Oleh :
ERIANA SUTONO J1022 15 102
Tutor :
Dr. drg. Juni Jekti Nugroho, Sp.KG
1
Kegagalan Perawatan Endodontik dan Penanganan Pasien dengan
Penyakit Kardiovaskuler
2
Gejala seperti fistula, pembengkakan, nyeri, perkusi, palpasi, rasa tidak
nyaman saat mengunyah dan pada kasus tertentu dengan lesi apikal yang membesar
atau tidak mengecil merupakan indikasi retreatment.2
Pengisian saluran akar yang tidak adekuat (pembersihan dan obturasi yang kurang
baik)
Saluran akar yang tidak dirawat (saluran akar utama dan asesoris)
Kesalahan prosedur iatrogenik seperti preparasi akses kavitas yang kurang baik
3
merupakan kegagalan yang tampak setelah dilakukan perawatan yang diduga
berhubungan dengan hasil dari perawatan (misalnya infeksi sekunder akibat
kebocoran pada daerah korona atau fratur akar). Bagaimanapun, infeksi yang
menetap memegang peranan pada rekurensi penyakit akibat bakteri yang
tertinggal dan bertahan dalam sistem saluran akar selama beberapa tahun setelah
perawatan dilakukan.5,6
Penyebab utama periodontitis apikalis setelah perawatan saluran akar
adalah infeksi intraradikuler yang menetap setelah perawatan saluran akar. Pada
beberapa kasus, dapat disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam sistem
saluran akar setelah perawatan saluran akar atau akibat infeksi ekstra radikuler.
Beberapa penelitian kultur bakteri mengidentifikasi takson mikroba berkaitan
dengan periodontitis apikalis setelah perawatan. Secara umum, beberapa
penelitian menunjukkan penyebaran infeksi didominasi bakteri gram negatif.7
4
Overfilling sebaiknya dihindari untuk mencegah komplikasi postoperatif
seperti flare-up, akibat ekstrusi bahan pengisi melewati foramen apikal. Sebenarnya,
sangat jelas bahwa infeksi konkomitan pada pengisian saluran akar yang berlebih
mengakibatkan kegagalan perawatan sehingga perlu dicegah dan mengontrol infeksi
endodontik. Kegagalan ini disebabkan infeksi bakteri intra dan ekstra radikuler.
Apikal sealing tidak adekuat pada saluran akar dengan obturasi yang berlebih. Cairan
jaringan yang mengandung glikoprotein masuk kedalam sistem saluran akar dan
menjadi substrat bagi mikroorganisme yang tersisa. Overinstrumentasi dapat
mengakibatkan overfilling. Pada gigi dengan nekrosis pulpa, overinstrumentasi dapat
mengakibatkan dentin yang terinfeksi atau debris masuk ke jaringan periradikuler.
Pada kondisi ini, mikroorganisme akan dilawan dengan mekanisme pertahanan host
sehingga dapat bertahan terhadap lesi periradikuler dan terjadi inflamasi
periradikuler. Adanya dentin yang terinfeksi atau serpihan sementum pada lesi
periradikuler mengakibatkan terhambatnya proses penyembuhan. Inilah yang
menyebabkan terjadinya infeksi ekstra-radikuler.3
5
menekankan bahwa kebocoran korona sebaiknya dihindari karena merupakan faktor
yang berpotensi mengakibatkan kegagalan endodontik. 1,3
Pada beberapa kondisi saluran akar dapat terkontasminasi dari rongga mulut :
kebocoran restorasi sementara atau permanen, restorasi sementara/ permanen pecah
atau fraktur, struktur gigi fraktur. Jika obturasi saluran akar tidak dapat menahan
saliva, mikroorganisme dapat masuk dan berkolonisasi kembali pada sistem saluran
akar. Jika mikroba dan produknya mencapai jaringan periradikuler, dapat
mengakibatkan terjadinya kelainan periradikuler. 3,5
Gambar 2. Coronal seal yang kurang baik dengan obturasi yang kurang dapat
mengakibatkan terjadinya periodontitis periapikal.1
6
nyeri yang menetap saat menggigit dan mengunyah. Perawatan endodontik yang
gagal dapat mengakibatkan nyeri, nyeri saat mengunyah dan menggigit juga dapat
disebabkan oleh struktur mahkota yang tidak mendukung atau kerusakan yang luas. 8
Komplikasi Instrumentasi
Rotary instruments mudah patah dalam saluran akar bila preparasi akses
kavitas kurang baik. Akibat patahnya alat, akses ke daerah apikal menjadi sulit dan
menghambat disinfeksi dan obturasi. Beberapa penelitian mengatakan bahwa alat
yang patah menunjukkan pengaruh yang minimal terhadap keberhasilan suatu
perawatan. Letak Alat yang patah dapat mempengaruhi prognosis.1
7
pulpa asimptomatik dan/atau kondisi patologis periradikuler. Mikroorganisme
berperan menyebabkan nyeri antar kunjungan yang dapat disebabkan oleh: ekstrusi
debris ke apikal, instrumentasi yang tidak sempurna sehingga terjadi perubahan
mikrobiota atau kondisi lingkungan, dan infeksi intra radikuler sekunder. Nyeri antar
kunjungan dapat terjadi akibat perkembangan inflamasi akut pada jaringan
periradikuler sebagai respon peningkatan intensitas injuri pada sistem saluran akar.
