ABSTRAK Pemrosesan limbah cair organik mg/L), kandungan sulfide (0,26 mg/L) dan
dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) minyak (18,9 mg/L) belum memenuhi syarat
Pabrik Gula Sindanglaut periode giling tebu baku mutu lingkungan. Sedangkan hasil
tahun 2011 belum berlangsung dengan baik pengukuran pada kondisi akhir IPAL setelah
ditunjukkan oleh nilai SV-30 di unit Aerasi yang pemrosesan, menunjukkan nilai COD (56-68
rendah (0-3 ml/L). Kondisi ini mengindikasikan mg/L), BOD (33,63-42,41 mg/L), TSS (32-52
tidak adanya aktivitas mikroorganisme. Oleh mg/L), kandungan sulfide (0,08 mg/L) dan
karena itu, periode giling tebu bulan Juli 2012 minyak (1 mg/L) telah memenuhi syarat baku
diterapkan Material Preservasi Mikroorganisme mutu lingkungan. Peningkatan kualitas limbah
(MPMO) bertujuan untuk mengetahui kinerja cair secara signifikan tersebut membuktikan
material tersebut sebagai stater dalam bahwa MPMO dapat berperan sebagai stater
pemrosesan limbah cair organik. Dalam dalam pemrosesan limbah cair organik. Sebagai
penelitian ini, dilakukan kombinasi kimia dan dampaknya adalah peningkatan indikator
biologi dengan pengembangbiakkan bakteri dan sertifikasi lingkungan IPAL Pabrik Gula
pemantauan dalam IPAL. Sebagai indikator Sindanglaut dari proper merah menjadi proper
pemrosesan adalah parameter fisika dan kimia biru.
mengacu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Kata Kunci: MPMO, stater, pemrosesan, limbah
No. 51 Tahun 1995. Hasil pengukuran kondisi
cair organik, IPAL.
awal IPAL menunjukkan bahwa nilai COD
(2.957 mg/L), BOD (2.356 mg/L), TSS (173
ABSTRACT Organic liquid processing of Waste
________________________________
Naskah masuk : 12 September 2013 Water Treatment Plant (WWTP) on Sindanglaut
Naskah diterima : 20 Mei 2014 Sugar Factory at period of 2011 have not gone
_____________________________ well. The results shown that values of SV - 30 in
the low aeration unit (0-3 ml/L). This condition
Eko Tri Sumarnadi Agustinus
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
indicates no activity of microorganisms.
Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung 40135 Therefore, in the milling of sugar caneat July,
E-mail : esumarnadi@gmail.com 2012period applied Materials Preservation
Microorganisms (MPMO) in order to determine
Happy Sembiring the performance MPMO as a starter in
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung 40135 improving the results of the processing of organic
wastewater. Combination Method of chemistry
Effendi and biology through breeding and monitoring of
Pusat Penelitian Kimia Terapan LIPI bacteria in the wastewater used in this study.
Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung 40135
Indicators of theprocessing results are physical
and chemical parameters with reference to
Minister of Environment Decree No. 51 of 1995.
65
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.24, No.1, Juni 2014, 65-76
66
Agustinus Eko Tri Sumarnadi, et al / Implementasi Material Preservasi Mikroorganisme (MPMO) dalam Pemrosesan
Limbah Cair Organik Pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
Untuk mengetahui kinerja dari bakteri yang 60% dari jumlah total tebu giling. Mekanisme
disimpan dalam MPMO tersebut dilakukan produksi gulapasir di PG. Sindanglaut terdiri dari
pengujian parameter fisik dan kimia yang beberapa tahap, yaitu proses penggilingan,
meliputi temperatur, Total Suspended Solid pemerasan, pemasakan hingga sampai proses
(TSS), pH, Biological Oxygen Demand (BOD), kristalisasi, seperti diperlihatkan pada bagan alir
ChemicalOxygen Deman (COD), kandungan Gambar 1. Dengan demikian, sumber terjadinya
sulfide sebagai S dan kandungan minyak/lemak limbah organik cair dapat berasal dari ceceran air
serta SV - 30 (Suspended Volume, selama 30 nira ketika proses pemerasan, air pendingin, air
menit). Hasil uji implementasi MPMO ini, pembilasan dan air pencucian dari unit
diharapkan dapat meningkatkan hasil pemrosesan pemasakan.
