Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat dimasa ini, dengan
pertumbuhan yang sangat cepat hingga dalam hitungan waktu yang amat singkat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tentunya diikuti pula oleh
dunia industri yang mana sangat membutuhkan keberadaan bahan baku industri
pertambangan. Lalu kemudian hal ini mengakibatkan persaingan untuk tahun-tahun ke
depan semakin ketat.
Dasar Pemikiran
Kegiatan Kerja Praktek sebagai salah satu syarat dalam program sarjana,
sekaligus memperdalam proses pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan tentang
ilmu pertambangan, dan kaitan antara materi yang didapatkan dikampus dengan
pengaplikasiannya pada perusahaan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mendapatkan
suatu pengalaman kerja lapangan pada perusahaan, yang menjadi bekal kepada
mahasiswa ketika kelak terjun langsung dalam dunia industri pertambangan. Untuk
mendukung kegiatan ini maka perlu adanya sumberdaya manusia dalam bidang
rekayasa tambang (Engineer), maka kami Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambanagan
(Prodi Tambang Umum) Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia
bermaksud melakukan kegiatan Kerja Praktek pada perusahaan PT. ATLAS COPCO
Waktu Pelaksanaan
Adapun waktu dimulainya dan lamanya Kerja Praktek ini tergantung kepada
kewenangan pihak perusahaan PT. ATLAS COPCO Namun kami mengharapkan
pelaksanaan kegiatan ini dapat dilaksnakan pada interval waktu 1 Mei sampai dengan
30 Juni 2017. Mengenai tempat pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah di salah satu
perusahaan PT. ATLAS COPCO di Indonesa
Perserta KP
Tahap tahap KP
1. Pengenalan Perusahaan Lokasi KP
Langkah pertama yang dilakukan sebelum terjun langsung kedalam kerja
praktek ini adalah pengenalan profil perusahaan. Pengenalan ini menyangkut asal
mula berdirinya PT. ATLAS COPCO, tujuan berdirinya dan bidang-bidang lain yang
dijalankan dalam perusahaan
2. Pengenalan Peralatan
Dalam tahap ini, kami ingin mengenal alat-alat yang terdapat di PT. ATLAS
COPCO, terutama yang erat hubunganya dengan Elektronika dan Instrumentasi, untuk
dapat menambah pengetahuan tentang alat-alat tersebut.
3. Kerja Praktek
Langkah selanjutnya adalah kerja praktek. Kami akan terjun langsung
kelapangan dengan bimbingan bapak/ibu pihak PT. ATLAS COPCO, Selain
mengamati dan mempelajari berbagai peralatan yang ada, kami juga akan berusaha
berbaur dan turut bekerja membantu parakaryawan di lapangan dalam menyelesaikan
tugas mereka. Dan yang tak kalah pentingnya, kami akan mengambil data-data
seperlunya guna sebagai bahan materi saat pembuatan laporan KP nanti. Dalam hal ini
kami sangat mengharapkan referensi buku yang lengkap dan pembimbing dari PT.
ATLAS COPCO
Tinjauan Pustaka
1. GEOMETRI PEMBORAN
Geometri pemboran meliputi diameter lubang bor, kedalaman lubang tembak,
kemiringan lubang tembak, tinggi jenjang, dan juga pola pemboran.
a. Diameter lubang tembak.
Di dalam menentukan diameter lubang tembak tergantung dari volume massa
batuan yang akan dibongkar, tinggi jenjang, tingkat fragmentasi yang diinginkan, mesin
bor yang dipergunakan, dan kapasitas alat muat yang akan dipergunakan untuk kegiatan
pemuatan material hasil pembongkaran..
Untuk diameter lubang tembak yang terlalu kecil, maka faktor energi yang
dihasilkan akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk membongkar batuan yang
akan diledakkan, sedang jika lubang tembak terlalu besar maka lubang tembak tidak
cukup untuk menghasilkan fragmentasi yang baik, terutama pada batuan yang banyak
terdapat kekar dengan jarak kerapatan yang tinggi. Ketika kekar membagi burden
dalam blok-blok yang besar, maka fragmentasi yang akan terjadi bila masing-masing
terjangkau oleh suatu lubang tembak. Hal seperti ini menghendaki diameter lubang
tembak yang kecil.
Diameter lubang tembak yang kecil juga memberikan patahan atau hancuran
yang lebih baik pada bagian atap jenjang. Hal ini berhubungan dengan stemming, di
mana lubang tembak yang besar maka panjang stemming juga akan semakin besar
dikarenakan untuk menghindari getaran dan batuan terbang, sedangkan jika
menggunakan lubang tembak yang kecil maka panjang stemming dapat dikurangi.
b. Kedalaman lubang tembak
Kedalaman lubang tembak biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang yang
diterapkan. Dan untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka hendaknya
kedalaman lubang tembak harus lebih besar dari tinggi jenjang, yang mana
kelebihan daripada kedalaman ini disebut dengan sub drilling.
c. Kemiringan lubang tembak (Arah pemboran)
Arah pemboran yang kita pelajari ada dua, yaitu arah pemboran tegak dan arah
pemboran miring. Arah penjajaran lubang bor pada jenjang harus sejajar untuk
menjamin keseragaman burden yang ingin didapatkan dan spasi dalam geometri
peledakan. Lubang tembak yang dibuat tegak, maka pada bagian lantai jenjang akan
menerima gelombang tekan yang besar, sehingga menimbulkan tonjolan pada lantai
jenjang, hal ini dikarenakan gelombang tekan sebagian akan dipantulkan pada bidang
bebas dan sebagian lagi akan diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang.
Sedangkan dalam pemakaian lubang tembak miring akan membentuk bidang
bebas yang lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya batuan karena
gelombang tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan
pada lantai jenjang lebih kecil (Gambar 1)
Adapun keuntungan dan kerugian dari masing-masing lubang adalah :
Untuk lubang tembak tegak (vertikal) adalah :
Keuntungannya :
Untuk tinggi jenjang yang sama panjang lubang ledak lebih pendek jika
dibandingkan dengan lubang ledak miring.
Kemungkinan terjadinya lontaran batuan lebih sedikit.
Lebih mudah dalam pengerjaannya.
Kerugiannya :
Penghancuran sepanjang lubang tidak merata
Fragmentasi yang dihasilkan kurang bagus terutama di daerah stemming.
Menimbulkan tonjolan-tonjolan pada lantai jenjang ( toe ).
Dapat menyebabkan retakan ke belakang jenjang ( backbreak ) dan getaran tanah.
Untuk lubang tembak miring adalah :
Keuntungannya :
Bidang bebas yang terbentuk semakin besar
Fragmentasi yang dihasilkan lebih bagus
Dapat mengurangi terjadinya backbreak dan permukaan jenjang yang dihasilkan
lebih rata.
Gambar 1
Pengaruh arah lubang tembak
d. Pola pemboran
Pola pemboran yang biasa diterapkan pada tambang terbuka biasanya
menggunakan dua macam pola pemboran yaitu :
Pola pemboran segi empat (square pattern)
Pola pemboran selang-seling (staggered)
Pola pemboran segi empat adalah pola pemboran dengan penempatan
lubang-lubang tembak antara baris satu dengan baris berikutnya sejajar dan
membentuk segi empat ( Gambar 2). Pola pemboran segi empat yang mana
panjang burden dengan panjang spasi tidak sama besar disebut square rectangular
pattern (Gambar2). Sedangkan pola pemboran selang-seling adalah pola pemboran
yang penempatan lubang ledak pada baris yang berurutan tidak saling sejajar
(Gambar 2), dan untuk pola pemboran selang-seling yang mana panjang burden
tidak sama dengan panjang spasi disebut staggered rectangular pattern (Gambar 2).
Page_7 Proposal Kerja Praktek 2016/2017
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Dalam penerapannya, pola pemboran sejajar adalah pola yang umum, karena
lebih mudah dalam pengerjaannya tetapi kurang bagus untuk meningkatkan mutu
fragmentasi yang diinginkan, maka penggunaan pola pemboran selang-seling lebih
efektif.
Gambar 2
Pola pemboran
2. Geometri Peledakan
A. Tujuan
Tujuan dari materi ini adalah agar praktikan mengetahui geometri peledakan
pada surface blasting dan cara menentukan geometri peledakan berdasarkan
perhitungan.
B. Peledakan Tambang
Terdapat perbedaan antara teknik peledakan pada sistem penambangan terbuka
dengan sistem penambangan bawah tanah, perbedaan itu disebabkan oleh beberapa
faktor seperti luas area, volume hasil ledakan, suplai udara segar, dan keselamatan
kerja.
Tabel 1
Penyebab yang membedakan pola pengeboran di tambang terbuka dan bawah tanah.
C. Geometri Peledakan
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam mendesain geometri peledakan antara lain :
Diameter lubang bor
Ketinggian jenjang (bench hight)
Burden dan spasing
Struktur batuan
Fragmentasi
Arah lemparan
Kestabilan jenjang
Perlindungan terhadap lingkungan sekitar
Jenis bahan peledak yang akan digunakan, termasuk energinya
B : Burden
J : Subdrilling
T : Stemming
S : Spacing
H : Hole Depth
L : Tinggi Jenjang
Gambar 3
geometri peledakan sistem jenjang PC : Powder Coulumn
D = 5 10 K
Pemakaian lubang bor kecil pada kondisi batuan yang sangat berjoint akan
menghasilkan fragmentasi yang baik dari pada lubang bor yang besar. Pada permukaan
tiap-tiap joint terdapat reflaksi gelombang ledak yang dihasilkan oleh proses peledakan,
karena bisa berfungsi sebagai free face (Gambar 3.2).
Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang bor dan alat
muat yang tersedia. Ketinggian jenjang disesuaikan dengan kemampuan alat bor dan
diameter lubang. Lebih tepatnya, jenjang yang rendah dipakai diameter lubang kecil,
sedangkan diameter bor besar untuk jenjang yang tinggi (Gambar 3.3) memberikan
ilustrasi tentang beberapa faktor dalam penentuan tinggi jenjang sehubungan dengan
diameter lubang bor.
BENCH HEIGHT
HOLE DIAMETER
Gambar 5. Hubungan Diameter Lubang Bor dengan Ketinggian Jenjang
Secara praktis hubungan diantara lubang bor dengan ketinggian jenjang dapat
diformulasikan sbb :
K = 0.1 0.2 d
a) Burden (B)
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak dari lubang bor ke bidang bebas (free
face) yang terdekat pada saat terjadi peledakan. Peledakan dengan jumlah baris (row)
yang banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola peledakan yang
digunakan. Bila peledakan digunakan delay detonator dari tiap-tiap baris delay yang
berdekatan akan menghasilkan free face yang baru.
Jarak burden juga sangat erat hubungannya dengan besar kecilnya diameter
lubang bor yang digunakan. Secara garis besar jarak burden optimum biasanya terletak
diantara 25 40 diameter lubang, atau
B = 25 40 d
Bila karakteristik batuan dan bahan peledak diketahui, jarak burden dapat
dihitung menurut formula RL. Ash sebagai berikut :
SGe
B = 3.15 De 3
SGr
Dimana : B = Burden (ft)
Sge = Spesific Gravity Bahan Peledak
De = Diameter Bahan Peledak (in)
b) Spasing (S)
Spasing adalah jarak diantara lubang tembak dalam suatu row. Spasing
merupakan fungsi dari pada burden dan dihitung setelah burden ditetapkan terlebih
dahulu. Secara teoritis, optimum spasing (S) berkisar antar 1,1 1,4 burden (B) atau :
S = 1,1 1,8 B
Jika spacing lebih kecil dari pada burden cenderung mengakibatkan steaming
ejection yang lebih dini. Akibatnya gas hasil ledakan dihamburkan ke atmosfer
dibarengi dengan noise dan air blast. Sebaliknya jika spacing terlalu besar diantara
lubang tembak fragmentasi yang dihasilkan tidak sempurna. Biasanya rata-rata S = 1,25
B.
c) Subdrilling (J)
Subdrilling adalah tambahan kedalaman dari pada lubang bor dibawah rencana
lantai jenjang. Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan pada lantai,
karena dibagian ini merupakan tempat yang paling sukar diledakkan. Dengan demikian,
gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang akan bekerja secara
maksimum.
Bila subdrilling berlebih akan menghasilkan excessive ground vibration. Bila
subdrilling tidak cukup dapat mengakibatkan problem tonjolan pada lantai. Secara
praktis subdrilling (J) dibuat antara 20 40% burden (B), atau
J = (0,2 0,4) x B
d) Stemming (S)
Stemming adalah tempat materail penuntup di dalam lubang bor diatas. Kolom
isian, bahan peledak. Stemming berfungsi untuk mengurung gas ledakkan. Ukuran
stemming (S) yang diperlukan tergantung jarak burden (B) dan biasanya dibuat :
S = (0,7 1) X B
Penutup
Demikianlah Proposal Kerja Praktek ini disusun sebagai bahan pertimbangan bagi
perusahaan PT. ATLAS COPCO Semoga tuntutan dunia industri terhadap tenaga-
tenaga profesional dalam bidang Industri Pertambangan diharapkan dapat dipenuhi
melalui proses-proses seperti ini.
Mahasiswa Pemohon
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Tambang, Staff Assisten. 2011. Penuntun Praktikum Teknik Peledakan. Bandung
: Universitas Islam Bandung
Anonimous. 2017. Makalah Teknik Peledakan Scribd. Diakses pada tanggal 15 Januari
2017. www.scribd.com/doc/42119480/MAKALAH-TEKNIK-PELEDAKAN
Panjah, Arangi. 2017. Peledakan Tambang Blogspot. Diakses pada tanggal 15 Januari 2017.
http://tambangunsri.blogspot.com/2011/05/peledakan-tambang.html