Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Campak (morbili) adalah suatu infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium yaitu Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan
pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala, Stadium
prodromal yang menunjukkan gejala demam, konjungtivitis, pilek, dan batuk yang
meningkat serta ditemukannya enantem pada mukosa (bercak Koplik), dan Stadium erupsi
yang ditandai dengan keluarnya ruam makulopapular yang didahului dengan meningkatnya
suhu badan1

Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi
sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak
meningkat dari 23 kali pertahun menjadi 174. Namun case fatality rate telah dapat
diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%.

Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui droplet dari
penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala. Penderita masih dapat
menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan hingga 5 hari setelah ruam muncul.
Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh
morbili 2.

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 1


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Campak (morbili) adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh
infeksi virus yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas yaitu
terdiri dari tiga stadium yang masing-masing mempunyai cirri khusus: (1) Stadium masa
tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari, (2) Stadium prodromal dengan gejala pilek dan
batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi (bercak koplik), faring
dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3) Stadium akhir dengan keluarnya ruam
mulai dari belakang telinga menyebar kemuka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul
didahului dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam dan
mengelupas.1
Campak adalah penyakit infeksi akut, menular yang ditandai dengan tiga stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesen.8

2. Epidemiologi
Campak di Indonesia menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
menduduki tempat ke 5 dalam urutan sepuluh macam penyakit utama pada bayi (0,7%)
dan tempat ke 5 dalam urutan 10 macam penyakit uatama pada anak usia 1-4 tahun
(0,77%). Campak merupakan penyakit endemis, terutama dinegara sedang berkembang.
Penyakit campak di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Dimasa lampau campak
dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami setiap anak, sehingga anak yang terkena
campak tidak perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit campak dapat sembuh
sendiri bila ruam sudah keluar4.
Campak sangat menular terutama melalui droplet selama stadium prodromal
(kataral). Individu yang terinfeksi dapat menularkan dari 1-2 hari sebelum munculnya
ruam yang khas, terdapat beberapa kasus subklinis. Dari penelitian retrospektif
dilaporkan bahwa campak diindonesia ditemukan sepanjang tahun. Studi kasus campak
yang dirawat inap dirumah sakit selama kurun waktu lima tahun (1984-1988),
memperlihatkan peningkatan kasus pada bulan maret dan mencapai puncak pada bulan
mei, agustus, September, oktober. Pengalaman menunjukan bahwa epidemik campak

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 2


diindonesia timbul secara tidak teratur. Didaerah perkotaan epidemi campak terjadi setiap
2-4 tahun. Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak yaitu
didaerah dengan populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang
lemah. Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara
umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit3. Menurut kelompok umur
kasus campak yang inap dirumah sakit selama kurun waktu 5 tahun (1984-1988)
menunjukan proporsi yang terbesar didalam golongan umur balita dengan perincian
17,6% berumur < 1 tahun, 15,2% berumur 1 tahun, 20,3% berumur 2 tahun, 12,3%
berumur 3 tahun dan 8,2% berumur 4 tahun2.
Campak biasanya timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita campak akan
mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan
setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga sibayi dapat menderita
campak. Bila ibu belum pernah menderita campak maka bayi yang dilahirkannya tidak
mempunyai kekebalan terhadap campak dan dapat menderita penyakit ini setelah ia
dilahirkan. Bila seorang wanita menderita campak ketika ia hamil 1 atau 2 bulan,
kemungkinan 50% akan mengalami abortus, bila ia menderita campak pada trimester
pertama, kedua atau ketiga maka mungkin ia akan melahirkan seorang anak dengan
kelinan bawaan atau seorang anak dengan berat lahir rendah atau lahir mati atau anak
yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun7.
Insidensi peningkatan campak di Amerika Serikat pada tahun 1989-1991.
Kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi, termasuk
anak-anak di bawah umur 15 bulan. Di Afrika dan Asia, campak masih dapat menginfeksi
sekitar 30 juta orang setiap tahunnya dengan tingkat kefatalan 900.000 kematian.
Berdasarkan data yang dilaporkan ke WHO, terdapat sekitar 1.141 kasus campak di
Afganistan pada tahun 2007. Di Myanmar tercatat sebanyak 735 kasus campak pada
tahun 20069.

Subdit Surveilans dan Daerah pada tahun 1998-1999 melakukan penyelidikan


lapangan KLB campak, kasus-kasus campak terjadi karena anak belum mendapat
imunisasi cukup tinggi, mencapai sekitar 40100 persen dan mayoritas adalah balita (>70
persen). Frekuensi KLB campak pada tahun 1994-1999 berdasarkan laporan seluruh

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 3


provinsi se-Indonesia ke Subdit Surveilans, berfluktuasi dan cenderung meningkat pada
periode 19981999: dari 32 kejadian menjadi 56 kejadian. Angka frekuensi itu sangat
dipengaruhi intensitas laporan dari provinsi atau kabupaten/kota. Daerah-daerah dengan
sistern pencatatan dan pelaporan yang cukup intensif dan mempunyai kepedulian cukup
tinggi terhadap pelaporan KLB, mempunyai kontribusi besar terhadap kecenderungan
meningkatnya frekuensi KLB morbili di Indonesia, seperti Jawa Barat, NTB, Jambi,
Bengkulu dan Yogyakarta.3 Dari sejumlah KLB yang dilaporkan ke Subdit Surveilans,
diperkirakan KLB campak sesungguhnya terjadi jauh lebih banyak. Artinya, masih
banyak KLB campak yang tidak terlaporkan dari daerah dengan berbagai kendala.
Walaupun frekuensi KLB campak yang dilaporkan itu mengalami peningkatan, tapi
jumlah kasusnya cenderung menurun dengan rata-rata kasus setiap KLB selama 1994
1999, yaitu sekitar 1555 kasus pada setiap kejadian. Berarti besarnya jumlah kasus
setiap episode KLB campak selama periode itu, rata-rata tidak lebih dari 15 kasus. Dari
19 lokasi KLB campak yang diselidiki Subdit Surveilans, daerah dan mahasiswa FETP
(UGM) selama 1999, terlihat attack-rate pada KLB campak dominan pada kelompok
umur balita. Angka proporsi penderita pada KLB campak 19981999 juga menunjukkan
proporsi terbesar pada kelompok umur 14 tahun dan 59 tahun bila dibandingkan
kelompok umur lebih tua (1014 tahun)3.

3. Etiologi

Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus


Morbili virus berbentuk bulat dengan tepi yang kasar bergaris tengah 140 nm, dibungkus
oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Didalamnya terdapat nukleokapsid
yang berbentuk bulat lonjong, terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat
(RNA), yang merupakan struktur heliks nucleoprotein dari myxovirus. Pada selubung
luar sering kali terdapat tonjolan pendek. Satu-satunya protein yang berada diselubung
luar berfungsi sebagai hemaglutinin7.

Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama
masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah
organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia.

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 4


Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus
tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan
beku, minimal 4 minggu dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak
aktif pada pH rendah2.

Virus campak merupakan organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi
apabila berada diluar tubuh manusia. Pada temperatur kamar ia akan kehilangan 60 %
sifat infektivitasnya setelah 3-5 hari, pada suhu 37oC waktu paruh usianya 2 jam,
sedangkan pada suhu 56 oC hanya satu jam.sebaliknya virus ini mampu bertahan dalam
keadaan dingin. Pada suhu -70oC dengan media protein ia dapat bertahan hidup selama
5,5 tahun, sedangkan didalam lemari pendingin dengan suhu 4-6oC dapat hidup selama 5
bulan. Tetapi bila tanpa media protein virus ini manya mampu bertahan selama 2 minggu
dan dapat dengan mudah dihancurkan oleh sinar ultraviolet. Oleh karena selubungnya
terdiri dari lemak maka virus campak termasuk mikroorganisme yang bersifat ether
labile. Pada suhu kamar virus ini akan mati dalam 20% ether setelah 10 menit dan 50%
aseton setelah 30 menit8.

Virus campak merupakan antigenitas yang homogen, berdasarkan penemuan


laboratorik dan epidemiologik. Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukan
neutralizing antibody dan haemaglutinin inhibition antibody. Immunoglobulin kelas IgG
dan IgM distimulasi oleh infeksi campak, muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 5


setelah infeksi dan mencapai titer tinggi setelah 21 hari. Kemudian IgM menghilang
dengan cepat sedangkan IgG tertinggal tidak terbatas dan jumlahnya terus terukur.
Keberadaan immunoglobulin IgM menunjukan pertanda baru terkena infeksi atau baru
mendapat vaksinasi, sedangkan IgG menunjukan bahwa pertanda terkena infeksi
walaupun sudah lama. Antibody IgA sekretori dapat dideteksi dari secret nasal dan
terdapat diseluruh saluran nafas. Daya efektivitas vaksin virus campak yang hidup
dibandingkan dengan virus campak yang mati adalah adanya IgA sekretori yang hanya
ditimbulkan oleh vaksin campak yang hidup9.

4. Patofisiologi
Penularan sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui
udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam.
Ditempat awal infeksi penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan
virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel
mononuklear, kemudian mencapai kelenjar getah bening regional. Disini virus
memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan mulailah penyebaran kejaringan
limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya
sel raksasa berinti banyak (sel warthin) sedangkan limfosit T (termasuk T supresor dan T
helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah. Gambaran kejadian awal di
jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap. Tetapi 5-6 hari setelah infeksi
awal terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan
menyebar kepermukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung
kemih dan usus. Pada hari ke 9-10, fokus infeksi yang berada disaluran nafas dan
konjungtiva akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada
saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali kepembuluh darah dan menimbulkan
manifestasi klinis dari system saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai
selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang terjadi adalah proses
peradangan epitel pada system saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis
berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil pada
mukosa pipi yang disebut bercak koplik yang dapat tanda pasti untuk menegakkan
diagnosis. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 6


hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke 14
sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi pada kulit,
kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel T. fokus infeksi tidak
menyebar jauh kepembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopis diepidermis tetapi
virus tidak berhasil tumbuh dikulit. Penelitian dengan imunoflouresens dan
histopatologik menunjukan adanya antigen campak dan diduga terjadi suatu reaksi arthus.
Daerah epitel yang nekrotik dinasofaring dan saluran pernafasan memberikan
kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain.
Dalam keadaan tertentu pneumonia juga dapat terjadi, selain itu morbili juga dapat
menyebabkan gizi kurang7.

Droplet virus melalui udara Epitel nasofaring

Limfatik local, kelenjar getah bening


regional (replikasi minimal)

Viremia primer

Multiplikasi virus pada epitel saluran nafas


ditempat infeksi pertama dan pada RES
Focus infeksi yang berada
disaluran nafas dan Pembuluh darah, Orofaring, konjungtiva,
konjungtivanekrosis 1-2 saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus
lapis
KKS ILMU KESEHATAN ANAKBatuk
RSUD pilek, konjungtiva merah, demam tinggi, anak tampak
BANGKINANG Page 7
sakit berat, tampak ulserasi kecil pada mukosa pipi (bercak
koplik)
Daya tahan tubuh menurun (respon hypersensitivity terhadap
antigen virus) muncul ruam makulopapular

Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus
campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran nafas
sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus campak ke
jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia
primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan
limfatik regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak
juga terjadi di lokasi pertama infeksi8.
Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan
menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan saluran
nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat terinfeksi pula.
Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ
lain mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2
hingga 3 hari. Selama infeksi virus morbili akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel
epitel, monosit, dan makrofag 4.
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media,
dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat
terjadi pada kasus morbili 5.

Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit

Hari Manifestasi

0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring atau

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 8


kemungkinan konjungtiva

Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus

1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

2-3 Viremia primer

3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama,
dan pada RES regional maupun daerah yang jauh

5-7 Viremia sekunder

7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas

11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain

15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

Partikel virus menginfeksi saluran pernafasan dan menyebar kekelenjar getah


bening regional. Viremia primer menyebarkan virus. Sesudah replikasi virus terjadi
viremia sekunder 5-7 hari sesudah infeksi awal karena monosit terinfeksi virus dan
leukosit lain menyebarkan virus kesaluran pernafasan, kulit dan organ lain. Tempat-
tempat terinfeksi ini dimenifestasikan sebagai ruam dan gejala klasik batuk,
konjungtivitis dan pilek. Bukti histologis membuktikan adanya sel raksaa multinuclear
dan pembentukan sinsitium. Virus ditemukan pada sekresi pernafasan, darah dan urin
individu yang terinfeksi8.

5. Manifestasi klinis
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada
masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak
menampakkan gejala sakit8.

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 9


Penyakit ini dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
a. Stadium kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia,
konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum
timbul enantem timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat
jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema. Lokasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah, jarang ditemukan dibibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang
terdapat macula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi.
Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis gambaran
penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah
kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir1,8.
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal
yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas
berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan
fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis
melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtiva dapat menjadi penunjang
diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh
bagian konjungtiva telah terkena radang4.
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada
hari ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran
pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik.
Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat
juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian
tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya
ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir
masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita
akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan4.

b. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah dipalatum
durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 10


yang berbentuk makulo papula disertai naiknya suhu badan. Diantara macula
terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian
atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang terdapat
perdarahan ringan dikulit, rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai badan pada
hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat
pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang,
terdapat sedikit plenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari
morbili yang biasa ini adalah black measles yaitu morbili yang disertai perdarahan
pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus8.
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada
saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan
saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak
terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut.
Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher,
lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan
menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu
sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada
wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan
munculnya 1.

c. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang
lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia
sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 11


patognomonis untuk morbili. Pada penyakit lain dengan eritema atau eksamtema
ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi
normal kecuali bila ada komplikasi8.
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak
memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna
kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan
maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit
berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi morbili yang
berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak
tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali 1

6. Diagnosis
Anamnesis
Adanya demam tinggi terus menerus 38,5 0 C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri
menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare.
Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat
lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam. Saat
ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah sehingga anak mengalami sesak
nafas atau dehidrasi2.
a. Riwayat Imunisasi
Imunisasi campak sangat dibutuhkan bagi usia dini karena untuk kekebalan
tubuh sebagai antisipasi pada penyakit-penyakit di usia dewasa, sebagai
anamnesis status imunisasi pasien baik imunisasi dasar maupun imunisasi
ulangan (booster) harus secara rutin ditanyakan, khususnya imunisasi BCG,
DPT, polio, campak, hepatitis B. Bila mungkin dilengkapi dengan tanggal
imunisasi dan tempat imunisasi diberikan, hal-hal tersebut disamping
diperlukan sebagai status perlindungan pediatri yang diperoleh mungkin dapat
membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu2.
b. Gejala batuk dan sesak nafas
Sifat batuk juga diteliti, apakah batuk bersifat spasmodik, kering atau
produktif/banyak dahak. Dirinci pula sifat dahaknya: Keluhan batuk juga
sering dikemukakan orang tua pasien. Perlu diketahui berapa lama batuk
berlangsung, juga apakah batuk sering berulang atau kambuh. Sifat-sifat batuk
juga perlu diteliti, apakah spasmodic, kering atau produktif/banyak dahak.

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 12


Apabila batuk berdahak, perlu dirinci tentang spesifikasi dahaknya, seperti
kekentalan, warna, bau, serta ada nya darah pada dahak. Keluhan batuk
biasanya juga disertai dengan sesak nafas. Normal atau tidaknya pernafasan
juga penting untuk ditanyakan. Apakah saat bernafas terdapat bunyi sengau
(wheezing), dan juga terdapat kesulitan bernafas. Juga apakah sesak nafas itu
timbul berulangulang atau baru pertama kali dan bahkan ditanyakan sesak
nafas timbul malam hari dan saat bangun tidur2.
c. Ruam atau bercak
Ruam, ataupun bercak-bercak merah yang muncul selama perjalanan penyakit
juga perlu diketahui bagaimana timbulnya, terutama berkaitan dengan waktu
munculnya, apakah bercak itu muncul sebelum atau sesudah demam. Perlu
juga diketahui apakah bercak yang timbul tersebut muncul pada kulit secara
bersamaan, atau timbul secara bertahap dari satu daerah ke daerah tubuh
lainnya2.
d. Demam
Demam adalah salah satu keluhan yang paling sering dikemukakan, yang
terdapat pada berbagai penyakit baik infeksi dan non infeksi. Pada tiap keluhan
demam, perlu ditanyakan sudah berapa lama demam berlangsung.
Karakteristik demam juga perlu ditanyakan, apakah timbulnya mendadak,
remiten, intermiten, kontinyu. Waktu munculnya demam juga perlu ditanyakan,
serta gejala-gejala lain yang menyertai timbulnya demam. Salah satu gejala
yang dialami oleh pasien ini adalah kejang2.

Pemeriksaan fisik
Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam
(biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
Anak batuk, pilek, fotophobia
Pada umumnya anak tampak lemah.
Pada pemeriksaan rongga mulut ditemukan adanya bercak koplik. Bercak
koplik yaitu bercak putih keabu-abuan yang dikelilingi daerah berwarna
merah. Terdapat di mukosa buccal dekat dengan gigi molar sebesar biji
gandum, letaknya tepat di bawah mukosa. Bercak koplik ini juga merupakan
tanda stadium prodormal campak

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 13


Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular
yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan
rambut di dahi, muka, dan kemudian seluruh tubuh.
Pemeriksaan penunjang
Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi
infeksi bakteri
Pemeriksaan antibodi IgM anti morbili
Pemeriksaan untuk komplikasi :
Ensefalopati/ensefalitis : dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah
Enteritis : feses lengkap
Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.

Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis.


Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel
raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak
dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation
(CF), neutralization, immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-
IgG, dan fluorescent antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua
sampel yaitu serum akut pada masa prodromal dan serum sekunder pada 7 10 hari
setelah pengambilan sampel serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan
titer sebanyak 4x atau lebih (Cherry, 2004). Serum IgM merupakan tes yang berguna
pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9 minggu,
sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah
tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat
penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah
limfosit sedangkan kadar glukosa normal 1.
Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodormal, sel raksasa
multinuklear dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada
biakan jaringan. Angka leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Pungsi
lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya menunjukkan kenaikan
protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar glukosa normal. Bercak koplik dan
hiperpigmentasi adalah patognomonis untuk rubeola/campak7.

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 14


7. Diagnosis banding
Diagnosis banding penyakit campak yang perlu dipertimbangkan adalah campak
jerman, infeksi enterovirus, eksantema subitum, meningokoksemia, demam skarlantina,
penyakit riketsia dan ruam kulit akibat obat, dapat dibedakan dengan ruam kulit pada
penyakit campak.
a. Campak jerman.
Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah
suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.
b. Eksantema subitum.
Perbedaan dengan penyakit morbili, ruam akan timbul bila suhu badan menurun.
c. Infeksi enterovirus
Ruam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan morbili. Sesuai dengan
derajat demam dan berat penyakitnya.
d. Penyakit Riketsia
Disertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai wajah yang
secara khas terlihat pada penyakit campak.
e. Meningokoksemia
Disertai ruam kulit yang mirip dengan morbili, tetapi biasanya tidak dijumpai batuk
dan konjungtivits.
f. Ruam kulit akibat obat
Ruam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul setelah ada
riwayat penyuntikan atau menelan obat.
g. Demam skarlantina.
Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu dengan tekstur
seperti kulit angsa secara jelas terdapat didaerah abdomen yang relatif mudah
dibedakan dengan morbili1,7,8.

8. Komplikasi
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.
Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa
penyulit campak adalah :
a. Bronkopneumonia
Bronkopneumonia merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak.
Dapat disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh
bakteri (Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus
influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya
frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus morbili akan
menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 15


gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang
menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan
dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal7.
b. Encephalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis
biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit.
Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium
prodromal. Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma,
nyeri kepala, kelainan frekuensi nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab
timbulnya komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat
virus morbili tersebut7.
c. Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik gejala
terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti kejang. Merupakan
penyulit campak onset lambat yang rata-rata baru muncul 7 tahun setelah infeksi
morbili pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan
dengan anak perempuan. Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan
otak progresif dan fatal. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x
lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah mendapat
vaksinasi 7.
d. Konjungtivitis
Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi infeksi
sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion dan oftalmitis dan pada
akhirnya dapat menyebabkan kebutaan7.
e. Otitis Media
Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.
f. Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga
mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan
penderita campak 3
g. Laringotrakheitis
Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan
tindakan trakeotomi.
h. Jantung
Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak. Walaupun jantung
seringkali terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang terlihat gejala kliniknya.

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 16


i. Black measles
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai
dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita menunjukkan gejala
encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari
mulut, hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata 4

9. Prognosis
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis
buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila
ada komplikasi4.
Angka kematian kasus di Amerika Serikat telah menurun pada tahun-tahun ini
sampai tingkat rendah pada semua kelompok umur, terutama karena keadaan
sosioekonomi membaik4.

10. Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder,
anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit
untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun.
Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak,
menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah
limfosit total 4.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan oral
sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang
timbul 6
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan
dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simptomatik dengan pemberian antipiretik,
antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak
dengan penyulit pasien perlu dirawat inap. Dirumah sakit pasien campak dirawat
dibangsal isolasi system pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan
memperbaiki kebutuhan cairan dan diat yang memadai. Vitamin A 100.000 IU peroral
diberikan satu kali apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari. Apabila
terdapat penyulit maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul
yaitu7:
Bronkopneumonia.

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 17


Bronkopneumoni diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis
intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari intravena dalam
4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat peroral.
Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik
maka uji tuberculin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian)
oleh karena uji tuberculin biasanya negative (anergi) pada saat anak menderita
morbili. Gangguan reaksi delayed hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit T
yang terganggu fungsinya.
Enteritis.
Pada keadaan berat anak mudah terjatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis ditambah dengan
dehidrasi.
Otitis media.
Otitis media seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu
diberikan antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4mg/kgbb/hari dibagi
dalam 2 dosis)
Ensefalopati.
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk mengurangi
edema otak, disamping pemberian kortikostreroid. Perlu dilakukan koreksi
elektrolit dan gangguan gas darah7.

11. Pencegahan
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena
penyakit campak, yaitu:
a. Pencegahan Tingkat Pertama
Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan
imunisasi campak untuk semua bayi.
Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada
semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai
jangka waktu 4-5 tahun.

b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)


Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin
untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 18


sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit,
mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu
Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik
atau darah.
Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk
sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada
ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan
pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari
keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-
pasien dengan risiko tinggi lainnya.
Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni
antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya
diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.
Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi
terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia,
ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel6.

c. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)


Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier
yaitu :
Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun
secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan
imunitas mereka.

Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di


Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan
dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program
pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps
dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu
mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 19


penderita kurang bermakna karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan
didiagnosis sebagai campak 6
Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dapat
berasal dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan. Vaksin dari virus
yang dilemahkan akan memberi proteksi dalam jangka waktu yang lama dan protektif
meskipun antibodi yang terbentuk hanya 20% dari antibodi yang terbentuk karena infeksi
alamiah. Pemberian secara sub kutan dengan dosis 0,5ml. Vaksin tersebut sensitif
terhadap cahaya dan panas, juga harus disimpan pada suhu 4C, sehingga harus
digunakan secepatnya bila telah dikeluarkan dari lemari pendingin. Vaksin dari virus
yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak digunakan lagi. Respon antibodi yang
terbentuk buruk, tidak tahan lama dan tidak dapat merangsang pengeluaran IgA sekretori.
Kontra indikasi pemberian imunisasi morbili berlaku bagi mereka yang sedang menderita
demam tinggi, sedang mendapat terapi imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi,
6
sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah
Imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan morbili. Dosis serum
dewasa 0,25 ml/kgBB yang diberikan maksimal 5 hari setelah terinfeksi, tetapi semakin
cepat semakin baik. Bila diberikan pada hari ke 9 atau 10 hanya akan sedikit mengurangi
gejala dan demam dapat muncul meskipun tidak terlalu berat8.
Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal dari berbagai
strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat melindungi tubuh dari infeksi dan memiliki
efek penting dalam epidemiologis penyakit yaitu mengubah distribusi relatif umur kasus
dan terjadi pergeseran ke umur yang lebih tua. Pemberian imunisasi pada masa bayi akan
menurunkan penularan agen infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan
untuk terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum diimunisasi akan tumbuh menjadi
besar atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan agen infeksi tersebut. Pada campak,
manifestasi penyakit yang paling berat biasanya terjadi pada anak berumur kurang dari 3
tahun. Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat menimbulkan
serokonversi pada sekurang-kurangnya 85% bayi dan dapat mencegah sebagian besar
kasus dan kematian7.
Dengan pemberian satu dosis vaksin campak, insidens campak dapat diturunkan
lebih dari 90%. Namun karena campak merupakan penyakit yang sangat menular, masih

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 20


dapat terjadi wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90% anak sudah mempunyai
imunitas.
Bayi menerima kekebalan transplasental dari ibu yang pernah terkena campak.
Antibodi akan terbentuk lengkap saat bayi berusia 4 6 bulan dan kadarnya akan
menurun dalam jangka waktu yang bervariasi. Level antibodi maternal tidak dapat
terdeteksi pada bayi usia 9 bulan, namun antibodi tersebut masih tetap ada. Janin dalam
kandungan ibu yang sedang menderita campak tidak akan mendapat kekebalan maternal
dan justru akan tertular baik selama kehamilan maupun sesudah kelahiran1.

Imunisasi aktif.
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi mungkin
diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi (endemik). Imunisasi
aktif dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten. Vaksin tersebut
diberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Dianjurkan untuk memberikan vaksin campak tersebut pada anak berumur 10 15
bulan karena sebelum umur 10 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk
antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi dianjurkan
pula agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak
tuberkulosis diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi pada umur 15
bulan. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada
anak berumur 9 bulan ke atas.
Vaksin campak tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap telur.
Hanya saja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin
KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 21
ini juga dapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat
tuberkulosis. Akan tetapi vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak
dengan tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang
mendapat pengobatan imunosupresif 4.

Imunisasi pasif.
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum
konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah
efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Morbili dapat dicegah dengan
menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara
intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.
Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk
kontak dibangsal rumah sakit anak5.
Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit
campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak
untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar3.

12. Pertanyaan dan jawaban diskusi


a. Mengapa imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan?
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan karena berdasarkan epidemiologi
penyakit campak terutama menyerang anak usia 1-4 tahun. Pada anak usia kurang
dari satu tahun diberikan imunisasi selain campak seperti imunisasi BCG, polio,
hepatitis B, DPT agar anak dibawah usia satu tahun dapat terhindar dari penyakit-
penyakit tersebut dengan melakukan imunisasi. Sedangkan imunisasi campak
dapat dialakukan pada usia 9 bulan, setelah beberapa tahun antibody akan menurun
sehingga imunisasi dapat diulang kembali pada usia 6 tahun.4
b. Apakah orang yang pernah terinfeksi campak sebelumnya dapat terinfeksi lagi?
Orang yang pernah terinfeksi campak akan membentuk antibody seumur hidupnya,
namun masih dapat terinfeksi campak kembali dengan gejala yang lebih ringan
daripada saat pertama terkena infeksi.
c. Bagaimana membedakan kejang demam pada campak dan kejang demam biasa?
Kejang demam merupakan kejang yang disebabkan oleh demam. Bila anak yang
terinfeksi campak mengalami kejang demam maka anak tersebut dapat didiagnosis
dengan dua diagnosis yaitu kejang demam ditambah morbili (campak).

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 22


d. Kapan dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG pada penderita campak?
Diagnosis morbili biasanya ditegakan hanya dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
sedangkan pemeriksaan penunjang tidak pernah dilakukan, karena gejala klinis
dari campak khas sehingga dapat dibedakan dengan penyakit lain. Pemeriksaan
IgM dan IgG jarang dilakukan. Titer tertinggi IgM dan IgG yaitu sekitar 7-10 hari
setelah infeksi.1
e. Berapa lamakah stadium erupsi dan stadium konvalesen pada campak? Pada
penyakit campak stadium prodromal berlangsung sekitar 4-5 hari, stadium erupsi
dapat berlangsung sekitar hari ke 5-7 hari sedangkan stadium konvalesen
berlangsung sekitar 5-6 hari.8

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 23


BAB III

KESIMPULAN

Morbili adalah penyakit infeksi akut, menular yang ditandai dengan tiga stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesen. Masa inkubasi campak
berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia
dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.stadium
prodromal biasanya stadium ini berlangsung 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Pada stadium erupsi, Koriza dan batuk-batuk
bertambah. Timbul enantema atau titik merah dipalatum durum dan palatum mole.
Kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makulo papula
disertai naiknya suhu badan. Pada stadium konvalesen, erupsi berkurang meninggalkan
bekas berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri.
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan
laboratorium jarang dilakukan. Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak
harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simptomatik
dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan.
Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di
Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan.

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 24


DAFTAR PUSTAKA

1. Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook of
Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. p.743
2. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90
3. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.)
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI. Hal. 125
4. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook of
Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.2283 2298
5. Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut dalam:
Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi &
Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 113
6. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed) Buku
Imunisasi di Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal. 105
7. Sumarmo S. Purwo Sudarmo, Herry Garma, Sri Rejeki S. Hadinegoro, Hindra Irawan
Satari. 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI
8. Rusepto Hasan, Husein Alatas. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: infomedika
9. Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman. 2010. Nelson Esensi Pediatri. Edisi 4.
Jakarta: EGC

KKS ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG Page 25

Anda mungkin juga menyukai