Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi fisik lingkungan tempat kerja di mana para pekerja beraktivitas

sehari-hari mengandung banyak bahaya, baik langsung maupun tidak langsung

bagi keselamatan dan kesehatan pekerja itu sendiri. Pada kondisi lingkungan

kerja yang aman, nyaman dan sehat, yaitu kondisi di mana potensi bahaya-

bahaya ditangani secara benar, pekerja dapat diharapkan untuk bekerja normal

baik fisik maupun mental, sehingga perusahaan akan lebih mudah

melaksanankan berbagai rencana peningkatan produktivitas kerja secara

otomatis juga akan menjadi lebih kecil dan tidak maksimal.1

Hubungan antara kebisingan dengan kemungkinan timbulnya gangguan

terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu intensitas

kebisingan, frekuensi kebisingan, dan lamanya seseorang berada di tempat

atau di dekat bunyi tersebut, baik dari hari kehari ataupun seumur hidupnya.2

Di Negara maju seperti Amerika, Lembaga Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Nasional USA (NIOSH) melaporkan bahwa 14% dari

pekerjaan di Amerika terdapat kebisingan intensitas tinggi hingga mencapai

90dB. Paparan kebisingan adalah sumber bahan potensial yang paling

berbahaya bagi penurunan daya dengar di samping karena meningkatnya

umur.

1
Penelitian yang di lakukan oleh Shinly Suzana Montolalu yang

meneliti efek kebisigan terhadap kenaikan tekanan darah pada pada 18 pekerja

di Bandar Udara Samratulangi Manado.Ia menemukan bahwa dari kebisingan

lebih dari atau kurang dari 85dB terdapat 46,7% pekerja mengalami

peningkatan tekanan darah diastolik dan 10% pekerja mengalami peningkatan

teknana darah sistolik .

Penelitian lain yang di lakukan pada pekerja penggilingan padi di PT.

Pertani (Persero) Cabang Surakarta Kecamatan Karanganyar mengatakan

bahwa adanya kesulitan berkomunikasi terhadap sesama pekerja dalam jarak

dekat dikarnakan suara bising yang terlalu keras sehingga harus menggunakan

nada suara yang agak lantang untuk berkomunikasi.

Jadi untuk melindungi pekerja dari bahaya kebisingan di tempat kerja

perlu survey kebisingan di tempat kerja dan pemeriksaan audiometri bagi

pekerja yang berada di lingkungan dan kebisingan tinggi. Maka dari itu

pemerintah mengeluarkan Peraturan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIANOMOR 1405/MENKES/SK/XI/2002 dan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No:51/MEN/1999, Nilai

Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah sebesai 85 dB (A) dengan waktu

pajanan tidak boleh bekerja lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam perminggu.

B. Rumusan Masalah

2
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dari penelitian ini

adalah:

Adakah pengaruh terpapar bising dengan peningkatan tekanan darah pada

pekerja di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh terpapar bising dengan peningkatan tekanan

darah pada pekerja di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin

Makassar

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur tekanan darah pada pekerja di Bandar Udara Internasional

Sultan Hasanuddin Makassar

b. Mengukur besarnya intensitas kebisingan pada area kerja Bandar Udara

Internasional Sultan Hasanuddin Makassar

c. Untk menganalisis apakah terdapat hubungan kebisingan terhadap

kenaikan tekanan darah pada karyawan yang terpajan kebisingan di

Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

3
D. Manfaat Penelitian

1.Manfaat teoritis

Untuk memberikan bukti nyata apakah dengan keseringan terpapar bising

dapat mempengaruhi naik turunnya tekanan darah pada pekerja di Bandar

Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar

2.Manfaat Aplikatif

a. Bagi Perusahaan

Dimana dari hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai

gambaran bahwa dengan seringnya para karyawan terpapar oleh

kebisingan yang di atas ambang normal yaitu 85dB dan jam kerja yang

terlalu lama dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan para

karyawan maupun para pekerja dan sebagai refrensi bagi perusahaan

agar kiranya menyediakan alat-alat pelindung diri yang lengkap bagi

para karyawan maupun pekerja yang terjun langsung atau terpapar

langsung oleh kebisingan.

b. Bagi Tenaga Kerja

Hasil dari penelitian ini sebagai refrensi atau sebagai tambahan

pengetahuan bagi karyawan maupun pekerja yang terjun langsung atau

terpapar langsung dengan suara-suara bising dari pesawat itu lebih dapat

memproteksi diri dengan menggunakan alat-alat pelindung diri atau

dapat membatasi jam kerja atau sekedar beristirahat agar tidak terlalu

4
terpapar oleh kebisingan yang dapat mempengaruhi kesehatan para

karyawan maupun para tenaga kerja.

