Saya adalah seorang mahasiswi yang dididik dan dibesarkan oleh kedua orang
tua saya. Saat saya ditanyai mengenai cita-cita sewaktu kecil, saya memiliki cita-cita
yang selalu berubah-ubah karena saya tidak mengerti apa itu cita-cita. Sampai pada
saat saya SMA dan ditanyai oleh orang tua dan guru saya ingin menjadi apa, saya
masih bingung untuk memutuskan. Orang tua saya dan guru-guru di sekolah saya
menyarankan untuk menjadi dokter. Apalagi ibu saya yang sangat ingin melihat saya
menjadi dokter. Saya saat itu masih bingung mengapa mereka menyarankan saya
untuk menjadi dokter. Tetapi seiring berjalannya waktu, saya akhirnya memutuskan
untuk menjadi dokter.
Saya termotivasi karena melihat kakak saya yang sering sakit. Kakak saya
memiliki kelainan, yaitu autis. Sewaktu masih kecil, ia pernah jatuh dan mulai dari
itulah ia sering sakit. Terkadang ia sering demam, keringat dingin, dan mulai dari
itulah timbul dalam diri saya ingin menjadi dokter. Orang tua saya sudah melakukan
berbagai macam pengobatan demi kesembuhan kakak saya. Ia disekolahkan di SLB
bersama dengan teman-teman disabilitas lainnya. Ia sangat suka tertawa dan senang
jika diajak bermain, tetapi ia mudah stres saat diajak belajar. Saya ingin merawat dan
mengobati kakak saya. Selain itu, menjadi dokter adalah keinginan dari diri saya
sendiri, karena keinginan dari diri sendiri dapat membuat hidup kita menjadi bahagia.
Saya juga ingin membantu masyarakat karena profesi dokter tergolong masih
kurang di Kalimantan Barat dan saya juga ingin membuat Kalimantan Barat menjadi
daerah yang maju dan tidak kalah dengan provinsi-provinsi yang lainnya. Tingkat
pelayanan kesehatan juga tergolong masih rendah dibanding dengan daerah-daerah
maju, seperti di Jawa. selain itu, menurut saya dokter bisa menjadi profesi apa saja,
seperti dokter yang menjadi pengusaha, dokter yang menjadi politikus, dokter yang
menjadi tentara, dan lain sebagainya.
Menapa harus dokter? Banyak orang yang beranggapan ingin menjadi dokter
karena dokter memiliki banyak uang, ingin menolong orang lain, menjadi dokter
adalah cita-cita dari kecil, atau karena dokter itu keren, dan adapun yang berkata ia
dipaksa menjadi dokter. Menjadi dokter adalah sebuah tantangan. Tantangan menjadi
seorang dokter yaitu kita harus belajar setiap saat, karena ilmu pengetahuan selalu
berubah dan berkembang seiring dengan majunya teknologi, dan kita dituntut harus
selalu untuk belajar agar tidak tertinggal oleh zaman. Untuk menjadi seorang dokter
yang profesional, harus didasari tekad yang kuat. Apa yang kita ucapkan harus
menjadi komitmen dan harus dilaksanakan. Menjadi dokter bukan sekadar sanggup
membayar ataupun karena menjadi dokter itu pasti memiliki banyak uang, namun
juga harus kuat bersaing secara sehat dengan teman-teman hebat lainnya.
Saat saya diterima di FK UNTAN dengan jalur SNMPTN, saya merasa sangat
senang dan tidak menyangka akan diterima di fakultas tersebut. Awalnya saya merasa
takut dan ragu untuk masuk ke fakultas kedokteran karena saya takut jika saya tidak
bisa beradaptasi dan mengikuti sistem pendidikan di kedokteran. Tetapi karena
dukungan dari orang tua yang selalu memberikan saya semangat, saya menjadi tidak
ragu untuk menjalaninya. Saya harus semangat dan tidak boleh menyerah. Meskipun
awalnya saya sedikit bingung dan canggung, tapi dari sanalah saya mulai belajar
mengenai dunia kedokteran, komunikasi, dan cara mengabdi kepada masyarakat.
Mulai dari hal-hal tersebut saya menjadi tertarik untuk lebih mendalami ilmu
kedokteran.
Bunga yang harum itu ada juga durinya, begitulah pribahasa yang
menyatakan bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia selalu
memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk menggapai masa depan, kita harus
mengenali siapa diri kita. Tentu saja bukanlah hal yang buruk untuk mengetahui sisi
lebih dan kurang dalam diri kita. Kekurangan dalam diri kita dapat dijadikan sebagai
batu loncatan untuk mencapai kesuksesan. Tapi sebenarnya apa itu kesuksesan?
Kesuksesan adalah ia yang mampu mengembangkan potensi dan memperbaiki
kekuranga yang ada di dalam dirinya sendiri.
Saya menyadari kekurangan dan kelebihan saya sebagai manusia dan sebagai
dokter di masa yang akan datang. Saya harus bercermin pada diri saya sendiri, sudah
pantaskah saya mencerminkan pribadi seorang dokter, atau sudah pantaskah saya
mengabdi ke masyarakat. Karena dokter adalah manusia, bukan malaikat yang bisa
mengetahui segala kondisi yang dialami pasien.
Kekurangan di dalam diri saya yaitu terkadang saya merasa kurang percaya
diri saat berbicara ataupun saat bertanya, itulah mengapa sebagian dari teman-teman
saya menganggap saya sebagai pribadi yang pendiam. Tetapi, saya tidak ingin
menjadikan hal tersebut sebagai penghalang untuk mewujudkan cita-cita saya, karena
untuk menjadi seorang dokter kita harus pandai dalam berkomunikasi. Hal tersebut
saya jadikan motivasi untuk terus memperbaiki kekurangan dan mengembangkan
potensi dalam diri saya.
Berbicara mengenai potensi diri, kita harus mengetahui potensi apa saja yang
ada di dalam diri kita. Potensi diri merupakan kemampuan yang ada di dalam diri kita
dan masih perlu dikembangkan agar dapat digunakan dengan optimal. Mengenai
potensi dalam diri saya sendiri, saya memiliki potensi dalam bidang kedokteran. Saya
akan terus berusaha mengembangkan potensi dalam diri saya dengan cara melatih diri
dalam mengatasi kekurangan saya, mengembangkan kelebihan, banyak membaca,
belajar dengan mendengar dan mengamati. Selain itu saya juga akan belajar untuk
menerima kritik dan saran, melatih diri untuk selalu disiplin dalam menjalankan
sesuatu dan banyak bertanya kepada orang terdekat dan berpengalaman untuk
membantu dalam mengembangkan potensi saya.
Saya akan belajar untuk selalu tidak menyerah dalam menggapai sesuatu.
Temukan dirimu, tujuan luhurmu, potensimu, dan temukan mimpimu. Jangan pernah
menyerah dalam mengejar cita-cita, karena jika kau berhasil melaluinya, kau akan
mendapat hasil yang manis dari perjalanan pahit yang telah kau tempuh. Allah punya
rencana yang indah untuk kita yang selalu berusaha dan beribadah kepadanya.