TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Obesitas
2.2.1. Definisi Obesitas
Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan
metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologis dan spesifik.
2. Kelainan neurogenik
Lesi pada nukleus ventromedial hipotalamus pada binatang dapat menyebabkan
obesitas, namun pada kebanyakan penderita obese tidak mengalami hal ini. Yang
dijumpai pada penderita obese umumnya adalah abnormalitas neurotransmitter di
hipotalamus yakni peningkatan oreksigenik, seperti neuropeptida Y (NPY), dan
penurunan anoreksigenik, seperti leptin dan -MSH (Flier et al, 2007).
3. Faktor genetik
Sekitar 20-25 persen kasus obesitas disebabkan faktor genetik (Guyton, 2007).
Gen berperan dalam menyebabkan kelainan pada jaras yang mengatur pusat
makan dan pengaturan pengeluaran dan penyimpanan lemak. Gen-gen yang
1. Gen ob
Mutasi gen ini pada tikus menimbulkan gejala hiperfagia, resistensi insulin dan
obesitas yang parah. Produk dari gen ob ini adalah leptin, yang disekresi oleh sel
adiposa dan bekerja secara langsung ke hipotalamus. Peningkatan kadar leptin
pada dasarnya akan menurunkan jumlah makanan yang dikonsumsi dan
meningkatkan penggunaan energi. Pada penderita obes dijumpai penurunan kadar
leptin ini, bahkan yang mengalami onset dini obesitas tidak hanya dikarenakan
inaktivasi gen reseptor (db) tetapi juga gen leptin (ob) itu sendiri (Flier et al,
2007).
Peningkatan jumlah makan yang dialami pada penderita obese mungkin juga
dikarenakan abnormalitas dari pengaturan rasa kenyang. Beberapa hal yang terkait
dalam pengaturan rasa kenyang tersebut adalah sinyal hormonal. Beberapa sinyal
hormonal tersebut antara lain: insulin, kortisol dan peptida usus, seperti: ghrelin,
peptida YY dan kolesistokinin, yang bekerja secara langsung pusat kontrol
hipotalamus maupun melalui nervus vagus. Tidak hanya hormonal, metabolit
seperti glukosa juga berperan dalam mengatur rasa lapar, misalnya ketika
hipoglikemia individu akan merasa lapar (Barret et al, 2008).
Sel adiposa juga terlibat dalam patogenesis obesitas. Ini dikarenakan sel
tersebut juga berfungsi sebagai sel endokrin yang melepaskan beberapa molekul
berkaitan dengan obesitas, seperti adiponektin, resistin, dan RBP4 (retinal binding
protein 4). Kadar adinopektin diketahui menurun pada penderita obesitas
sedangkan kadar resistin dan RBP4 meningkat. Faktor-faktor tersebut
menyebabkan gangguan homeostasis lemak, sensitivitas insulin, kontrol gula
darah dan koagulasi (Flier et al, 2007).
Terakhir yang terlibat dalam patogenesa obesitas adalah beberapa penyakit
berikut (Flier et al, 2007):
1. Sindroma Cushing
Obesitas mungkin diasosiasikan dengan peningkatan reaktivasi lokal kortisol di
lemak oleh 11-hydroxysteroid dehydrogenase 1, enzim yang mengaktivasi
kortison menjadi kortisol.
2. Hipotiroid
Peningkatan berat badan pada penderita ini dikarenakan myxedema. Ini akan
menyebabkan penderita berpenampilan seperti penderita obese.
4. Craniopharingioma
Penurunan hormon pertumbuhan menyebabkan berkurangnya aktivitas lipolisis.
Berbagai faktor yang menjadi bagian dari patogenesis obesitas dapat dilihat
pada gambar 2.1. di bawah ini.
GHRELIN CCK&PYY
kaya
Faktor sosial/lingkungan
GENETIK
*Insulinoma
*Cushing
Disfungsi Mutasi syndrome
* Tub * Lep ob/db *Craniophary
* Turk * MC4R ngioma
* PC1
* POMC
Peningkatan
ekspresi SINDROM
*AgRP SPESIFIK
Tabel 2.4. Perbedaan Periode Nonrapid Eyes Movement dan Rapid Eyes
Movement
Perbedaan NREM REM
Saraf Autonom Peningkatan parasimpatis Fase fasik: Peningkatan simpatis
Fase tonik: peningkatan
parasimpatis
Fisiologi kardiak Inspirasi: denyut jantung Fase fasik: peningkatan denyut
berdetak cepat dan singkat jantung
Ekspirasi: penurunan Fase tonik: penurunan denyut
progresif denyut jantung jantung
Fisiologi * frekuensi dan amplitudo Penurunan volum tidal dan minute
pernafasan pernafasan regular ventilation menurun hingga ke
* penurunan ventilasi level yang paling rendah. Apnea
alveolar bersamaan dengan sentral dan periodic breathing lebih
peningkatan PaCO2 sering pada fase REM ini, terutama
fase fasik
Aliran darah ke Penurunan aliran darah ke Peningkatan aliran darah ke otak
otak otak dibandingkan saat
bangun
Suhu inti tubuh TCore lebih rendah daripada Suhu tubuh pada periode REM ini
(TCore) saat bangun bergantung pada suhu lingkungan
Fungsi genital Sedikit perubahan *ereksi penis
*ereksi klitoris dan vaginal
engorgement
Norepinefrin Norepinefrin
dan serotonin dan serotonin
asetilkolin asetilkolin
Aktivasi Aktivasi
talamus & talamus &
korteks korteks
histamin histamin
GABA GABA
Mutasi
Clock-
oreksin Bmal1
kortisol GH
KADAR KADAR
LEPTIN GHRELIN
PENINGKATAN IMT
Gambar 2.3. Hubungan Jumlah Jam Tidur dengan Obesitas
Gambar 2.3. Hubungan Jumlah Jam Tidur dengan Indeks Massa Tubuh