Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

TUGAS BESAR ANTENNA

PERANCANGAN ANTENNA MIKROSTRIP INSET-FED pada


FREKUENSI 2,3 GHz

Disusun oleh:

1. PANDU ANDIKA D (1101168563)

2. ANNISA RIZKI A (1101134383)

3. NABILLA APRILIA (1101168408)

TTX-40-01

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

TELKOM UNIVERSITY
1
2017

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................i

TEORI DAN KONSEP DASAR......................................................................1

1.1 Definisi Antenna ........................................................................................1

1.2 Alokasi Frekuensi Kerja . .........................................................................1

1.3 Parameter Antenna......................................................................................2

1.3.1 Voltage Standing Wave Ratio............................................................2

1.3.2 Retrun Loss.........................................................................................3

1.3.3 Gain.....................................................................................................3

1.4. Antenna Mikrostrip....................................................................................4

1.5 Metode Inset -Fed.......................................................................................5

PENENTUAN DIMENSI ANTENA................................................................6

2.1. Skema Perancangan...................................................................................6

2.2. Penentuan Parameter.................................................................................7

2.3 Perhitungan Manual dan Penentuan Dimensi............................................7

2.4 Pemodelan CST.........................................................................................8

2.5 Optimasi 1 ( Perancangan menggunakan Inset-fed )................................12

2.6 Optimasi 2 ( Penyesuaian Frekuensi Tengah) ..........................................13

2.7 Optimasi 3 ( Peninkatan Nila Return Loss)..............................................15

2.8 Analisis Hasil Simulasi Awal dengan hasil Optimasi..............................19

KESIMPULAN...............................................................................................21

REFERENSI...................................................................................................22

LOGBOOK.........................................................................................................

TEORI & KONSEP DASAR


2
1.1 Definisi Antena [2]

Antena adalah sebuah perangkat interface antara suatu rangkaian dengan ruang
bebas. Berikut ini adalah berbagai definisi antena yang dirangkum dari
bermacam- macam sumber yang ada :
a. Webster Dictionarry (1975) : adalah perangkat yang terbuat dari logam yang dapat
memancarkan dan menerima gelombang radio.
b. IEEE std 1945- 1975 : adalah suatu perangkat yang dapat memancarkan dan menerima
gelombang.
c. Costantine A. Balanis (1982): adalah struktur transisi antara struktur antara ruang
bebas dengan suatu alat pemandu.
d. Telephonys Dictionarry (1982) : alat untuk pemancar atau penerima radiasi
elektromagnetika pada frekuensi radio.
e. John D. Kraus(1988) : struktur yang berkaitan dengan wilayah transisi antara suatu
gelombang terbimbing menjadi gelombang bebas dan sebaliknya.

1.2 Alokasi Frekuensi Kerja .[3]

Pemberlakuan ketiga peraturan tersebut telah menandai rencana penggunaan pita


frekuensi 2.3 GHz mengingat Ditjen Postel saat ini telah meengalokasikan beberapa pita
frekuensi seperti 1.9 GHz, 2.1 GHz, 2.3 GHz, 2.4 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz, 3.5 GHz, 5.7
GHz untuk akses radio layanan pita lebar. Beberapa jenis teknologi pun telah tersedia
untuk layanan pita lebar berbasis radio tersebut. Salah satu diantaranya adalah teknologi
Wimax. Teknologi ini adalah pengembangan teknologi broadband wireless sebelumnya
yang menawarkan layanan broadband menggunakan basis standar global serta jaminan
interoperability produk perangkat.
Disamping teknologi Wimax, ada juga teknologi lain yaitu teknologi seluler yang
dikembangkan pada pita-pita tersebut diatas yang juga dapat menyediakan layanan pita
lebar bagi masyarakat. Memandang besarnya minat dan banyaknya permohonan untuk
layanan pita lebar menggunakan teknologi baru dalam layanan Broadband Wireless dan
mempertimbangkan tujuan pemerintah untuk meningkatkan penetrasi teledensitas
informasi/ICT secara cepat, efektif dan efisien dengan harga terjangkau masyarakat serta
mendorong partisipasi industri dalam negri, maka pemerintah perlu merumuskan
kebijakan tentang Broadband Wireless . Kebijakan pemerintah nantinya perlu
memperhatikan kondisi eksisting penggunaan frekuensi saat ini, dimana penggunaan
3
spektrum frekuensi sebelumnya telah digunakan oleh penyelenggara eksisting seperti
penyelenggara Broadband Wireless, penyelenggara komunikasi satelit dan sistem
komunikasi microwave link.

1.3 Parameter Antena

1.3.1 Voltage Standing Wave Ratio [2]

Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) adalah perbandingan antara tegangan


maksimum dan minimum pada suatu gelombang berdiri akibat adanya pantulan
gelombang yang disebabkan impedansi input antena tidak matching dengan saluran
feeder.

Gelombang berdiri memiliki tegangan maksimum dan minimum dalam saluran yng
besarnya tergantung pada tegangan maupun arus pantul. Secara sederhana rumus untuk
menentukan VSWR adalah :

1
1+
V max
VSWR= =
V min

Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang berarti tidak ada
refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini pada
praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan
untuk fabrikasi antena adalah VSWR 1,5.

1.3.2 Return loss [1]

Return loss merupakan besaran daya pantul (faktor refleksi) yang disebabkan oleh
tidak sesuainya beban dengan saluran transmisi dalam dB. Besarnya return loss sangat
tergantung faktor refleksi yaitu perbandingan antara tegangan yang dipantulkan dengan
tegangan yang datang dari sumber.

Pada rangkaian gelombang mikro yang memiliki diskontinuitas (mismatched),


besarnya return loss bervariasi tergantung pada frekuensi. Persamaan return loss dapat
didefinisikan sebagai berikut:

Return Loss=20 log

4
Nilai dari return loss yang baik adalah di bawah -9,54 dB, nilai ini diperoleh untuk
nilai VSWR 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan tidak terlalu
besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain, saluran
transmisi sudah matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu acuan untuk melihat
apakah antena sudah dapat bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau tidak.

1.3.3 Gain [1]

Gain adalah perbandingan antara intensitas radiasi suatu antena pada suatu arah
utama dengan intensitas radiasi dari antena isotropik yang menggunakan sumber daya
masukan yang sama. Gain antena mikrostrip patch rectangular diperoleh dengan
menggunakan persamaan:

4
G= (Lx W )
2 g
Untuk menentukan dimensi elemen peradiasi, maka terlebih dahulu harus ditentukan
frekuensi kerja (fr); gelombang di ruang bebas (r) yang digunakan, agar dapat mencari
panjang:
c
=
f

Setelah nilai (0) diperoleh, maka (g) dapat dihitung. Dimana g merupakan panjang
gelombang pada bahan dielektrik yang besarnya dapat dihitung dengan:
0
g=
reff

Dimana:

G : Gain antenna
0 : Panjang gelombang bahan dielektrik

1.4 Antenna Mikrostrip

Berdasarkan asal katanya, mikrostrip terdiri atas dua kata, yaitu micro (sangat
tipis/kecil) dan strip (bilah/potongan). Antena mikrostrip dapat didefenisikan sebagai
salah satu jenis antena yang mempunyai bentuk seperti bilah/potongan yang mempunyai
ukuran sangat tipis/kecil. Patch bisa memiliki berbagai macam bentuk seperti lingkaran,
segitiga, kotak atau persegi panjang. Dalam berbagai bentuk pada umumnya antena
mikrostrip tersusun atas patch atau bidang radiasi pada satu sisi dan sisi lain adalah

5
bidang pentanahan (ground) yang dibatasi oleh substrat tertentu dengan nilai permitifitas
tertentu seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6. Antena mikrostrip bekerja pada alokasi
frekuensi UHF (300 MHz 3 GHz) sampai dengan X Band (5,2 GHz 10,9 GHz)
sehingga, antena mikrostrip dapat digunakan untuk antena telepon selular/nirkabel
maupun komunikasi satelit (Fajar, 2009: 2). [1]

Gambar 1.1 Desain Antena Mikrostrip

1.5 Metode Inset-Fed

Antena inset-fed memiliki keuntungan karena memiliki bentuk yang paling


sederhana untuk diimplementasikan dan mudah untuk dipelajari perilaku dasar patch
antenanya, dimana sifat-sifat antena dapat dengan mudah dikendalikan oleh inset gap dan
inset length . Antena mikrostip inset-fed menyediakan sebuah metode pengaturan
impedansi dengan konfigurasi catuan planar. Pengaturan impedansi ini dimaksudkan
untuk mencapai matching impedance yang lebih baik. Hal ini juga berkaitan dengan
salah satu cara untuk meningkatkan bandwidth, karena pada dasarnya sifat antena
mikrostrip adalah narrow bandwidth atau memiliki bandwidth yang sempit.[2]

Gambar 1.2 Contoh Realisasi Inset-Fed

6
PERANCANGAN DAN OPTIMASI

2.1 Skema Perancangan

Pada perancangan tubes antenna kali ini, pertama menentukan antenna parameter apa
yang ingin di-modifikasi dari antenna. Lalu dari parameter yang dipilih ditentukan metode
yang digunakan untuk mendapatkan metode tersebut. Setelah menentukan metode maka
dilakukan perancangan antena dengan parameter parameter yang ditentukan. Tahap
selanjutnya mendesaign antenna pada software (dalam tubes ini digunakan CST).
Selanjutnya dilakukan optimasi hingga mendapatkan spesifikasi antenna yang diinginkan.
Dalam flowchart dapat dimodelkan : YA

Pembuatan Laporan

MULAI TIDAK
Selesai
Sudah Sesuai Hasil
Penentuan Parameter yang parameter?
ingin dirubah dan Metode
yang digunakan

Perhitungan manual
dan penentuan
7
Pemodelan CST

Simulasi
Gambar 2.1 Flowchart Pengerjaan Tubes

Dari flowchart diatas parameter yang ditentuan pertama frekuensi kerja 2.3Ghz.
Dengan tujuan yang diinginkan menurunkan nilai Return Loss lalu menaikan Gain.
Metode yang dipilih dengan menggunakan Inset-fed.

2.2 Penentuan Parameter

Berikut Parameter-parameter pada perancangan antenna, Bahan dielektrik yang akan


digunakan sebagai substrat pada tugas akhir ini adalah FR4 Epoxy:

- Frekuensi Kerja = 2300000000 Hz


- Phi () = 3,142857143
- r (Permetivitas relatif) = 4,4
- h (Ketebalan Dielektrik) = 0,0016 m
- Ketebalan Konduktor = 0,000035 m
- C (Kecepatan Cahaya) = 300000000 m/s

Dengan spesifikasi antenna yang diharapkan :

- Frekuensi kerja : 2,3 GHz


- Bandwidth : 100 MHz
- Impedansi input : 50
- VSWR : 1.5
- Polaradiasi : Unidirectional
- Polarisasi : Linier
- Gain : Lebih besar dari antenna sebelum inset-fed
- Return Loss : Lebih kecil dari antenna sebelum inset-fed

*Nilai dengan garis tebal adalah parameter tujuan utama dalam tubes

Pada perancangan kali ini akan digunakan metode Inset-fed untuk mendapatkan
hasil Gain dan Return Loss yang diinginkan dan untuk melihat apakah nilai sudah sesuai
yang diharapkan akan dibandingkan dengan nilai antenna awal.

2.3 Perhitungan Manual dan Penentuan Dimensi

Pada perhitungan manual parameter-parameter yang sudah ditentukan sebelumnya


dimasukan kedalam persamaan untuk mendapat nilai dimensi antenna yang diharapkan.
Seperti Frekuensi Kerja, Permetivitas relatif , Ketebalan Dielektrik dan Ketebalan
Konduktor. Perhitungan dilakukan dengan rumus yang dicantumkan :
a. Lebar Patch (W)
Lebar patch ditentukan dengan persamaan:
8
c
=39.69004 mm
W=

2 fo
r+1
2

b. Panjang Patch (L)


Panjang patch ditentukan dengan persamaan:
r+1 r1 1
reff =
2
+
2
1+ (12 h
W )
=4.095625081 mm

W
L=0.412h
(
( reff +0.3)
h
+0.264 )
=
W 7.39244 x 10-4 m
( reff 0.258) ( +0.8 )
h

c
Leff = =0.0322257772 m
2 fo reff

Sehingga panjang patch:

L=Leff 2 L=30,747283 mm

c. Dimensi Ground Plane (Wg)


Panjang Ground Plane didapat dengan menggunakan persamaan:
Lg=6 h+ L=40,347283mm

Sedangkan lebar ground plane didapat dengan persamaan:

Wg=6 h+W =49,29004 mm

d. Dimensi Inset Feed dan Feed line


Pertama untuk menentukan dimensi inset-feed kita tentukan niali impedansi input
dalam tubes kali ini dipilih 50 . Nilai impedansi input diambil untuk memudahkan
proses penyesuaian impedansi :
- Menentukan panjang inset-feed

Berdasarkan referensi dari Journal of Microwaves and Optoelectronics, Vol. 3, N.o 3,


December 2003. M. Ramesh and YIP KB. Motorola, Pinang, Malaysia. Design Formula

9
for Inset Fed Microstrip Patch Antenna. Untuk menentukan panjang inset feed dengan
konstanta dielektrik 2 r 10 dapat menggunakan rumus berikut :

L
L=104 ( 0,001699 7 6 5 4 3 2
r +0,13761 r 6,1783 r +93,187 r 682,69 r +2561,9 r 4043 r +6697 )
2
9.444134 mm

- Menentukan lebar inset feed

Untuk menentukan lebar inset feed dilakukan simulasi dengan berbagai nilai lebar inset
feed agar didapatkkan Zin yang optimal sehingga didapatkan bandwidth yang optmal
juga. Dipilih 0,6mm untuk bandwith yang paling optimal.

- Menentukan lebar feedline

Nilai feedline dihitung dengan menentukan nilai inpedansi input yaitu 50 , maka lebar
saluran :

A=
60
Zo r+2 r1
2
+
r+1 (
0.23+
0,11
r )
=1,65126 mm

A
Wf 8
= 2 Ae =2,65012 mm(W f )
h e 2

- Menentukan panjang feedline

Untuk panjang feedline, karena saluran telah di-matching-kan dengan insetfeed, makas
seharusnya berapapun panjang feedline tidak begitu berpengaruh pada respon frekuensi
antena , oleh karena itu dipilih panjang feedline 17,867669 mm

e. Gambar Dimensi Antenna


Dari hasil perhitungan maka dimasukan hasil perhitungan dalam bentu design awal agar
lebih memudahkan ketika mendesign ke CST

10
Gambar 2.2 Desain Antena Awal

Parameter Dimensi
Want ( Lebar Antena ) 39.69004

mm
Lant ( Panjang 30,747283
Antena ) mm
Wg ( Lebar Ground 49,29004 mm
Plane )
Lg ( Panjang Ground 40,347283
Plane ) mm
Wf ( Lebar Catuan ) 2,65012 mm
Lf ( Panjang Catuan ) 17,867669
mm
Tabel 2.1 Dimensi Win ( Lebar inset fed ) 0,6 mm Antena Awal
Lin ( Panjang inset fed 9.444134
2.4 Pemodelan CST ) mm
Pada perancangan CST ada beberapa step yang harus dilakukan seperti penentuan
nilai parameter-parameter dimensi apa saja yang akan digunakan, Frekuensi kerja yang
digunakan pada port dll. Pada tahap awal ini dirancang antenna sebelum dilakukan inset
feed untuk melihat nilai Return Loss dan Gain yang dimiliki antenna tanpa inset feed.

Gambar 2.3 Dimensi & Gambar Antenna sebelum inset feed

11
Lalu dilakukan simulasi untuk melihat nilai dari S-parameter (Return Loss) dan juga
Gain sebagai pembanding apakah antena dapat dikatakan baik atau tidak.

Gambar 2.4 Grafik S-Parameter Antenna sebelum inset feed

Gambar 2.5 Nilai Gain Antenna sebelum inset feed

Dilihat dari Gambar 2.3 di atas nilai dar S-Parameter adalah -12,99536 dB pada
Frekuensi 2.21288 Ghz. Pada Gambar 2.4 diatas dapat dilihat nilai gain antenna sebesar
0.855 dB. Walaupun Antenna sudah memiliki nilai return loss dibawah -10dB masih
dikatakan butuh optimasi karena frekuensi kerja masih belum 2.3 Ghz.

2.5 Optimasi 1 (Perancangan menggunakan Inset-fed)

Pada optimasi 1 perancangan langsung diberikan Inset-fed sekalipun belum diatur


frekuensi tengah ke 2.3GHz. Karena jika sudah diatur ke 2.3GHz dan dilakukan inset fed
maka frekuensi kerja ditakutkan akan berger kembali. Dengan masukan nilai inset fed
pada perhitungan dan dilakukan proses substract pada antenna agar mendapat dimensi
antenna inset fed sesuai perancangan.

12
Gambar 2.6 Dimensi & Gambar Antenna setelah inset feed

Lalu dilakukan simulasi untuk melihat nilai dari S-parameter (Return Loss) dan juga
Gain untuk melihat bagaimana pengaruh inset fed.

Gambar 2.7 Grafik S-Parameter Antenna sebelum inset feed

Gambar 2.8 Nilai Gain Antenna sebelum inset feed

Dilihat dari Gambar 2.3 di atas nilai dar S-Parameter adalah -20,335 dB pada
Frekuensi 2.24 Ghz. Pada Gambar 2.4 diatas dapat dilihat nilai gain antenna sebesar 1.32
dB. Terbukti bahwa nilai Return loss dan Gain meningkat ketika dipasang inset fed, dan
pemasangan inset fed juga menggerser frekuensi kerja dari antenna. Namun masih
dibutuhkan optimasi agar nilai frekuensi kerja tepat di 2.3 Ghz.

2.6 Optimasi 2 (Penyesuaian frekuensi tengah)

13
Untuk merubah nilai frekuensi tengah yang masih 2,24 Ghz menjadi 2,3 Ghz. Cara

W ant dan Lant


paling mudah adalah dengan merubah dimensi antenna ( ). Setelah

dilakukan beberapa percobaan di dapatkan kesimpulan bahwa ;

Gambar 2.9 Grafik S-Parameter Antenna penyesuaian Lant

Gambar 2.10 Grafik S-Parameter Antenna penyesuaian Want

Dapat dilihat semakin kecil nilai L maka semakin besar frekuensi namun semakin
buruk nilai Return Loss. Begitupun sebaliknya. Sedangkan pada grafik 2.9 dapat dilihat
semakin besar nilai W makan semakin kecil frekuensi dan semakin buruk pula nilai
return loss . Faktor yang membedakan perubahan nilai L sangat berdampak pada nilai
frekuensi dilihat dari besarnya pergeseran nilai frekuensi, sedangkan W tidak begitu
merubah nilai pergeseran frekuensi. Jadi diambil nilai L yang paling dekat dengan 2.3
Mhz dan nilai W yang memiliki return loss paling baik (kecil) sehingga di pilih nilai W =
39 dan L = 29.9 .

14
Gambar 2.11 Dimensi & Gambar Antenna Optimasi 2

Lalu dilakukan simulasi untuk melihat nilai dari S-parameter (Return Loss) dan juga

W ant dan Lant


Gain untuk melihat bagaimana pengaruh perubahan dimensi antenna ( ).

Gambar 2.12 Grafik S-Parameter Antenna Optimasi 2

Gambar 2.13 Nilai Gain Antenna Optimasi 2

Pada optimasi kita padahal hanya fokus pada mencari nilai dengan frekuensi paling
dekat dengan 2.3Ghz dengan return loss terkecil didapatkan nilai -19.57dB pada
frekuensi 2.3016Ghz. Namun secara tidak langsung nilai gain (2.41dB) juga meningkat
hal ini menunjukan nilai return loss berbanding lurus dengan gain. Maka dilakukan
optimasi untuk mendapatkan nilai return loss yang lebih kecil.
15
2.7 Optimasi 3 (Peningkatan nilai Return Loss)

Untuk memperbaiki (semakin kecil semakin baik) nilai Return Loss. Cara paling

mudah adalah dengan merubah dimensi inset fed ( W dan L ). Setelah dilakukan

beberapa percobaan di dapatkan kesimpulan bahwa ;

Gambar 2.14 Grafik S-Parameter Antenna penyesuaian Lin

Gambar 2.15 Grafik S-Parameter Antenna penyesuaian Win

Dapat dilihat dari gambar 2.13 jika Lin semakin kecil maka nilai return Loss
semakin baik (kecil). Begitu pula dengan Win semakin kecil maka nilai return loss makin
kecil. Bedanya dengan merubah nilai W dan L , Lin dan Win tidak begitu merubah nilai
frekuensi kerja dari antenna, namun ada batasan paling kecil (jika semakin kecil malah
memperburuk nilai Return Loss) dari mengurangi nilai Lin dan Win. Jadi diambil nilai
yang paling pas yaitu Win (0.285mm) dan Lin (9.444134mm). Dengan hasil design dan
nilai return loss ;

16
Gambar 2.16 Design antena optimasi 3

Parameter Dimensi

Want ( Lebar Antena ) 39 mm

Lant ( Panjang 29,9 mm


Antena )
Wg ( Lebar Ground 49,29004 mm
Plane )
Lg ( Panjang Ground 52,5676 mm
Plane )
Wf ( Lebar Catuan ) 2,65012 mm
Lf ( Panjang Catuan ) 17,867669
mm
Win ( Lebar inset fed ) 0,285 mm
Lin ( Panjang inset fed 9.444134
) mm

Tabel 2.2 Dimensi Antena Optimasi 3

Gambar 2.17 Grafik S-Parameter Antenna Optimasi 3


17
Dengan menyesuaikan nilai dari Win dan Lin nilai return loss makin baik Dengan
hasil akhir nilai return loss -48,33dB (dimana nilai return loss sudah sangat bagus) pada
frekuensi sehingga dirasa cukup untuk optimasinya. Karena sudah dirasa cukup maka
dilakukan simulasi untuk melihat nilai Parameter yang belum di uji coba Directivitas,
Gain, Bandwidth, VSWR, Polarisasi, dan Polaradiasi dengan menggunakan simulasi
CST. Di dapatkan hasil :

Gambar 2.18 Nilai Directivitas Antenna Optimasi 3

Gambar 2.19 Nilai Gain Antenna Optimasi 3

Dengan Setelah disesuaikan nilai Win dan Lin didapatkan nilai Gain 2.48dB yang
naik dari nilai optimasi awal 2.41dB sehingga dibuktikan semakin baik nilai return loss
semakin baik pula nilai Gain. Dari nilai directivitas 6.06dB yang cukup baik untuk nilai
directivitas.

18
Gambar 2.20 Grafik S-Parameter Antenna Optimasi 3

Gambar 2.21 Grafik VSWR Antenna Optimasi 3

Dari gambar 2.19 diketahui nilai bandwidth yang didapatkan yaitu 75,5Mhz belum
dikatakan cukup baik karena tujuan awalnya 100 Mhz. Untuk nilai VSWR didapatkan
1.00859 yang dinilai sudah cukup baik.

Gambar 2.22 Tampilan Nilai Polaradiasi Antenna Optimasi 3

19
Gambar 2.23 Tampilan Polarisasi Antenna Optimasi 3

Pola radiasi antena pada frekuensi 2.3 Ghz . Pada Gambar 2.21 menunjukkan pola
radiasi arah = 90o (Unidirectional ) dengan nilai main lobe direction terdapat pada
arah 0o dengan HPBW = 92.6o dengan side lobe level dengan nilaii -11.7 dB. Nilai axial
ratio pada frekuensi 2.3 GHz sebesar 40 dB. Sehingga dapat dilihat pada gambar 2.22
bahwa antena memiliki polarisasi linier.

2.8 Analisis Hasil Simulasi Awal dengan Hasil Optimasi

Pada perancangan kali ini didapatkan nilai optimasi lebih baik dengan simulasi awal
yang dilihat dari beberapa parameter tujuan awal meningkatkan nilai Return Loss dan
Gain pada penggunaan inset feed dengan didapatkan nilai akhir. Nilai Return Loss dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :

-1.3
0
-1.19
-10
-20
Sebelum inset-fed
Return Loss (dB) -30
Setelah Inset-Fed
-40
Optimasi 1
-50 Optimasi 2

Frekuensi (GHz)

20
Grafik 2.1 Perbandingan nilai Frekuensi

Pada Grafik dapat dilihat sebelum inset-fed nilai dari return loss cukup baik dan
namun frekuensi kerjanya masih belum sesuai. Setelah dilakukan inset dapat dilihat nilai
dari inset fed berpengaruh pada semakin baiknya nilai return loss walau nilai frekuensi
kerja masih belum sesuai harapan. Dilihat dari hasil Optimasi 1 perubahan dimensi
antenna dapat menggeser nilai dari frekuensi kerja, dan untuk terakhir perubahan nilai
inset-fed dapat memperbaiki nlai dari Return Loss.cSedangkan perbandingan nilai gain
dituliskan pada tabel :

Perancangan Nilai (dB)


Sebelum inset-fed 0.855
Setelah inset-fed 1.32
Optimasi 1 2.41
Optimasi 2 2.47
Tabel 2.3 Dimensi Antena Optimasi 3

Pada Tabel 2.3 dapat ketika dilakukan Optimasi pada sisi Return Loss maka nilai
Gain juga akan otomatis akan naik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai Return Loss
dan Gain meningkat ketika dilakukan proses inset fed.

KESIMPULAN

Penggunaan Inset-fed terbukti meningkat nilai Return Loss ( dari -12,99536 dB


menjadi -48,33dB ) begitupun Gain ) dari ( 0.855 dB menjadi 2.47 dB)
Perubahan nilai frekuensi berdampak pada perubahan dimensi antenna.
W ant dan Lant
Perubahan dimensi antenna ( ) berpengaruh pada nilai frekuensi tengah

dan juga nilai return loss.


Perubahan dimensi inset fed ( W dan L ). Berpengaruh pada nilai return loss

namun tidak begitu berpengaruh pada frekuensi tengah.


Sekalipun nilai return loss sudah baik tidak menjamin nilai dari Gain juga sudah
bagus karena masih ada faktor lain seperti Permetivitas relative.

21
REFERENSI
[1] Sabrina, Nadya. 2015. Perancangan Dan Realisasi Antena Mikrostrip Inset-Fed Pada
Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Aplikasi Wifi. Universitas Telkom.

[2] Lencacan Sherlyta. 2011. PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA MIKROSTRIP


PERSEGI DENGAN METODE PENCATUAN INSET FEED DAN CELAH UDARA PADA
FREKUENSI 2,3 GHz 2,4 GHz UNTUK APLIKASI PADA WIMAX. Universitas Telkom.

[3] http://www.postel.go.id/info_view_c_26_p_675.htm

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai