TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kader
2.1.1. Pengertian dan Tugas Kader
Secara umum kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam
kesehatan.
Kader adalah seorang atau tim sebagai tenaga Posyandu yang berasal dari dan
dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberi tugas serta
Balita dan memfasilitasi kegiatan lain (Pemprof NAD, 2006). Keriteria kader
hanya membantu di dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar, untuk itu perlu
adanya pembagian tugas yang di emban padanya, baik menyangkut jumlah maupu
jenis pelayan.
Posyandu.
d. Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi buku
register Posyandu.
Misalnya memberikan Vitamin A, pemberian tabelt zat besi, oralit, pil KB,
petugas kesehatan.
1. Bayi
2. Anak Balita
3. Ibu Hamil
4. Ibu Menyusui
3. D : Jumlah balita yang datang dan ditimbang pada hari buka Posyandu
naik.
Melihat tugas-tugas kader di atas maka dapat di ketahui bahwa program UPGK yang
Posyandu.
Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan kader dewasa ini adalah
tingginya angka drop out kader. Persentase kader aktif secara nasional adalah 69,2%,
Posyandu sebagai tugas yang diembankan kepadanya. Kegiatan ini akan berjalan
dengan baik jika didukung dengan fasilitas yang memadai. Fasilitas yang disediakan
hendaknya harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan
serta ada tersedianya waktu, tempat yang tepat, sesuai dan layak untuk menunjang
pencapaian tujuan (out put) dalam proses suatu kegiatan di pengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu :
a. Perencanaan ( planning )
b. Pengorganisasian ( Organizing )
c. Pelaksanaan ( Actuating )
d. Pengawasan ( Controling )
Menurut Gibson dkk (1996), bahwa kinerja individu dapat diartikan sebagai
perilaku dan prestasi kerja individu yang dipengaruhi oleh variabel individu, variabel
dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan
individu. Dalam hal ini ada tiga variabel yang dikemukakan, yaitu (Robbins, 2002):
a. Daya tarik : Pentingnya individu mengharapkan out come dan penghargaan yang
tertentu). Disebut pula bahwa motif memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari yang
terendah sampai tertinggi. Motif terendah adalah kebutuhan psikologis seperti makan,
minum, seks dan sebagainya. Diatas kebutuhan dasar adalah kebutuhan aman,
kebutuhan akan rasa disukai dan menyukai, kebutuhan akan kedudukan dan status,
dan yang tertinggi adalah kebutuhan akan meningkatkan peran serta diri atau
pengabdian. Rasa pengabdian sesungguhnya dimiliki oleh orang yang telah mencapai
kebutuhan tinggi.
Menurut para ahli dan beberapa peneliti tentang kader antara lain Hartono
(1978) dan Sumardilah (1985) di Kebayoran Baru Jakarta menemukan ciri-ciri kader
yang aktif adalah berumur 25-34 tahun, ibu rumah tangga, tidak bekerja, pendidikan
tamat SLTP sederajat, mempunyai rasa tanggung jawab dalam tugasnya, dapat
berada, dan mempunyai motivasi yang positif. Selain itu Nilawati (2008) di Aceh
selatan pada penelitian tentang keaktifan kader menemukan bahwa usia 21-30 tahun
Ries dan Elder (2000) melaporkan adanya kasus drop out dan rendahnya
Mereka lebih suka mencari pekerjaan yang lain di industri / pabrik sekaligus
membantu keluarga dari lilitan ekonomi. Scrimshaw (1992) mengatakan selain itu
pengetahuan dan ketrampilan kader dalam melakukan tugasnya. Hal yang dianggap
paling sulit oleh kader adalah menginterprestasikan grafik KMS dan memberikan
kesehatan dan kader, serta lintas program dan lintas sektoral yang terkait diluar
b. Kader yang bersifat tenaga sukarela tidak dapat melaksanakan aktifitasnya secara
rutin
e. Buku petunjuk pedoman (manual) Posyandu yang belum tersebar secara merata
Hasil penelitian ini hampir sama dengan apa yang dijumpai di Kecamatan
Langsa Baro Kota Langsa, dimana dari survei awal peneliti ditemukan bahwa
dukungan dan peran serta dari tokoh masyarakat akan perkembangan Posyandu
pada Puskesmas.
1. Umur
Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak mulai lahir sampai dengan
suatu kegiatan ataupun aktifitas. Menurut Nilawati (2008) menyatakan bahwa kader
yang muda lebih banyak memberikan kotribusi semangat, motivasi, dan inovasi
membantu masyarakat.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh dan
dimiliki oleh seorang kader dan mendapatkan bukti kelulusan yang diakui oleh
negara. Selain itu pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari
suatu proses dengan tujuan utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah tugas utama atau kegatan rutinitas yang dimiliki oleh seorang
membuat ibu lupa terhadap tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya.
Sebaiknya seorang kader Posyandu itu tidak memiliki pekerjaan yang tetap, dan
mempunyai pengalaman yang lama menjadi kader dan tidak adanya pergantian kader
Disamping itu terlihat bahwa terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dan
keaktifan sebagai kader, misalnya saja seorang ibu yang dengan kesibukan tertentu
perempuan secara syah dipandang dari segi agama dan tata negara yang dibuktikan
dengan surat nikah yang dikeluarkan oleh instansi yang ditunjuk pemerintah. Status
1. Pelatihan
Menurut Frank Sherwood dan Wallace dalam Moekijat (1988) pelatihan adalah
future work throught the development of appropriate habits of thought and action,
sill, knowladge and attitudes ( Pelatihan adalah proses membantu pegawai untuk
memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarag atau yang akan datang
secara rasional.
mempersiapkan kader agar mau dan mampu berperan serta dalam melaksanakan
keterampilan kader yang diperlukan harus disesuaikan dengan tugas mereka dalam
1992).
2. Pembinaan
Pembinaan merupakan suatu kegiatan berkala dengan tujuan agar kader dapat
melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan tugasnya dan tercapainya tujuan dari
Pembinaan ini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain rapat
koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas, kepala desa,
TP.PKK, dan BKKBN) yang bertujuan untuk membahas kemajuan dan kendala yang
dihadapi kader, kunjungan bimbingan dan fasilitas yang bertujuan untuk melihat
meliputi sarana (bangunan) dan prasarana pendukung (timbangan berat badan, alat
ukur tinggi/panjang badan, buku registrasi, buku KIA, KMS, dll) didalam melakukan
1. Penghargaan
yang diberikan baik dari pimpinan maupun kelompok. Penghargaan tersebut dapat
Salah satu pengaruh yang paling kuat atas prestasi seseorang didalam
melakukan suatu kegiatan adalah adanya imbalan. Selain itu imbalan ataupun
penghargaan dapat pula dijadikan sebagai daya tarik didalam merekrut anggota
sebuah organisasi. Karena dengan adanya perhatian tersebut menangarah kepada rasa
2. Dukungan
yang diberikan dan dirasakan oleh orang lain atau kelompok. Menurut Yusuf (2007)
mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh kader, maka keberhasilan akan
sangat tergantung dari sejauh mana upaya petugas ataupun pihak-pihak terkait
Mengingat UPGK dan posyandu merupakan suatu kegiatan lintas sektoral dan
departemen atau badan yang terlibat. Akan tetapi karena sulitnya tercapai
kesepahaman didalam melakukan kegiatan ini maka sangat diperlukan dukungan dari
muspida dan muspika didalam menjembatani departemen dan badan yang telibat
dalam kegiatan UPGK dan posyandu sehingga tercapai masyarakat yang sehat dan
mandiri.
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) adalah gerakan sadar gizi yang
keluarga dan keadaan lingkungan setempat. Dengan kata lain Usaha Perbaikan Gizi
dalam setiap keluarga di Indonesia. Jadi secara rinci Usaha Perbaikan Gizi Keluarga
anggota keluarga/masyarakat.
c. Merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari hari dan bagian integral dari
Program Usaha Perbaikan Gizi dirintis sejak tahun 1950-an. Dimulai dengan
terbentuknya Panitia Negara MMR (Menu Makanan Rakyat) dan LMR (Lembaga
Makanan Rakyat). Usaha Perbaikan Gizi Keluarga telah ada sejak tahun 1963 di Jawa
Tengah yang disebut ANP (Applied Nutrion Program) dan baru diubah menjadi
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga sejak tahun 1969. Untuk meningkatkan kegiatan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, maka pemerintah memperluas program ini secara
nasional bersifat 2 (dua) bidang, yaitu: lintas sektoral yang melibatkan peran serta
pemerintah. Adapu departemen atau badan yang memegang peran utama di dalam
a. Departemen Kesehatan
b. Departemen Agama
yang meliputi :
a. UPGK Dasar
b. UPGK Lengkap
dsb.
c. UPGK Intensif
Secara garis besar tujuan Usaha Perbaikan Gizi adalah meningkatkan dan
gizi balita. Selain dari tujuan kegiatan UPGK secara umum seperti disebut diatas,
tiap-tiap instansi yang teterlibat mempunyai tujuan khusus sesuai fungsi dan peranan
masing-masing sektor. Sasaran upaya perbaikan gizi adalah seluruh rakyat dengan
di bentuk kader untuk membantu berjalannya program ini. Kader UPGK merupakan
Pada dasarnya kegiatan kader UPGK sama dengan kader Posyandu, dan
umumnya keder Posyandu di desa adalah kader UPGK pula. Hal ini dikerenakan
kegiatan UPGK merupakan satu kesatuan dengan kegiatan yang dilakukan oleh
1. Memberitahukan satu hari sebelumnya semua ibu hamil, ibu menyusui, ibu
3. Melakukan kegiatan Posyandu pada hari yang telah ditentukan sesuai dengan
1. Melaksanakan kunjungan rumah pada anak-anak, ibu hamil, yang dua bulan
berturut-turut tidak datang ke posyandu, balita BGM, balita yang dua bulan
berturut-turut tidak naik berat badannya, balita kegemukan, ibu hamil dan
menyusui yang belum mendapatkan kapsul yodium, dan rumah tidak layak
huni.
UPGK
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang di kelola dan di selenggarakan dari, oleh,
dari UUD 1945, Departemen Kesehatan (DEPKES) pada tahun 1975 menetapkan
sektoral dan lintas program. Perkenalan PKMD ini di awali dengan kesepakatan
Internaional yang di kenal dengan nama Primary Health Care (PHC) seperti yang
maka pada tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan,
yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah yang di sebut dengan nama Pos
penurunan angka kematian ibu dan bayi yang sesuai dengan konsep GOBI-3F
3. Imunisasi
4. Gizi dan
5. Penaggulangan Diare.
Jokjakarta pada tahun 1986 oleh Kepala Negara Repoblik Indonesia bertepatan
dengan pesat, di mana masa keemasan Posyandu terjadi pada era 1980-an. Saat itu
gizi anak balita. Kunci sukses keberhasilan Posyandu tidak terlepas dari peran
penting kader Posyandu itu sendiri. Mereka harus medapatkan training yang cukup
2008).
Pada tahun 1990-an terjadi penurunan yang drastis pada jumlah Posyandu
mendekati 178.157 Posyandu, di mana dalam jumlah tersebut sekitar 50% tidak
peningkatan pengelolaan mutu Posyandu dan pada tahun 2001 Menteri Dalam Negeri
utama dan kegiatan pengembangan / pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah
sebagai berikut :
1. Ibu Hamil
a) Penimbangan berat badan dan pemberian tabelt besi yang di lakukan oleh
pembuluh darah dan pemberian imunisasi tetanus toksoit. Bila tersedia ruang
kelompok ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain
sesuai kesepakatan. Kegiatan kelompok ibu hamil antara lain sebagai berikut:
c. Perawatan payudara
Balita meliputi :
c. Penyuluhan
pemberian kondom dan pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas di
lakukan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan
C. Imunisasi
D. Gizi
bayi, balita, ibu hamil, dan WUS. Jenis pelayanan yang di berikan meliputi
hamil dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tabelt besi dan kapsul yodium
dilakukan antara lain dengan penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang
dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat atau pemberian oralit yang disediakan.
lakukan dengan baik, dalam arti cakupannya di atas 50% serta didukung oleh
sumberdaya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru Posyandu ini harus mendapat
Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah
g. Dll.
bulan, dimana tempat pelaksanaan Posyandu hendaknya tidaklah terlalu jauh dan
satu rumah warga, balai desa / kelurahan, balai RT/RW/dusun atau tempat khusus
ketua, sekertaris dan bendahara. Keriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai
berikut:
masyarakat.
dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader
setiap Posyandu adalah 5 (lima). Jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama
yang dilakukan oleh Posyandu, yakni mengacu pada sistim 5 meja. Adapun yang
Pelayanan yang dilaksanakan pada setiap langkah dan para penanggung jawab
Secara sederhana indikator untuk tiap tingkatan Posyandu dapat diuraikan sebagai
2.4. Hubungan Antara Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga dan kegiatan
Posyandu
masyarakat dengan dukungan berbagai sektor, baik dari departamen maupun badan
pemerintahan.
masyarakat yang di lakukan oleh dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan
sektor yang baik. Untuk menciptakan peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan
kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga maka perlu dilaksanakan strategi KIE
pertumbuhan Berat Badan (BB) anak balita yaitu penimbangan bulanan dengan
c. Penimbangan bulanan adalah kegiatan utama dan ciri khas dari Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga, tanpa adanya kegiatan penimbangan bukan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga.
d. Ada tindak lanjut setelah ditimbang, minimal penyuluhan gizi dan pesan yang
spesifik.
Agar masyarakat dapat lebih termotivasi dan dapat lebih merasakan manfaat
lain-lain. Kegiatan tersebut sekarang lebih dikenal dengan Posyandu. Oleh karena itu
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga yang lainnya dilaksanakan diluar kegiatan Posyandu
makanan pengganti ASI yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dan lain-lain.
Perilaku kader di dukung oleh faktor determinan seperti faktor predisposisi, faktor
Faktor Predisposisi
yang berkaitan dengan Faktor enablling Faktor Reinforcing :
karekteristik kader : yang berkaitan
- Umur dengan pelaksanaan - Dukungan pemda
- Pedidikan Posyandu : - Dukungan LSM
- Pekerjaan - Dacin - Dukungan TP-
- Status perkawinan - KMS PKK
- Sikap - PMT - Dukungan
- Motivasi - Gedung masyarakat
- Pengetahuan/pelatih - Panduan - Struktur Posyandu
an - Sarana Kegiatan
Keaktifan Kader
Status Kesehatan
Dari beberapa kajian yang telah dilakukan diatas, banyak faktor yang
berhubungan dengan keaktifan kader. Pada penelitian ini peneliti membatasi variabel
penelitian yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi Posyandu di Puskesmas
Langsa Barat Kecamatan Langsa Baro yaitu faktor predisposisi, pendukung dan
Faktor Predisposisi :
- Usia
- Pendidikan
- Status perkawinan
- Pekerjaan
- Pengetahuan
Faktor Penguat :
- Dukungan Instansi Terkait
- Penghargaan dan insentif