Disusun oleh:
Kelompok 1
Preceptor:
Elly Noer R., dr., SpA., M.Kes
A. KETERANGAN UMUM
Nama Penderita : An. PD
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Jember, 28 Februari 2001 ( umur 13 th 9 bln )
Partus : Spontan Oleh : Dokter
Alamat : Asrama PD Passus, Batujajar, Bandung Barat
Kiriman dari : UGD RS Dustira
Dengan diagnosis : DHF
AYAH : Nama : Tn. R
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : TNI-AD/Serda/PD Passus
Penghasilan : Rp 2.500.000/bulan
Alamat : Asrama PD Passus, Batujajar, Bandung Barat
IBU : Nama : Ny. ID
Umur : 33 tahun
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Asrama PD Passus, Batujajar, Bandung Barat
Jumlah Anak :2
Anak Yang Hidup :2
1. PD 13 Tahun/Laki-laki/Sakit
2. RW 8 Tahun/Perempuan/Sehat
Tgl. Masuk : 13 November 2014
Tgl. Pemeriksaan : 19 November 2014
B. KELUHAN UTAMA
Panas badan
C. ANAMNESIS KHUSUS
Ibu pasien mengatakan pasien kejang 30 menit SMRS. Kejang terjadi
sebanyak 5 kali dalam 1 hari, masing-masing selama 15 menit dan anak tidak sadar
diantara kejang. Kejang didahului oleh demam 3 jam sebelumnya. Saat kejang anak
tidak sadarkan diri dan kejang diawali dengan mata terbelalak ke atas, diikuti dengan
kejang pada kedua sisi tubuh anak. Setelah kejang, anak tidak sadarkan diri dan
mengompol.
D. ANAMNESIS UMUM
Ibu pasien mengatakan pasien panas badan sejak 3 hari SMRS. Panas badan
timbul mendadak tinggi dan turun setelah pemberian obat. Panas badan bertambah
tinggi ketika sore menjelang malam hari. Panas badan tidak disertai menggigil dan
tidak disertai kejang.
Ibu pasien mengatakan selain panas badan, pasien juga mengeluhkan lemah
badan, nyeri kepala, nyeri persendian, nyeri perut, dan mual.
Keluhan mimisan, gusi berdarah, BAB berdarah, dan bintik-bintik merah pada
kulit yang tidak hilang saat ditekan disangkal.
Keluhan panas badan tidak disertai gelisah, penurunan kesadaran, badan
teraba dingin, dan sesak napas. Ibu pasien juga mengatakan pasien minum air
sebanyak 2 L dalam sehari dan frekuensi BAK pasien mencapai > 6x dalam sehari
dengan warna BAK kuning.
Keluhan tidak disertai dengan diare, konstipasi, ataupun perut terasa kembung.
Keluhan panas badan tidak disertai dengan nyeri hebat pada betis. Tidak terdapat
keluhan mata kuning. Keluhan tidak disertai nyeri pada saat BAK dan pasien tidak
menangis saat BAK. Keluhan tidak disertai dengan munculnya bruntus-bruntus yang
berisi air dan terasa gatal serta sebelumnya tidak ada kontak dengan orang yang
mengalami keluhan serupa. Riwayat pergi ke daerah endemis malaria seperti pantai
pangandaran atau pelabuhan ratu disangkal. Riwayat demam menggigil diikuti
keringat banyak setelahnya dan badan terasa lemas disangkal. Nyeri hebat pada
persendian hingga sulit berjalan disangkal.
Ibu pasien mengatakan keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan pasien.
Riwayat keluhan serupa diakui terdapat pada tetangga sebelah rumah yang berjarak
5 M dari rumah pasien. Dikatakan bahwa tetangga tersebut di rawat RS selama 1
minggu karena penyakit DBD.
Ibu pasien mengakui di lingkungan rumahnya tidak terdapat sampah yang
berserakan ataupun tempat penampungan air terbuka yang dapat menjadi sarang
perkembangbiakan nyamuk. Sebelum datang ke RS Dustira, pasien telah
mengonsumsi obat Paracetamol yang diminum 3x, panas badan mereda, namun
beberapa jam kemudian panas timbul kembali.
