Anda di halaman 1dari 21

DENGUE HEMORARRGIC FEVER

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Preceptoran Kepaniteraan


Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Disusun oleh:
Kelompok 1

Irstina Tassa Komara 4151131458


Dita Siwi Wulandari 4151131462
Gusti Ayu Sinta DA 4151131475
Yudha Febrian 4151131477
Yustima Amelia 4151131419
Fitri Dwiyani 4151131431
Rosalina Helmi 4151131453
Yunike Putri Nurfauzia 4151131470
Primandika Rachmanda 4151131451

Preceptor:
Elly Noer R., dr., SpA., M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RS DUSTIRA/FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2014
STATUS RESPONSI

I. ANAMNESIS (Heteroanamnesis tanggal 19 November 2014)

A. KETERANGAN UMUM
Nama Penderita : An. PD
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Jember, 28 Februari 2001 ( umur 13 th 9 bln )
Partus : Spontan Oleh : Dokter
Alamat : Asrama PD Passus, Batujajar, Bandung Barat
Kiriman dari : UGD RS Dustira
Dengan diagnosis : DHF
AYAH : Nama : Tn. R
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : TNI-AD/Serda/PD Passus
Penghasilan : Rp 2.500.000/bulan
Alamat : Asrama PD Passus, Batujajar, Bandung Barat
IBU : Nama : Ny. ID
Umur : 33 tahun
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Asrama PD Passus, Batujajar, Bandung Barat
Jumlah Anak :2
Anak Yang Hidup :2
1. PD 13 Tahun/Laki-laki/Sakit
2. RW 8 Tahun/Perempuan/Sehat
Tgl. Masuk : 13 November 2014
Tgl. Pemeriksaan : 19 November 2014

B. KELUHAN UTAMA
Panas badan
C. ANAMNESIS KHUSUS
Ibu pasien mengatakan pasien kejang 30 menit SMRS. Kejang terjadi
sebanyak 5 kali dalam 1 hari, masing-masing selama 15 menit dan anak tidak sadar
diantara kejang. Kejang didahului oleh demam 3 jam sebelumnya. Saat kejang anak
tidak sadarkan diri dan kejang diawali dengan mata terbelalak ke atas, diikuti dengan
kejang pada kedua sisi tubuh anak. Setelah kejang, anak tidak sadarkan diri dan
mengompol.

D. ANAMNESIS UMUM
Ibu pasien mengatakan pasien panas badan sejak 3 hari SMRS. Panas badan
timbul mendadak tinggi dan turun setelah pemberian obat. Panas badan bertambah
tinggi ketika sore menjelang malam hari. Panas badan tidak disertai menggigil dan
tidak disertai kejang.
Ibu pasien mengatakan selain panas badan, pasien juga mengeluhkan lemah
badan, nyeri kepala, nyeri persendian, nyeri perut, dan mual.
Keluhan mimisan, gusi berdarah, BAB berdarah, dan bintik-bintik merah pada
kulit yang tidak hilang saat ditekan disangkal.
Keluhan panas badan tidak disertai gelisah, penurunan kesadaran, badan
teraba dingin, dan sesak napas. Ibu pasien juga mengatakan pasien minum air
sebanyak 2 L dalam sehari dan frekuensi BAK pasien mencapai > 6x dalam sehari
dengan warna BAK kuning.
Keluhan tidak disertai dengan diare, konstipasi, ataupun perut terasa kembung.
Keluhan panas badan tidak disertai dengan nyeri hebat pada betis. Tidak terdapat
keluhan mata kuning. Keluhan tidak disertai nyeri pada saat BAK dan pasien tidak
menangis saat BAK. Keluhan tidak disertai dengan munculnya bruntus-bruntus yang
berisi air dan terasa gatal serta sebelumnya tidak ada kontak dengan orang yang
mengalami keluhan serupa. Riwayat pergi ke daerah endemis malaria seperti pantai
pangandaran atau pelabuhan ratu disangkal. Riwayat demam menggigil diikuti
keringat banyak setelahnya dan badan terasa lemas disangkal. Nyeri hebat pada
persendian hingga sulit berjalan disangkal.
Ibu pasien mengatakan keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan pasien.
Riwayat keluhan serupa diakui terdapat pada tetangga sebelah rumah yang berjarak
5 M dari rumah pasien. Dikatakan bahwa tetangga tersebut di rawat RS selama 1
minggu karena penyakit DBD.
Ibu pasien mengakui di lingkungan rumahnya tidak terdapat sampah yang
berserakan ataupun tempat penampungan air terbuka yang dapat menjadi sarang
perkembangbiakan nyamuk. Sebelum datang ke RS Dustira, pasien telah
mengonsumsi obat Paracetamol yang diminum 3x, panas badan mereda, namun
beberapa jam kemudian panas timbul kembali.

E. ANAMNESIS TAMBAHAN

1. RIWAYAT IMUNISASI

Nama Dasar (bulan) Ulangan (tahun)

Hepatitis B 0 1 6
BCG 1
DTP 2 4 6 5
Polio 0 2 4 6 5
Campak 9
Imunisasi dasar lengkap
Imunisasi ulangan lengkap

2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah : Sehat
Ibu : Sehat
Saudara : Sehat

3. KEPANDAIAN
Berbalik : 4 bulan
Duduk tanpa bantuan : 6 bulan
Duduk tanpa pegangan : 7 bulan
Bicara 1 kata : 12 bulan
Bicara 1 kalimat : 15 bulan
Berjalan 1 tangan dipegang : 13 bulan
Berjalan tanpa dipegang : 18 bulan
4. GIGI GELIGI
- Pertama : 9 bulan Gigi Tetap : 7654321 1234567
7654321 1234567
- Sekarang : 28 buah Keterangan :
X : Gigi tanggal
O : Gigi karies
5. MAKANAN
KUALITAS
UMUR JENIS MAKANAN KUANTITAS
-ASI eksklusif On Demand Baik
0 4 Bulan

-ASI On Demand Baik


4 6 Bulan -Bubur susu 1-2 Mangkok kecil /hr Cukup
-Buah buahan 1-2 x sehari
-ASI On Demand Baik
-Bubur Susu 2-3 Mangkok kecil /hr Cukup
6 10 Bulan
- Biskuit +/- 3 keping / hari Cukup
- Buah buahan 1-2 x sehari Cukup
-ASI On Demand Baik
-Nasi Tim + Sayur + 2 Mangkok sdng /hr Cukup
10 12 Bulan
Daging
-Buah buahan 1-2 x sehari Cukup
-ASI On Demand Baik
-Nasi + daging + 3 Mangkok sdng /hr Cukup
12 24 Bulan
sayur
-Buah buahan 1-2 x sehari Cukup

-Nasi + daging + 3 Mangkok sdng /hr


24 bulan Cukup
sayur
Sekarang
-Buah buahan 1-2 x sehari
Cukup

6. PENYAKIT YANG SUDAH DIALAMI (Beri tanda V pada yang dialami)

Campak Diare Asma


Batuk rejan Demam Tifoid Eksim

TBC Kuning Kaligata

Dif teri Cacar Batuk pilek

Tetanus Kejang

II. PEMERIKSAAN FISIK

1. PENGUKURAN
Umur : 13 tahun 9 bulan
Berat Badan : 59 Kg
Panjang Badan : 160 cm
BMI : 23,04
Status Gizi :
BB/U = Presentil 0 s/d -1
BMI/U = Presentil 1 s/d 2 (Possibly risk of overweight)

KEADAAN UMUM (Kesan Umum dari pemeriksa)


Keadaan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis

TANDA VITAL
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 65 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 36 x/menit, tipe abdominothorakal
Suhu : 36,7oC

2. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Kepala : Simetris, Normochepal
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera : Ikterik : -/-
Konjungtiva : Anemis : -/-
Injeksi siliaris : -/-
Subconjunctival bleeding: -/-
Pupil : Bulat isokhor
THT : Hidung : PCH (-), Rhinorea -/-, Epistaksis -/-
Telinga : Tidak ada kelainan
Tenggorokan : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 T1, tenang, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Bibir : Basah
Mulut : Lidah : Lidah kotor (-), Tremor (-)
Gusi : Perdarahan spontan (-)
Gigi : Tidak ada kelainan

2. Leher
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba
Kaku Kuduk : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

3. Thorax
a. Dinding Dada
Depan
R L
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-

Belakang Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris L R


Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
R L
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS 5 Linea
Midclavicularis Sinistra
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni reguler
Bunyi Jantung tambahan (-)

4. Abdomen
Inspeksi : Datar, soepel
Palpasi : Lembut, Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),
Defans muskular (-), distensi abdomen (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Perkusi : Tympani, Pekak samping (-), Pekak pindah (-)
Auskultasi : Bising usus (+), 24x/menit

5. Genitalia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Maturitas : Tanner IV
Kelainan : Tidak ada kelainan

6. Anggota Gerak
Atas
Kulit : Tidak ada kelainan
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Tidak ada kelainan
Refleks : Tidak ada kelainan

Bawah
Kulit : Tidak ada kelainan
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Tidak ada kelainan
Refleks : Tidak ada kelainan

7. Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), Petechiae (-),
Rumple Leedes Test (-)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. LABORATORIUM SERIAL

IV. RESUME
Dari autoanamnesa/heteroanamnesia didapatkan seorang penderita laki-laki
usia 13 tahun 9 bulan datang dengan keluhan utama panas badan. Keluhan panas
badan dirasakan sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan lemah badan, nyeri kepala, nyeri persendian, nyeri perut, dan
mual.
Penderita baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Riwayat keluhan
serupa diakui terdapat pada tetangga sebelah rumah yang berjarak 5 M dari rumah
pasien yang di rawat RS selama 1 minggu karena penyakit DBD.
Keluhan tidak disertai mimisan, gusi berdarah, BAB berdarah, dan bintik-
bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan.
Keluhan panas badan tidak disertai gelisah, penurunan kesadaran, badan
teraba dingin, dan sesak napas. Ibu pasien juga mengatakan pasien minum air
sebanyak 2 L dalam sehari dan frekuensi BAK pasien mencapai > 6x dalam sehari
dengan warna BAK kuning.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi : 65x/menit REIC
Respirasi : 36 x/menit, tipe abdominothorakal
Suhu : 36,7C
Kepala : Simetris, Normosefal
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera : Ikterik : -/-
Konjungtiva Anemis: -/-
Injeksi siliaris: -/-
Subconjunctival bleeding: -/-
Pupil : Bulat isokhor
THT : Hidung : Rhinorrhea -/-, Epistaksis -/-
Tenggorokan: Hiperemis (-)
Tonsil : T1 T1, tenang, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Mulut : Lidah : Lidah kotor (-) tremor (-)
Gusi : Perdarahan spontan (-)
Gigi : Tidak ada kelainan
Leher: KGB: Tidak teraba
Dada:
- Paru:
Depan:Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-
Belakang: Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS 5 Linea Midclavicularis Sinistra
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni reguler
Bunyi Jantung tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi :Lembut, Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), Hepar : Tidak teraba, Lien :
Tidak teraba, Defans muskular (-), Distensi abdomen (-)
Perkusi : Tympani, Pekak samping (-), Pekak pindah(-)
Auskultasi: Bising usus (+) 24x/menit
Genitalia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelainan : Tidak ada kelainan
Maturitas: Tanner IV
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, Petechiae (-), Rumple Leedes Test (-)
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan:

V. DIAGNOSIS
Diagnosis Differential :
- Demam dengue + possibly risk of overweight
- Demam dengue + demam tifoid + possibly risk of overweight

Diagnosis Kerja :
- Demam dengue + possibly risk of overweight

VI. USUL PEMERIKSAAN:


- Pemeriksaan darah rutin serial tiap 24 jam
- Serologis: IgM dan IgG anti-dengue
- Tes Widal
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Demam dengue atau dengue fever (DF) dan demam berdarah dengue atau

dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus dengue dengan manifestasi klinis demam, mialgia, atralgia, disertai leukopenia,

ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DHF terjadi

perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit

semu) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Pada kondisi berat dapat terjadi

renjatan, dikenal dengan istilah dengue shock syndrome (DSS).

ETIOLOGI

DF atau DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus

Flavivirus, famili Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30nm,

terdiri atas asam rebinukleat (RNA) rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. Virus

dengue termasuk dalam kelompok arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan

melalui artropoda. Penelitian menunjukkan virus dengue dapat berreplikasi pada

nyamuk genus Aedes dan Toxorhynchites.1,2

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya

dapat menyebabkan DF atau DHF. Di Indonesia, paling banyak ditemukan serotipe

DEN-3 yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus berat. Infeksi terhadap satu

jenis serotipe dapat memberikan kekebalan bagi serotipe tersebut tetapi tidak pada

serotipe lain. Dalam sekali infeksi terutama di daerah endemik, seseorang dapat

terkena infeksi semua serotipe virus dalam waktu yang bersamaan. Terdapat reaksi
silang antara serotipe dengue dengan flavivirus lain seperti yellow fever, Japanese

encephalitis, dan West Nile Fever.

VEKTOR

Vektor utama virus ini yaitu nyamuk Aedes aegypti (di perkotaan) dan Aedes

albopictus (di pedesaan). Nyamuk yang menjadi vektor apabila nyamuk tersebut habis

menggigit penderita yang mengandung virus dan viremia kemudian menggigit orang

yang sehat. Penelitian terakhir menyebutkan virus dapat ditularkan secara transovarial

dari nyamuk ke telur-telurnya.

Nyamuk Aedes aegypti memiliki ciri-ciri sayap dan badannya bergaris-garis

putih. Nyamuk ini berkembang biak di air jernih seperti bak mandi, WC, tempayan,

drum, dan alat penampungan air lainnya seperti pot, kaleng bekas, dan tempat minum

burung. Jarak terbang nyamuk rata-rata 100 meter. Nyamuk betina bersifat multiple

biters yaitu menggigit beberapa orang karena nyamuk suka berpindah sebelum

kenyang. Nyamuk tahan pada suhu panas dan kelembapan tinggi. Penyebaran

penyakit ini di Jawa biasanya banyak terjadi pada bulan Januari-April/Mei.

Virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam

kelenjar air liurnya. Jika nyamuk menggigit manusia, maka virus akan berpindah

bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia virus ini berkembang selama 4-6 hari

kemudian orang tersebut menjadi sakit. Virus dengue memperbanyak diri dan

bertahan dalam darah manusia selama 7 hari. Orang yang di dalam tubuhnya terdapat

virus dengue dapat mengalami demam ringan lalu sembuh sempurna, tanpa gejala

sakit, atau mengalami sakit DF/DHF

Nyamuk aedes aegypti dengan masa inkubasi 4-10 hari. Tempat perindukan

utama nyamuk adalah tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan letaknya

dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Tempat
istirahat nyamuk berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan

yang berada di halaman/kebun/pekarangan rumah, benda-benda tergantung di dalam

rumah. Nyamuk betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik

di dalam rumah ataupun di luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai

petang dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan

sebelum matahari terbenam (15.00-17.00) nyamuk dapat terbang sejauh 2 kilometer,

walaupun umumnya jarak terbang pendek yaitu kurang lebih 40 meter.

EPIDEMIOLOGI

Infeksi virus dengue sangat endemik di negara-negara tropis. DF atau DHF

tersebar di wilayah Asia Tenggara, Cina, Pakistan, India, Pasifik Barat, dan Karibia.

Virus ini juga ditemukan di negara bagian Queensland, Australia pada 1981. Penyakit

ini juga pernah menimbulkan kejadian luar biasa di Amerika Seatan, Amerika Tengah,

bahkan Amerika Serikat sampai akhir tahun 1990-an.1,2

Indonesia merupakan wilayah endemis dengan penyebaran di seluruh wilayah

tanah air. Insidensi DHF di Indonesia yaitu 6-15 per 100.000 penduduk pada 1989-

1995 dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000

penduduk pada 1998. Mortalitas DHF menurun hingga 2% pada 1999. Di Indonesia

kasus DHF pertama terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Data dari Departemen

Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa pada tahun 2004 tercatat 17.707

orang terkena DHF di 25 provinsi dengan kematian sebanyak 322 penderita selama

bulan Januari dan Februari. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun

1999, kelompok usia dengan angka kejadian tertinggi yaitu 5-14 tahun sebesar 42%

kemudian usia 15-44 tahun sebesar 37%.


DIAGNOSIS.

Menurut WHO, kriteria diagnosis demam berdarah dengue terdiri dari:

1. Demam bifasik selama 2-7 hari.


2. Adanya manifestasi perdarahan (ptekiae, ekimosis, purpura, epistaksis

perdarahan gusi, hematemesis, atau melena).


3. Trombositopenia ( 100.000/mm3).
4. Peningkatan permeabilitas kapiler ( peningkatan hematokrit 20%), efusi

pleura, ascites, atau hipoalbuminemia.

Diagnosis Dengue Shock Syndrome terdiri atas kriteria demam berdarah dengue

disertai hipotensi, takikardia, penurunan tekanan nadi( 20 mmHg), dan tanda adanya

perfusi yang buruk (ekstremitas dingin).

Klasifikasi DBF Menurut WHO

Derajat I

Demam, gejala lain yang tidak khas, uji torniquet (+), dan atau mudah perdarahan

Derajat II

Sama dengan derajat I + perdarahan spontan

Derajat III (Pre shock)

Disertai kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan nadi cepat dan kecil, tekanan

nadi menurun atau hipotensi, kulit dingin, gelisah

Derajat IV (Shock)

Syok berat, nadi tidak teraba

PATOFISIOLOGI
Perbedaan klinis antara Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh

mekanisme patofisiologi yang berbeda. Adanya renjatan pada Demam Berdarah Dengue disebabkan

karena kebocoran plasma (plasma leakage) yang diduga karena proses imunologi. Hal ini tidak

didapati pada Demam Dengue. Virus Dengue yang masuk kedalam tubuh akan beredar dalam

sirkulasi darah dan akan ditangkap oleh makrofag (Antigen Presenting Cell). Viremia akan terjadi

sejak 2 hari sebelum timbul gejala hingga setelah lima hari terjadinya demam. Antigen yang

menempel pada makrofag akan mengaktifasi sel T- Helper dan menarik makrofag lainnya untuk

menangkap lebih banyak virus. Sedangkan sel T-Helper akan mengaktifasi sel T-Sitotoksik yang

akan melisis makrofag. Telah dikenali tiga jenis antibodi yaitu antibodi netralisasi, antibody

hemagglutinasi, antibodi fiksasi komplemen. Proses ini akan diikuti dengan dilepaskannya mediator-

mediator yang merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, nyeri otot, dan

gejala lainnya. Juga bisa terjadi aggregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia ringan.

Demam tinggi (hiperthermia) merupakan manifestasi klinik yang utama pada penderita infeksivirus

dengue sebagai respon fisiologis terhadap mediator yang muncul.

Sel penjamu yang muncul dan beredar dalam sirkulasi merangsang terjadinya panas. Faktor

panasyang dimunculkan adalah jenis-jenis sitokin yang memicu panas seperti TNF-, IL-1, IL-6,

dans ebaliknya sitokon yang meredam panas adalah TGF-,dan IL-10. Beredarnya virus di dalam

plasma bisa merupakan partikel virus yang bebas atau berada dalam sel platelet, limfosit, monosit,

tetapi tidak di dalam eritrosit. Banyaknya partikel virus yang merupakan kompleks imun yang terkait

dengan sel ini menyebabkan viremia pada infeksi virus Dengue sukardibersihkan.Antibodi yang

dihasilkan pada infeksi virus dengue merupakan non netralisasi antibodi yangdipelajari dari hasil

studi menggunakan stok kulit virus C6/C36, viro sel nyamuk dan preparat virus yangasli.Respon

innate immune terhadap infeksi virus Dengue meliputi dua komponen yang berperan penting di

periode sebelum gejala infeksi yaitu antibodi IgM dan platelet. Antibodi alami IgM

dibuat olehCD5 + B sel, bersifat tidak spesifik dan memiliki struktur molekul mutimerix. Molekul
hexamer IgM berjumlah lebih sedikit dibandingkan molekul pentameric IgM namun

hexamer IgM lebih efisien dalam mengaktivasi komplemen. Antigen Dengue dapat dideteksi

di lebih dari 50% Complex CirculatingImun. Kompleks imun IgM tersebut selalu ditemukan di

dalam dinding darah dibawah kulit atau di

bercak merah kulit penderita dengue. Oleh karenanya dalam penentuan virus dengue

level IgMmerupakan hal yang spesifik.

PENATALAKSANAAN

TATALAKSANA

1. Pencegahan
a. Melakukan penyemprotan masal (fogging)
b. Melakukan pembinaan terhadap masyarakat dalam kegiatan pemberatasan

sarang nyamuk (PSN), contohnya 3M (menguras, menutup, dan mengubur)


c. Melakukan penyuluhan pada masyarakat mengenai penyakit tersebut
2. Non farmakologi
a. Tirah baring
b. Cukupi asupan cairan

c. Pemberian cairan per oral

- Pemberian cairan kristaloid 2500mL/24jam

BB 59 kg 10 x 100 = 1000

10 x 50 = 500

40 x 25 = 1000

2500cc/24 jam IVFD RL 34 gtt/menit

3. Farmakologi
a. Antipiretik (bila perlu)
Paracetamol 10-15 mg/kgbb/kali pemberian dengan interval 6-8 jam
BB 59 kg 590 885mg/kali

Alur terapi :
KOMPLIKASI

DHF dengan perembesan plasma yang berat dapat menimbulkan renjatan,

dikenal dengan istilah dengue shock syndrome (DSS). Kondisi ini ditandai dengan

demam , nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, atralgia disertai tanda-tanda

kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lemah, hipotensi, tekanan nadi kurang dari 20

mmHg, kulit dingin dan lembap, serta gelisah). Pada syok berat (DHF grade IV),

tekanan darah dan nadi tidak terukur. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, pada

DSS terjadi trombositopenia kurang dari 100.000/L. Kondisi ini dapat mengancam

jiwa.

Anda mungkin juga menyukai