Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Akhlak


Kata akhlak berasal dari bahasa arab yaitu Al-Khulk yang berarti
tabeat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak
ialah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan
sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan.
Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Sedangkan menurut para
ahli, pengertian akhlak adalah sebagai berikut:
1. Menurut Ibnu Maskawaih
Menurutnya akhlak ialah hal li nnafsi daaiyatun lahaa ila afaaliha min
ghoiri fikrin walaa ruwiyatin yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2. Menurut Abu Hamid Al Ghazali
Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir
perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa
memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu.

2.2 Akhlak Kepada Diri Sendiri


Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk
jamak dari mufradnya khuluq yang berarti budi pekerti. Sedangkan menurut
terminologi, kata budi pekerti, budi adalah yang ada pada manusia,
berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran, ratio. Budi
disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena
didorong oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah
perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah
laku manusia
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya
sendiri. Namun bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban
kepada Allah. Dikarenakan kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia
adalah mempercayai dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa Tiada
Tuhan melainkan Allah. Keyakinan pokok ini merupakan kewajiban terhadap

2
3

Allah sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi dirinya untuk


keselamatannya.
Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus
ditunaikan untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk
mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia
mempunyai dua unsur, yakni jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu
manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia dengan
makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara satu
dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi
haknya masing-masing.
Selain berahlak kepada Allah dan orang lain, manusia harus berahlak
kepada diri sendiri. Ahlak terhadap diri sendiri dapat di artikan sebagai sikap
menghormati, menghargai, dan menyayangi dengan sebaik- baiknya. Ahlak
terhadap diri sendiri merupakan salah satu kecerdasan manusia.
2.2.1 Pembagian Akhlak Kepada Diri Sendiri
1. Berakhlak terhadap jasmani:
a. Menjaga Kebersihan Dirinya
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan
kebersihan secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh
badan. Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya
memakai pakaian yang bersih, baik dan rapi terutamanya pada
hari Jum'at, memakai wewangian dan selalu bersugi.
b. Menjaga makan minumnya.
Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau
di tegah dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan
untuk makanan, satu pertiga untuk minuman, dan satu pertiga
untuk bernafas.
c. Tidak mengabaikan latihan jasmaninya
Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan
kesehatan, walau bagaimnapun ia dilakukan menurut etika yang
ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak Allah, diri,
keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak
mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri,
menjaga muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya.
d. Rupa diri.
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam
tidak pernah mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-
4

camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah agama yang


mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik.
Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan
alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat
diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk
tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya
menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau
dan takabbur.
2. Berakhlak terhadap akalnya:
a. Memenuhi akalnya dengan ilmu
Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan
mengambi sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan. Islam
menyuruh supaya membangun potensi akal hingga ke tahap
maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya
dengan ilmu. Ilmu fardh 'ain yang menjadi asas bagi diri
seseorang muslim hendaklah diutamakan karena ilmu ini mampu
dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur.
Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya.
b. Penguasaan ilmu
Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu
ilmu supaya manusia dapat bertemu dengan kebenaran.
Kekufuran (kufur akan nikmat) dan kealfaan ummat terhadap
pengabaian penguasaan ilmu ini. Perkara utama yang patut
diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya,
tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah,
sejarah sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam
ibadat serta muamalah. Sementara itu umat islam hendaklah
membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk ilmu, termasuk
juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan
cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar
bahasa Yahudi dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara
sahabat yang memahami kepentingan menguasai bahasa asing,
beliau mempunyai seratus orang khadam yang masing-masing
bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan mereka,
dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.
3. Berakhlak terhadap jiwa:
5

Manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan


selalu, begitu juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan
pembersihan jasad. Ada beberapa cara membersihkan jiwa dari
kotorannya, antaranya:
a. Bertaubat
b. Bermuqarabah
c. Bermuhasabah
d. Bermujahadah
e. Memperbanyak ibadah
f. Menghadiri majlis Iman
Untuk meningkatkan tahap kejiwaan kita tidak boleh keseorangan.
Lantaran dari pada itu kita perlu sahabat yang boleh memperingatkan
diri kita. Disamping itu kita perlu berdoa kepada Allah.
2.2.2 Akhlak Mulia Terhadap Diri Sendiri
1. Menjaga kebersihan diri dan kesucian diri dalam berpakaian berhias,
berjalan, bertemu, dan menerima tamu.
2. Bersikap pemaaf dan pemohon maaf pergaulan dala masyarakat
3. Bersikap penyantun dan menyayangi diri sendiri
4. Bersikap sederhana jujur dan rendah hati
5. Menepati janji dan menjaga kepercayaan orang lain
6. Menghindarkan diri dari perbuatan dosa besar dan tindakan tercela,
seperti: mabuk- mabukkan, judi, zina, dan pergaulan nista.
7. Menghindarkan diri dari perbuatan negatif yang merusak diri.

2.3 Akhlak Pribadi Muslim


Secara etimologis pengertian akhlaq adalah bentuk jamak dari khuluk
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata
khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq
(Pencipta),makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan). Sedang arti akhlak
secara terminologi sebagai berikut; Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M)
mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) mengatakan
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Adapula beberapa macam akhlak kepada pribadi muslim, yakni :
6

1. Shidiq
Shidiq (ash-sidqu) artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong
(al-kazib). Seorang muslim dituntut untuk selalu benar lahir batin, benar
hati (shidq al-qalb), benar perkataan (shidq al-hadist) dan benar
perbuatan (shidq al-amal). Antara hati dan perkataan harus sama, tidak
boleh berbeda, apalagi antara perkataan dan perbuatan.
Bentuk-bentuk shidiq:
a. Benar perkataan (shidq al-hadist)
b. Benar Pergaulan (shidq al-muamalah)
c. Benar kemauan (shidq al-azam)
d. Benar janji (shidq al-waad)
e. Benar kenyataan (shidq al-hal)
Lawan dari shidiq adalah bohong dan yang termasuk bentuk kebohongan
dalam masyarakat antara lain khianat, mungkir janji, kesaksian palsu,
fitnah dan gunjing.
2. Amanah
Amanah dalam pengertian yang sempit adalah memelihara titipan dan
mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Sedangkan
dalam pengertian yang luas amanah mencakup banyak hal seperti
menyimpan rahasia orang, menjaga kehormatan orang lain, menjaga
dirinya sendiri, menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, dll.
Bentuk-bentuk amanah antara lain:
a. Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula
b. Menjaga rahasia
c. Tidak menyalahgunakan jabatan
d. Menunaikan kewajiban dengan baik
e. Memelihara semua nikmat yang diberikan Allah
Lawan kata dari amanah adalah khianat, sifat kaum munafik yang sangat
dibenci oleh Allah SWT, apalahi apabila yang dikhianatinya adalah Allah
SWT dan Rasul-Nya.
3. Istiqamah
Secara etimologis, istiqamah berasal dari kata istaqama-yastaqimu yang
berarti tegak lurus. Dalam terminologi Akhlaq, istiqamah adalah sikap
7

teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun


menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.
Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi: hati,
lisan dan amal perbuatan. Seorang yang beriman haruslah istiqamah
dengan ketiga dimensi tersebut. Dia akan selalu menjaga kesucian
hatinya, kebenaran perkataannya dan kesesuaian perbuatannya dengan
ajaran Islam.
4. Iffah
Iffah merupakan bentuk masdar dari Affa-yaiffuiffah yang berarti
menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik, juga berarti kesucian tubuh.
Dari sudut pandang yang berbeda, iffah berarti memelihara kehormatan
diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan
menjatuhkanya.
Beberapa contoh berdasarkan Al Quran dan Hadis:
a. Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan
masalah seksual, seorang muslim dan muslimah diperintahkan untuk
menjaga penglihatan, pergaulan dan pakaian.
b. Menjaga diri dari hubungannya dengan masalah harta. Islam
mengajarkan terutama bagi orang miskin untuk tidak menadahkan
tangan meminta-minta. Al Quran menganjurkan kepada orang-orang
berpunya untuk membantu orang-orang miskin yang tidak mau
memohon bantuan karena sikap iffah mereka.
c. Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan
kepercayaan orang lain kepada dirinya seseorang harus betul-betul
menjauhi segala macam bentuk ketidakjujuran.
5. Mujahadah
Dalam konteks akhlaq, mujahadah adalah mencurahkan segala
kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal yang menghambat
pendekatan diri terhadap Allah SWT, baik hambatan yang bersifat internal
maupun eksternal. Untuk mengatasi hambatan tersebut diperlukan
kemauan dan perjuangna yang sungguh-sunggguh.Apabila seorang
bermujahadah untuk mencari keridhaan Allah SWT, maka Allah berjanji
akan menunjukan jalan kepadanya untuk mencapai tujuan tersebut.
6. Syajaah
8

Syajaah artinya berani, tapi bukan berani dalam arti siap menantang
siapa saja tanpa mempedulikan apakah dia berada di pihak yang benar
atau salah, dan bukan pula berani memperturutkan hawa nafsu.
Keberanian tidaklah ditentukan oleh kekuatan fisik, tetapi ditentukan oleh
kekuatan hati dan kebersihan jiwa.
Menurut Raid Abdul Hadi dalam bukunya Mamarat al-Haq, ada tujuh
faktor yang membuat seseorang memiliki keberanian antara lain:
a. Rasa takut kepada Allah SWT
Takut kepada Allah membuat seseorang tidak takut kepada siapapun
selama dia yakin bahwa yang dilakukannya adalah dalam rangka
menjalankan perintahnya.
b. Lebih mencintai akhirat daripada dunia
Bagi seorang muslim dunia bukanlah tujuan akhir, dunia adalah
jembatan menuju akhirat. Oleh karena itu dia tidak akan ragu
meninggalkan dunia asalkan dia mendapatkan kebahagiaan di
akhirat.
c. Tidak takut mati
Kematian merupakan suatu kepastian, cepat atau lambat karena
setiap manusia pasti mati. Kalau ajal sudah datang tidak ada yang
dapat mencegahnya.
7. Tawadlu
Merendahkan diri (tawadlu) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan
Allah dan juga di hadapan seluruh makhluk-Nya. Setiap orang mencintai
sifat ini sebagaimana Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Tawadlu juga
bisa diartikan rendah hati atau tidak sombong. Orang yang tawadlu
adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya
bersumber dari Allah SWT.
Dengan pemahaman tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun
dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak
merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia
tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya
dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal
ibadahnya hanya karena Allah.
9

Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin
dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan
berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.
Hal ini dikarenakan orang yang tawadlu menyadari akan segala nikmat
yang didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk mengujinya apakah ia
bersykur atau kufur.
Jika anda mengangkat kepala di hadapan kebenaran baik dalam rangka
menolaknya, atau mengingkarinya berarti anda belum tawadhu dan anda
memiliki benih sifat sombong.
Macam tawadlu dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Tawadlu yang terpuji yaitu ke-tawadlu-an seseorang kepada Allah
dan tidak mengangkat diri di hadapan hamba-hamba Allah.
b. Tawadhu yang dibenci yaitu tawadhu-nya seseorang kepada pemilik
dunia karena menginginkan dunia yang ada di sisinya.
8. Zuhud
Arti kata zuhud adalah tidak ingin kepada sesuatu dengan
meninggalkannya. Menurut istilah zuhud adalah berpaling dan
meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau
kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu
wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akherat.
Ada 3 tingkatan zuhud yaitu:
a. Tingkat Mubtadi (tingkat pemula) yaitu orang yang tidak memiliki
sesuatu dan hatinya pun tidak ingin memilikinya.
b. Tingkat Mutahaqqiq yaitu orang yang bersikap tidak mau mengambil
keuntungan pribadi dari harta benda duniawi karena ia tahu dunia ini
tidak mendatangkan keuntungan baginya.
c. Tingkat Alim Muyaqqin yaitu orang yang tidak lagi memandang dunia
ini mempunyai nilai, karena dunia hanya melalaikan orang dari
mengingat Allah. (menurut Abu Nasr As Sarraj At Tusi)
Dalam keterangan di atas dapat disimpulkan pandangan bahwa harta
benda adalah sesuatu yang harus dihindari karena dianggap dapat
memalingkan hati, dari mengingat tujuan perjalanan sufi yaitu Allah.
Namun ada yang berpendapat bahwa zuhud bukan berarti semata-mata
tidak mau memiliki harta benda dan tidak suka mengenyam nikmat
duniawi, tetapi sebenarnya adalah kondisi mental yang tidak mau
10

terpengaruh oleh harta dan kesenangan duniawi dalam mengabdikan diri


kepada Allah.
9. Sabar dan Pemaaf
Sabar berasal dari assabru yang artinya adalah menahan. Karena sabar
itu adalah menahan berarti sabar adalah suatu aktivitas bukan pasivitas,
suatu perlawanan bukan suatu penyerahan, suatu yang memerlukan
pengorbanan. Misalnya kita merasa kesal kepada orang lain karena ada
ketidakcocokan atau karena ia melakukan suatu kessalahan dan ingin
rasanya melampiaskan kekesalan dan kebencian, maka keinginan
semacam itu kita tahan, itu namanya sabar.
Dan misalnya kita dihina dan disakiti hatinya oleh orang lain maka muncul
reaksi negatif di dalam diri kita, kemudian kita marah dengan orang
tersebut dan ingin rasanya melampiaskan kemarahan kepada orang yang
menghina dan memfitnah kita, maka keinginan seperti itu ditahan.
Menahan keinginan semacam itu dan melakukan penahanan pada saat
itu dinamakan memaafkan.
Berkenaan dengan kemarahan, Imam Al-Ghazali pernah mengajarkan
bagaimana seharusnya seorang mukmin melampiaskan kemarahan.
Bahwa kesabaran seseorang memang ada batasnya dan pada saatnya
telah melampaui ambang batas itu sangat wajar jika seseorang harus
marah. Hanya saja yang terpenting adalah bagaimana kita mampu
mengukur kadar marah sesuai dengan tingkat kesalahan orang yang
membuat kita marah, dan juga dilampiaskan masih dalam kewajaran dan
di bawah kesadaran yang tinggi.
Kita sesama muslim bukanlah saling bermusuhan, tetapi adalah
bersaudara. Karena Salah satu sifat yang menggambarkan seseorang itu
berakhlak islami dan seorang muslim yakni sifat pemaaf dan sabar. Maka
jangan sampai kita menjadi penyemai maupun pemupuk rasa kebencian
di tengah-tengah masyarakat. Jika kita temui bibit-bibit kemarahan dan
kebencian di tengah-tengah kita maka marilah bersama-sama kita redam
dengan sabar dan amar maruf nahi munkar.

Anda mungkin juga menyukai