E. ANAMNESIS TAMBAHAN
1. RIWAYAT IMUNISASI
Hepatitis B 0 1 6
BCG 1
DTP 2 4 6 5
Polio 0 2 4 6 5
Campak 9
Imunisasi dasar lengkap
Imunisasi ulangan lengkap
2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah : Sehat
Ibu : Sehat
Saudara : Sehat
3. KEPANDAIAN
Berbalik : 4 bulan
Duduk tanpa bantuan : 6 bulan
Duduk tanpa pegangan : 7 bulan
Bicara 1 kata : 12 bulan
Bicara 1 kalimat : 15 bulan
Berjalan 1 tangan dipegang : 13 bulan
Berjalan tanpa dipegang : 18 bulan
4. GIGI GELIGI
- Pertama : 9 bulan Gigi Tetap : 7654321 1234567
7654321 1234567
- Sekarang : 28 buah Keterangan :
X : Gigi tanggal
O : Gigi karies
5. MAKANAN
KUALITAS
UMUR JENIS MAKANAN KUANTITAS
-ASI eksklusif On Demand Baik
0 4 Bulan
Tetanus Kejang
1. PENGUKURAN
Umur : 13 tahun 9 bulan
Berat Badan : 59 Kg
Panjang Badan : 160 cm
BMI : 23,04
Status Gizi :
BB/U = Presentil 0 s/d -1
BMI/U = Presentil 1 s/d 2 (Possibly risk of overweight)
TANDA VITAL
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 65 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 36 x/menit, tipe abdominothorakal
Suhu : 36,7oC
2. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Kepala : Simetris, Normochepal
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera : Ikterik : -/-
Konjungtiva : Anemis : -/-
Injeksi siliaris : -/-
Subconjunctival bleeding: -/-
Pupil : Bulat isokhor
THT : Hidung : PCH (-), Rhinorea -/-, Epistaksis -/-
Telinga : Tidak ada kelainan
Tenggorokan : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 T1, tenang, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Bibir : Basah
Mulut : Lidah : Lidah kotor (-), Tremor (-)
Gusi : Perdarahan spontan (-)
Gigi : Tidak ada kelainan
2. Leher
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba
Kaku Kuduk : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
3. Thorax
a. Dinding Dada
Depan
R L
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-
4. Abdomen
Inspeksi : Datar, soepel
Palpasi : Lembut, Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),
Defans muskular (-), distensi abdomen (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Perkusi : Tympani, Pekak samping (-), Pekak pindah (-)
Auskultasi : Bising usus (+), 24x/menit
5. Genitalia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Maturitas : Tanner IV
Kelainan : Tidak ada kelainan
6. Anggota Gerak
Atas
Kulit : Tidak ada kelainan
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Tidak ada kelainan
Refleks : Tidak ada kelainan
Bawah
Kulit : Tidak ada kelainan
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Tidak ada kelainan
Refleks : Tidak ada kelainan
7. Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), Petechiae (-),
Rumple Leedes Test (-)
IV. RESUME
Dari autoanamnesa/heteroanamnesia didapatkan seorang penderita laki-laki
usia 13 tahun 9 bulan datang dengan keluhan utama panas badan. Keluhan panas
badan dirasakan sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan lemah badan, nyeri kepala, nyeri persendian, nyeri perut, dan
mual.
Penderita baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Riwayat keluhan
serupa diakui terdapat pada tetangga sebelah rumah yang berjarak 5 M dari rumah
pasien yang di rawat RS selama 1 minggu karena penyakit DBD.
Keluhan tidak disertai mimisan, gusi berdarah, BAB berdarah, dan bintik-
bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan.
Keluhan panas badan tidak disertai gelisah, penurunan kesadaran, badan
teraba dingin, dan sesak napas. Ibu pasien juga mengatakan pasien minum air
sebanyak 2 L dalam sehari dan frekuensi BAK pasien mencapai > 6x dalam sehari
dengan warna BAK kuning.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi : 65x/menit REIC
Respirasi : 36 x/menit, tipe abdominothorakal
Suhu : 36,7C
Kepala : Simetris, Normosefal
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera : Ikterik : -/-
Konjungtiva Anemis: -/-
Injeksi siliaris: -/-
Subconjunctival bleeding: -/-
Pupil : Bulat isokhor
THT : Hidung : Rhinorrhea -/-, Epistaksis -/-
Tenggorokan: Hiperemis (-)
Tonsil : T1 T1, tenang, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Mulut : Lidah : Lidah kotor (-) tremor (-)
Gusi : Perdarahan spontan (-)
Gigi : Tidak ada kelainan
Leher: KGB: Tidak teraba
Dada:
- Paru:
Depan:Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-
Belakang: Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS 5 Linea Midclavicularis Sinistra
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni reguler
Bunyi Jantung tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi :Lembut, Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), Hepar : Tidak teraba, Lien :
Tidak teraba, Defans muskular (-), Distensi abdomen (-)
Perkusi : Tympani, Pekak samping (-), Pekak pindah(-)
Auskultasi: Bising usus (+) 24x/menit
Genitalia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelainan : Tidak ada kelainan
Maturitas: Tanner IV
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, Petechiae (-), Rumple Leedes Test (-)
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan:
V. DIAGNOSIS
Diagnosis Differential :
- Demam dengue + possibly risk of overweight
- Demam dengue + demam tifoid + possibly risk of overweight
Diagnosis Kerja :
- Demam dengue + possibly risk of overweight
DEFINISI
Demam dengue atau dengue fever (DF) dan demam berdarah dengue atau
dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, mialgia, atralgia, disertai leukopenia,
semu) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Pada kondisi berat dapat terjadi
ETIOLOGI
DF atau DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus
terdiri atas asam rebinukleat (RNA) rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. Virus
dengue termasuk dalam kelompok arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya
DEN-3 yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus berat. Infeksi terhadap satu
jenis serotipe dapat memberikan kekebalan bagi serotipe tersebut tetapi tidak pada
serotipe lain. Dalam sekali infeksi terutama di daerah endemik, seseorang dapat
terkena infeksi semua serotipe virus dalam waktu yang bersamaan. Terdapat reaksi
silang antara serotipe dengue dengan flavivirus lain seperti yellow fever, Japanese
VEKTOR
Vektor utama virus ini yaitu nyamuk Aedes aegypti (di perkotaan) dan Aedes
albopictus (di pedesaan). Nyamuk yang menjadi vektor apabila nyamuk tersebut habis
menggigit penderita yang mengandung virus dan viremia kemudian menggigit orang
yang sehat. Penelitian terakhir menyebutkan virus dapat ditularkan secara transovarial
putih. Nyamuk ini berkembang biak di air jernih seperti bak mandi, WC, tempayan,
drum, dan alat penampungan air lainnya seperti pot, kaleng bekas, dan tempat minum
burung. Jarak terbang nyamuk rata-rata 100 meter. Nyamuk betina bersifat multiple
biters yaitu menggigit beberapa orang karena nyamuk suka berpindah sebelum
kenyang. Nyamuk tahan pada suhu panas dan kelembapan tinggi. Penyebaran
Virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam
kelenjar air liurnya. Jika nyamuk menggigit manusia, maka virus akan berpindah
bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia virus ini berkembang selama 4-6 hari
kemudian orang tersebut menjadi sakit. Virus dengue memperbanyak diri dan
bertahan dalam darah manusia selama 7 hari. Orang yang di dalam tubuhnya terdapat
virus dengue dapat mengalami demam ringan lalu sembuh sempurna, tanpa gejala
Nyamuk aedes aegypti dengan masa inkubasi 4-10 hari. Tempat perindukan
utama nyamuk adalah tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan letaknya
dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Tempat
istirahat nyamuk berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan
rumah. Nyamuk betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik
di dalam rumah ataupun di luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai
petang dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan
EPIDEMIOLOGI
tersebar di wilayah Asia Tenggara, Cina, Pakistan, India, Pasifik Barat, dan Karibia.
Virus ini juga ditemukan di negara bagian Queensland, Australia pada 1981. Penyakit
ini juga pernah menimbulkan kejadian luar biasa di Amerika Seatan, Amerika Tengah,
tanah air. Insidensi DHF di Indonesia yaitu 6-15 per 100.000 penduduk pada 1989-
1995 dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000
penduduk pada 1998. Mortalitas DHF menurun hingga 2% pada 1999. Di Indonesia
kasus DHF pertama terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Data dari Departemen
Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa pada tahun 2004 tercatat 17.707
orang terkena DHF di 25 provinsi dengan kematian sebanyak 322 penderita selama
bulan Januari dan Februari. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun
1999, kelompok usia dengan angka kejadian tertinggi yaitu 5-14 tahun sebesar 42%
Diagnosis Dengue Shock Syndrome terdiri atas kriteria demam berdarah dengue
disertai hipotensi, takikardia, penurunan tekanan nadi( 20 mmHg), dan tanda adanya
Derajat I
Demam, gejala lain yang tidak khas, uji torniquet (+), dan atau mudah perdarahan
Derajat II
Disertai kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan nadi cepat dan kecil, tekanan
Derajat IV (Shock)
PATOFISIOLOGI
Perbedaan klinis antara Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh
mekanisme patofisiologi yang berbeda. Adanya renjatan pada Demam Berdarah Dengue disebabkan
karena kebocoran plasma (plasma leakage) yang diduga karena proses imunologi. Hal ini tidak
didapati pada Demam Dengue. Virus Dengue yang masuk kedalam tubuh akan beredar dalam
sirkulasi darah dan akan ditangkap oleh makrofag (Antigen Presenting Cell). Viremia akan terjadi
sejak 2 hari sebelum timbul gejala hingga setelah lima hari terjadinya demam. Antigen yang
menempel pada makrofag akan mengaktifasi sel T- Helper dan menarik makrofag lainnya untuk
menangkap lebih banyak virus. Sedangkan sel T-Helper akan mengaktifasi sel T-Sitotoksik yang
akan melisis makrofag. Telah dikenali tiga jenis antibodi yaitu antibodi netralisasi, antibody
hemagglutinasi, antibodi fiksasi komplemen. Proses ini akan diikuti dengan dilepaskannya mediator-
mediator yang merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, nyeri otot, dan
gejala lainnya. Juga bisa terjadi aggregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia ringan.
Demam tinggi (hiperthermia) merupakan manifestasi klinik yang utama pada penderita infeksivirus
Sel penjamu yang muncul dan beredar dalam sirkulasi merangsang terjadinya panas. Faktor
panasyang dimunculkan adalah jenis-jenis sitokin yang memicu panas seperti TNF-, IL-1, IL-6,
dans ebaliknya sitokon yang meredam panas adalah TGF-,dan IL-10. Beredarnya virus di dalam
plasma bisa merupakan partikel virus yang bebas atau berada dalam sel platelet, limfosit, monosit,
tetapi tidak di dalam eritrosit. Banyaknya partikel virus yang merupakan kompleks imun yang terkait
dengan sel ini menyebabkan viremia pada infeksi virus Dengue sukardibersihkan.Antibodi yang
dihasilkan pada infeksi virus dengue merupakan non netralisasi antibodi yangdipelajari dari hasil
studi menggunakan stok kulit virus C6/C36, viro sel nyamuk dan preparat virus yangasli.Respon
innate immune terhadap infeksi virus Dengue meliputi dua komponen yang berperan penting di
periode sebelum gejala infeksi yaitu antibodi IgM dan platelet. Antibodi alami IgM
dibuat olehCD5 + B sel, bersifat tidak spesifik dan memiliki struktur molekul mutimerix. Molekul
hexamer IgM berjumlah lebih sedikit dibandingkan molekul pentameric IgM namun
hexamer IgM lebih efisien dalam mengaktivasi komplemen. Antigen Dengue dapat dideteksi
di lebih dari 50% Complex CirculatingImun. Kompleks imun IgM tersebut selalu ditemukan di
bercak merah kulit penderita dengue. Oleh karenanya dalam penentuan virus dengue
PENATALAKSANAAN
TATALAKSANA
1. Pencegahan
a. Melakukan penyemprotan masal (fogging)
b. Melakukan pembinaan terhadap masyarakat dalam kegiatan pemberatasan
BB 59 kg 10 x 100 = 1000
10 x 50 = 500
40 x 25 = 1000
3. Farmakologi
a. Antipiretik (bila perlu)
Paracetamol 10-15 mg/kgbb/kali pemberian dengan interval 6-8 jam
BB 59 kg 590 885mg/kali
Alur terapi :
KOMPLIKASI
dikenal dengan istilah dengue shock syndrome (DSS). Kondisi ini ditandai dengan
kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lemah, hipotensi, tekanan nadi kurang dari 20
mmHg, kulit dingin dan lembap, serta gelisah). Pada syok berat (DHF grade IV),
tekanan darah dan nadi tidak terukur. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, pada
DSS terjadi trombositopenia kurang dari 100.000/L. Kondisi ini dapat mengancam
jiwa.