
diperhatikan;
Adakah terdapat kelenjar getah bening yang teraba dan berapa besarnya,
konsistensi
Adakah terdapat perlekatan dengan kelenjar-kelenjar getah bening sekitarnya.

Berikut pelaporan yang perlu dicatatkan;

Lokasi benjolan
Ukuran benjolan
Bentuk benjolan
Konsistensi benjolan
Hubungan dengan jaringan ikat sekitarnya
Mobile atau melekat pada dasar
Adakah nyeri tekan

Gambar 1: Kuadran payudara

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologi

1. USG

Untuk membedakan lesi tumor yang solid dan kistik.

Ultrasonografi sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan kistik setelah
ditemukan kelainan pada mamografi . Pemeriksaan ini juga dapat digunakan pada
kondisi klinis tertentu, misalnya pada wanita hamil yang mengeluh ada benjolan di
payudara sedangkan hasil mamografi nya tidak jelas walaupun sudah diulang, dan
untuk panduan saat biopsi jarum atau core biopsy.
Hasil pemeriksaan USG maupun mamografi dapat diklasifi kasikan menurut panduan
The American College of Radiology yang dikenal sebagai ACR-BIRADS, sebagai
berikut:

Kategori 0: Harus dilakukan mamografi untuk menentukan diagnosis

Kategori 1: Negatif atau tidak ditemukan lesi

Kategori 2: Jinak. Biasanya kista simpleks. Ulang USG 1 tahun lagi

Kategori 3: Kemungkinan jinak. Sering ditemukan pada FAM. Ulang USG 3-6 bulan
Kategori 4: Curiga abnormal. Harus dibiopsi

Kategori 5: Sangat curiga ganas. Dikelola sesuai panduan kanker payudara dini
Kategori 6: Kanker. Hasil biopsi memang benar keganasan payudara, dikelola sebagai
kanker payudara dini.

2. Mammografi

Mammografi adalah pemeriksaan yang sensitif untuk mendeteksi lesi yang tidak
teraba (unpalpable). Prediksi malignansi dapat dipermudah dengan menerapkan
kategori BI-RADS (Breast Imaging Reporting and Data system). Adapun kategori BI-
RADS, yaitu :

Kategori 0 : diperlukan pemeriksaan tambahan


Kategori 1 : tidak tampak kelainan
Kategori 2 : lesi benigna
Kategori 3 : kemungkinan lesi benigna, diperlukan follow up 6 bulan
Kategori 4 : kemungkinan maligna
Kategori 5 : sangat dicurigai maligna atau maligna

Lesi ganas memperlihatkan gambaran stelata dan batas irreguler, kelompok


mikrokalsifikasi yang berspikula, distorsi parenkim disekitar lesi. Lesi jinak
mempunyai batas tegas dan bulat, bila ada kalsifikasi berbentuk bulat dan jarang
berkelompok. Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran mammografi :

i. Usia
Bila usia di bawah 30 tahun, struktur fibroglandular yang padat akan
memberikan gambaran densitas yang tinggi sehingga sulit mendeteksi
mikrokalsifikasi atau distorsi parenkim. Dengan meningkatnya usia,
struktur fibroglandular akan berkurang kepadatannya sehingga gambaran
mammografi lebih lusen dan memudahkan untuk mendeteksi kelainan
pada payudara.
ii. Siklus haid/laktasi
Kompresi pada payudara akan memberikan rasa tidak nyaman bahkan
nyeri pada payudara. Oleh karena itu pemeriksaan mammografi
dianjurkan dilakukan setelah haid dan sekaligus memastikan tidak ada
kehamilan
iii. Terapi hormonal
Penggunaan terapi hormonal akan meningkatkan densitas fibroglandular
pada mammografi, sehingga informasi penggunaan terapi hormonal dan
lamanya penggunaan penting diketahui agar interpretasi gambaran
mammografi menjadi lebih akurat.

Sebagian dokter mencemaskan bahwa pemeriksaan mammogram yang teratur


memiliki bahaya terkena radiasi. Karena alasan inilah, maka American Cancer
Society membuat rekomendasi sebagai berikut :

i. Wanita usia di atas 20 tahun melakukan SADARI tiap bulan


ii. Wanita usia 20-40 tahun memeriksakan diri ke dokter tiap 3 tahun
iii. Wanita usia di atas 40 tahun memeriksakan diri ke dokter setiap tahun.
iv. Wanita usia 35-40 tahun melakukan pemeriksaan mammografi dasar.
v. Wanita usia di bawah 50 tahun konsul ke dokter untuk mammografi.
vi. Wanita di atas 50 tahun tiap tahun melakukan pemeriksaan
mammogram

3. MRI mammae

Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular (MVD) abnormal,


MRI mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam
diagnosis karsinoma mammae stadium dini. Tapi pemeriksaan ini cukup mahal, sulit
digunakan meluas, hanya menjadi suatu pilihan dalam diagnosis banding terhadap
mikrotumor.2

4. Foto thoraks

Untuk melihat adanya dugaan metastasis ke paru.

Laboratorium
1. Kimia darah

Peningkatan kadar serum alkali posphatase berkaitan dengan metastase ke hati dan
tulang.

Biopsi

1. Aspirasi jarum halus

Aspirasi jarum halus (FNA) adalah suatu prosedur perkutan ("melalui kulit") yang
menggunakan jarum halus dan jarum suntik untuk cairan sampel dari kista payudara
atau menghapus kelompok sel dari suatu massa padat. Dengan FNA, bahan selular
yang diambil dari payudara biasanya dikirim ke laboratorium patologi untuk analisis. 2-
4

Sebuah teknik yang mirip dengan FNA juga dapat digunakan oleh ahli radiologi
atau dokter bedah untuk mengalirkan cairan dari kista jinak.Prosedur ini disebut
aspirasi kista.

Sebuah prosedur aspirasi jarum halus umumnya hampir menimbulkan rasa sakit
dan hanya membutuhkan beberapa menit untuk tampil.Secara teknis, ini prosedur
biopsi FNA bukan sebagai bahan diambil terbuat dari cairan yang berasal baik dari
cystor dari ruang antar sel dan beberapa sel, ketika biopsi adalah membawa kembali
sepotong jaringan di mana arsitektur jaringan tersebut diawetkan.

Gambar 2: Gambaran FAM pada hasil BAJAH


2. Core biopsi jarum

Sebuah jarum biopsi inti adalah prosedur yang memindahkan sampel kecil tapi
padat jaringan menggunakan "inti" jarum berongga. Untuk gamblang bisa dirasakan
lesi, dokter perbaikan lesi dengan satu tangan dan melakukan biopsi jarum freehand
dengan yang lain. Dalam hal non-teraba stereotactic mamografi lesi, atau USG, atau
bimbingan PEM digunakan.

Dengan mamografi stereotaktik adalah mungkin untuk menentukan lokasi yang


tepat dari massa berdasarkan gambar yang diambil dari dua sudut yang berbeda dari
mesin x-ray. Dengan USG, ahli radiologi atau ahli bedah dapat menonton jarum di
USG monitor untuk membantu memandu ke bidang perhatian.

Dengan KEP (positron mammagraphy emisi), lesi tersebut ditargetkan dalam 3D


berdasarkan tomografi emisi positron (PET) gambar payudara. Jarum digunakan
selama biopsi jarum core lebih besar dari jarum digunakan dengan FNA.Jarum biopsi
inti juga memiliki canggih khusus memungkinkan pemindahan sampel lebih besar
dari jaringan. Dengan biopsi jarum core sampel relatif besar dapat dihilangkan
melalui sayatan tunggal yang kecil di kulit.

Biasanya, daerah payudara pertama kali dibius lokal dengan jumlah kecil cairan
anestesi.Kemudian, jarum ditempatkan ke payudara. Seperti FNA, ahli radiologi atau
ahli bedah akanmemandu jarum ke daerah yang menjadi perhatian oleh meraba
benjolan. Jika lesi tidak dapat merasakan inti biopsi jarum dilakukan di bawah
gambar-panduan baik menggunakan stereotactic mamografi, USG atau bahkan
Magnetic Resonance Imaging (MRI).Sebuah prosedur biopsi jarum inti membutuhkan
waktu beberapa menit untuk melakukan dan hampir tanpa rasa sakit.

3. Biopsi dibantu Vacuum

Biopsi Vacuum dibantu adalah versi dari biopsi jarum core menggunakan teknik
vakum untuk membantu koleksi sampel jaringan. Jarum biasanya memiliki bukaan
("dari samping") lateral dan dapat diputar beberapa sampel memungkinkan untuk
dikumpulkan melalui sayatan kulit tunggal. Prosedur biopsi dibantu Vacuum mirip
dengan biopsi jarum inti normal. Kategori biopsi vakum dibantu juga termasuk
otomatis perangkat inti rotasi.

4. Langsung & Biopsi Frontal

Inovasi terbaru dalam akuisisi jaringan untuk payudara manusia telah


menyebabkan pengembangan sistem unik frontal langsung.Khasiat dianggap optimal
jika diagnosa dengan biopsi transkutan identik dengan spesimen bedah dalam kasus
keganasan atau sesuai dengan klinis follow-up ketika jinak.

Sistem biopsi langsung dan frontal aman bagi pasien, dan prosedur yang bahkan
dapat dianggap relatif tidak menimbulkan rasa sakit.Kualitas sampel cukup untuk
penelitian biologi molekuler.The frontal langsung jaringan-sistem akuisisi dapat
ditambahkan ke daftar metode macrobiopsy yang aman dan efisien untuk digunakan
dalam deteksi dini kanker payudara.

5. Biopsi bedah terbuka

Biopsi bedah terbuka berarti bahwa massa yang besar atau benjolan akan dihapus
selama prosedur operasi. Bedah biopsi memerlukan sayatan sekitar 3 sampai 5 cm dan
biasanya dilakukan di ruang operasi dalam kondisi steril.Buka biopsi bedah dalam
beberapa kasus dapat dilakukan dengan anestesi lokal tetapi dalam banyak kasus
anestesi umum mungkin diperlukan.

Sepuluh tahun yang lalu, biopsi payudara kebanyakan prosedur bedah


terbuka.Hari ini kebanyakan pasien adalah kandidat untuk kurang prosedur biopsi
invasif seperti biopsi jarum core. Tergantung pada lokasi lesi yang akan dibiopsi,
radiolog sering akan melakukan lokalisasi jarum terlebih dahulu untuk membimbing
ahli bedah ke situs yang sedang dibiopsi.

Hipotesis:
a. Diagnosis Banding

Cystosarcoma Phyllodes

Tumor : diameter melebihi 5 cm bisa 10 20 cm (Biasanya besar sekali dan


berkembang dengan cepat
Permukaan berbenjol-benjol
Konsistensi ada yang padat ada yang kisteus
Mobile ( tak lekat pada dasar atau kulit )
Sebagian mengalami lobulasi dan menjadi kistik, karena pada potongan
memperlihatkan celah mirip daun, tumor ini disebut tumor filoides.
Kulit mengkilap tegang pelebaran vena subkutan
Tak ada lympoma axilla

Intraductal Papilloma

Keluar darah dari puting susu


Tumor kecil kadang tak teraba
Letak sub areoler atau peri areola.
Sifat seperti FAM

Mastitis Dextra

Radang payudara atau infeksi payudara (Mastitis) adalah radang pada


payudara yang disebabkan karena infeksi pada jaringan payudara.
Penyebabnya adalah:
1. Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan
puting payudara saat menyusui.
2. Infeksi bakteri Staphylococcus auereus yang masuk melalui celah atau
retakan putting payudara.
3. Saluran ASI tersumbat tidak segera diatasi sehingga menjadi mastitis.
Gejala:
1. Payudara bengkak dan terasa nyeri serta keras saat diraba dan tampak
memerah.
2. Permukaan kulit payudara tampak seperti pecah-pecah.
3. Badan disertai demam seperti terserang flu.
b. Patofisiologi dan atau Patogenesis

Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa
reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas
jaringan setempat yang berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini
sering digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada
kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari
jaringan di sekitarnya.Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala
dan ditemukan secara kebetulan.Fibroadenoma biasanya ditemukan sebagai benjolan
tunggal, tetapi sekitar 10%-15% wanita yang menderita fibroadenoma memiliki
beberapa benjolan pada kedua payudara. Penyebab munculnya beberapa
fibroadenoma pada payudara belum diketahui secara jelas dan pasti. Hubungan antara
munculnya beberapa fibroadenoma dengan penggunaan kontrasepsi oral belum dapat
dilaporkan dengan pasti. Selain itu adanya kemungkinan patogenesis yang
berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan payudara lokal terhadap estrogen,
faktor makanan dan faktor riwayat keluarga atau keturunan. Kemungkinan lain adalah
bahwa tingkat fisiologi estrogen penderita tidak meningkat tetapi sebaliknya jumlah
reseptor estrogen meningkat. Peningkatan kepekaan terhadap estrogen dapat
menyebabkan hyperplasia kelenjar susu dan akan berkembang menjadi karsinoma
Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon. Fibroadenoma bervariasi selama
siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan dapat membesar selama masa
kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak menggangu kemampuan seorang wanita
untuk menyusui. Diperkirakan bahwa sepertiga dari kasus fibroadenoma jika
dibiarkan ukurannya akan berkurang bahkan hilang sepenuhnya.Namun yang paling
sering terjadi, jika dibiarkan ukuran fibroadenoma akan tetap. Tumor ini biasanya
bersifat kenyal dan berbatas tegas dan tidak sulit untuk diraba. Apabila benjolan
didorong atau diraba akan terasa seperti bergerak-gerak sehingga beberapa orang
menyebut fibroadenoma sebagai breast mouse. Biasanya fibroadenoma tidak terasa
sakit, namun kadang kala akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sangat sensitif
apabila disentuh

c. Komplikasi

FAM mempunyai risiko yang sangat rendah untuk menjadi tumor ganas. Komplikasi
yang mungkin terjadi adalah berlakunya pembesaran yang terlalu pada tumor tersebut
yang bisa menyebabkan terjadinya deformitas bentuk payudara penderita. Didalam
kasus tertentu yang sangat-sangat jarang sahaja FAM akan berubah menjadi kanker.

Komplikasi FAM meliputi :

1. Dampak psikologi

2. Gangguan dalam kehidupan seharian

3. Tumor jinak menjadi ganas

4. Metastasi ke jaringan organ lain

Penegakan Diagnosis dan Diagnosis Kerja


a.Anamnesis
Gejala
Gejala yang yang paling sering meliputi :
1. Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau
pada puting susunya
a. Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara
atau di daerah ketiak
b. Puting susu terasa mengeras
2. Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting
susunya
a. Perubahan ukuran maupun bentuk dari payudara
b. Puting susu tertarik ke dalam payudara
c. Kulit payudara, areola, atau puting bersisik, merah, atau
bengkak. Kulit
mungkin berkerut-kerut seperti kulit jeruk.
3. Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu Pada awal
kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika
sel kanker telah menyebar, biasanya sel kanker dapat ditemukan
di kelenjar limfe yang berada di sekitar payudara. Sel kanker
juga dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh lain, paling
sering ke tulang, hati, paru-paru, dan otak.
Pada 33% kasus kanker payudara, penderita menemukan benjolan pada
payudaranya. Tanda dan gejala lain dari kanker payudara yang jarang
ditemukan meliputi pembesaran atau asimetrisnya payudara, perubahan pada
puting susu dapat berupa retraksi atau keluar sekret, ulserasi atau eritema kulit
payudara, massa di ketiak, ketidaknyamanan muskuloskeletal. 50% wanita
dengan kanker payudara tidak memiliki gejala apapun. Nyeri pada payudara
biasanya berhubungan dengan kelainan yang bersifat jinak.
Anamnesis yang dilakukan harus mencakup status haid,
status perkawinan, partus, laktasi, riwayat kelainan payudara
sebelumnya, riwayat keluarga
b. Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi
Pada inspeksi dilihat ukuran, simetri kedua payudara, dan apakah ada
benjolan tumor atau perubahan patologik kulit misal ada cekungan, kemerahan,
edema, erosi, nodul, dan lainnya. Perhatikan juga kedua papilla mammae simetri
apa tidak, ada retraksi atau tidak, ada distorsi atau kelainan lain apa tidak.
2. Palpasi
Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk
palpasi kelenjar limfe di aksila, supraklavikula, dan parasternal. Setiap massa
yang teraba atau suatu lymphadenopathy, harus dinilai lokasinya, ukurannya,
konsistensinya, bentuk, mobilitas atau fiksasinya.

