Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Demokrasi

Secara etimologis demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari
bahasa Yunani (Greek) yaitu demos yang artinya rakyat dan cartein atau
cratos yang artinya kekuasaan atau kedaulatan. Secara bahasa demo-cratein
atau demo-cratos (demokrasi) adalah keadaaan negara dimana dalam siste
pemerintahannya kedaulatan berada ditanga rakyat, rakyat berkuasa,
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.

Demokrasi pada dasarnya merupakan sistem sosial bermasyarakat,


bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan
kekuasaaan ditangan rakyat yang mengandung pengertian berikut :
11) Pemerintah dari rakyat (government of the people)
22) Pemerintah oleh rakyat (government by the people)
33) Pemerintah untuk rakyat (government of people)

Demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan


sendirinya dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa, oleh
karena itu demokrasi memerlukan usaha nyata setiap warga dan perangkat
pendukung yaitu budaya yang kondusif sebagai manifestasi dari suatu mind
set (kerangka berpikir) dan setting social (rancangan masyarakat). Bentuk
konkrit dari manifestasi tersebut dijadikannya demokrasi sebagai pandangan
hidup (way of life) dalam setiap aspek kehidupan bernegara baik oleh rakyat
(masyarakat) maupun pemerintah.

Tegaknya demokrasi sebagai tata kehidupan sosial dan sistem politik


sangat bergantung kepada tegaknya unsur-unsur penopang demokrasi itu
sendiri. Unsur-unsur yang dapat menopang tegaknya demokrasi antara lain:
11) Negara hukum
22) Masyarakat Madani (Civil Society)
33) Infrastruktur politik
44) Pers yang bebas dan bertanggung jawab

Sejak reformasi tahun 1998 Indonesia saaat ini sedang memasuki fase
transisi demokrasi. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis,
karena dalam fase ini akan ditentukan kemana arah demokrasi yang akan
dibangun.
2
Disamping itu dalam fase ini juga bisa saja terjadi pembalikan arah
perjalanan bangsa dan negara yang menghantarkan Indonesia kembali
memasuki masa otoriter sebagaimana yang terjadi pada Orde Lama dan
Orde Baru.

Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat tergantung


pada empat faktor kunci yaitu (1) komposisi elite politik, (2) desain institusi
politik, (3) kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan
elite dan non-elite, dan (4) peran masyarakat madani (civil society). Oleh
karena iru keempat faktor tersebut harus berjalan secara sinergis dan
terpadu. Dlam rangka upaya membangun demokrasi di Indonesia maka
diperlukan adanya 8 faktor pendukung sebagai berikut:
11) Keterbukaan sistem politik
22) Budaya politik partisipatif egalitarian
33) Kepemimpinan politik yang berorientasi kerakyatan
44) Rakyat yang terdidik, cerdas dan peduli
55) Partai politik yang tumbuh dari bawah
66) Penghargaan terhadap hukum
77) Masyarakat Madani yang tanggap dan bertanggung jawab
88) Dukungan dari pihak asing dan pemihakan pada golongan mayoritas

B. Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia merupakan salah satu nilai dasar demokrasi dan
sekaligus merupakan indikator supremasi hukum. Masalah Hak Asasi
Manusia mempunyai akar budaya yang sangat kuat di Indonesia. Negara
Indonesia sendiri terbentuk sebagai reaksi pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang absolut selama penjajahan 350 tahun. Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 merupakan The Indonesian Bill of Rights.

Dalam Undang-undang nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia pasal 1 disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia (HAM) adalah
seperangkat Hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai mahluk tuhan Yang Maha Esa dan Merupakan Anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Hak Asasi Manusia merupakan hak yang melekat pada diri manusia
yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang
harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau
Negara.
3
Dengan demikian hakekat penghormatan dan perlindungan terhadap
HAM adalah menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui
aksi keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara
kepentingan perseorangan dan kepentingan umum. Upaya menghormati,
melindungi dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, menjadi kewajiban
dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah bahkan Negara.
Dengan demikian dalam memenuhi dan menuntut hak tidak terlepas dari
pemenuhan kewajiban yang harus dilaksanakan. Begitu juga dalam
memenuhi kepentingan perseorangna tidak boleh merusak kepentingan
orang banyak (kepentingan umum). Oleh karena itu pemenuhan,
perlindungan dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia harus diikuti
dengan pemenuhan terhadap kewajiban Asasi Manusia dan Tanggung Jawab
Asasi Manusia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara.

Dengan demikian hakekat dari Hak Asasi Manusia adalah keterpaduan


antara Hak Asasi Manusia, Kewajiban Asasi Manusia dan Tanggung Jawab
Asasi Manusia yang berlangsung secara sinergis dan seimbang. Apabila
antara Hak Asasi Manusia, Kewajiban Asasi Manusia dan Tanggung Jawab
Asasi Manusia tida seimbang maka dapat dipastikan menimbulkan
kekacauan, anarkisme dan kesewenang-wenangan dalam kehidupan umat
manusia.
Perkembangan pemikiran Hak Asasi Manusia di Indonesia sudah berlangsung
sebelum kemerdekaan Indonesia. Pada masa pergerakan Boedi Oetomo,
para pemimpin Boedi Oetomo memperlihatkan adanya kesadaran berserikat
dan mengeluarkan pendapat melalui petisi-petisi yang ditujukan kepada
pemerintah kolonial maupun dalam tulisan.
Selanjutnya pemikiran Hak Asasi Manusia pada Perhimpunan Indonesia
seperti Mohammad Hatta, A. A. Maramis, dan sebagainya lebih
menitiberatkan pada hak untuk menentukan nasib sendiri (the right of self
determination).

Sedangkan Sarekat Islam pimpinan Haji Agus Salim dan Abdul Muis
menitikberatkan pada usaha-usaha untuk memperolah penghidupan yang
layak dan bebas dari penindasan dan diskriminasi rasial. Pemikiran Hak Asasi
Manusia juga terjadi dalm sidang Badan Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) berkaitan dengan hak persamaan
kedudukan dimuka hukum, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak,
hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat, hak berkumpul,
hak mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Dengan demikian
gagasan dan pemikiran Hak Asasi Manusia di Indonesia telah menjadi
perhatian besar dari tikoh pergerakan bangsa dalam rangka penghormatan
dan penergakan Hak Asasi Manusia karena itu Hak Asasi Manusia di
Indonesia mempunyai akar sejarah yang kuat.
Selanjutnya pemikiran Hak Asasi Manusia telah mendapat legitimasi
secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk ke dalam
hukum dasar negara yaitu Undang-undang Dasar 1945.

4
Dalam perkembangannya kemudian, pada tahun 1993 dibentuk Komisi
Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) dengan Keputusan Presiden Nomor 50
Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993. Lembaga ini bertugas untuk memantau
dan menyelidiki pelaksanaan Hak Asasi Manusia, serta memberi pendapat,
pertimbangan dan saran kepada Pemerintah perihal pelaksanaan Hak Asasi
Manusia. Disamping itu KOMNAS HAM bertujuan untuk membantu
pengembanan kondisi-kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan Hak Asasi
Manusia yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
(termasuk hasil amandemen UUD 1945), Piagam PBB, Deklarsi Universal Hak
Asasi Manusia.

Dengan bergulirnya reformasi kemajuan Perkembangan Hak Asasi


Manusia di Indoensia Semakin kuat. Strategi penegakan Hak Asasi Manusia
dilakukan melalui dua tahap yaitu status penentuan (presriptive status) dan
tahap penataan aturan secara konsisten (rule consistent behaviour).