limbah cair organik dalam IPAL tersebut,
Secara umum, mekanisme pengolahan air limbah
sehingga dapat membantu Pabrik Gula
di unit IPAL di PG Sindanglaut seperti
Sindanglaut dalam peningkatan indikator
diperlihatkan pada bagan alir Gambar 2, dengan
sertifikasi lingkungan dari proper merah (tidak
kapasitas pengolahan limbah cair mencapai
taat lingkungan) menjadi proper biru (taat
sekitar 120 M3/hari. Limbah cair yang berasal
lingkungan).
dari ceceran-ceceran beberapa proses seperti
pemerasan tebu, penjernihan nira, pencucian alat-
alat pemasak nira dan pembersihan alat-alat
METODE
pengkristalan disalurkan lewat saluran tertutup
Masa giling PG Sindanglaut hanya berlangsung dari unit proses pembuatan gula masuk melalui
pada musim panen tebu, yakni beroperasi sekitar semburan limbah cair ke dalam unit cooling
6-7 bulan/tahun (dari bulan Juni sampai dengan tower sederhana yang terbuat dari anyaman
bulan Januari). Sementara bahan baku berupa bambu. Di unit cooling tower ini terjadi
tebu diperoleh dari Kecamatan Tanah Abang dan penurunan suhu air limbah dari suhu sekitar 60 oC
sekitarnya, baik tebu milik PG Sindanglaut menjadi 30oC selanjutnya masuk ke dalam bak
maupun tebu milik petani yang mencakup sekitar tampung inlet.
67
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.24, No.1, Juni 2014, 65-76
Gambar 2. Bagan alir mekanisme pengolahan limbah cair organik di dalam IPAL
Secara teoritis, pemrosesan limbah cair metode Mekanisme degradasi limbah cair organik
biologi diperlukan keseimbangan antara jumlah sebagaimana dinyatakan oleh Metcalf and Eddy
biologi (bakteri) dengan jumlah nutrisi, yakni (1991), bahwa bakteri pada konsentrasi rendah
berupa Carbon, Nitrogen, Posfor dan mineral (dibawah 100 ppm) dapat mengurai limbah cair
lainnya. Nisbah antara kandungan Carbon, organik menjadi komponen organik yang lebih
Nitrogen, Posfor adalah (C:N:P = 100 : 3 : 1), sederhana seperti CO2. Reaksi yang terjadi adalah
untuk mencapai nisbah tersebut diperlukan sebagai berikut:
penambahan sejumlah nutrisi berupa Urea, ZA
Organik + O2 CO2 + H2O ............(1)
(Zeng Amonia), dan Posfor berupa (NPK/TSP).
Pada Bak biologi ini terdapat 3 (tiga) komponen Jika terdapat unsur N dan P digunakan sebagai
yang harus disediakan yaitu : (a) air limbah yang nutrisi, maka persamaan reaksi menjadi:
mengandung sumber makanan dan nutrisi untuk Organik + N + P + O2 CO2 + H2O +
bakteri; (b) bakteri sebagai pengurai/penghancur
Mikroba
bahan organic dalam air limbah dan (c) oksigen
sebagai bahan suplai oksigen untuk jenis bakteri NO3 + PO4 + Sel baru, ....................................(2)
aerobic. Pada Bak Pengolahan Biologi tersebut
perlu diperhitungkan mengenai waktu tinggal dimana : N dan P adalah nutrisi dengan ratio
hidrolik air limbah yang akan diolah, dimana komposisi : COD : N : P = 100 : (3-5) : 1.
waktu hidrolik ini juga menunjukan lama waktu Tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan
kontak atau waktu reaksi antara polutan organik disajikan pada Gambar 3, meliputi tahap
dari air limbah tersebut dengan lama waktu persiapan dan tahap pelaksanaan mulai dari
kontak air limbah dengan bakterinya. pengukuran parameter fisika dan kimia pada
kondisi awal, masa pemeliharaan (pemantauan)
68
Agustinus Eko Tri Sumarnadi, et al / Implementasi Material Preservasi Mikroorganisme (MPMO) dalam Pemrosesan
Limbah Cair Organik Pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
hingga pada kondisi akhir IPAL. Pada tahap pertumbuhan bakteri digunakan tetes tebu
persiapan dilakukan pengecekan dan pengujian sebagai sakarosa atau glukosa, sedangkan sumber
kinerja peralatan, penyiapan MPMO, pembiakan Nitrogen dan Posfor digunakan pupuk ZA dan
bakteri pengolah limbah limbah cair organik dan NPK (Mickie, 2012). Prosedur dilakukan sebagai
pengecekan terhadap proses pengolahan limbah berikut, tambahkan larutan tetes tebu sebanyak
cair dalam IPAL yang sedang berjalan. 60 Kg atau sebanyak 2 Jerigen @ 20 liter,
Penyiapan MPMO dilakukan dengan melakukan larutkan ZA dengan kemurnian 60% sebanyak
preparasi bentonit, pencampuran dengan bibit 14,1 Kg dan NPK nisbah 30:30:30 sebanyak 0.2
bakteri dan pengeringan di dalam oven pada suhu Kg (Fair, et al., 1968). Air di dalam kolam
50oC (Sembiring, et al., 2012). diaerasi selama 30 menit, dengan maksud untuk
mengaduk supaya merata. Bakteri Bacillus
Pengembangbiakkan bakteri, merupakan langkah
lincheniformis dalam MPMO berbentuk pasta
awal untuk pengolahan limbah cair metode
disuspensikan dengan air kolam Aerasi I di dalam
biologi, kegiatan ini sering disebut dengan istilah
ember. Suspensi dibuat secara bertahap sampai
seeding yang artinya pembibitan. Kegiatan ini
jumlah MPMO mencapai sekitar 200 Kg, pH air
dikerjakan minimal 1 (satu) bulan sebelum
kolam diukur, diamati dan dijaga pada kondisi
pengolahan terhadap air limbah dimulai.
pH 7. Selanjutnya ditambahkan Molases, ZA dan
Indikator pertumbuhan bakteri dinyatakan
NPK setiap hari sampai nilai SV 30 mencapai
sebagai SV-30 (Sludge Volume, 30 menit), angka
150 ml/L. Kegiatan pemberian nutrisi dan
ini menunjukan jumlah bakteri yang terdapat
aktivitas penanaman mikroorganisme
dalam air pada proses pengolahan limbah cair.
diperlihatkan pada Gambar 4.
Khusus untuk limbah cair dari industri gula, nilai
SV-30 berkisar antara (100 400) ml/L sudah Pada tahap pelaksanaan dilakukan pengukuran
cukup memadai untuk dilakukan pengolahan parameter fisika dan kimia yang meliputi
(Grady and Lim, 1999). temperatur, pH, DHL, Turbiditas, Konduktivitas,
Salinitas, TSS, BOD, dan COD yang digunakan
Pengembangbiakkan bakteri dilakukan di dalam
untuk pemantauan mulai dari kondisi awal, masa
kolam Aerasi 1 dengan kapasitas sekitar 200 m3
pemeliharaan hingga pada kondisi akhir IPAL.
melalui perlakuan sebagai berikut: kolam aerasi
diisi dengan air sampai 150 m3. Sebagai media
69
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.24, No.1, Juni 2014, 65-76
Tabel 1. Hasil pengukuran parameter fisika pada kondisi awal IPAL PG Sindang Laut
Nilai / Satuan
Parameter fisik
No IPAL Sebelum pemberian Ketikapemberian Setelah pemberian
nutrisi nutrisi nutrisi
70
Agustinus Eko Tri Sumarnadi, et al / Implementasi Material Preservasi Mikroorganisme (MPMO) dalam Pemrosesan
Limbah Cair Organik Pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
o
1 Temperatur C 32,56 - SNI-06-6989.23-2005
3 pH - 6,58 69 SNI-06-6989.11-2004
penanaman mikroorganisme jenis baru, yaitu hasil pertumbuhan bakteri seperti ditunjukan
dengan menggunakan MPMO hasil penelitian. pada grafik Gambar 5. Data tersebut menunjukan
bahwa kurva pertumbuhan bakteri cukup baik
Hasil pengukuran karakteristik limbah cair pada
(Nutrisi disuplai setiap hari dengan konsentrasi
bagian inlet unit IPAL, yakni sebelum dilakukan
400 mg/L), yaitu terjadi peningkatan biomasa
pemrosesan limbah cair seperti diperlihatkan
dalam hal ini jumlah bakteri cepat bertambah
pada Tabel 2 menunjukkan bahwa limbah cair
sesuai dengan bertambahnya jumlah bahan
mempunyai nilai TSS, BOD, COD maupun
makanan (nutrisi) dan aerasi yang diberikan.
kandungan minyak/lemak masih melebihi nilai
Kondisi tersebut terlihat pada hari ke-7, yang
bakumutu yang dipersyaratkan dalam SK
memperlihatkan telah terjadi keseimbangan
Gubernur No. 6 Tahun 1999 atau berdasarkan
antara nilai COD dengan nilai SV-30. Nilai SV-
SK Men LH No. 51 Tahun 1995.
30 tersebut telah mencapai nilai 150 ml/L, berarti
Pemantauan pada 7 (tujuh) hari berjalan sudah memenuhi target jumlah bakteri untuk
proses pengolahan, yaitu nilai baku SV-30 yang
Guna melihat pertumbuhan bakteri, dilakukan berkisar antara (100 400) ml/L.
pengamatan setelah 7 (tujuh) hari berjalan dan
71
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.24, No.1, Juni 2014, 65-76
Gambar 6. Kurva hasil pemantauan Nilai COD (bulan Juni dan bulan Juli tahun 2012
72
Agustinus Eko Tri Sumarnadi, et al / Implementasi Material Preservasi Mikroorganisme (MPMO) dalam Pemrosesan
Limbah Cair Organik Pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
Kondisi pH dari hasil pengukuran selama proses ini perlu dijaga agar bakteri yang dipelihara
pengolahan berlangsung, nilai pH relatif stabil diusahakan berada dalam keseimbangan antara
6,5 sampai 8,1, seperti ditunjukan pada kurva jumlah bakteri yang hidup dan jumlah bakteri
Gambar 7. Dampak dari penguraian bahan yang mati. Jika terdapat peningkatan dari jumlah
organik akan menghasilkan rantai karbon pendek bakteri sebagai akibat dari pasokan makanan,
yang menghasilkan asam. Namun bila jumlah maka peningkatan jumlah bakteri didalam limbah
ammonia dari limbahcair tersebut cukup tinggi, cair tersebut diusahakan agar tidak menunjukan
maka penurunan pH ini akan tertahan oleh angka peningkatan yang sangat tinggi, karena
peningkatan jumlah amoniak dari penguraian akan menimbulkan permasalahan baru pada
protein yang ada di dalam air limbah tersebut. pasca pengolahan. Data keseimbangan dari
Gambar 7. Kurva hasil pengamatan dan pengukuran pH (bulan Juni dan Juli tahun 2012)
Dengan demikian, nilai pH hasil pengolahan jumlah bakteri dan bahan polutan organik hasil
limbah cair masih berada dalam kondisi diatas uji lapangan diperlihatkan pada Gambar 8, yang
netral (sekitar 8,1) tetapi nilai pH ini masih menunjukkan kurva penurunan jumlah organik
berada pada nilai ambang yang diperbolehkan sebagai COD dan peningkatan jumlah bakteri
atau masih memenuhi baku mutu yang yang pertumbuhannya landai, dalam arti bahwa
dianjurkan, yaitu antara nilai 6 9. jumlah makanan sudah sesuai dengan jumlah
pertumbuhan bakteri.
Jumlah bakteri dalam unit pengolahan limbahcair
73
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.24, No.1, Juni 2014, 65-76
Pemantauan pada 6 (enam) bulan berjalan akhir dari pengolahan ini jauh lebih kecil dari
nilai bakumutu yang dianjurkan berdasarkan SK
Berdasarkan data pengamatan uji implementasi
MENLH No. 51 tahun 1995.
dilapangan dalam skala industri selama 5 bulan
(Tabel 3 dan Gambar 9) memperlihatkan bahwa Disamping nilai COD, parameter lainnya seperti
MPMO mempunyai kinerja yang sangat baik. BOD (dari 1421,97 menjadi 38,17 mg/L) dan
Kondisi ini ditunjukkan oleh kemampuan MPMO kandungan sulfida (dari 1,56 menjadi 0,038
mereduksi bahan organik rata-rata sebagai COD mg/L) dapat direduksi secara signifikan kecuali
1.985 mg/L (inlet) dan sekitar 850 mg/l COD kandungan minyak/lemak yang relatif tetap.