c. Pemeriksaan penunjang

1. Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan
untuk mendeteksi kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat
dipalpasi. Karsinoma yang tumbuh lambat dapat diidentifikasi dengan
mammografi setidaknya 2 tahun sebelum mencapai ukuran yang dapat
dideteksi melalui palpasi.
Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun 1960 dan
teknik ini terus dimodifikasi dan diimprovisasi untuk meningkatkan kualitas
gambarnya. Mammografi konvensional menyalurkan dosis radiasi sebesar 0,1
sentigray (cGy) setiap penggunaannya. Sebagai perbandingan, Foto X-ray
thoraks menyalurkan 25% dari dosis radiasi mammografi. Mammografi dapat
digunakan baik sebagai skrining maupun diagnostik. Mammografi mempunyai
2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal (CC) dan oblik mediolateral (MLO).
MLO memberikan gambaran jaringan mammae yang lebih luas, termasuk
kuadran lateral atas dan axillary tail of Spence. Dibandingkan dengan MLO,
CC memberikan visualisasi yang lebih baik pada aspek medial dan
memungkinkan kompresi payudara yang lebih besar.
Radiologis yang berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma payudara
dengan tingkat false-positive sebesar 10% dan false-negative sebesar 7%.
Gambaran mammografi yang spesifik untuk karsinoma mammae antara lain
massa padat dengan atau tanpa gambaran seperti bintang (stellate), penebalan
asimetris jaringan mammae dan kumpulan mikrokalsifikasi. Gambaran
mikrokalsifikasi ini merupakan tanda penting karsinoma pada wanita muda,
yang mungkin merupakan satu-satunya kelainan mammografi yang ada.
Mammografi lebih akurat daripada pemeriksaan klinis untuk deteksi
karsinoma mammae stadium awal, dengan tingkat akurasi sebesar 90%.
Protokol saat ini berdasarkan National Cancer Center Network (NCCN)
menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun harus dilakukan
pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia di atas 40 tahun, pemeriksaan
payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan pemeriksaan mammografi.
Pada suatu penelitian atas screening mammography, menunjukkan reduksi
sebesar 40% terhadap karsinoma mammae stadium II, III dan IV pada
populasi yang dilakukan skrining dengan mammografi.

2. Ultrasonografi (USG)
Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting
untuk membantu hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik
digunakan untuk menentukan massa yang kistik atau massa yang padat. Pada
pemeriksaan dengan USG, kista mammae mempunyai gambaran dengan batas
yang tegas dengan batas yang halus dan daerah bebas echo di bagian
tengahnya. Massa payudara jinak biasanya menunjukkan kontur yang halus,
berbentuk oval atau bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas
yang tegas.
Karsinoma mammae disertai dengan dinding yang tidak beraturan,
tetapi dapat juga berbatas tegas dengan peningkatan akustik. USG juga
digunakan untuk mengarahkan fine-needle aspiration biopsy (FNAB), core-
needle biopsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara. USG merupakan
pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat diterima oleh pasien tetapi tidak
dapat mendeteksi lesi dengan diameter 1 cm.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada
mammografi, lesi payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada
pemeriksaan klinis dan mammografi tidak didapat kelainan, maka
kemungkinan untuk mendiagnosis karsinoma mammae sangat kecil.
MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya
digunakan untuk skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan
karsinoma mammae yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga bermanfaat
dalam memeriksa mammae kontralateral pada wanita dengan karsinoma
payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler
atau menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.

4. Biopsi
Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan
pemeriksaan sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi
eksisional dengan resiko yang rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang
ahli dalam diagnosis sitologi dari karsinoma mammae dan juga dalam masalah
pengambilan sampel, karena lesi yang dalam mungkin terlewatkan. Insidensi
false-positive dalam diagnosis adalah sangat rendah, sekitar 1-2% dan tingkat
false-negative sebesar 10%. Kebanyakan klinisi yang berpengalaman tidak
akan menghiraukan massa dominan yang mencurigakan jika hasil sitologi
FNA adalah negatif, kecuali secara klinis, pencitraan dan pemeriksaan sitologi
semuanya menunjukkan hasil negatif.
Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti
jaringan dengan jarum yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-core
needle biopsy dari massa yang dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di
klinik dan cost-effective dengan anestesi lokal.
Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum
memutuskan tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat
dipercaya. FNAB atau core-needle biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan
hasil yang cepat dengan biaya dan resiko yang rendah, tetapi ketika hasilnya
negatif maka harus dilanjutkan dengan open biopsy.Open biopsy dapat berupa
biopsy insisional atau biopsi eksisional. Pada biopsi insisional mengambil
sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya
core-needle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan gambaran DCIS
saja atau klinis curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi tidak tersedia
core-needle biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa payudara diambil.