Iritasi mekanis yang dapat terjadi akibat overinstrumentasi saluran akar dan ekstrusi
bahan pengisi ke foramen apikal. Pengukuran panjang kerj yang kurang tepat
merupakan hal faktor penyebab terjadinya flare up endodontik.9,10
Tujuan utama perawatan endodontik adalah preparasi biomekanis pada
saluran akar (cleaning, shaping dan disinfeksi) dan diperoleh seal yang hermetis
tanpa rasa tidak nyaman yang dirasakan pasien. Flare up didefinisikan sebagai nyeri
dan/atau pembengkakan pada jaringan lunak dan mukosa oral pada daerah gigi yang
telah dirawat endodontik selama beberapa jam atau hari setelah perawatan saluran
akar, dengan gejala klinis (nyeri gigi ketika menggigit, mengunyah) yang dirasakan
sangat hebat dan biasanya pasien datang ke klinik lebih awal dari jadwal
kunjungannya. Setelah perawatan endodontik, terdapat beragam manifestasi nyeri.9,10
Jika selama perawatan endodontik jaringan periradikuler mengalami
kerusakan, respon inflamasi akut ini disebut sebagai flare up. Meskipun flare up
merupakan sistem pertahanan tubuh melawan infeksi, flare up ini memberi efek rasa
yang tidak nyaman yang dirasakan pasien berupa rasa sakit dan pembengkakan.9
Flare up post endodontik memiliki polietiologi yaitu mekanis, kimia dan
faktor mikroba yang mempengaruhi perkembangannya. Faktor faktor ini saling
berhubungan dan berkaitan secara langsung. 9
Faktor Mikroba
Mikroorganisme pada sistem saluran akar mengambil bagian pada
pathogenesis periodontitis apikalis asimptomatik dan menjadi faktor virulen yang
mencapai jaringan periradikuler. Beragam spesies proliferasi mikroorganisme pada
daerah apikal saluran akar. Ketebalan mikroba 5 mm pada daerah apikal akar
8
mengandung sekitar 106 bakteri, yang secara dominan terdapat mikroorganisme
anarob. Karena adanya komplikasi anatomi (saluran akar asesoris, apikal delta) dan
densitas bakteri yang tinggi, daerah apikal akar dapat dikatakan berbahaya bagi
bakteri pathogen, host dan dokter gigi.9,10
Pada kasus periodontitis apikalis asimptomatik terjadi keseimbangan antara
mikrofloras infeksius dan mekanisme pertahanan sistem imun manusia pada jaringan
periodontal. Fenomena ini disebut sebagai "local adaptation syndrome" pada
literature ilmiah. Selama preparasi kemomekanis pada saluran akar, ekstrusi debris
yang terinfeksi melalui foramen apikal ke jaringan periradikuler, inflamsai akan
meningkat yang berkibat ketidakseimbangan antara mikroorganisme dan sistem imun
manusia disebabkan oleh iritasi pada jaringan periradikuler, dilatasi pembuluh darah,
peningkatan permeabilitas dan kemotaksis sel inflamasi. Pada kasus periodontitis
apikalis simptomatik, ketika gigi sensitif terhadap perkusi, mikroorganisme yang
dominan adalah Parvimonas micra, Eubacterium, Porphyromonas (P.endodontalis, P.
gingivalis) and Prevotella. Khususnya, BPB (black pigmented bacteria) yang
memegang peranan penting. 9
Jika aturan aseptik tidak dilakukan selama perawatan endodontik, kebersihan
rongga mulut pasien yang kurang, bekerja tanpa menggunakan rubber dam, jaringan
karies atau restorasi lama yang tidak hermetis tidak dihilangkan dan infeksi sekunder
pada saluran akar dapat menjadi penyebab nyeri post operatif dan flare up.
Mikroorganisme antar kunjungan dapat masuk ke dalam saluran akar bila restorasi
sementara tidak hermetis atau terlepas. Setelah perawatan endodontik bakteri masuk
melalui restorasi sementara yang lebih dari 2 minggu digunakan dan kurang hermetis
atau melalui restorasi permanen yang yang pecah. 9
Faktor Mekanis
Pada periodontitis apikalis asimptomatik, sistem saluran akar pada gigi yang
terinfeksi terdapat mikroorganisme yang mencapai daerah sepertiga saluran akar,
foramen apikal dan delta apikal. Preparasi kemomekanis merupakan salah satu
penyebab keberhasilan perawatan endodontik. Ketika serpihan debris, pupa nekrotik,
9
bahan irigasi dan mikroorganisme dari saluran akar mencapai jaringan periodontal
menyebabkan inflamasi dan nyeri post-operatif dapat mengganggu proses
penyembuhan jaringan periradikuler. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrusi
minimal ke foramen apikal ketika menggunakan teknik crown-down dengan sistem
mesin Ni-Ti. Dibandingkan dengan penelitian oleh Reddy dan Hicks yang
menunjukkan pembersihan saluran akar dengan hand endodontic instruments
menggunakan teknik step-back, menunjukkan jumlah ekstrusi debris ke jaringan
periradikuler sebesar 2,58 mg, bila menggunakan instrument rotary dengan teknik
crown-down ekstrusi debris kurang dari 0,5 mg.
Salah satu penyebab faktor iatrogenik adalah pengukuran panjang kerja yang tidak
sesuai. Panjang kerja adalah jarak dari titik tertinggi pada mahkota gigi ke pertemuan
sementum dan dentin yang biasa disebut apeks fisiologis pada akar dimana preparasi
kemomekanis dan pengisian saluran akar berakhir. Langeland mengestimasi
pertemuan sementum dan dentin pada daerah apeks akar dan berada 1-2 mm dari
apeks akar secara radiografi. Jika pengukuran panjang kerja terlalu panjang,
konstriksi apikal pada daerah apeks akan rusak, debris yang terinfeksi dan bahan
pengisi ssaluran akar akan terekstrusi ke jaringan periodontal, jaringan periodontal
akan terstimulasi secara mekanis dan eksudat serta darah akan masuk ke saluran akar,
sehingga mikroorganisme yang tertinggal pada saluran akar akan bertambah banyak
dan berploriferasi pada kondisi ini. Jika panjag kerja terlalu pendek, sisa pulpa dan
bakteri akan tertinggal pada daerah sepertiga apikal sehingga keberhasilan dan
prognosis perawatan saluran akar akan berkurang.9
10
atau yang terkstrusi dapat menimbulkan gejala. Drainase eksudat pada jaringan
periradikuler dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan jaringan lokal.10
Medikamen Intrakanal
Penelitian klinis menunjukkan nyeri setelah perawatan dapat dicegah dengan
medikamen intrakanal seperti formkresol, camphorated paramonochlorophenol,
eugenol, iodine potassium iodide, Ledermix, atau kalsium hidroksida. Bagamanapun
juga, penggunaan steroid intrakanal, However, obat anti inflamasi non-steroid
(NSAIDs), atau komponen antibiotic-kortikosteroid dapat menunjukkan penurunan
rasa nyeri setelah perawatan. Pada penelitian oleh Walton et al. steroids dan NSAIDs,
bila ditempatkan pada sistem saluran akar setelah prosedur debridement, dapat
menurunkan atau mencegah nyeri setelah perawatan. 10
Penelitian Langeland dkk menunjukkan kortikosteroid efektif menurunkan
rasa nyeri, nyeri berkurang dalam beberapa menit atau jam pada gigi dengan gejala
asimptomatik pulpitis setelah pulpa diekstirpasi dan diberi pasta ledermix.
Kortikosteroid menekan respon inflamsi yang menurunkan permeabilitas pembuluh
darah dan sel polmorfonuklear dan leukosit, seperti fagositosis dan menghambat
pembentukan aam arakidonat yang memblok siklooksigenase, lipoksigenase dan
mensintesisi prostaglandin dan lukotrin. Bersamaan dengan menurunnya reaksi
fagositosis dan dintesis protein kortikosteroid dengan perlahan akan terjadi
penyembuhan pada jaringan peri radikuler.9
Reduksi oklusal
11
Beberapa literature menyetujui pengurangan permukaan oklusal untuk
mengurangi nyeri setelah perawatan endodontik. Rosenburg et al.[38] menunjukkan
bahwa rasa nyeri saat menggigit, data dikuramgi secara efektif dengan reduksi
oklusal. Sensitivitas saat menggigit atau mengunyah diharapkan mampu menurunkan
tingkat mediator inflamasi yang menstimulasi nosiseptor periradikuler. 10
Obat-obatan
Analgesik Non-narkotik
Analgesik non narkotika, NSAIDs dan acetaminophen, efektif digunakan pada pasien
dengan nyeri endodontic. Obat ini menghasilkan analgesia pada jaringan perifer yang
terinflamasi dan pada bagian tertentu di otak dan spinal cord. NSAIDs menunjukkan
hasil yang sangat efektif untuk menangani nyeri pulpa dan periradikuler. Pada pasien
yang sensitive terhadap NSAIDs atau aspirin, dan memiliki gangguan ulserasi
lambung atau hipertensi yang berefek pada gangguan ginjal, acetaminophen
sebaiknya menjadi pilihan. Pre-treatment dengan NSAIDs pada pulpitis irreversibel
dapat memberi efek mengurangi mediator inflamasi prostaglandin E2 (PGE2) pada
pulpa dan periradikuler. Penggunaan tunggal NSAIDs biasanya sudah cukup bagi
pasien yang dapat ditoleransi oleh golongan obat ini. Kombinasi NSAIDs dan
acetaminophen, yang digunakan bersama-sama dapat digunakan untuk menangani
nyeri gigi. Jika nyeri tidak dapat dikontrol dengan NSAIDs dan acetaminophen,
analgesik narkotika dapat digunakan untuk meningkatkan efek analgesiknya. 10
Telah diakui fakta bahwa equilibrium pada sistem sirkulasi menjaga fungsi
normal endothelium, dengan cara menghambat agregasi platelet, adhesi monosit, dan
proliferasi vaskuler smooth muscle cell, menjaga keseimbangan biologis antara
prokoagulan dan antikoagulan. Penyakit kardiovaskuler (CVDs) terutama disebabkan
oleh disfungsi endothel inflamatori dan dipengaruhi oleh faktor resiko
12
kardiovaskular, seperti merokok, diabetes, hipertensi, dan dislipidemia. Inflamasi
kronis memegang peranan penting pada pathogenesis dan progresi aterosklerosis dan
pada waktu yang sama meningkatkan terjadinya kardiovaskuler akut seperti ruptur
plak dan thrombosis koroner. 11
13
keterkaitan dengan CVD. Telah banyak perkembangan pada peneltian baru yang
menunjukkan hubungan CVDs dan infeksi rongga mulut. Pada tahun 2013, pada
workshop sendi di European Federation of Periodontology (EFP)/ American
Academy of Periodontology (AAP), periodontitis dan penyakit sistemik dihasilkan
kesimpulan yang menggambarkan tiga masalah utama :
1. Bukti epidemiologi yang menunjukkan periodontitis meningkatkan resiko
CVD
2. Pengaruh periodontitis pada CVD aterosklerosis disebabkan karena sirkulasi
mikrobiota rongga mulut yang secara langsung maupun tidak langsung
memepengaruhi pathogenesis aterosklerosis.
3. Interaksi dan mekanisme biologis yang dilakukan pada hewan, secara in vitro,
dan penelitian klinis yang mendukung mekanisme terjadinya aterosklerosis. 12
14
Harus menjadi perhatian pada seluruh pasien gigi dengan penyakit jantung
dan sedang mengkonsumsi obat-obatan untuk pengobatannya, dan peningkatan
jumlah obat-obatan yang dikonsumsi pada penderita penyakit jantung yang berat.
Oleh karena itu pasien kardiovaskular memerlukan pertimbangan khusus
sehubungan dengan kapan dan perawatan gigi yang tepat serta tindakan pencegahan
yang sebaiknya dilakukan. Reaksi obat-obatan yang mungkin terjadi serta konsul ke
dokter yang menangani penyakitnya atau dokter ahli jantung bila ada hal-hal yang
perlu dicurigai.14
Interaksi obat
15
Tidak seperti Warfarin, dabigatran memiliki beberapa interaksi klinis yang signifikan
pada obat dan makanan. Ketoconazole, verapamil, dan amiodarone dapat
meningkatkan efek antikoagulannya, sementara rifampisin dapat menurunkan
efeknya. Resiko perdarahan sementara pada dabigatran dapat ditingkatkan dengan
penggunaan bersamaan antikoagulan lainnya, antiplatelets, dan salisilat. Stangier
melaporkan bahwa penggunaannya bersama obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID),
natrium diklofenak, dabigatran tidak menghasilkan interaksi yang signifikan. Namun,
mengingat bahwa NSAID merupkan non-cox-selektif yang menghambat agregasi
platelet dan berhubungan dengan perdarahan gastro-intestinal dan penyakit ulkus
peptikum, akan lebih baik untuk menghindari penggunaannya pada pasien yang
mengkonsumsi dabigatran. Parasetamol dan opioid merupakan alternative analgesik
yang cocok.15
16
jam (atau lebih pada pasien dengan kerusakan ginjal) sebelum operasi.15
Kesimpulan
Tujuan utama perawatan saluran akar adalah mengisi atau menutup seluruh
saluran akar dan memperoleh fluid-tight seal pada daerah foramen apikal gigi,
sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya infeksi sekunder dari
rongga mulut atau kebocoran dari jaringan periradikuler ke dalam sistem
saluran akar. Perlunya pengisian saluran akar sangat jelas, ketika cleaning,
shaping dan disinfeksi selesai, obturasi yang kurang baik akan menjadi awal
kegagalan endodontik.
Terapi antikoagulasi digunakan dalam beberapa kondisi untuk mencegah,
17
mengobati, atau mengurangi risiko terjadinya tromboemboli.
Harus menjadi perhatian pada seluruh pasien gigi dengan penyakit jantung
dan sedang mengkonsumsi obat-obatan untuk pengobatannya, dan
peningkatan jumlah obat-obatan yang dikonsumsi pada penderita penyakit
jantung yang berat. Pasien kardiovaskular memerlukan pertimbangan khusus
sehubungan dengan kapan dan perawatan gigi yang tepat serta tindakan
pencegahan yang sebaiknya dilakukan. Reaksi obat-obatan yang mungkin
terjadi serta konsul ke dokter yang menangani penyakitnya atau dokter ahli
jantung bila ada hal-hal yang perlu dicurigai.
DAFTAR PUSTAKA
18
Pathways of The Pulp 11th ed. St. Louis, Missour : Elsevier Inc;2016.p.474
5. Torabinejad Mahmoud, Richard E. Walton, Ashraf F. Fouad. Endodontics
Principles and Practice 5th ed. St. Louis, Missouri; Elsevier Inc.;2015.p 303-
54
6. Vieira, Adalberto R. Dentinal Tubule Infection as the Cause of Recurrent
Disease
and Late Endodontic Treatment Failure: A Case Report Journal of
Endodontics; February 2012.Vol.38;2.
7. Provenzano, Jos_e Claudio, Host-Bacterial Interactions in Post-treatment
Apical Periodontitis: A Metaproteome Analysis. Journal of Endodontics; June
2016.Vol.42; 6
8. Michaelson, Philip L. A Novel Treatment for Propagated Crown
Fracture.
9. Sipaviit, Egl. Rasmut Manelien. Pain and fl are-up after endodontic
treatment procedure. Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal,
16:25-30, 2014
10. Jayakodi, Harikaran et al. Clinical and pharmacological management of
endodontic flare-up. Journal of Pharmacy and Bioallied Sciences;August
2012.Vol 4;2;3.
11. Cotti, Elisabetta Association of Endodontic Infection with Detection of an
Initial Lesion to the Cardiovascular System. Journal of Endodontics;
December 2011.Vol.37;12.
12. Hheim, Lise Lund. The Infection Hypothesis Revisited: Oral Infection and
Cardiovascular Disease. Hindawi Publishing Corporation, Epidemiology
Research International Volume 2014, Article ID 735378
13. Slavkin, Harold C. Bruce J. Baum. Relationship of Dental and Oral
Pathology to Systemic Illness. Downloaded from jama.ama-assn.org at
University of Toronto. 2012
14. OConnell, John Edward. New oral anticoagulants and their implications for
dental patients. Journal of the Irish Dental Association 2014; 60 (3): 137-143
15. Collins, Flona M. Cardiovascular disease and the dental office. The academy
of dental therapeutic and stomatology. 2013
19