Anda di halaman 1dari 2

Denpasar, 17 Januari 2013

Kepada

Yth. Pemerintah Provinsi Bali

Jl. Kapten Cok Agung Tresna, Renon Denpasar

Di Tempat

Perihal : Penyampaian Legal Opinion

LEGAL OPINION

(PENDAPAT HUKUM)

Dengan Hormat,

Merujuk pada wacana Pemerintah Provinsi Bali untuk mengatur tajen dengan Perda pada
tahun 2008, Kami Kantor Hukum SEKARWANGI SARASWATI, S.H. AND PARTNERS
LAW FIRM menyampaikan Legal Opinion sebagai berikut :

A. Kasus Posisi :
Pada tahun 2008 Pemerintah Provinsi Bali mewacanakan untuk mengatur tajen ke
dalam Perda. Berkaitan dengan wacana tersebut, pertama yang harus diperhatikan
yakni hubungan antara tajen dengan tabuh rah. Tajen dan Tabuh rah memiliki
perbedaan yang mendasar meskipun sama-sama sabung ayam, tajen merupakan
bentuk hiburan yang lekat dengan kegiatan judi sedangkan tabuh rah adalah murni
kegiatan ritual keagamaan. Kegiatan sabung ayam sebagai bentuk perjudian tidak
dibenarkan menurut KUHP. Selain itu uang menjadi salah satu faktor utama yang
menyebabkan tajen masih ada. Dalam judi tajen konteks pengertian fungsi simbolik
uang tanpa disadari telah mengalami pergeseran makna ketika uang dijadikan alasan
untuk resistensi kolektifitas mebanjar. Judi tajen dianggap sah dan dipertahankan
karena dianggap penting dalam rangkaian ritual agama.
Sabung ayam dapat dikatakan judi apabila ada unsur pidananya, unsur pidana
tersebut antara lain :
1. Sabung ayam tersebut merupakan suatu permainan
2. Dalam permainan tersebut ada harapan untuk menang atau mengadu nasib
yang sifatnya untung-untungan
3. Tidak ada ijin dari yang berwenang
4. Ada taruhan.
Sabung ayam dikatakan judi apabila :
1. Sabung ayam dilaksanakan lebih dari tiga saet (telung perahatan)
2. Tidak dilengkapi dengan adu aduan kemiri, telur dan kelapa
3. Tidak disertai upakara yadnya
4. Ada taruhan, dengan harapan untuk menang
5. Tidak ada ijin dari pemerintah.
Sabung ayam dikatakan tabuh rah apabila :
1. Sabung ayam dilaksanakan 3 saet (telung perahatan)
2. Sabung ayam dilengkapi dengan adu-aduan kemiri, telur dan kelapa
3. Disertai dengan Upakara yadnya
4. Ada toh dedamping tidak bermotif judi melainkan sebagai perwujudan
ikhlas untuk upacara.

Anda mungkin juga menyukai