Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang.

Dengan pendidikan yang memadai seseorang akan mampu menjawab

tantangan-tantangan global dalam kehidupan. Dengan pendidikan ini pula

harkat dan martabat seseorang akan terangkat. Bila seseorang memiliki

pendidikan yang tinggi, akan semakin tinggi pula martabatnya. Hal ini juga

akan berlaku pada bangsa dan negara. Harkat dan martabat bangsa Indonesia

dimata dunia juga dipengaruhi oleh pendidikan penduduknya. Negara/bangsa

yang mayoritas pendidikan penduduknya di bawah rata-rata, maka harkat dan

martabat bangsa tersebut juga akan rendah dimata dunia. Namun sebaliknya

apabila pendidikan penduduk suatu bangsa semakin tinggi, maka martabat

bangsa tersebut juga tinggi. Bahkan bangsa-bangsa lain akan memperhitungkan

bangsa tersebut. Oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan harkat/martabat

bangsa, Indonesia tak henti-hentinya berupaya agar seluruh penduduknya dapat

mengenyam pendidikan dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi

warganya untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Negara telah mengatur system pendidikan kita, salah satunya melalui

Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas

Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas Nomor 23 Tahun

2006 tentang Standar Kelulusan, maka setahun setelah peraturan itu ditetapkan,
2

Madrasah Ibtidaiyah Al-Mujahidin Tarakan telah menerapkan Permendiknas

tersebut.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 pasal 19 ayat 1


dinyatakan bahwa: (1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.1

Namun dari hasil pengamatan di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mujahidin

Tarakan dari tahun ke tahun terhadap cara mengajar guru masih terbiasa

menggunakan metode ceramah dan lainnya yang terkesan sangat monoton

sehingga proses pembelajaran kurang memiliki daya tarik bagi siswa, yang

pada akhirnya hasil belajar siswa rendah. Kemungkinan ini juga bisa terjadi

karena terbatasnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Hal ini bisa

dicermati dari hasil rata-rata nilai raport siswa pada tiap semester hanya

mencapai 7,00. Sedangkan standar ketuntasan belajar untuk mata pelajaran

Aqidah Akhlaq minimal 7,50.

Seorang guru yang berjiwa kreatif tentunya harus mampu

membangkitkan gairah belajar dalam rangka meningkatkan kreatifitas dan

minat belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Dalam pendidikan agama terdapat upaya sistematis untuk menanamkan suatu

kesadaran tertentu serta bagaimana membangun pandangan dan sikap yang

tidak hanya menghargai tetapi juga mengindahkan perintah-perintah agama

1 PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Jakarta : BP. Dharma Bakti, 2005)
hal. 14
3

sebagai suatu kebutuhan rohani, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Yang

Maha Kuasa akan mendatangkan keselamatan hidup baik di dunia maupun di

akhirat.

Pembentukan sikap keagamaan siswa tentu tidak murni dihasilkan


dalam ruang-ruang sekolah. Lingkungan keluarga dan media juga mempunyai
peran besar dalam pembentukan sikap dan karakter siswa2.

Oleh karena itu, sangat diharapkan sebagai orang tua siswa jangan

sekali-kali beranggapan bahwa pendidikan itu adalah semata-mata urusan guru

di sekolah. Karena kalau terjadi seperti demikian, pendidikan dan pengajaran

yang telah susah payah ditanamkan guru di sekolah dipastikan memberi efek

sangat minim. Sesungguhnya jalinan kerjasama pihak sekolah dan pihak

lingkungan keluarga siswalah yang melahirkan siswa-siswa berprestasi.

Rasulullah saw. Bersabda :

:


:
( ) ....



dari Abu Hurairah r.a. berkata: Sabda Nabi SAW: Tidak ada seorang anak
yang lahir kecuali dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya-lah yang
menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi . (HR. Bukhari
Muslim)3

Hadits tersebut menggambarkan kepada kita betapa besar peran

lingkugan keluarga khususnya orang tua dalam membina anak-anaknya sejak

2 Listia, Laode Arham, Lian Gogali. Problematika Pendidikan Agama di Sekolah. (Yogyakarta : Institut Dian
/ Intervidei, 2007) hal. vii

3 Muhammad Fuad Abdul Baqi. Al-Lulu wal Marjan Ensiklopedi Hadits-hadits Shahih yang Disepakati
Oleh Bukhari dan Muslim. (Jakarta : Pustaka as-Sunnah, 2008), h. 640
4

dini terutama tentang masalah aqidah. Karena pembinaan sejak dini akan

sangat membekas dalam hati hingga diusia dewasa nantinya. Hasil binaan sejak

dini itulah yang akan membentuk hati dan jiwanya untuk senantiasa melakukan

hal-hal yang positif dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

Pengajaran tentang aqidah adalah salah satu materi yang diharapkan

mampu berperan dalam membentuk karakter dan pribadi siswa. Tanpa aqidah

yang benar seseorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan keragu-

raguan yang lama-kelamaan menumpuk dan menghalangi dari pandangan yang

benar terhadap jalan hidup kebahagiaan, sehingga hidupnya menjadi sempit

lalu ia ingin terbebas dari kesempitan tersebut dengan menyudahi hidupnya

sekalipun dengan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi pada banyak orang

yang telah kehilangan hidayah aqidah yang benar.

Semoga dengan adanya kegiatan Penelitian ini akan mengugah siswa

untuk mempelajari lebih dalam dan tetap istiqomah dalam aqidahnya yang

sekaligus dapat membentuk karakter dan pribadi siswa menjadi lebih baik. Hal

ini sebagaimana telah tercantum dalam Al-Quran surah Az-Zumar ayat 65

sebagai berikut:

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang


sebelummu: jika kamu mempersekutukan (Tuhan) niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.4

Ayat di atas dan yang senada jumlahnya banyak, ini menunjukkan

bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Oleh karena

itulah perhatian Nabi SAW. yang pertama kali adalah pelurusan aqidah, dan

setelah itu barulah beliau mengajarkan akhlak, dan hal pertama yang

didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan

meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia.

Metode atau strategi pembelajaran yang diterapkan seorang guru dalam

menyampaikan materi pelajaran mempunyai peran sangat penting dalam

peningkatan pembelajaran khususnya materi pembelajaran Aqidah. Untuk

menuju ke arah tersebut memerlukan desain atau rencana pembelajaran yang

harus disusun berdasarkan strategi yang tepat.

Guru sebagai pendidik tentunya tidak menyerah begitu saja dengan

situasi dan kondisi yang ada. Ada seribu satu macam cara untuk

membangkitkan gairah belajar siswa di antaranya adalah dengan menerapkan

Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah. Oleh karena itu, untuk upaya

peningkatan hasil belajar pada pembelajaran aqidah yang masih rendah, bagi

siswa kelas II MI Al-Mujahidin Tarakan akan diterapkan Metode Belajar Aktif

Model Pengajaran Terarah.

4 Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Quran & Terjemahannya, (Semarang : CV. Toha Putra., 1989),
h 755
6

Dilihat dari permasalahan di atas, maka peneliti merasa tertarik

mengangkatnya dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul : Efektifitas

Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah Dalam Meningkatkan

Pemahaman Pelajaran Aqidah Siswa Kelas II MI Al-Mujahidin Tarakan.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan

masalah adalah seberapa besar efektif penggunaan metode belajar aktif model

pengajaran terarah terhadap peningkatan hasil belajar Aqidah pada siswa Kelas

II MI Al-Mujahidin Tarakan?

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan pemahaman terhadap judul penelitian ini

maka penulis memberikan definisi operasional sebagai berikut:

Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkatan

keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Belajar aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan

siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam

bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses

pembelajaran tersebut.

Model pengajaran terarah adalah suatu bentuk pembelajaran yang

mengharuskan guru mengajukan satu atau beberapa pertanyaan untuk melacak

pengetahuan siswa.
7

Aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang

membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan

yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Aqidah merupakan dasar-dasar

pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari

ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber

keyakinan yang mengikat.

D. Alasan Memilih Judul

Alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut :

1. Minimnya pengetahuan siswa tentang aqidah secara baik dan benar.

2. Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah merupakan salah satu

metode yang cocok diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar dan

kreatifitas, agar dalam kegiatan belajar mengajar lebih bervariasi dan tidak

membosankan terutama bagi para siswa.

3. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang yang tidak bertentangan

dengan aturan-aturan agama dan norma dalam masyarakat. Mengajarkan

materi pembelajaran aqidah kepada siswa secara menyenangkan merupakan

jalan bagi mereka untuk memahami makna aqidah yang sesungguhnya.

E. Tujuan Penelitian

Seperti yang dijelaskan pada latar belakang dan perumusan masalah di

atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penerapan

metode belajar aktif model pengajaran terarah efektif dalam meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada materi pembelajaran aqidah.


8

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Menyumbangkan karya pemikiran dalam bentuk karya tulis tentang

efektifitas penggunaan metode belajar aktif model pengajaran terarah

dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Aqidah.

2. Dapat dijadikan sebagai titik tolak penelitian selanjutnya yang lebih luas

dan mendalam bagi yang berkepentingan.

3. Sebagai bahan kajian bagi penulis yang akan mengadakan penelitian

mengenai masalah ini lebih lanjut.

G. Sistematika Penulisan
Berikut adalah sistematika penulisan dalam menyusun Skripsi ini:

Bab I, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, definisi operasional, alasan memilih judul, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II, berisi tentang landasan teori, bagian ini dibagi menjadi dua sub.

Sub pertama memaparkan tentang hasil belajar materi pembelajaran aqidah,

pengertian hasil belajar, factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan

materi pembelajaran aqidah. Sub kedua adalah paparan tentang metode belajar

aktif model pengajaran terarah yang berisi pengertian belajar aktif, model

pengajaran terarah, langkah-langkah penggunaan metode tersebut dan

kelebihan serta kekurangannya.


9

Bab III, berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari Populasi,

Sampel, Metode dan Tekhnik Pengumpulan data serta Tekhnik Analisa Data.

Anda mungkin juga menyukai