Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu... (Ulangan 30:19b) Oleh: Pdt. Agus Kansil Dalam Matius 15:11-32 menceritakan tentang Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang bapa yang memiliki dua orang anak. Anak yang bungsu meminta harta yang menjadi miliknya, hidup berfoya-foya dan kemudian jatuh miskin dan berakhir di kandang babi. Saat ia kelaparan, ia berniat untuk makan dari tempat makanan babi namun tidak terdapat apapun di sana. Bungsu kemudian mengingat akan kehidupan bersama ayahnya. Bungsu kemudian kembali dan mengakui dosa ingin menjadi upahan bapanya. Namun, bapanya mererimanya dengan pelukan dan membuat pesta baginya. Sulung yang pulang dari bekerja di ladang marah dan tidak mau masuk ke rumah ayahnya. Perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus diatas, menggambarkan tentang 2 tipe orang yang hidup diakhir zaman. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari cerita diatas. 1. Tidak mengatur waktu dengan baik Dalam ayat 11-16 diceritakan tentang kehidupan si bungsu. Ibarat orang muda yang memiliki kemampuan, kekuatan dan kesempatan. Si bungsu memiliki segala-galanya, namun ia hidup berfoya-foya seperti kehidupan orang percaya yang memboroskan waktu yang dimilikinya. Seringkali kita tidak dapat mengatur waktu dengan baik dan hanya membuang waktu kita dengan percuma. Kita harus mengingat Pencipta kita pada masa muda kita, kita harus mempergunakan waktu dengan baik karena kita akan melewati masa yang sulit (Pengkotbah 12:1). Seringkali waktu dan kekuatan yang kita miliki hanya dipakai untuk hal-hal yang tidak berguna. Sudahkah kita menjadikan Yesus sebagai Tuhan atas waktu kita? Waktu yang kita miliki adalah hal yang Tuhan percayakan pada kita. Kita harus mempergunakan waktu kita sebaik-baiknya (Efesus 5:16-17). Kita harus menghitung hari-hari kita untuk memiliki hati yang bijaksana (Mazmur 90:12). 2. Menyadari kesalahan dan mau bangkit Dalam ayat 17-21 diceritakan tentang pertobatan si bungsu. Si bungsu menyadari kesalahannya dan bangkit pergi menemui ayahnya. Si bungsu percaya bahwa di rumah bapanya, ada kelimpahan dan kasih bapa. Rasul Paulus mengatakan ia melupakan apa yang ada di belakang dan berlari-lari pada panggilan Ilahi (Filipi 3:13-14). Kita semua ada dalam pertandingan kehidupan yang diwajibkan bagi kita dan harus berjuang sepenuh tenaga karna ada hadiah yang kekal yang disediakan bagi kita (1 Korintus 9:24-25). kita harus menyadari kesalahan kita dan mau bangkit dan kembali berlari dalam pertandingan kehidupan kita. 3. Tidak mengerti kasih bapa Dalam ayat 25-32 diceritakan tentang si sulung yang pulang dari ladang tempatnya bekerja dan marah melihat pesta penyambutan adiknya yang hilang. Si sulung tidak mengerti akan kasih bapanya. Kasih Bapa mengajarkan kita untuk mengampuni. Kasih Bapa ini harus adalah dalam setiap kehidupan orang percaya. Kita sebagai orang percaya telah menjadi anak dan menjadi ahli waris (Galatia 4:7). Kita sering membandingkan hidup kita dengan orang lain. kita harus mengerti akan kasih Bapa dan mengerti akan status kita sebagai anakNya. Dalam Yohanes 3:16, sangat jelas dijelaskan tentang kasih Allah yang tidak terbatas dan tidak memandang muka. Dalam cerita diatas, anak yang terhilang adalah anak sulung karena ia tidak mengerti arti suatu pengampunan. Pengampunan adalah hal yang sangat penting sehingga Yesus memberikan kita contoh dengan mati di kayu salib untuk menebus kita (1 Petrus 2:24). Kita harus menyadari bahwa hidup kita ini adalah kesempatan. Baik atau buruk yang akan terjadi dalam hidup kita, adalah pilihan. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup!