PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pengecoran logam tahapan peleburan untuk mendapatkan logam
cair pasti akan dilakukan dengan menggunakan suatu tungku peleburan di mana material
bahan baku dan jenis tungku yang akan digunakan harus disesuaikan dengan material
yang akan dilebur.
Pemilihan tungku peleburan yang akan digunakan untuk mencairkan logam harus
sesuai dengan bahan baku yang akan dilebur. Paduan Aluminium, paduan tembaga,
paduan timah hitam, dan paduan ringan lainnya biasanya dilebur dengan menggunakan
tungku peleburan jenis krusibel, sedangkan untuk besi cor menggunakan tungku induksi
frekwensi rendah atau kupola. Tungku induksi rekwensi tinggi biasanya digunakan
untuk melebur baja dan material tahan temperatur tinggi.
Tungku yang paling banyak digunakan dalam pengecoran logam antara lain ada
lima jenis yaitu; Tungku jenis kupola, tungku pengapian langsung, tungku krusibel,
tungku busur listrik, dan tungku induksi. Dalam memproduksi besi cor tungku yang
paling banyak digunakan industri pengecoran adalah krusibel dan tungku induksi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan masalah yang dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana memanfaatkan dapur induksi agar hasil pengecoran
benda kerja yang di hasilkan maksimal.
2. Bagiamana memanfaatkan dapur induksi semaksimal mungkin agar
tidak terjadi reject pada saat proses pengecoran.
1
D. Batasan Masalah
Adapun batasan batasan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut :
2. Pembuatan makalah hanya berdasarkan referensi buku dan internet tidak melakukan
penelitian secara langsung.
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah dalam mata kuliah pengecoran logam
adalah sebagai berikut :
4. Mengetahui jenis material apa saja yang dapat di proses dalam pengecoran logam
melalui dapur induksi.
2
BAB II
DAPUR INDUKSI
Namun demikian terdapat pula hambatan atau kendala yang perlu diperhatikan
pada penggunaan dapur induksi adalah sebagai berikut :
1. Infestasi biaya beban tetap yang cukup besar menuntut loading yang tinggi.
2. Biaya operasi yang besar menuntut tingkat kegagalan yang rendah.
3. Dibutuhkan operator maupun teknisi berpengalaman dalam mengoperasikannya.
4. Tingkat bahaya besar, mengingat tanur ini menggunakan enerji listrik yang sangat
besar.
5. Biaya perawatan besar.
3
Secara umum konstruksi dari dapur induksi bentuknya tidak jauh beda dengan
dapur-dapur peleburan lainnya. Akan tetapi bagian-bagian dalam dapur induksi tentu
berbeda sesuai fungsi dan perannya.
4
Berbeda dengan transformator, kumparan sekunder digantikan oleh bahan baku
peleburan serta dirancang sedemikian rupa agar arus induksi tersebut berubah menjadi
panas yang sanggup mencairkannya.
Sesuai dengan frekuensi kerja yang digunakan, tanur induksi dikatagorikan
sebagai tanur induksi frekuensi jala-jala (50 Hz 60 Hz) dengan kapasitas lebur diatas
1 ton/jam dan tanur induksi frekuensi menengah (150 Hz 10000 Hz) untuk tanur
dengan kapasitas lebur rendah.
Frekuensi jala-jala pada tanur induksi frekuensi menengah diubah terlebih dahulu
dengan menggunakan thyristor menjadi freukensi yang lebih tinggi sebelum dialirkan
kekumparan primer.
5
bahan cair yang dinggin bergerak kebawah mengisi saluran. Dengan demikian cairan
didalam tanur akan mengalami sirkulasi.
6
Dimana :
= kedalaman penetrasi elektromagnetik [m].
K = Konstanta bahan baku.
F = Frekuensi kerja [Hz].
Ukuran minimum bahan baku yang dapat dilebur tanpa bantuan cairan
adalah:
D = 3,5 x
Pada tanur induksi frekuensi jala-jala (50 Hz), mengingat dimensi bahan baku
minimumnya sedemikian besar, maka peleburan pertama selalu dimulai dengan bahan
berukuran besar sebagai starting-block serta selalu disisakan sekurang kurangnya 1/3
cairan didalam tanur untuk membantu proses peleburan berikutnya adalah tabel
ukuran minimum bahan baku.
Tabel 2.6.1 Ukuran minimum bahan baku
Sumber : https://www.scribd.com/document/62142312/Tanur-Induksi
7
2. Gaya-gaya mekanik yang dihasilkan oleh tekanan cairan, benturan bahan baku dan
gesekan baik ketika bahan masih beku ataupun telah mencair.
3. Efek-efek metalurgi dari reaksi-reaksi yang berlangsung antara lining dengan bahan
dan terak cair, unsur-unsur asing serta merusak yang berasal dari bahan baku (Zn, Pb)
yang pada temperatur peleburan besi berada dalam keadaan sangat cair sehingga
mampu menyusup diantara celah-celah lining.
Ketebalan lining tanur induksi berpengaruh pula terhadap efisiensi penggunaan
energi listrik karena lining yang terlalu tebal akan menghambat aliran induksi. Dengan
demikian lining harus dibuat setipis mungkin dengan tetap mempertimbangkan
keamanan tanur. Pada saat ini tergantung dari kapasitas muat tanur, ketebalan lining
adalah antara 80 mm sampai dengan 200 mm.
Lining tanur induksi terbuat dari bahan berbentuk serbuk kasar yang kering.
Bahan tersebut harus dapat terpasang dengan baik melapisi kumparan bagian dalam.
Kekuatan dari bahan lining tersebut baru diperoleh setelah bahan mengalami proses
sintering.
Proses sintering adalah proses pemanasan terhadap lining baru sehingga bahan
lining yang semula terdiri dari serbuk kasar, sebagian berubah menjadi bersifat keramik
yang tahan terhadap temperatur tinggi dan pengaruh-pengaruh kimiawi, sebagian berupa
padatan masif yang segera akan berubah menjadi keramik bila daerah keramik telah
menipis dan sebagian masih merupa serbuk yang mampu meredam getaran akibat
benturan oleh bahan baku serta meredam retakan lining. Selama proses peleburan daerah
keramik akan terus menerus terkikis oleh cairan, namun demikian daerah padatan yang
terletak tepat disebelahnya akan segera menjadi keramik sehingga ketebalan daerah
keramik ini relatif tetap. Hal mana terjadi pula terhadap daerah padatan yang pada saat
bagian terdepan berubah menjadi keramik bagian lain segera digantikan oleh bagian
bahan serbuk yang berubah menjadi padatan.
Dengan demikian pada akhirnya bagian lining yang akan habis adalah bagian
yang masih berupa serbuk. Artinya, bila bagian ini sudah habis maka lining tidak akan
mampu lagi untuk meredam getaran dan retakan. Hal ini menjadi indikator bahwa lining
harus segera diperbarui.
8
Gambar 2.7 Lining setelah proses
Sumber : https://hapli.wordpress.com/foundry/peleburan-dengan-tanur-induksi/
9
Gambar 2.9 Daerah bagian permukaan Lining
Sumber : https://hapli.wordpress.com/foundry/peleburan-dengan-tanur-induksi/
10
untuk meningkatkan efisiensi enerji peleburan. Poin 3 sampai 8 merupakan urutan
prioritas bila bahan-bahan tersebut digunakan.
b. Tanur induksi frekuensi menengah dan tinggi:
1. Sarting blok untuk awal peleburan (bila tersedia).
2. Besi kasar.
3. Bahan daur ulang.
4. Besi bekas.
5. Baja bekas.
6. Carburisher (bersama baja bekas).
7. Bahan paduan, dimana padfuan dengan kehilangan terbakar (melting loss) tinggi
dimuatkan paling akhir.
Poin 1 lebih baik dilakukan walaupun tanpa sarting blok proses peleburan dengan
tanur induksi frekuensi menengah sampai tinggi tetap dapat dilakukan. Sedangkan poin 2
sampai 7 merupakan urutan prioritas bila bahan-bahan tersebut digunakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembuatan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan adalah sebagai berikut :
1. Dapur Induksi termasuk dalam dapur peleburan yang prinsi kerjanya menggunakan
induksi arus listrik.
2. Dapur Induksi mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat meleburkan semua jenis
baja dan bahan material yang lainnya yang tidak dapat dileburkan oleh dapur-dapur
peleburan yang lain. Temperatur dapat diatur serta kebersihannya dan karateristik
memadai.
3. Disamping banyak keuntungan dari dapur induksi ada juga kerugiannya yaitu dalam
hal biaya dan pengoperasian yang sulit, sehingga dibutuhkan tenaga ahli yang handal.
B. Saran
1. Untuk mempelajari lebih detail mengenai dapur induksi tiap- tiap mahasiswa
diperlukan praktik langsung atau melakukan peneltian agar mahsiswa lebih paham
mengenai dapur induksi.
11
2. Dapur induksi memiliki peranan penting dalam proses pengecoran logam untuk itu
tiap- tiap mahasiswa perlu memiliki modul yang dapat menunjang tingkat pemahaman
mengenai dapur induksi.
12