Anda di halaman 1dari 3

ANTISIPASI KEMACETAN ARUS MUDIK LEBARAN :

BELAJAR DARI BREXIT


Adji Krisbandono1

Fakta Mudik Lebaran 2016

H ingga saat ini belum ada data resmi dari Kementerian Perhubungan mengenai berapa
angka pasti jumlah pemudik tahun 2016. Namun demikian, jumlah pemudik diprediksi
mencapai 17.698.484 orang, atau meningkat 1,69% dibanding tahun lalu sebanyak 17.404.575.
Meskipun Pemerintah (Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPR, POLRI, PT. KAI, PT.
ASDP, PT. PELNI, PT. Angkasa Pura, PT. Jasa Marga, dll) sudah melakukan berbagai
persiapan untuk mengantisipasi permasalahan selama mudik 2016, pada kenyataannya masih
terdapat banyak permasalahan yang terjadi, bahkan dapat dikategorikan semakin parah. Media
memberitakan kemacetan luar biasa di Exit Tol Brebes Timur (atau biasa dikenal dengan
Brexit) hingga berujung hilangnya nyawa pemudik.
Karena persoalan lebaran menjadi tugas banyak pihak, artikel ini ditulis untuk memberikan
sumbang saran, terutama bagi Pimpinan Kementerian PUPR, agar dapat mengantisipasi
kemacetan saat arus mudik/balik lebaran berikutnya.

Solusi Antisipasi Kemacetan Lebaran


Prediksi Kementerian Perhubungan menyebutkan bahwa 1 dari 4 pemudik memilih
menggunakan moda transportasi darat; bukan bus, tetapi kendaraan pribadi, baik mobil
maupun motor! Hal ini diperkuat dengan data Gaikindo yang menunjukkan peningkatan jumlah
kepemilikan kendaraan di Jakarta sebesar 12.000 pertahun. Catatan juga menunjukkan bahwa
pemudik yang menggunakan bus turun sebesar 2,6% dibanding tahun lalu.
Parahnya kemacetan akibat antrian panjang di Brexit hingga sepanjang 22 km menyebabkan
pengendara mobil pribadi (dan angkutan umum) kehabisan BBM, bahkan sampai merenggut 12
korban jiwa. Meskipun Kepala Dinas Kesehatan Kab. Brebes menegaskan bahwa penyebab
kematian adalah karena penyakit yang diidap sebelumnya. Namun fakta ini sudah mencoreng
nama Pemerintah.
Belajar dari Brexit yang dianggap neraka bagi para pemudik, maka beberapa catatan berikut
diusulkan agar saat arus mudik/balik lebaran berikutnya tidak terjadi lagi kemacetan parah :
Brexit merupakan bagian dari proyek jalan tol Pejagan Pemalang yang seharusnya tidak
terburu buru diresmikan Presiden Joko Widodo awal Juni kemarin. Tol Pejagan
Pemalang sedianya dibagi menjadi 4 (empat) seksi, yaitu Seksi I (Pejagan Brebes Barat),
Seksi II (Brebes Barat Brebes Timur), Seksi III (Brebes Timur Tegal), dan Seksi IV
(Tegal Pemalang). Namun sayangnya, baru 1 (satu) fasilitas rest area yang disediakan
sepanjang Seksi I dan II di KM 250. Inipun tanpa SPBU. Tidak hanya itu, sebelumnya
sepanjang 35 KM ruas Kanci Pejagan juga tidak ditemui rest area. Alhasil antrian panjang
kendaraan juga disebabkan karena kehabisan BBM.

1
Penulis adalah Peneliti Perkotaan dan Regional, Pusat Litbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi, Badan
Litbang, Kementerian PUPR.
Untuk itu, Pengelola Tol harus memperbanyak jumlah rest area dengan fasilitas yang
memadai. Sediakan space yang luas untuk parkir dan beristirahat, SPBU 24 jam, layanan
toilet yang bersih dan gratis, sarana beribadah dan posko kesehatan, serta food court yang
higienis.
Bahu jalan harus steril untuk mobilitas darurat/emergency exit (ambulance, pemadam
kebakaran, truk BBM, kendaraan mogok, dll). Jika terjadi kemacetan panjang seperti saat
arus mudik kemarin, bahu jalan harus dapat dilalui untuk melarikan pemudik yang sakit ke
RS terdekat secepat mungkin. Selain itu bahu jalan akan mengangkut BBM untuk dibagikan
secara delivery/dalam kaleng kemasan atau di-supply ke SPBU di rest area terdekat;
Pertamina harus memastikan kontinuitas supply BBM ke seluruh SPBU agar para pemudik
tidak lagi kekurangan BBM.
Para pemudik agar memastikan kondisi fisik/kesehatan pengemudi dan kendaraan dalam
keadaan prima. Pengemudi juga harus mengecek BBM kendaraan dalam kondisi full setiap
kali singgah di SPBU;
Pembulatan tarif tol, menyediakan uang pas, atau menggunakan e-toll card untuk
mempercepat proses transaksi di gerbang tol. Bila perlu, saat puncak arus balik dan antrian
di gerbang tol sudah mengular (misal lebih dari 5 km2), tidak dikenakan biaya sama sekali
(selisih tarif dibebankan pada APBN Kementerian PUPR);
Disamping mempercepat penyelesaian jalan tol Pejagan Pemalang Seksi III dan IV,
disarankan agar membagi jalur pendekat (approaching lanes) menuju gerbang tol Brexit
(demikian halnya di exit Tegal dan Pemalang). Gerbang tol dibangun berjauhan antara
gerbang tol di lajur pertama dengan kedua (masing masing minimal 4 gerbang tol).

Ilustrasi Strategi Mengurangi Penumpukan Kendaraan di Exit Gerbang Tol

2
Standar Pelayanan Minimal mengharuskan petugas gerbang tol melayani transaksi dalam waktu kurang dari 7
detik. Jika lebih dari SPM ini, maka setiap detiknya akan mengakibatkan antrian 10 20 m.
Untuk memecah traffic flow yang akan masuk ke Jalur Tol Utama (Cipularang, Cipali),
Pengelola Tol disarankan agar memberikan diskon tarif bagi pemudik yang
berangkat/kembali sebelum puncak arus mudik/balik;
Para pemudik disarankan mengambil jalur alternatif Selatan3. Pastikan seluruh jaringan
jalan telah terhubung dengan baik, dalam kondisi mantap, didukung rambu, marka, dan
lampu penerangan jalan yang memadai, serta tidak ada penyempitan/bottleneck yang dapat
menyebabkan hambatan/konflik lalu lintas seperti persimpangan, perlintasan kereta, arus
lalu lintas lokal, dsb. Dishub setempat harus melokalisir lalu lintas lokal (pasar tumpah, non-
motorized vehicles, menyediakan jembatan penyeberangan orang, termasuk para pemudik
yang menggunakan motor) di sepanjang jalur Selatan agar tidak mengganggu traffic flow
kendaraan yang dari/menuju Jakarta;
Perusahan Otobus (PO), PT. KAI, PT. ASDP dan perusahaan angkutan umum lain agar
memberikan diskon tarif atau insentif lain (free lunch/dinner on board) bagi pemudik yang
menggunakan angkutan umum (selisih tarif dibebankan pada APBN Kementerian
Perhubungan). Selain itu, untuk menjamin kelancaran traffic flow, Dishub setempat agar
menyediakan angkutan feeder for free dari Terminal, Stasiun, dan Pelabuhan menuju pusat
kota agar mobilitas pemudik yang tidak menggunakan kendaraan pribadi dapat diakomodir.

Penutup
Disadari bahwa transportasi merupakan suatu kesatuan sistem yang tidak dapat terpisahkan
antara sarana dengan prasarananya, maka penanganan parsial serta temporal tidak akan
menyelesaikan persoalan mudik secara permanen. Perbaikan/peningkatan kapasitas sarana
dan prasarana tanpa dibarengi non structural measures berupa pemanfaatan teknologi untuk
mempercepat transaksi di gerbang tol, rekayasa lalu lintas yang dikomandani Dishub dan
Korlantas, dsb. tak akan membuahkan hasil maksimal. Intinya, bekerja secara holistik, lintas
moda, lintas sektor, lintas wilayah, dan manfaatkan kecanggihan teknologi!
Membludaknya jumlah pemudik, terlebih yang menggunakan kendaraan pribadi, seyogyanya
turut diimbangi dengan kesigapan Pengelola Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Kereta Api untuk
meningkatkan kualitas layanan, serta memperbanyak jumlah moda dan frekuensi perjalanan.
Jika langkah-langkah tersebut telah dilakukan dengan maksimal, diharapkan pemudik yang
semula menggunakan kendaraan pribadi akan beralih ke angkutan umum. Dengan upaya
upaya tersebut, maka mobilisasi pemudik dari dan ke kampung halaman akan berjalan lancar,
bahkan tanpa perlu menimbulkan kecelakaan yang fatal atau korban jiwa.

*****

3
Opsi ini juga dipilih juga dalam rangka menggerakkan ekonomi di sepanjang jalur Selatan.

Anda mungkin juga menyukai