Pengaturan Hak Asasi Manusia diatur dalam ketetapan MPR Nomor XVII
Tahun 1989 tentang pandangan dan sikap bangsa Indoensia terhadap HAM
dan piagam HAM nasional. Untuk selanjutnya ditetapkan Undang-undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Keseluruhan ketentuan perundang-undangan diatas merupakan pintu
pembuka bagi tahap penataan aturan secara konsisten. Pada tahap ini
diupayakan mulai tumbuh kesadarn penghormaan dan penegakan Hak Asasi
Manusia baik dikalangna aparat pemerintah maupun masyarakat, karena
Hak Asasi Manusia merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu
diperjuangkan, dihormati dan dilindungi oleh setiap manusia. Penataan
aturan secara konsisten memerlukan persyaratan yang pertama adalah
demokrasi dan supremasi hukum; Kedua Hak Asasi Manusia sebagai tatanan
sosial.

Sebagaimana telah berhasil dirumuskan dalam naskah Perubahan


Kedua UUD 1945, ketentuan mengenai hak-hak asasi manusia telah
mendapatkan jaminan konstitusional yang sangat kuat dalam Undang-
Undang Dasar. Sebagian besar materi Undang-Undang Dasar ini sebenarnya
berasal dari rumusan Undang-Undang yang telah disahkan sebelumnya,
yaitu UU tentang Hak Asasi Manusia. Jika dirumuskan kembali, maka materi
yang sudah diadopsikan ke dalam rumusan Undang-Undang Dasar 1945
mencakup 27 materi berikut:
1. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.
2. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah
3. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.

5
4. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskri-
minatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
5. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut aga-
manya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
6. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, me-
nyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
7. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
8. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya
serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan
segala jenis saluran yang tersedia.
9. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, ke-
hormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekua-
saannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari an-
caman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi
10. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan
berhak memperoleh suaka politik dari negara lain 1.
1
11. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
12. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khu-
sus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan.
13. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang ber-
martabat.
14. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh
siapapun.

6
15. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memper-
oleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejah-
teraan umat manusia.
16. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam mem-
perjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masya-
rakat, bangsa dan negaranya.
17. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum.
18. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
19. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
20. Negara, dalam keadaan apapun, tidak dapat mengurangi hak
setiap orang untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut.
21. Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak
masyarakat tradisional selaras dengan perkembangan zaman dan
tingkat peradaban bangsa.
22. Negara menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral kemanu-
siaan yang diajarkan oleh setiap agama, dan menjamin kemer-
dekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan menjalankan
ajaran agamanya
23. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
24. Untuk memajukan, menegakkan dan melindungi hak asasi ma-
nusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka
pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan 2.
25. Untuk menjamin pelaksanaan Pasal 4 ayat (5) tersebut di atas,
dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang bersifat inde-
penden menurut ketentuan yang diatur dengan undang-undang.
26. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

27. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib


tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang dengan maksud semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.

Demokrasi dan pelaksanaan prinsip-prinsip negara berdasrkan atas


hukum merupakan instrumen bahkan prasyarat bagi jaminan perlindungan
dan penegakan Hak Asasi Manusia.
Oleh Karena itu hubungan antara Hak Asasi Manusia dan demokrasi harus
dilihat sebagai hubungan keseimbangan yang simbiosis mutualistik. Hak
Asasi Manusia sebagai tatanan sosial merupakan pengakuan masyarakat
2
terhadap pentingnya nilai-nilai Hak Asasi Manusia dalam tatanan sosial,
politik, ekonomi yang hidup.

Oleh Karena itu hubungan antara Hak Asasi Manusia dan demokrasi
harus dilihat sebagai hubungan keseimbangan yang simbiosis mutualistik.
Hak Asasi Manusia sebagai tatanan sosial merupakan pengakuan
masyarakat terhadap pentingnya nilai-nilai Hak Asasi Manusia dalam tatanan
sosial, politik, ekonomi yang hidup.

8
2

Anda mungkin juga menyukai