Disusun oleh:
TTX-40-01
TELKOM UNIVERSITY
1
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................i
1.3.3 Gain.....................................................................................................3
KESIMPULAN...............................................................................................21
REFERENSI...................................................................................................22
LOGBOOK.........................................................................................................
Antena adalah sebuah perangkat interface antara suatu rangkaian dengan ruang
bebas. Berikut ini adalah berbagai definisi antena yang dirangkum dari
bermacam- macam sumber yang ada :
a. Webster Dictionarry (1975) : adalah perangkat yang terbuat dari logam yang dapat
memancarkan dan menerima gelombang radio.
b. IEEE std 1945- 1975 : adalah suatu perangkat yang dapat memancarkan dan menerima
gelombang.
c. Costantine A. Balanis (1982): adalah struktur transisi antara struktur antara ruang
bebas dengan suatu alat pemandu.
d. Telephonys Dictionarry (1982) : alat untuk pemancar atau penerima radiasi
elektromagnetika pada frekuensi radio.
e. John D. Kraus(1988) : struktur yang berkaitan dengan wilayah transisi antara suatu
gelombang terbimbing menjadi gelombang bebas dan sebaliknya.
Gelombang berdiri memiliki tegangan maksimum dan minimum dalam saluran yng
besarnya tergantung pada tegangan maupun arus pantul. Secara sederhana rumus untuk
menentukan VSWR adalah :
1
1+
V max
VSWR= =
V min
Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang berarti tidak ada
refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini pada
praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan
untuk fabrikasi antena adalah VSWR 1,5.
Return loss merupakan besaran daya pantul (faktor refleksi) yang disebabkan oleh
tidak sesuainya beban dengan saluran transmisi dalam dB. Besarnya return loss sangat
tergantung faktor refleksi yaitu perbandingan antara tegangan yang dipantulkan dengan
tegangan yang datang dari sumber.
4
Nilai dari return loss yang baik adalah di bawah -9,54 dB, nilai ini diperoleh untuk
nilai VSWR 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan tidak terlalu
besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain, saluran
transmisi sudah matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu acuan untuk melihat
apakah antena sudah dapat bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau tidak.
Gain adalah perbandingan antara intensitas radiasi suatu antena pada suatu arah
utama dengan intensitas radiasi dari antena isotropik yang menggunakan sumber daya
masukan yang sama. Gain antena mikrostrip patch rectangular diperoleh dengan
menggunakan persamaan:
4
G= (Lx W )
2 g
Untuk menentukan dimensi elemen peradiasi, maka terlebih dahulu harus ditentukan
frekuensi kerja (fr); gelombang di ruang bebas (r) yang digunakan, agar dapat mencari
panjang:
c
=
f
Setelah nilai (0) diperoleh, maka (g) dapat dihitung. Dimana g merupakan panjang
gelombang pada bahan dielektrik yang besarnya dapat dihitung dengan:
0
g=
reff
Dimana:
G : Gain antenna
0 : Panjang gelombang bahan dielektrik
Berdasarkan asal katanya, mikrostrip terdiri atas dua kata, yaitu micro (sangat
tipis/kecil) dan strip (bilah/potongan). Antena mikrostrip dapat didefenisikan sebagai
salah satu jenis antena yang mempunyai bentuk seperti bilah/potongan yang mempunyai
ukuran sangat tipis/kecil. Patch bisa memiliki berbagai macam bentuk seperti lingkaran,
segitiga, kotak atau persegi panjang. Dalam berbagai bentuk pada umumnya antena
mikrostrip tersusun atas patch atau bidang radiasi pada satu sisi dan sisi lain adalah
5
bidang pentanahan (ground) yang dibatasi oleh substrat tertentu dengan nilai permitifitas
tertentu seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6. Antena mikrostrip bekerja pada alokasi
frekuensi UHF (300 MHz 3 GHz) sampai dengan X Band (5,2 GHz 10,9 GHz)
sehingga, antena mikrostrip dapat digunakan untuk antena telepon selular/nirkabel
maupun komunikasi satelit (Fajar, 2009: 2). [1]
6
PERANCANGAN DAN OPTIMASI
Pada perancangan tubes antenna kali ini, pertama menentukan antenna parameter apa
yang ingin di-modifikasi dari antenna. Lalu dari parameter yang dipilih ditentukan metode
yang digunakan untuk mendapatkan metode tersebut. Setelah menentukan metode maka
dilakukan perancangan antena dengan parameter parameter yang ditentukan. Tahap
selanjutnya mendesaign antenna pada software (dalam tubes ini digunakan CST).
Selanjutnya dilakukan optimasi hingga mendapatkan spesifikasi antenna yang diinginkan.
Dalam flowchart dapat dimodelkan : YA
Pembuatan Laporan
MULAI TIDAK
Selesai
Sudah Sesuai Hasil
Penentuan Parameter yang parameter?
ingin dirubah dan Metode
yang digunakan
Perhitungan manual
dan penentuan
7
Pemodelan CST
Simulasi
Gambar 2.1 Flowchart Pengerjaan Tubes
Dari flowchart diatas parameter yang ditentuan pertama frekuensi kerja 2.3Ghz.
Dengan tujuan yang diinginkan menurunkan nilai Return Loss lalu menaikan Gain.
Metode yang dipilih dengan menggunakan Inset-fed.
*Nilai dengan garis tebal adalah parameter tujuan utama dalam tubes
Pada perancangan kali ini akan digunakan metode Inset-fed untuk mendapatkan
hasil Gain dan Return Loss yang diinginkan dan untuk melihat apakah nilai sudah sesuai
yang diharapkan akan dibandingkan dengan nilai antenna awal.
W
L=0.412h
(
( reff +0.3)
h
+0.264 )
=
W 7.39244 x 10-4 m
( reff 0.258) ( +0.8 )
h
c
Leff = =0.0322257772 m
2 fo reff
L=Leff 2 L=30,747283 mm
9
for Inset Fed Microstrip Patch Antenna. Untuk menentukan panjang inset feed dengan
konstanta dielektrik 2 r 10 dapat menggunakan rumus berikut :
L
L=104 ( 0,001699 7 6 5 4 3 2
r +0,13761 r 6,1783 r +93,187 r 682,69 r +2561,9 r 4043 r +6697 )
2
9.444134 mm
Untuk menentukan lebar inset feed dilakukan simulasi dengan berbagai nilai lebar inset
feed agar didapatkkan Zin yang optimal sehingga didapatkan bandwidth yang optmal
juga. Dipilih 0,6mm untuk bandwith yang paling optimal.
Nilai feedline dihitung dengan menentukan nilai inpedansi input yaitu 50 , maka lebar
saluran :
A=
60
Zo r+2 r1
2
+
r+1 (
0.23+
0,11
r )
=1,65126 mm
A
Wf 8
= 2 Ae =2,65012 mm(W f )
h e 2
Untuk panjang feedline, karena saluran telah di-matching-kan dengan insetfeed, makas
seharusnya berapapun panjang feedline tidak begitu berpengaruh pada respon frekuensi
antena , oleh karena itu dipilih panjang feedline 17,867669 mm
10
Gambar 2.2 Desain Antena Awal
Parameter Dimensi
Want ( Lebar Antena ) 39.69004
mm
Lant ( Panjang 30,747283
Antena ) mm
Wg ( Lebar Ground 49,29004 mm
Plane )
Lg ( Panjang Ground 40,347283
Plane ) mm
Wf ( Lebar Catuan ) 2,65012 mm
Lf ( Panjang Catuan ) 17,867669
mm
Tabel 2.1 Dimensi Win ( Lebar inset fed ) 0,6 mm Antena Awal
Lin ( Panjang inset fed 9.444134
2.4 Pemodelan CST ) mm
Pada perancangan CST ada beberapa step yang harus dilakukan seperti penentuan
nilai parameter-parameter dimensi apa saja yang akan digunakan, Frekuensi kerja yang
digunakan pada port dll. Pada tahap awal ini dirancang antenna sebelum dilakukan inset
feed untuk melihat nilai Return Loss dan Gain yang dimiliki antenna tanpa inset feed.
11
Lalu dilakukan simulasi untuk melihat nilai dari S-parameter (Return Loss) dan juga
Gain sebagai pembanding apakah antena dapat dikatakan baik atau tidak.
Dilihat dari Gambar 2.3 di atas nilai dar S-Parameter adalah -12,99536 dB pada
Frekuensi 2.21288 Ghz. Pada Gambar 2.4 diatas dapat dilihat nilai gain antenna sebesar
0.855 dB. Walaupun Antenna sudah memiliki nilai return loss dibawah -10dB masih
dikatakan butuh optimasi karena frekuensi kerja masih belum 2.3 Ghz.
12
Gambar 2.6 Dimensi & Gambar Antenna setelah inset feed
Lalu dilakukan simulasi untuk melihat nilai dari S-parameter (Return Loss) dan juga
Gain untuk melihat bagaimana pengaruh inset fed.
Dilihat dari Gambar 2.3 di atas nilai dar S-Parameter adalah -20,335 dB pada
Frekuensi 2.24 Ghz. Pada Gambar 2.4 diatas dapat dilihat nilai gain antenna sebesar 1.32
dB. Terbukti bahwa nilai Return loss dan Gain meningkat ketika dipasang inset fed, dan
pemasangan inset fed juga menggerser frekuensi kerja dari antenna. Namun masih
dibutuhkan optimasi agar nilai frekuensi kerja tepat di 2.3 Ghz.
13
Untuk merubah nilai frekuensi tengah yang masih 2,24 Ghz menjadi 2,3 Ghz. Cara
Dapat dilihat semakin kecil nilai L maka semakin besar frekuensi namun semakin
buruk nilai Return Loss. Begitupun sebaliknya. Sedangkan pada grafik 2.9 dapat dilihat
semakin besar nilai W makan semakin kecil frekuensi dan semakin buruk pula nilai
return loss . Faktor yang membedakan perubahan nilai L sangat berdampak pada nilai
frekuensi dilihat dari besarnya pergeseran nilai frekuensi, sedangkan W tidak begitu
merubah nilai pergeseran frekuensi. Jadi diambil nilai L yang paling dekat dengan 2.3
Mhz dan nilai W yang memiliki return loss paling baik (kecil) sehingga di pilih nilai W =
39 dan L = 29.9 .
14
Gambar 2.11 Dimensi & Gambar Antenna Optimasi 2
Lalu dilakukan simulasi untuk melihat nilai dari S-parameter (Return Loss) dan juga
Pada optimasi kita padahal hanya fokus pada mencari nilai dengan frekuensi paling
dekat dengan 2.3Ghz dengan return loss terkecil didapatkan nilai -19.57dB pada
frekuensi 2.3016Ghz. Namun secara tidak langsung nilai gain (2.41dB) juga meningkat
hal ini menunjukan nilai return loss berbanding lurus dengan gain. Maka dilakukan
optimasi untuk mendapatkan nilai return loss yang lebih kecil.
15
2.7 Optimasi 3 (Peningkatan nilai Return Loss)
Untuk memperbaiki (semakin kecil semakin baik) nilai Return Loss. Cara paling
mudah adalah dengan merubah dimensi inset fed ( W dan L ). Setelah dilakukan
Dapat dilihat dari gambar 2.13 jika Lin semakin kecil maka nilai return Loss
semakin baik (kecil). Begitu pula dengan Win semakin kecil maka nilai return loss makin
kecil. Bedanya dengan merubah nilai W dan L , Lin dan Win tidak begitu merubah nilai
frekuensi kerja dari antenna, namun ada batasan paling kecil (jika semakin kecil malah
memperburuk nilai Return Loss) dari mengurangi nilai Lin dan Win. Jadi diambil nilai
yang paling pas yaitu Win (0.285mm) dan Lin (9.444134mm). Dengan hasil design dan
nilai return loss ;
16
Gambar 2.16 Design antena optimasi 3
Parameter Dimensi
Dengan Setelah disesuaikan nilai Win dan Lin didapatkan nilai Gain 2.48dB yang
naik dari nilai optimasi awal 2.41dB sehingga dibuktikan semakin baik nilai return loss
semakin baik pula nilai Gain. Dari nilai directivitas 6.06dB yang cukup baik untuk nilai
directivitas.
18
Gambar 2.20 Grafik S-Parameter Antenna Optimasi 3
Dari gambar 2.19 diketahui nilai bandwidth yang didapatkan yaitu 75,5Mhz belum
dikatakan cukup baik karena tujuan awalnya 100 Mhz. Untuk nilai VSWR didapatkan
1.00859 yang dinilai sudah cukup baik.
19
Gambar 2.23 Tampilan Polarisasi Antenna Optimasi 3
Pola radiasi antena pada frekuensi 2.3 Ghz . Pada Gambar 2.21 menunjukkan pola
radiasi arah = 90o (Unidirectional ) dengan nilai main lobe direction terdapat pada
arah 0o dengan HPBW = 92.6o dengan side lobe level dengan nilaii -11.7 dB. Nilai axial
ratio pada frekuensi 2.3 GHz sebesar 40 dB. Sehingga dapat dilihat pada gambar 2.22
bahwa antena memiliki polarisasi linier.
Pada perancangan kali ini didapatkan nilai optimasi lebih baik dengan simulasi awal
yang dilihat dari beberapa parameter tujuan awal meningkatkan nilai Return Loss dan
Gain pada penggunaan inset feed dengan didapatkan nilai akhir. Nilai Return Loss dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :
-1.3
0
-1.19
-10
-20
Sebelum inset-fed
Return Loss (dB) -30
Setelah Inset-Fed
-40
Optimasi 1
-50 Optimasi 2
Frekuensi (GHz)
20
Grafik 2.1 Perbandingan nilai Frekuensi
Pada Grafik dapat dilihat sebelum inset-fed nilai dari return loss cukup baik dan
namun frekuensi kerjanya masih belum sesuai. Setelah dilakukan inset dapat dilihat nilai
dari inset fed berpengaruh pada semakin baiknya nilai return loss walau nilai frekuensi
kerja masih belum sesuai harapan. Dilihat dari hasil Optimasi 1 perubahan dimensi
antenna dapat menggeser nilai dari frekuensi kerja, dan untuk terakhir perubahan nilai
inset-fed dapat memperbaiki nlai dari Return Loss.cSedangkan perbandingan nilai gain
dituliskan pada tabel :
Pada Tabel 2.3 dapat ketika dilakukan Optimasi pada sisi Return Loss maka nilai
Gain juga akan otomatis akan naik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai Return Loss
dan Gain meningkat ketika dilakukan proses inset fed.
KESIMPULAN
21
REFERENSI
[1] Sabrina, Nadya. 2015. Perancangan Dan Realisasi Antena Mikrostrip Inset-Fed Pada
Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Aplikasi Wifi. Universitas Telkom.
[3] http://www.postel.go.id/info_view_c_26_p_675.htm
22
23
24