Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

EVAPORATOR

4.1. Tinjauan Percobaan


- Menghitung luas permukaan heat transfer
- Menghitung karakteristik produk evaporasi yang meliputi densitas dan
viskositas
4.2. Tinjauan Pustaka
Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap. Proses evaporasi
bertujuan untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak mudah
menguap dan pelarut yang mudah menguap. Air merupakan jenis pelarut yang
kebanyakan ada pada proses evaporasi. Evaporasi dilakukan dengan menguapkan
sebagian dari pelarut sehingga dihasilkan larutan yang pekat dengan konsentrasi yang
lebih tinggi (Febrina, 2014).
Dalam perancangan evaporator faktor yang paling penting ialah perpindahan
panas, maka luas permukaan panas sangat menentukan harga evaporator. Oleh karena
itu dipilih bahan yang mempunyai koefisien perpindahan panas paling tinggi (Mulyono,
2007).
Evaporator adalah komponen yang digunakan untuk mengambil kalor dari suatu
ruangan atau suatu benda yang bersentuhan dengannya. Pada evaporator terjadi
pendidihan (boiling) atau penguapan (evaporation), atau perubahan fasarefrigran dari
cair menjadi uap. Refrigeran pada umumnya memiliki titik didih yang rendah. Sebagai
contoh, refrigeran 22 (R22) memiliki titik didih -41 C. Dengan demikian, refrigeran
mampu menyerap kalor pada temperatur yang sangat rendah. Evaporator dapat berupa
koil telanjang tanpa sirip (bare pipe coil), koil bersirip (finned coil), pelat (plate
evaporator) shell and coil, atau shell and tube evaporator. Jenis evaporator yang
digunakan pada suatu sistem refrigerasi tergantung pada jenis aplikasinya (Samosir,
2005).
Evaporator merupakan alat yang digunakan untuk mengubah sebagian atau
keseluruhan pelarut dari sebuah larutan cair menjadi uap sehingga dihasilkan produk
yang lebih pekat. Pada dasarnya semua jenis evaporator memiliki prinsip kerja yang
sama. Salah satunya yaitu pemekatan larutan berdasarkan perbedaan titik didih yang
besar antara masing-masing zat. Selain itu evaporator dijalankan pada suhu yang lebih
rendah daripada titik didih normal. Tekanan mempengaruhi tinggi rendahnya titik didih
cairan murni. Begitu pula pada titik didih cairan dipengaruhi oleh tekanan dan kadar air
pada zat yang tidak mudah menguap seperti gula. Pada efek awal diperlukan adanya
pemanasan suhu yang lebih tinggi. Dan kenaikan titik adalah perbedaan titik didih
larutan dan titik didih cairan murni. Kebanyakan orang mengenal evaporator sebagai
salah satu alat yang digunakan dalam industri gula pasir.
Sistem evaporator pada industri umumnya terdiri dari :
- Sebuah penukar kalor untuk memasok kalor sensibel dan kalor laten penguapan pada
umpan. Di dalam industri biasanya uap (steam) jenuh dipergunakan sebagai medium
pemanas.
- Sebuah separator yang di dalamnya uap dipisahkan dari fasa cair kentalnya.
- Sebuah kondensor untuk penghasil kondensasi uap dan pembuangan dari sistem. Ini
dapat dihilangkan jika sistem bekerja pada kondisi atmosfer.
Jenis-Jenis Evaporator
Hingga saat ini dikenal banyak jenis evaporator di dunia industri. Beberapa jenis
evaporator yang umum digunakan menurut Richardson , dkk., (2002) adalah :
1. Evaporator with direct heating
Evaporator with direct heating atau evaporator dengan pemanasan langsung adalah
evaporator dimana transfer panas langsung dilakukan dari sumber panas ke larutan
ataupun melalui wadah evaporator itu sendiri. Evaporator ini umumnya memiliki
bentuk wadah yang sederhana, namun membutuhkan panas yang tinggi. Salah satu
contoh industri yang menggunakan evaporator dengan pemanasan langsung adalah
industri garam dari air laut.
2. Natural circulation evaporator
Natural circulation evaporator merupakan evaporator yang sirkulasi larutan terjadi
melalui arus konveksi dari permukaan pemanas. Terdapat dua jenis natural
circulation evaporator, yaitu horizontal tubes dan vertical natural circulation
evaporator. Pada horizontal tubes, tube tube horizontal dipasang memanjang di
antara dua plat tubular untuk tempat steam mengalir, sedangkan di luarnya larutan
akan dipanaskan dan dipisahkan dari uapnya. Pada vertical evaporator, badan silinder
vertical digunakan dengan tube-tube tertahan di antara dua plat tubular yang
memanjang dari satu bagian badan silinder ke bagian yang lain dan steam akan
mengalir pada bagian luar sedangkan larutan akan mengalir pada tube-tube vertical
yang tersususun pada bagian bawah evaporator dan sering disebut kalandria. Vertical
natural circulation evaporator banyak digunakan pada industri gula, sementara
horizontal tubes natural circulation evaporator digunakan untuk larutan dengan
viskositas yang rendah.
3. Forced circulation evaporator
Forced circulation evaporator adalah evaporator dimana sirkulasi larutan di dalam
evaporator dibantu oleh propeller ataupun pompa sirkulasi. Penambahan peralatan
untuk membantu sirkulasi dapat meningkatkan konsentrasi dari larutan yang
dihasilkan karena koefisien perpindahan panasnya dapat dijaga meskipun viskositas
larutan akan terus mengalami perubahan seiring dengan waktu. Peralatan tambahan
akan menambah biaya peralatan, namun efisisensi proses meningkat dan ukuran
peralatan pun dapat diperkecil. Forced circulation evaporators dapat digunakan untuk
berbagai industri dengan larutan yang kental.
4. Film type evaporator
Film type evaporator adalah evaporator dengan bentuk tube yang panjang yang
diposisikan pada vertical steam chest. Pada evaporator ini, aliran yang terjadi di
dalam tube adalah larutan yang membentuk lapisan film di dalam tube dengan aliran
uap sebagai pusatnya. Terdapat dua macam film type evaporator yang banyak
ditemukan di dunia industri, yaitu climbing film evaporator dan falling film
evaporator. Falling film evaporator memiliki beberapa kelebihan, yaitu koefisien
transfer panas yang tinggi, waktu tinggal yang rendah, hilang tekan yang rendah,
cocok untuk operasi vakum, memiliki rasio penguapan yang tinggi, jangkauan
operasi yang luas, aman dari risiko fouling, dan biaya operasi yang minimum
(Richardson, dkk., 2002).
5. Thin-layer evaporator
Thin-layer evaporator adalah evaporator yang menggunakan energi mekanik untuk
membantu perpindahan panasnya. Biaya operasi per luas permukaan pemanas dari
evaporator ini sangat tinggi karena kapasitasnya yang kecil. Karena biayanya yang
sangat tinggi, evaporator ini umumnya hanya digunakan untuk bahan-bahan yang
sangat kental ataupun sangat sensitive terhadap panas sehingga membutuhkan waktu
tinggal yang cepat. Evaporator ini biasa dioperasikan pada perbedaan temperature
yang tinggi sebagai single effect evaporator.
6. Flash evaporator
Flash evaporator adalah evaporator dimana pendidihan akan ditahan hingga larutan
mencapai kondisi superheated untuk kemudian dimasukkan ke dalam separator
bertekanan rendah sehingga larutan terpisah dari uapnya. Metode ini tidak dapat
memaksimalkan transfer panas pada tube-tubenya tetapi akan sangat efektif jika
dioperasikan secara multiple effect (Febrina, 2014).
Persamaan dasar bagi penyelesaian kapasitas dari satu efek dengan evaporator
yang dapat ditulis sebagai :

q=U A T .....................................................................(4.1)
F=L+ V .......................................................................(4.2)

Keterangan:
q = Membuat panas dan material keseimbangan dengan evaporator
A = Luas transfer panas
U = Koefisien transfer overall
T = Pertentangan dalam suhu antara kondensasi uap dan mendidihnya evaporator

F = Feed
L = Keluar sebagai cairan adalah terkonsentrasi cair
V =Kesetimbangan dengan cairan liquid,suhu uap dan cair adalah sama
(Geankoplis,1997).
4.3. Variabel Percobaan
A. Variabel Tetap
Suhu proses evaporasi : 70oC
B. Variabel Berubah
Kadar larutan : 5% dan 10%
Waktu proses : 0,15,30 dan 45 menit
4.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan:
- Batang Pengaduk B. Bahan-bahan yang digunakan:
- beakerglass - Aquadest
- heater - Gula
- Ember
- Instrumen evaporator
- Neraca analitik
- Piknometer
- Viskositas
4.5. Prosedur Percobaan
. Tahap persiapan percobaan
Menyalakan power evaporator serta mixer dan set suhu pada 70oC
Membuka valve vakum dan menutup valve yang lain
Menyalahkan tombol vacum
Menunggu hingga suhu didalam evaporator 70oC.
. Tahap persiapan bahan
Menyiapkan gula sebanyak 250 gram dan 500 gram
Menyiapkan Aquadest sebanyak 10 liter, masing-masing wadah diisi 5 liter dan
memanaskan sampai suhu 70oC
Mencampurkan gula dan Aquadest 5 liter ke dalam wadah serta mengaduknya
hingga homogen.
. Tahap percobaan
Memasukkan bahan yang telah di preparasi dan telah dihitung densitasnya
terlebih dahulu ke dalam evaporator
Sebelumnya, tutup valve vakum secara perlahan dan buka valve yang lain,
kemudian buka tutup evaporator dan masukkan bahan
Tunggu hingga 15 menit, kemudian mengambil sampe dengan cara membuka
dahulu valve vakum seca ra perlahan, buka valve lain kemudian buka valve
keluaran evaporator
Mencatat densitas keluaran evaporator pada 15 menit
Melakukan tahap diatas pada 30 dan 45 menit

4.6. Data Pengamatan


Tabel 4.1 Data pengamatan larutan gula 5%
t Berat Piknometer Berat Piknometer Densitas
Viskositas
(menit) Kosong (garam) Isi (Garam) (gr/mol)
0 23.39 48.61 1 4.79
15 23.39 48.65 1.01 5.76
30 23.39 48.82 1.01 6.07
45 23.39 49.16 1.03 6.28
Tabel 4.2 Data Pengamatan larutan gula 10%
t Berat Piknometer Berat Piknometer Densitas
Viskositas
(menit) Kosong (garam) Isi (Garam) (gr/mol)
0 23.39 48.73 1 4.62
15 23.39 48.98 1.01 4.87
30 23.39 49.07 1.02 5.11
45 23.39 49.7 1.05 5.9
4.7. Grafik

t (menit) & densitas


50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
48.5 48.6 48.7 48.8 48.9 49 49.1 49.2

Grafik 4.1 Perhitungan antara waktu (t) dengan Densitas (gr/mol) pada larutan 5%

t (menit) & viskositas


50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8 6 6.2 6.4

Grafik 4.2 Perhitungan antara waktu (t), Densitas (gr/mol) dan Miu( ) air pada larutan 5%
Densitas & Viskositas
7
6
5
4
Viskositas 3

2
1
0
48.5 48.6 48.7 48.8 48.9 49 49.1 49.2
Densitas (gr/mol)

Grafik 4.3 Perbandingan antara Densitas (gr/mol) dengan Viskositas pada larutan 5%

t (menit) & densitas


50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
48.6 48.8 49 49.2 49.4 49.6 49.8

Grafik 4.4 Perhitungan antara waktu (t) dengan Densitas (gr/mol) pada larutan 10%
t (menit) & viskositas
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
4.4 4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8 6

Grafik 4.5 Perhitungan antara waktu (t), Densitas (gr/mol) dan Miu () air pada larutan 10%

Densitas & Viskositas


7
6
5
4
Viskositas 3

2
1
0
48.6 48.8 49 49.2 49.4 49.6 49.8
Densitas (gr/mol)

Grafik 4.5 Perhitungan antara waktu (t), Densitas (gr/mol) dan Miu () air pada larutan 10%

4.8. Pembahasan
- Pada percobaan dibuat satu larutan gula sebanyak 250 gram dan 500 gram pada
konsentrasi 5 %, dan 10 % dengan menggunakan air sebanyak 10 liter
masing-masing wadah yang diisi 5 liter.
- Pada percobaan, larutan gula dengan konsentrasi 5% setelah 0 sampai 45
menit didapatkan bahwa terjadi kenaikan densitas yaitu 48.61 pada 0 menit,
48.65 pada 15 menit 48.82 pada 30 menit dan 49.16 pada 45 menit.
- Pada percobaan, larutan gula dengan konsentrasi 10% setelah 0 sampai 45
menit didapatkan bahwa terjadi kenaikan densitas yaitu 48.73 pada 0 menit,
48.98 pada 15 menit, 49.07 pada 30 menit dan 49.7 pada 45 menit.
- Hubungan antara waktu (t) dengan Densitas (gr/mol) pada larutan 5% semakin
lama waktu maka semakin tinggi Densitasnya
- Hubungan antara antara waktu (t), Densitas (gr/mol) dan Miu( ) air pada

larutan 5% semakin lama waktu maka Nilai densitas dan Miu() air

semakin tinggi
- Hubungan antara Densitas (gr/mol) dengan Viskositas pada larutan 5%
semakin tinggi nilai Densitas maka semakin tinggi viskositasnya
- Hubungan antara waktu (t) dengan Densitas (gr/mol) pada larutan 10%
semakin lama waktu maka semakin tinggi Densitasnya
- Hubungan antara antara waktu (t), Densitas (gr/mol) dan Miu( ) air pada

larutan 10% semakin lama waktu maka Nilai densitas dan Miu( ) air

semakin tinggi
- Hubungan antara Densitas (gr/mol) dengan Viskositas pada larutan 10%
semakin tinggi nilai Densitas maka semakin tinggi viskositasnya
4.9. Kesimpulan
- Dari praktikum ini didapatkan nilai luas permukaan heat transfer pada kadar
5% adalah 4,10 m2 dan pada kadar 10% adalah 4,57 m2
- Dari percobaan didapatkan semakin lama waktu maka semakin besar densitas
dengan rata-rata kenaikan densitas 1% pada larutan gula 5% dan 1,6% pada
larutan gula 10%, sedangkan pada grafik viskositas didapat hubungan semakin
lama waktu semakin besar viskositasnya dengan rata-rata kenaikan viskositas
49% pada 5% dan 42% pada larutan gula 10%
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, Christie J. 1997. Transport Process and Unit Operation. Third Edition.
Allyn and Bacon Inc, Boston.
Samosir,darwin, 2005.Pemahaman tentang sistem refrigeran. Politeknik Negeri
Medan:Medan. Diakses tanggal 29/November/2016 jam 14:56.
Mulyono Daryoko, 2007. Prarancanganevaporator Untuk Pengolahan Limbah
Radioaktif Cair Pltn Pwr, 1000 Mw. Yogyakarta: Pustek Akselerator dan Proses
Bahan - BATAN
Febrina, Anggi. 2014. ANALISA PERFORMA PRE-EVAPORATOR. Institut Teknologi
Bandung:Bandung.

Anda mungkin juga menyukai