Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Diare akut adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya tampak
sehat, dengan frekwensi 3 kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cairan dengan
atau tanpa lendir dan darah.(1,3,4)

Etiologi
Ada beberapa faktor yaitu : (1,2)
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak.
- Infeksi bakteri : Vibrio, Ecoli, Salmoella, Shigella, dan sebagainya.
- Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, dan lain lain
- Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lambilia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida
albicans).
b. Infeksi parental, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis
Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak < 2 tahun.

2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak terutama lemak jenuh.
c. Malabsorbsi protein.

3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

12
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

Cara Penularan
Pada umumnya adalah orofecal melalui :(1)
1. Makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh enteropatogen.
2. Kontak langsung atau tidak langsung (4 F = Fod, Feses, Finger, Fly).

Faktor Resiko Terjadinya Diare (1,4)


Faktor resiko yang meningkatkan transmisi enteropatogen :
1. Tidak cukup tersedianya air bersih
2. Tercemarnya air oleh tinja
3. Tidak ada / kurangnya sarana MCK
4. Higiene per orangan dan penyediaan makanan tidak higieni
5. Cara penyapihan bayi yang tidak baik (terlalu cepat disapih, terlalu cepat diberi susu botol
dan terlalu cepat diberi makanan padat)
6. Beberapa faktor resiko pada pejamu (host) yang dapat meningkatkan kerentanan pejamu
terhadap enteropatogen di antaranya adalah :
a. Malnutrisi
b. BBLR
c. Imunodefisien
d. Imunodepresi
e. Rendahnya kadar asam lambung
f. Peningkatan motilitas usus
g. Faktor genetik

Patogenesis (2,4)
Mekanisme dasar timbulnya diare ialah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan ostomik
dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dalam elektrolit ke dalam

13
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan diare timbul karena terdapat peningkatan
isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Patogenesa Diare Karena Virus


Virus yang terbanyak menyebabkan diare adalah rotavirus. Garis besarnya patogenesisnya adalah
sebagai berikut :
Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan minuman, kemudian berkembang
biak di dalam usus. Setelah itu virus masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan
kerusakan di bagian apikal vili usus halus. Sel epitel usus halus bagian apikal akan diganti oleh
sel dari bagian kripta yang belum matang, yang berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel
epitel ini tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibatnya akan terjadi
diare osmotik. Vili usus halus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk
menyerap dan mencerna makanan pun akan berkurang. Pada saat ini biasanya diare mulai
timbul, setelah itu sel retikulum akan melebar dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid
dari lamina propia, untuk mengatasi infeksi sampai terjadinya penyembuhan (1).

14
Patogenesa Diare Karena Bakteri
Bakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalamnya. Bakteri
kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan
aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / labil toksin / LT) atau enzim
guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / stabil / ST). sebagai akibat peningkatan aktivitas
enzim enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP (cyclic adenosine monophospate) atau cGMP
(cyclic guanosine monophospate) yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi kloride,
netrium dan air dalam sel ke lumen usus serta menghambat absorbsi natrium, kloride dan air dari
lumen usus ke dalam sel. Hal ini akan menyebabkan peninggian tekanan osmotik di dalam
lumen (hiperosmolar). Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan
yang berlebihan dalam lumen usus, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus ke
lumen usus besar (colon). Dan bila kemampuan penyerapan colon berkurang, atau sekresi cairan
melebihi kapasitas penyerapan colon, maka akan terjadi diare.(1)

Patogenesis Diare Akut (2,4)


1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Fisiologi dan Patofisiologi (2,3)


Sebagai akibat diare, akut maupun kronis akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan sebagainya).
2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah).
3. Hipoglikemia.
4. Gangguan sirkulasi darah.

15
Dalam keadaan normal usus besar dapat meningkatkan kemampuan penyerapan sampai 4400 ml
sehari, bila terjadi sekresi cairan yang berlebihan dari usus halus (ileosekal). Bila sekresi
melebih 4400 ml maka usus besar tidak mampu menyerap seluruhnya lagi, selebihannya akan
dikeluarkan bersama tinja dan terjadilah diare. Diare dapat juga terjadi karena terbatasnya
kemampuan penyerapan usus besar pada keadaan sakit, misalnya karena virus, disentri basiler,
ulcus, tumor dan sebagainya. Setiap perubahan mekanisme normal absorbsi dan sekresi di dalam
lumen usus halus, maupun usus besar (kolon) dapat menyebabkan diare, kehilangan cairan,
elektrolit dan akhirnya terjadi dehidrasi. Secara garis besar diare dapat disebabkan oleh diare
sekretorik, diare osmotik, peningkatan motilitas usus dan defisiensi umum, terutama IgA. Diare
yan disebabkan oleh infeksi bakteri akan menyebabkan diare sekretorik.

Makanan yang tidak diserap atau dicerna, misalnya laktosa (dari susu), merupakan makanan
yang baik bagi bakteri. Laktosa ini akan difermentasikan oleh bakteri anerob menjadi molekul
yang lebih kecil, misalnya H2, CO2 H2O, dan sebainya. Dan menyebabkan tekanan osmotik di
dalam lumen usus meningkat. Keadaan dalam lumen usus yang hiperosmolar ini kemudian akan
meyerap air dari intraseluler, diikuti peningkatan peristaltik usus sehingga terjadi diare ostotik.
Peristaltik usus juga dapat meningkat karena adanya zat makanan yang merangsang misalnya
pedas, asam, terlalu banyak lemak, serat dan dapat juga karena terdapatnya toksin dalam
makanan (food poisoning) yang akhirnya menyebabkan diare pula.

Akhirnya immunodefisiensi baik selular maupun humoral terutama defisiensi IgA di dalam
lumen usus akan menyebabkan diare karena ketidakmampuan usus untuk menetralisir
enteropatogen dalam lumen usus. Bukan saja bakteri tetapi juga virus, parasit dan jamur dapat
menyebabkan diare.

Pengeluaran cairan, selain melalui anus dalam keadaan normal juga melalui ginjal berupa urin,
juga melalui pori kulit berupa keringat dan melalui pernafasan berupa uap air. Dalam keadaan
normal, pengeluaran air dari tubuh anak usia 0 2 tahun sekitar 100 ml sehari. Bila jumlah
cairan yang masuk dan ke luar setiap hari selalu seimbang, tidak akan terjadi diare atau defisit
cairan. Tetapi pengeluaran cairan melebihi pemasukan, seperti pada diare akan terjadi defisit
cairan tubuh yang lebih dikenal dengan dehidrasi.

16
Gejala Klinis (2,3)
Mula mula bayi dan anak menjadi cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau
darah. Pada diare oleh karena intoleransi, anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lembung yang
turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita
telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak, berat badan
turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir
dan mulut serta kulit tampak kering.

Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :


- Dehidrasi ringan
- Dehidrasi sedang
- Dehidrasi berat

Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi :


- Dehidrasi hipotonik
- Dehidrasi isotonik
- Dehidrasi hipertonik

Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik
dengan gejala gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan kecil, tekanan
darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen sampai
soporokomatous). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada
asidosis metabolik, tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan
Kussmaul).

Asidosis metabolik terjadi karena :


1. Kehilangan NaHCO3 melalui tinja
2. Ketosis kelaparan

17
3. Produk produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oliguria atau
anuria).
4. Berpidahnya ion Na dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel
5. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).

Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponetremia) yaitu kadar Na dalam plasma < 130 mEq/l,
dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar Na dalam plasma 130 150 mEq/l,
sedangkan dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar Na dalam plasma > 150 mEq/l.

Pemeriksaan Laboratorium (2,3)


1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila diduga
intoleransi gula.
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut
ASTRUP (bila memungkinkan).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama bila ada kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif
dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.

Komplikasi (2)
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipotokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektrokardiogram).
4. Hipoglikemi.

18
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan villi
mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami
kelaparan.

Penyakit Penyerta pada Diare (1)


1. KKP (Kurang Kalori Protein).
KKP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi makanan dan infeksi alat
pencernaan. Sebaliknya diare akan menyebabkan absorbsi makanan terganggu dan
berkurang sehingga akan menyebabkan bertambah beratnya derajat KKP penderita.
2. Infeksi sistemik
Seperti alat pernafasan, morbili, dan sebagainya. Selain dapat menyebabkan suhu penderita
meningkat juga dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.
3. Kejang
Sebagian penderita diare dapat disertai kejang baik sebelum atau sesudah dehidrasi terjadi
penyebabnya antara lain kejang demam, gangguan elektrolit (terutama hipernatremi),
hipoglikemi dan ensefalitis.

Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat).
2. Dietetik (pemberian makanan).
3. Obat obatan.

Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni


1. Jenis cairan
a. Cairan rehidrasi oral: oralit, larutan gula garam, dan sebagainya.
b. Cairan parenteral: RL, DG aa (1 bagian lar. Darrow 1 bagian larutan
Glukosa 5 %), DG 1 : 2, dan lain lain.
2. Jalan pemberian cairan

19
a. Per oral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum
serta kesadaran baik.
b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau
minum atau kesadaran menurun.
c. Intravena untuk dehidrasi berat dan kegagalan terapi rehidrasi oral
Sejumlah pasien dengan dehidrasi ringan / sedang tidak dapat diobati secara memadai
dengan oralit melalui mulut. Penderita ini harus diberikan terapi IV.

Penderita dengan terapi oral biasa gagal karena :


1. Tingginya tingkat kelahiran cairan (seringnya buang air besar dalam tinja caira
dengan jumlah yang banyak).
Beberapa penderita dengan tingkat kehilangan cairan yang tinggi mungkin tidak bisa
minum cukup oralit untuk menggantikan kehilangan cairan yang berkelanjutan
sehingga keadaan dehidrasi makin buruk. Beberapa penderita harus diobati selama
beberapa jam dengan cairan IV sampai tingkat kehilangan cairan berkurang.

2. Muntah terus menerus


Kadang kadang muntah yang berulang ulang menghambat berhasilnya rehidrasi
oral. Jika tanda tanda dehidrasi tidak membaik atau makin memburuk, terapi IV
diperlukan sampai muntahnya hilang. Muntah biasanya hilang ketika air dan
elektrolit terganti.

3. Ketidakmampuan untuk minum


Beberapa penderita tidak dapat minum oralit dalam jumlah yang tepat karena sakit
atau radang pada mulut (contoh : campak, sariawan dan herpes), karena kelelahan
atau mengantuk karena obat (seperti antiemetik atau obat antimotilitas). Terapi IV
atau terapi nasogastrik diperlukan untuk penderita ini.

4. Perut kembung atau ileus


Jika perut mulai kembung, oralit harus diberikan lebih lambat. Jika kembung
bertambah atau jika ada bising usus, terapi IV diperlukan. Ileus paralitik (hambatan
mobilitas isi perut) mungkin alasan kembung perut. Gejala ileus paralitik

20
disebabkan oleh obat yang mengandung candu (kodein, loperamide), hipokalemia
atau keduanya.

5. Malabsorpsi glukosa
Kegagalan penyerapan glukosa yang bermakna secara khas adalah tidak biasa
selama diare akut. Tetapi bila hal ini terjadi penggunaan oralit dapat menyebabkan
bertambahnya diare dengan sejumlah besar glukosa yang tidak diserap dengan tanda
tanda dehidrasi yang memburuk atau tes menunjukkan terdapat sejumlah besar
glukosa pada tinja. Anak juga menjadi sangat haus. Cairan IV harus diberikan
sampai diare hilang.

3. Jumlah cairan

Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL

PWL = Previous Water Loss (ml/kgBB)


(Jumlah cairan yang hilang, biasanya berkisar 5 15 % dari BB (ml / kgBB).
NWL = Normal Water Loss (ml / kgBB)
(Terdiri dari urin + jumlah cairan yang hilang melalui penguapan pada kulit dan pernafasan).
CWL = Concomitant Water Loss (ml / kgBB)
(Jumlah cairan yang hilang melalui muntah dan diare, kira kira 25 ml / kgBB / 24 jam).

Derajat
PWL NWL CWL Jumlah
Dehidrasi
Ringan 50 100 25 175

Sedang 75 100 25 200

Berat 125 100 25 250

JADWAL (KECEPATAN) PEMBERIAN CAIRAN


a. Belum ada dehidrasi
- Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang air besar.

21
- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam.
b. Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama : 25 50 ml / kgBB per oral / intragastrik
- Selanjutnya : 125 ml / kgBB / hari atau ad libitum
c. Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama : 50 100 ml / kgBB per oral / intragastrik.
- Selanjutnya : 125/ml/kgBB/hari atau ad libitum

d. Dehidrasi berat
Untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan BB 3 10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 13 tts/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)
- 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/jam atau 4 tts/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)
- 16 jam berikutnya : 3 tts/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)

Cara lain adalah :


- 4 jam I diberikan 1/3 dari kebutuhan cairan yang telah diperhitungkan (6 x BB tts/mnt).

- 20 jam II diberikan sisanya (3 x BB tts/mnt).

DERAJAT DEHIDRASI BERDASARKAN SISTEM PENGANGKAAN MAURICE


KING, 1974

Bagian tubuh yang


0 1 2
harus diperiksa
Keadaan umum Sehat Gelisah, lekas marah atau Mengigau, koma atau
apatis, mengantuk/lunglai syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Ubun ubun Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan membiru
Denyut nadi Normal 120 140 > 140

22
Catatan : Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1, 2 sesuai dengan
tabel kemudian dijumlahkan.
Nilai 0 2 = dehidrasi ringan
Nilai 3 6 = dehidrasi sedang
Nilai 7 12 = dehidrasi berat

TABEL PENENTUAN DERAJAT DEHIDRASI MENURUT WHO, 1980 (1,3)

TANDA
RINGAN SEDANG BERAT
DEHIDRASI
1. Keadaan umum & kondisi
Mengantuk, lemas,
Haus, gelisah atau
Haus, sadar, ekstermitas dingin,
Bayi dan anak kecil letargi tapi
gelisah berkeringat, sianotik,
iritabel
mungkin koma
Biasanya sadar, gelisah,
Haus, sadar, ekstremitas dingin,
Anak lebih besar dan Haus, sadar,
merasa pusing berkeringat dan
dewasa gelisah
pada perubahan sianotik, kulit jari jari
tangan dan kaki keriput
Normal (frek. Cepat, halus, kadang
2. Nadi radialis Cepat dan lemah
& isi kadang tidak teraba
3. Pernafasan Normal Dalam Dalam dan cepat
4. UUB * Normal Cekung Sangat cekung
Pada
pencubitan
5. Elastisitas kulit* Lambat Sangat lamban > 2 detik
kembali
segera
6. Mata * Normal Cekung Sangat cekung
7. Air mata Ada Kering Sangat kering
8. Selaput lendir Lembab Kering Sangat kering
Tidak ada urin untuk
9. Pengeluaran
Normal Berkurang beberapa jam, kandung
urin*
kencing kosong
10. TD sistolik Normal Normal, rendah < 80 mmlHg
11. Pasien kehilangan
45% 69% > 10 %
BB
Prakiraan kehilangan 40 50
60 90 ml/kg 100 110 ml/kg
cairan ml/kg
Keterangan:
* Terutama berguna pada bayi untuk menilai dehidrasi dan memantau rehidrasi.

23
Pegangan untuk menggolongkan penderita termasuk dehidrasi berat, sedang atau ringan adalah :
bila terdapat 2 atau lebih gejala dalam penggolongan tersebut. Dengan catatan selalu
memikirkan resiko yang lebih tinggi, misal terdapat 2 gejala dehidrasi berat dan 5 gejala
dehidrasi sedang, maka penderita tersebut dimasukkan dalam golongan dehidrasi berat. (1)

TABEL PENILAIAN DERAJAT DEHIDRASI PENDERITA (4)

INDIKATOR A B C
Lunglai/latergi,
1. Lihat keadaan umum Baik, sadar * Gelisah, rewel
tidak sadar, lesu
Sangat cekung dan
- Mata Normal Cekung
kering
- Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
- Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
* Malas minum,
Normal, tidak * Haus, minum
- Rasa haus sedikit atau tidak
haus dengan lahap
bisa minum
Kembali Kembali dengan * Kembali dengan
2. Periksa turgor kulit
dengan cepat lambat lambat
Dehidrasi ringan, Dehidrasi berat,
Tanpa jika memiliki 2 / jika memiliki 2 /
3. Hasil pemeriksaan
dehidrasi lebih tanda lebih tanda
termasuk tanda* termasuk tanda *

Pemberian makanan pada penderita diare (1)


Pemberian makanan per oral diberikan setelah anak rehidrasi. Dengan cara ini penyembuhan
pendertita dapat lebih cepat, dan kenaikan berat badan lebih baik walaupun frekwensi diare
bertambah. Pada pelaksanaan dietetik, penderita diare akut dengan dehidrasi perlu diperhatikan
faktor faktor sebagai berikut :
a. Insiden diare pada bayi yang mendapat ASI
b. Pemberian ASI sebaiknya diteruskan walaupun frekwensi intoleransi laktosa tinggi.

Untuk anak < 1 tahun atau berat badan < 7 kg, diberikan ASI dan susu rendah laktosa dan asam
lemak tidak jenuh seperti LLM, Elmiron, bubur susu. Sedangkan untuk anak > 1 tahun dengan
berat badan > 7 kg, diberikan makanan padat atau makanan cair atau susu sesuai dengan
kebiasaan makan di rumah. (2)

24
Buah yang dapat diberikan pada penderita diare adalah pisang, kalori dan pisang adalah 99 kcal
dan kandungan kaliumnya 9,5 mmol/100 gram. Bila ada infeksi terutama diare maka kebutuhan
kalori dan protein bertambah karena meningkatnya katabolisme protein tubuh. Pertumbuhan
kalori dan protein untuk mengejar laju pertumbuhan (catch up growth) membutuhkan kenaikan
kalori sekitar 30 % dan protein sekitar 100 % dari keadaan basal untuk menggantikan kehilangan
selama diare, sedangkan kalium dibutuhkan untuk mengatasi hipokalemi. (1)

Pengobatan Medikamentosa

1. Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan pada semua kasus diare akut karena sebagian
besar penyebab diare akut adalah Rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat
dibunuh oleh antibiotika. Hanya sebagian kecil saja (10 20 %) yang disebabkan oleh
bakteri patogen seperti Vibrio Cholerae, Shigella, ETEC (Entero Toksigenic E. coli),
Salmonella, Campilobakter dan sebagainya yang pada umumnya baru diketahui setelah
dilakukan biakan, sedangkan hasil biakan baru datang setelah diare berhenti. (1)

Antibiotika diberikan jika penyebabnya jelas seperti : (2)


- Kolera diberikan Tetrasiklin 25 50 mg/kgBB/hari
- Campylobakter diberikan Eritromisin 40 50 mg/kgBB/hari
- Bila terdapat penyakit penyerta seperti :
Infeksi ringan (OMA, faringitis) diberikan Penisillin Prokain 50.000 u/kgBB/hari.
Infeksi sedang (bronkitis) diberikan Penisillin Prokain atau Ampisillin 50 mg/kgBB/hari.
Infeksi berat (bronkopneumonia) diberikan Penisillin Prokain dengan Kloramphenikol 74
mg/kgBB/hari atau Ampisillin 75-100 mg/kgBB/hari ditambah Gentamisin 6
mg/kgBB/hari atau derifat Sefalosporin 30 50 mg/kgBB/hari.

2. Anti Diare
Obat obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti
antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstrak beladona, codein, morfin, dsb)
justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen
usus, dilatasi usus, melipatgandakan pembiakan bakteri (over growth), gangguan digesti dan
absorpsi lainnya. Obat ini hanya berkhasiat menghentikan peristaltik usus saja tetapi justru
25
akibatnya sangat berbahaya karena baik pemberi obat maupun penderita akan terkelabui.
Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi
bertambah berat yang akhirnya dapat fatal untuk penderita. (1)

3. Absorben
Obat obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pektin, charcoal (norit, tabonal),
Bismuth Subsalisit, dan sebagainya telah dibuktikan tidak ada manfaatnya. Obat obat
stimulan seperti adrenalin, nikotinamit dan sebagainya tidak akan dapat memperbaiki syok
atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya adalah kehilangan cairan (syok hipovolemik).
Pengobatan yang paling tepat ialah pemberian cairan secepatnya. (1)

4. Anti Emetik
Obat anti emetik seperti klorpromazin (largaktil) terbukti selain untuk mencegah muntah
dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan melalui tinja. Pemberian dalam dosis kecil (
0,5 1 mg/kgBB/hari) terutama penderita yang disertai muntah muntah hebat dapat
diberikan. Obatanti piretik seperti preparat salisilat (Asetol, Aspirin) dalam dosis rendah (25
mg/kgBB/hari) ternyata selain berguna untuk menurunkan panas yang terjadi sebagai akibat
dehidrasi atau panas karena infeksi penyerta, juga dapat mengurangi sekresi cairan yang
keluar melalui tinja.(1)

5. Dietetik
Memuasakan anak yang menderita diare akut hanya akan memperpanjang durasi diarenya.
Air susu ibu harus diteruskan pemberiannya. Pada bayi yang telah mendapat susu formula,
susu formula bebas laktosa hanya diberikan kepada bayi yang mengalami dehidrasi berat
dan bayi yang secara klinis memperlihatkan intoleransi laktosa berat dan diarenya
bertambah pada saat diberikan susu. Susu tersebut dapat diberikan selama 1 minggu.
Intoleransi laktosa umumnya bersifat sementara akibat adanya kerusakkan mukosa usus.
Aktivitas laktase akan kembali normal begitu epitel mukosa usus mengalami regenerasi.
Gejala intoleransi laktosa mencakup diare cair profus, kembung, sering flatus, sakit perut,
kemerahan di sekitar anus dan tinja berbau asam.(5)
Secara singkat, tatalaksana diare pada anak dikenal dengan istilah Lintas Diare(5,6):
Lintas diare :
1. Berikan oralit
26
2. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan ASI-makan

4. Berikan antibiotik secara selektif

5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Editor A. H.
Markum dkk, BP FKUI. Jakarta, 1996 : 448 446.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I,
Editor Husein Alatas dan Rusepno Hasan, BP FKUI, Jakarta, 1985 : 283 : 312.
3. Gastroenterologi Anak Praktis : Editor Suharyono, Aswitha Boediarso, EM. Halimun, BP
FKUI, Jakarta, 1988 : 51 69.
4. Modul Diklat Jarak Jauh Keterampilan Klinik Diare.
5. Hegar, Badriul. 2014. Bagaimana Menangani Diare pada Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Departemen Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta : IDAI.
6. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI. 2011.
Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
7. World Health Organization. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta : IDAI.

28

Anda mungkin juga menyukai