(data 5 bulan setelah proses kimia), setelah Sedangkan nilai TSS (dari 30 menjadi 43 mg/L)
melalui proses biologi dengan menggunakan dan pH (dari 6,99 menjadi 7,43) mengalami
MPMO menghasilkan nilai COD 60 mg/L. Nilai peningkatan tetapi masih dalam batas nilai
Tabel 3. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia di dalam IPAL
120
120 Nilai baku mutu
Nilai baku mutu 100
100
80
TSS, (mg/L)
BOD, (mg/L)
80
60 50 52
60 45
42.21 38.5 42
33.63 35 32
40 40
20 20
0 0
Juni Juli Agustus September Juni Juli Agustus September Oktober
Waktu pengamatan, (bulan) Waktu pengamatan, (bulan)
1.2
300 Nilai baku mutu
1
Kadar Sulfida, (mg/L)
250
0.8
COD, (mg/L)
200
0.6
150
0.4
100 63.12 68
59.56 60
0.2 0.05 0.08
50 0.01 0.01 0.01
0
0 Juni Juli Agustus September Oktober
Juni Juli Agustus September
Waktu pengamatan, (bulan) Waktu pengamatan, (bulan)
Gambar 9. Kurva hasil pemantauan IPAL (bulan Juni s.d 0ktober 2012)
74
Agustinus Eko Tri Sumarnadi, et al / Implementasi Material Preservasi Mikroorganisme (MPMO) dalam Pemrosesan
Limbah Cair Organik Pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
ambang batas baku mutu menurut SK MenLH No dinilai oleh Kementrian LH menunjukkan bahwa
51 tahun 1995. kinerja perusahaan tersebut terhadap kepedulian
terhadap Lingkungan sangat taat dan
Peranan MPMO menunjukkan nilai dibawah baku mutu bagi
Kemampuan unit IPAL PG Sindanglaut semua parameter pengujian lingkungan,
berdasarkan hasil pemanfaatan MPMO diantaranya terhadap kualitas limbahcair industri.
menunjukkan nilai removal organik sebesar 790 Berdasarkan data pengamatan yang telah
mg/L/hari pada loading air limbah 120 m3/hari dilakukan selama 5 bulan dari bulan Juni sampai
dengan kondisi SV 30 sebesar 120 ml/L. Atau Oktober 2012 menunjukan kinerja pengolahan
dengan kata lain bahwa kemampuan IPAL limbahcair di unit IPAL sangat baik menurut SK
tersebut dengan removal organik 2.244 Kg MenLH No 51 tahun 1995. Dengan demikian
COD/Kg/hari, artinya kemampuan setiap 1 Kg MPMO mampu berperan sebagai stater dalam
mikroba Bacillus linceniformish mampu pengolahan limbah cair organik. Sebagai dampak
menguraikan bahan organik sebagai COD sebesar dari peningkatan kualitas limbah cair organik
2.244 Kg pada limbahcair untuk waktu adalah peningkatan indikator sertifikasi
penguraian selama 1 hari. Hasil pengolahan lingkungan IPAL Pabrik Gula Sindanglaut dari
Air
Limbah
Inlet
Gambar 10. Perbedaan warna air limbah sebelum dan sesudah pemrosesan
limbahcair secara signifikan diperlihatkan pada proper merah menjadi proper biru.
Gambar 10, secara visual memperlihatkan
KESIMPULAN
perbedaan warna hasil pemeprosesan
sebelumnya, dimana dengan cara Biologi Kinerja MPMO pada unit pengolahan biologi
(Bakteri) relatif jernih dan tidak mencemari dari air limbah industri gula dinilai sangat baik,
lingkungan. terutamadapat mereduksi rata-rata dari bahan
organik sebagai COD 1.985 mg/L (inlet) dan
Proses pengolahan IPAL yang dilaksanakan
sekitar 850 mg/l COD (data dari 5 bulan) setelah
tahun 2012 memberikan nilai yang lebih baik bila
proses kimia, dan setelah melalui proses biologi
dibandingkan dari tahun sebelumnya.
dengan menggunakan MPMO nilai COD
Keuntungan bagi perusahaan PG Sindanglaut
menjadi 60 mg/L.Kemampuan MPMO dalam
yang mengikuti program proper dari Mentri
IPAL menunjukkan nilai Removal Organik 2.244
Lingkungan Hidup, memberikan penilaian
Kg COD/Kg/hari, artinyabahwa setiap 1 Kg
peringkat warna Biru. Peringkat warna Biru
mikroba Bacillus linceniformish mampu
tersebut menunjukan bahwa perusahaan yang
75
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.24, No.1, Juni 2014, 65-76
76