Anda di halaman 1dari 14

PARTNERSHIP PROPOSAL

APOTEK SEHATI
Jl. Perintis Kemerdekaan No. 121 Makassar No. Telp (0411) 654361
1 Partnership Proposal

PROPOSAL KERJASAMA APOTEK SEHATI DENGAN BPJS


KESEHATAN
UNTUK PELAYANAN RUJUK BALIK DALAM SISTEM PELAYANAN
KESEHATAN JKN (JAMINAN KESEHATAN NASIONAL)

a. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 71
Tahun 2013, jaminan didefinisikan sebagai jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Dalam hal ini Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Keseh atan) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan tersebut.
Dalam penyelenggaraan sistem jaminan kesehatan nasional,
BPJS bekerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan dari
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
Fasilitas kesehatan milik pemerintah wajib bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan sedangkan fasilitas kesehatan milik swasta pun
juga dapat menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan selama
memenui persyaratan (credentialing).
Fasilitas kesehatan yang dimaksud meliputi fasilitas kesehatan
tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
Fasilitas kesehatan tingkat pertama meliputi puskesmas atau
yang setara, praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik, dan rumah
sakit kelas D Pratama atau yang setara. Adapun fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan meliputi klinik utama atau yang setara,
rumah sakit umum, dan rumah sakit khusus.
Fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif.
Pelayanan kesehatan komprehensif tersebut berupa pelayanan
kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan
kebidanan, dan pelayanan kesehatan darurat medis, termasuk
pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium
sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Bagi fasilitas kesehatan yang
tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring dengan
sarana penunjang.
2 Partnership Proposal

Menurut Perpres Nomor 12 Tahun 2013, Pasal 30 (2), fasilitas


kesehatan rawat jalan yang tidak memiliki sarana penunjang, wajib
membangun jejaring dengan fasilitas kesehatan penunjang untuk
menjamin ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, dan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan. Jejaring dan fasilitas
kesehatan yang yang dimaksud antara lain apotek, laboratorium,
optik, atau PMI. Sehingga, peran suatu apotek dalam
penyelenggaran sistem jaminan kesehatan nasional sangat penting
terutama dalam menjamin ketersediaan obat yang bermutu dan
memberikan pelayanan obat yang rasional kepada pasien sesuai
dengan asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care).
Selain pola kerjasama BPJS Kesehatan dengan fasilitas
kesehatan yang memiliki jejaring seperti apotek, BPJS Kesehatan
juga dapat bekerjasama dengan apotek untuk pelayanan rujuk balik
(PRB). Program Rujuk Balik (PRB) sendiri merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan
kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan jangka panjang.
Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang
berkembang dan bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama
(Sarafino, 2006). Penyakit kronis merupakan penyebab kematian
utama secara global. Riset kesehatan dasar yang dilakukan tahun
2013 memberikan data prevalensi nasional penyakit kronis seperti
asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan kanker masing-
masing sebesar 4,5%, 3,7% dan 1,4%, sedangkan prevalensi
hipertensi, stroke dan gagal ginjal kronis masing-masing sebesar
9,4%, 57,9% dan 0,6% (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan RI, 2013). Untuk mengatasi masalah pengelolaan
penyakit kronis tersebut, saat ini pemerintah melalui sistem
Jaminan Kesehatan Nasional menyediakan Program Rujuk Balik
(PRB).
Pelaksanaan program ini dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama (puskesmas, dokter umum, klinik pratama) atas
rekomendasi atau rujukan dari Dokter Spesialis atau Sub Spesialis
yang merawat. Penyakit kronis yang termasuk dalam PRB
diantaranya adalah diabetes melitus, hipertensi, jantung, asma,
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsi, stroke,
schizophrenia, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) (BPJS
Kesehatan , 2014). Pada program rujuk balik pasien rutin ke apotek
setiap bulannya untuk mengambil obat, sehingga pelayanan obat
di apotek merupakan salah satu faktor penting keberhasilan terapi
pasien.
3 Partnership Proposal

Penyakit kronis biasanya tidak bisa disembuhkan secara total


(Adelman and Daly, 2001). Penderita penyakit kronis cederung
mengalami stress dan putus asa karena pengobatan yang
dilakukan tidak dapat menyembuhkan secara total (Sarafino, 2006).
Hal inilah yang memicu penderita penyakit kronis rawan
mengalami ketidakpatuhan dalam pengobatan. Berdasarkan
penelitian Evadewi dan Sukmayanti (2013) menyatakan bahwa
sebanyak 70,54% pasien hipertensi usia 45-51 tahun tidak patuh
mengkonsumsi obat. Pada penelitian Putri (2012) dijelaskan bahwa
terjadi penurunan ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat pada
pasien hipertensi dari 84,4% menjadi 50% setelah diberikan
konseling oleh apoteker. Masalah lain yang terjadi pada pasien
penyakit kronis adalah adanya polifarmasi untuk mencegah
terjadinya komplikasi penyakit (Rambadhe et al., 2012).
Berdasarkan masalah-masalah tersebut sangat dibutuhkan
peran apoteker untuk memberikan informasi dan pemahaman
mendalam kepada pasien penyakit kronis yang membutuhkan
perhatian khusus. Apoteker di apotek PRB dituntut untuk
memberikan pelayanan kefarmasian yang optimal dan
melaksanakan interaksi langsung dengan pasien rujuk balik
(Permenkes, 2014). Pelayanan kefarmasian optimal yang dilakukan
oleh Apoteker akan memberikan kepuasan bagi pasien. Kepuasan
akan mendorong minat konsumen untuk kembali ke tempat yang
sama dan menunjukkan rasa loyalitas yang tinggi (Gasperz, 2001).
Hal tersebut akan berdampak positif dan memberikan keuntungan
bagi apotek.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka apotek SEHATI
memberikan penawaran kerjasama dengan BPJS Kesehatan sebagai
apotek pelayanan rujuk balik (PRB) dengan memberikan pelayanan
kefarmasian secara mandiri dalam sistem jaminan kesehatan
nasional (JKN). Sebagai unit pelayanan kesehatan, diharapkan
apotek kami dapat menjamin persediaan obatobatan untuk
masyarakat pada umumnya dan terkhusus untuk peserta
pelayanan rujuk balik (PRB) untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal serta menerapkan pelayanan yang berfokus pada
pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Peran apoteker diharapkan dapat menyeimbangkan
antara aspek klinis dan aspek ekonomi demi
kepentingan pasien sebagai aplikasi dari asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical Care) untuk melakukan pelayanan obat yang
rasional dan cost effectiveness.
4 Partnership Proposal

b. Dasar Hukum
Dasar hukum yang menjadi landasan dalam pelaksanaan
kerjasama antara BPJS Kesehatan dengan apotek PRB (Program
Rujuk Balik) antara lain:
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 71 Tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan
Nasional.
Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.
Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor HK/
Menkes/32/I/2014 tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
bagi Peserta BPJS Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Pertama
dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.

c. Visi dan Misi


1. Visi
Menjadi apotek yang menerapkan pelayanan kefarmasian yang
bermutu, berkualitas dan terpercaya serta menguntungkan bagi
konsumen dan karyawan.
2. Misi
Misi dari apotek SEHATI antara lain:
Menjamin ketersediaan obat, alat kesehatan dan perbekalan
kefarmasian lainnya yang bermutu dan berkualitas dalam hal
kerjasama ini khususnya penyediaan obat PRB (Program
Rujukan Balik).
Menyediakan pemeriksaan penunjang untuk penyakit-penyakit
tertentu.
Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang tepat, cepat,
ramah, informatif dengan memerapkan konsep
Pharmaceutical Care secara profesional.
Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup seluruh
karyawan dan pemilik modal.

d. Komitmen
Komitmen apotek SEHATI dalam pelayanan program rujuk balik
(PRB) adalah:
Menjamin ketersediaan dan kecukupan obat Program Rujuk Balik
secara lengkap, kecuali obat dalam keadaan kosong yang
dinyatakan secara tertulis oleh distributor obat yang
5 Partnership Proposal

bersangkutan, apotek wajib mencarikan obat sejenis tanpa


mengenakan biaya tambahan kepada peserta.
Memberikan obat-obatan kepada peserta berdasarkan resep obat
yang diterima dengan tetap berpedoman kepada Formularium
Nasional.
Membuat dan menyampaikan kepada BPJS Kesehatan laporan
bulanan yang mencakup persediaan obat Program Rujuk Balik,
pencatatan atas resep-resep obat yang masuk dan bukti
penerimaan obat Peserta.
Mengikuti proses evaluasi dan penilaian yang dilakukan secara
berkala oleh BPJS Kesehatan.
Bersedia menyediakan komputer yang sesuai dengan spesifikasi
yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan untuk kebutuhan
penggunaan program Aplikasi Pelayanan Apotek.
Memberitahukan secara tertulis kepada BPJS Kesehatan dalam
hal terjadi perubahan tempat praktik atau berhenti praktik.

e. Strategi
Dalam mencapai visi dan misi apotek SEHATI memiliki beberapa
strategi yakni:
Menjamin bahwa seluruh proses terapi
obat yang diberikan merupakan
terapi obat yang tepat, efektif, nyaman dan aman bagi pasien.
Mengatasi masalah baru yang timbul
dalam terapi obat dan mencegah
timbulnya masalah lain di masa yang akan datang.
Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingi
n melakukan pengobatan mandiri.
Melakukan efisiensi biaya (cost effectiveness)
kesehatan masyarakat.
Memberikan informasi, edukasi dan konsultasi obat serta
melakukan monitoring obat dan evaluasi penggunaan obat.
Rutin melakukan update ilmu khususnya mengenai pelayanan
kefarmasian yang komprehensif.
Melakukan evaluasi terhadap kepuasan pasien baik pasien yang
melakukan swamedikasi melalui apotek, dan pasien yang
menerima pelayanan OWA, pelayanan resep ataupun pelayanan
rujuk balik.
Merancang SOP (standart operating procedure) dan standar orga
nisasi kerja.
Memberlakukan sistam reward dan punishment bagi seluruh kary
awan.
6 Partnership Proposal

f. Tujuan
Sebagai tempat pengabdian profesi apoteker.
Melayani kebutuhan obat, bahan obat, alat kesehatan serta per
bekalan farmasi
lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan
berorientasi kepada
kepentingan dan kepuasan pasien sebagai implementasi kompe
tensi profesi farmasis.
Memberikan dan menyediakan informasi, edukasi dan
konsultasi kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan, khususnya obat dan cara pengobatan yang tepat.

g. Manfaat Kerjasama
1. Bagi Peserta
Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan.
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konteks
pelayanan holistik.
Memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan.
2. Bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Meningkatkan fungsi Faskes selaku Gate Keeper dari aspek
pelayanan komprehensif dalam pembiayaan yang rasional.
Meningkatkan kompetensi penanganan medik berbasis kajian
ilmiah terkini (evidence based) melalui bimbingan
organisasi/dokter spesialis.
Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan.
3. Bagi Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan
Mengurangi waktu tunggu pasien di poli RS.
Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di Rumah Sakit.
Meningkatkan fungsi spesialis sebagai koordinator dan
konsultan manajemen penyakit.
4. Bagi apotek pelayanan rujuk balik (PRB)
Kepastian pangsa pasar.
Mendapatkan harga obat dengan harga yang terjangkau sesuai
e-catalogue.
Kepastian pembayaran.
7 Partnership Proposal

Mendapatkan edukasi peresepan obat yang rasional melalui


restriksi dan peresepan Fornas (Peresepan Nasional).
Mendapatkan informasi tentang program penyelenggaraan JKN
(Jaminan Kesehatan Nasional).
5. Bagi BPJS Kesehatan
Optimalisasi implementasi program BPJS Kesehatan guna
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS
Kesehatan.
Kemudahan bagi BPJS Kesehatan dalam persediaan obat-
obatan khususnya pasien BPJS yang terdaftar sebagai pasien
PRB (program rujukan balik).
Memperkuat kedudukan BPJS Kesehatan sebagai badan hukum
publik.

h. Deskripsi Apotek
Nama dan Lokasi Apotek
Nama apotek yang didirikan adalah Apotek SEHATI, lokasinya
terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan No. 121 Makassar No. Telp
(0411) 654361. Apotek ini merupakan apotek swasta yang
berdiri sendiri. Apotek SEHATI memiliki lokasi strategis yang
dekat dengan beberapa fasilitas kesehatan tingkat pertama
maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dengan
pangsa pasar mulai dari masyarakat menengah ke bawah dan
menengah ke atas.
Sumber Daya Manusia
Untuk mencapai visi dan misi apotek, maka diperlukan sumber
daya manusia yang efektif dan efisian sesuai dengan bidang
masing-masing. Apotek SEHATI merekrut 6 karyawan dengan
susunan sebagai berikut :
- Apoteker Pengelola Apotek (APA) : 1 orang
- Apoteker Pendamping : 1 orang
- Asisten Apoteker : 1 orang
- Pembantu Umum : 2 orang
- Akuntan : 1 orang
Job Description
Sumber daya manusia merupakan aset terbesar dari
apotek itu sendiri. Kerjasama
antar karyawan harus dijaga sehingga dapat menciptakan suasa
na kerja yang kondusif serta mampu memberikan
kenyamanan pada pasien. Karenanya diperlukan adanya
pembagian tugas, wewenang, hak dan kewajiban serta
8 Partnership Proposal

rasa memiliki terhadap apotek dari para karyawan. Untuk itu


kemempuan manajerial dari apoteker sangat diperlukan.
- Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Tugas dan kewajiban pengelola apotek antara lain:
[1]Memimpin seluruh kegiatan apotek.
[2]Berkewajiban serta bertanggungjawab penuh untuk meng
elola apotek yang meliputi beberapa bidang antara lain:
a) Pelayanan Kefarmasian
b) Administrasi dan Keuangan
c) Personalia
d)
Bidang lainnya yang berkaitan dengan tugas dan fungsi a
potek
[3]Melakukan langkahlangkah untuk mengembangkan hasil
dan kualitas apotek
Tanggung jawab pengelola apotek yaitu bertanggungjawab
atas kelancaran segala bidang dalam apotek serta
bertanggungjawab terhadap kelancaran hidup apotek
yang dipimpinnya.
- Apoteker Pendamping
Tugas dan kewajiban:
[1]Melaksanakan seluruh tugas dan kewajiban APA, bilamana
APA berhalangan selama jam kerja apotek.
[2]Dalam melaksanakan segala tindakan, terutama dalam
halhal penting yang mendasar dan strategis, harus
mendapat persetujuan dari APA.
Tanggungjawab dan dari apoteker pendamping adalah
bertanggungjawab penuh kepada APA dan melaksanakan
tugas dan fungsi sebagai apoteker pendamping
sesuai dengan petunjuk dan atau instruksi dari APA.
- Asisten Apoteker
Tugas dan kewajiban :
[1]Melaksanakan pekerjaan yang seusai dengan profesinya
sebagai asisten apoteker, yaitu meliputi :
a. Pelayanan kefarmasian (pelayanan obat bebas
dan obat dengan
resep) sesuai petunjuk pimpinan apotek.
b. Mengerjakan pengubahan bentuk pembuatan sedan
racikan dan meracik.
c. Menyusun, membendel dan menyimpan resep dengan b
aik.
9 Partnership Proposal

d. Mencatat laporan penggunaan obat dan perbekalan


farmasi (narkotik, psikotropik, statistik resep dan OGB,
OWA) dan waktu kadaluarsa.
e. Mendata kebutuhan obat dalam defekta dan membantu
kelancaran kegiatan pembelian.
f. Menerima barang pesanan, memeriksa dan
menandatangani faktur, mencatat ke dalam buku
pembelian (komputer) dan
menjaga agar daftar harga tetap up to date.
g. Memelihara kebersihan, kerapian serta keteraturan
ruang pelayanan dan peracikan obat.
h. Mengelompokkan dan menata obat sesuai abjadnya.
[2]Dalam keadaan tertentu dapat menggantikan tugas kasir,
reseptir dan lain sebagainya.
Tanggungjawab dan wewenang asisten apoteker adalah
bertanggungjawab kepada pimpinan apotek atas
segala kebenaran tugas yang diselesaikannya. Berwenang
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai petunjuk dan
atau instruksi pimpinan apotek.
- Pembantu Umum
Tugas dan kewajiban :
[1] Menjamin kebersihan di seluruh lingkungan kerja apotek.
[2] Mengelola sampah apotek dengan penuh tanggungjawab.
[3] Membantu AA dalam pengadaan dan penyiapan obat
Tanggungjawab dan wewenang pembantu umum adalah
bertanggungjawab langsung kapada pimpinan apotek dan
melaksanakan tugas sesuai instruksi dan petunjuk pimpinan
apotek.

i. Cakupan Program Rujuk Balik


Berikut beberapa cakupan dari program pelayanan rujuk balik (PRB)
yang menjadi perihal kerjasama antara BPJS Kesehatan dengan
apotek PRB:
a. Jenis Penyakit
1. Diabetes mellitus
2. Hipertensi
3. Jantung
4. Asma
5. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
6. Epilepsi
7. Schizophrenia
8. Stroke
9. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
10 Partnership Proposal

b. Obat Program Rujuk Balik (PRB)


1. Obat utama, yaitu obat kronis yang diresepkan oleh dokter
spesialis/sub spesialis di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
2. Obat tambahan, yaitu obat yang mutlak diberikan bersama
obat utama dan diresepkan oleh dokter spesialis/sub spesialis
di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan untuk mengatasi
penyakit penyerta atau mengurangi efek samping akibat obat
utama.

c. Peserta
Peserta yang berhak memperoleh obat PRB adalah peserta BPJS
Kesehatan dengan diagnosa penyakit kronis yang telah
ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil oleh dokter
spesialis/sub spesialis dan telah mendaftarkan diri untuk menjadi
peserta Program Rujuk Balik.

d. Mekanisme Pendaftaran Peserta PRB


Mekanisme pendaftaran peserta PRB adalah sebagai berikut:
1. Peserta mendaftarkan diri pada petugas Pojok PRB dengan
menunjukan:
Kartu Identitas peserta BPJS Kesehatan.
Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis.
Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan.
Lembar resep obat/salinan resep
2. Peserta mengisi formulir pendaftaran peserta PRB.
3. Peserta menerima buku kontrol Peserta PRB.

e. Mekanisme Pelayanan Obat PRB


1. Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
a. Peserta melakukan kontrol ke Faskes Tingkat Pertama
(tempatnya terdaftar) dengan menunjukkan identitas
peserta BPJS, SRB dan buku kontrol peserta PRB.
b. Dokter Faskes Tingkat Pertama melakukan pemeriksaan dan
menuliskan resep obat rujuk balik yang tercantum pada
buku kontrol peserta PRB.
2. Pelayanan pada apotek/depo farmasi yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan untuk pelayanan obat PRB
a. Peserta menyerahkan resep dari Dokter Faskes Tingkat
Pertama.
b. Peserta menunjukkan SRB dan Buku Kontrol Peserta.
3. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut-turut
selama 3 bulan di faskes tingkat pertama.
11 Partnership Proposal

4. Setelah 3 bulan peserta dapat dirujuk kembali oleh fasilitas


kesehatan tingkat pertama ke fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjutan untuk dilakukan evaluasi oleh dokter
spesialis/subspesialis.
5. Pada saat kondisi peserta tidak stabil, peserta dapat dirujuk
kembali ke dokter spesialis/sub spesialis sebelum 3 bulan dan
menyertakan keterangan medis dan/atau hasil pemeriksaan
klinis dari dokter faskes tingkat pertama yang menyatakan
kondisi pasien tidak stabil atau mengalami gejala/tandatanda
yang mengindikasikan perburukan dan perlu penatalaksanaan
oleh dokter spesialis/sub spesialis.
6. Apabila hasil evaluasi kondisi peserta dinyatakan masih
terkontrol/stabil oleh dokter spesialis/subspesialis, maka
pelayanan program rujuk balik dapat dilanjutkan kembali
dengan memberikan SRB baru kepada peserta.

j. Standar Operating Procedure (SOP) Pelayanan Kefarmasian


di Apotek PRB
SOP Pelayanan Obat PRB (Program Rujuk Balik)
1. Peserta BPJS/pasien BPJS datang.
2. Menyapa pasien dengan ramah.
3. Melakukan proses identifikasi di mana peserta BPJS yang akan
memperoleh pelayanan obat PRB harus menyerahkan resep
dari dokter fasilitas kesehatan tingkat pertama serta
menunjukkan Surat Rujuk Balik (SRB) dan buku kontrol
peserta.
4. Lakukan skrining resep meliputi skrining
administratif, farmasetik dan pertimbangan klinis lainnya.
5. Menghitung harga jikalau terdapat obat PRB yang tidak
termasuk dalam pembiayaan BPJS dan
meminta persetujuan pasien terhadap nominal harga
tersebut (optional).
6. Pasien diberi no antrian.
7. Tulis nomor struk (print out) pada resep dan satukan resep
dengan print out.
8. Cocokkan nama, jumlah dan kekuatan obat dalam resep
dengan print out.
9. Siapkan obat sesuai dengan resep.
10. Jika obat racikan maka patuhi SOP meracik.
11. Buat etiket dan cocokkan dengan resep.
12. Teliti kembali resep sebelum diserahkan pada pasien
termasuk
salinan resep dan kuitansi (jika diminta oleh pasien).
12 Partnership Proposal

13. Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi


tentang obat meliputi dosis, frekuensi pemakaian sehari,
waktu penggunaan obat, cara penggunaan dan efek
samping obat yang mungkin timbul setelah penggunaan
obat dan jika diperlukan
pengatasan pertama terhadap efek samping yang ditimbulka
n.
14. Pemberian edukasi mengenai terapi non farmakologi yang
dapat mendukung keberhasilan terapi untuk pasien PRB.
15. Bila perlu, dengan pemberian brosur untuk sediaan yang
memerlukan petunjuk penggunaan khusus seperti sediaan
aerosol, insulin, nebulizer, dsb.
16. Catat nama pasien, alamat dan no telp pasien.
17. Buat catatan khusus tentang pasien PRB.

SOP Meracik Obat


1. Siapkan alat yang akan digunakan dan bersihkan meja
untuk meracik.
2. Buatlah instruksi meracik meliputi: no resep, nama pasian,
jumlah dan cara mencampur.
3. Siapkan etiket dan wadah obat sertakan bersama obat dan
instruksinya untuk diracik.
4. Cucilah tangan bila perlu gunakan sarung tangan, masker.
5. Siapkan bat sesuai resep dan cocokkan dengan yang
tertera pada struknya.
6. Jika ada bahan yang harus ditimbang maka persiapkan lebih
dahulu.
7. Bacalah instruksi meracik dengan seksama dan
lakukanlah hatihati.
8. Pastikan hasil racikan sesuai dengan instruksinya.
9. Masukkan dalam wadah yang telah disediakan dan beri
etiket, kemudian serahkan pada petugas lain untuk
diperiksa dan diserahkan.
10. Bersihkan peralatan dan meja meracik setelah selesai dan
mencuci tangan hingga bersih.

k. Sistem Pembayaran oleh BPJS Kesehatan kepada Apotek


PRB
Sistem pembayaran oleh BPJS kepada apotek PRB untuk
pelayanan obat rujuk balik mengacu pada Pasal 3 Permenkes 69
Tahun 2013 dan Pasal 71 Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1
Tahun 2014.
13 Partnership Proposal

Obat Program Rujuk Balik (PRB) dan pemeriksaan penunjang


dibayar oleh BPJS Kesehatan diluar biaya kapitasi dan ditagihkan
secara kolektif melalui klaim tersendiri kepada BPJS Kesehatan.
Obat utama dan obat tambahan yang bersifat non-simptomatis
dibayar secara non-kapita (FSS) oleh BPJS Kesehatan. Sedangkan
obat tambahan yang bersifat simptomatis termasuk dalam
pembiayaan secara kapitasi oleh BPJS Kesehatan.
Biaya Program Rujuk Balik (PRB) terdiri atas harga obat yang
mengacu pada Formularium Nasional yang ditetapkan oleh
Menteri dan ditambah dengan faktor pelayanan dan embalage.
a. Tarif pelayanan obat
Sesuai e-katalog + faktor pelayanan + embalage
Ket: e-katalog dikeluarkan oleh Kemenkes; faktor pelayanan
dan embalage sesuai SE Menkes No 31/2014
b. Tarif pelayanan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ditagihkan terpisah dengan tarif
maksimal.
GDS : Rp 10.000 sd 20.000 (harus dengan indikasi
medis)
GDP : Rp 10.000 sd 20.000 (1 kali per bulan)
GDPP : Rp 10.000 sd 20.000 (1 kali per bulan)
Bila diperlukan pemeriksaan lainnya dilakukan di fasilitas
kesehatan lanjutan
BPJS Kesehatan wajib membayar fasilitas kesehatan atas
pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat tanggal
15 setiap bulan berjalan bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang menggunakan cara pembayaran praupaya berdasarkan
kapitasi dan 15 hari sejak dokumen klaim diterima lengkap bagi
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
BPJS Kesehatan wajib membayar ganti rugi kepada fasilitas
kesehatan sebesar 1% dari jumlah yang harus dibayarkan untuk
setiap 1 (satu) bulan keterlambatan.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai