TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dari remaja menurut Sarwono (2001) adalah individu yang berumur
antara 10-20 tahun. Adapula tahapan perkembangan remaja yaitu remaja awal (12 -
14 tahun), remaja tengah (15 - 17 tahun) dan remaja lanjut (18 - 21 tahun) (Gunarsa,
1991).
diri dengan orang lain, sangat mudah dipengaruhi oleh teman sebayanya dan
dengan keadaan sendiri, suka berdiskusi dan mulai berteman dengan lawan
dari keluarga dan identitas, bersifat keras tetapi tidak berontak, teman sebaya
tidak penting, berteman dengan lawan jenis secara dekat lebih penting, serta
lebih fokus pada rencana karir masa depan (Robert dan Williams, 2000).
wanita tercapai pada usia masing-masing 11,9 tahun dan 12,1 tahun, sementara pria
pada usia 14,3 dan 14,1 tahun. Laju pertumbuhan anak, hampir sama cepatnya
sampai pada usia 9 tahun. Antara usia 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan
menjelang usia reproduksi, sementara anak laki-laki baru dapat menyusul dua tahun
kemudian.
dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi serta pola hidup yang biasa
dilakukannya setiap hari. Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan
Masalah gizi remaja sangatlah rentan dan harus segera dilakukan upaya
pernyataan bahwa gizi remaja termasuk dalam kelompok yang rentan, yaitu :
obatan, akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan, serta ada pula remaja
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada
(Arisman, 2004). Angka kecukupan gizi berguna sebagai nilai rujukan (reference
values) yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan
asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari defisiensi ataupun kelebihan asupan
pada laki-laki maupun perempuan sama-sama membutuhkan banyak energi dan zat-
zat gizi esensial untuk menopang pertumbuhan dan aktivitas fisik. Akan tetapi,
perempuan karena adanya perbedaan dalam jenis kegiatan, pengaruh hormonal serta
susunan tubuh sehingga kebutuhan RDA pada laki-laki lebih banyak daripada
perempuan. Pada tabel dapat dilihat kebutuhan gizi remaja laki-laki dan perempuan
berdasarkan umur.
Tabel 2.1
Angka Kecukupan Energi dan Protein Yang dianjurkan
untuk Kelompok Umur 10 samapi 17 tahun.
Jenis Umur Berat Tinggi Energi Protein
energi yang diajurkan (Depkes, 2002). Konsumsi lemak tidak melebihi 30% dari
Konsep penilaian status gizi lebih sekedar evaluasi dari status gizi, tetapi
evaluasi gizi yang tepat bagi mereka (Simko, 1995). Penilaian status gizi dapat
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu :
c. Biokimia dengan cara memeriksa spesimen yang diuji laboratoris yang dilakukan
(Supariasa, 2002)
Penilaian status gizi secara tidak langsung biasanya digunakan untuk menilai
status gizi masyarakat. Penilaian status gizi ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu :survei
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengukuran dengan survei
konsumsi makanan metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat
gizi yang dikonsumsi. Statistik vital adalah dengan menganalisa data beberapa
(Supariasa, 2002).
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi,
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).
Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah berat badan dan
tinggi badan. Indikator antropometri ini terdiri dari tiga indikator, yaitu berat badan
menurut (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi
Berat badan adalah salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran
massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, apabila kesehatan dalam keadaan baik terjadi keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi, maka berat badan akan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Sebaiknya dalam keadaan yang abnormal, ada dua kemungkinan
perkembangan yang terjadi pada berat badan ini, maka indeks berat badan menurut
umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi dan indeks BB/U ini
lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status)
(Supariasa, 2002).
1. Dapat mengakibatkan intepretasi status gizi yang keliru apabila terdapat edema
atau asites
2. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit
3. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima
tahun
setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiiring dengan
pertamabahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. (Supariasa,
2002). Berdasarkan karakteristik diatas, maka indeks ini menggambarkan status gizi
masa lalu.
2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa (Supariasa,
2002)
2. Pengukuran relatif sulit karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam hal
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang
baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). Indeks BB/TB adalah indeks
(Supariasa, 2002).
pendek. Memiliki tinggi badan yang cukup atau tinggi badan yang berlebih
Pada remaja penilaian status gizi dapat dilakukan secara antropometri dengan
menggunakan indeks BB/TB yang dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT)
berdasarkan umur dan jenis kelamin. Rumus perhitungan IMT adalah dengan
membandingkan berat badan dalam satuan kilo gram dengan kuadrat tinggi badan
dalam meter.
Pada anak/remaja status gizi diperoleh dari perbandingan IMT dan umur. Hal
Tabel 2.2
Klasifikasi Status Gizi Anak/Remaja (CDC-NCHS Tahun 2000)
IMT Status Gizi
< 5th tile Gizi kurang
5 - < 85th tile Gizi normal
85 - < 95th tile Overweight
95 th tile Obesitas
gizi yang diakibatkan oleh konsumsi zat gizi yang berlebihan, kurang aktivitas fisik.
Ini biasanya terjadi pada orang-orang yang hidupnya sudah makmur dan kurang bisa
Menurut Samsudin (1993) yang dimaksud dengan gizi lebih adalah berat
badan yang relatif berlebihan dengan usia atau tinggi anak yang sebaya, sebagai
akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh.
Dalam status gizi lebih, tubuh sudah kewalahan menampung kelebihan zat gizi,
terutama sumber tenaga. Kelebihan tersebut akhirnya disimpan dalam bentuk lemak
di bawah kulit yang akan mengakibatkan seseorang menjadi gemuk, dan lemak juga
disimpan diantara jaringan tubuh. Lemak yang disimpan di antara jaringan tubuh
darah dan meningginya tekanan darah (Sediaoetama, 1991). Menurut WHO (1995)
seorang remaja dikatakan gizi lebih bila indeks massa tubuh menurut umur dan jenis
Selain itu penyebab gangguan pada umunya yaitu pemasukan energi yang
berhubungan dengan pola makan yang salah, sebagian besar dipengaruhi oleh gaya
hidup seseorang. Makan lebih banyak dari kebutuhan atau makan tidak seimbang,
dengan kata lain terlalu banyak faktor resiko yang disebabkan oleh makanan yang
Berdasarkan penjelasan diatas maka pada gilirannya kejadian gizi lebih akan
menekankan pada kebiasaan pola makan tinggi kalori tinggi lemak dan kolesterol
Penyebab gizi lebih secara umum adalah asupan energi yang melebihi
proses tumbuh kembang dan berbagai aktivitas jasmani anak. Kelebihan asupan
1994).
makanan berenergi tinggi dan rendah serat, aktivitas fisik yang rendah, kurangnya
makanan, faktor aktifitas fisik, faktor hormonal, faktor genetik dan psikologis :
juga dibutuhkan untuk menganti sel-sel tubuh yang rusak dan pada anak-anak
diperlukan untuk pertumbuhan. Tetapi akan menjadi persoalan jika makanan yang
lemak di dalam tubuh semakin banyak sehingga orang akan menjadi gemuk
2. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi tubuh, jika
asupan kalori berlebihan dan tidak diikuti oleh aktivitas fisik yang tinggi akan
menyebabkan kelebihan berat badan. Aktivitas fisik merupakan salah satu komponen
yang berperan dalam penggunaan energi. Penggunaan energi tiap jenis aktivitas itu
berbeda tergantung dari tipe, lamanya dan berat orang yang melakukan aktivitas
tersebut. Semakin berat aktivitas, semakin lama waktunya dan semakin berat, badan
orang yang melakukannya maka energi yang dikeluarkan pun lebih banyak,
akibatnya kebutuhan energi pun lebih banyak. Aktivitas seperti olah raga jika
dilakukan remaja secara teratur dan cukup takaran akan memberikan keuntungan,
uaitu menjaga kesehatan sepanjang hidup dan mencegah dari penyakit salah makan
dengan melihat intesitas latihan (frekuensi dan lama latihan). Latihan fisik olahraga
dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan durasi waktu minimal 30 menit membantu
kualitas manusia secara keseluruhan cenderung akan meningkat pula. Hal ini
membuktikan bahwa ada keterkaitan antara kualitas fisik dqan non fisik seperti yang
dinyatakan dalam sebuah istilah klasik Mensana In Corpore Sano yang artinya
adalah di dalam Tubuh yang Sehat terdapat jiwa yang Kuat. Sejalan dengan itu,
kegemukan dapat disebabkan oleh penyakit endokrin atau ganguan hormon. Penyakit
(kelenjar Tryroid), mengakibatkan orang menjadi gemuk dan lamban. Penyakit gula
penyebab atau dapat juga merupakan akibat dari penyakit ini (Suyono, 1994)
4. Faktor Genetik
pengaruhnya sendiri sebenarnya belum jelas. Menurut Dietz dalam Penuntun Diit
Anak (2003), kemungkinan seorang anak beresiko menderita obesitas sebesar 80%
jika kedua orang tuanya mengalami obesitas. Sedangkan seorang anak akan beresiko
menderita obesitas sebesar 40% jika salah satu orang tuanya mengalami obesitas.
Anak yang mempinyai bakat gemuk karena faktor genetik akan cepat menjadi
5. Faktor Emosional/Psikologis
nafsu makan. Sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan
dan digunakan untuk aktivitas fisik. Jika seseorang tidak mempergunakan bahan
bakar yang telah disediakan, maka tubuh tidak mempunyai alternatif lain sehingga
sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang mempunyai tekanan psikologis
2.6.1. Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji Modern (Fast Food ) pada
Remaja
makanan yang dapat disiapkan dan dikonsumsi dalam waktu singkat baik memasak
kedua arti tersebut : pertama, fast food dapat diartikan sebagai makanan yang dapat
disajikan dan dikonsumsi dalam waktu sesingkat mungkin, sedangkan arti kedua
dari luar karena mereka sedang mengalami masa pencaharian identitas diri akibat
proses transisi yang dilalui. Pengaruh yang terjadi bukan hanya tampak pada
mempengaruhi pola kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah
keatas, restoran fast food merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan di
restoran fast food ditawarkan dengan harga yang terjankau dengan kantong mereka,
servisnya cepat, dan jenis makanannya memenuhi selera. Fast food adalah gaya
makan remaja masa kini adalah mengkonsumsi makanan terolah, seperti ditayangkan
melalui media elektronik terlalu banyak hal yang dilebih-lebihkan. Makanan olahan
(fast food) modern, walaupun dalam iklan di berbagai media diklaim kaya akan
vitamin dan mineral, sebagian besar mengandung tinggi gula dan lemak selain zat
additive yang dapat mengganggu kesehatan. Kegemaran pada makanan cepat saji
modern yang mengandung tinggi kalori bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang
lama, pada akhirnya akan mengarahkan remaja ke perubahan patologis yang terlalu
besar di Indonesia, yang menyajikan berbagai makanan siap saji yang dapat berupa
makanan tradisional Indonesia (seperti restoran Padang) dan makanan barat (seperti
Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken) yang terkenal ayam gorengnya,
disamping jenis makanan yang tidak kalah popular seperti Burger, Pizza, Sandwich
dan sebagainya. Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan
misalnya, pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan
bersih tanpa meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat
mereka yang sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi jenis
fast food, karena lebih cepat dan juga mengandung gengsi bagi sebagian golongan
masyarakat. Bahkan di hari libur pun biasanya banyak keluarga yang memilih
Konsumsi makanan adalah jenis dan banyak makanan yang dimakan dan
dapatt diukur dengan jumlah bahan makanan atau jumlah kalori dan zat gizi. Susunan
beragam pangan yang biasa dikonsumsi seseorang atau kelompok orang disebut pola
yang ia senangi. Banyak remaja cenderung memiliki kebiasaan makan yang tidak
teratur, tidak makan dirumah dan jajan bersama dengan teman sebayanya yang dalam
banyak hal kurang menguntungkan (Anwar, 2006). Remaja putri malah melewatkan
dua kali waktu makan dan lebih memilih mengkonsumsi makanan yang cenderung
mengkonsumsi makanan jajanan akan merasa kenyang karena padatnya kalori yang
terkandung dalam makanan jajanan. Sementara zat gizi lain seperti protein, vitamin
terjadinya gizi lebih. Kebiasaan tersebut meliputi pola makan, kebiasaan makan pagi
dan makan malam, kebiasaan makan jajanan dan makan cemilan serta kebiasaan
makan fast food. Kebiasaan makan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : teman sebaya, keadaan emosional dan pelaksanaan diet penurunan berat
Fungsi energi adalah sumber tenaga untuk metabolisme, pengaturan suhu tubuh,
pertumbuhan dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan untuk cadangan energi
dalam bentuk glikogen sebagai cadangan jangka pendek dan dalam bentuk lemak
sebagai cadangan dalam jangka panjang. Sedangkan karbohidrat dan lemak memiliki
yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan.
Keadaan ini menghasilkan berat badan ideal/normal. Kelebihan energi terjadi apabila
energi dapat diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau
kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan dalam hal jenis
Karbohidrat merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi bagi tubuh.
kebutuhan tubuh akan karbohidrat akan menentukan jumlah energi yang tersedia
bagi tubuh setiap hari. Menurut pedoman umum gizi seimbang (PUGS) kecukupan
karbohidrat yang baik adalah dari kebutuhan energi 50% - 60% jika lebih dari itu
seperti rasa, warna, tekstur dan lainnya. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat
Karbohidrat selain dapat dari bahan makanan yang dikonsumsi harian khususnya
yang berasal dari tumbuhan, karbohidrat juga dibentuk dalam tubuh dari beberapa
Kelebihan glukosa dalam tubuh akan diubah menjadi lemak. Perubahan ini
terjadi dihati. Lemak ini kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang dapat menyimpan
lemak dalam jumlah tidak terbatas (Almatsier, 2003). Namun untuk mengubah
kelebihan karbohidrat menjadi lemak tubuh diperlukan 23% dari kalori yang dicerna,
sedangkan untuk mengubah lemak menjadi lemah tubuh hanya 3% dari kalori yang
dicerna. Dalam satu studi yang dilakukan oleh peneliti dari Swiss DR Kevin
Acheson, 12 orang diawasi selama satu periode 14 jam, tiap orang tidak makan
apapun kecuali 2000 kalori karbohidrat (gula), dan hasilnya didapatkan hanya 40
kalori karbohidrat berlebih yang diubah menjadi lemak tubuh (Clark, 1996).
Lemak terdiri dari fosfolipid, sterol dan trigliserida. Sebagian besar lemak
(99%) merupakan trigliserida yang terdiri dari asam lemak dan gliserol (Hardinsyah
&Tambunan, 2004). Fungsi lemak dan minyak dalam makanan adalah membantu
jenuh yang sulit dicerna, asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna dan
asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna (PUGS, 2002).
lainnya. Lemak mengandung 38kj/g energi sedangkan energi dari karbohidrat dan
protein berkisar 17kj/g (Willet, 1998). Tiap gram lemak mengandung 9 kkal,
dibanding karbohidrat dan protein yang menghasilkan 4 kkal per gram. Anjuran
konsumsi lemak dan minyak tidak boleh lebih dari 30% dari kebutuhan energi
Lemak yang berasal dari makanan digunakan tubuh untuk hal-hal berikut :
1. Pemberi kalori, tiap gram lemak dalam peristiwa oksidasi akan memberikan
oleh usus.
karena tubuh kita lebih efisien mengubah lemak menjadi lemak tubuh
Protein merupakan zat makanan yang penting bagi tubuh karena berfungsi
sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang
mengandung unsur C,H,O, dan N yang tidak dimiliki lemak dan karbohidrat
(Winarno, 1991). Dengan demikian protein amatlah penting bagi semua taraf
kehidupan, mulai dari masa anak-anak, remaja yang sedang tumbuh, juga pada masa
hamil dan menyusui pada wanita dewasa, orang yang sakit dan dalam taraf
penhyembuhan, demikian juga orang dewasa dan lanjut usia (Suhardjo & Kusharto,
(1992). Protein terdiri dari asam-asam amino. Protein asam-asam amino esensial
terdiri dari histidin, isoleucin, leucin, lysin, methionine, sistein, phinilalanin, tirosin,
treonin, triptophan dan valin. Semakin lengkap komposisi dan jumlah asam amino
esensial dan semakin tinggi daya cerna protein suatu jenis pangan atau menu, maka
semakin tinggi mutu proteinnya. Pada umumnya pangan hewani mempunyai mutu
protein yang lebih baik dibandingkan pangan nabati. (Hardinsyah & Tambunan,
2004). Anjuran konsumsi protein sebaiknya sesuai dengan Angka Kecukupam Gizi.
sehinggga ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi (Apriadji, 1986).
Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan antara jenis kelamin dengan status gizi
dimana prevalensi kejadian overweight pada wanita lebih tinggi dari laki-laki. Hasil
2 19 tahun terdapat 27,7% pada anak laki-laki dan 33,7% pada anak perempuan.
Pada penelitian gizi lebih dengan indeks BB/TB menunjukkan bahwa prevalensi gizi
lebih dengan nilai batas > 110% terdapat 23% pada anak perempuan, yang berarti
lebih tinggi dibandingkan dengan 10% pada anak laki-laki. Demikian juga prevalensi
untuk obesitas yaitu 10,2% pada anak wanita, sedangkan pada anak laki-laki adalah
makan seseorang pengetahuan gizi diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap
ada tidaknya masalah gizi pada dirinya sehingga dapat mengambil tindakan yang
tepat (Soehardjo, 1989). Pengetahuan gizi sebaiknya diberikan sejak dini sehingga
dapat memberi kesan yang mendalam dan dapat menuntun anak dalam memilih
makanan yang tepat dan dapat memahami serta menerapkan untuk mengkonsumsi
makanan yang sehat dalam kehidupan sehari-hari (Irawati, 1998). Salah satu faktor
yang mempengaruhi gizi lebih adalah pengetahuan tentang nilai gizi yang kurang
(Samsudin, 1993).
Menurut Satoto (1993), pada gizi lebih, sumberdaya informasi adalah cukup
bahkan sampai berlebihan. Namun yang bersangkutan salah pilih dalam memilih
makanan yang sehat dan seimbang, termasuk dalam membentuk gaya hidup, karena :
pertama salah menilai, dalam arti menilai makanan enak sebagai makanan yang baik
atau menilai kegemukan sebagai indikator sukses. Kedua kelemahan, dalam arti tidak
dalam berbagai kesempatan : rapat, jamuan bisnis, pesta dan sebagainya, serta
bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dan kesehatan dengan gizi
kepada anaknya untuk jangka waktu tertentu harian, mingguan maupun bulanan.
Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan, anak diharapkan untuk belajar
mengelola dan bertanggung jawab atas uang saku yang dimiliki (Napitu, 1994)
Menurut (Berg, 1986) uang yang dimiliki oleh seseorang akan dapat
dengan uang saku mereka. Dengan uang saku yang cukup besar, biasanya remaja
juga dengan harapan akan diterima di kalangan peer group mereka. Makanan yang
biasanya dipilih adalah fast food dengan pertimbangan harganya juga tidak terlalu
ditentukan oleh daya beli keluarga atau orang tua anak, karena keputusan konsumsi
Pada remaja yang memiliki uang saku, Insel et al (2006) dalam Wulandari
(2007) menyatakan bahwa remaja yang telah diberi kepercayaan untuk mengelola
uang sakunya sendiri cenderung memiliki kebebasan untuk memilih sesuka hatinya.
Kebebasan memilih makanan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi status
gizi remaja. Dengan memiliki kebebasan untuk memilih sendiri makanannya, remaja
cenderung untuk membeli apapun yang disukainya atau yang menarik menurut
mereka, tanpa memperhatikan apakah makanan tersebut bergizi seimbang atau tidak.
Pemilihan makanan yang salah pada akhirnya dapat berpengaruh pada status gizi
mereka.
konsumsi makan melalui cara pemilihan bahan makanan dalam hal kualitas dan
Mariani, 2003)
kesehatan dan gizi merupakan faktor penting dalam mempengaruhi pola konsumsi.
Pendidikan ibu akan mempengaruhi status gizi anak. Semakin tinggi tingkat
berkaitan atau sejalan dengan pengetahuan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan gizi, semakin baik pula tingkat pemilihan bahan makanan. Anak dari
ibu berpendidikan tinggi akan memiliki pertumbuhan baik. Hal ini disebabkan karena
kuantitas hidangan. Semakin tinggi tingkat pendapatan berarti semakin baik kualitas
dan kuantitas makanan yang diperoleh seperti membeli buah, sayuran dan aneka
tidak selalu membawa perbaikan pada konsumsi makanan, karena walaupun banyak
pengeluaran untuk makanan tetapi belum tentu kuantitas dan kualitas bahan makanan
perilaku konsumsi pangan rmah tangga. Dalam kaitannya dengan perilaku konsumsi
jadi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di kota-kota besar seperti Jakarta,
pengeluaran untuk makanan jadi (fast food) ini lebih besar yaitu sekitar seperempat
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan ststus gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa,
2002).
1. Tujuan umum
makanan dan zat-zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, perorangan serta
2. Tujuan khusus
masyarakat
Berdasarkan jenis data didapat, metode survei konsumsi makanan dibagi dua
yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif antara lain :
3. Metode telepon
Prinsip dari metode food recall 24 jam adalah mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam lalu. Hal penting yang perlu
diketahui pada food recall 24 jam adalah data yang diperoleh cenderung lebih
kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif maka jumlah
ukuran rumah tangga (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang
ialah :
pengelompokkan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa
makan pagi, siang, malam, snack serta makanan jajanan (Supariasa, 2002).
hari yang tidak berturut-turut minimal dilakukan recall 2x24 jam. Metode recall
- Mudah dilakukan
- Biaya murah karena tidak memerlukan tempat yang luas dan peralatan khusus
responden.
lain :
- Recall sebaiknya tidak dilakukan saat acara-acara besar seperti akhir pekan,
semua jumlah makanan dan snack yang dikonsumsi dalam ukuran rumah tangga
(URT) atau menimbang dalam ukuran gram setiap kali makan. Jumlah hari dalam
bertujuan untuk meneliti rata-rata asupan kelompok maka 1 (satu) hari untuk 1 (satu)
Kelebihan metode food record ini adalah relatif murah dan cepat, lebih
akurat, dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar dan diketahui konsumsi zat
gizi sehari. Kekurangannya antara lain bisa menyebabkan beban bagi responden
untuk responden buta huruf dan tergantung kepada kejujuran dan kemampuan
Dalam metode ini, responden diminta untuk menimbang semua makanan dan
snack yang dikonsumsi dalam periode waktu tertentu. Cara penyiapan makanan,
detail penjelasan makanan dan merk makanan (jika diketahui) juga harus dicatat.
Metode ini lebihn akurat untuk memperkirakan kebiasaan konsumsi makanan dan
Kelebihan metode penimbangan makanan antara lain data yang didapat lebih
teliti. Kekurangan metode ini antara lain butuh waktu dan biaya mahal, bila
dilakukan dalam waktu lama maka responden dapat berubah kebiasaan makannya,
tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil serta perlu kerjasama yang baik
pola makan individu yang umumnya dilakukan dalam jangka waktu lama sekitar 1
bulan. Metode ini memiliki 3 (tiga) komponen antara lain mewawancarai responden
tentang kebiasaan pola makan keseluruhan dalam 24 jam terakhir yaitu waktu
makan utama dana makan selingan, kedua adalah melakukan pengecekan ulang
kuesioner dari jenis makanan tertentu yang dikonsumsi dan ketiga adalah subjek
makan dalam waktu relatif panjang dan dapat digunakan di klinik gizi. Sedangkan
kekurangan metode ini adalah membebankan responden dan pengumpul data, perlu
tenaga terlatih, data lebih bersifat kualitatif, tidak cocok untuk sampel besar dan
makanan dan berbagai jenis makanan dalam periode waktu tertentu. Metode ini dapat
2005).
Kelebiahan metode ini adalah murah dan sederhana, dapat dilakukan sendiri
ini adalah tidak dapat menghitung asupan zat gizi, sulit mengembangkan kuesioner,
adalah :
1. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia
Dampak gizi lebih pada anak terhadap kesehatan pada umumnya lebih ringan
jika dibandingkan dengan pada orang dewasa. Dampak gizi lebih/obesitas pada anak
antara lain pertumbuhan dan perkembangan fisik yang lebih cepat matang. Pada anak
perempuan, mereka mendapat menarche pada usia yang lebih dini. Umunya anak
berbagai kegiatan, lebih senang menyendiri dan memuaskan dirinya dengan santai
dan makan. Untuk kasus gizi lebih dengan derajat yang berat, biasanya disertai
keluhan ganguan pernafasan, hipertensi, dermatitis atau eksema pada lipatan kulit
menyebabkan bau badan yang tidak enak sehingga tidak disukai (Samsudin, 1993).
Gizi lebih berkaitan dengan berbagai macam faktor antara lain daya beli yang
cukup atau berlebihan, ketersediaan makanan berenergi tinggi dan rendah serat
seperti berbagai jenis makanan modern yang sekarang banyak di kota-kota besar. Di
samping itu defisiensi aktifitas fisik, pengetahuan tentang nilai gizi yang kurang,
keturunan dan faktor hormonal juga merupakan penyebab gizi lebih. Dalam usaha
munculnya kelebihan lemak tubuh akan sangat membantu (Harjadi dan Soejono,
1986).
banyak anak yang sering mendapat tekanan mental oleh sebab ejekan yang datang,
oleh karena memiliki tubuh yang kegemukan. Tekanan inipun terasa pada masa
Gizi lebih pada masa anak dan remaja 1,5-2 kali meningkatkan resiko gizi
lebih seelah dewasa (Nicklas et al, 2001 dalam Wellis, 2003). Menurut Wang et al
(2002) dalam Wellis (2003) gizi lebih pada awal masa kehidupan berhubungan
dengan beberapa faktor resiko seperti penyakit jantung koroner dan prediksi terhadap
Kerangka Teori
Psikologi : Biologis :
Harga diri Umur
Citra diri Jenis kelamin
Konflik psikis Status pertumbuhan
Konsep sehat Status kesehatan
Persepsi Keturunan
Sosial Ekonomi :
Individu : STATUS Tren makanan modern
Pengetahuan dan sikap : GIZI Nilai makanan
Pengetahuan gizi REMAJA Makanan yang tersedia
Sikap makan Tren mode
Praktek makan Pendapatan / Uang saku
Pendidikan
Kebiasaan makan
Aktivitas Tubuh :
Perilaku Makan : Mobilitas Menonton
Frekuensi makan TV
Diet Rekreasi - Tidur
Meninggalkan Kelainan Olahraga
makanan Metabolik Kegiatan sekolah
Gambar 2.1. Kerangka Teori Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Gizi
Remaja (Modifikasi Adiningsih, 2003 dan Apriadji, 1986)
saji modern (fast food), aktivitas fisik dan faktor lainnya dengan kejadian gizi lebih
pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakarta Timur. Penelitian ini memasukkan
cepat saji modern (fast food), aktivitas fisik (waktu tidur malam, waktu menonton
kelamin, pengetahuan gizi, uang saku) dan karakteristik orang tua (pendidikan ibu
dan pendapatan orang tua). Sedangkan variabel dependennya adalah gizi lebih.
