Anda di halaman 1dari 10

Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep, krim, tetes

mata dan tetes telinga.


Perkembangan selanjutnya penggunaan antibiotik ternyata memiliki dampak negatif
yang mengkhawatirkan. Penggunaan secara berlebihan yang tidak disertai dengan ketepatan
dalam pemberian resep, serta kesalahan pola pemakaian pada penderita penyakit yang telah
menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik yang bersangkutan. Jika hal ini tidak
segera diatasi, alih-alih menyembuhkan penyakit, antibiotik justru membuat kuman penyakit
menjadi lebih kuat.

Pemberian antibiotik secara tidak tepat juga tidak dapat menyebabkan efek samping
secara langsung berupa kerusakan pada organ yang bisa menyebabkan kematian. Selain itu,
bahan yang diberikan secara berlebihan juga dapat membunuh bakteri-bakteri baik yang
diperlukan tubuh.

1. Cara Pembuatan Antibiotik


Setiap tahun ribuan zat yang dihasilkan mikroorganisme dicoba apakah dapat
dijadikan obat bagi kesejahteraan manusia. Mula-mula zat diuji dalam tabung reaksi, apakah
berhasiat membunuh kuman. Kemudian diuji lagi pada hewan percobaan, termasuk efek
sampingnya. Bila ternyata aman, obat ini dicobakan pada sekelompok manusia dibawah
pengaeasan ketat tim peneliti. Baru kemudian obat tersebut dicoba pada orang sakit dan
dipasarkan.
Pembuatan antibiotika terdiri dari beberapa tahap:
1. Mikroorganisme yang menghasilkan antibiotika akan dikembangkan.
2. Biakkan akan dipindahkan ke bejana fermentasi yang menyerupai tangki besar.
3. Mikroorganisme dipacu dengan lingkungan yang cocok agar tumbuh dengan cepat.
4. Dari cairan biakkan itu antibiotika di ekstrak dan dimurnikan.

2. Cara Kerja Antibiotik


Antibiotik memiliki cara kerja sebagai bakterisidal (membunuh bakteri secara
langsung) atau bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Pada kondisi
bakteriostatis, mekanisme pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan produksi antibodi
biasanya akan merusak mikroorganisme.
Ada beberapa cara kerja antibiotik terhadap bakteri sebagai targetnya, yaitu:
- menghambat sintesis dinding sel,
- menghambat sintesis protein,
- merusak membran plasma,menghambat sintesis asam nukleat, dan
- menghambat sintesis metabolit esensial.
Dinding sel bakteri terdiri atas jaringan makromolekuler yang disebut peptidoglikan.
Penisilin dan beberapa antibiotik lainnya mencegah sintesis peptidoglikan yang utuh sehingga
dinding sel akan melemah dan akibatnya sel bakteri akan mengalami lisis.

Ribosom merupakan mesin untuk menyintesis protein. Sel eukariot memiliki ribosom
80s, sedangkan sel prokariot 70s (terdiri atas unit 50s dan 30s). perbedaan dalam struktur
ribosom akan mempengaruhi toksisitas selektif antibiotik yang akan mempengaruhi sintesis
protein. Di antara antibiotik yang mempengaruhi sintesis protein adalah kloramfenikol,
eritromisin, streptomisin, dan tetrasiklin. Kloramfenikol akan bereaksi dengan unit 50s
ribosom dan akan menghambat pembentukan ikatan peptida pada rantai polipeptida yang
sedang terbentuk. Kebanyakan antibiotik yang menghambat protein sintesis memiliki
aktivitas soektrum yang luas. Tetrasiklin menghambat perlekatan RNA yang membawa asam
amino ke ribosom sehingga penambahan asam amino ke rantai polipeptida yang sedang
dibentuk terhambat. Antibiotik aminoglikosida, seperti treptomisin dan gentamisin,
mempengaruhi tahap awal dari sintesis protein dengan mengubah bentuk unit 30s ribosom
yang akan mengakibatkan kode genetik pada mRNA tidak terbaca dengan baik.
Antibiotik tertentu, terutama antibiotik polipeptida, menyebabkan perubahan
permeabilitas membran yang akan mengakibatkan kehilangan metabolit penting dari sel
bakteri. Sebaga contoh adalah polimiksin B yang menyebabkan kerusakan membran plasma
dengan melekat pada fosfolipid membran. Sejumlah antibiotik mempengaruhi proses
replikasi DNA/RNA dan transkripsi pada bakteri. Contoh dari golongan ini adalah
rifampin dan quinolon. Rifampin menghambat sintesis mRNA sedangkan quinolon
menghambat sintesis DNA.

Golongan Obat Antibiotika


1. Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis
yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata
paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia
(1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.

2. Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama
melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
a. Sefadroksil
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba
masing-masng derrivat bervariasi.
efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi)
mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
Kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
b. Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
c. Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
d. Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae.
e. Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.
f. Sefpodoksim
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis, hanya yang
kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.
3. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama
semakin berkurang karena masalah resistansi.

4. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram
negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya
sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.

5. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik.
Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman
tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya,
obat ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
Kontraindikasi: wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria
Efeks samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia anemia aplastik
( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optic, eritem multiforme, mual,
muntah, diare, stomatitis, glositits, hemoglobinuria nocturnal.
6. Makrolid
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat
ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran
napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
7. Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan
gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas.
Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini
dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif
termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active
agent) dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada
keadaan membelah tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika
bakteriostatik seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.
Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral
untuk bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat
ginjal.
Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar.
Maka penggunaannya pada infeksi dengan Pseudomonas kini sangat berkurang dengan
munculnya antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
8. Golongan Antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetka ini aktif te rhadap kuman mikobakterium. Termasuk
di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson,
etambutol dan lain-lain.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis yang
dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata paling
aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943).
2. Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis
dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui
ginjal dan dapat di hambat probenisid.
3. Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama
semakin berkurang karena masalah resistansi.
4. Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram
negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya
sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
5. Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini
seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid,
meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya.
6. Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat
ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran
napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakter.
7. Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin,
dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan
dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini dihasilkan
oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk
Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
Bahan pembuatan antibiotik

Dari bahan dasarnya kita dapat mengetahui kandungan dari pembuatan antibiotik
ini. Ada bermacam-macam jenis bahan dasar yang digunakan, disesuaikan dengan
tujuan pembuatan antibiotik. Bahan dasar ini merupakan senyawa baik buatan
maupun dari bahan alami seperti dari kelompok jamur/fungi.

Pembuatan antibiotik ini awalnya dilakukan dengan tujuan untuk menekan


perkembangan dan menghambat dari pertumbuhan mikroba maupun bakteri yang
menyerang di dalam tubuh dan menyebabkan infeksi. Itulah sebabnya, pemakaian
atau penggunaan antibiotik ini harus sesuai dengan resep yang dianjurkan Dokter
dan diminum sampai habis, karena telah diukur efektifitasnya. Pemberian antibiotik
sampai habis ini dimaksudkan agar senyawa antibiotik benar-benar menghentikan
laju perkembangan dan proses biokimia dari bakteri penyebab infeksi tadi.

Jika antibiotik yang telah diresepkan tidak semuanya dihabiskan,


dikhawatirkan terjadinya resistensi dari bakteri atau mikroba tersebut di dalam
tubuh. Akibatnya, penyakit akan lebih sulit dan lama untuk sembuhnya. Pemberian
antibiotik yang tidak sesuai ini tidak akan berfungsi menghentikan laju
perkembangan bakteri, melainkan bisa dianggap sebagai barang biasa yang bisa
ikut bersama-sama dalam perkembang biakan bakteri yang dimaksud. Ingat bahwa
antibiotik dibuat salah satunya dari jenis mikroba atau jamur.

Karena pembuatan antibiotik ini hanya disesuaikan dengan jenis bakteri atau
mikroba tertentu saja, maka dalam satu jenis antibiotik umumnya hanya digunakan
untuk satu atau dua jenis penyakit saja. Artinya, satu antibiotik hanya menekan
pertumbuhan satu bakteri saja tapi tidak menekan bakteri yang lainnya.

Oleh karena itu bahan pembuatan antibiotik ini benar-benar disesuaikan untuk
tujuan dari pengobatan. Ada antibiotik yang dibuat untuk menekan sintesis protein
dari mikroba saja dan ada juga pembuatan antibiotik yang bertujuan hanya untuk
mencegah kerja dari metabolisme bakteri maupun mikroba. Dengan demikian fungsi
menekan laju perkembangan atau proses biokimia yang terjadi di dalam mikroba
tersebut bisa berlangsung secara sempurna.

*Memakai antibiotik sekali lagi harus sesuai dengan anjuran dari Dokter. Terlalu
lama menggunakan antibiotik dapat menyebabkan resistensi dari mikroba maupun
bakteri. Pembuatan antibiotik bertujuan untuk menekan dan mencegah
perkembangan bakteri maupun mikroba di dalam tubuh dan bukan sebaliknya.
Sehingga bila terus-menerus dimakan, akan menyebabkan bakteri tertentu menjadi
resisten sehingga proses biokimia yang terjadi tetap berlangsung tanpa terhambat
oleh kehadiran antibiotik yang telah dianggapnya sebagai senyawa bukan
penghambat.

Mikroorganisme yang Digunakan.


Adapun mikroorganisme yang digunakan dalam produksi antibotik diantaranya:
1. Fungi
- Phymycotes
- Ascomycotes
Aspergillus
Penicillium
- Basidiomycotesm
- Fungi imferfecti
2. Bakteri
- Pseudomodales (pseudomodaceae)
- Enterobacterilaceae
Micrococcaceae, Lactobacillaceae, Bacillacea (Bacillus)
- Astinomycetales
Mycobacteriaceae, Actinoplanaceae, Streptomycetaceae (Streptomyces),
Micromonosporaceae, Thermoactinomycetaceae, Nocardiaceae.
Sumber: http://khairulanam.files.wordpress.com/2010/08/antibiotik-01.pdf

2.4 Mekanisme Pembuatan Antibiotik


Meskipun antibiotik paling banyak terjadi pada alam, mereka biasanya tidak tersedia
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk produksi skala besar.

Persiapan
Sebelum fermentasi dapat dimulai, organisme yang memproduksi antibiotik yang
diinginkan harus diisolasi dan jumlahnya harus meningkat berkali-kali. Untuk melakukan hal
ini, budaya starter dari sampel sebelumnya terisolasi, dingin disimpan organisme dibuat di
laboratorium. Untuk menumbuhkan budaya awal, sampel organisme tersebut dipindahkan ke
medium agar yang mengandung. Budaya awal kemudian dimasukkan ke dalam labu goyang
bersama dengan makanan dan nutrisi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan. Hal ini
menciptakan suspensi, yang dapat ditransfer ke tangki benih untuk pertumbuhan lebih lanjut.
Tank-tank benih adalah baja tank yang dirancang untuk menyediakan lingkungan yang ideal
bagi mikroorganisme tumbuh. Mereka penuh dengan semua hal mikroorganisme tertentu
akan perlu untuk bertahan hidup dan berkembang, termasuk air hangat dan makanan
karbohidrat seperti gula laktosa atau glukosa. Selain itu, mereka mengandung sumber karbon
lainnya yang diperlukan, seperti asam asetat, alkohol, atau hidrokarbon, dan sumber nitrogen
seperti garam amonia. Faktor pertumbuhan seperti vitamin, asam amino, dan nutrisi minor
melengkapi komposisi isi biji tangki. Tank-tank benih dilengkapi dengan mixer, yang
menjaga media pertumbuhan bergerak, dan pompa untuk memberikan disterilkan, udara
disaring. Setelah sekitar jam 24-28, bahan dalam tangki benih dipindahkan ke tangki
fermentasi utama.
Sumber: http://usahamart.wordpress.com/2012/02/23/membuat-antibiotik/
Fermentasi
Tangki fermentasi pada dasarnya adalah versi yang lebih besar tangki, baja benih, yang
mampu menampung sekitar 30.000 galon. Itu diisi dengan media pertumbuhan yang sama
Antibiotika ditemukan dalam tangki benih dan juga menyediakan lingkungan indusif
untuk pertumbuhan. Berikut mikroorganisme yang diizinkan untuk tumbuh dan berkembang
biak. Selama proses ini, mereka mengeluarkan jumlah besar antibiotik yang diinginkan.
Tank-tank didinginkan untuk menjaga suhu antara 73-81 F (23-27,2 C). Hal ini terus
gelisah, dan aliran berkelanjutan dari udara disterilkan dipompa ke dalamnya. Untuk alasan
ini, anti-foaming agen akan ditambahkan secara berkala. Karena kontrol pH sangat penting
untuk pertumbuhan yang optimal, asam atau basa ditambahkan ke tangki yang diperlukan.
Sumber: http://usahamart.wordpress.com/2012/02/23/membuat-antibiotik/

Isolasi dan Pemurnian


Setelah tiga sampai lima hari, jumlah maksimum antibiotik akan telah diproduksi dan
proses isolasi dapat dimulai. Tergantung pada antibiotik tertentu diproduksi, kaldu fermentasi
diproses oleh berbagai metode pemurnian. Misalnya, untuk senyawa antibiotik yang larut
dalam air, metode pertukaran ion dapat digunakan untuk pemurnian. Dalam metode ini,
senyawa tersebut pertama kali dipisahkan dari bahan sampah organik dalam kaldu dan
kemudian dikirim melalui peralatan, yang memisahkan senyawa yang lain larut dalam air dari
yang diinginkan. Untuk mengisolasi antibiotik minyak yang larut seperti penisilin, metode
ekstraksi pelarut yang digunakan. Dalam metode ini, kaldu diperlakukan dengan pelarut
organik seperti butil asetat atau metil isobutil keton, yang secara khusus dapat melarutkan
antibiotik. Antibiotik dilarutkan kemudian kembali dengan menggunakan berbagai cara kimia
organik. Pada akhir langkah ini, produsen biasanya dibiarkan dengan bentuk bubuk murni
dari antibiotik, yang dapat lebih disempurnakan ke dalam jenis produk yang berbeda.
Sumber: http://usahamart.wordpress.com/2012/02/23/membuat-antibiotik/

Pengilangan
Produk antibiotik dapat mengambil berbagai bentuk. Mereka bisa dijual dalam solusi
untuk tas intravena atau jarum suntik, dalam bentuk pil atau kapsul gel, atau mereka dapat
dijual sebagai bubuk, yang dimasukkan ke dalam salep topikal. Tergantung pada bentuk
akhir, langkah-langkah pemurnian berbagai antibiotik dapat diambil setelah isolasi awal.
Untuk tas intravena, antibiotik kristal dapat dilarutkan dalam larutan, dimasukkan ke dalam
tas, yang kemudian tertutup rapat. Untuk kapsul gel, antibiotik bubuk secara fisik diisi ke
bagian bawah kapsul kemudian bagian atas secara mekanik diberlakukan. Ketika digunakan
dalam salep topikal, antibiotik tersebut dicampur ke dalam salep. Dari titik ini, produk
antibiotik diangkut ke stasiun kemasan akhir. Di sini, produk ditumpuk dan dimasukkan ke
dalam kotak. Mereka dimuat di truk dan diangkut ke berbagai distributor, rumah sakit, dan
apotek. Seluruh proses fermentasi, pemulihan pengolahan, dan bisa berlangsung dari lima
sampai delapan hari.
Sumber: http://usahamart.wordpress.com/2012/02/23/membuat-antibiotik/

Quality Control
Kontrol kualitas sangat penting dalam produksi antibiotik. Karena melibatkan proses
fermentasi, langkah-langkah harus diambil untuk memastikan bahwa benar-benar tidak ada
kontaminasi diperkenalkan pada setiap saat selama produksi. Untuk tujuan ini, media dan
semua peralatan pengolahan yang menyeluruh uap disterilkan. Selama manufaktur, kualitas
semua senyawa diperiksa secara teratur. Yang paling penting adalah pemeriksaan sering
kondisi budaya mikroorganisme selama proses fermentasi. Ini dicapai dengan menggunakan
berbagai teknik kromatografi. Juga, sifat fisik dan kimia berbagai produk jadi diperiksa
seperti pH, titik leleh, dan kadar air.
Di Amerika Serikat, produksi antibiotik sangat diatur oleh Administrasi Makanan dan
Obat (FDA). Tergantung pada aplikasi dan jenis antibiotik, pengujian lebih atau kurang harus
dilengkapi. Sebagai contoh, FDA mengharuskan untuk antibiotik tertentu setiap batch harus
diperiksa oleh mereka untuk efektivitas dan kemurnian. Hanya setelah mereka telah
disertifikasi batch itu dapat dijual untuk konsumsi umum.
Sejak pengembangan obat baru adalah proposisi mahal, perusahaan farmasi telah
melakukan penelitian sangat sedikit dalam satu dekade terakhir. Namun, suatu perkembangan
yang mengkhawatirkan telah mendorong kembali minat dalam pengembangan antibiotik
baru. Ternyata bahwa beberapa bakteri penyebab penyakit telah bermutasi dan
mengembangkan perlawanan terhadap berbagai antibiotik standar. Ini bisa memiliki
konsekuensi serius terhadap kesehatan masyarakat di dunia kecuali antibiotik baru ditemukan
atau perbaikan yang dibuat pada orang yang tersedia. Masalah menantang akan menjadi
fokus penelitian selama bertahun-tahun yang akan datang. Poltek surabaya.

Sifat-sifat antibiotik

Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh dalam antibiotik yaitu


- Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak inang(host)
- Bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik
- Tidak menyebabkan resistensi terhadap kuman
- Berspektrum luas
- Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping jika digunakan dalam jangka
panjang
- Larut didalam air serta stabil

Anda mungkin juga menyukai