5. Biomarker
Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker
sebagai salah satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae.
Biomarker ini mewakili gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara
inisiasi dan perkembangan karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil
akhir dalam penelitian kemopreventif jangka pendek dan termasuk perubahan
histologis, indeks dari proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah pada
karsinoma.
Nilai prognostik dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma
mammae antara lain (1) petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear
antigen (PNCA), BrUdr dan Ki-67; (2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan
rasio bax:bcl-2; (3) petanda angiogenesis seperti vascular endothelial growth
factor (VEGF) dan indeks angiogenesis; (4) growth factors dan growth factor
receptors seperti human epidermal growth receptor (HER)-2/neu dan
epidermal growth factor receptor (EGFr) dan (5) p53.

Pencegahan

Mencegah carsinoma mammae dapat dimulai dari


menghindarkan faktor penyebab kemudian juga menemukan
kasus dini sehingga dapat dilakukan pengobatan kuratif.
Pemeriksaan payudara sendiri oleh seorang wanita sebulan
sekali sekitar hari kedelapan menstruasi dapat dianjurkan.
Pemeriksaan oleh dokter bila ada yang dicurigai dan bila
seseorang tergolong dalam resiko tinggi, diperlukan pada waktu
tertentu bila usianya di atas 35 tahun. Bila perlu dapat dilakukan
mammografi. Orang sehat dengan resiko tinggi atas terjadinya
karsinoma payudara atas dasar mengidap mutasi onkogen,
seperti BRCA1, BRCA2 atau CHEK dapat mempertimbangkan
mastektomi bilateral preventif.

Skrining
Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini menurut American Cancer
Society :
Wanita berumur 40 tahun harus melakukan screening
mammogram secara terus-menerus selama mereka dalam
keadaan sehat, dianjurkan setiap tahun.
Wanita berumur 20-30 tahun harus melakukan pemeriksaan
klinis payudara (termasuk mammogram) sebagai bagian dari
pemeriksaan kesehatan yang periodik oleh dokter, dianjurakan
setiap 3 tahun.
Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
payudara sendiri mulai umur 20 tahun. untuk kemudian
melakukan konsultasi ke dokter bila menemukan kelainan.
Wanita yang berisiko tinggi (>20%) harus melakukan
pemeriksaan MRI dan mammogram setiap tahun.
Wanita yang risiko sedang (15-20%) harus melakukan
mammogram setiap tahun, dan konsultasi ke dokter apakah
perlu disertai pemeriksaan MRI atau tidak.
Wanita yang risiko rendah (<15%) tidak perlu pemeriksaan
MRI periodik tiap tahun. Wanita termasuk risiko tinggi bila : -
mempunyai gen mutasi dari BRCA1 atau BRCA2 - mempunyai
kerabat dekat tingkat pertama (orang tua, kakak-adik) yang
memiliki gen mutasi dari BRCA1 atau BRCA2 tetapi belum pernah
melakukan pemeriksaan genetik - mempunyai risiko kanker 20
-25% menurut penilaian faktor risiko terutama berdasarkan
riwayat keluarga - pernah mendapat radioterapi pada dinding
dada saat umur 10-30 tahun - mempunyai Li-Fraumeni
syndrome, Cowden syndrome, atau Bannayan- Riley-Ruvalcaba
syndrome, atau ada kerabat dekat tingkat pertama memiliki
salah satu sindrom-sindrom ini.
Wanita dengan risiko sedang bila : - mempunyai risiko kanker
15-20% menurut penilaian faktor risiko terutama berdasarkan
riwayat keluarga - mempunyai riwayat kanker pada satu
payudara, ductal carcinoma in situ (DCIS), lobular carcinoma in
situ (LCIS), atypical ductal hyperplasia (ADH), atau atypical
lobular hyperplasia (ALH) - mempunyai kepadatan yang tidak
merata atau berlebihan terlihat pada pemeriksaan mammogram

Penatalaksanaan
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif.Terapi kuratif
dianjurkan untuk stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal
lanjut (T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma mungkin
dapat disembuhkan dengan terapi multimodalitas, tetapi
kebanyakan hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif diberikan pada
pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan metastasis
jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.

A. Terapi secara pembedahan

1. Mastektomi partial (breast conservation)

Tindakan konservatif terhadap jaringan payudara terdiri dari reseksi


tumor primer hingga batas jaringan payudara normal, radioterapi dan
pemeriksaan status KGB (kelenjar getah bening) aksilla.Reseksi tumor
payudara primer disebut juga sebagai reseksi segmental, lumpectomy,
mastektomi partial dan tylectomy.Tindakan konservatif, saat ini merupakan
terapi standar untuk wanita dengan karsinoma mammae invasif stadium I atau
II.Wanita dengan DCIS hanya memerlukan reseksi tumor primer dan
radioterapi adjuvan.
Ketika lumpectomy dilakukan, insisi dengan garis lengkung konsentrik
pada nipple-areola complex dibuat pada kulit diatas karsinoma
mammae.Jaringan karsinoma diangkat dengan diliputi oleh jaringan mammae
normal yang adekuat sejauh 2 mm dari tepi yang bebas dari jaringan
tumor.Dilakukan juga permintaan atas status reseptor hormonal dan ekspresi
HER-2/neu kepada patologis.
Setelah penutupan luka payudara, dilakukan diseksi KGB aksilla
ipsilateral untuk penentuan stadium dan mengetahui penyebaran regional.Saat
ini, sentinel node biopsy merupakan prosedur staging yang dipilih pada aksilla
yang tidak ditemukan adanya pembesaran KGB. Ketika sentinel node biopsy
menunjukkan hasil negatif, diseksi KGB akilla tidak dilakukan.

2. Modified Radical Mastectomy


Modified radical mastectomy mempertahankan baik M. pectoralis
mayor and M. pectoralis minor, dengan pengangkatan KGB aksilla level I dan
II tetapi tidak level III. Modifikasi Patey mengangkat M. pectoralis minor dan
diseksi KGB axilla level III. Batasan anatomis pada Modified radical
mastectomy adalah batas anterior M. latissimus dorsi pada bagian lateral, garis
tengah sternum pada bagian medial, bagian inferiornya 2-3 cm dari lipatan
infra-mammae dan bagian superiornya m. subcalvia.
Seroma dibawah kulit dan di aksilla merupakan komplikasi tersering
dari mastektomi dan diseksi KGB aksilla, sekitar 30% dari semua kasus.
Pemasangan closed-system suction drainage mengurangi insidensi dari
komplikasi ini. Kateter dipertahankan hingga cairan drainage kurang dari 30
ml/hari. Infeksi luka jarang terjadi setelah mastektomi dan kebanyakan terjadi
sekunder terhadap nekrosis skin-flap. Pendarahan sedang dan hebat jarang
terjadi setelah mastektomi dan sebaiknya dilakukan eksplorasi dini luka untuk
mengontrol pendarahan dan memasang ulang closed-system suction drainage.
Insidensi lymphedema fungsional setelah modified radical mastectomy sekitar
10%. Diseksi KGB aksilla ekstensif, terapi radiasi, adanya KGB patologis dan
obesitas merupakan faktor-faktor predisposisi.

B. Terapi secara medikalis (non-pembedahan)

1. Radioterapi

Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma


mammae. Untuk wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy, radiasi
adjuvan diberikan untuk mengurangi resiko rekurensi lokal, juga dilakukan
untuk stadium I, IIa, atau IIb setelah lumpectomy. Radiasi juga diberikan pada
kasus resiko/kecurigaan metastasis yang tinggi.

Pada karsinoma mammae lanjut (Stadium IIIa atau IIIb), dimana resiko
rekurensi dan metastasis yang tinggi maka setelah tindakan pembedahan
dilanjutkan dengan terapi radiasi adjuvan.

2. Kemoterapi

a. Kemoterapi adjuvann
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada karsinoma
mammae tanpa pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5 cm
dan tidak dianjurkan. Jika ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran
KGB dan dengan resiko rekurensi tinggi maka kemoterapi dapat diberikan.
Faktor prognostik yang tidak menguntungkan termasuk invasi pembuluh darah
atau limfe, tingkat kelainan histologis yang tinggi, overekspresi HER-2/neu
dan status reseptor hormonal yang negatif sehingga direkomendasikan untuk
diberikan kemoterapi adjuvan.
Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain siklofosfamid,
doxorubisin, 5-fluorourasil dan methotrexate. Untuk wanita dengan karsinoma
mammae yang reseptor hormonalnya negatif dan lebih besar dari 1 cm,
kemoterapi adjuvan cocok untuk diberikan. Rekomendasi pengobatan saat ini,
berdasarkan NSABP B-15, untuk stadium IIIa yang operabel adalah modified
radical mastectomy diikuti kemoterapi adjuvan dengan doxorubisin diikuti
terapi radiasi.

b. Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang diberikan
sebelum dilakukan tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila tumor
terlalu besar untuk dilakukan lumpectomy.
Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium lanjut adalah
kemoterapi neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi atau
lumpectomy dengan diseksi KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi
adjuvan, dilanjutkan dengan terapi radiasi. Untuk Stadium IIIa inoperabel dan
IIIb, kemoterapi neoadjuvan digunakan untuk menurunkan beban atau ukuran
tumor tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan modified radical
mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.

3. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik
berupa reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor
hormon ini ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal dan lobular
invasif yang masih berdiferensiasi baik.
Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen
menghambat pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis
terhadap anti-estrogen sekitar 60% pada wanita dengan karsinoma mammae
dengan reseptor hormon yang positif, tetapi lebih rendah yaitu sekitar 10%
pada reseptor hormonal yang negatif. Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi
adalah tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri tulang, hot flushes, mual,
muntah dan retensi cairan dapat terjadi pada pengunaan tamoxifen. Resiko
jangka panjang pengunaan tamoxifen adalah karsinoma endometrium. Terapi
dengan tamoxifen dihentikan setelah 5 tahun. Beberapa ahli onkologi
merekomendasikan tamoxifen untuk ditambahkan pada terapi neoadjuvan
pada karsinoma mammae stadium lanjut terutama pada reseptor hormonal
yang positif. Untuk semua wanita dengan karsinoma mammae stadium IV,
anti-estrogen (tamoxifen), dipilih sebagai terapi awal.

4. Terapi antibodi anti-HER2/neu


Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae yang
baru didiagnosis, saat ini direkomendasi. Hal ini digunakan untuk tujuan
prognostik pada pasien tanpa pembesaran KGB, untuk membantu pemilihan
kemoterapi adjuvan karena dengan regimen adriamycin menberikan respon
yang lebih baik pada karsinoma mammae dengan overekspresi HER-2/neu.
Pasien dengan overekspresi Her-2/neu mungkin dapat diobati dengan
trastuzumab yang ditambahkan pada kemoterapi adjuvan.

Prognosis
Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae
antara tahun 1983-1987 telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan,
epidemiologi dan hasil akhir program data, didapatkan bahwa angka 5-year
survival untuk stadium I adalah 94%, stadium IIa 85%, IIb 70%, dimana pada
stadium IIIa sekitar 52%, IIIb 48% dan untuk stasium IV adalah 18%.