Variabel variabel yang akan diteliti melalui penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Kebiasaan Konsumsi
Fast Food
Aktivitas Fisik :
Waktu tidur
Waktu menonton TV,
main komputer/main
video games
Kebiasaan olahraga
Pola Konsumsi :
GIZI LEBIH
Konsumsi energi
REMAJA
Konsumsi karbohidrat
Konsumsi lemak
Konsumsi protein
Karakteristik Remaja :
Jenis kelamin
Pengetahuan gizi
Uang saku
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala
1 Gizi lebih Status gizi remaja yang diukur Penimbangan berat Timbangan injak 1. Gizi lebih, jika IMT 85 Ordinal
berdasarkan indeks antropometri badan tanpa alas scale standar
percentil
yang dinyatakan dengan IMT yang kaki dab mengukur (SECA) dengan
disesuaikan dengan umur dan jenis tinggi badan tingkat ketelitian 2. Gizi tidak lebih, jika IMT
kelamin dengan cut of point > 85 0,1 kg dan
< 85 percentil
pencentil microtoice
(CDC, 2000)
2. Frekuensi Banyaknya konsumsi fast food Form kuesioner Kuesioner 1. Sering ( 2x /minggu) Ordinal
konsumsi fast modern yang dikonsumsi oleh diisi sendiri 2. Tidak sering
food modern responden dalam satu minggu (< 2x / minggu)
(Khomsan, 2006 )
3. Lama tidur Rata-rata jumlah waktu yang Form kuesioner Kuesioner 1. Lama (> median) Ordinal
digunakan untuk tidur dalam diisi sendiri 2. Sebentar ( median)
sehari
4 Lama Rata-rata jumlah waktu yang Form kuesioner Kuesioner 1. > 2 jam per hari Ordinal
menonton digunakan uantuk menonton diisi sendiri 2. < 2 jam per hari
televisi/main televisi/main komputer dan video (Gortmaker, 1986 dalam
komputer dan games dalam sehari Wellis, 2003)
video games
5. Kebiasaan Frekuensi anak melakukan olah Form kuesioner Kuesioner 1. Ringan(< 3 kali/minggu) Ordinal
olah raga raga dalam seminggu diisi sendiri 2. Berat ( 3 kali/minggu)
@ 30 menit/latihan
(Depkes, 2002)
7. Total asupan Jumlah energi yang dikonsumsi Wawancara dengan Format isian 1. Konsumsi Energi >AKG Ordinal
energi sehari dibandingkan dengan AKG Recall 1 x 24 jam recall 2. Konsumsi energi AKG
Makanan (WKNPG, 1998)
8. Konsumsi Jumlah karbohidrat yang Wawancara dengan Format isian 1. Konsumsi karbohidrat Ordinal
karbohidrat dikonsumsi sehari dibandingkan Recall 1 x 24 jam recall (> 60% energi total)
dengan PUGS Makanan 2. Konsumsi karbohidrat
( 60% energi total)
(Depkes,2002)
9 Konsumsi Jumlah lemak yang dikonsumsi Wawancara dengan Format isian 1. Konsumsi lemak Ordinal
lemak sehari dibandingkan dengan PUGS Recall 1 x 24 jam recall (> 30% energi total)
Makanan 2. Konsumsi karbohidrat
( 30% energi total)
(Soetjiningsih, 2004)
10 Konsumsi Jumlah makanan yang dikonsumsi Wawancara dengan Format isian 1.Konsumsi Protein > AKG Ordinal
Protein dalam satu hari dinyatakan sebagai recall 1x24 jam recall makanan 2.Konsumsi Protein AKG
total protein terhadap persentase (WKNPG, 1998)
AKG (energi) dari protein
10 Jenis kelamin Status gender responden dilihat Form kuesioner Kuesioner 1. laki laki Nominal
dari keadaan fisiknya diisi sendiri
2. Perempuan
11 Pengetahuan Tingkat penguasaan responden Form kuesioner Kuesioner 1. Kurang (skor < 80%) Ordinal
gizi terhadap pertanyaan mengenai diisi sendiri 2. Baik (skor nilai 80%)
ilmu gizi dasar yang meliputi (Khomsan, 2000)
pengertian makanan bergizi,
menu seimbang, kandungan zat
14 Pendidikan Tingkat pendidikan formal terakhir Form kuesioner Kuesioner 1. Rendah, bila SMA Ordinal
Ibu yang telah diselesaikan oleh ibu diisi sendiri 2. Tinggi, bila > SMA
dari responden (Kodyat, 1996)
3.3. Hipotesis
(fast food) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di
gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakarta Timur tahun 2008.
karbohidrat, konsumsi lemak dsn konsumsi protein) dengan kejadian gizi lebih
pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakata Timur tahun 2008.
dan jumlah uang saku) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB
5. Adanya hubungan antara karakteristik orang tua (pendidikan ibu dan pendapatan
orang tua) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman