Anda di halaman 1dari 4

EFEKTIVITAS MADU DALAM MENGATASI DIABETES MELITUS TIPE II

Jenis Terapi

Pemberian madu dengan Kondisi hiperglikemi pada Diabtes mellitus tipe 2

Cara Pengelolaan

Madu dengan dosis tertentu dilarutkan dalam air minum kemudian diberikan dua kali sehari
sebelum makan. Madu dengan dosis yang sama juga dapat dipakai sebagai pengganti gula.
Tujuan melarutkan madu di dalam air adalah untuk meningkatkan sifat anti mikroba serta agar
mudah ditelan (Abdulrhman, 2016).

Penyesuaian dosis dapat dilakukan dengan dosis dasar 2 g/kg/hari kemudian di kalikan dengan
berat badan misalnya diasumsikan 75 kg yaitu sekitar 150 g (125ml) madu setiap hari. Dengan
perbandingan 1: 3. Madu dapat dikonsumsi dua kali sehari dan sisanya dapat digunakan sebagai
tujuan pemanis (Abdulrhman, 2016).

Pembahasan

Madu merupakan zat kental manis berasal dari lebah yang memiliki karakteristis fisik, fisiologis
dan kimia. Madu telah digunakan sejak lama sebagai pelengkap minuman dan penyedap rasa
serta sebagai obat yang dikenal memiliki nilai gizi dan efek terapeutik (Ismail et al., 2015 dalam
Moe a, et al., 2017)

Kandungan penting di dalam madu meliputi monosakarida, glukosa, fruktosa, disakarida,


maltose dan sukrosa, selain itu madu juga mengandung asam amino, vitamin B, vitamin C,
niasin, asam folat, mineral, zat besi, zinc dan antioksidan. Madu umumnya digunakan sebagai
antiinflamasi, anti-oksidan dan agen anti-bakteri (David Ball, 2007;. Fatimah et al, 2013 dalam
Moe a, et al., 2017).

Karbohidrat yang terdiri dari fruktosa dan glukosa merupakan kandungan yang terbanyak dari
madu. Fruktosa merupakan gula paling manis yang memiliki rumsan kimia mirip seperti glukosa.
Fruktosa secara alami terdapat di dalam buah-buahan termasuk jaga madu. (Amalia, 2015).

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi fruktosa dalam
jumlah yang banyak dapat menimbulkan efek negative bagi tubuh tetapi tidak dengan pemberian
dalam jumlah yang cukup. Efek yang menguntungkan dari pemberian fruktosa dengan jmlah
yang cukup yaitu sebagai antidiabetes atau hipoglikemik madu. Fruktosa telah terbukti
meningkatkan fosforilasi glukosa hepatik melalui aktivasi glukokinase, dan menghambat
glikogenolisis melalui penekanan fosforilase. Fruktosa dalam madu dapat meningkatkan
penyerapan glukosa hepatik juga sintesis dan penyimpanan glikogen sehingga meningkatkan
kontrol glikemik pada diabetes mellitus. Fruktosa juga menyebabkan peningkatan postpandrial
yang lebih kecil pada glukosa plasma dan insulin bila dibandingkan dengan karbohidrat lainnya.
Pengurangan 13% glukosa plasma pada DM tipe I dan DM tipe II dapat dilakukan dengan
mengganti jenis karbohidrat menjadi fruktosa. Fruktosa tidak merangsang sekresi insulin dari sel
beta pankreas, sehingga konsumsi makanan dan minuman yang mengandung fruktosa
menghasilkan sekresi insulin postpandrial lebih kecil dibandingkan mengkonsumsi karbohidrat
yang mengandung glukosa (Amalia, 2015).

Anti oksidan pada madu seperti katalase, asam askorbat, asam fenolat, derivat karotenoid, asam
organik, produk reaksi Maillard, asam amino, protein, dan juga flavonoid dipercaya memiliki
efek anti diabetes. Flavonoid memiliki efek antidiabetik yaitu dapat memodulasi metabolisme
lipid, glukosa abnormal, memperbaiki resistensi insulin perifer dan mengurangi komplikasi
diabetes yang disebabkan oleh abnormalitas profil lipid dan resistensi insulin.Aksi flavonoid
yang bermanfaat pada diabetes mellitus adalah melalui kemampuannya untuk menghindari
absorpsi glukosa atau memperbaiki toleransi glukosa. Lebih lanjut flavonoid menstimulasi
pengambilan glukosa pada jaringan perifer, mengatur aktivitas dan ekspresi enzim yang terlibat
dalam jalur metabolism karbohidrat dan bertindak menyerupai insulin, dengan mempengaruhi
mekanisme insulin signaling. Efek anti oksidan madu menjadikannya sangat bermanfaat dalam
manajemen diabetes mellitus (Amalia, 2015).

Abdulrhman et al. (2013a, 2013b) dalam Moe a, et al. (2017) meneliti efek metabolic dari 3
bulan konsumsi madu pada pasien diabetes tipe 1 menemukan bahwa penurunan glukosa serum
puasa, trigliserida serum, kolesterol total, low-density lipoprotein dan ditandai peningkatan puasa
C-peptida dan 2 jam postprandial C-peptida dengan konsumsi jangka panjang madu
menyebabkan penurunan yang signifikan pada glukosa puasa serum, 2 jam postprandial melalui
operator glukosa serum, trigliserida serum dan HbA1C. uji klinis ini memberikan bukti bahwa
konsumsi berkepanjangan madu memiliki dampak positif pada ketidakseimbangan metabolisme
tipe 1 diabetes mellitus.

Beberapa penelitian juga telah mebuktikan bahwa madu dapat memperbaiki dislipidemia yang
merupakan salah satu penyebab penyakit jantung coroner (PJK) melalui peningkatan produksi
insulin oleh sel pancreas. Proposisi ini didukung oleh bukti kuat dari studi sebelumnya. Beberapa
efek menguntungkan dari madu pada insulin telah dilaporkan pada beberapa subyek manusia.
Demikian pula, madu telah terbukti meningkatkan kadar insulin serum di streptozotocin yang
diinduksikan pada tikus diabetes dan C-peptida (peptide dibebaskan dari -cells selama
pembelahan insulin dari proinsulin) pada pasien diabetes. Selain itu, madu telah terbukti untuk
melindungi pankreas terhadap stres oksidatif (Erejuwa, et al., 2016)

Menurut penelitian konsumsi madu pada penderita diabetes mellitus tipe II pada bulan ramadhan
menunjukkan bahwa semua pasien yang menyelesaikan uji coba satu tahun-klinis mampu
berpuasa pada bulan Ramadhan tanpa mengembangkan rasa dehidrasi. Puasa selama bulan
Ramadhan melibatkan pantang dari makanan dan air selama dua belas jam atau lebih pada siang
hari dari pagi sampai sore. Terutama selama periode poliuria, pasien minum air dalam jumlah
besar. Mereka diinstruksikan untuk tidak mengurangi asupan air yang dikatakan dapat
meningkatan frekuensi buang air kecil (Abdulrhman, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Meo a, S. A., Ansari b, M. J., Sattar , K., Chaudhary, H. U., e, W. H., & Alasiri, S. (2017). Honey
and diabetes mellitus: Obstacles and challenges Road to be repaired. Saudi Journal of
Biological Sciences, 1-5.

Abdulrhman, M. A. (2016). Honey as a Sole Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus.


Endocrinology & Metabolic Syndrome Vol 5 (2), 1-21.

Amalia, F. (2015). THE EFFECT OF HONEY IN DIABETES MELLITUS. J Majority Vol 4 (2),
1-6.

Erejuwa, O. O., Nwobodo, N. N., Akpan, J. L., Okorie, U. A., Ezeon, C. T., Ezeokpo, B. C., . . .
Sulaiman , S. A. (2016). Nigerian Honey Ameliorates Hyperglycemia and Dyslipidemia
in Alloxan-Induced Diabetic Rats. Nutriens Vol 8 (95), 2-14.

Anda mungkin juga menyukai