Anda di halaman 1dari 154

MANFAAT KANOPI POHON PADA TAMAN RUMAH

DALAM UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK


DI LANSKAP PERMUKIMAN
Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan
Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor

DESSY B SILITONGA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi Manfaat Kanopi Pohon pada Taman
Rumah dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Lanskap Permukiman. Studi
Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan Perumahan Villa Bogor Indah,
Bogor adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

Dessy B Silitonga
A44063487
RINGKASAN
DESSY B SILITONGA. Manfaat Kanopi Pohon Pada Taman Rumah Dalam
Upaya Penghematan Energi Listrik Di Lanskap Permukiman. Studi Kasus :
Perumahan Bukit Cimanggu City Dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor.
Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH

Kota Bogor merupakan salah satu kota yang menjadi penyangga kota inti
seperti ibukota Jakarta di Indonesia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk
di kota Bogor semakin meningkat dan penggunaan lahan untuk permukiman turut
meningkat. Perubahan yang terjadi akibat peningkatan penggunaan lahan untuk
permukiman turut mempengaruhi kondisi ekologis kota dan kondisi ekologis
permukiman itu sendiri. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan salah satunya
peningkatan pemborosan energi listrik dan peningkatan panas kota (urban heat
island).
Pohon memiliki berbagai manfaat salah satunya mampu menurunkan iklim
mikro yang menyebabkan penurunan suhu. Dengan manfaat tersebut, pohon
seharusnya mampu dijadikan sebagai salah satu alternatif penghematan
pemakaian listrik di area perkotaan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menduga
nilai manfaat kanopi pohon dalam taman rumah sebagai penghemat penggunaan
listrik untuk Air Conditioner (AC) rumah tangga. Selain itu penelitian ini juga
bertujuan untuk memberikan usulan penataan pohon pada taman rumah agar dapat
memberikan nilai penghematan energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner
(AC) dalam rumah tangga.
Penelitian ini mengambil dua lokasi penelitian yang masing-masing
merupakan perumahan di kota Bogor yaitu Perumahan Bukit Cimanggu City,
kecamatan Tanah Sareal dan Villa Bogor Indah, kecamatan Bogor Utara. Dari
masing-masing perumahan diambil delapan rumah sampel dengan jumlah pohon
bervariasi mulai dari sebanyak satu pohon hingga sebelas pohon. Penelitian ini
menggunakan dua cara pengamatan yaitu pengamatan dengan citra satelit
Quickbird 2006 dan pengamatan langsung. Data yang diperoleh dari kedua
pengamatan ini kemudian dianalisis dengan menggunakan CITYgreen 5.4
ekstensi dari ArcView 3.2. Program ini digunakan untuk menghitung besar nilai
manfaat dari kanopi pohon dalam menghemat pemakaian listrik untuk AC rumah
tangga.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat sembilan rumah yang tidak
mendapat nilai manfaat dari kanopi pohon dan tujuh rumah yang mendapat nilai
manfaat. Kondisi pohon yang paling baik dalam memberikan nilai manfaat
penghematan di kedua perumahan yaitu pada rumah VBI_S_3 dengan nilai
penghematan tahunan sebesar Rp 540.000,- untuk tarif listrik dan 662,56 KWH
untuk daya listrik dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar Rp
10.000 per $ 1,00. Dari hasil analisis juga terdapat dua kasus yang menunjukkan
besar nilai penghematan yang diperoleh oleh kanopi pohon tidak sejalan dengan
besar jumlah pohon yang ada di rumah sampel. Hal ini menunjukkan bahwa pada
penelitian ini jumlah pohon yang ada tidak menentukan besar nilai penghematan
dari pohon. Faktor yang menentukan nilai penghematan dari kanopi pohon dalam
penelitian ini yaitu jarak penanaman pohon terhadap bangunan, jenis dan karakter
pohon sebagai peneduh, persentase lahan non terbangun, arah hadap rumah dan
orientasi pohon terhadap rumah.
Usulan penataan pohon dalam penelitian ini merupakan suatu usulan
tentang bagaimana penataan keberadaan pohon yang tepat dari setiap rumah
sampel sehingga pohon tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang optimal
bagi rumah. Usulan penataan pohon ditujukan pada rumah yang tidak
mendapatkan nilai manfaat penghematan dan rumah yang mendapatkan nilai
manfaat penghematan namun belum optimal sesuai dengan jumlah pohon yang
ada yaitu sebanyak sebelas rumah sampel. Usulan penataan pohon dilakukan
dengan tiga pilihan yaitu penambahan jumlah pohon, perubahan jenis pohon atau
perubahan jenis dan penambahan jumlah pohon. Teknis penataan dilakukan
dengan memperhatikan kelima faktor yang menentukan nilai penghematan pohon
serta fungsi taman bagi pemilik rumah. Pada usulan penataan pohon dilakukan
simulasi analisis untuk membandingkan nilai manfaat yang diperoleh dengan
kondisi eksisting. Dari hasil analisis simulasi diperoleh perubahan nilai
penghematan untuk rumah sampel dari kanopi pohon yang diusulkan. Perubahan
ini memberikan peningkatan nilai penghematan kanopi pohon.
Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tujuan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
MANFAAT KANOPI POHON PADA TAMAN RUMAH
DALAM UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DI
LANSKAP PERMUKIMAN
Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan
Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor

DESSY B SILITONGA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Pada Departemen Arsitektur Lanskap
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Manfaat Kanopi Pohon Pada Taman Rumah Dalam Upaya


Penghematan Energi Listrik Di Lanskap Permukiman. Studi
Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City Dan Perumahan Villa
Bogor Indah, Bogor
Nama : Dessy B Silitonga
Nrp : A44063487
Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui,
Pembimbing

Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi.


NIP.19611111 198903 2 002

Mengetahui,
Ketua Departemen
Arsitektur Lanskap IPB

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA


NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih atas berkat dan anugerahNya selama ini sehingga penyusunan skripsi
dengan judul Manfaat Kanopi Pohon pada Taman Rumah dalam Upaya
Penghematan Energi Listrik di Lanskap Permukiman : Studi Kasus Perumahan
Villa Bogor Indah dan Perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor ini dapat
diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Terwujudnya tulisan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua
pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu
kepada :
1. Ibu Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi. Selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya, dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan, saran, kritikan dan semangat untuk menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Dr.Ir.Nizar Nazrullah,M.Agr dan Ibu Ir. Tati Budiati,MS selaku
dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan saran, kritikan dan
bimbingan di dalam perbaikan skripsi ini.
3. Keluarga tercinta di Medan, bapak P.M Silitonga dan ibu A.M Simanjuntak
sebagai orangtua serta kakak dan adik-adikku, kak Vina, Andre, Nanda dan
Annes yang telah memberikan segala bantuan doa maupun materi, dorongan
semangat dan selalu menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Keluarga di Bogor, Tulang, Nantulang, adik-adik, dan keluarga di Jakarta
yang telah mendukung dan mendoakan penulis selama menjalani masa
perkuliahan di Bogor khususnya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Oot selaku Project Manager, Bapak Didik dan Bapak Bennito selaku
Site Manager serta staf lainnya di kantor teknik PT Semangat Panca
Bersaudara yaitu Bapak Gatot, Bapak Yudi, Mbak Eka, Pak Heru sebagai
pihak pengembang Perumahan Villa Bogor Indah yang telah memberikan
ijin dan bimbingan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di
perumahan tersebut khususnya Pak Donald yang telah membimbing dan
memberi motivasi kepada penulis saat di lapang.
6. Ibu Yanti, Bapak Rudi, Bapak Gufron serta staf lainnya di PT. Perdana
Gapura Prima sebagai pihak pengembang Perumahan Bukit Cimanggu City
yang telah memberikan ijin dan bimbingan kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di perumahan tersebut.
7. Noril Milantara, SHut dan Ariev Budiman, SP. yang telah mengajarkan
banyak teknis tentang penggunaan program ArcView dan CITYgreen serta
dengan penuh kesabaran mau meluangkan waktunya untuk berkonsultasi.
8. Aldi Rusli yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat dan
kenangan tersendiri kepada penulis selama menyelesaikan studi di bangku
kuliah serta keluarga, Pricilia, Ninda, ko Dodo, Albert dan lainnya yang
turut mendukung.
9. Teman-teman sesama bimbingan, Purwanti Lukmanniah, Florentius Agung,
Yumi N Rahmi yang telah banyak membantu dan menjadi motivasi
tersendiri bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman di jurusan Arsitektur Lanskap, khususnya angkatan 43 Teng-
Tong Family, teman-teman terdekat MMG Yumi, Yogi, Lipur, Perthy
dan Maria Agustina Kaka yang telah memberikan banyak kenangan indah
bagi perjalanan hidup penulis di bangku kuliah.
11. Teman-teman kos Pondok Putri, kak Wenny, Viva, Posma, Desra, Rossa,
Satchie, Erti, Christina Tintunz, Christina Situmorang, serta adik-adik
angkatan 45 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu, terima kasih
atas tali persaudaraan yang telah terjalin hingga saat ini.
12. Teman-teman sepelayanan di Komisi Pelayanan Siswa UKM PMK IPB,
Desna, Sherlie, Joel, Molly, Zega, Dhimas, Bernand, Christian Halawa,
Satriani, adik-adik KPD Bolas, Pebri, Yenni, Herlina, Iin, Cely, Ruth,
Raymond, terima kasih atas kekeluargaan yang telah terjalin sampai saat ini.
13. Seluruh staf pengajar ARL, staf TU, pegawai, terimakasih untuk masukan,
kritik serta memperlancar dalam pengurusan surat-menyurat.
14. Guru-guru semenjak TK hingga SMA yang telah memberikan didikan dan
kasih sayang serta membentuk karakter saya hingga saya dapat menjadi
seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam


skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan laporan ilmiah ini di
kemudian hari. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2011

Penulis
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 31 Desember


1988 sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan bapak P.M Silitonga
dan ibu A.M Simanjuntak. Pendidikan formal penulis dimulai dari Taman Kanak-
kanak Petro Medan, Sumatera Utara tahun 1993-1994, Sekolah Dasar (SD)
Katolik Budi Murni 7 Medan, Sumatera Utara tahun 1994-2000, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) Katolik Budi Murni 1 Medan, Sumatera Utara tahun
2000-2003, Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 3 Medan, Sumatera Utara
tahun 2003-2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di jurusan
Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).
Selama di IPB, penulis aktif di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK)
sebagai anggota Komisi Pelayanan Siswa, di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Agria Swara sebagai anggota, peserta penyanyi dalam Konser Tahunan Agria
Swara Rhine-Danubian Cruise tahun 2008, di Himpunan Profesi (Himpro)
Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) sebagai anggota, panitia
Masa Perkenalan Departemen (MPD) Arsitektur Lanskap tahun 2008 sebagai Tim
Medis, dan panitia dalam kegiatan keagamaan di kampus IPB.
i

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii


DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian.................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penelitian................................................................................ 2
1.4 Batasan Penelitian ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
2.1 Lanskap Perumahan ............................................................................ 4
2.1.1 Definisi ....................................................................................... 4
2.1.2 Karakteristik Lanskap Perumahan ............................................. 4
2.2 Taman Rumah Tinggal ......................................................................... 7
2.3 Kanopi Pohon ...................................................................................... 9
2.3.1 Karakteristik Kanopi Pohon ....................................................... 9
2.3.2 Pengaruh Kanopi Pohon Terhadap Iklim Mikro ......................... 11
2.4 Konsumsi Energi Listrik Rumah Tangga ............................................. 14
2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG)........................................................ 18
2.6 Aplikasi CITYgreen 5.4 Ekstensi Arc View 3.2 untuk
Energy Saving ...................................................................................... 19
2.7 Pemakaian Air Conditioner (AC) untuk Rumah Tangga ..................... 24

BAB III METODOLOGI ............................................................................. 29


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 29
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 29
3.3 Kerangka Pikir Penelitian..................................................................... 30
3.4 Metode Penelitian ................................................................................. 32
3.4.1 Metode Kerja ............................................................................... 32
3.4.2 Metode Analisis dengan CITYgreen 5.4 ..................................... 35
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ................................ 49
4.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi ......................................... 49
4.2 Iklim ...................................................................................................... 51
ii

4.3 Hidrologi ............................................................................................... 53


4.4 Topografi dan Tanah ............................................................................. 53
4.5 Tata Guna Lahan .................................................................................. 54
4.6 Vegetasi ................................................................................................ 55
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 58
5.1 Hasil Analisis GIS dengan CITYGreen 5.4 ......................................... 58
5.2 Pendugaan Manfaat Vegetasi Pohon sebagai Penghemat
Pemakaian Listrik Untuk Air Conditioner (AC) Rumah Tangga ........ 61
5.3 Usulan Penataan Pohon pada Taman Rumah Sampel .......................... 100
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 123
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 123
6.2 Saran .................................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 124
LAMPIRAN ................................................................................................... 127
iii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Jenis dan Bentuk Kanopi Pohon menurut Booth (1983) 10
2. Aliran Kerja Sistem Pendingin AC ................................................... 24
3. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................. 31
4. Tampilan program CITYgreen 5.4 .................................................... 34
5. Tampilan pengaktifan ekstensi CITYgreen 5.4 pada ArcView 3.2 ... 35
6. Tampilan untuk memilih dan memasukkan data citra ....................... 36
7. Tampilan View Properties untuk registrasi data citra satelit ............. 36
8. Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Villa Bogor Indah 37
9. Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Bukit Cimanggu
City .................................................................................................... 37
10. Tampilan hasil digitasi salah satu batas rumah di rumah sampel ...... 38
11. Tampilan hasil digitasi noncanopy theme di salah satu rumah
sampel ................................................................................................ 38
12. Tampilan hasil digitasi canopy theme di salah satu rumah sampel ... 39
13. Tampilan saat meng-update tabel atribut pohon di rumah sampel .... 41
14. Tampilan saat memilih jenis dan data pohon lainnya sesuai
dengan pohon sampel ........................................................................ 41
15. Tampilan list untuk pengisian new species dalam CITYgreen.......... 41
16. Tampilan saat memasukkan data atribut dari noncanopy theme ....... 42
17. Tampilan CITYgreen Analysis saat memilih data yang diperlukan ... 45
18. Tampilan Analysis Report sebagai Hasil Analisis CITYgreen 5.4 .... 45
19. Hasil Digitasi Rumah Sampel di Bukit Cimanggu City .................... 46
20. Hasil Digitasi Rumah Sampel di Villa Bogor Indah ......................... 47
21. Contoh Report Hasil Analisis Usulan Penataan ................................ 48
22. Peta Aksesibilitas Kawasan Bukit Cimanggu City............................ 49
23. Peta Aksesibilitas Kawasan Villa Bogor Indah ................................. 50
24. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif
listrik di BCC ..................................................................................... 62
iv

No. Halaman
25. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya
listrik di BCC ..................................................................................... 63
26. Tampak Rumah BCC_K_1 ................................................................ 65
27. Tampak Rumah BCC_K_2 ................................................................ 67
28. Tampak Rumah BCC_S_1 ................................................................ 69
29. Tampak Rumah BCC_S_2 ................................................................ 71
30. Tampak Rumah BCC_S_3 ................................................................ 73
31. Tampak Rumah BCC_B_1 ................................................................ 75
32. Tampak Rumah BCC_B_2 ............................................................... 77
33. Posisi Pohon Peneduh Terhadap Rumah BCC_B_2 ......................... 78
34. Tampak Rumah BCC_B_3 ................................................................ 79
35. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif
listrik di VBI ...................................................................................... 80
36. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya
listrik di VBI ...................................................................................... 80
37. Tampak rumah VBI_K_1 .................................................................. 82
38. Tampak rumah VBI_K_2 .................................................................. 84
39. Tampak rumah VBI_K_3 .................................................................. 86
40. Tampak rumah VBI_S_1 ................................................................... 88
41. Tampak rumah VBI_S_2 ................................................................... 90
42. Tampak rumah VBI_S_3 ................................................................... 92
43. Tampak rumah VBI_B_1 .................................................................. 94
44. Tampak rumah VBI_B_2 .................................................................. 96
45. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_K_1 ........... 102
46. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_1 ............ 104
47. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_3 ............ 105
48. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_1 ........... 107
49. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_2 ........... 109
50. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_3 ........... 110
51. Taman rumah eksisting yang dijadikan perkerasan oleh pemilik
rumah VBI_K_1 ................................................................................ 111
v

No. Halaman
52. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_1 ............ 112
53. Taman rumah eksisting yang seluruhnya dijadikan perkerasan oleh
pemilik rumah VBI_K_2 ................................................................... 113
54. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_2 ............ 114
55. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_3 ............ 116
56. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_S_1 ............. 117
57. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_B_1 ............ 119
vi

DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng. 7
2. Jenis Kanopi Pohon serta Contoh dan Manfaatnya ........................... 11
3. Karakteristik Pohon sebgai Fungsi Memperbaiki Iklim Mikro ......... 13
4. Pemakaian KWH Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit
Cimanggu City ................................................................................... 16
5. Pembayaran Rekening Listrik Juni 2009 - Agustus 2010 di
Perumahan Bukit Cimanggu City ...................................................... 16
6. Total Pemakaian KWH dan Tagihan Listrik Golongan Tarif
Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah .......................................... 17
7. Jumlah Pelanggan Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa
Bogor Indah ....................................................................................... 18
8. Aspek Analisis dan Data yang Diperlukan dalam Analisis ............... 22
9. Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data ...................................... 30
10. Data Primer serta Kelengkapan Data yang Dibutuhkan .................... 32
11. Penggolongan Tinggi Pohon Menurut American Forest ................... 33
12. Data Jenis Pohon Sampel yang Tidak Terdapat pada CITYgreen
5.4 ...................................................................................................... 40
13. Data Iklim Mikro Bukit Cimanggu City Juni 2009 Mei 2010 ....... 51
14. Data Iklim Mikro Villa Bogor Indah Juni 2009 Mei 2010 ............. 52
15. Tata Guna Lahan Bukit Cimanggu City ............................................ 54
16. Klasifikasi Tata Guna Lahan Bukit Cimanggu City .......................... 54
17. Klasifikasi Tata Guna Lahan Villa Bogor Indah ............................... 55
18. Pohon di Bukit Cimanggu Villa ........................................................ 55
19. Pohon Pada Rumah Sampel di Bukit Cimanggu City ....................... 56
20. Pohon Pada Rumah Sampel di Villa Bogor Indah ............................ 57
21. Identitas Rumah dan Pohon di Rumah Sampel Perumahan
Bukit Cimanggu City ......................................................................... 59
22. Identitas Rumah dan Pohon di Rumah Sampel Perumahan
Villa Bogor Indah .............................................................................. 60
vii

No. Halaman
23. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_1 ........................ 63
24. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_2 ........................ 66
25. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_1 ........................ 68
26. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_2 ........................ 70
27. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_3 ........................ 72
28. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_1 ........................ 74
29. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_2 ........................ 76
30. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_3 ........................ 78
31. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_1 ......................... 81
32. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_2 ......................... 83
33. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_3 ......................... 85
34. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_1 ......................... 87
35. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_2 ......................... 89
36. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_3 ......................... 91
37. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_1 ......................... 93
38. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_2 ......................... 95
39. Persentase Penggunaan Lahan di Empat Contoh Rumah Sampel. .... 97
40. Persentase Penggunaan Lahan di Tiga Contoh Rumah Sampel ........ 99
41. Aktifitas Pemilik Rumah di Sebelas Contoh Taman Rumah
Sampel ............................................................................................... 101
42. Perbedaan Hasil Analisis Kondisi Eksisting dan Kondisi Simulasi
Usulan Penataan ................................................................................ 120
43. Rumah Sampel yang Memperoleh Nilai Manfaat Kanopi
Berdasarkan Arah Hadap Rumah ...................................................... 122
viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman


Gambar Lampiran 1. Penghasilan per Bulan Pemilik Rumah Sampel .... 127
Gambar Lampiran 2. Jumlah AC di Tiap Rumah Sampel ....................... 127
Gambar Lampiran 3. Lama Pemakaian AC per Hari (Jam) .................... 128
Gambar Lampiran 4. Rata-rata Tagihan Listrik per Bulan (Rp) ............. 128
Gambar Lampiran 5. Dokumentasi Pengambilan Data di Lapang .......... 129
Lampiran 1. Contoh Laporan Analisis CITYgreen 5.4 ............. 131
Lampiran 2. Kuesioner .............................................................. 132
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan lahan untuk perumahan semakin lama akan mendominasi
persentase terbesar dibanding penggunaan lahan lainnya di perkotaan (White
dalam Catanese, 1988). Hal ini dikarenakan semakin lama semakin banyak
penduduk yang telah tinggal di kota dimana pada tahun 1995 sekitar 45% dari
penduduk dunia telah tinggal di area urban dan sekitar 1 milyar dari 2.6 milyar
penduduk dunia telah tinggal di kota-kota besar (Jenks, 1996). Pernyataan tersebut
juga didukung oleh Dharma (2005) yang menyatakan bahwa jumlah penduduk
kota di negara berkembang pada tahun 2000 adalah sekitar 2 milyar jiwa dengan
proporsi terhadap jumlah seluruh penduduk sebesar 40 %. Hal ini mengakibatkan
kebutuhan akan perumahan di daerah perkotaan terus mengalami peningkatan.
Kota Bogor merupakan salah satu kota yang menjadi penyangga kota inti
seperti ibukota Jakarta di Indonesia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk
di kota Bogor semakin meningkat dengan cepat. Perubahan yang terjadi akibat
peningkatan penggunaan lahan untuk permukiman turut mempengaruhi kondisi
ekologis kota dan kondisi ekologis permukiman itu sendiri. Salah satu dampak
yang dapat ditimbulkan bagi suatu kota yaitu semakin menyempitnya lahan-lahan
yang semula digunakan untuk ruang terbuka hijau. Menurut Suryadi (2008) dalam
penelitiannya, jumlah luasan ruang terbuka hijau di kota Bogor telah mengalami
penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1972 luas ruang
terbuka hijau masih berkisar 2.972,54 ha sedangkan pada tahun 2000 jumlah
tersebut menurun menjadi 422,30 ha. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan
akibat penyempitan lahan-lahan untuk ruang terbuka hijau menyebabkan
terjadinya peningkatan pemborosan energi listrik dan peningkatan panas kota
(urban heat island).
Pohon memiliki berbagai manfaat salah satunya mampu menurunkan iklim
mikro yang menyebabkan penurunan suhu sekitar sehingga udara dapat dirasakan
menjadi lebih sejuk (Hakim dan Utomo, 2004). Salah satu survei yang dilakukan
oleh USGBC (United State Green Building Council) dalam Rahadini (2010)

membuktikan bahwa bangunan yang menggunakan konsep hijau mampu


menurunkan penggunaan energi hingga 30%, pemakaian air hingga 50%, dan
sampah hingga 90%. Dengan manfaat tersebut pohon sebenarnya mampu
dijadikan sebagai salah satu alternatif penghematan pemakaian listrik di area
perkotaan. Namun minimnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat pohon dan
nilai keuntungan yang mampu diperoleh dari pohon mengakibatkan kurangnya
kesadaran dan minat masyarakat perkotaan dalam menjaga kelestarian lingkungan
dan pohon sekitar rumah tinggal.
Dalam mengatasi permasalahan lingkungan perkotaan setiap pemilik rumah
perlu memahami pentingnya pohon dalam setiap lanskap rumah tinggal. Selain
itu, pemilik rumah harus mengetahui besar energi listrik yang dapat dihemat dari
setiap penanaman berbagai pohon sehingga dapat mendorong motivasi setiap
penduduk dalam memperbaiki kondisi taman rumah.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan penelitian ini yaitu :
1. Pendugaan manfaat kanopi pohon dalam taman rumah sebagai penghematan
penggunaan listrik untuk Air Conditioner (AC) rumah tangga.
2. Memberi usulan penataan pohon pada taman rumah agar dapat memberikan
nilai penghematan energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner (AC)
dalam rumah tangga.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat hasil studi diharapkan berguna untuk :
1. Sebagai masukan dalam perancangan taman rumah untuk berbagai tipe
rumah di area perkotaan.
2. Sebagai masukan bagi pihak pengembang perumahan dalam
mengembangkan desain taman rumah untuk berbagai tipe rumah yang
ideal dalam upaya penghematan energi listrik.

1.4 Batasan Penelitian


Adapun batasan yang digunakan pada penelitian ini yaitu mencakup :
1. Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi kanopi pohon dalam
penghematan pemakaian listrik Air Conditioner (AC) rumah tangga.
2. Pengukuran dilakukan pada taman rumah di rumah yang mewakili tipe
rumah kecil, sedang dan besar untuk masing-masing perumahan.
3. Pengukuran pohon dilakukan dengan jarak antara pohon dengan rumah < 18
meter dan tinggi pohon > 6 meter. (McPherson, 1999)
4. Penelitian dilakukan hingga mencapai tahap pemberian usulan penataan
pohon pada taman rumah dalam upaya menghasilkan nilai penghematan
listrik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanskap Perumahan


2.1.1 Definisi
Menurut Simonds (1983), lanskap adalah bentang alam yang memiliki
karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, yang
dicapai jika karakter suatu lanskap menyatu secara harmonis dan alami untuk
memperkuat lanskap tersebut. Eckbo (1964) berpendapat bahwa lanskap
merupakan keseluruhan yang kompleks dari elemen fisik di suatu area atau daerah
pergerakan.
Lanskap perumahan menurut Simonds (1983) merupakan kelompok-
kelompok rumah yang memiliki secara bersama suatu ruang terbuka hijau (open
space) dan berada di bawah suatu manajemen pengelola perumahan tersebut, serta
terdapat fasilitas umum seperti ruko, lapangan bermain (playfield) dan daerah
penyangga (buffer). Selain itu menurut Eckbo (1964) lingkungan perumahan
merupakan suatu area yang di dalamnya terdapat susunan ketetanggaan atau
kumpulan tempat tinggal, sarana perkantoran, niaga, pendidikan, kesehatan dan
fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, didefinisikan bahwa perumahan merupakan kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Permukiman diartikan
sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri
kehidupan dan penghidupan.

2.1.2 Karakteristik Lanskap Perumahan


Pada perencanaan kawasan permukiman menurut Chiara dan Koppelman
(1990) terdapat tujuh karakteristik agar kawasan tersebut menjadi permukiman
yang layak huni, yaitu :

1. Kondisi tanah dan lapisan tanah ;


2. Air tanah dan drainase ;
3. Bebas atau tidaknya dari bahaya banjir permukaan ;
4. Bebas atau tidaknya dari bahaya-bahaya topografi ;
5. Pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah,
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan jaringan utilitas ;
6. Potensi untuk pengembangan ruang terbuka ;
7. Bebas atau tidaknya dari gangguan debu, asap dan bau busuk.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman menurut
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 dalam
Herdiani (2009) meliputi parameter sebagai berikut :
1. Lokasi
1) tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan
sebagainya.
2) tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
atau bekas tambang
3) tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti
jalur pendaratan penerbangan
2. Kualitas udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
1) gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
2) debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
3) gas SO2 maksimum 0,10 ppm
4) debu maksimum 350 mm3/m2 per hari
3. Kebisingan dan getaran
1) kebisingan dianjurkan < 45 dB.A, maksimum 55 dB.A
2) tingkat getaran maksimum 10 mm/detik
4. Kulitas tanah di daerah perumahan dan permukiman
1) kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
2) kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg

3) kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg


4) Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
5. Prasarana dan sarana lingkungan
1) memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan
2) memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vector
penyakit
3) memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan
kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman,
lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata
4) tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang
memenuhi persyaratan kesehatan
5) pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan
6) pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan
7) memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat
kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya
8) pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
9) tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan
6. Vektor penyakit
1) indeks lalat harus memenuhi syarat
2) indeks jentik nyamuk di bawah 50%
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan permukiman merupakan pelindung
dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Faktor-faktor yang menjadi persyaratan fisik lingkungan perumahan dalam


Standar Nasional Indonesia (2004) dalam Herdiani (2009) dapat dibagi menjadi
dua faktor, yaitu :

1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali


dengan rekayasa / penyelesaian teknis
2. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% (dapat dilihat pada tabel) dengan
ketentuan :
a. tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar
landai dengan kemiringan 0-8% ; dan
b. diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%
Dalam penggunaan lahan, terdapat standar kesesuaian yang didasari oleh
kemiringan lereng. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 menurut Standar Nasional
Indonesia 2004 dalam Herdiani (2009).

Tabel 1.Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng


Peruntukkan Kelas Sudut Lereng (%)
Lahan 0-3 3-5 5-10 10-15 15-20 20-30 30-40 > 40
Jalan raya
Parkir
Taman bermain
Perdagangan
Drainase
Permukiman
Trotoar
Bidang resapan
septik
Tangga umum
Rekreasi
Sumber : Standar Nasional Indonesia, 2004

2.2 Taman Rumah Tinggal


Menurut Sulistyantara (1992), taman rumah merupakan komponen penting
di lingkungan rumah tinggal, pelengkap unsur kehidupan rumah tangga yang
dapat menyempurnakan kehidupan rumah tangga. Taman rumah juga menjadi
unsur penting dalam menciptakan lingkungan. Nurisjah dan Pramukanto (1995)
mengatakan rumah dan halaman merupakan suatu kesatuan yang saling
mempengaruhi dalam menciptakan suasana yang diinginkan oleh pemiliknya.
Halaman yang tertata dengan baik selain dapat memberikan kelengkapan dan
kelembutan yang menarik untuk bangunan fisik rumah tersebut juga dapat

memberikan suatu sajian pemandangan indah yang menembus jendela dan


berbagai bukaan pada rumah, sehingga dapat menimbulkan ketenangan dan
berbagai bentuk kenyamanan dalam rumah.
Secara umum taman tersusun atas berbagai elemen taman. Apabila dilihat
berdasarkan karakter atau kekerasannya elemen taman dapat dibagi menjadi dua,
yaitu elemen taman material lunak (soft material) seperti golongan rumput, lumut,
semak, pepohonan dan satwa serta elemen taman material keras (hard material)
yang mencakup semua elemen taman yang sifatnya keras dan tidak hidup seperti
tanah, batuan, paving dan sebagainya (Sulistyantara, 1992). Disamping itu elemen
taman juga dapat dibedakan berdasarkan tingkat kemampuan manusia untuk
mengadakan perubahan terhadap elemen taman tersebut yaitu elemen taman
mayor dan elemen taman minor. Elemen taman mayor merupakan elemen taman
yang terhadapnya kita sulit mengadakan perubahan seperti gunung, sungai,
lembah dan kekuatan alam seperti angin, radiasi matahari dan gravitasi.
Sedangkan elemen taman minor merupakan elemen taman yang dapat diubah
seperti bukit, danau kecil, tanaman rawa dan elemen buatan manusia.
Nurisjah dan Pramukanto (1995) menambahkan bahwa perencana dan
perancang taman atau halaman rumah harus berusaha membuat penataan yang
dapat meningkatkan kualitas atmosfer rumah dengan mewujudkan aspek
fungsional dan estetika taman rumah. DPU tentang Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dalam Budiman (2010) menyatakan bahwa pekarangan dapat dibagi
menurut luas lahan dan bangunannya yaitu :
a. Pekarangan rumah besar dengan kategori : rumah dengan luas lahan di
atas 500 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan kavling
dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat dan
jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 (tiga) pohon
pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan
atau rumput.
b. Pekarangan rumah sedang dengan kategori : rumah dengan luasan lahan
antara 200 m2 500 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan
lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah
setempat dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2

(dua) pohon pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu,


serta penutup tanah atau rumput.
c. Pekarangan rumah kecil dengan kategori : rumah dengan luasan lahan di
bawah 200 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan
kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat
dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu)
pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup
tanah atau rumput.

2.3 Kanopi Pohon


2.3.1 Karakteristik Kanopi Pohon
Pohon merupakan tanaman yang memiliki batang tunggal dan tumbuh
dengan ketinggian lebih dari tiga meter (Laurie,1986). Menurut Hakim dan
Utomo (2004) secara morfologis pohon merupakan tanaman dengan batang
berkayu, berakar dalam dan memiliki percabangan jauh dari tanah serta memiliki
tinggi di atas tiga meter. Carpenter et al. (1975) menyatakan ukuran pohon terbagi
atas tinggi pohon dan diameter tajuk. Berdasarkan tinggi, pohon dapat dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Pohon pendek (tinggi < 9 meter),
2. Pohon menengah (tinggi antara 9 18 meter), dan
3. Pohon tinggi (tinggi > 18 meter).
Setiap jenis pohon mempunyai bentuk dan karakteristik dibawah kondisi
hidup yang normal. Setiap jenis pohon terdiri atas empat elemen karakter pohon
yaitu bentuk, ukuran, tekstur dan warna. Dari keempat elemen tersebut, bentuk
pohon merupakan elemen yang paling memegang peranan penting dalam
perancangan suatu lansekap. Dalam hal ini bentuk pohon dibangun oleh garis luar
tajuk, struktur cabang dan ranting serta pola pertumbuhannya (Grey dan
Deneke,1978).
Simond (1983) menyatakan bahwa bagian pohon yang paling menarik
adalah kanopi atau tajuk pohon karena dapat memberikan identitas dan karakter
pada lingkungan. Menurut Carpenter et al. (1975) terdapat enam jenis pohon
apabila dilihat dari bentuk kanopi pohon yaitu bentuk V (V-shape), menjuntai

10

(round-weeping), bulat (round), bulat telur (oval), berkolom (columnar), dan


kerucut (pyramidal). Sedangkan Booth (1983) membagi bentuk kanopi pohon
menjadi tujuh kelompok yaitu bentuk membulat (globular/rounded), bentuk yang
tinggi meramping (columnar), bentuk yang menyebar (spread), bentuk
eksotis/menarik (picturesque), bentuk ranting-ranting merunduk/menjurai
(weeping), bentuk kerucut (pyramidal), dan bentuk tinggi ramping dengan ujung
meruncing (fastigiated).

Gambar 1. Jenis dan Bentuk Kanopi Pohon menurut Booth (1983)

Apabila dilihat dari kanopinya, pohon dapat memberi manfaat bagi


lingkungan sekitarnya (Carpenter et al, 1975). Manfaat kanopi pohon tersebut
dapat dilihat pada Tabel 2.

11

Tabel 2. Jenis Kanopi Pohon serta Contoh dan Manfaatnya


No. Jenis Kanopi Contoh Pohon Manfaat
1 Bulat (Round) Felicium decipiens Penaung
2 Kubah (Dome) Ficus benjamina Penaung
3 Kolumnar (Columnar) Canarium commune Pengarah
4 Kerucut (Pyramidal) Cupressus spp Pemberi aksen
5 Bulat telur (Oval) Tamarindus indica Penutup
6 Menjurai (Round-weeping) Salix babilonica Pemberi aksen
7 Bentuk V (V-shape) Ravenala madagascariensis Pemberi aksen
8 Menyebar (Spread) Delonix regia Penaung

2.3.2. Pengaruh Kanopi Pohon Terhadap Iklim Mikro


Menurut Kartasapoetra (2004), iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam
jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap.
Kartasapoetra (2004) juga menambahkan iklim merupakan kebiasaan alam yang
digerakkan oleh gabungan beberapa unsur, yaitu radiasi matahari, temperatur,
kelembaban, awan, presifikasi, evaporasi, tekanan udara, dan angin. Iklim
menurut Surjamanto (2000) merupakan perubahan kondisi cuaca yang relatif tetap
dan secara berkala karena pengaruh perputaran bumi yang diteliti 10 sampai 20
tahun sekali.
Perbedaan antara iklim makro dan iklim mikro terutama disebabkan pada
jaraknya dengan permukaan bumi (Tjasyono,2004). Adapun faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi iklim mikro di suatu lokasi, yaitu :
a. Macam tanah : tanah hitam, tanah abu-abu, tanah lembek, dan tanah
keras
b. Bentuk tanah : bentuk konkaf (lembah), bentuk konveks (gunung), dan
danau
c. Tanaman-tanaman yang tumbuh di atasnya : rawa, hutan dan lainnya
yang mempengaruhi jumlah radiasi dan profil angin
d. Aktivitas manusia ; daerah industri, kawasan kota, pedesaan dan
sebagainya.
Surjamanto (2000) berpendapat bahwa suatu iklim mikro dapat memberikan
kenyamanan bagi manusia apabila iklim tersebut berada pada batas minimum dan
maksimum dari kenyamanan thermis (thermal comfort) manusia tersebut.

12

Misalnya thermal comfort untuk orang Indonesia ialah antara 25,4 28,9 derajat
Celcius. Lebih lanjut Surjamanto (2000) menambahkan apabila suatu iklim tidak
dapat memberikan kenyamanan bagi manusia tersebut diperlukan modifier /
pengelola iklim dengan menggunakan teknologi tepat guna. Beberapa cara
pengelolaan iklim mikro pada lingkungan rumah tinggal untuk memperoleh
kenyamanan, yaitu:
a. Membuka jendela pada utara-selatan
b. Pohon perdu diletakkan di timur, sebab angin pada bulan Maret-
September kering (tidak membawa uap air), sehingga tidak lembab. Jika
menanam pohon di barat, sebaiknya tidak dipertinggi agar tidak
membawa uap air masuk ke ruangan
c. Yang dibuka dinding timur, sehingga bila Desember, angin tidak masuk
d. Kamar mandi sebaiknya ditaruh di sebelah barat agar cepat kering (tidak
lembab)
e. Angin yang baik adalah angin yang lewat di depan dan samping (posisi
bangunan tidak membelakangi angin).
Menurut Robinette (1977) vegetasi memiliki fungsi secara spesifik dalam
pengendalian iklim mikro yaitu dapat mengendalikan efek sinar matahari dengan
cara filtrasi langsung radiasi matahari, mengendalikan panas permukaan dan
radiasi ke berbagai lapisan permukaan, baik setiap hari maupun secara musiman.
Oleh sebab itu, suhu udara pada daerah yang mempunyai RTH lebih nyaman
daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh tanaman. Hal ini didukung oleh
pendapat Tjasyono (2000) yang menyatakan iklim tidak hanya mempengaruhi
tanaman tetapi juga dipengaruhi oleh tanaman. Hutan yang lebat dapat menambah
jumlah kelembaban udara melalui transpirasi. Bayangan dari pepohonan dapat
mengurangi suhu udara sehingga penguapan menjadi lebih kecil. Grey dan
Deneke (1978) menjelaskan bahwa pohon memiliki beberapa fungsi dalam
memperbaiki iklim mikro. Fungsi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pohon
yang dapat dilihat pada Tabel 3.

13

Tabel 3. Karakteristik Pohon Sebagai Fungsi Memperbaiki Iklim Mikro


Fungsi Pohon Identifikasi
Kontrol suhu Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi
Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom,
dan menjurai (weeping)
Kontrol Angin Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi
Pohon dengan bentuk pertumbuhan konifer lebih
efektif dalam mengurangi kecepatan angin
Pohon yang memiliki batang, percabangan dan
perakaran yang kuat
Kontrol kelembaban Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi
Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom,
dan menjurai (weeping)

Di dalam proses metabolisme tumbuhan terjadi suatu sistem terpadu dan


dinamik dimana air mengalir dari tempat dengan energi potensial tinggi ke tempat
berenergi potensial rendah. Sistem demikian dikenal dengan lingkaran-tanah-
tanaman-atmosfer atau LTTA. Sistem ini nantinya akan menguntungkan dalam
hal pengaturan suhu mikro suatu lingkungan karena di dalam sistem ini terjadi
beberapa proses kehilangan air dalam bentuk uap. Kehilangan uap air dari tanah
tersebut terjadi melalui proses : (1) evaporasi pada permukaan tanah dan (2)
transpirasi dari permukaan daun dari air yang sebelumnya diserap tanaman dari
tanah. Jumlah kehilangan melalui kedua proses ini disebut dengan proses
evapotranspirasi (Soepardi, 1983).
Suhu di sekitar tanaman dapat menjadi lebih sejuk akibat kehilangan panas
karena adanya evaporasi dari tanaman tersebut (Irwan, 2005). Grey dan Deneke
(1976) menyatakan bahwa proses evapotranspirasi juga dapat memperbaiki suhu
kota dengan adanya pepohonan dan vegetasi lainnya. Pada proses evapotranspirasi
sebatang pohon dapat menjadi air conditioner alami yang mampu menguapkan
400 liter air (H2O) sehari. Kemampuan ini setara dengan kemampuan 5 buah Air
Conditioner (AC) dengan kapasitas 2.500 kcal/jam yang beroperasi selama 20
jam/hari (Kramer & Kozlowski, 1970). Peck et al dalam Feriadi dan Frick (2008)

14

menyatakan bahwa lokasi lubang saluran pengambilan udara luar dari alat
pengatur suhu udara (AC) yang ternaungi oleh bayang-bayang pohon akan
memiliki suhu udara sekitar yang lebih rendah sehingga secara tidak langsung
menghemat energi yang diperlukan oleh AC.
Dalam pengaturan iklim mikro menurut Robinette (1977) terdapat beberapa
prinsip penggunaan pohon yang penting diketahui oleh perancang dalam
pengaturan iklim mikro yaitu :
1. Pohon besar, kecil dan semak kemungkinan dapat digunakan untuk
menghalangi angin yang bergerak secara tidak diinginkan, tanaman konifer
dapat digunakan untuk mengendalikan angin di musim dingin.
2. Pohon dapat digunakan untuk mengatur perpindahan angin, untuk
meningkatkan jumlah ventilasi di beberapa area khusus.
3. Beberapa jenis tanaman akan mengurangi akumulasi dari salju di permukaan,
sehingga dapat digunakan untuk pengumpul atau penjerap panas matahari.
4. Tanaman khususnya pohon berdaun tipis dapat digunakan untuk menangkap
kabut, dan dapat meningkatkan penangkapan sinar matahari ke permukaan.
5. Pohon-pohon jenis tertentu akan menjadi penghalang langsung sinar matahari
selama musim semi, untuk mengurangi suhu dingin yang berlebihan, tetapi
mampu bertahan di musim dingin, mengurangi suhu panas yang berlebihan.
6. Area yang ditanami akan menjadi lebih sejuk sepanjang hari, dan akan
mengalami penurunan panas yang lebih sedikit di malam hari.

2.4 Konsumsi Energi Listrik Rumah Tangga


Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan satu-satunya perusahaan milik
negara yang memiliki wewenang dalam mengelola pemakaian energi listrik di
Indonesia termasuk penentuan Tarif Dasar Listrik (TDL) bagi para pengguna
listrik. Dalam penentuan TDL, PLN membagi golongan pelanggan berdasarkan
kebutuhan pemakaian listrik yang disebut dengan Golongan Tarif. Hingga saat ini
secara garis besar terdapat lima jenis golongan tarif, yaitu :
1. Golongan B merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik
untuk kebutuhan bisnis. Golongan B dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
Golongan B1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA 2200 VA,

15

Golongan B2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200 VA 200KVA


dan Golongan B3 yang menggunakan daya listrik di atas 200 KVA.
2. Golongan I merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik
untuk kebutuhan industri. Golongan I dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu Golongan I1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA 14
KVA, Golongan I2 yang menggunakan daya listrik sebesar 14 KVA 200
KVA, Golongan I3 yang menggunakan daya listrik 200 KVA 30.000
KVA dan Golongan I4 yang menggunakan daya listrik diatas 30.000 KVA.
3. Golongan P merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik
utnuk kebutuhan bangunan pemerintah. Golongan P dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu Golongan P1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450
VA 2200 VA, Golongan P2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200
VA 200 KVA dan Golongan P3 yang menggunakan daya listrik di atas
200 KVA.
4. Golongan R merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik
untuk kebutuhan rumah tangga. Golongan R dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu Golongan R1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA 2200
VA, Golongan R2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200 VA 6600
VA dan Golongan R3 yang menggunakan daya listrik diatas 6600 VA.
5. Golongan S merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik
untuk kebutuhan sosial seperti rumah ibadah, penerangan jalan, dan
pelayanan kesehatan. Golongan S dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
Golongan S1 yang menggunakan daya listrik sebesar 220 VA - 450 VA,
Golongan S2 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA 200 KVA
dan Golongan S3 yang menggunakan daya listrik diatas 200 KVA.

Pasokan energi listrik untuk Kota Bogor sampai saat ini berasal dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang terdapat di PLTA Suralaya dan
sebagai cadangan apabila pasokan utama kurang mencukupi terdapat di Jatiluhur
dan Cirata. Pasokan energi listrik tersebut kemudian dialirkan melalui SUTET
(Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) hingga ke trafo menuju lokasi pemakai.

16

Berdasarkan data dari PLN Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) Bogor Barat,
kebutuhan listrik pada kawasan Bukit Cimanggu City (BCC) digunakan untuk
hampir semua golongan tarif kecuali golongan tarif industri. Pemakaian daya
listrik dan pembayaran rekening listrik selama setahun terakhir ini di kawasan
BCC dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Pemakaian KWH Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit


Cimanggu City
Golongan Jumlah Total Pemakaian Rataan Pemakaian
Tarif Pemakai KWH KWH
B1 52 244299 16286,60
B2 17 946098 63073,20
P1 3 7013 467,53
P3 4 302727 20181,80
R1 2623 6609891 440659,40
R2 137 1037741 69182,73
R3 7 45306 3020,40
S2 8 26484 1765,60
Sumber : Data PLN UPJ Bogor Barat, 2010

Tabel 5. Pembayaran Rekening Listrik Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan


Bukit Cimanggu City
Golongan Jumlah Total Pembayaran Rataan Pembayaran
Tarif Pemakai Rekening Listrik (Rp) Rekening Listrik (Rp)
B1 52 191.150.193 12.743.346,20
B2 17 1.056.093.111 70.406.207,40
P1 3 5.343.835 356.255,67
P3 4 236.928.538 15.795.235,87
R1 2623 4.555.623.741 303.708.249,40
R2 137 816.763.530 54.450.902,00
R3 7 62.056.850 4.137.123,33
S2 8 20.528.553 1.368.570,20
Sumber : Data PLN UPJ Bogor Barat, 2010

17

Pada Tabel 4 dan 5 dapat diketahui bahwa golongan tarif R1 merupakan


golongan tarif yang memiliki kebutuhan KWH dan pembayaran rekening listrik
terbesar. Hal ini disebabkan karena jumlah pelanggan untuk kebutuhan rumah
tangga dengan daya 450 hingga 2200 VA menduduki porsi terbesar di kawasan ini
yaitu sekitar 92% dari total keseluruhan pelanggan dan menduduki sekitar 95%
dari total keseluruhan pelanggan Golongan Tarif Rumah.
Pada kawasan Perumahan Villa Bogor Indah (VBI) pasokan listrik berasal
dari trafo yang dikelola oleh PLN UPJ Bogor Timur. Berdasarkan data yang
diperoleh dari PLN UPJ Bogor Timur jumlah KWH pakai, total tagihan dan
jumlah pelanggan selama setahun dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6.Total Pemakaian KWH dan Tagihan Listrik Golongan Tarif Rumah di
Perumahan Villa Bogor Indah Periode Juni 2009 Agustus 2010
Bulan Total KWH Pakai Total Tagihan (Rp)
Pemakaian R1 R2 R3 R1 R2 R3
Jun-09 460629 40292 16762 322503739 28821607 20830664
Jul-09 498853 38241 20733 346356615 31914338 27000085
Agust-09 490834 35829 18176 344084209 30793267 23131104
Sep-09 511700 39444 17203 356341926 33462088 20984409
Okt-09 474450 34726 16618 339164397 31101780 20798032
Nop-09 526792 40502 18310 368084924 34113291 22809322
Des-09 522691 39061 17119 357452280 31805701 20320479
Jan-10 502496 39078 18000 357115485 33157608 21462165
Feb-10 501332 41664 16928 356075110 34518912 22131421
Mar-10 457700 36973 18518 333032653 31715147 22836173
Apr-10 489592 43866 17240 347514330 37864260 22517652
Mei-10 542342 49707 18080 380411363 41579040 24087676
Jun-10 548925 48330 17442 381483092 40357438 23280707
Jul-10 545211 44901 19143 380570244 37351814 24331736
Agust-10 532346 49241 18311 390271770 41010935 25181300
Sumber : Data PLN UPJ Bogor Timur, 2010

18

Tabel 7.Jumlah Pelanggan Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor


Indah Periode Juni 2009 Agustus 2010
Bulan Jumlah Pelanggan
Pemakaian R1 R2 R3
Jun-09 2477 66 11
Jul-09 2571 69 11
Agust-09 2601 70 11
Sep-09 2626 72 11
Okt-09 2661 73 11
Nop-09 2674 73 11
Des-09 2675 74 11
Jan-10 2677 75 11
Feb-10 2678 75 11
Mar-10 2681 75 11
Apr-10 2675 79 11
Mei-10 2670 79 11
Jun-10 2659 79 11
Jul-10 2653 79 11
Agust-10 2648 82 10
Sumber : Data PLN UPJ Bogor Timur, 2010

Pada Tabel 6 dan 7 dapat diketahui bahwa Golongan Tarif R1 menduduki


porsi terbesar dalam pemakaian listrik di kawasan ini yaitu sekitar 97% dari total
pelanggan jenis Golongan Tarif Rumah. Hal ini hampir serupa dengan persentase
R1 di kawasan BCC. Namun apabila dilihat dari rata-rata tagihan selama setahun
untuk Golongan R1,kawasan BCC yang memiliki tagihan sebesar Rp.
303.708.249,- setiap bulannya lebih sedikit dibanding kawasan VBI yang
memiliki tagihan sebesar Rp 357.364.142,- setiap bulannya.
Berdasarkan data lima tahun terakhir dari Badan Pusat Statistik (2005),
energi listrik yang didistribusikan oleh PLN mengalami kenaikan rata-rata 5,56%
per tahun yang diperkirakan pada tahun 2005 pendistribusian listrik mencapai
104.908 MWH. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan listrik terus mengalami
kenaikan secara signifikan. Oleh karena itu untuk mencegah kekurangan pasokan
energi listrik serta meningkatkan mutu pelayanan, Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral membuat Peraturan Menteri No 07 Tahun 2010 yang merubah Tarif
Dasar Listrik. Dalam Tarif Dasar Listrik 2010 pelanggan 450 VA dan 900 VA
seluruh golongan tarif tidak mengalami kenaikan. Sedangkan kenaikan TDL

19

untuk pelanggan di atas 900 VA untuk setiap golongan tarif, berkisar antara 6% -
20% dengan sebaran sebagai berikut :
1. Sosial, naik rata-rata 10%
2. Rumah Tangga, naik rata-rata 18%
3. Bisnis, naik rata-rata 16%
4. Industri, naik rata-rata 6% s/d 12%
5. Bangunan Pemerintah, naik rata-rata 15% s/d 18%
6. Traksi, Curah, dan layanan khusus, naik rata-rata 9% s/d 20%

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG)


Pada dasarnya istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan dari
tiga unsur pokok yaitu sistem, informasi dan geografis (Prahasta, 2002) sehingga
Prahasta (2002) menyatakan bahwa SIG merupakan sejenis perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan
keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya. SIG menurut Burrough
(1986) dalam Barus dan Wiradisastra (2000) merupakan suatu perangkat alat
untuk mengumpulkan, menyimpan dan menggali kembali, mentransformasi, dan
menyajikan data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi, sedangkan Barus dan
Wiradisastra (2000) menyatakan bahwa SIG merupakan alat yang handal untuk
menangani data spasial.
Menurut Prahasta (2002) sistem SIG ini terdiri dari dua komponen utama
yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras yang sering
digunakan untuk SIG yaitu komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter dan
scanner. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan untuk SIG biasanya tidak
dapat berdiri sendiri tetapi terdiri dari beberapa layer.
Kemampuan SIG dapat juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat
dilakukannya. Secara umum fungsi analisis dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
fungsi analisis atribut dan analisis spasial. Dengan adanya fungsi analisis spasial,
data spasial yang ada secara umum dapat dianalisis dengan cara klasifikasi,
jaringan (network), overlay, buffering, 3D analysis, dan digital image processing
sehingga SIG dapat digunakan untuk aplikasi berbagai bidang seperti

20

kependudukan, sumber daya alam, perencanaan, lingkungan, pertanahan dan


manajemen utilitas. (Prahasta, 2000).

2.6 Aplikasi CITYgreen 5.4 Ekstensi Arc View 3.2 untuk Energy Saving.
Menurut American Forest (2002) CITYgreen adalah salah satu program SIG
(Sistem Informasi Geografis) yang merupakan perkembangan menuju ESRIs
ArcGIS. Secara umum CITYgreen bertujuan untuk menganalisis keuntungan
ekologis dan ekonomis dari kanopi pohon dan ruang hijau lainnya. Dengan
demikian CITYgreen dapat membantu pembuatan kebijakan tertentu di suatu
wilayah yang lebih baik dan ramah lingkungan. Progam ini dibuat berdasarkan
berbagai penelitian di berbagai negara yang terkait tentang manfaat pohon.
CITYgreen hanya dapat bekerja dengan Windows berbasis PC (Personal
Computer) yang telah memiliki program ArcGIS dan terdiri dari dua versi. Versi
pertama bekerja dengan ArcView 3.x dan versi kedua bekerja dengan ArcGIS 8.x.
Analisis dilakukan berdasarkan data tutupan lahan yang telah disediakan. Data
tutupan lahan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti foto udara
atau citra satelit. Semua versi CITYgreen memiliki manfaat untuk menganalisis
beberapa hal berikut yaitu antara lain :

a. Limpasan Permukaan
CITYgreen dapat menghitung besar volume air dari limpasan permukaan yang
akan datang akibat penutupan lahan berdasarkan data curah hujan dalam kurun
waktu 2 tahun 24 jam hari hujan. Banyak permukaan kedap air menghasilkan
banjir dengan level lebih tinggi pada saat banyak area alami yang mengurangi
kuantitas resapan air sehingga CITYgreen dapat menjadi sebuah alat yang sangat
bermanfaat untuk perencanaan dan penetapan penggunaan wilayah.
b. Pereduksi Polutan Udara
Dalam hal ini, CITYgreen dapat menghitung kapasitas reduksi polutan oleh
kanopi pohon. Semakin besar kanopi pohon maka semakin besar pula jumlah
polutan udara yang dapat direduksi. Dengan demikian CITYgreen dapat
melaporkan kuantitas tahunan dari polutan yang tereduksi dan nilai manfaat
ekonomi yang berkaitan dengan usaha reduksi tersebut.

21

c. Penyimpanan Karbon
Dalam hal ini CITYgreen dapat menghitung jumlah karbon yang diserap yang ada
dalam pohon yang disajikan dalam peta penutupan lahan dan menghitung
kuantitas tahunan dari karbon yang direduksi oleh pohon.
d. Konservasi Energi dan Pencegahan Emisi Karbon
Penelitian yang telah dilakukan oleh USDA Forest Service dan pihak lainnya telah
menunjukkan bahwa pohon yang ditanam secara tepat dapat menaungi rumah-
rumah sehingga secara signifikan dapat menurunkan penggunaan dari pendingin
udara (Air Conditioner). Berdasarkan iklim dan tarif listrik lokal, CITYgreen
dapat memperkirakan nilai ekonomis dalam satuan dollar dari keuntungan
naungan langsung pada pohon yang ada di sekitar rumah. Analisis dari
CITYgreens Cool Roof juga dapat menghitung seberapa besar biaya pendinginan
dari warna atap bangunan dan material pendingin lainnya. Berdasarkan total
penghematan energi dalam tapak, CITYgreen juga dapat menghitung kuantitas
dari utilitas pencegahan berbasis emisi karbon.
e. Pemodelan skenario alternatif
Salah satu tampilan CITYgreen yang paling bermanfaat yaitu kemampuan
menganalisis skenario alternatif. Tampilan ini dimulai dengan peta tutupan lahan
yang menjadi objek, dampak akibat perubahan fungsi tutupan lahan dapat
dihitung sebelum perubahan itu terjadi. Hal ini juga berguna untuk melihat
bagaimana hal itu dapat berubah setiap tahunnya, dengan membandingkan peta
tutupan lahan dari awal periode atau sekitar 10 hingga 20 tahun lalu. Hal ini
menjadi sebuah alat pengambil keputusan yang sangat penting yang berhadapan
dengan pilihan pertumbuhan dan pengembangan.
Untuk program CITYgreen 5.4 yang berkolaborasi dengan program
ArcView 3.2 memiliki beberapa tampilan yaitu :
Tabel atribut pohon Program CITYgreen ini merupakan satu-satunya versi
yang memiliki fungsi untuk mengumpulkan atribut pohon dalam bentuk tabel.
Data koleksi pada lapang dari pohon individual juga dapat dimasukkan ke dalam
table. Tabel ini berguna untuk menentukan berbagai variasi informasi, seperti
persentasi tiap spesies, persentasi kesehatan, persentasi lokasi dan sebagainya.
Tabel ini dibuat berdasarkan model pertumbuhan pohon. Namun model ini bukan

22

merupakan tampilan pengelolaan inventarisasi pohon dan tidak memiliki berbagai


fungsi untuk jadwal pengelolaan. Tampilan ini dibuat oleh CITYgreen V.5 untuk
tujuan pendidikan.
Model Pertumbuhan Pohon Dengan menggunakan angka koefisien
pertumbuhan pohon dan informasi dari tabel atribut pohon, CITYgreen dapat
menunjukkan pertumbuhan sebenarnya dari pohon secara individual dalam
beberapa kurun waktu hingga 50 tahun ke depan dan dapat menghitung
keuntungan ekologis ke depan dari setiap jenis pohon tersebut.
Penyimpanan Energi Tampilan ini meminta sebuah jumlah yang sangat
lengkap dari data koleksi lapang dan jumlah vegetasi lokal. Ketika data koleksi
telah lengkap maka program akan menghitung besar penghematan energi dari satu
rumah tangga berdasarkan lokasi dan karakteristik pohon yang ada di sekitar
rumah.
Kelima aspek yang dapat dianalisis pada CITYgreen 5.4 memerlukan data
masukan yang berbeda-beda. Berikut beberapa aspek yang dapat dianalisis dengan
CITYgreen 5.4 dan data yang diperlukan.

Tabel 8. Aspek Analisis dan Data yang Diperlukan dalam Analisis


Required Values Acquired From Data
Within CITYgreen And
User Definable
Stormwater Land cover, Slope, hydrologic soil group,
tree canopy 2-year/24-hour rainfall info,
rainfall distribution type
Air Quality Tree canopy Closest air quality city
Carbon Storage/ Tree canopy, trunk diameter
Sequestration (for individual trees)
Energy Tree canopy, building height, Roof albedo, heating system,
species, tree height class, roof insulation R-value,
roof color locations of windows and
air conditioners
Growth Modelling Tree canopy, species, trunk Tree health class,
diameter (for individual
trees), growing condition
tree height class
Sumber : CITYgreen Manual User 2002

23

Aspek analisis konservasi energi dalam CITYgreen menggunakan metode


yang dikembangkan oleh Jill Mahon dari American Forests yang diinterpolasi
dengan penelitian Dr. Greg McPherson dari USDA Forest Service. Program ini
memperkirakan nilai keuntungan konservasi energi dari pohon yang diperoleh
dari naungan langsung terhadap satu atau dua bangunan rumah (American Forest,
2002).
Penelitian McPherson (1999) menyatakan bahwa energi yang digunakan
untuk pendingin ruangan dapat direduksi dengan adanya naungan dari pohon.
Hasil penelitian ini diperoleh dengan menghitung efek naungan dari pohon, efek
penahan angin dan suhu. Dalam penelitian tersebut dihasilkan beberapa formula
antara lain :
a. Perhitungan tingkat penurunan energi pendingin dari modifikasi suhu ( :

E T UEDT x CFA x T CC x CC x n

dimana
UEDT adalah koefisien suhu Unit Energy Density (UED per oC)

T CC adalah koefisien suhu pada kanopi (persentase suhu udara/persentase


tutupan kanopi)
CC adalah persentase tutupan kanopi per pohon
CFA adalah kondisi area dasar (m2)
n adalah jumlah pohon dalam area j

b. Perhitungan pengaruh energi dari penurunan kecepatan angin ( :

E U UEDU x CFA x U CC x CC x n

dimana
UEDU adalah koefisien angin Unit Energy Density (berubah dalam UED per
persentase kecepatan angin)
U CC adalah koefisien kecepatan angin pada kanopi (persentase kecepatan
angin/persentase tutupan kanopi)
CC adalah persentase tutupan kanopi per pohon

24

CFA adalah kondisi area dasar (m2)


n adalah jumlah pohon dalam area j

c.Perhitungan perubahan kecepatan angin untuk setiap peningkatan persentase


tutupan kanopi (koefisien kecepatan angin )
TC BC
U CC BC/ 24 1.1xBC
24 1.1x TC BC
dimana TC adalah persentase tutupan kanopi pohon dan BC adalah persentase
tutupan bangunan.

d. Perhitungan pengaturan energi berdasarkan kondisi pohon (Energy


adjustment)
Energy adjustment = 0.5 + (0.5 x kondisi pohon)
dimana kondisi pohon = 1 - % kematian batang.

e. Perhitungan kalibrasi penghematan energi pohon menurut Mahajan dalam


McPherson (1994)
HPI = BTU/ HDD / FA CPI = Wh / CDD /FA
dimana : BTU adalah British Thermal Unit untuk konsumsi gas untuk pemanasan
Wh adalah Watthours dari konsumsi listrik untuk pendinginan
HDD adalah Heating-degree-days
CDD adalah Cooling-degree-days
FA adalah area dasar (feet2)

Seluruh formula diatas dikombinasikan dengan penelitian terkait lainnya


yang telah dilakukan sehingga menghasilkan ekstensi CITYgreen untuk
mendapatkan hasil yang sama dengan lebih efektif dan efisien.

2.7 Pemakaian Air Conditioner (AC) untuk Rumah Tangga


Menurut Dewi (2007), Air Conditioner (AC) merupakan mesin pendingin
yang mengeluarkan hawa dingin untuk menyejukkan suatu ruangan. Penggunaan
Air Conditioner dewasa ini sudah meluas dan banyak dijumpai, mulai dari gedung

25

perkantoran, pusat perbelanjaan, bahkan sudah sampai ke rumah-rumah


penduduk. AC dimanfaatkan sebagai pemberi kenyamanan di lingkungan tempat
kerja.
Secara umum terdapat lima komponen utama dan dua komponen
pelengkap sistem AC menurut Dewi (2007). Ketujuh komponen tersebut disusun
menurut aliran kerjanya (Gambar 2).

Gambar 2. Aliran Kerja Sistem Pendingin AC


Sumber : Handoko dalam Dewi (2007)

Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa keima komponen utama untuk sistem AC
antara lain :
1. Kompresor ; komponen ini bertugas menghisap dan menekan bahan pendingin
sehingga bahan pendingin tersebut beredar dalam unit mesin pendingin.
2. Kondensor ; merupakan alat penukar kalor. Cara kerja kondensor yaitu dengan
mengembunkan uap (bahan pendingin) menjadi cairan sehinggga dapat dipakai
kembali dalam siklus pendinginan.
3. Penyaring (Filter) ; berfungsi untuk menyaring kotoran dari bahan pendingin
sebelum dialirkan ke dalam pipa kapiler.

26

4. Pipa Kapiler ; berfungsi sebagai alat untuk menurunkan tekanan bahan


pendingin cair yang mengalir di pipa tersebut dan mengatur bahan pendingin
cair yang mengalir dari sisi tekanan tinggi ke tekanan rendah.
5. Evaporator ; merupakan bagian yang berfungsi menguapkan bahan pendingin
cair menjadi gas dengan mengambil udara panas dari ruangan yang dihisap
oleh fan motor.
Selain kelima komponen tersebut, terdapat dua komponen yang
merupakan bahan didalam kinerja kelima komponen sebelumnya, yaitu :
1. Bahan Pendingin (Refrigeran) ; proses pendinginan memerlukan suatu bahan
yang mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya untuk
mengambil panas dari evaporator dan membuangnya di kondensor.
2. Minyak Kompresor ; berfungsi untuk melindungi dan melumasi bagian-bagian
yang bergerak dari kompresor supaya jangan aus dan rusak.
Lebih lanjut Dewi (2007) menjelaskan bahwa teknis kerja AC dimulai dari
kompresor yang merupakan komponen yang paling utama untuk terjadinya
pendinginan. Bahan pendingin pada AC merupakan zat yang dapat berubah-ubah
wujudnya tergantung suhu dan tekanannya. Imroee (2010) menyatakan bahwa
secara umum prinsip kerja AC terbagi menjadi empat cara kerja, yaitu :
a. Proses kompresi
Proses dimulai ketika bahan pendingin meninggalkan evaporator. Bahan
pendingin yang dihisap oleh kompresor memiliki wujud gas dengan suhu dan
tekanan rendah. Bahan pendingin ini diubah oleh kompresor menjadi bahan
pendingin gas dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Hal tersebut bisa dilakukan
karena kompresor dapat menghisap gas dan mengompresikan bahan pendingin
sehingga mencapai tekanan kondensasi. Setelah tekanan dan suhu diubah,
selanjutnya bahan pendingin dipompa dan dialirkan menuju ke kondensor.
b. Proses kondensasi
Ketika di kondensor, bahan pendingin mengalami kondensasi yaitu perubahan
wujud gas menjadi cair dan perubahan suhu menjadi rendah. Agar proses
kondensasi lebih efektif, digunakan kipas (fan) yang dapat mengembuskan udara
luar tepat di permukaan pipa kondensor. Dengan begitu, panas pada bahan
pendingin dapat dengan mudah dipindahkan ke udara luar. Setelah melalui proses

27

kondensasi, bahan pendingin memiliki wujud cair, bersuhu rendah namun masih
memiliki tekanan tinggi. Dengan kondisi demikian, bahan pendingin dialirkan ke
filter. Di dalam filter, bahan pendingin disaring kadar air dan kotorannya agar
tidak mengganggu sirkulasi bahan pendingin di sistem. Bahan pendingin yang
berwujud cair dan telah disaring, mengalir masuk ke dalam pipa kapiler untuk
mengalami proses penurunan tekanan.

c. Proses penurunan tekanan


Di dalam pipa kapiler, terjadi proses penurunan tekanan. Selain itu pipa kapiler
juga berfungsi mengontrol aliran bahan pendingin di antara dua sisi tekanan yang
berbeda, yaitu tekanan tinggi dan rendah. Selanjutnya, bahan pendingin yang telah
memiliki wujud cair, suhu dan tekanan rendah dialirkan menuju ke evaporator
untuk mengalami proses evaporasi.
d. Proses evaporasi
Proses ini dimulai ketika bahan pendingin akan masuk ke dalam evaporator.
Masuknya bahan pendingin ke dalam evaporator diatur oleh pipa kapiler. Di
evaporator, bahan pendingin mengalami evaporasi yaitu perubahan wujud dari
cair menjadi gas dan disinilah tempat terjadinya pendinginan. Kondisi bahan
pendingin yang bersuhu dan tekanan rendah dimanfaatkan untuk mendinginkan
udara luar yang melewati permukaan evaporator.
Agar lebih efektif mendinginkan udara dalam ruangan, pada AC
digunakan blower (indoor) untuk mengatur sirkulasi udara agar melewati
evaporator. Bahan pendingin mengalir ke saluran hisap dan dihisap oleh
kompresor lagi agar menjadi bahan pendingin gas yang mempunyai suhu dan
tekanan yang tinggi yang kemudian masuk pipa kondensor bagian atas. Proses ini
akan diulang terus menerus selama kompresor bekerja. Setelah suhu evaporator
sudah sesuai dengan termistor, maka kontak aliran listrik ke kompresor akan
terbuka dan bila suhu di evaporator sudah tinggi kembali maka kontak termistor
akan menutup dan kompresor akan bekerja lagi. Proses tersebut akan diulang
secara terus menerus selama AC diberi aliran listrik (Dewi, 2007).

28

Budianto (2008) menyatakan bahwa kebutuhan AC dalam suatu ruang


dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor waktu dan luas ruangan. Salah satu
contoh yaitu pada rumah tinggal dengan ketinggian plafon 3 meter, saat siang hari
memerlukan kapasitas pendinginan sebesar 500 BTU/h/m2, sedangkan pada saat
malam hari memerlukan 350 BTU/h/m2 untuk mendapatkan temperatur ruang (25
1) oC. BTU (British Thermal Unit) merupakan istilah yang menunjukkan jumlah
kalor yang diperlukan untuk memanaskan atau mendinginkan 1 pound air sampai
suhunya naik atau turun 1oF. Kondisi seperti ini menyebabkan energi yang
dibutuhkan untuk mendinginkan ruang di siang dan malam hari juga berbeda.
Dengan demikian diperlukan perhitungan kebutuhan AC untuk dapat menentukan
jenis AC yang sesuai.
Dilihat dari jenisnya, AC memiliki berbagai macam jenis seperti AC Split,
AC Cassete, AC Standing, AC Central, AC Ciller, AC Celling, AC Parcision dan
AC Window (Sofyan, 2010). Sebagian besar jenis AC yang digunakan untuk
rumah tangga yaitu AC Split. Budianto (2008) menyatakan bahwa cara
perhitungan kapasitas AC Split adalah sebagai berikut :
Luas ruangan = 3 x 3 m = 9 m2
a. Siang hari (500 BTU/hour)
Kebutuhan ruangan = luas x 500 = 9 m2 x 500
= 4500 BTU/h/m2 di siang hari
b. Malam hari (350 BTU/hour)
Kebutuhan ruangan = 9 m2 x 350
= 3150 BTU/h/m2 di malam hari
Berdasarkan data di atas maka AC yang diperlukan memiliki kapasitas 5000 BTU.
Sehingga untuk contoh kondisi ruangan tersebut kapasitas AC di atas sering
disebut dengan split 0,5 pk. Nilai kapasitas ini dapat dilihat di perangkat AC.
Dalam Sofyan (2010), istilah split pada AC merupakan tenaga untuk
menggerakkan kompresor AC. Konversi standar untuk split 1 pk yaitu sebesar 750
watt atau sama dengan 9000 BTU/hour. Mira (2008) menyatakan bahwa untuk
AC Split 0,5 pk umumnya memerlukan daya 430 Watt.

29

BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di kota Bogor dengan mengambil lokasi studi kasus
pada dua perumahan. Kedua perumahan tersebut berasal dari dua kecamatan yang
berbeda namun berdekatan, yaitu perumahan Bukit Cimanggu City di Kecamatan
Tanah Sareal dan Villa Bogor Indah 2 di Kecamatan Bogor Utara. Kedua
perumahan ini dipilih dengan alasan karakter rumah mulai dari tipe, konstruksi
dan material rumah bersifat homogen. Dengan demikian faktor yang dianggap
dapat mempengaruhi suhu mikro pada rumah seperti konstruksi serta material
rumah dapat diabaikan.
Kegiatan penelitian ini dilakukan selama delapan bulan pengambilan dan
pengolahan data dimulai dari bulan Maret-Oktober 2010. Kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan penyusunan skripsi.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Alat alat yang digunakan pada kegiatan penelitian ini terdiri dari :
a. Kamera digital untuk mengambil data visual yang dibutuhkan
b. Alat ukur rollmeter dengan panjang hingga 30 meter untuk mengukur elemen
pohon yang dibutuhkan seperti lebar tajuk.
c. Hagameter untuk mengukur tinggi pohon.
d. Komputer dengan perangkat lunak citra satelit Quickbird 2006, Arcview 3.2
dan ekstensi CITYgreen 5.4 untuk analisis data, Microsoft Excel 2007 untuk
penghitungan data, Auto CAD 2006 dan Adobe Photoshop CS 3 untuk
pembuatan usulan penataan pohon.
Data yang diutamakan dalam kegiatan penelitian meliputi data fisik,
biologis dan data sosial. Jenis, sumber dan cara pengumpulan data yang
dibutuhkan dalam penelitian dijelaskan pada Tabel 9.

30

Tabel 9. Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data.


Cara
Pengambilan
Aspek Jenis Data Sumber Data Data
Fisik Wilayah Administrasi Pengelola Perumahan Studi Pustaka
Iklim Badan Meteorologi dan Studi Pustaka
Geofisika (BMG)
Tanah Badan Pemerintah Daerah Studi Pustaka
Tata Guna Lahan Pengelola Perumahan Studi Pustaka
Citra Satelit Digitasi
Hidrologi Pengelola Perumahan Wawancara
Studi Pustaka
Topografi Badan Pemerintah Daerah Studi Pustaka
Biologis Vegetasi Pengelola Perumahan Studi Pustaka
Pemilik Rumah Wawancara
Sosial Kependudukan Pengelola Perumahan Studi Pustaka
Pemilik Rumah Kuesioner
Konsumsi Listrik Pemilik Rumah Wawancara
PLN Kota Bogor

3.3 Kerangka Pikir Penelitian


Kegiatan penelitian ini didasari dengan adanya pemikiran bahwa kota Bogor
saat ini merupakan kota yang sedang berkembang. Salah satu komponen
penyusun lanskap kota Bogor yang juga turut berkembang dengan pesat saat ini
yaitu lanskap permukiman. Peningkatan kebutuhan akan rumah bagi warga kota
Bogor menyebabkan peningkatan berbagai macam perumahan. Hal ini
menyebabkan dampak perubahan lanskap kota yang akhirnya menuju kearah
peningkatan panas kota. Pohon sebagai salah satu komponen lanskap yang
memiliki berbagai manfaat dalam penelitian ini akan dinilai seberapa besar
manfaatnya dalam hal menurunkan pemakaian listrik untuk Air Conditioner (AC)
rumah tangga.
Kegiatan penelitian ini menyoroti keadaan lanskap perumahan yang ada di
kota Bogor khususnya pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) di tiap rumah tangga
yang lebih dikenal dengan sebutan taman rumah. Pengamatan dilakukan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan secara tidak langsung
dilakukan dengan cara digitasi 16 sampel rumah tangga di dua perumahan yang
menjadi lokasi penelitian. Keenam belas sampel rumah tangga ini dipilih

31

berdasarkan keberadaan taman rumah, pohon di dalamnya serta mewakili tipe


rumah kecil, sedang dan besar.
Data dari hasil pengamatan tidak langsung (digitasi) dipakai untuk
pengamatan secara langsung. Pengamatan secara langsung dilakukan dengan
melakukan pengukuran dan tinjau langsung ke lapang untuk pengukuran
bangunan dan pohon yang ada. Dengan kedua hasil pengamatan tersebut
dilakukan analisis untuk mengetahui manfaat kanopi pohon pada taman rumah.
Kegiatan analisis dilakukan dengan program CITYgreen 5.4. Adapun nilai
manfaat kanopi pohon yang dianalisis dengan program tersebut pada penelitian ini
terdiri dari dua manfaat yaitu, nilai penghematan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk
penggunaan AC rumah tangga dan nilai penghematan energi listrik dalam satuan
Kilowatt-hours (KWH). Apabila pada rumah tersebut, kanopi pohon dirasakan
belum mampu memberi kedua nilai manfaat tersebut maka akan dicari usulan
penataan pohon pada taman rumah sehingga tercapai penghematan energi listrik
rumah tangga.

Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian

32

3.4 Metode Penelitian


3.4.1 Metode Kerja
Metode kerja yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga teknis
yaitu teknis administrasi, teknis survei lapang dan teknis studio.
a. Teknis Administrasi
Pada teknis administrasi terdapat beberapa rencana kegiatan. Kegiatan
diawali dengan tahapan perijinan ke lokasi penelitian yaitu ke Perumahan Bukit
Cimanggu City dan Villa Bogor Indah yang meliputi pembuatan dan pengesahan
surat perijinan, pengiriman surat ke lokasi penelitian dan penetapan tanggal
kunjungan ke lokasi. Tahapan selanjutnya yaitu penentuan beberapa rumah yang
mewakili semua tipe rumah untuk dijadikan objek penelitian serta persiapan alat
dan bahan yang dibutuhkan.
b. Teknis Survei Lapang
Teknis survei lapang dilakukan setelah teknis administrasi selesai dilakukan.
Survei lapang dilakukan untuk mengambil data primer dan sekunder. data primer
diperoleh dengan cara pengukuran, pengamatan langsung dan wawancara
sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara studi pustaka dan kunjungan ke
instansi terkait untuk permohonan permintaan data. Jenis data primer lebih
lengkap dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Data Primer serta Kelengkapan Data yang Dibutuhkan


Alat
Vegetasi Bangunan Pendingin Kondisi Tata Guna
Pohon Rumah Rumah Sosial Pemilik Lahan Rumah
Rumah Sampel
Tinggi Pohon Tinggi Intensitas Pengelolaan Luas dan
Bangunan Pemakaian Taman Rumah persentase
Diameter at Arah Penghasilan Tarif Dasar
Breast Height Hadap Listrik
(DBH) Rumah
Pemakaian
Lebar Kanopi Jenis dan listrik per Pemakaian
Jumlah bulan Listrik
Perumahan
Jenis Pohon

33

Secara khusus dalam pengukuran kelengkapan data vegetasi pohon terdapat


beberapa cara pengukuran, antara lain :
1. Diameter Batang Setinggi Dada atau Diameter at Beast Height (DBH)
Pengukuran DBH pohon dilakukan dengan jarak 140-145 cm dari permukaan
tanah. Pengukuran dilakukan dengan cara melingkarkan alat ukur rollmeter pada
lingkaran batang pohon yang disebut circumference. Selanjutnya hasil
pengukuran dimasukkan ke dalam perhitungan berikut untuk mencari DBH :
DBH = Circumference /
( = 3.14)
Keterangan : Circumference = diameter keliling batang
Data DBH ini kemudian akan menjadi salah satu data yang harus dimasukkan
sebagai atribut pohon dalam CITYgreen 5.4.

2. Tinggi Pohon
Pengukuran tinggi pohon menggunakan Hagameter untuk memperoleh sudut
bawah dan sudut atas pohon. Tinggi pohon diperoleh melalui perhitungan sebagai
berikut :
T = (Tan () + Tan ()) x d
Keterangan : T : Tinggi pohon (meter); : sudut atas (o); : sudut bawah (o); d :
jarak pengamatan (meter)
Data tinggi pohon yang diperoleh selanjutnya akan digolongkan menurut
klasifikasi dari American Forest dalam CITYgreen Manual User 2002. Tingkat
pada golongan ini yang akan dimasukkan sebagai salah satu atribut pohon.
Penggolongan tinggi pohon dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Penggolongan Tinggi Pohon Menurut American Forest


Golongan Tinggi Pohon
1 < 25 feet
2 25 - 45 feet
3 > 45 feet
Ket : 1 feet = 0.3048 m

34

3. Lebar Kanopi
Pengukuran lebar kanopi atau tajuk pohon dilakukan dengan menentukan dua titik
terluar kanopi yang memiliki jarak paling lebar (diameter kanopi) dari pohon
tersebut. Data lebar kanopi ini sama dengan kedua data sebelumnya yang akan
dimasukkan sebagai data atribut pohon pada CITYgreen 5.4 dalam proses analisis.
c. Teknis Studio
Teknis studio merupakan teknis pengolahan data yang telah dikumpulkan
baik data primer maupun data sekunder. Pengolahan data dilakukan dengan cara
menganalisis data menggunakan program ArcView 3.2 dengan ekstensi
CITYgreen 5.4.
Setelah kegiatan analisis selesai dilakukan, maka kegiatan studio
selanjutnya adalah pembuatan usulan penataan pohon pada taman rumah dalam
upaya penghematan energi. Usulan yang diberikan berupa usulan perbandingan
yang ideal antara luas lahan terbangun dengan lahan terbuka hijau dan usulan
desain penataan pohon yang sesuai dengan tipe rumah.


Gambar 4. Tampilan program CITYgreen 5.4 ; (a) digitasi non-canopy theme, (b)
digitasi canopy theme, (c) gabungan digitasi, (d) tampilan proses analisis.
(Sumber : CITYgreen Manual User 2002)

35

3.4.2 Metode Analisis dengan CITYgreen 5.4


Pada program CITYgreen 5.4 salah satu aspek yang dapat dianalisis yaitu
konservasi energi dalam bentuk energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner
(AC) rumah tangga. Penelitian ini hanya difokuskan menganalisis aspek
konservasi energi (Energy Savings) tersebut.
Tahapan yang dilakukan untuk dapat menganalisis penghematan energi
dengan menggunakan CITYgreen 5.4 terdiri dari 8 tahapan, yaitu :
1. Mengaktifkan ekstensi CITYgreen 5.4 dan ekstensi pendukung lainnya.
Tahapan ini dimulai dengan membuka program ArcView 3.2 dan memulai
dengan membuat lembar kerja atau project baru. Setelah lembar kerja baru
terbuka, pengaktifan ekstensi CITYgreen 5.4 dan lainnya dapat dibuka dengan
memilih Extensions dari menu File (Gambar 5).

Gambar 5. Tampilan pengaktifan ekstensi CITYgreen 5.4 pada ArcView 3.2


Selain ekstensi CITYgreen terdapat ekstensi pendukung lainnya yang
diperlukan untuk menampilkan data citra seperti Image Analysis, IMAGINE
Image Support, JPEG (JFIF) Support, dan Spatial Analysis.

2. Memilih dan meregistrasi peta tutupan lahan / data citra


Data citra yang akan menjadi image dasar atau peta tutupan lahan dapat
dimasukkan ke dalam project dengan memilih Add Theme dari menu File. Data
citra tersebut dapat dipilih dengan memilih tipe data sebagai Image Data Source.

36

Gambar 6. Tampilan untuk memilih dan memasukkan data citra

Apabila data tersebut berasal dari citra satelit yang belum teregistrasi,
maka selanjutnya harus diadakan registrasi citra terlebih dahulu. Registrasi
dilakukan dengan menyesuaikan Map Units dan Distance Units sesuai proyeksi
posisi wilayah pada bagian Properties di menu View (Gambar 7).

Gambar 7. Tampilan View Properties untuk registrasi data citra satelit

3. Membuat batas lokasi penelitian


Apabila peta sudah muncul pada tampilan ArcView 3.2, maka selanjutnya
pemberian batas lokasi penelitian pada peta harus dilakukan. Caranya dengan
memilih New Theme pada menu View. Selanjutnya memilih tipe polygon pada
bagian Feature Type agar digitasi batas lokasi dapat dilakukan dengan bentuk
bebas dan kemudian diakhiri dengan mendigitasi batas lokasi pada peta.

37

Gambar 8. Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Villa Bogor Indah

Gambar 9. Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Bukit Cimanggu City

Pembuatan batas lokasi penelitian terbagi menjadi dua jenis yaitu


pembuatan batas perumahan untuk mengetahui luasan perumahan dan pembuatan
batas masing-masing rumah sampel untuk analisis data. Hasil digitasi batas
perumahan di kedua perumahan dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8 yang
ditandai dengan garis poligon kuning. Pada penelitian terdapat 8 (delapan) sampel
rumah dari masing-masing perumahan yang akan dianalisis. Digitasi salah satu
batas rumah sampel dapat dilihat pada Gambar 10.

38

Gambar 10. Tampilan hasil digitasi salah satu batas rumah di rumah sampel

4. Mendigitasi Noncanopy Theme.


Pada tahapan ini dilakukan digitasi terhadap elemen yang bukan pohon
(noncanopy) yang terdapat pada tapak. Digitasi ini diawali dengan membuat tema
baru yaitu noncanopy theme dengan memilih New Theme pada menu View.
Elemen bukan pohon yang didigitasi meliputi atap rumah, perkerasan,
groundcover, kolam resapan yang terdapat pada tapak rumah (Gambar 11).

Gambar 11. Tampilan hasil digitasi noncanopy theme di salah satu rumah sampel

5. Mendigitasi Canopy Theme


Pada tahapan ini dilakukan digitasi terhadap pohon yang terdapat pada
tapak. Proses digitasi ini persis dengan proses digitasi noncanopy theme dengan
membuat tema baru dengan kriteria poligon dan diberi nama canopy theme .

39

Setelah pembuatan tema selesai dilanjutkan dengan mendigitasi setiap kanopi


pohon yang terlihat pada data citra. Hasil digitasi dapat dilihat pada bentuk bulat
hijau pada Gambar 12.

Gambar 12. Tampilan hasil digitasi canopy theme di salah satu rumah sampel

6. Meng-update Data Atribut dari Canopy Theme


Pada tahapan ini dilakukan proses pelengkapan atribut dari data vegetasi
pohon yang telah didigitasi. Tahapan ini dapat dilakukan setelah pengamatan
langsung atau survei lapang selesai. Data dari hasil pengamatan langsung yang
dibutuhkan untuk melengkapi atribut pohon berupa jenis dan jumlah pohon,
diameter batang, diameter kanopi, jenis groundcover, kondisi pertumbuhan, tinggi
dan kondisi kesehatan pohon. Selanjutnya dari data tersebut tabel atribut pohon
dapat dilengkapi dengan cara mengedit canopy theme, membuka Attribute Table
dan Add/Update Data. (Gambar 13 dan Gambar 14).
Pada tahapan ini apabila pada program CITYgreen 5.4 tidak terdapat nama
dan keterangan pohon sampel yang dibutuhkan, maka diperlukan penambahan
keterangan pohon sampel tersebut dengan cara Add Species dari menu
CITYgreen. Penambahan data pohon ini memerlukan beberapa keterangan
karakteristik pohon yaitu nama umum dan nama ilmiah pohon, kerapatan daun,
nilai pertumbuhan tinggi, nilai pertumbuhan diameter, bentuk kanopi, tingkat
musim gugur daun, dan kelas tinggi maksimum pohon. Pada penelitian terdapat
14 jenis pohon sampel yang memerlukan penambahan data pohon karena tidak

40

tersedia pada data CITYgreen. Keterangan keempat belas jenis pohon ini dapat
dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Data Jenis Pohon Sampel yang Tidak Terdapat pada CITYgreen 5.4
Nama Nama Latin Kerapat Tingkat Tingkat Bentuk Gugur Kelas
Lokal an Daun Pertumb Pertumbu Kanopi Daun Tinggi
uhan han Maksimal
Tinggi Diameter
Belimbing Averrhoa Sedang Sedang Sedang Menyebar Broad-leaf Pendek
Wuluh bilimbi evergreen
Cemara Thuja Padat Sedang Sedang Kerucut Needle- Pendek
Kipas orientalis leaf
evergreen
Cengkeh Eugenia Padat Sedang Sedang Kerucut Broad-leaf Tinggi
aromatica evergreen

Durian Durio Sedang Lama Lama Menyebar Broad-leaf Tinggi


zibethinus evergreen

Jambu Air Syzygium Sedang Sedang Sedang Bulat Broad-leaf Sedang


aqueum evergreen

Jambu Biji Psidium Sedang Sedang Sedang Bulat Broad-leaf Sedang


guajava evergreen

Jambu Bol Syzygium Padat Sedang Sedang Bulat Broad-leaf Tinggi


malasccense evergreen

Jotang Spilanthes Sedang Sedang Sedang Menyebar Broad-leaf Tinggi


acmella evergreen

Mareme Glochidion Sedang Sedang Sedang Menyebar Broad-leaf Tinggi


borneense evergreen

Matoa Pometia Padat Sedang Sedang Bulat Broad-leaf Tinggi


pinnata evergreen

Pala Myristica Padat Sedang Sedang Kerucut Broad-leaf Tinggi


fragrans evergreen

Petai Cina Leucaena Sedang Sedang Sedang Menyebar Broad-leaf Tinggi


leucocephala evergreen

Rambutan Nephelium Padat Sedang Sedang Menyebar Broad-leaf Sedang


lappaceum evergreen

Tanjung Mimusoph Padat Cepat Cepat Bulat Broad-leaf Tinggi


elengi evergreen



41

Penambahan data karakteristik pohon ini diperoleh dengan mencari studi literatur
mengenai jenis pohon yang bersangkutan (Gambar 15).

Gambar 13. Tampilan saat meng-update tabel atribut pohon di rumah sampel

Gambar 14. Tampilan saat memilih jenis dan data pohon lainnya sesuai dengan
pohon sampel

Gambar 15. Tampilan list untuk pengisian new species dalam CITYgreen

42

7. Meng-update Data Atribut dari Noncanopy Theme


Pada tahapan ini dilakukan proses pelengkapan atribut dari data noncanopy
yang telah didigitasi. Tahapan ini juga dilakukan setelah pengamatan langsung
atau survei lapang selesai.
Data dari hasil pengamatan langsung yang dibutuhkan untuk melengkapi
atribut noncanopy theme berupa data penutupan lahan seperti lahan terbuka hijau,
lahan tropis, pepohonan, lahan kedap air, dan kolam. Lahan permukiman
tergolong ke dalam lahan kedap air. Selanjutnya, lahan kedap air sendiri terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu lahan bangunan, lahan paving dan lahan non-paving
sehingga lahan bangunan menjadi pilihan untuk data rumah tinggal. Jenis lahan
bangunan yang sesuai yaitu single-family homes atau rumah tangga tunggal.

Gambar 16. Tampilan saat memasukkan data atribut dari noncanopy theme

8. Menganalisis data
Tahapan ini dapat dilakukan setelah seluruh atribut data telah dilengkapi.
Analisis data dapat dimulai dengan memilih menu Analyze Data pada CITYgreen.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu memilih area studi. Pada bagian ini kita
memilih batas rumah yang akan dianalisis. Batas ini mencakup luas lahan hingga
jarak rumah ke posisi pohon.
Langkah kedua yaitu melengkapi bagian Study Area Preferences. Dari
bagian ini, khusus untuk analisis Energy Saving hanya dibutuhkan data Landcover

43

Field dan Name Field. Jenis Landcover Field dapat dipilih dengan menggunakan
CGFeature (CITYgreen Feature) atau dapat juga dengan memilih jenis tanah
sesuai di lapang. Pada penelitian ini, jenis Landcover Field dipilih menurut
CGFeature dengan pilihan Urban jenis Residential atau kawasan perumahan di
area perkotaan. Data Name Field dapat dipilih dengan memberi label Name pada
tabel atribut untuk theme batas rumah terlebih dahulu sehingga pada bagian Name
Field dapat diisi dengan pilihan Name.
Langkah ketiga yaitu memilih theme apa saja yang akan dianalisis. Pada
bagian ini theme canopy dan non canopy masing-masing rumah dipilih tergantung
site rumah yang akan dianalisis. Selanjutnya sebelum CITYgreen memulai proses
analisis, data yang cukup penting untuk dilengkapi yaitu data Annual Cooling
Cost atau biaya listrik dari Air Conditioner (AC). Data ini dapat diisi dengan
memilih bagian CITYgreen Preferences. CITYgreen Preferences merupakan
bagian yang dapat melengkapi lebih jelas karakteristik dari site yang akan
dianalis. Untuk analisis Energy Saving, pilihan CITYgreen Preferences yang
diperlukan hanya data Annual Cooling Cost. Data Annual Cooling Cost ini
diperoleh dengan melihat besar biaya tahunan yang diperlukan untuk pemakaian
AC dalam rumah tangga. Biaya yang diperoleh ini kemudian dikonversi ke dalam
nilai mata uang Dollar ($). Pada penelitian ini nilai mata uang tersebut dikonversi
kedalam satuan rupiah dengan asumsi sebesar Rp 10.000,- per $ 1,-.
Untuk dapat membuat perbandingan nilai manfaat kanopi pohon dari
keenam belas rumah sampel pada penelitian ini, maka terdapat beberapa asumsi
data yang digunakan. Asumsi data yang digunakan mencakup asumsi jumlah alat
elektronik Air Conditioner (AC) rumah tangga, asumsi intensitas pemakaian AC
per hari dan asumsi Tarif Dasar Listrik (TDL) sesuai TDL yang berlaku dari pihak
PLN untuk kebutuhan Annual Cooling Cost. Adapun alasan pengambilan nilai
pada ketiga asumsi itu yaitu :
a. Asumsi jumlah AC yang dipakai yaitu sebesar dua buah AC Split 0,5 pk dengan
daya sebesar 430 Watt. Asumsi jumlah AC sebanyak dua buah dipakai dengan
melihat hasil kuesioner dari keenam belas pemilik rumah sampel sebanyak
tujuh pemilik rumah sampel menggunakan dua buah AC (Lampiran 5). Untuk
asumsi daya yang dimiliki oleh AC yaitu split 0.5 pk dipakai dengan merujuk

44

dari tinjauan pustaka. Hal ini didasari dengan pemikiran bahwa luas ruangan di
rumah sampel baik kamar tidur atau ruang tempat peletakan AC memiliki luas
rata-rata 9 m2 sehingga konsumsi daya yang dibutuhkan tiap AC berkisar 430
Watt.
b. Asumsi intensitas pemakaian AC yang digunakan yaitu selama 12 jam dengan
dasar pemikiran bahwa sebanyak delapan pemilik rumah sampel menggunakan
AC dengan intensitas pemakaian 12 jam. (Lampiran 5).
c. Asumsi TDL yang digunakan yaitu sebesar Rp 890,- per KWH. TDL ini
merupakan biaya TDL tahun 2010 yang dibebankan kepada pengguna listrik
golongan tarif R2 dengan daya 3500 sampai 5500 VA. Asumsi ini dipakai
dengan pemikiran bahwa pemilik rumah sampel sebagian besar merupakan
warga dengan kelas ekonomi ke atas. Pemikiran ini didasari atas hasil
kuesioner yang menunjukkan sebanyak sebelas pemilik rumah sampel
memiliki penghasilan di atas Rp 5.000.000,- per bulan dengan tagihan listrik
sebagian besar (10 pemilik rumah sampel) di atas Rp 200.000,- hingga Rp
500.000,- per bulan (Lampiran 5).
Dengan ketiga asumsi tersebut, maka dapat diperoleh nilai biaya pendingin
ruangan tahunan atau Annual Cooling Cost (ACC) dengan perhitungan :

ACC = Pemakaian AC (jam) x Daya (KW) x 365 hari x jumlah AC x TDL (Rp)
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar (Rp)

ACC = 12 (jam) x 4.3 (KW) x 365 hari x 2 buah x Rp 890 = $ 335,-


Rp10.000,-

Nilai ACC tersebut pada akhirnya akan dimasukkan ke dalam program


CITYgreen 5.4 sebagai salah satu data untuk analisis.
Langkah terakhir setelah semua data yang diperlukan berhasil dipilih,
pemilihan jenis analisis dapat dilakukan dengan memilih bagian Energy pada
kolom Analysis. Selanjutnya data siap dianalisis dengan program CITYgreen 5.4
dengan cara memilih tools Run Analysis.

45

Gambar 17. Tampilan CITYgreen Analysis saat memilih data yang diperlukan.

Apabila proses analisis telah berhasil dilakukan maka hasil analisis akan segera
ditampilkan dan dapat disimpan dalam bentuk pdf. (Gambar 18).

Gambar 18. Tampilan Analysis Report sebagai Hasil Analisis CITYgreen 5.4
(Sumber : CITYgreen Manual User 2002)

46

Hasil digitasi keenambelas rumah sampel dapat dilihat pada Gambar 19 yang
menunjukkan digitasi di Perumahan Bukit Cimanggu City dan Gambar 20 yang
menunjukkan digitasi di Perumahan Villa Bogor Indah.

Gambar 19. Hasil Digitasi Rumah Sampel di Bukit Cimanggu City

47

Gambar 20. Hasil Digitasi Rumah Sampel di Villa Bogor Indah

48

9. Membuat usulan penataan pohon


Usulan penataan dibuat dengan tiga pilihan metode yaitu penambahan jumlah
pohon, perubahan jenis pohon atau penambahan dan perubahan jenis pohon.
Usulan ini kemudian akan dianalisis kembali dengan menggunakan CITYgreen
5.4 untuk melihat perubahan hasil nilai manfaat penghematannya. Proses
analisis usulan hampir sama dengan analisis kondisi eksisting. Namun pada
analisis usulan dilakukan simulasi digitasi serta input atribut usulan dan
menutup canopy theme kondisi eksisting. Dengan demikian CITYgreen 5.4
dapat membaca pohon yang diusulkan sebagai canopy theme yang baru.
Gambar 21 merupakan salah satu contoh report dari hasil analisis usulan
penataan rumah sampel yaitu di rumah sampel VBI_K_1.

Gambar 21. Contoh Report Hasil Analisis Usulan Penataan

49

BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi


Kawasan Perumahan Bukit Cimanggu City terletak di lokasi 06.53oLS
06.56oLS dan 106.78oBT dengan ketinggian 194 m di atas permukaan laut.
Kawasan ini memiliki luas total sebesar 1.295.514 m2 atau 129 ha.
Berdasarkan wilayah administrasi, Bukit Cimanggu City terletak di Bogor
bagian utara tepatnya di Kelurahan Tanah Sareal, Kecamatan Tanah Sareal,
Kotamadya Bogor (Gambar 22). Kawasan ini dibatasi oleh Jalan Baru atau Jalan
Soleh Iskandar di sebelah utara, di sebelah selatan berbatasan dengan Jalan
Cilebut dan desa Sukadamai, di sebelah barat berbatasan dengan Kampus Ibnu
Khaldun dan desa Sukadamai dan sebelah timur berbatasan dengan desa Mekar
Wangi dan Cibadak.

Gambar 22. Peta Aksesibilitas Kawasan Bukit Cimanggu City


(Sumber : Site Plan Perumahan Bukit Cimanggu City)

50

Kawasan Bukit Cimanggu City memiliki beberapa akses yang dapat


digunakan yaitu melalui Jalan Baru atau Jalan Soleh Iskandar di sebelah utara dan
Jalan Cilebut di sebelah selatan. Selain itu kawasan ini juga dilintasi oleh Bogor
Outer Ring Road (BORR) yang berdekatan dengan tol Sentul sehingga warga dari
luar kota Bogor seperti Jakarta dapat sampai di kawasan ini dengan waktu yang
singkat.
Kawasan Perumahan Villa Bogor Indah terletak di kecamatan Bogor Utara
dengan lokasi 06.54oLS-06.55 oLS dan 106.81oBT-106.82 oBT dan ketinggian 181
m di atas permukaan laut. Total luas kawasan Villa Bogor Indah 75 ha dengan
pembagian kawasan yaitu Villa Bogor Indah I dan II seluas 40 ha, Villa Bogor
Indah III seluas 17 ha dan Villa Bogor Indah 5 (Tahap Pengembangan) seluas
18 ha.
Kawasan Villa Bogor Indah memiliki beberapa akses yang dapat digunakan
salah satunya sama seperti kawasan BCC dapat ditempuh melalui Jalan Baru atau
Jalan Soleh Iskandar dan Bogor Outer Ring Road (BORR).

Gambar 23. Peta Aksesibilitas Kawasan Villa Bogor Indah


(Sumber : Site Plan Perumahan Villa Bogor Indah)

51

4.2 Iklim
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Balai Besar Wilayah II Stasiun
Klimatologi Klas I, Darmaga Bogor melakukan pengamatan setiap hari dengan
waktu yang telah ditetapkan. BMG Dramaga mengambil data dari stasiun Lanud
Atang Sendjaya di Semplak untuk data curah hujan pada kawasan Bukit
Cimanggu City.
Pada Tabel 13 suhu rata-rata bulanan dari bulan Mei 2009 hingga Mei 2010
berkisar 26,40C dengan suhu minimum berkisar 25,30C di bulan Juni 2009 dan
suhu maksimum berkisar 27,70C di bulan Mei 2010.

Tabel 13. Data Iklim Mikro Bukit Cimanggu City Juni 2009 Mei 2010
Temperatur Curah Hujan (mm) Kelembaban
Bulan
(C) Semplak (Lanud ATS) (%)
Mei-2009 25,9 504,1 83
Jun-2009 25,3 335,6 81
Jul-2009 25,8 127,8 76
Ags-2009 26,3 41,4 78
Sep-2009 26,8 150,9 77
Okt-2009 26,2 639,0 78
Nop-2009 26,2 302,3 80
Des-2009 26,0 220,1 83
Jan-2010 26,6 295,3 87
Peb-2010 26,5 596,7 83
Mar-2010 26,6 421,6 83
Apr-2010 27,2 37,1 86
Mei-2010 27,7 369,6 82
Rata-rata 26,4 310,9 81
Sumber : Data Klimatologi BMG, 2009/2010

Curah hujan tahunan rata-rata mencapai 310,9 mm/bulan. Bulan basah


tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2009 berkisar 639 mm dan bulan basah
terendah terjadi pada bulan April 2010 berkisar 37,1 mm. Jumlah curah hujan tiap
bulan ini menurun dibandingkan jumlah curah hujan yang terjadi pada tahun 2008
yang mencapai lebih dari 100 mm tiap bulannya.
Data curah hujan kawasan Villa Bogor Indah diperoleh dari stasiun
Cimanggu. Perbedaan data iklim dari kedua kawasan ini dapat dilihat dari data
curah hujan. Pada Tabel 14 diketahui bahwa curah hujan tahunan rata-rata di

52

kawasan Villa Bogor Indah mencapai 354,4 mm/bulan. Bulan basah tertinggi
terjadi pada bulan Maret 2010 berkisar 787 mm dan bulan basah terendah terjadi
pada bulan Agustus 2009 berkisar 24 mm.

Tabel 14. Data Iklim Mikro Villa Bogor Indah Juni 2009 Mei 2010
Curah Hujan
Bulan Temperatur (mm) Kelembaban
(C) Cimanggu (%)
Mei-2009 25,9 427 83
Jun-2009 25,3 251 81
Jul-2009 25,8 250 76
Ags-2009 26,3 24 78
Sep-2009 26,8 281 77
Okt-2009 26,2 377 78
Nop-2009 26,2 424 80
Des-2009 26,0 270 83
Jan-2010 26,6 355 87
Peb-2010 26,5 659 83
Mar-2010 26,6 787 83
Apr-2010 27,2 144 86
Mei-2010 27,7 358 82
Rata-rata 26,4 354,4 81
Sumber : Data Klimatologi BMG, 2009/2010

Kelembaban kedua kawasan ini baik Villa Bogor Indah maupun Bukit
Cimanggu City sama-sama memiliki rataan berkisar 81% dengan suhu rata-rata
bulanan kedua perumahan sama yaitu berkisar 26,40C. Menurut Rahadini (2010),
kelembaban maksimal pada suhu dengan kisaran 260C320C seharusnya adalah
60% sehingga kelembaban kedua perumahan tersebut tergolong cukup tinggi.
Kelembaban ini menyebabkan kondisi tubuh manusia yang kurang nyaman karena
dapat menyebabkan keringat pada permukaan kulit tidak segera menguap. Selain
itu, kelembaban yang tinggi menyebabkan munculnya penyakit paru-paru basah
serta menjadi tempat potensial bagi berkembangbiaknya berbagai macam bakteri
dan jamur.

53

4.3 Hidrologi
Berdasarkan penelitian Saputra (2009), sistem drainase di Bukit Cimanggu
City (BCC) dilengkapi dengan sistem drainase terbuka dan drainase tertutup.
Kanal-kanal air berfungsi sebagai tempat mengalirkan air yang berasal dari air
hujan dan saluran rumah tangga, sehingga dapat mencegah dari kemungkinan
banjir. Selain itu, di kawasan BCC terdapat situ atau danau yang berfungsi sebagai
daerah resapan air yang dapat menampung air dalam kapasitas yang cukup besar.
Selain berfungsi sebagai area ekologis, situ tersebut dijadikan sebagai objek
rekreasi.
Sumber air untuk Perumahan Villa Bogor Indah terdiri dari dua sumber
yaitu sumber alami dan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sumber air
alami yang digunakan berasal dari sumur gali yang berasal dari air sungai
Cisadane sedangkan sumber air PDAM berasal dari Tirta Kahuripan di kabupaten
Bogor dan Tirta Pakuan di Kotamadya Bogor.

4. 4 Topografi dan Tanah


Kawasan Bukit Cimanggu City (BCC) memiliki kemiringan yang pada
umumnya datar yaitu berkisar 0%-5% . Kemiringan tersebut menjadikan kawasan
BCC bebas dari bahaya erosi atau longsor. Kawasan Villa Bogor Indah memiliki
kemiringan yang tidak berbeda jauh dari kawasan BCC yaitu pada umumnya datar
dan berkisar 0-8%. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 2004 dalam Herdiani
(2009) tentang kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kemiringan lereng,
kedua kawasan perumahan tersebut telah memenuhi kriteria yaitu untuk lahan
permukiman dibangun pada lahan dengan kemiringan 0-15%.
Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor dalam Saputra (2010) jenis tanah
yang teridentifikasi di kawasan Bukit Cimanggu City merupakan jenis tanah
Latosol. Tanah Latosol merupakan tanah pertanian yang cukup subur, sehingga
apabila diberi perlakuan seperti drainase yang baik, akan menjadi tanah yang
produktif (Soepardi, 1983). Menurut Bapeda Kota Bogor (2005) tanah di
kecamatan Tanah Sareal dan Bogor Utara termasuk kawasan Perumahan Bukit
Cimanggu City dan Villa Bogor Indah adalah jenis kipas aluvium. Kipas aluvium

54

merupakan jenis tanah yang terdiri dari lanau, batu pasir, kerikil dan kerakal dari
batuan gunung api kuarter yang diendapkan.

4.5 Tata Guna Lahan


Kawasan Bukit Cimanggu City memiliki dua tipe zona permukiman. Zona
pertama yaitu permukiman yang berada di Bukit Cimanggu Villa (BCV)
sedangkan zona kedua yaitu permukiman yang berada di Green Land (GL). Bukit
Cimanggu Villa memiliki luas 70,7% dan Green Land hanya memiliki luas sekitar
29,3% dari keseluruhan kawasan Bukit Cimanggu City (Tabel 15).

Tabel 15. Tata Guna Lahan Bukit Cimanggu City


Tata Guna Lahan Luas (M2) Penggunaan (%)
Perumahan Bukit Cimanggu City
- BCV 915.644 70,7
- GL 379.870 29,3
Jumlah 1.295.514 100%
Sumber : Block Plan Bukit Cimanggu City, Bogor

Tabel 16. Klasifikasi Tata Guna Lahan Bukit Cimanggu City


Klasifikasi Luas (m2) Penggunaan (%)
Kafling Perumahan Efektif 527.876 39,0
Area Komersil 36.901 2,2
Prasarana Jalan & Fasos-Fasum 629.427 51,4
Rencana Pengembangan 101.310 7,4
Jumlah 1.295.514 100,0%
Sumber : Block Plan Bukit Cimanggu City, Bogor

Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan di kawasan Bukit


Cimanggu City terbagi ke dalam 4 penggunaan yaitu untuk perumahan efektif,
area komersil, prasarana jalan dan fasos-fasum, dan rencana pengembangan.
Penggunaan lahan untuk kawasan perumahan efektif di Bukit Cimanggu City
menempati urutan kedua yaitu sebesar 527.876 m2 setelah penggunaan lahan
untuk prasarana jalan dan fasos-fasum.
Kawasan Perumahan Villa Bogor Indah secara umum terbagi menjadi empat
zona permukiman yaitu Villa Bogor Indah I dan Villa Bogor Indah II (40 ha),

55

Villa Bogor Indah III (17 ha) serta Villa Bogor Indah V (18 ha). Penggunaan
lahan untuk perumahan efektif pada kawasan ini menduduki persentase terbesar
yaitu sebesar 60% dari total luas lahan. Penggunaan lahan untuk klasifikasi
lainnya dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Klasifikasi Tata Guna Lahan Villa Bogor Indah


Klasifikasi Luas (m2) Penggunaan (%)
Kafling Perumahan Efektif 450.000 60
Area Komersil 15.000 2
Prasarana Jalan & Fasos-Fasum 172.500 23
Rencana Pengembangan 112.500 15
Jumlah 750.000 100%
Sumber : Pihak Pengembang Perumahan Villa Bogor Indah

4.6 Vegetasi
Vegetasi prasarana jalan dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berada di
kawasan Bukit Cimanggu City dapat diidentifikasi berdasarkan letak cluster-
cluster yang berada di kawasan perumahan. Pada kawasan Bukit Cimanggu Villa
(BCV) terdapat 8 cluster sedangkan pada Green Land terdapat 6 cluster. Pohon
yang terdapat di Bukit Cimanggu Villa pada umumnya telah mengalami
pertumbuhan yang optimal dan dapat diidentifikasi (Tabel 18) sedangkan vegetasi
yang terdapat di Greenland sebagian besar masih dalam tahap pembangunan.

Tabel 18. Pohon di Bukit Cimanggu Villa


No. Cluster Vegetasi Pohon Nama Latin Pohon
1 Mediterania Cemara cunninghamii (Araucaria cunninghamii)
Palem raja (Roystonea regia)
Kamboja kuburan (Plumeria rubra)
2 Rafflesia Cemara norflok (Araucaria heterophilla)
Pinang (Areca catechu)
Biola cantik (Ficus lyrata)
3 Royal Lakeside Palem sadeng (Livistona chinensis)
Tabibuya (Tabebuya sp)
Chinese jupiter (Juniperus chinensis)
4 Tropical Garden Palem merah (Cyrtostachis renda)
Dadap merah (Erythrina cristagalli)
5 Taman Permata Palem botol (Mascarena lagenicaulis)

56

Cemara kipas (Thuja orientalis)


6 Taman Chrysant Palem putri (Veitchia merilii)
Kayu manis (Cinnamomun burmanii)
Kerai payung (Felicium decipiens)
Krisan (Chrysanthemum sp.)
7 Taman Bunga Palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata)
Kenanga (Cananga odorata)
Sikat botol (Callistemon cifrinus)
8 Bali Pisang hias (Heliconia sp)
Cempaka (Michelia champaca)
Ketapang (Terminalia catappa)
Kelapa (Cocos nucifera)
Sumber : Pihak Pengembang Perumahan Bukit Cimanggu City

Vegetasi yang berada di tiap taman rumah pada kawasan Bukit Cimanggu
City (BCC) secara umum berasal dari pihak pemilik rumah masing-masing. Pihak
pengembang hanya menanam vegetasi di sekitar RTH publik seperti taman
lingkungan dan jalur hijau jalan. Berdasarkan hasil survei di kondisi lapang,
vegetasi yang terdapat di delapan rumah sampel di kawasan ini dapat terbagi
menjadi jenis semak dan pohon. Pohon dari kedelapan rumah sampel tersebut
berjumlah 30 pohon. Jenis dan jumlah pohon dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Pohon Pada Rumah Sampel di Bukit Cimanggu City


Nama Pohon Jumlah
Alpukat 2
Belimbing Wuluh 3
Cengkeh 1
Ceri 1
Durian 1
Jambu Air 6
Mangga 6
Mangga Apel 1
Nangka 1
Pala 2
Pinus 8
Rambutan 6
Tanjung 2
Sumber : Pihak Pengembang Perumahan Bukit Cimanggu City

57

Semak dan tanaman penutup tanah yang banyak ditemukan di RTH publik
pada kawasan BCC adalah Kana (Canna generalis), Ruelia tegak (Ruellia
brittoniana), Sutra bombay (Portulaca grandiflora), Kucai (Carex morrowii), Lili
paris (Chlorophytum sp), Taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), Ophiopogon sp,
Palisota barteri, Siklok (Agave attenuate), Agave (Agave angustifolia), dan
Rumput gajah (Axonopus compressus).
Vegetasi yang terdapat di Kawasan Villa Bogor Indah dapat terbagi menjadi
vegetasi di area publik seperti jalur hijau jalan serta taman umum dan vegetasi
privat seperti di setiap taman rumah tinggal. Untuk vegetasi di area publik
dikembangkan oleh pihak pengelola, sedangkan vegetasi di setiap taman rumah
tinggal diberi kebebasan oleh pihak pengelola kepada pemilik rumah. Pohon yang
dikembangkan oleh pihak pengelola biasanya merupakan pohon peneduh yaitu
Biola cantik (Fycus lyrata) dan Bintaro (Cerbera manghas) serta tanaman
groundcover yang mudah dikembangkan seperti kacang-kacangan (Arachis
pintoi).
Berdasarkan hasil survei di kondisi lapang, vegetasi yang terdapat di
delapan rumah sampel di kawasan ini dapat terbagi juga menjadi jenis semak dan
pohon. Pohon dari kedelapan rumah sampel tersebut berjumlah 19 pohon. Jenis
dan jumlah pohon dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Pohon Pada Rumah Sampel di Villa Bogor Indah


Nama Pohon Jumlah
Cemara Kipas 1
Jambu Bol 1
Jotang 1
Ketapang 1
Mangga 11
Mareme 1
Matoa 1
Petai Cina 1
Rambutan 1
Sumber : Pihak Pengembang Perumahan Villa Bogor Indah

60

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Analisis GIS dengan CITYgreen 5.4


Proses analisis dibagi menjadi analisis enam belas rumah sampel. Keenam
belas rumah ini berasal dari dua kecamatan dengan kondisi fisik kawasan yang
tidak memiliki perbedaan jauh yaitu Kecamatan Tanah Sareal dan Bogor Utara.
Pemilihan rumah sampel didasari oleh dua faktor yaitu berdasarkan tipe rumah
dan berdasarkan keberadaan pohon.
Berdasarkan tipe rumah, rumah sampel dipilih dengan tiga kriteria yaitu
rumah tipe kecil, sedang dan besar yang dimiliki oleh masing-masing perumahan.
Berdasarkan keberadaan pohon, rumah sampel dipilih dengan dua kriteria yaitu
rumah yang memiliki sedikit pohon dan rumah yang memiliki banyak pohon.
Adapun identitas keenambelas rumah sampel dan hasil analisis pada rumah
tersebut dapat dilihat pada Tabel 21 dan 22. Pada Tabel 21 terdapat delapan
identitas rumah sampel dan pohon yang terdapat di rumah tersebut yang berlokasi
di Perumahan Bukit Cimanggu City. Pada Tabel 22 terdapat delapan identitas
rumah sampel dan pohon yang terdapat di rumah tersebut yang berlokasi di
Perumahan Villa Bogor Indah.
Hasil analisis CITYgreen 5.4 pada Tabel 21 dan 22 menunjukkan bahwa
terdapat sembilan rumah sampel yang tidak mendapatkan manfaat penghematan
tarif dan daya listrik untuk asumsi pemakaian AC dari adanya kanopi pohon di
kedua perumahan. Rumah sampel di VBI yang tergolong ke dalam kategori tidak
mendapatkan manfaat yaitu rumah sampel VBI_K_1, VBI_K_2, VBI_K_3,
VBI_S_1 dan VBI_B_1. Rumah sampel di BCC yang tergolong ke dalam kategori
yang sama yaitu rumah sampel BCC_K_1, BCC_S_1, BCC_B_1 dan BCC_B_2.
61

5.2 Pendugaan Manfaat Pohon sebagai Penghemat Pemakaian Listrik Untuk


Air Conditioner (AC) Rumah Tangga
American Forest (2002) sebagai lembaga yang menciptakan program
ekstensi CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa program ini memberikan peringkat
kemampuan pohon menghemat energi berdasarkan tiga kriteria, yaitu :
a. Jarak atau letak pohon dari bangunan rumah
b. Orientasi atau arah hadap bangunan rumah
c. Kemampuan pohon dalam memberikan bayangan atau sebagai peneduh
Setiap pohon diberikan peringkat dengan nilai 0 yang berarti tidak ada
penghematan (no savings) hingga nilai 5 yang berarti penghematan maksimal
(maximum savings). Oleh sebab itu analisis dari setiap rumah sampel di kedua
perumahan ini akan dibahas dengan melihat ketiga aspek pohon menurut
American Forest (2002).
Jarak pohon dari bangunan rumah dan arah hadap rumah dapat diperoleh
dengan digitasi dan pengukuran langsung. Dalam pemberian peringkat / scoring
American Forest (2002) menilai bahwa :
a. Jarak pohon yang dekat dari bangunan rumah ( < 10 meter) akan memberikan
manfaat maksimal sedangkan jarak pohon yang jauh (> 10 meter) akan
semakin memberikan manfaat yang minimal.
b. Orientasi penanaman pohon yang akan memberikan manfaat maksimal dalam
memberikan efek peneduh yaitu apabila ditanam dengan posisi sebelah barat
terhadap rumah. Posisi kedua yang paling baik yaitu disebelah timur. Posisi
utara dan selatan merupakan posisi paling minimal di dalam memberikan efek
peneduh.
c. Pohon memberi manfaat terbesar apabila posisi pohon menaungi Air
Conditioner (AC), jendela atau dinding rumah dan di samping bagian rumah
yang menerima pencahayaan terbesar.
Untuk kemampuan pohon dalam memberikan bayangan atau sebagai peneduh
dapat dilihat berdasarkan karakter fisik dari pohon tersebut. Wee dan Steenis
(1978) menyatakan bahwa agar pohon dapat menjadi peneduh harus memiliki
karakter seperti :
62

a. Tajuk pohon menjurai/bulat/kubah


b. Daun lebat, rapat, rimbun
c. Buah tidak terlalu besar
d. Toleransi angin tinggi
Berkaitan dengan hal itu, Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa pohon
yang berfungsi sebagai kontrol suhu yaitu pohon yang memiliki kerapatan daun
yang tinggi serta memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom dan menjurai (weeping).
Pembahasan akan dibagi per perumahan dimulai dari Perumahan Bukit
Cimanggu City hingga Perumahan Villa Bogor Indah dengan melihat ketiga
kriteria berdasarkan American Forests terhadap nilai penghematan yang
dihasilkan.

A. Perumahan Bukit Cimanggu City (BCC)


Pada Perumahan Bukit Cimanggu City terdapat keragaman nilai manfaat
kanopi pohon dalam penghematan energi listrik baik dari segi biaya maupun daya
di kedelapan rumah sampel.
60

50 48

40

30 27
21
20
11 11
9
10
2 2 3
1 0 1 0 1 0 0
0
BCC_K_1 BCC_K_2 BCC_S_1 BCC_S_2 BCC_S_3 BCC_B_1 BCC_B_2 BCC_B_3

JumlahPohon PenghematanTarif($)

Gambar 24. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif
listrik di BCC
63

700
595.56
600

500

400
331.28
300 265.1

200
132.35
100
1 0 2 1 0 2 9 1 0 3 0 11
0
BCC_K_1 BCC_K_2 BCC_S_1 BCC_S_2 BCC_S_3 BCC_B_1 BCC_B_2 BCC_B_3

JumlahPohon PenghematanListrikperTahun(KWH)

Gambar 25. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya
listrik di BCC

Dari Gambar 24 dan 25 dapat dilihat bahwa nilai penghematan tarif listrik
untuk pemakaian AC sejalan dengan nilai penghematan daya listriknya namun
dari segi jumlah pohon belum dapat dikatakan sejalan dengan besar nilai
penghematan yang dapat diterima oleh pemilik rumah. Adapun karakter bangunan
rumah dan pohon yang dimiliki pada taman rumah sampel mulai dari kategori
rumah kecil hingga besar dapat dilihat sebagai berikut ;

1. Rumah BCC_K_1
Tabel 23. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_1
Tipe Spesies Diameter Diameter Kategori Tinggi Arah Hadap
Rumah Batang Kanopi Tinggi Bangunan Rumah
(inchi) (m) Pohon
45/105 Jambu Air 9,53 6 1 1 lantai timur

Karakter yang dapat dilihat pada rumah sampel ini pertama yaitu
pendistribusian lahan pada kavling rumah sebagian besar didominasi oleh lahan
kedap air. Disamping itu lahan terbuka yang ada yaitu taman rumah tidak
digunakan untuk menanam pohon melainkan hanya menanam rumputdan semak
(Gambar 26). Kondisi ini cukup dapat membuat udara sekitar rumah terasa panas
64

Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwan (2005) yang menyatakan bahwa suhu di
sekitar tanaman dapat menjadi lebih sejuk akibat kehilangan panas karena adanya
evapotranspirasi dari tanaman.
Rumah yang menghadap timur seperti rumah sampel (Tabel 23) memiliki
keuntungan yaitu pada pagi hingga siang hari mendapat sinar matahari langsung
dan pada sore hari terhindar dari silau matahari sore (Rahadini, 2010). Namun
dilihat dari segi penanaman pohon terdapat beberapa kekurangan. Pohon hanya
ditanam di depan rumah sementara di sebelah barat rumah tidak ada pohon
melainkan diapit oleh rumah lainnya. Kondisi ini menyebabkan pohon kurang
memberikan pengaruh dalam hal meneduhkan rumah. Jarak penanaman pohon
terhadap rumah juga cukup jauh karena pohon ditanam berseberangan dengan
rumah dan dibatasi oleh jalan umum dengan jarak 6 meter dari rumah (Gambar
26).
Karakter fisik pohon baik dari segi diameter, kerapatan daun dan tinggi
pohon sebenarnya berpotensi memberi bayangan peneduh namun faktor jarak dan
orientasi pohon menjadi penghambat dalam memberikan naungan. Hal ini
menjadi faktor analisis CITYgreen 5.4 mengasumsikan kanopi pohon tidak
memberikan nilai penghematan bagi rumah.
65

Gambar 26. Tampak Rumah BCC_K_1 ; (kiri atas) tampak depan rumah ; (kanan
atas) posisi pohon Jambu Air yang ditanam di seberang rumah;
(bawah) denah rumah
66

2. Rumah BCC_K_2
Tabel 24. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_2
Tipe Spesies Diameter Diameter Kategori Tinggi Arah
Rumah Batang Kanopi Tinggi Bangunan Hadap
(inchi) (m) Pohon Rumah
45/120 Mangga 7,90 3 1 1 lantai barat
Durian 8,15 2 1

Rumah BCC_K_2 memperoleh nilai penghematan tarif listrik untuk


pemakaian AC per tahun sebesar $ 11,- atau setara Rp 110.000,- dan sebesar
132,35 KWH untuk daya listrik. Dari Gambar 27dapat dilihat jarak pohon dari
rumah cukup dekat yaitu sekitar 2 meter dari bangunan rumah sehingga bayangan
dari kanopi pohon dapat menaungi halaman depan rumah. Keberadaan kedua
pohon ini yang terletak di depan rumah juga mampu menyaring sinar matahari
dan angin yang masuk.
Posisi rumah yang menghadap barat membuat rumah pada sore hari
terkena silau matahari (Rahadini, 2010). Hal ini menyebabkan suhu mikro di
sekitar rumah berpeluang terasa panas. Namun penanaman pohon tepat di depan
rumah menjadikan pohon dapat memberikan manfaat maksimal dalam
meneduhkan rumah. Karakter fisik pohon mampu memberikan naungan atau
sebagai peneduh. Hal ini dapat dilihat dari diameter kanopi pohon sebesar 3 meter
untuk pohon mangga dengan kerapatan daun padat dan sebesar 2 meter untuk
pohon durian dengan kerapatan daun sedang (Gambar 27).
67

Gambar 27. Tampak Rumah BCC_K_2 ; (kiri atas) depan rumah; (kanan atas)
jejeran pohon mangga dan durian di depan rumah; (bawah) denah rumah
68

3. Rumah BCC_S_1
Tabel 25. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_1
Tipe Spesies Diameter Diameter Kategori Tinggi Arah
Rumah Batang Kanopi Tinggi Bangunan Hadap
(inchi) (m) Pohon Rumah
65/120 Pinus 3,76 2 2 1 lantai selatan

Pada kondisi lapang, rumah BCC_S_1 sebenarnya memiliki enam pohon


selain pohon pinus namun kondisi keenam pohon ini masih cukup muda dengan
diameter kanopi di bawah 1 meter sehingga keenam pohon ini tidak dimasukkan
dalam kategori pohon sampel.
Pohon pinus pada Tabel 25 ditanam di depan rumah dengan jarak sekitar 2
meter dari bangunan rumah. Jarak ini tergolong cukup jauh karena diameter
kanopi pohon sendiri memiliki lebar 2 meter. Diameter kanopi pohon yang
tergolong kecil dengan kerapatan daun pinus yang tergolong jarang membuat
pohon tersebut tidak mampu memberikan bayangan yang meneduhkan rumah.
Posisi rumah seperti rumah sampel yang menghadap ke selatan dengan
posisi penanaman pohon berada di depan rumah. Hal ini menyebabkan rumah
tidak terkena silau dari matahari pagi atau sore namun posisi pohon kurang
memberikan pengaruh naungan bagi rumah. Kondisi rumah yang memiliki ruang
terbuka yang cukup luas juga menyebabkan pada siang hari suhu sekitar rumah
terasa panas (Gambar 28).
Beberapa faktor di atas menjadi penyebab vegetasi pohon tidak mampu
menurunkan suhu mikro dari rumah sehingga hasil analisis pada rumah ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai penghematan listrik dari kanopi pohon
pada rumah sampel ini.
69

Gambar 28. Tampak Rumah BCC_S_1 ; (kiri atas) tampak depan rumah dengan
pohon pinus ditanam di depan ; (kanan atas) tanaman rumah yang didominasi
tanaman semak dan pot; (bawah) denah rumah
70

4. Rumah BCC_S_2
Tabel 26. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_2
Tipe Spesies Diameter Diameter Kategori Tinggi Arah
Rumah Batang Kanopi Tinggi Bangunan Hadap
(inchi) (m) Pohon Rumah
65/120 Alpukat 3,76 3 2 1 lantai selatan
Alpukat 9,65 5 2

Posisi rumah yang menghadap selatan pada rumah sampel (Tabel 26)
memiliki keuntungan yang sama dengan rumah BCC_S_1. Posisi rumah ini
didukung dengan posisi pohon yang ada di rumah sampel. Salah satu pohon yaitu
pohon yang terletak di halaman belakang rumah ditanam di sebelah barat. Jarak
kedua pohon dari rumah cukup dekat. Kedua pohon ini juga memiliki tinggi
pohon yang melebihi tinggi bangunan yaitu tinggi golongan kedua.
Pada Gambar 29 dapat dilihat juga bahwa taman rumah digunakan untuk
menanam berbagai jenis pohon lainnya seperti pohon Belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi) yang masih muda, dan berbagai tanaman semak di depan dan di belakang
rumah sehingga udara di rumah terasa lebih sejuk.
Dengan melihat karakter pohon dan bangunan rumah sampel BCC_S_2,
CITYgreen 5.4 menganalisis nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC
per tahun sebesar $ 27,- atau setara dengan Rp 270.000,- dan sebesar 331,28
KWH untuk daya listrik. Nilai ini tergolong cukup baik karena apabila dihitung
dalam satuan waktu perbulan, maka tiap bulan keberadaan pohon dan taman
rumah di rumah ini dapat menghemat tarif listrik sekitar Rp 25.000,- dan daya
listrik sebesar 31,11 KWH. Penghematan ini dapat dirasakan oleh pemilik rumah
BCC_S_2. Jahya Priyatna (73 tahun) sebagai pemilik rumah mengatakan bahwa
keberadaan pohon di sekitar rumah dapat menjadi menurunkan suhu sekitar rumah
sehingga suhu di dalam rumah terasa sejuk. Oleh sebab itu pemilik rumah tersebut
tidak menggunakan AC sebagai pendingin ruangan di rumah.
71

Gambar 29. Tampak Rumah BCC_S_2 ; (kiri) tampak depan rumah ; (kanan)
bagian halaman belakang rumah.
72

5. Rumah BCC_S_3
Tabel 27. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_3
Tipe Spesies Diameter Diameter Kategori Tinggi Arah
Rumah Batang Kanopi Tinggi Bangunan Hadap
(inchi) (m) Pohon Rumah
58/176 Cengkeh 11,28 3 2 2 lantai selatan
Pala 10,03 4 1
Mangga 18,81 7 2
Rambutan 16,30 4 2
Rambutan 8,40 2 1
Jambu Air 18,81 4 1
Pala 7,52 2 1
Tanjung 11,28 4 1
Mangga 4,76 4 1

Dari Gambar 30 dapat dilihat bahwa kesembilan pohon ini mampu


menjadi peneduh karena diameter kanopi yang dimiliki pohon rata-rata sebesar 4
meter. Kondisi ini didukung oleh jarak penanaman pohon yang dekat dari
bangunan rumah mulai dari di taman rumah, di depan dan di samping rumah.
Dengan kondisi demikian, bayangan kanopi dari seluruh pohon ini mampu
meneduhkan sekitar rumah.
Berdasarkan arah hadap rumah sampel memiliki posisi sama seperti rumah
BCC_S_1 dan BCC_S_2 yang cukup memberikan keuntungan dari segi suhu
mikro rumah karena tidak terkena silau matahari pagi dan sore hari. Posisi
penanaman pohon sebagian besar berada di sebelah timur rumah sehingga
pepohonan ini memberikan pengaruh yang cukup baik dalam meneduhkan rumah.
Nilai penghematan yang diperoleh rumah ini untuk tarif listrik sebesar $
21,- atau setara dengan Rp 210.000,- dan sebesar 265,10 KWH untuk daya listrik.
Apabila dihitung dalam satuan waktu perbulan, maka tiap bulan keberadaan
pohon dan taman rumah di rumah ini dapat menghemat tarif listrik pemakaian AC
sekitar Rp 20.800,- dan daya listrik sebesar 25,59 KWH. Sama seperti rumah
BCC_S_2, penghematan ini dapat dirasakan langsung oleh pemilik rumah. Dari
hasil wawancara dengan Dyah Ayu Sinung (41 tahun) sebagai pemilik rumah
diperoleh penjelasan bahwa pemilik rumah tidak memerlukan pemakaian AC
untuk pendingin ruangan karena pohon di sekitar rumah dirasakan mampu
menyejukkan suhu ruangan dalam rumah.
73

Gambar 30. Tampak Rumah BCC_S_3 ; (kiri atas) tampak depan rumah yang
menghadap jalan ; (kanan atas) tampak bagian samping rumah;
(bawah) denah rumah.
74

6. Rumah BCC_B_1
Tabel 28. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_1
Tipe Spesies Diameter Diameter Kategori Tinggi Arah Hadap
Rumah Batang Kanopi Tinggi Bangunan Rumah
(inchi) (m) Pohon
170/200 Ceri 5,02 5 1 2 lantai selatan

Bangunan rumah merupakan bangunan yang terdiri dari dua lantai namun
pemilik hanya menyediakan ruang terbuka yang cukup kecil yaitu sekitar 30 m2
termasuk garasi. Hal ini menyebabkan pada taman rumah, pemilik hanya
menanam semak dan tanaman pot pada taman rumah (Gambar 31).
Arah hadap pohon terhadap rumah yang terletak di sebelah selatan kurang
berpengaruh dalam hal kontrol suhu. Kondisi bangunan rumah cukup tinggi
namun tidak seimbang dengan kondisi pohon. Pohon sendiri memiliki tinggi yang
cukup rendah yaitu dibawah 25 kaki sehingga tidak mampu menaungi dan
memberi kesejukan dalam rumah secara maksimal yang memiliki tinggi jauh
melebihi tinggi pohon.
Hasil analisis CITYgreen 5.4 menunjukkan pohon pada taman rumah ini
belum dapat memberikan nilai penghematan. Penyebab lainnya yaitu jarak pohon
walaupun dekat dengan rumah namun penanaman pohon dilakukan di luar rumah
yang menghadap jalan umum. Hal ini menyebabkan pohon tersebut hanya mampu
meneduhkan sebagian besar lahan jalan di depan rumah bukan halaman rumah.
75

Gambar 31. Tampak Rumah BCC_B_1 ; (kiri atas) tampak depan rumah; (kanan
atas) posisi pohon yang ditanam di luar rumah menghadap jalan;
(bawah) denah rumah
76

7. Rumah BCC_B_2
Tabel 29. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_2
Tipe Spesies Diameter Diameter Kategori Tinggi Arah
Rumah Batang Kanopi Tinggi Bangunan Hadap
(inchi) (m) Pohon Rumah
230/300 Rambutan 6,27 5 1 2 lantai timur
Rambutan 6,90 4 1
Tanjung 12,54 6 1

Kondisi bangunan rumah yang cukup besar namun tidak seimbang dengan
keberadaan pohon di sekitar rumah. Bangunan rumah merupakan bangunan yang
terdiri dari satu lantai dengan luas bangunan sekitar 230 m2 dan halaman rumah
yang cukup lebar sekitar 70 m2. Namun penanaman ketiga pohon eksisting
ditanam dengan jarak cukup jauh yaitu 5 meter dari bangunan rumah
Arah hadap bangunan rumah menghadap timur. Menurut Rahadini (2010)
posisi rumah yang menghadap ke timur memiliki keuntungan yaitu pada pagi
hingga siang hari mendapat sinar matahari langsung dan pada sore hari terhindar
dari silau matahari sore namun pohon yang jaraknya cukup jauh dan berada di
luar rumah menyebabkan tidak terdapat penyaring/filter sinar matahari langsung
sehingga suhu di luar rumah dan di dalam rumah yang menghadap timur lebih
terasa panas mendekati siang hari.
Ketiga pohon pada rumah ini memiliki kategori pohon peneduh yaitu
memiliki kerapatan yang cukup padat dan diameter ketiga kanopi pohon di atas 6
meter. Namun penanaman yang cukup jauh dari bangunan rumah dan dibatasi
oleh jalan umum menyebabkan ketiga pohon ini hanya mampu memberi
kesejukan di sekitar jalan. (Gambar 32 dan 33). Dengan beberapa kondisi diatas,
analisis menunjukkan pohon belum mampu memberikan nilai manfaat
penghematan penggunaan AC bagi rumah.
77

Gambar 32. Tampak Rumah BCC_B_2 ; (kiri atas) tampak depan rumah ; (kanan
atas) rumah yang sedang digabung; (bawah) denah rumah
78

Gambar 33. Posisi Pohon Peneduh Terhadap Rumah BCC_B_2

8. Rumah BCC_B_3
Tabel 30. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_3
Tipe Spesies Diameter Diameter Kategori Tinggi Arah
Rumah Batang Kanopi Tinggi Bangunan Hadap
(inchi) (m) Pohon Rumah
82/165 Pinus 4,76 2 2 2 lantai utara
Pinus 4,76 2 2
Pinus 4,76 2 2
Pinus 5,02 2 2
Jambu Air 14,29 6 1
Jambu Air 7,15 4 1
Mangga 9,53 6 1
Mangga 9,53 4 1
Jambu Air 9,53 5 1
Rambutan 4,76 4 2
Nangka 9,53 4 2

Hasil cek lapang (Lampiran 2) menunjukkan bahwa diameter kanopi dari


kesebelas pohon yang ada rata-rata melebihi 4 meter dengan kerapatan daun rapat
dan sebagian besar tinggi pohon melebihi tinggi bangunan rumah (Gambar 34).
Selain itu jarak pohon dari rumah cukup dekat karena terletak menyebar di
halaman rumah dan di luar rumah sehingga bayangan dari kanopi pohon masih
mampu menjadi peneduh diluar dan di dalam rumah.
Apabila dilihat dari kondisi bangunanrumah, posisi rumah menghadap ke
utara dengan posisi penanaman pohon berada di sebelah barat dan utara rumah.
Hal ini menyebabkan pohon yang berada di sebelah barat memberikan nilai
manfaat yang maksimal bagi rumah. Hasil analisis menunjukkan nilai
79

penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 48,- untuk tarif
listrik atau setara Rp 480.000,- dan sebesar 595,56 KWH untuk daya listrik.

Gambar 34. Tampak Rumah BCC_B_3 ; (kiri atas) tampak depan rumah ; (kanan
atas) tampak rumah dan halamannya yang sebagian besar dipenuhi oleh pohon;
(bawah) denah rumah.
80

B. Perumahan Villa Bogor Indah (VBI)


Pada Perumahan Villa Bogor Indah terdapat keragaman nilai manfaat
kanopi pohon dalam penghematan energi listrik baik dari segi biaya maupun daya
dari kedelapan rumah sampel pada asumsi penggunaan AC. Perbandingan nilai
manfaat tersebut dapat dilihat Gambar 35 dan 36.

60 54
50

40

30

20
11
10 6 5
1 1 3 2 2 1 3
0 0 0 0 0
0
VBI_K_1 VBI_K_2 VBI_K_3 VBI_S_1 VBI_S_2 VBI_S_3 VBI_B_1 VBI_B_2

JumlahPohon PenghematanBiayaTDLACperTahun($)

Gambar 35. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan


penghematan tarif listrik di VBI

700 662.56

600

500

400

300

200 132.35
100 66.17
1 0 1 0 3 0 2 0 2 6 1 0 3
0
VBI_K_1 VBI_K_2 VBI_K_3 VBI_S_1 VBI_S_2 VBI_S_3 VBI_B_1 VBI_B_2

JumlahPohon PenghematanListrikperTahun(KWHs)

Gambar 36. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan


penghematan daya listrik di VBI
81

Berdasarkan kedua gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat


kesamaan umum dari hasil analisis CITYgreen 5.4 di perumahan Villa Bogor
Indah dan di perumahan Bukit Cimanggu City yaitu nilai penghematan tarif listrik
untuk pemakaian AC sejalan dengan nilai penghematan daya listriknya. Adapun
karakter bangunan rumah dan pohon yang dimiliki pada taman rumah sampel
mulai dari kategori rumah kecil hingga besar dapat dilihat sebagai berikut ;

1. Rumah VBI_K_1
Tabel 31. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_1
Tipe Spesies Diameter Diameter Kategori Tinggi Arah Hadap
Rumah Batang Kanopi Tinggi Bangunan Rumah
(inchi) (m) Pohon
36/84 Jambu Bol 6,27 3 2 1 lantai Barat

Dari Gambar 37 dapat dilihat pohon tidak ditanam di halaman rumah


melainkan di luar lahan rumah mendekati jalan umum. Hal ini dapat disebabkan
karena rumah memiliki lahan taman rumah yang cukup sempit sehingga kurang
memungkinkan untuk menanam vegetasi pohon peneduh. Jumlah pohon di rumah
tersebut yang sangat minim dan diameter kanopi yang cukup kecil yaitu 3 meter
juga membuat kanopi pohon tidak mampu memberikan bayangan yang
meneduhkan rumah.
Posisi rumah yang menghadap barat membuat rumah pada sore hari terasa
lebih silau dibanding rumah dengan arah hadap lainnya. Kondisi ini tidak
didukung oleh jumlah pohon yang cukup. Melihat kondisi bangunan dan pohon di
rumah sampel ini analisis CITYgreen 5.4 tidak memberikan nilai penghematan
listrik dari pohon dalam penggunaan AC.
82

Gambar 37. Tampak rumah VBI_K_1; tampak pohon Jambu bol yang ditanam di
depan rumah (kanan atas); tampak depan rumah menghadap jalan umum (kiri
atas); (bawah) denah rumah.
83

2. Rumah VBI _K_2


Tabel 32. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_2
Tipe Spesies Diameter Diameter Tinggi Tinggi Arah Hadap
Rumah Batang Kanopi Pohon Bangunan Rumah
(inchi) (m)
45/90 Mangga 6,39 5 1 1 lantai Selatan

Gambar 38 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah terdiri dari


perkerasan. Kondisi seperti ini membuat lahan untuk penanaman pohon menjadi
sangat sedikit. Dilihat dari jumlahnya, pohon di sekitar rumah tergolong sedikit
yaitu hanya satu pohon. Tinggi pohon tersebut cukup rendah dan diameter kanopi
sebesar 4,5 meter.
Arah hadap rumah yang menghadap selatan membuat rumah sama seperti
rumah sampel lainnya yang memiliki arah hadap selatan juga yaitu tidak terkena
silau matahari pagi dan sore. Namun di sebelah barat rumah tidak terdapat pohon
karena sebelah barat rumah diapit oleh rumah lainnya sehingga pohon yang
ditanam di sebelah selatan kurang memberikan pengaruh peneduh bagi rumah.
Dengan kondisi demikian, analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa pohon
belum mampu memberikan nilai penghematan listrik untuk penggunaan AC.
84

Gambar 38. Tampak rumah VBI_K_2; tampak pohon Mangga yang ditanam di
depan rumah (kanan atas); tampak depan rumah yang menghadap jalan (kiri atas);
(bawah) denah rumah.
85

3. Rumah VBI _K_3


Tabel 33. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_3
Tipe Spesies Diameter Diameter Tinggi Tinggi Arah Hadap
Rumah Batang Kanopi Pohon Bangunan Rumah
(inchi) (m)
45/90 Jotang 16,30 6 2 1 lantai Timur
Mareme 6,27 4 1
Mangga 5,64 3 1

Penyebab pohon belum mampu memberi nilai penghematan dapat


dikarenakan ketiga pohon pada rumah ini berada di luar rumah yang dibatasi oleh
jalan umum dengan jarak 3 meter. Posisi pohon yang berada di luar rumah ini
membuat pohon hanya mampu memberi bayangan di sekitar jalan umum saja.
Melihat karakter pohon pada Tabel 33, pohon Jotang sebenarnya cukup potensial
menjadi pohon peneduh. Akan tetapi, kedua pohon lainnya yaitu Mareme dan
Mangga memiliki tinggi dan diameter kanopi yang belum maksimal dikarenakan
kedua pohon ini tergolong pohon muda.
Dari Gambar 39 dapat dilihat juga bahwa sebagian besar distribusi lahan
pada rumah terdiri dari perkerasan sama seperti kasus VBI_K_2 sehingga pada
siang hari panas matahari tidak dapat diserap ke dalam tanah sehingga
meningkatkan suhu di sekitar rumah. Arah hadap rumah yang menghadap timur
membuat suhu dan kondisi rumah pada pagi hari hinga menjelang siang terkena
sinar matahari langsung. Namun posisi tersebut tidak didukung oleh naungan dari
pohon karena jarak yang cukup jauh. Dengan beberapa kondisi diatas, analisis
CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa pohon belum mampu memberikan nilai
penghematan listrik untuk penggunaan AC.
86

Gambar 39. Tampak rumah VBI_K_3. tampak pohon Jotang dan pohon lainnya
yang ditanam di depan rumah yang dibatasi oleh jalan(kanan atas); tampak depan
rumah VBI_K_3(kiri atas); (bawah) denah rumah.
87

4. Rumah VBI_S_1
Tabel 34. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_1
Tipe Spesies Diameter Diameter Tinggi Tinggi Arah Hadap
Rumah Batang Kanopi Pohon Bangunan Rumah
(inchi) (m)
45/120 Matoa 2,51 3 2 2 lantai Utara
Mangga 5,64 5 2

Tabel 34 menunjukkan kondisi kedua pohon memiliki tinggi yang cukup


potensial untuk menjadi penaung. Akan tetapi, apabila dilihat dari diameter
kanopi pohon , pohon matoa yang berada di halaman rumah memiliki diameter
yang kurang yaitu 4 meter sedangkan pohon mangga yang terletak di luar rumah
memiliki diameter kanopi sekitar 5 meter. Oleh karena itu, manfaat kanopi pohon
mangga sebagian besar hanya dapat dirasakan di sekitar jalan di depan rumah.
Kedua pohon memiliki posisi di sebelah utara rumah dan posisi ini membuat
pohon kurang memberikan manfaat penaung bagi rumah
Berdasarkan Gambar 40 dapat dilihat kondisi sebagian besar rumah terdiri
dari perkerasan dengan tinggi bangunan dua lantai. Sebelah barat dan timur rumah
diapit oleh rumah lainnya. Kondisi tersebut menyebabkan rumah kekurangan
pencahayaan dan terasa panas. Dengan kondisi demikian, analisis CITYgreen 5.4
menyatakan bahwa pohon belum mampu memberikan nilai penghematan listrik
untuk penggunaan AC.
88

Gambar 40. Tampak rumah VBI_S_1; tampak pohon mangga yang ditanam di
depan rumah (kanan atas); tampak depan rumah VBI_S_1 (kiri atas);
(bawah) denah rumah.
89

5. Rumah VBI_S_2
Tabel 35. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_2
Tipe Spesies Diameter Diameter Tinggi Tinggi Arah Hadap
Rumah Batang Kanopi Pohon Bangunan Rumah
(inchi) (m)
45/120 Mangga 6,27 4 1 1 lantai Timur
Mangga 7,52 4 1

Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai penghematan tarif listrik untuk
pemakaian AC per tahun sebesar $ 11,- untuk tarif listrik atau setara Rp 110.000,-
dan sebesar 132,35 KWH untuk daya listrik.
Hasil analisis diatas dapat disebabkan oleh posisi kedua pohon dari rumah
cukup dekat karena walaupun pohon peneduh terletak di luar halaman rumah
namun kanopi pohon mampu meneduhkan rumah dan halaman rumah (Gambar
41). Selain itu, penanaman kedua pohon ini dilakukan bersebelahan dengan jarak
yang cukup dekat. Posisi penanaman pohon yang berada di sebelah timur rumah
dinilai cukup baik sehingga pohon dapat memberikan manfaat penaung bagi
rumah. Karakter fisik pohon mampu memberikan bayangan atau sebagai peneduh
karena pohon mangga memiliki kerapatan daun padat.
Apabila dilihat berdasarkan kondisi bangunan rumah, tinggi rumah
memiliki tinggi yang tidak melampaui tinggi pohon. Selain itu, taman rumah
memiliki penutup tanah seperti rumput dan tanaman semak lainnya, sehingga
panas matahari mampu diserap oleh vegetasi tersebut. Arah hadap rumah yang
menghadap timur berpeluang memberikan silau cahaya matahari namun kondisi
ini dapat diminimalisir oleh karakter pohon yang ada.
90

Gambar 41. Tampak rumah VBI_S_2; (kanan atas) tampak dalam taman rumah;
(kiri atas) tampak depan rumah VBI_S_2; (bawah) denah rumah
91

6. Rumah VBI_S_3
Tabel 36. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_3
Tipe Spesies Diameter Diameter Tinggi Tinggi Arah Hadap
Rumah Batang Kanopi Pohon Bangunan Rumah
(inchi) (m)
45/160 Ketapang 7,15 8 1 1 lantai Barat
Mangga 6,31 5 2
Mangga 7,52 6 1
Mangga 7,02 5 2
Mangga 7,02 5 2
Rambutan 4,14 4 1

Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai penghematan tarif listrik untuk
pemakaian AC per tahun sebesar $ 54,- untuk tarif listrik atau setara dengan Rp
540.000,- dan sebesar 662,56 KWH untuk daya listrik. Nilai penghematan ini
tergolong baik dan merupakan nilai penghematan tertinggi dibanding seluruh
rumah sampel dari kedua perumahan.
Keenam pohon ditanam menyebar di sekitar rumah baik di halaman
rumah, di depan rumah maupun di samping rumah dengan jarak yang dekat.
Karakter fisik pohon mampu memberikan bayangan atau sebagai peneduh. Hal ini
dapat dilihat dari hasil cek lapang menunjukkan bahwa keenam pohon tersebut
memiliki diameter kanopi sebesar 4 meter hingga 8 meter dengan kerapatan daun
padat.
Posisi rumah yang menghadap barat membuat rumah pada sore hari terasa
lebih panas dan silau namun karena di depan rumah ditanam pohon ketapang dan
mangga dengan diameter yang cukup besar hal ini membuat pohon mampu
memberikan manfaat penaung yang maksimal bagi rumah (Gambar 42). Selain itu
pada taman rumah terdapat ruang terbuka (open space) yang ditanam dengan
tanaman rumput dan semak sehingga panas matahari juga mampu diserap oleh
vegetasi tersebut.
92

Gambar 42. Tampak rumah VBI_S_3 ; (kanan atas) tampak depan rumah; (kiri
atas) tampak pohon mangga yang terdapat di halaman rumah tampak depan
rumah; (bawah) denah rumah
93

7. Rumah VBI _B_1


Tabel 37. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_1
Tipe Spesies Diameter Diameter Tinggi Tinggi Arah Hadap
Rumah Batang Kanopi Pohon Bangunan Rumah
(inchi) (m)
60/184 Cemara kipas 4,76 2 1 1lantai Selatan

Dari Gambar 43 dapat dilihat bahwa jenis pohon yang terdapat di rumah
ini hanya cemara kipas yang ditanam di taman rumah . Dilihat berdasarkan
kondisi pohon khususnya tinggi dan diameter kanopinya, pohon tersebut belum
mampu penjadi peneduh bagi rumah tersebut karena memiliki tinggi yang cukup
rendah yaitu dibawah 25 kaki dan diameter kanopi sebesar 2 meter. Posisi pohon
yang berada di sebelah selatan rumah membuat pohon kurang bermanfaat dalam
menaungi rumah.
Arah hadap rumah yang menghadap selatan cukup menguntungkan rumah
karena pada pagi dan sore hari rumah tidak mendapat silau atau cahaya matahari
langsung yang menghadap rumah. Namun karena kondisi rumah yang minim
dengan vegetasi pohon, rumah tersebut terasa cukup panas pada siang hari.
Dengan beberapa kondisi diatas, analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa
pohon belum mampu memberikan nilai penghematan listrik untuk penggunaan
AC.
94

Gambar 43. Tampak rumah VBI_B_1; kondisi pada taman rumah (kanan atas);
tampak depan rumah VBI_B_1 (kiri atas); (bawah) denah rumah.
95

8. Rumah VBI_B_2
Tabel 38. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_2
Tipe Spesies Diameter Diameter Tinggi Tinggi Arah Hadap
Rumah Batang Kanopi Pohon Bangunan Rumah
(inchi) (m)
65/120 Mangga 2,51 2 1 1 lantai Selatan
Mangga 3,76 3 1
Petai Cina 3,13 3 1

Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai penghematan tarif listrik untuk
pemakaian AC per tahun sebesar $ 5,- untuk tarif listrik atau setara Rp 50.000,-
dan sebesar 66,17 KWH untuk daya listrik.
Berdasarkan Gambar 57 dapat dilihat bahwa ketiga pohon ditanam saling
bersebelahan dan tepat di depan rumah sehingga dapat menjadi penyaring cahaya
serta panas matahari yang masuk ke rumah. Hal ini dapat dilihat dari hasil cek
lapang menunjukkan bahwa walaupun ketiga pohon tersebut memiliki diameter
hanya sekitar 3 meter namun dengan kerapatan daun yang padat dan jarak tanam
yang cukup dekat menjadikan ketiga pohon tersebut mampu sebagai peneduh.
Posisi rumah yang menghadap selatan sama seperti rumah VBI_B_1
cukup menguntungkan rumah karena pada pagi dan sore hari rumah tidak
mendapat silau atau cahaya matahari langsung yang menghadap rumah. Selain itu,
pada taman rumah terdapat ruang terbuka (open space) yang ditanam dengan
tanaman rumput dan semak sehingga panas matahari juga mampu diserap oleh
vegetasi tersebut dan menghasilkan oksigen bagi kesejukan di sekitar rumah.
96

Gambar 44. Tampak rumah VBI_B_2; (kanan atas) tampak isi dalam taman
rumah; (kiri atas) tampak depan rumah VBI_B_2; (bawah) denah rumah
97

Dari seluruh penjelasan di atas ternyata jumlah pohon pada penelitian ini
tidak mempengaruhi besar-kecilnya nilai penghematan kanopi pohon yang
diterima oleh rumah sampel. Hal ini dapat dilihat dari beberapa rumah di kedua
perumahan yang hasil analisisnya tidak sejalan dengan jumlah pohon.
Untuk dapat mengetahui faktor lain yang cukup berpengaruh dalam
penelitian ini selain ketiga kriteria dari American Forests (2002) diperlukan
perbandingan karakter dari masing-masing rumah sampel yang hasilnya tidak
sejalan dengan jumlah pohon.

a. BCC_B_2 dan VBI_K_3


Kedua perumahan ini merupakan rumah sampel yang sama-sama memiliki
jumlah pohon tiga buah namun tidak mendapat nilai manfaat dari keberadaan
pohon . Berbeda dengan rumah BCC_K_2 dan VBI_S_2, kedua rumah ini sama-
sama memiliki jumlah pohon yang lebih sedikit yaitu dua pohon namun mendapat
nilai manfaat dari keberadaan pohon. Rumah BCC_K_2 dan VBI_S_2 sama-sama
mendapat nilai manfaat sebesar $11,- dan 132,35 KWH. Faktor yang dapat
mempengaruhi yaitu :
a. persentase luasan lahan non terbangun.
Rumah BCC_B_2 dan VBI_K_3 memiliki persentase lahan non-terbangun
lebih kecil daripada luasan lahan non terbangun yang dimiliki oleh rumah
BCC_S_2 dan VBI_S_2 (Tabel 39). Lahan non-terbangun yang ditanami oleh
vegetasi rumput akan menyerap cahaya matahari yang datang dan
menghasilkan oksigen sehingga semakin luas lahan non-terbangun yang
dimiliki akan semakin memberi udara yang sejuk selain dari keberadaan
pohon di sekitar rumah.

Tabel 39. Persentase Penggunaan Lahan di Empat Contoh Rumah Sampel.


Luasan BCC_B_2 VBI_K_3 BCC_K_2 VBI_S_2
Terbangun 230 45 45 45
Non-Terbangun 70 45 75 75
Luas Lahan 300 90 120 120
% Non Terbangun per
Luas Lahan 23,33% 50% 62,50% 62,50%
98

Pendugaan ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan olehWenda (1991)
dalam Budiman (2010). Wenda telah melakukan pengukuran suhu dan
kelembaban udara pada lahan bervegetasi dengan berbagai kerapatan, tinggi dan
luasan dari RTH di kota Bogor yang dibandingkan dengan lahan pemukiman yang
didominasi oleh tembok dan jalan aspal, diperoleh hasil bahwa :
Pada areal yang didominasi vegetasi, suhu hanya berkisar 25,5 31oC
dengan kelembaban 66 92 %.
Pada areal yang kurang vegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan
aspal, suhu yang terjadi sebesar 27,7 oC 33,1oC dengan kelembaban 62
78 %.
Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3 oC 32,1oC dengan
kelembaban 62 78 %.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persentase tutupan lahan non-terbangun
dapat mempengaruhi penurunan suhu mikro sekitarnya.

b. Jarak penanaman pohon dengan bangunan rumah.


Dengan melihat penjelasan sebelumnya tentang karakter masing-masing
rumah sampel dapat dilihat bahwa jarak pohon cukup mempengaruhi
kemampuan pohon sebagai penaung.

b. VBI_S_3, BCC_S_3 dan BCC_B_3


Pada ketiga rumah ini pepohonan yang ada memberikan nilai manfaat
yang cukup tinggi namun apabila dilihat berdasarkan jumlah pohon terdapat
ketidakselarasan antara jumlah pohon dengan hasil analisis di antara ketiga rumah
ini. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pohon pada rumah VBI_S_3 merupakan
jumlah yang paling sedikit yaitu enam pohon dibanding pohon pada rumah
BCC_S_3 yang berjumlah sembilan dan BCC_B_3 yang berjumlah sebelas
pohon. Sementara itu, hasil analisis menunjukkan nilai manfaat penghematan
yang dhasilkan oleh kanopi pohon pada VBI_S_3 lebih tinggi daripada kanopi
pohon pada BCC_S_3 dan BCC_B_3.
Penyebab yang dapat mempengaruhi hasil analisis ini berdasarkan
penjelasan sebelumnya dari tiap karakter rumah dan pohon, yaitu
99

a. Jenis pohon yang dimiliki oleh masing-masing rumah sampel.


Pada Lampiran 2 dapat dilihat perbedaan tiap jenis pohon yang dimiliki oleh
ketiga rumah. Rumah VBI_S_3 memiliki jenis pohon Ketapang, Rambutan
dan Mangga yang ditanam mengelilingi rumah. Ketiga jenis pohon ini
merupakan jenis pohon peneduh karena memiliki kerapatan daun
padat/rimbun, ketinggian yang tergolong tinggi dan bentuk kanopi yang bulat
dan kubah. Rumah BCC_S_3 dan BCC_B_3 juga memiliki berbagai jenis
pohon namun beberapa jenis pohon yang ditanam bukan peneduh. Pada
rumah BCC_B_3 terdapat pohon pinus yang tidak dapat dijadikan peneduh,
sedangkan pada rumah BCC_S_3 terdapat pohon cengkeh dan pala yang
bukan jenis pohon peneduh.

b. Persentase luasan lahan non-terbangun yang dimiliki oleh ketiga rumah


sampel ini.
Pada Tabel 40 dapat dilihat bahwa persentase luas lahan non-terbangun pada
rumah VBI_S_3 menduduki posisi tertinggi dibanding dua rumah lainnya.
Sama seperti kasus sebelumnya pada bagian a, dengan adanya persentase
bangunan rumah yang lebih besar dibanding lahan non terbangun seperti
taman atau pekarangan rumah membuat daya serap air oleh tanah di sekitar
rumah semakin berkurang sehingga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
dan pertumbuhan pohon tersebut. Selain itu lahan non-terbangun yang
ditanami oleh vegetasi rumput akan menyerap cahaya matahari yang datang
dan menghasilkan oksigen sehingga semakin luas lahan non-terbangun yang
dimiliki akan semakin memberi udara yang sejuk selain dari keberadaan
pohon di sekitar rumah.

Tabel 40. Persentase Penggunaan Lahan di Tiga Contoh Rumah Sampel.


Luasan VBI_S_3 BCC_S_3 BCC_B_3
Terbangun 45 58 82
Non-Terbangun 115 118 83
Luas Lahan 160 176 165
% Non Terbangun per Luas Lahan 71,88% 67,05% 50,30%
100

Berdasarkan penjelasan di atas selain 3 kriteria dari American Forest


(2002), dalam penelitian ini terdapat 2 faktor pendukung yang juga ikut
mempengaruhi nilai penghematan dari pohon, yaitu
a. Jenis pohon ; jenis pohon peneduh merupakan jenis yang paling berpotensi
meningkatkan nilai penghematan;
b. Persentase lahan non-terbangun; lahan non-terbangun dapat menurunkan suhu
mikro rumah.
Dengan melihat kondisi sebagian rumah sampel yang masih memiliki nilai
manfaat pohon yang minim diperlukan suatu usulan penataan dan pemilihan jenis
pohon yang tepat untuk menambah nilai manfaat penghematan di beberapa rumah
sampel tersebut.

5.3 Usulan Penataan Pohon pada Taman Rumah Sampel


Usulan penataan pohon merupakan usulan tentang bagaimana penataan
dan pemilihan pohon yang tepat untuk setiap rumah sampel sehingga pohon
tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang optimal bagi rumah. Prinsip
penyusunan usulan penataan yaitu berdasarkan ketiga kriteria dari karakter
bangunan dan pohon menurut American Forest (2002) dan dua faktor pendukung
yang telah disebutkan pada bahasan sebelumnya. Faktor lain yang turut
dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman yaitu hasil kuesioner mengenai
aktifitas yang sering dilakukan oleh tiap pemilik rumah.
Usulan penataan pohon ditujukan pada rumah sampel dengan kriteria
yaitu rumah yang tidak mendapatkan nilai manfaat penghematan berdasarkan
analisis CITYgreen 5.4 dan rumah yang mendapatkan nilai manfaat penghematan
namun belum optimal sesuai dengan jumlah pohon yang ada. Berdasarkan hal itu,
beberapa rumah sampel yang akan diusulkan serta aktivitas pemilik rumah antara
lain :
101

Tabel 41. Aktifitas Pemilik Rumah di Sebelas Contoh Taman Rumah Sampel.
Kode Aktivitas
Rumah
Duduk Menjemur Berkebun/ Bermain Makan Tidak
pakaian Merawat Ada
BCC_K_1
BCC_S_1
BCC_S_3
BCC_B_1
BCC_B_2
BCC_B_3
VBI_K_1
VBI_K_2
VBI_K_3
VBI_S_1
VBI_B_1

Penjelasan masing-masing usulan penataan dari sebelas rumah sampel antara


lain sebagai berikut :

a. BCC_K_1
Kekurangan pertama yang dimiliki oleh rumah BCC_K_1 yaitu jumlah pohon
yang sedikit yaitu hanya satu pohon. Selain itu penanaman pohon cukup jauh dari
rumah karena dibatasi oleh jalan umum sehingga pada usulan desain penambahan
vegetasi pohon merupakan solusi awal.
Pada usulan desain, taman rumah direkomendasikan dengan fungsi peneduh,
estetik dan produksi. Hal ini dikarenakan luas taman sebesar 20 m2 cukup untuk
menanam pohon dengan kanopi yang lebar. Pohon yang ditambah yaitu di dalam
taman berupa pohon Rambutan (Nephelium lappaceum) dan di luar taman berupa
pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia) sebanyak dua pohon. Pohon rambutan
selain sebagai peneduh, ketika musim berbuah dapat menghasilkan buah rambutan
untuk dinikmati pemilik rumah sedangkan pohon Jakaranda selain menjadi
peneduh dapat menjadi pohon estetik karena warna bunga yang menarik.
Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah
(Axonopus compressus). Sebagai material pelengkap keindahan taman untuk
hardscape terdapat penambahan berupa stepping stone dan lampu taman
102

sedangkan untuk softscape ditanam semak rendah yaitu iris kuning (Neomarica
longifolia) dan Soka (Ixora sp). Kedua semak ini juga menjadi pembatas taman
(Gambar 45).

Gambar 45. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_K_1

Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai
CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC
rumah tangga sebesar $ 32,23,- atau setara dengan Rp 322.300,- untuk tarif listrik
dan 397,9 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan
pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik
rumah tangga tersebut.
103

b. BCC_S_1
Rumah BCC_S_1 memiliki lahan taman rumah yang cukup luas yaitu sekitar
55 m2. Pada kondisi eksisting taman ini sebagian besar ditanami oleh tanaman
estetik seperti kamboja, suplir dan tanaman semak lainnya. Kondisi ini
menyebabkan suhu panas ketika siang hari sulit diminimalisir oleh taman rumah.
Kekurangan kedua yaitu di depan rumah terdapat cukup banyak vegetasi pohon
pembatas yaitu jejeran pinus. Jejeran pinus ini memiliki kanopi yang sangat kecil
yaitu di bawah 1 meter dengan kerapatan daun jarang sehingga pohon tidak dapat
dimanfaatkan sebagai penyejuk rumah.
Pada usulan desain, taman rumah direkomendasikan dengan fungsi peneduh,
produksi dan estetik. Tanaman peneduh yang dipilih di dalam taman rumah juga
memiliki fungsi produksi karena dapat menghasilkan buah yaitu pohon mangga
(Mangivera indica) dan rambutan (Nephelium lappaceum). Selain pohon
peneduh, terdapat pohon dengan fungsi estetis yang diusulkan di dalam taman
rumah yaitu Palem merah (Cyrtostachys renda) dan tanaman eksisting berupa
Kamboja (Plumeria sp). Usulan lainnya yaitu perubahan jenis pohon pembatas di
depan rumah dengan pohon yang memiliki kanopi lebih lebar dan kerapatan daun
yang lebih padat. Karakter tersebut dimiliki oleh pohon Jakaranda (Jacaranda
acutifolia). Pohon tersebut juga dapat menjadi pohon estetis sehingga cukup
mampu menggantikan keberadaan pohon pinus untuk fungsi estetis.
Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah
(Axonopus compressus). Sebagai material pelengkap keindahan taman untuk
hardscape terdapat penambahan berupa stepping stone, bangku taman, kolam ikan
dan lampu taman, sedangkan untuk softscape ditanam semak rendah yaitu
krosandra (Crossandra infundibuliformis) dan tanaman eksisting berupa suplir
(Adiantum sp).
Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai
CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC
rumah tangga sebesar $ 42,95,- atau setara dengan Rp 429.500,- untuk tarif listrik
dan 530,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan
pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik
rumah tangga tersebut.
104

Gambar 46. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_1

c. BCC_S_3
Rumah BCC_S_3 memiliki lahan taman rumah yang cukup luas. Pada
kondisi eksisting taman ini sebenarnya terdapat sembilan pohon. Hasil analisis
kondisi eksisting pada rumah sampel ini sudah menunjukkan nilai manfaat pohon
yang cukup yaitu $ 25,- untuk penghematan tarif listrik dan 307,12 KWH untuk
penghematan daya listrik. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan rumah
VBI_S_3 yang memiliki 6 pohon, nilai manfaat pohon rumah BCC_S_3 lebih
rendah. Oleh karena itu usulan desain untuk rumah BCC_S_3 bertujuan untuk
meningkatkan nilai manfaat dari kanopi pohon.
105

Pada usulan penataan, tidak terdapat perubahan luas taman. Hal ini
disebabkan lahan terbangun pada taman tidak ada yang dapat dirubah untuk
menjadi taman rumah. Oleh karena itu perubahan hanya dilakukan pada jenis
pohon. Pada Gambar 47 dapat dilihat jenis pohon baru yang direkomendasikan
untuk taman ini adalah pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia). Pohon ini
menggantikan pohon pembatas yang terdapat di luar pagar rumah yaitu pohon
Pala, Cengkeh dan Jambu air. Hal ini disebabkan ketika dianalisis dengan
CITYgreen 5.4, manfaat penghematan pohon ini lebih tinggi dibanding kondisi
eksisting dengan asumsi kondisi kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Vegetasi
yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus
compressus).

Gambar 47. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_3
106

Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai
CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC
rumah tangga sebesar $ 75,07,- atau setara dengan Rp 750.700,- untuk tarif listrik
dan 926,8 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan
pohon yang diusulkan dapat meningkatkan nilai manfaat penghematan listrik
rumah tangga tersebut.

d. BCC_B_1
Rumah BCC_B_1 memiliki kekurangan yaitu jumlah pohon yang sedikit
yaitu hanya 1 pohon yang ditanam di luar rumah.dan luas taman yang sempit
dibandingkan luas bangunan rumah.
Pada usulan desain (Gambar 48) taman rumah direkomendasikan dengan
fungsi peneduh, estetik, dan produksi. Di dalam taman rumah diusulkan untuk
ditanam pohon Mangga (Mangivera indica). Pohon Cerry yang berada di luar
rumah diganti dengan dua pohon peneduh yaitu Sawo kecik (Manilkara kauki)
dan Jakaranda (Jacaranda acutifolia). Ketiga pohon ini memiliki karakter yang
kuat sebagai pohon peneduh seperti hasil analisis CITYgreen 5.4 untuk usulan
rumah sebelumnya.
Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah
(Axonopus compressus). Sebagai material pelengkap keindahan taman untuk
hardscape terdapat penambahan berupa stepping stone, bangku taman dan lampu
taman sedangkan untuk softscape ditanam semak rendah yaitu iris kuning
(Neomarica longifolia).
Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai
CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC
rumah tangga sebesar $ 21,47,- atau setara dengan Rp 214.700,- untuk tarif listrik
dan 398 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan
pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik
rumah tangga tersebut.
107

Gambar 48. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_1

e. BCC_B_2
Kekurangan pertama pada taman rumah BCC_B_2 yaitu jumlah pohon yang
sedikit dibanding luas lahan bangunan rumah yaitu hanya 3 pohon untuk luas
lahan sebesar 300 m2. Selain itu penanaman pohon cukup jauh dari rumah karena
ketiga pohon tersebut berada di luar rumah sedangkan pohon di dalam taman
rumah hanya pohon estetik yang tidak dapat menjadi peneduh seperti palem
merah. Oleh karena itu pada usulan desain penambahan vegetasi pohon
merupakan solusi awal.
108

Pada usulan penataan (Gambar 49) taman rumah diusulkan sebagai fungsi
peneduh, estetik dan produksi. Hal ini dikarenakan luas taman cukup untuk
menanam pohon dengan kanopi yang lebar. Pohon yang ditambah yaitu di dalam
taman berupa pohon Durian (Durio ziberthinus), Rambutan (Nephelium
lappaceum), Mangga (Mangivera indica), Nangka (Artocarpus heterophyllus) dan
Saraka (Saraca indica). Usulan pohon di luar taman berupa pohon Jakaranda
(Jacaranda acutifolia) dan Belimbing Wuluh (Averhhoa blimbi). Pohon eksisting
yaitu Tanjung (Mimusoph elengi) pohon rambutan tetap dibiarkan tumbuh karena
cukup jauh dari pohon dalam taman rumah. Kelima usulan pohon ini dipilih
karena memiliki karakter pohon peneduh yang cukup kuat. Selain itu terdapat
fungsi lain dari kelima pohon ini yaitu sebagai peneduh dan estetis. Vegetasi yang
ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus).
Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai
CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC
rumah tangga sebesar $ 21,47,- atau setara dengan Rp 214.700,- untuk tarif listrik
dan 265,1 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan
pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik
rumah tangga tersebut.
109

Gambar 49. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_2

f. BCC_B_3
Rumah BCC_B_3 memiliki lahan taman rumah yang cukup luas. Pada
kondisi eksisting taman ini sebenarnya terdapat sebelas pohon. Hasil analisis
kondisi eksisting pada rumah sampel ini sudah menunjukkan nilai manfaat pohon
yang cukup yaitu $ 52,- untuk penghematan tarif listrik dan 637,57 KWH untuk
penghematan daya listrik. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan rumah
VBI_S_3 yang memiliki enam pohon, nilai manfaat pohon rumah BCC_S_3 jauh
110

lebih rendah. Oleh karena itu usulan desain untuk rumah BCC_S_3 bertujuan
untuk meningkatkan nilai manfaat dari kanopi pohon.
Pada usulan desain, tidak terdapat perubahan luas taman. Hal ini disebabkan
lahan terbangun pada taman tidak ada yang dapat dirubah untuk menjadi taman
rumah. Oleh karena itu perubahan hanya dilakukan pada jenis pohon dan jumlah
pohon. Pada Gambar 50dapat dilihat jenis pohon baru yang direkomendasikan
untuk taman ini adalah pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia). Pohon ini
menggantikan pohon pembatas yang terdapat di luar pagar rumah yaitu pohon
Pinus. Hal ini disebabkan pohon pinus kurang memberi fungsi sebgai peneduh
dan penyejuk karena luas kanopi yang kecil dan kerapatan daun yang jarang. Pada
taman ini terdapat penambahan jenis pohon mangga sebanyak dua pohon untuk
mengisi lahan terbuka yang kosong. Ketika dianalisis dengan CITYgreen 5.4,
manfaat penghematan pohon ini lebih tinggi dibanding kondisi eksisting dengan
asumsi kondisi kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Vegetasi yang ditanam
sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus).

Gambar 50. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_3
111

g. VBI_K_1
Kekurangan pertama yang terdapat di rumah VBI_K_1 yaitu luas ruang
terbuka hijau yang sangat minim. Dari Gambar 51 dapat dilihat bahwa lahan
taman pada rumah dibuat menjadi perkerasan seluruhnya dan diberi kolam ikan
buatan sehingga vegetasi pohon hanya ditanam diluar lahan rumah. Vegetasi yang
ditanam di dalam lingkup halaman rumah hanya berupa tanaman pot.
Pada usulan penataan halaman rumah dikembalikan menjadi ruang terbuka
hijau. Luas halaman yang akan dijadikan sebagai taman atau ruang terbuka hijau
memiliki luas awal yang cukup sempit yaitu sekitar 3 m2 (Gambar 51). Dalam hal
ini luas taman akan diperlebar menjadi 6 m2 dengan cara mengurangi perkerasan
pada teras. Usulan pohon yang ditanam di dalam taman rumah yaitu Cemara
gembel (Casuarina equisetifolia) sebanyak 2 pohon dan pohon Mangga
(Mangivera indica) sebanyak satu pohon. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup
tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus).

Gambar 51. Taman rumah eksisting yang dijadikan perkerasan oleh pemilik
rumah VBI_K_1.
Kekurangan kedua dari rumah VBI_K_1 yaitu karakter pohon Jambu bol
yang ditanam di depan rumah. Pohon Jambu bol di depan rumah belum mampu
menjadi penyaring sinar matahari yang masuk ke dalam rumah secara optimal
karena ketinggian tajuk pohon tempat tumbuhnya daun melebihi ketinggian atap
rumah. Oleh sebab itu, pohon Jambu bol diganti menjadi pohon mangga dan
112

pohon alpukat (Persea americana) karena kedua pohon ini memiliki karakter
pohon peneduh (Gambar 52).
Sebagai material estetik pelengkap pada usulan taman rumah,terdapat
tanaman semak rendah yaitu Taiwan Beauty (Cuphea hyssopifolia) ditata sebagai
softscape dan kolam buatan diperkecil ukurannya dan dibentuk dengan bentukan
lebih organik sebagai hardscape.
Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai
CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC
rumah tangga sebesar $ 5,36,- atau setara Rp 53.600,- untuk tarif listrik dan 66,2
KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon
yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah
tangga tersebut.

Gambar 52. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_1
113

h. VBI_K_2
Rumah VBI_K_2 memiliki kekurangan yang hampir sama dengan rumah
VBI_K_1 yaitu luas ruang terbuka hijau yang sangat minim. Lahan taman pada
rumah dibuat menjadi perkerasan seluruhnya sehingga vegetasi pohon hanya
ditanam diluar lahan rumah. Vegetasi yang ditanam di dalam lingkup halaman
rumah hanya berupa tanaman pot sehingga pada usulan desain, halaman rumah
dikembalikan menjadi ruang terbuka hijau. Luas halaman yang akan dijadikan
sebagai taman atau ruang terbuka hijau memiliki luas sekitar 15 m2 dengan cara
merubah perkerasan di depan pintu masuk rumah menjadi ruang terbuka hijau
(Gambar 53).

Gambar 53. Taman rumah eksisting yang seluruhnya dijadikan perkerasan oleh
pemilik rumah VBI_K_2.

Usulan pohon yang ditanam di dalam taman rumah yaitu pohon yang hanya
memiliki diameter maksimal 3 meter namun kerapatan daun padat. Vegetasi
pohon yang memenuhi kriteria tersebut yaitu pohon Saraka (Saraca indica)
sebanyak satu pohon sedangkan vegetasi yang ditanami sebagai penutup tanah
berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Usulan pohon di luar taman selain
pohon mangga sebagai pohon eksisting, terdapat pohon alpukat (Persea
Americana) yang ditanam disamping pohon mangga. Pohon ini berfungsi
menambah kesejukan bagi bangunan rumah sehingga daya listrik untuk
pemakaian AC dapat berkurang. Sebagai material pelengkap untuk softscape pada
114

usulan taman ditanam tanaman semak yaitu iris kuning (Neomarica longifolia),
dan opipogon putih (Ophiopogon sp). Sebagai material pelengkap untuk
hardscape ditambah stepping stone, bangku taman dan lampu taman yang
memberi kesan seimbang pada taman.
Pada usulan desain, atap kanopi di taman rumah ditiadakan sehingga atap
kanopi yang ada hanya pada bagian garasi saja. Hal ini bertujuan agar vegetasi
yang nantinya akan ditanam di taman rumah memperoleh sinar matahari yang
cukup. Pohon mangga yang berada di depan lahan rumah tidak diubah namun
ditambah di sebelah timur sebanyak satu pohon dengan jenis yang sama. Kedua
pohon ini dapat memberikan keteduhan pada siang hari (Gambar 54).

Gambar 54. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_2
115

Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai
CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC
rumah tangga sebesar $ 16,08,- atau setara dengan Rp 160.800,- untuk tarif listrik
dan 198,5KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan
pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik
rumah tangga tersebut.

i. VBI_K_3
Rumah VBI_K_3 memiliki kekurangan yang hampir sama dengan kedua
rumah sebelumnya yaitu ruang terbuka hijau di lahan rumah yang sangat minim.
Dari Gambar 54 dapat dilihat bahwa lahan taman rumah dibuat menjadi
perkerasan seluruhnya sehingga vegetasi yang terdapat di dalam lingkup halaman
rumah hanya berupa tanaman pot. Sementara itu, vegetasi pohon ditanam dengan
jarak sekitar 3 meter dari lahan rumah. Pada usulan desain, halaman rumah
dikembalikan menjadi ruang terbuka hijau. Luas halaman yang akan dijadikan
sebagai taman memiliki luas sekitar 6 m2 dengan cara merubah perkerasan di
depan pintu masuk rumah menjadi ruang terbuka hijau.
Pada usulan desain taman rumah direkomendasikan dengan fungsi estetik.
Melihat luas lahan taman yang terbatas maka usulan vegetasi yang ditanam di
dalam taman rumah berupa semak tinggi yaitu Melati (Jasminum sambac),
vegetasi yang ditanami sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus
compressus) sedangkan vegetasi pohon peneduh ditanam di depan rumah. Pada
usulan desain terdapat penambahan pohon yaitu pohon Sawo Kecik (Manilkara
kauki) yang ditanam di depan pagar rumah. Pohon ini dipilih karena memiliki
kanopi lebar, kerapatan dau padat dan ketinggian yang cukup. Sebagai material
pelengkap untuk hardscape ditambah stepping stone, bangku taman dan lampu
taman yang memberi kesan seimbang pada taman (Gambar 55).
116

Gambar 55. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_3

Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai
CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC
rumah tangga sebesar $ 5,36,- atau setara dengan Rp 53.600,- untuk tarif listrik
dan 66,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan
pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik
rumah tangga tersebut.

j. VBI_S_1
Rumah VBI_S_1 memiliki lahan terbuka hijau yang minim di depan rumah
sedangkan bangunan rumah memiliki ketinggian dua lantai sehingga luas taman
yang minim menjadi hambatan dalam menanam pohon dengan jumlah yang
banyak.
Melihat luas lahan taman yang terbatas maka pada usulan desain taman
rumah direkomendasikan dengan fungsi peneduh dan estetik. Pada usulan desain,
perubahan desain hanya terletak pada penambahan pohon di depan rumah yaitu
pohon Mangga sebanyak 1 pohon (Gambar 56). Usulan pohon tersebut ditanam
di samping pohon mangga yang sebelumnya telah ada. Dengan adanya
penambahan pohon dengan karakter peneduh di depan rumah, pemakaian AC
dapat lebih diminimalisir dan daya listrik dalam penggunaan AC lebih rendah.
117

Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah


(Axonopus compressus). Sebagai material pelengkap untuk softscape pada usulan
taman ditanam tanaman penutup tanah yang memiliki bunga menarik yaitu
Begonia (Begonia sp) dan tanaman focal point yaitu Siklok (Agave attenuata).
Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai
CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC
rumah tangga sebesar $ 5,36,- atau setara dengan Rp 53.600,- untuk tarif listrik
dan 66,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan
pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik
rumah tangga tersebut.

Gambar 56. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_S_1
118

k. VBI_B_1
Taman rumah VBI_B_1 memiliki kekurangan pertama yaitu hanya memiliki
satu batang pohon di sebelah barat. Jumlah pohon yang minim menyebabkan pada
kondisi angin yang cukup kencang pohon tidak dapat menjadi wind-break
(pemecah angin) dan pada posisi matahari tepat di atas, pohon tidak dapat
menurunkan iklim mikro rumah.
Pada usulan desain, taman direkomendasikan dengan fungsi peneduh dan
estetik. Hal ini disebabkan karena luas taman tergolong kecil dan pada siang hari
sinar matahari langsung mengenai taman. Adapun rencana perubahan yang
dilakukan pada taman yaitu yang pertama pohon cemara kipas yang berada di
sebelah barat diganti dengan pembuatan gundukan menyerupai pulau yaitu
tanah yang ditinggikan serta ditanam dengan penutup tanah dari kacang-kacangan
(Arachis pintoi) dan tanaman cemara udang (Casuarina equisetifolia). Hal ini
dilakukan untuk menghilangkan kesan sempit karena rumah diapit kiri-kanan dan
member kesan estetik. Vegetasi pohon diganti menjadi cemara udang dengan
karakter pohon sedang agar pohon tersebut tidak membawa uap air ke dalam
ruangan namun masih dapat menghalangi silau pada sore hari.
Usulan vegetasi pohon yang menjadi focal point pada taman yaitu pohon
Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) yang ditanam di tengah taman. Selain itu
pohon ini berfungsi sebagai tanaman peneduh karena memiliki tajuk lebar
(Lestari, 2008). Kerapatan daun yang tergolong sedang tidak akan menimbulkan
kesan taman gelap namun dapat menjadi penyaring angin atau windbreak.
Pada usulan juga terdapat penambahan pohon peneduh yaitu pohon Mangga yang
ditanam di depan rumah.. Tambahan hardscape material berupa stepping stone
yang diletakkan sesuai sirkulasi taman, lampu taman sesuai dengan kondisi
eksisting, dan batu alam pada bagian pulau untuk menyeimbangkan dan
mengurangi kesan monoton softscape di pulau.
Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai
CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC
rumah tangga sebesar $ 5,36,- atau setara dengan Rp 53.600,- untuk tarif listrik
dan 66,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan
119

pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik


rumah tangga tersebut.

Gambar 57. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_B_1

Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai
CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC
rumah tangga yang lebih besar yaitu $ 85,89,- atau setara dengan Rp 858.900,-
untuk tarif listrik dan 1060,4 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa
jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat meningkatkan nilai manfaat
penghematan listrik rumah tangga tersebut.
Dari seluruh hasil analisis usulan dapat dilihat perubahan nilai manfaat
pohon terhadap rumah sampel. Usulan ini memberikan peningkatan nilai manfaat
120

pohon. Perbedaan hasil analisis kondisi eksisting dan kondisi simulasi usulan
dapat dilihat pada Tabel 42.

Tabel 42. Perbedaan Hasil Analisis Kondisi Eksisting dan Kondisi Simulasi
Usulan Penataan
Kode Rumah Kondisi Eksisting Kondisi Simulasi

Nilai Nilai Nilai Nilai


Penghematan Penghematan Penghematan Penghematan
TDL (Rp) Daya Listrik TDL (Rp) Daya Listrik
(KWh) (KWh)
VBI_K_1* 0 0 53.600,- 66,2

VBI_K_2* 0 0 160.800,- 198,5

VBI_K_3* 0 0 53.600,- 66,2

VBI_S_1* 0 0 53.600,- 66,2

VBI_B_1*** 0 0 53.600,- 66,2

BCC_K_1* 0 0 322.300,- 397,9

BCC_S_1*** 0 0 429.500,- 530,2

BCC_S_3** 210.000,- 265,1 750.700,- 926,8

BCC_B_1*** 0 0 161.100,- 198,9

BCC_B_2* 0 0 214.700,- 265,1

BCC_B_3* 480.000,- 595,56 858.900,- 1060,4

Keterangan :
* Penambahan jumlah pohon
** Perubahan jenis pohon
*** Penambahan jumlah dan perubahan jenis pohon

Dari seluruh pembahasan di atas pada penelitian ini terdapat satu rumah
sampel yang memiliki karakter ideal dalam penghematan energi yaitu rumah
sampel VBI_S_3. Rumah ini memperoleh nilai manfaat pohon tertinggi dibanding
121

kelima belas rumah sampel lainnya yaitu sebesar Rp 540.000,- dan 662,56 KWH
per tahun. Karakter bangunan dan pohon dari rumah ini yang dapat menjadi
model atau contoh penataan yang baik antara lain :
a. Jarak penanaman pohon terhadap bangunan ; seluruh pohon di sekitar rumah
ditanam dengan jarak kurang dari 10 meter.
b. Posisi penanaman pohon; sebagian pohon ditanam di sebelah barat rumah.
c. Karakter pohon; seluruh kondisi pohon di rumah ini dalam kondisi
pertumbuhan dan kesehatan yang baik. Kondisi fisik pohon juga cukup baik
dengan diameter kanopi di atas 4 meter dan tinggi pohon yang sama dengan
tinggi bangunan.
d. Persentase lahan non-terbangun; rumah memiliki persentase lahan non-
terbangun yang cukup tinggi yaitu 71,88%. Lahan non-terbangun ini sebagian
besar ditanam rumput.
e. Jenis pohon; ketiga jenis pohon pada rumah ini yaitu mangga, rambutan dan
ketapang merupakan jenis pohon peneduh yang memiliki tajuk bulat/kubah
dan kerapatan daun yang tinggi.
Apabila dilakukan penggolongan rumah sampel berdasarkan arah hadap
rumah , maka dari penelitian ini diperoleh empat contoh rumah sampel yang dapat
menjadi contoh penataan yang baik. Tabel 43 menunjukkan identitas rumah
beserta jenis pohon yang dimiliki di keempat rumah tersebut.

Tabel 43. Rumah Sampel yang Memperoleh Nilai Manfaat Kanopi Berdasarkan Arah Hadap Rumah
Orientasi
Arah Kode Tipe Spesies Pohon Kondisi Kondisi Tinggi Penghematan Penghematan
Hadap Rumah Rumah Terhadap Kesehatan Pertumbuhan Bangunan Tarif Listrik Daya Listrik
per Tahun
Rumah Rumah Pohon Pohon per Tahun (Rp) (KWH)
Selatan BCC_S_2 65/120 Alpukat Barat 3 3 1 lantai 270000 331,28
Alpukat Utara 4 3
Utara BCC_B_3 82/165 Pinus Utara 3 3 2 lantai 480000 595,56
Pinus Utara 3 3
Pinus Utara 3 3
Pinus Utara 3 3
Jambu Air Utara 4 3
Jambu Air Barat 4 3
Mangga Utara 4 3
Mangga Barat 4 3
Jambu air Barat 4 3
Rambutan Barat 3 3
Nangka Barat 4 3
Timur VBI_S_2 45/120 Mangga Timur 3 3 1 lantai 110000 132,35
Mangga Timur 4 3
Barat VBI_S_3 45/160 Ketapang Barat 4 3 1 lantai 540000 662,56
Mangga Barat 4 3
Mangga Utara 3 3
Mangga Utara 4 3
Mangga Utara 3 3
Rambutan Utara 3 3

122
123

BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Pohon di suatu rumah dapat memberikan manfaat dalam penghematan
pemakaian listrik untuk AC rumah tangga. Penghematan ini dapat dilakukan oleh
pohon dengan menjadi peneduh bagi sekitar rumah. Faktor penting agar pohon itu
dapat memberi nilai penghematan yaitu kondisi bangunan dan kondisi pohon yang
mendukung. Faktor yang mempengaruhi berdasarkan kondisi pohon yaitu jarak
penanaman pohon terhadap bangunan, jenis pohon dan karakter pohon sebagai
peneduh. Faktor yang mempengaruhi berdasarkan bangunan yaitu perbandingan
luasan lahan terbangun dan non terbangun, dan arah hadap rumah dan orientasi
pohon terhadap rumah.
Kondisi pohon yang paling baik pada penelitian ini dalam hal memberikan
nilai manfaat penghematan di kedua perumahan yaitu pada rumah VBI_S_3
dengan nilai penghematan tahunan sebesar $ 54 untuk tarif listrik dan 662,56
KWH untuk daya listrik. Nilai ini diperoleh karena faktor bangunan dan faktor
pohon yang mendukung. Terdapat sembilan rumah sampel dari kedua perumahan
ini yang belum memperoleh nilai manfaat penghematan dari kanopi pohon.
Usulan penataan pohon dilakukan terhadap sebelas rumah sampel
berdasarkan tiga kriteria menurut American Forest, faktor jenis pohon, dan
kegunaan taman rumah bagi pemilik rumah. Hasil simulasi usulan penataan pohon
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai penghematan kanopi pohon bagi
kesebelas rumah sampel yang diusulkan untuk ditata.

6.2 Saran
1. Potensi penghematan listrik dari kanopi pohon ini perlu disosialisasikan
kepada masyarakat, dengan harapan nilai penghematan listrik akan semakin
tinggi apabila pemahaman masyarakat tentang manfaat pohon juga semakin
meningkat.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang manfaat kanopi pohon di taman
lingkungan pada beberapa rumah berderet / couple untuk perbandingan hasil.
124

3. Di dalam fungsi penghematan tarif listrik untuk AC, setiap pemilik rumah
sebaiknya mempertimbangkan penataan pohon yang disesuaikan dengan
kondisi bangunan dimana orientasi pohon yang paling baik yaitu di sebelah
barat rumah.
125

DAFTAR PUSTAKA

American Forest. 2002. CITYgreen 5.0 : User Manual. Washington DC :


American Forest.

Arifin, H.S. 2006. Taman Instan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Barus, B. dan U.S Wiradisastra, Sistem Informasi Geografi Sarana Manajemen


Sumberdaya. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi. Jurusan
Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Booth, K.N. 1979. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illnois :


Waveland Press Inc.

Budianto, Herdamon. 2008. Serial Rumah. Rumah Hemat Energi : 53. Gramedia.
Jakarta.

Budiman, Ariev. 2010. Analisis Manfaat Ruang Terbuka Hijau Untuk


Meningkatkan Kualitas Ekosistem Kota Bogor Dengan Menggunakan
Metode GIS [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Carpenter, Philips L., dkk. 1975. Plant in The Landscape. San Fransisco : W.H.
Freeman and Company.

Catanese J.A and Snyder J.C. 1988. Perencanaan Kota (Terjemahan). Erlangga.
Jakarta.

Chiara J.D and L.E Koppelman. 1989. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan).
Erlangga. Jakarta.

Dewi, Ani Kartika. 2007. Studi Eksplorasi Penerapan Pemasangan Air


Conditioner (AC) di Gedung Jurusan Teknik Elektro Unnes. [Tugas
Akhir]. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang.

Dharma, Agus. 2005.Sustainable Compact City Sebagai Alternatif Kota Hemat


Energi. http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus.dh/. [01 Februari 2010]

Eckbo, G. 1964. Urban Landscape Design. New York : McGraw-Hill Book Co.

Feriadi H, Heinz Frick. 2008. Atap Bertanaman Ekologis dan Fungsional. 2008.
Kanisius. Yogyakarta.

Grey, G.W. and F.J Deneke. 1978. Urban Forestry. New York : John Willey and
Sons.

Hackett, B. 1982. Planting Design. London : E & FN Spon Ltd.

Hakim R. dan H. Utomo. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap


Prinsip Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta : Bumi Aksara.
126

Herdiani, Gita. 2009. Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap


Perbaikan Lingkungan Perumahan Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City
RW 10 [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Imroee, 2010. Prinsip Kerja Conditioning (AC).


http://imroee.blogspot.com/2010/12/prinsip-kerja-air-conditioning-ac.html.
[18 Januari 2011]

Irwan Z.D. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi
Aksara. Jakarta.

Jenks, M., Burton E., and Williams K. 1996. The Compact City ; A Suistanable
Form? London : Spon Press.

Kartasapoetra, A.G. 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan


Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Kramer J.P, and T.T Kozlowski.1960.Physiology of Trees. McGraw Hill Book


Company : New York.

Laurie, M. 1986. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Terbitan Kedua


(Terjemahan). Intermatra . Bandung

Lestari G. dan Ira P.K. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Penebar Swadaya :
Jakarta.

McPherson EG, Simpson JR. 1999. Carbon Dioxide Reduction Through Urban
Forestry: Guidelines for Professional and Volunteer Tree Planters.
California: U.S. Department of Agriculture, Forest Service.

Mira. 2008.
http://cafedemira.multiply.com/journal/item/375/perkiraan_biaya_konsumsi_
peralatan_listrik_rumah_tangga. [28 agustus 2010]

Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan


Lanskap. Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Prahasta, E. 2002. Konsep Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung


: Informatika.

Rahadini, Ari. 2010. Membangun Rumah Sehat Hemat Energi. Kawan Pustaka.
Jakarta.

Robinette, G.O. 1983. Landscape Planning for Energy Conservation. New York,
Torondo, London, Melbourne : Van Nostrand Reinhold Cy.

Saputra, K.L. 2009. Pelaksanaan Proyek Taman Ketetanggaan Casa Grande di


Bukit Cimanggu City [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
127

Simonds, J. O. 1983. Landscape Architechture A Manual of Site Planning and


Design. New York : McGraw-Hill Book Co.

Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sofyan. 2010. Pengertian AC.


http://iptech.wordpress.com/2010/05/11/pengertian-ac/. [19 Januari 2011]

______Teknik Pemasangan AC split. http://iptech.wordpress.com/sedikit-


mengenal-jenis-air-conditioner-ac/page/30/. [ 19 Januari 2011]

Steenis, C.G.G.J. van, 1978. Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT Pradnya


Paramita. Jakarta.

Sulistyantara, Bambang. 1995. Taman Rumah Tinggal. Penebar Swadaya. Jakarta.

Surjamanto. 2000. Iklim dan Arsitektur. ITB Press. Bandung.

Suryadi Y. 2008. Dinamika Pola Pemanfaatan Lahan dan Pengendalian Menuju


Pembangunan Kota Bogor yang Berkelanjutan [Tesis]. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tjasyono B. 2004. Klimatologi Edisi Kedua. ITB Press. Bandung.

Wee, Y.C. 2003. Tropical Trees and Shrubs, A Selection for Urban Plantings.
Sun Tree Publishing Limited. USA.

LAMPIRAN

Gambar Lampiran 1.
Penghasilan per bulan Pemilik Rumah Sampel

31%

s/dRp5.000.000

>Rp5.000.000

69%

Gambar Lampiran 2.
Jumlah AC di Tiap Rumah Sampel

VBI_B_2
VBI_B_1
VBI_S_3
VBI_S_2
VBI_S_1
VBI_K_3
VBI_K_2
VBI_K_1
BCC_B_3
BCC_B_2
BCC_B_1
BCC_S_3
BCC_S_2
BCC_S_1
BCC_K_2
BCC_K_1

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Gambar Lampiran 3.
Lama Pemakaian AC per hari (Jam)

VBI_B_2
VBI_B_1
VBI_S_3
VBI_S_2
VBI_S_1
VBI_K_3
VBI_K_2
VBI_K_1
BCC_B_3
BCC_B_2
BCC_B_1
BCC_S_3
BCC_S_2
BCC_S_1
BCC_K_2
BCC_K_1

0 5 10 15 20 25 30

Gambar Lampiran 4.
Rata-rata Tagihan Listrik per Bulan (Rp)

VBI_B_2
VBI_B_1
VBI_S_3
VBI_S_2
VBI_S_1
VBI_K_3
VBI_K_2
VBI_K_1
BCC_B_3
BCC_B_2
BCC_B_1
BCC_S_3
BCC_S_2
BCC_S_1
BCC_K_2
BCC_K_1

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000

Gambar Lampiran 5.
Dokumentasi Pengambilan Data Di Lapang

a. Pengukuran Tinggi Pohon dengan Alat Ukur Hagameter

b. Penentuan Arah Hadap Rumah dengan Alat Kompas

c. Pengukuran Diameter Batang Pohon dengan Alat Ukur Meteran

d. Wawancara dan Pengambilan Kuesioner dengan Pemilik Rumah Sampel

Lampiran 1.
Contoh Laporan Analisis CITYgreen 5.4

Lampiran 2.

KUESIONER
Manfaat Kanopi Pohon Pada Taman Rumah Dalam Upaya
Penghematan Energi Listrik di Kota Bogor
Oleh :
Dessy Berthasari Silitonga / A44063487
(Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor)

PENGANTAR
Sebelumnya saya mengucap terima kasih atas perhatian bapak / ibu / saudara
sekalian. Saya seorang mahasiswi semester delapan dengan program studi Arsitektur
Lanskap, IPB. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul Manfaat
Kanopi Pohon pada Taman Rumah dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di
Kota Bogor. Oleh sebab itu saya mengharapkan bantuan dari bapak/ ibu / saudara
sekalian dalam melengkapi data yang saya butuhkan untuk kegiatan penelitian ini.
Dihadapan bapak/ ibu/ saudara sekalian terdapat beberapa lembar kuesioner
berisi pertanyaan yang mengacu seputar taman rumah milik bapak / ibu / saudara sekalian
serta seputar penggunaan energi listrik di rumah tangga. Oleh sebab itu saya meminta
bantuan bapak / ibu / saudara sekalian untuk mengisi setiap pertanyaan yang ada dengan
melingkari pilihan jawaban yang tepat serta memberikan beberapa alasan apabila
diperlukan.

DATA DIRI.
Nama :
Umur : Jenis Kelamin : (L/P)
Status : Menikah / Belum Menikah
( Jika sudah, memiliki .. anak)
Pekerjaan :
Penghasilan / bulan : a. < Rp. 500.000
b. Rp. 500.000 s/d < Rp. 1.000.000,-
c. Rp. 1.000.000 s/d < Rp. 2.500.000,-
d. Rp. 2.500.000 s/d < Rp. 5.000.000,-
e. Rp. 5.000.000,-

PERTANYAAN UTAMA
1. Faktor apa yang menjadi penyebab utama anda dalam memilih rumah ini sebagai
tempat tinggal anda?
a. Biaya yang terjangkau
b. Luas rumah
c. Keberadaan taman rumah
d. Lainnya,________________________________________________________

2. Berapa tipe rumah yang anda saat ini?


a. 29/60 f. 74/105
b. 36/72 g. 93/140
c. 45/90 h. 116/157
d. 54/160 i. 150/200
e. 60/105 j. Lainnya,__________________

3. Berapa rata-rata besar tagihan listrik rumah anda setiap bulannya?


a. < Rp. 50.000,- c. Rp.100.000 s/d < Rp.200.000,-
b. Rp. 50.000,- s/d < Rp. 100.000,- d. > Rp. 200.000,-

4. Seberapa penting kehadiran taman rumah dalam lahan rumah tinggal anda?
a. Tidak penting
b. Cukup penting
c. Sangat penting

5. Kegiatan apa saja yang anda dan keluarga lakukan di taman rumah ?
(Pilihan jawaban boleh lebih dari satu)
a. Duduk duduk e. Bermain
b. Menjemur pakaian f. Tidak ada
c. Berkebun dan berladang g. Lainnya, _______________________

6. Apakah anda merancang sendiri desain taman rumah anda?


a. Ya
b. Tidak

7. Jika tidak, siapa yang merancang desain taman rumah anda?


a. Tidak tahu d. Keluarga
b. Pengelola / pengembang perumahan e.Teman
c. Arsitek taman f. Lainnya,______________________

7. Seberapa jauh anda mengetahui jenis tanaman yang ada dalam taman rumah anda?
a. Tidak tahu sama sekali
b. Tahu beberapa saja, seperti ________________________________________
c. Tahu persis, yaitu __________________________________________________

8. Seberapa sering anda melakukan tindakan pemeliharan pada taman rumah anda?
a. Setiap hari d. 1 kali sebulan
b. 2 3 kali seminggu e. Kurang dari 1 kali sebulan
c. 4 kali sebulan f. Lainnya, ________________________

9. Jenis pemeliharaan apa saja yang dilakukan pada taman rumah anda? Dan siapa saja
yang terlibat dalam tindakan pemeliharaan taman rumah anda ?
a. Menyiram pohon, rumput dan semak, oleh _____________________________
b. Memotong ranting dan cabang pohon, oleh____________________________
c. Memupuk dan mengganti tanaman rusak, oleh__________________________
d. Memangkas rumput dan semak , oleh____________________________________
e. Lainnya,_______________________________________________________

10. Apakah anda menggunakan alat elektronik penyejuk udara dalam rumah anda?
a. Tidak
b. Ya

11. Jika ya, alat penyejuk udara apa saja yang anda gunakan di dalam rumah anda? Dan
berapa jumlahnya?
a. Kipas angin sebanyak _____________________________________________
b. Air Conditioner (AC) sebanyak ______________________________________

12. Seberapa penting penggunaan penyejuk ruangan dalam rumah anda?


a. Tidak penting
b. Cukup penting
c. Sangat penting

13. Seberapa sering anda menyalakan alat penyejuk udara dalam rumah anda?
a. Setiap hari (1 x 24 jam)
b. Setengah hari (1 x 12 jam)__________________________________________
c. Sesekali, pada pukul______________________________________________

PERTANYAAN TAMBAHAN
14. Menurut pendapat anda, apakah selama ini tagihan listrik anda tergolong tinggi?
Berikan alasannya.
a. Tidak, karena_____________________________________________________
b. Ya,_____________________________________________________________

15. Kegiatan apa saja yang pernah anda lakukan dalam menghemat tagihan listrik anda?
(Pilihan jawaban boleh lebih dari satu)
a. Mematikan lampu pada saat tidur dan
b. Mematikan lampu pada saat siang hari
c. Menggunakan kipas angin sebagai penyejuk ruangan
d. Mematikan AC disaat ingin bepergian
e. Menggunakan peralatan listrik hemat energi
f. Lainnya,____________________________________________________________

16. Menurut anda, apa saja manfaat tanaman pohon pada suatu taman rumah?
(Pilihan jawaban boleh lebih dari satu)
a. Peneduh sehingga halaman lebih sejuk
b. Penghias taman
c. Memberikan keuntungan ekonomi
d. Penyerap air hujan
e. Pembatas halaman
f. Lainnya,___________________________________________________________

Terima Kasih Atas Perhatian Anda

Anda mungkin juga menyukai