PEMBAHASAN
2
3
1. Shidiq
Shidiq (ash-sidqu) artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong
(al-kazib). Seorang muslim dituntut untuk selalu benar lahir batin, benar
hati (shidq al-qalb), benar perkataan (shidq al-hadist) dan benar
perbuatan (shidq al-amal). Antara hati dan perkataan harus sama, tidak
boleh berbeda, apalagi antara perkataan dan perbuatan.
Bentuk-bentuk shidiq:
a. Benar perkataan (shidq al-hadist)
b. Benar Pergaulan (shidq al-muamalah)
c. Benar kemauan (shidq al-azam)
d. Benar janji (shidq al-waad)
e. Benar kenyataan (shidq al-hal)
Lawan dari shidiq adalah bohong dan yang termasuk bentuk kebohongan
dalam masyarakat antara lain khianat, mungkir janji, kesaksian palsu,
fitnah dan gunjing.
2. Amanah
Amanah dalam pengertian yang sempit adalah memelihara titipan dan
mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Sedangkan
dalam pengertian yang luas amanah mencakup banyak hal seperti
menyimpan rahasia orang, menjaga kehormatan orang lain, menjaga
dirinya sendiri, menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, dll.
Bentuk-bentuk amanah antara lain:
a. Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula
b. Menjaga rahasia
c. Tidak menyalahgunakan jabatan
d. Menunaikan kewajiban dengan baik
e. Memelihara semua nikmat yang diberikan Allah
Lawan kata dari amanah adalah khianat, sifat kaum munafik yang sangat
dibenci oleh Allah SWT, apalahi apabila yang dikhianatinya adalah Allah
SWT dan Rasul-Nya.
3. Istiqamah
Secara etimologis, istiqamah berasal dari kata istaqama-yastaqimu yang
berarti tegak lurus. Dalam terminologi Akhlaq, istiqamah adalah sikap
7
Syajaah artinya berani, tapi bukan berani dalam arti siap menantang
siapa saja tanpa mempedulikan apakah dia berada di pihak yang benar
atau salah, dan bukan pula berani memperturutkan hawa nafsu.
Keberanian tidaklah ditentukan oleh kekuatan fisik, tetapi ditentukan oleh
kekuatan hati dan kebersihan jiwa.
Menurut Raid Abdul Hadi dalam bukunya Mamarat al-Haq, ada tujuh
faktor yang membuat seseorang memiliki keberanian antara lain:
a. Rasa takut kepada Allah SWT
Takut kepada Allah membuat seseorang tidak takut kepada siapapun
selama dia yakin bahwa yang dilakukannya adalah dalam rangka
menjalankan perintahnya.
b. Lebih mencintai akhirat daripada dunia
Bagi seorang muslim dunia bukanlah tujuan akhir, dunia adalah
jembatan menuju akhirat. Oleh karena itu dia tidak akan ragu
meninggalkan dunia asalkan dia mendapatkan kebahagiaan di
akhirat.
c. Tidak takut mati
Kematian merupakan suatu kepastian, cepat atau lambat karena
setiap manusia pasti mati. Kalau ajal sudah datang tidak ada yang
dapat mencegahnya.
7. Tawadlu
Merendahkan diri (tawadlu) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan
Allah dan juga di hadapan seluruh makhluk-Nya. Setiap orang mencintai
sifat ini sebagaimana Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Tawadlu juga
bisa diartikan rendah hati atau tidak sombong. Orang yang tawadlu
adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya
bersumber dari Allah SWT.
Dengan pemahaman tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun
dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak
merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia
tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya
dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal
ibadahnya hanya karena Allah.
9
Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin
dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan
berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.
Hal ini dikarenakan orang yang tawadlu menyadari akan segala nikmat
yang didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk mengujinya apakah ia
bersykur atau kufur.
Jika anda mengangkat kepala di hadapan kebenaran baik dalam rangka
menolaknya, atau mengingkarinya berarti anda belum tawadhu dan anda
memiliki benih sifat sombong.
Macam tawadlu dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Tawadlu yang terpuji yaitu ke-tawadlu-an seseorang kepada Allah
dan tidak mengangkat diri di hadapan hamba-hamba Allah.
b. Tawadhu yang dibenci yaitu tawadhu-nya seseorang kepada pemilik
dunia karena menginginkan dunia yang ada di sisinya.
8. Zuhud
Arti kata zuhud adalah tidak ingin kepada sesuatu dengan
meninggalkannya. Menurut istilah zuhud adalah berpaling dan
meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau
kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu
wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akherat.
Ada 3 tingkatan zuhud yaitu:
a. Tingkat Mubtadi (tingkat pemula) yaitu orang yang tidak memiliki
sesuatu dan hatinya pun tidak ingin memilikinya.
b. Tingkat Mutahaqqiq yaitu orang yang bersikap tidak mau mengambil
keuntungan pribadi dari harta benda duniawi karena ia tahu dunia ini
tidak mendatangkan keuntungan baginya.
c. Tingkat Alim Muyaqqin yaitu orang yang tidak lagi memandang dunia
ini mempunyai nilai, karena dunia hanya melalaikan orang dari
mengingat Allah. (menurut Abu Nasr As Sarraj At Tusi)
Dalam keterangan di atas dapat disimpulkan pandangan bahwa harta
benda adalah sesuatu yang harus dihindari karena dianggap dapat
memalingkan hati, dari mengingat tujuan perjalanan sufi yaitu Allah.
Namun ada yang berpendapat bahwa zuhud bukan berarti semata-mata
tidak mau memiliki harta benda dan tidak suka mengenyam nikmat
duniawi, tetapi sebenarnya adalah kondisi mental yang tidak mau
10