Tumor payudara

Definisi Tumor Payudara

Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat


pertumbuhan sel yang terjadi secara terus menerus. Dalam klinik,
istilah tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan
sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma
maupun oleh radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk
tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh neoplasma .

Etiologi dan Faktor Resiko

Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum


diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah
teridentifikasi, yaitu :

a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara
dibandingkan dengan pria. Prevalensi tumor payudara pada
pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor
payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita
tumor payudara.
c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada
kromosom 13 dapat meningkatkan resiko tumor payudara
sampai 85%. Selain itu, gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2
juga diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

d. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan
pertambahan usia.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama
jika tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan,
dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara.
f. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat
dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.

Klasifikasi Tumor Payudara.


Berdasarkan The World Health Organization (WHO) tahun
2003, Klasifikasi histologik Tumor Payudara Sebagai Berikut :
Kelainan Akibat Ketidakseimbangan Hormon

Penyakit Fibrokistik

Kelainan ini paling sering ditemukan, bersifat jinak dan nonneoplastik tetapi
memiliki hubungan dengan meningkatnya resiko terjadinya keganasan. Fibrokistik
payudara ditandai dengan rasa nyeri dan benjolan yang ukurannya berubahubah.
Benjolan ini membesar sebelum periode menstruasi serta mengeluarkan cairan puting
yang tidak normal. Pada periode menjelang menopause, sifat benjolan pada kelainan
ini tidak berbatas tegas dan kenyal seperti karet

Penyebab pasti dari fibrokistik payudara belum diketahui, tetapi dipengaruhi


oleh hormon estrogen. Apabila estrogen di dalam aliran darah kadarnya memuncak
sewaktu pertengahan siklus tepat sebelum ovulasi, payudara menjadi bengkak, penuh,
dan terasa berat. Gejala ini memburuk pada awal periode menstruasi terutama pada
wanita 4045 tahun dan menurun jelas pasca menopause. Sehingga, perubahan kistik
disimpulkan akibat ketidakseimbangan antara hiperplasia epitel, bersama dengan
dilatasi duktus dan lobulus yang terjadi pada setiap siklus menstruasi

Neoplasma Jinak

Neoplasma merupakan sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga bentuk dan struktur sel ini
berbeda dengan sel normal. Sifat sel tumor ini bergantung pada besarnya penyimpangan
bentuk dan fungsi, autonominya dalam sifat pertumbuhan, dan kemampuan dalam
berinfiltrasi serta bermetastasis

Neoplasma dapat bersifat ganas dan jinak. Neoplasma ganas atau kanker tumbuh
secara tidak terkendali, menginfiltrasi ke jaringan sekitar sekaligus merusaknya, dan
dapat menyebar ke bagian tubuh lain yang dapat disebut sebagai metastasis. Sedangkan
neoplasma jinak memiliki batas tegas dan tidak infiltratif, tidak merusak, serta tidak
bermetastasis, tetapi dapat bersifat ekspansif, yaitu dapat terus membesar sehingga
menekan jaringan sekitarnya

Etiologi neoplasma belum diketahui secara pasti, tetapi bersifat multifaktorial.


Terdapat faktor endogen yaitu epigenetik dan heredofamilial, hormonal, status imun,
nullipara, aging, stress berat. Faktor endogen seperti heredofamilial berkaitan erat dengan
mutasi gen breast cancer 1 (BRCA 1) pada kromosom 17q21.3 dan BRCA 2 pada
kromosom 13q1213 serta mutasi germ-line dalam TP53. Gen ini berperan sebagai
DNA repair dan gen supresor tetapi inaktif atau terdapat defek. Sedangkan faktor
eksogen seperti faktor konsumtif berupa defisiensi protein, vitamin A, antioksidan, dan
diet tinggi lemak. Selain itu terapi sulih hormon, trauma, perokok, dan obesitas memiliki
faktor resiko mengalami fibroadenoma (Greenberg et al., 2008; Soetrisno, 2010).

1. Fibroadenoma Mammae

Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan tumor jinak yang paling banyak


ditemukan. Menurut penelitian di New York, FAM terdapat pada kasus karsinoma,
dengan frekuensi enam kali lebih banyak dibanding papiloma duktus. Insidensi tertinggi
tumor ini terjadi pada dekade tiga meskipun dapat timbul terutama pada usia setelah
pubertas. Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute (2010), FAM umumnya
terjadi pada wanita dengan usia 2125 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50
tahun.

Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya
tumor ini antara lain riwayat perkawinan yang dihubungkan dengan status perkawinan
dan usia perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak.

Berdasarkan penelitian Bidgoli et al (2011) menyatakan bahwa pasien yang tidak


menikah meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=6.64, CI 95% 2.5616.31) artinya
penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah. Selain itu,
hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah <21 tahun meningkatkan risiko
kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.236.53) artinya penderita FAM kemungkinan 2,84
kali adalah wanita yang menikah pada usia <21 tahun. Penurunan paritas meningkatkan
insiden terjadinya FAM, terutama meningkat pada kelompok wanita nullipara. Berat
badan yang berlebihan dengan IMT >30 kg/m 2 juga menjadi faktor resiko terjadinya FAM
(OR=2.45,CI 95% 1.043.03) artinya wanita dengan IMT >30 kg/m 2 memiliki risiko 2,45
kali menderita FAM dibandingkan wanita dengan IMT normal.

Fibroadenoma berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus, yaitu asinus atau
duktus terminalis dan jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis FAM, yaitu FAM
intrakanalikuler atau stroma yang tumbuh mendesak kanalikulus pada sistem duktulus
intralobulus dan FAM perikanalikuler atau stroma yang tumbuh proliferatif mengitari
sistem kanalikulus sistem duktulus intralobulus (Nasar et al., 2010).

Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan, lobulasi
tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai dengan empat sentimeter,
dan banyak ditemukan pada kuadran lateral kanan atas payudara kiri pada penderita yang
right handed. Benjolan ini dapat bertambah besar satu sentimeter dibawah pengaruh
estrogen haid normal, kehamilan, laktasi, atau penggunaan kontrasepsi oral. Secara
makroskopik, benjolan ini berbeda morfologinya dari lesi ganas, yaitu tepi tajam dan
permukaannya putih keabuan sampai merah muda serta homogen. Sedangkan secara
mikroskopik, terdapat susunan lobules.

Terdapat kemungkinan patologis yang menyebabkan terdapatnya lesi klinis pada


payudara wanita dari berbagai umur, seperti yang terdapat pada tabel 2.

Tabel 2. Hubungan umur dengan Kemungkinan Penyebab Patologis


keadaan lesi (Underwood & Cross,
2010). Presentasi Klinis
< 25 tahun 25-35 tahun 35-55 tahun >55 tahun
FAM FAM FAM, Phyloides
Benjolan Phyloides
mobile

Jarang Fibrokistik Fibrokistik Jarang


Benjolan
berbatas
tegas

Jarang Karsinoma Karsinoma Karsinoma,


Benjolan Nekrosis
keras dan lemak
melekat

Jarang Jarang Duktus Duktus


Discharge eksatia eksatia
papila

Adenoma Adenoma Paget Paget


Ulserasi papila papila disease, disease,
papila Adenoma
papila

Histologi payudara (termasuk perkembangan menurut usia)

Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar


yang dipisahkan oleh jaringan ikat padat interlobaris. Setiap lobus akan
bermuara ke papila mammae melalui duktus laktiferus. Dalam lobus
payudara terdapat lobuluslobulus yang terdiri dari duktus
intralobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah dan
pada bagian dasar terdapat mioepitel kontraktil. Pada duktus
intralobularis mengandung banyak pembuluh darah, venula, dan
arteriol (Eroschenko, 2008). Adapun gambaran histologi payudara dan
predileksi lesi payudara tersaji pada gambar 3 dan 4.
Gambar : Histologi Mammae

Gambar : Predileksi lesi payudara

Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah


asinus. Sel epitel asinus memproduksi air susu dengan komposisi dari
unsur protein yang disekresi apparatus golgi bersama faktor imun IgA
dan IgG, unsur lipid dalam bentuk droplet yang diliputi sitoplasma sel.
Dalam perkembangannya, kelenjar payudara dipengaruhi oleh hormon
dari berbagai kelenjar endokrin seperti hipofisis anterior, adrenal, dan
ovarium.

Kelenjar hipofisis anterior memiliki pengaruh terhadap hormonal


siklik follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron yang
merupakan hormon siklus haid.
Pengaruh hormon siklus haid yang paling sering menimbulkan
dampak yang nyata adalah payudara terasa tegang, membesar atau
kadang disertai rasa nyeri. Sedangkan pada masa pramenopause dan
perimenopause sistem keseimbangan hormonal siklus haid terganggu
sehingga beresiko terhadap perkembangan dan involusi siklik fisiologis,
seperti jaringan parenkim atrofi diganti jaringan stroma payudara,
dapat timbul fenomena kista kecil dalam susunan lobular atau cystic
change yang merupakan proses aging

4. Patologi

Pada dasarnya kelainan patologi payudara dapat digolongkan


menjadi empat golongan besar yaitu kelainan kongenital, infeksi,
kelainan akibat ketidakseimbangan hormonal, dan neoplasma Kelainan
kongenital tidak diketahui dengan pasti etiologinya, tetapi segala
sesuatu yang bersifat menimbulkan kegagalan secara total maupun
parsial perkembangan somatik payudara akan berakibat kurang atau
gagalnya pembentukan komponen payudara. Kelainan kongenital
dapat berupa agenesis, hipoplasia dan hipotrofi, polythelia atau jumlah
puting susu yang berlebihan, polymastia atau terdapat lebih dari
sepasang payudara, dan lainlain.

Kelainan payudara akibat ketidakseimbangan hormon terutama


hormon estrogen disebut hyperestrenisme. Kelainan ini akan
menimbulkan penyimpangan pertumbuhan dan komponen jaringan
payudara yang disebut mammary dysplasia pada wanita dan
gynecomastia pada pria. Bila terdapat bentuk kista yang tidak teratur
baik letak maupun ukurannya dan disertai peningkatan unsur jaringan
ikat ekstralobular akan didapatkan fibrokistik payudara.

Lesi jinak pada wanita terbanyak adalah fibroadenoma yang


terjadi pada rentang usia 2055 tahun. Sedangkan lesi ganas
terbanyak adalah karsinoma duktal invasif dengan prevalensi pada
umur lebih dari 45 tahun dan pada masa menopause. Sebagian besar
lesi mamma terdiri dari satu atau lebih benjolan yang bentuk dan
ukuran sangat bervariasi. Benjolan ini dapat berbatas tegas maupun
tidak, nodul tunggal atau multipel, lunak atau keras, dapat digerakkan
dari dasarnya atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai