Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB II
TINJAUAN TEORI
(Haryono, 2012).
infiltrasi isi usus dari suatu kondisi seperti rupture apendiks, perforasi
tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa (Sugeng J, 2012).
2. Etiologi
Penyebab peritonitis menurut Hughes (2012) adalah :
a. Infeksi bakteri
atau pnemokokus.
3. Anatomi Fisiologi
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam
et al, 2000).
(tunika serosa).
2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina
parietalis.
3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina
parietalis.
Peritoneum viscerale berhubungan dengan parietale pada dinding
juga mempersarafi kulit dan otot yang ada si sebelah luarnya. Iritasi
sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah. Respon yang segera dari
(Sjamsuhidayat,2011).
Pathway Peritonitis
Bagan 2.1 pathway peritonitis
DEFISIT
PENGETAHUAN Inflamasi pada peritoneum ANSIETAS
Menekan diafragma
bsorpsi air pada Memicu pengeluaran prostaglandin
colon makanan terganggu
Absorpsi
Penurunan ekspansi paru
Memacu kerja thermostat hipotalamus
Sesak napas
KONSTIPASI BB menurun
Meningkatkan titik patok suhu tubuh
POLA NAPAS
TIDAK EFEKTIF
KURANG TUBUH
Suhu tubuh meningkat
(Sumber: (NANDA, 2015)
HIPERTERMIA
17
nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang local, difus, atrofi umum,
terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang jauh
berkeringat dingin.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya
Pemeriksaan Laboratorium
b. Cairan peritoneal
Pemeriksaan Radiologi
b. USG
dan pembentukan gas dalam usus halus dan usus besar atau pada
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1.
Konservatif
lainnya
a) Pemberian oksigen
(Arief, 2000).
b) Resusitasi cairan
(Arief, 2000).
c) Analgetik
d) Antibiotik
(Arief, 2000).
2. Definitif
a) Pembedahan
(1) Laparotomi
20
perforasi).
(c) Peritoneal lavage
mortalitas
(2) Laparoskopi
(Rotstein, 1997).
(3) Drain
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari peritonitis adalah:
sekundernya.
sirosis.
efek yang toksik terhadap organ liver dan dapat merusak sel-sel
pada liver.
akhirnya sirosis.
tamine ("ecstasy").
sehat.
d. Menghindari peritonitis dan abses yang disebabkan pascaoperasi
b. Peritonitis
25
the intestines)
j. Intestinal perforation
3. Jenis-Jenis Pembedahan dengan Teknik Laparatomi
a. Hernitomi
26
b. Gastrektomi
c. Splenorafi / splenoktomi
d. Apendektomi
e. Kolostomi
f. Hemoridektomi
27
keluhan menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV.
operasi pada tuba fallopi dan operasi pada ovarium dan jenis
kandungan adalah
1) Histerektomi
membuka vagina.
b) Histerektomi subtotal yaitu pengangkatan bagian uterus
regional.
28
4. Post Op Laparatomi
operasi.
4. Mempertahankan konsep diri klien.
5. Mempersiapkan klien pulang.
5. Penatalaksanaan Keperawatan pada Pasien Pascaoperatif
Menurut Brunner & Suddarth (2013), penatalaksanaan
a Aktivitas/istrahat
Gejala : Kelemahan
a. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, berkeringat, pucat hipotensi (tanda syok).
edema Jaringan.
30
b. Eliminasi
Gejala : Ketidak mampuan defekasi dan flatus. Diare (kadang-
kadang)
bengkak.
d. Nyeri/ketidak nyamanan
e. Pernafasan
f. Keamanan
hernia strangulasi.
a) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnose dan Laboratorium (Doengoes,
45000-10.000
b) Data Psikologis
32
pekerjaan,dll
2) Data yang berkaitan dengan penghasilan
3) Sumber-sumber yang mendukung
2. Diagnosa Keperawatan
abdomen.
(penekanan imonologi.
hipermaetabolik.
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Doenges, (2000) dan Carpenito, (2000) fokus intervensi
2 Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 2.1 Pantau tanda vital, catat adanya 2.1 Mem
cairan berhubungan keperawatan selama 3x24 hipotensi, takikardia, takipnea, caira
dengan perpindahan jam, diharapkan terjadi demam. resp
2.2 Pertahankan masukan dan haluaran 2.2 Men
cairan ekstraseluler, keseimbangan cairan.
yang akurat dan hubungkan dengan
intravaskuler dan area KH: 2.3 Hipo
berat badan harian.
interstisial kedalam 1. Haluaran urin adekuat keku
2.3 Observasi kulit/membran mukosa
usus dan/atau area dengan berat jenis urin men
untuk kekeringan, turgor. Catat edema
2.4 Jarin
peritoneal. stabil.
perifer/sakral.
2. Tanda vital stabil. cend
2.4 Rubah posisi dengan sering, berikan
3. Membran mukosa
perawatan kulit dengan sering dan
lembab, turgor kulit
pertahankan tempat tidur kering dan 2.5 Mem
baik, dan pengisian
bebas lipatan. orga
kapiler meningkat, dan
2.5 Kolaborasi : Awasi pemerikasaan
berat badan dalam
laboratorium, contoh Hb/Ht, elektrolit,
rentang normal yaitu 2.6 Men
protein, albumin, BUN, kreatinin
(50,4 61,6 Kg) 2.6 Berikan plasma/darah, cairan, kese
2.7 Men
elektrolit, diuretik sesuai indikasi.
2.7 Pertahankan puasa dengan aspirasi dari
nasogastrik/intestinal.
Intervensi Keperawatan
No Dx. Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasiona
3 Resiko tinggi perubahan Setelah dilakukan tindakan 3.1 Kaji bising usus dan adanya 3.1 Men
3.2 Jum
nutrisi kurang dari keperawatan 3 x24 jam flatus.
3.2 Monitor muntah/diare, mun
kebutuhan tubuh yang diharapkan Pemenuhan
pengeluaran cairan melalui mem
berhubungan dengan nutrisi pasien adekuat dengan
3.3 Nutr
NGT (bila digunakan).
mualk, muntah, gangguan kriteria hasil :
3.3 Jelaskan pada pasien mem
1. Berat badan dalam batas
fungsi usus, puasa.
pentingnya nutrisi bagi tubuh.
normal 3.4 Mem
3.4 Berikan nutrisi per parenteral
2. Lingkar lengan dalam
kebu
sesuai instruksi.
batas normal 3.5 Men
3.5 Timbang BB tiap hari.
3. Turgor kulit baik 3.6 Diet
3.6 Kolaborasi dengan dokter dan
4. Menunjukkan
gang
ahli gizi dalam pemberian diet
peningkatan fungsi
pasien.
36
Intervensi Keperawatan
No Dx. Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasiona
4 Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan 4.1 Kaji tanda vital dengan sering 4.1 Tan
terhadap septikimia keperawatan 3 x24 jam catat tidak membaiknya atau me
berhubungan dengan diharapkan infeksi tidak berlanjutanya hipotensi , dar
tidak edukuat pertahanan terjadi/terkontrol dengan penurunan tekanan nadi,
primer (kulit rusak, kriteria hasil: takikardi, demam takipnea. 4.2 Me
4.2 Catat factor resiko individu
trauma jaringan, 1. Tidak ada tanda-tanda
contoh trauma abdomen,
gangguan peristaltik), infeksi seperti pus
apendisitis akut, dialysis
tidak edukuat pertahanan 2. Luka bersih tidak lembab
peritoneal 4.3 Hip
sekunder dan tidak kotor, 4.3 Catat perubahan status mental
3. tanda-tanda vital dalam me
(contoh bingung, pusing). 4.4 Ha
batas normal atau dapat di 4.4 Catat warna kulit, suhu,
din
toleransi kelembaban.
term
sian
4.5 Oli
4.5 Awasi keluaran urine
per
me
4.6 Pertahankan teknik aseptic ketat 4.6 Me
kateter/kebersihan perinealrutin
4.9 Awasi/batasi pengunjung dan 4.9 Me
staf sesuai kebutuhan .berikan pad
perlindungan isolasi bila di yan
indikasikan.
4.10Me
4.10 Bantu dalam aspirasi peritoneal
me
bila di indikasikan.
ant
4.11 Kolaborasi pemberian anti 4.11Di
microbial, contoh gentamisin me
(garamicyn) ; amikasin tera
(amikin); klindamisin (clocin)
lavase peritoneal/IV.
Intervensi Keperawatan
No Dx. Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasiona
5. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 5.1 Evaluasi tingkat ansietas, catat 5.1 Ket
dengan krisis situasi, keperawatan 3 x24 jam respoon non verbal pasien men
ancaman diharapkan Ansietas dorong ekspresi bebas akan pro
kematian/perubahan berkurang/terkontrol dengan emosi. pem
5.2 Berikan informasi tentang 5.2 Me
satatus kesehatan, factor kriteria hasil :
proses penyakit dan antisipasi men
fisisologi, status 1. Klien mampu
tindakan .
hipermetabolik. merencanakan strategi 5.3 Me
5.3 Jadwalkan istirahat edekuat dan
koping untuk, situasi- ene
periode menghentikan tidur.
situasi yang Membuat kop
stress.
2. Klien mampu
mempertahankan
penampilan peran.
3. Klien melaporkan tidak
ada manefestasi
kecemasan seara fisik,
serta tidak ada
manefestasi perilaku
akibat kecemasan.
Intervensi Keperawatan
38
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tahap perencanaan.
Evaluasi menjadi alat ukur atas tujuan yang mempunyai kriteria