c. Bagi Program S1 Kedokteran

Sebagai sumber refrensi dalam mengembangkan pengetahuan

tentangkesehatan dan keselamatan kerja (K3) maupun pengetahuan

tentang tekanan darah, kardiovaskular dan pengembangan penelitian

yang sejenis.

d. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui dan menganalisa adanya pengaruh terpapar

kebisingan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah pada pekerja

di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dan

sebagai batu pijakan pertama untuk melakukan penelitian di tingkat

selanjutnya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Kebisingan

1. Definisi Kebisingan

Kebisinganadalah suara yangtidak dikehendaki yang bersumber

darialat proses produksi dan alat kerja lainnya yang pada tingkat tertentu

dapatmenimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan di tempat kerja

dapat mengakibatkan gangguan auditory(padasistem pendengaran

manusia) dan juganon auditory(gangguan pada sistem keseimbangan

tubuh, kualitas tidur dan juga dapat meningkatkan tekanan darah).3

Sedangkan definisi kebisingan menurut Kepmenaker No. 51/MEN/1999

adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat

produksi dan atau alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan

gangguan pendengaran.4

Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety and Health

(NIOSH) telah mendefinisikan status suara atau kondisi kerja dimana

suaraberubah menjadi polutan secara lebih jelas, yaitu :4

a. suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 104 dBA

b. kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi

6
tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kebisingan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kebisingan antara

lain :5

a. Intensitas, intensitas bunyi yang dapat didengar telinga manusia

berbanding langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang

dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat di dengar. Jadi, tingkat

tekanan bunyi di ukur dengan logaritma dalam desible (dB).

b. Frekuensi, frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak

antara 1620000 Hertz. Frekuensi bicara terdapat antara 250- 4000

Hertz.

c. Durasi, efek bising yang merugika n sebanding denga n lamanya

paparan dan berhubungan dengan jumlah total energi ya ng mencapai

telinga dalam.

d.Sifat, mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil,

berfluktuasi,intermiten). Bising impulsive (satu/lebih lonjakan energi

bunyidengan durasi kurangdari 1 detik) sangat berbahaya.

3. Sumber-sumber kebisingan

Ditempat kerja disadari atau tidak, cukup banyak fakta yang

menunjukkan bahwa perusahaan beserta aktivitas-aktivitasnya ikut

menciptakan dan menambah keparahan tingkat kebisingan di tempat

kerja, misalnya : 5

a.Mengoperasikan mesin-mesin produksi ribut yang sudah cukup tua

7
b.Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas

kerja cukup tinggi dalamperiode operasi cukup panjang

c.Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya,

misalnya mesindiperbaiki pada saat mesin mengalami kerusakan parah

d.Melakukan modifikasi atau perubahan secara parsial pada

komponen-komponen mesin tanpamengindahkan kaidah-kaidah

keteknikan yang benar,termasuk menggunakan komponen-komponen

mesin tiruan.

e.Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak

tepat (terbalik atau tidakrapat/longgar), terutama pada bagian

penghubung antara modul mesin (bad connection)

f.Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya

penggunaan palu (hammer) alat pemukul sebagai alat pembengkok

benda-benda metal atau bantu pembuka baut

4. Jenis Kebisingan

Ditempat kerja, kebisingan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:5

A.KebisinganTetap

Kebisingan tetap dibagi lagi menjadi:

1.kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise)

kebisingan ini berupa nada-nada murni pada frekuensi yang

beragam, contoh suara mesin, suara kipas dan sebagainya.

B.Broad Band Noise

8
Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-

sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady

noise).Perbedaanya adalah broad band noiseterjadi pada frekuensi

yang lebih bervariasi (bukan nada murni)

C.Kebisingan Tidak Tetap

Kebisingan tidak tetap dibagi lagi menjadi:

1.Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)

Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama selang waktu tertentu.

2.Intermitten Noise

Sesuai dengan terjemahanya, itermitten noiseadalah ke bisingan

yang terputus-putus danbesarnya dapat berubah-ubah, contohnya

kebisingan lalu lintas.

3.Impulsive noise

Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi

(memekakan telinga)dalam waktu relatif singkat, misalnya suara

senjata dan alat-alat sejenisnya.

C. Sedangkan menurut Sumamur, jenis kebisingan dibagi atas :5

1.Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady

state, wide bandnoise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur

pijar dan lain-lain.

9
2.Kebisingan kontinu dengan sprektum frekuensi yang sempit

(steady state, narrow band noise) misalnya gergaji sikuler, katup gas

dan lain-lain.

3.Kebisinga n terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas,

suara kapal terbangdilapangan udara.

4.Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise) seperti tembakan

bedil atau lainsebagainya.

5.Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa

diperusahaan.

5. Nilai Ambang Kebisingan (NAB)

Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan telah direkomendasikan menurut

ACGIH dan ISO(International Standart Organization) sebesar 85 dB (A)

sedangkan menurut OSHA (Occupational Safety and Health Assosiation)

sebesar 90 dB(A)untuk waktu kerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.

Ketentuan NAB kebisingan di Indonesia diatur dalam KepMenaker

No.Kep.51/Men/1999 tentang NAB Faktor Fisik di tempat kerja yang

menetapkan NAB 85 dB(A) untuk waktu kerja 8 jam sehari atau 40 jam

seminggu, dapat dilihat dari tabel dibawah ini.6

TABEL 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Waktu Pemajanan per hari Intensitas Kebisingan dB (A)


8 Jam 85
4 88
2 91
1 94

10
30 Menit 97
15 100
7.5 103
3.75 106
1.88 109
0.94 112

28.12 Detik 115


14.06 118
7.03 121
3.52 124
1.76 127
0.88 130
0.44 133
0.22 136
0.11 139
Catatan:

Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB(A) walaupun sesaat.

Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di

Tempat Kerja

6. Gangguan Akibat Kebisingan

Gangguan yang ditimbulkan akibat kebisingan pada tenaga kerja

bermacammacam, mulai dari gangguan fisiologis dan gangguan psikologis

sampai gangguan permanen sampai kehilanganpendengaran .7

Pengaruhpengaruh negatif demikian adalah sebagai berikut :

a. Gangguan Auditorial

Dampak auditorial cukup banyak jenisnya dengan tingkat

keparahan yang beragam, mulai bersifat sementara dan dapat disembuhkan

11
atau sembuh dengan sendirinya (temporary threshold shift atau TTS)

hingga permanen (permanent threshold shift atau PTS). Gangguan

auditorial merupakan faktor yang diduga lebih peka terhadap penurunan

ketajaman pendengaran akibat paparan bising . Gangguan auditorial dapat

diklasifikasikan berdasarkan letak atau posisi gangguan pendengaran pada

system pendengaran manusia.8

Dikenal tiga jenis gangguan (hearing loss), yaitu :8

1. Sensorineural Hearing Loss

Sensorineural hearing loss diklasifikasikan sebagai masalah pada

sistem sensor dan bukan masalah mekanis. SensorineuralHearing Loss

disebabkan oleh ketidakberesan pada bagian dalam telinga, khususnya

kokhlea.9

2. Conductive Hearing Loss

Jenis gangguan ini diklasifikasikan sebagai masalah mekanis

(mecanical hearing loss) karena menyerang bagian luar dan tengah

telinga pekerja, tepatnya selaput gendang telinga dan ketiga tulang

utama (hammer, anvil dan stirrup) menjadi sulit atau tidak bias bergetar.

Akibatnya, pekerja menjadi agak sulit mendengar .Pada tuli konduktif

tantangannya adalah mencari perawatan medis atau operasi untuk

memperbaiki atau sekurang-kurangnya mempertajam pendengaran.

Alasan hal ini adalah bahwa pada tuli konduktif, saraf pendengaran tetap

12
normal, dan bila cacat pada mekanisme konduktif dapat diperbaiki,

maka pendengaran akan kembali normal.9

3. Mixed Hearing Loss

Jika kedua threshold konduksi menunjukkan adanya kehilangan

atau gangguan pendengaran, namun porsi kehilangan lebih besar pada

konduksi udara.9

B. Gangguan Nonauditorial

1. Gangguan Fisiologis

Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap sistim jantung dan

peredaran darah melalui mekanisme hormonal yang diproduksinya, yaitu

hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan

darah. Kejadian ini termasuk gangguan kardiovaskuler. Banyak penelitian

fisiologis menunjukkan bahwa pembukaan suara menghasilkan:4

a) Peningkatan tekanan darah.

b) Akselarasi kecepatan jantung.

c) Kontraksi pembuluh darah dari kulit.

d) Peningkatan metabolisme.

e) Penurunan organ pencernaan.

f) Ketegangan otot meningkat.

Semua reaksi ini merupakan gejala keadaan ketakutan yang meluas,

yang disebabkan dan dikontrol oleh keadaan stimulasi yang meningkat dari

13
sistem syaraf otomatis. Ini merupakan mekanisme pertahanan yang

mempersiapkan seluruh tubuh dalam menghadapi kemungkinan bahaya, yang

siap untuk melawan atau bertahan.10

2. Gangguan Psikologis

Kebisingan dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti

kejengkelan, kecemasan dan ketakutan. Gangguan psikologis akibat

kebisingan tergantung pada intensitas, frekuensi, perioda, saat dan lama

kejadian, kompleksitas spektrum atau kegaduhan dan ketidak teraturan

kebisingan .Perasaan yang memberatkan yang disebabkan oleh suara

merupakan pengaruh yang paling penting, karena mereka tersebar, dan mereka

harus dianggap sebagai faktor yang menentukan dalam mengembangkan

teknik dalam melawan suara, dan merumuskan peraturan melawannya.10

3. Gangguan Komunikasi

Kebisingan bisa mengganggu percakapan sehingga mempengaruhi

komunikasi yang sedang berlangsung . Untuk keperluan komunikasi

ditempat kerja suatu perkataan yang di ucapakan baru dapat di pahami

apabila intensitas ucapan paling sedikit 10 Db lebih tinggi dari latar belakang

suara.11

4. Gangguan Tidur

14
Kebisingan mengganggu tidur, orang tidur akan terbangun. Gangguan

tidur yang terus menerus menjadi sebab penurunan produktivitas tenaga kerja

karena proses pemulihan keadaan tubuh tidak terjadi sebagaimana

mestinya.11

Gangguan tidur akibat kebisingan adalah sebagai berikut :11

a) Terpapar 40 dB kemungkinan terbangun 5%

b) Pada 70 dB akan meningkat menjadi 30%

b) 100 dB manjadi 100%.

7. Pengendalian Kebisingan

Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan dalam

perundangan untuk pengendalian risiko adalah dengan menggunakan hirarki

pengendalian :12

a. Eliminasi (Elimination)

Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat

permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas

pertama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja

atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang

kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan,

peraturan, atau standar baku sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) yang diperkenankan. Eliminasi adalah cara pengendalian risiko

15
yang paling baik, karena risiko terjadinya kecelakaan dan sakit akibat

potensi bahaya ditiadakan. Namun pada prakteknya pengendalian

dengan cara eliminasi banyak mengalami kendala karena keterkaitan

antara sumber bahaya dan potensi bahaya saling berkaitan atau menjadi

sebab dan akibat.12

Contoh: eliminasi bahaya yang dapat dilakukan misalnya: bahaya

jatuh, bahaya ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya

kimia.

b. Substitusi (Substitution)

Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan

dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan

yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya

selalu dalam batas yang masih dapat diterima.12

Contoh: Sistem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi interaksi

mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan pembersih

kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus

listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menja

dibahan yang cair atau basah.

c. Rekayasa Teknik (Engineering Control)

Pengendalian ini termasuk merubah struktur obyek kerja untuk

mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti

pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan cor

16
beton (concrete) untuk menghindari adanya tumpahan oli/minyak (spill

oil), dan sebagainya.12

Contoh: implementasi metode ini missal adalah adanya

penutupmesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up

alarm, ventilation system, sensor, sound enclosure.

d. Isolasi (Isolation)

Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan

seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi

dari tempat tertutup (control room) menggunakan alat kendali otomatis

(remotecontrol).12

Contoh :Berupa alarm system, detektor asap, tanda peringatan

(penggunaan APD spesifik, jalur evakuasi, area listrik tegangan tinggi,

dll).

e. Pengendalian Administrasi (Administration Control)

Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu

sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar

potensi bahaya. Metode ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya

dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya

pengendalian administrasi ini. Metode ini meliputi rekruitmen tenaga

kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan

waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi

kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan

17
kembali jadwal kerja, training keahlian, dan training masalah

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).12

Contoh: Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan, adanya

standar operasi baku (SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku,

jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal

istirahat, investigasi dll.

f. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)

Alat Pelindung Diri (APD) secara umum merupakan sarana

pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat

sementara saat sistem pengendalian yang lebih permanen belum dapat

diterapkan. APD merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem

pengendalian risiko di tempat kerja. Hal ini disebabkan penggunaan

APD mempunyai kelemahan antara lain:12

1. APD tidak menghilangkan risiko bahaya yang ada, tetapi hanya

membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang

diterima. Bila penggunaan APD gagal, maka secara otomatis bahaya

yang ada akan mengenai pekerja.

2. Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena

kekurangleluasaan gerak pada waktu kerja dan dirasakan adanya beban

tambahan karena harus dipakai selama bekerja.

18
Proteksi personal yang bisa diterapkan adalah penggunaan earplugs dan

earmuffs. terdapat 2 tipeAPT, yaitu APT permanen (earmuffs, earplugs dan

headphone) dan APT tidak permanen (sumbat telinga seperti kapas kering atau

basah dan glassdown).13

a. Earmuffs

Earmuffs terbuat dari karet dan plastik. Earmuffs bisa digunakan

untuk intensitas tinggi (>95 dB), bisa melindungi seluruh telinga,

ukurannya bisa disesuaikan untuk berbagai ukran telinga, mudah

diawasi dan walaupun terjadi infeksi pada telinga alat tetap dapat

dipakai. Kekurangannya, penggunaan earmuffs menimbulkan

ketidaknyamanan, rasa panas dan pusing, harga relatif lebih mahal,

sukar dipasang pada kacamata dan helm, membatasi gerakan kepala

dan kurang praktis karena ukurannya besar. Earmuffs lebih protektif

daripada earplugs jika digunakan dengan tepat, tapi kurang efektif

jika penggunaannya kurang pas dan pekerja menggunakan kaca

mata.

19
Gambar 2.1 Earmuff

B. Earplugs

Earplugs lebih nyaman dari earmuffs, berlaku untuk tingkat

kebisingan sedang (80-95 dB) untuk waktu paparan 8 jam. Jenis

earplugs ada bermacam-macam: padat dan berongga. Bahannya

terbuat dari karet lunak, karet keras, lilin, plastik atau kombinasi

dari bahan-bahan tersebut.

Keuntungan dari ear plug adalah: mudah dibawa karen akecil, lebih

nyaman bila digunakan pada tempat yang panas, tidak membatasi gerakan kepala,

lebih murah daripada ear muff, lebih mudah dipakai bersama dengan kacamata

dan helm. Sedangkan kekurangan dari ear plug yaitu atenuasi lebih kecil, sukar

mengontrol atau diawasi, saluran telingan lebih mudah terkena infeksi dan

apabila sakit ear plug tidak dapat dipakai.14

20
Gambar 2.2 Earplug

B. Tekanan Darah

1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah

yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus

jantung. Tekanan darah menunjukkan keadaan di mana tekanan yang

dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung

ke seluruh anggota tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti kekuatan

21
yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh

darah.15

2.Sistem Sirkulasi Tekanan Darah

Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang

mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan ke

seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh

darah yang lebih besar bercabang-cabangmenjadi pembuluh-pembuluh darah

lebih kecil hingga berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan

yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah sangat kecil yang disebut kapiler.

Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen

untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup.

Kemudian darah, yang sudah tidak beroksigen kembali ke jantung melalui

pembuluhdarah vena, dan di pompa kembali ke paru-paru untuk mengambil

oksigen lagi. Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk

memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal

sebagai tekanan sistolik. Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi

berikutnya, dan tekanan ini paling rendah, yang dikenal sebagai tekanan

diastolik. Tekanan sistolik dan diastolik ini diukur ketika Anda memeriksakan

tekanan darah.16

3. Jenis Tekanan Darah

a. Tekanan darah sistolik dan diastolik

22
Tekanan darah dibedakan menjadi dua, yaitu tekanan sistolik dan tekanan

diastolik. Tekanan sistolik merupakan tekanan pada pembuluh darah yang lebih

besar ketika jantung berkontraksi. Tekanan sistolik menyatakan puncak tekanan

yang dicapai selama jantung menguncup. Tekanan yang terjadi bila otot jantung

berdenyut memompa untuk mendorong darah keluar melalui arteri, dimana

tekanan ini berkisar antara 95 - 140 mmHg.15

Sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan yang terjadi ketika jantung

rileks di antara tiap denyutan. Tekanan diastolik menyatakan tekanan terendah

selama jantung mengembang. Dimana tekanan ini berkisar antara 60 - 95

mmHg.15

4. Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi 3 kelompokyaitu:

1. Tekanan darah normal

Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila catatan tekanan

darah untuk sistolik < 140 mmHg dan diastole < 90 mmHg (Guyton dan Hall,

1997: 219). Nilai Tekanan Darah normal (dalam mmHg) : Pada usia 15-20

tahun keatas = 90-120/60-80 mmHg, usia 30-40 tahun = 110-140/70-90

mmHg, dan usia 50 tahun = 120-150/70-90 mmHg.17

2. Tekanan darah rendah

Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila catatan

tekanan darah untuk yang normal tetap di bawah 100/60 mmHg, tekanan

23
sistolik <100 mmHgdandiastole<60mmHg.18

3. Tekanan darah Tinggi

Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi bila catatan tekanan

darah untuk yang normal tetap di atas 100/90 mmHg, tekanan sistol > 140

mmHg dan diastole > 90 mmHg.18

5. Mengukur Tekanan Darah

Naik dan turunnya gelembung tekanan darah seirama dengan pemompaan

jantung untukmengalirkan darah di pembuluh arteri. Tekanandarah memuncak

pada saat jantung memompa,ini dinamakan "Systole",dan menurun sampai

pada tekanan terendah yaitu saat jantung tidak memompa (relaxes) ini disebut

"Diastole".Sphygmomanometer merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur tekanan darah pada manusia. Alat tekanan darah ini memiliki

manset yang bisa digembungkan yang dapat dihubungkan dengan suatutabung

berisi air raksa) Jika bola pemompa dipakai memompa udaramemasuki

kantong udara, maka kantong udara akan menekan pembuluhdarah arteri

sehingga menghentikan aliran darah pada arteri. Pada saat udara pada kantong

udara dilepas, mercury (air raksa) pada alat pengukurakan turun, dengan

menggunakan stetoscope yang diletakkan pada nadiarteri kita dapat memantau

adanya suara "Duk" pada saat turunnya tekanan kantong udara menyamai

tekanan pada pembuluh darah arteri,berarti mengalirnya kembali darah pada

arteri, tekanan darah terbaca padaalat ukur mercury bersamaandengan suara

"Duk" menunjukkan tekanan darah Systolik. Suara "Duk" pada stetoscope

24
akan terdengar terus sampai pada saat tekanan kantong udara sama dengan

tekanan terendah dari arteri (pada saat jantung tidak memompa - relaxes) maka

suara "Duk" akan hilang.Pada saat itu tekanan pada alat ukur mercury disebut

tekanan darah Diastolik.16

6. Epidemiologi Tekanan Darah

Kajian epidemiologi selalu menunjukkan adanya hubungan yangpenting

dan bebas antara tekanan darah dan berbagai kelainan, terutama penyakit

jantung koroner, stroke, gagal jantung dan kerusakan fungsi ginjal.19

Tekanan darah pada manusia dapat di pengaruhi oleh beberapafaktor.

Faktoryang mempengaruhi, yaitu :19

a. Umur

Baik penyigian lintas-bagian, maupun kajian pengamatan prospektifpada

beberapa kelompok orang, selalu menunjukkan adanyahubungan yang positif

antara umur dan tekanan darah di sebagian besar populasi dengan berbagai ciri

geografi, budaya, dan sosioekonomi.

b. Jenis kelamin

Pada usia dini tidak terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan

tekanan darah antara pria dan wanita. Akan tetapi, mulai pada remaja, pria

cenderung menunjukkan aras rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih

jelas pada orang dewasa muda dan orangsetengah baya. Pada usia tua,

perbedaan ini menyempit dan polanya bahkan dapat berbalik.20

25
c. Ras

Kajian populasi selalu menunjukkan bahwa aras tekanan darah pada

masyarakat kulit hitam lebih tinggi ketimbang aras pada golongan suku lain.

Suku bangsa mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan

darah, seperti yang ditujukkan oleh kecenderungan tekanan darah yang

meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang

Amerika berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang pada orang Amerika

berkulit putih. Perbedaan tekanan darah rata-rata antara kedua golongan

tersebut beragam, mulai dari yang agak lebih rendah dari 5 mmHg (0,67 kPa)

pada usia 20-an sampai hampir 20 mmHg (2,67 kPa) pada usia 60-an. Orang

Amerika hitam keturunan Afrika telah menunjukkan pula mempunyai tekanan

darah yang lebih tinggi daripada orang Afrika hitam. Hal ini memberi kesan

bahwa ada penambahan pengaruh lingkungan pada kecenderungan kesukuan.

Peran kesukuan yang bebas dari faktor lingkungan perlu dijelaskan pada

golongan suku Lin di Negara yang mempunyai ke anekaragaman suku.

d. Status sosioekonom

Di negarahipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan

sosioekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan

tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. Akan tetapi, dalam masyarakat

yang berada dalam masa peralihan atau pra-peralihan, aras tinggi tekanan

darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi ternyata terdapat pada

26
golongan sosioekonomi yang lebih tinggi. Ini barangkali menggambarkan

tahap awal epidemik penyakit kardiovaskular.

Perubahan tekanan darah merupakan perubahan bentuk pengaruh antara

mekanisme neurohumor, metabolisme, dan hemodinamik yang mengatur aras

basal dan tanggapan terhadap berbagai stimulus. Faktor risiko tersebut antara

lain:19

a. Faktor keturunan

Riwayat keluarga menunjukkan adanya tekanan darah yang

meninggi merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk

menghidap hipertensi di masa datang.19

b. Faktor genetika

Dasar genetika tekanan darah tinggi didukung oleh penelitian

eksperimental dengan baik, dan sementara beberapa penyakit hipertensi

manogen pada manusia telah dipaparkan, hipertensi secara umum

sekarang ini masih dianggap sebagai poligen. Sejumlah besar gen calon

pembawah hipertensi sedang diselidiki, terutama enzim pengubahan

giotensin II (ACE) dan polimorfisme gen angiotensinogen. Penggunaan

genetika molekul mungkin, dalam waktu dekat, dapat meningkatkan

kemampuan kita untuk secara lebih spesifik memperhatikan beberapa

orang yang rentan.19

27
c. Faktor kehidupan dini

Lingkungan yang buruk dapat menentukan dalam perkembangan

kehidupan janin dan bayi cenderung menimbulkan faktor risiko untuk

penyakit kardiavaskular termasuk tekanan darah tinggi.19

d. Faktor pemrakira lain pada anak-anak

Selain pelacakan, pemrakiraan hipertensi dimasa depan sedang

dicari dengan mengkaji reaksi tekanan darah pada anak-anak terhadap

olaraga dan kenaikan bobot, dan hubungan antara tekanan darah dan

massa bilik jantung kiri yang ditentukan dengan ekokardiografi.19

e. Berat badan

Bukti mengenai hubungan yang langsung, erat dan basal asas

antara bobot badan dan tekanan darah muncul dari kajian pengamatan

secara lintas bagian dan prospektif. Pada kebanyakan kajian, kelebihan

bobot badan berkaitan dengan 2 6 kali kenaikan risiko mendapatkan

hipertensi. Pada populasi Barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan

oleh obesitas diperkirakan 30 65 %.Dari data pengamatan, regresi

multivariat tekanan darah menunjukan kenaikan TDS 2 -3 mmHg (0,13

0,4 kPa) untuk setiap kenaikan10 kg bobot badan.21

f. Faktor obesitas pusat dan sindrom metabolisme

28
Obesitas pusat yang ditunjukkan oleh kenaikan nisbah pinggang

terhadap pinggul, secara positif telah dikorelasikan dengan hipertensi

pada beberapa populasi. Keberadaan sekaligus obesitas pusat, resistensi

insulin, hiperinsulinnemia, tidak tahan glukosa, displidemia, dan tekanan

darah, telah disoroti pula tahun-tahun terakhir ini.19

g. Faktor nutrisi

1). Natrium klorida

Kajian eksperimental dan pengamatan menunjukkan bahwa

asupan natrium klorida yang melebihi kebutuhan fisiologi bisa

menimbulkan hipertensi. Hubungan antara pengeluaran natrium melalui

urin dan tekanan darah akan semakin nyata dengan bertambahnya umur.

Ikhtisar 14 kajian berdasarkan populasi menghasilkan kemiringan regresi

gabungan untuk TDS dan TDD berturut-turut sebesar 3,7 mmHg (0,49

kPa) dan 2,0 mmHg (0,27 kPa) per 100 mmol natrium pada orang berusia

20 29 tahun sampai 10,3 mmHg (4kpa) dan 2,9 mmHg (39 kpa) per 100

mol natrium pada orang berusia 60 69 tahun.19

2). Kalium

Intersalt, CARDIAC dan berbagai kajian lain telah

mengidentifikasi adanya hubungan terbalik antara tekanan darah dan

asupan kalium melalui makanan. Kajian Intersalt mencatat adanya

pengurangan TDS sebesar 2,7 mmHg (0,36 kPa) jika pengeluaran kalium

29
meningkat 60 mmol/hari melalui urin. Tekanan darah lebih erat kaitanya

dengan nisbah natrium terhadap kalium dalam urin ketimbang dengan

salah satu eletrolit. Analisis Intersalt menunjukkan bahwa pengurangan

nisbah kalium natrium urin selama 24 jam dari 3:1 (170 mmol natrium/55

mmol kalium)menjadi 1:1 (70 mmol natrium/70 mmol kalium) berkaitan

dengan pengurangan TDS sebesar 3,4 mmHg.21

3). Mikronutrisi lain

Peranan mikronutrisi lain seperti kalsium, magnesium, dan seng

dalam menentukan tekanan darah telah diteliti pada beberapa penyigian

populasi dan kajian intervensi. Akan tetapi, peranan bebas yang utama

dari mikronutrisi yang menentukar risiko hipertensi di masa depan

belumlah diketahui.19

4). Makronutrisi

Meskipun kajian pengamatan menunjukkan adanya hubungan

beberapa makronutrisi (lemak, asam lemak, karbohidrat, serat, dan

protein) dengan tekanan darah, belum terdapat bukti hubungan sebab-

akibat dengan hipertensi. Begitupula, hanya terdapat sedikit bukti bahwa

keragaman jangka pendek yang relatif dalam asupan makronutrisi dapat

mempengaruhi tekanan darah pada penderita normotensi atau hipertensi

ringan.19

30
h. Faktor alkohol (minuman keras)

Pada beberapa populasi, konsumsi minuman keras selalu berkaitan

dengan tekanan darah tinggi, seperti yang ditujukkan oleh kajian lintas

bagian maupun kajian observasi. Efek akut dan kronis telah dilaporkan

dan tidak tergantung pada obesitas, merokok, kegiatan fisik, jenis

kelamin, maupun umur. Memang tidak jelas apakah ada harga ambang,

tetapi jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik

kira-kira 1,0 mmHg (0,13 kPa) dan TDD kira-kira 0,5 mmHg (0,07 kPa)

per satu kali minum. Peminum harian ternyata mempunyai aras TDS dan

TDD lebih tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg (0,89 kPa) dan 4,7 mmHg

(0,63kPa) dibandingkan dengan peminum sekali seminggu. Berapapun

jumlah total yang diminum setiap minggunya.19

i. Faktor kegiatan fisik

Orang normotensi serta kurang gerak dan tidak bugar mempunyai

risiko 20 50 % lebih besar untuk terkena hipertensi selama masa tindak

lanjut. Jika dibandingkan dengan orang yang lebih aktif dan bugar.

Beraerobik secara teratur, yang cukup untuk mencapai sekurang-

kurangnya aras kebugaran fisik sedang, ternyatabermanfaat, baik untuk

mencegah maupun untuk menanganihipertensi. Hubungan terbalik antara

tekanan darah dan kegiatan aerobik pada waktu luang tetap ada, sekalipun

telah disesuaikan dengan faktor umur, jenis kelamin, indeks massa badan,

dan kegiatan di tempat kerja.19

31
j. Faktor denyut jantung

Jika kelompok hipertensi yang tidak ditangani dan kelompok

normotensi diperbandingkan berdasarkan umur dan jenis kelamin,

ternyata denyut jantung kelompok hipertensi selalu lebih tinggi. Hal ini

dapat mencerminkan penyusunan ulang (re-setting) kegiatan simpatetik

pada aras yang lebih tinggi. Peran keragaman denyut dalam tekanan darah

memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan apakah jenis

hubungan ini berupa hubungan sebab-akibat atau prognostik.19

k. Faktor psikososial

Terdapat bukti bahwa berbagai bentuk stress yang akut dapat

meningkatkan tekanan darah. Akan tetapi, hanya terdapat sedikit bukti

yang menunjukkkan bahwa stress jangka panjang mempunyai efek jangka

panjang pula, tidak ditentukan oleh faktor yang mengacaukan seperti

kebiasaan makan dan faktor ekonomi secara keseluruhan, bukti yang

tersedia tidak cukup untuk menyimpulkan sebab-akibat mengkuantifikasi

risiko bebas relatif. Penelitian yang secara metodologi masuk akal

diperlukan dalam bidang ini.19

l. Faktor lingkungan

Adanya polusi udara, polusi suara, dan air lunak semuanya telah

diindikasi sebagai faktor penyebab tekanan darah tinggi. Melindungi

32
masyarakat dari polusi udara, polusi suara dan air lunak dapat

mempengaruhi kesehatan, khususnya pada hipertensi.19

7. Peningkatan Tekanan Darah

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa

cara yaitu:22

a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada

setiap detiknya.

b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka

tidak dapatmengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri

tersebut,karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa melalui pembuluh

yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah

yang naik pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku

karena arteriosclerosis dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat

pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriol) untuk

sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam

darah.

c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya

tekanan darah. hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak

mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. volume darah

33
dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. sebaliknya,

jika :22

1). Aktivitas memompa jantung berkurang.

2). Arteri mengalami pelebaran.

3). Banyak cairan keluar dari sirkulasi.

maka tekanan darah akan menurun.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan

di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang

mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).22

a. Perubahan fungsi ginjal

1). Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara :

a). Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran

garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan

mengembalikan tekanan darah ke normal.

b). Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan

garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali

ke normal.

2). Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah denganmenghasilkan

enzim yangdisebut renin, yang memicupembentukan hormon angiotensi, yang

selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.Ginjal merupakan

organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai

penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah

34
tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis

arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. peradangan dan cedera pada salah

satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf onom

yanguntuk sementara waktu akan :

a. Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi

fisik tubuh terhadap ancaman dari luar) .

b. Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, juga

mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah

tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih

banyak).

c). Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan

meningkatkan volume darah dalam tubuh.

d). Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin

(noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

8. Pengaruh Kebisingan Terhadap Perubahan Tekanan Darah

Bising merupakan gangguan yang bersifat psikososial. Gangguan yang

bersifat psikosial ini bila datang berulang-ulang terhadap pekerja akan

menimbulkan reaksi siaga yang selalu mengikutsertakan naiknya aktivitas

35
saraf simpatis yang dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan kenaikan

tekanan darah (Miller et al, 1969).

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apabila

terputus-putus atau datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan

tekanan darah (10 mmHg), nadi menjadi cepat naik, emosi meningkat, vaso

kontruksi pembuluh darah naik, pucat, otot tegang atau metabolisme tubuh

meningkat seperti keringat meningkat dan menjadi kurus (Astra Green

company, 2002).

Penelitian di Bandara Munich oleh Evans, et all 1995, ditemukan

kenaikan tekanan darah sistolik 3 mmHg yang dihubungkan dengan

kebisingan penerbangan. Sedangkan penelitian evans, et all 1998, ditemukan

ada kenaikan tekanan darah sisol dan diastol untuk komunitas yang terpajan

sebesar 3,4 mmHg lebih besar dibanding grup control.

Menurut Schmidt, efek kebisingan terhadap manusia ada dua macam,

yakni efek terhadap pendengaran yang disebut trauma akustik dan trauma

bising, serta efek terhadap perubahan perilaku manusia (stres psikis) yang

dapat tercetus sebagai gangguan psikosomatis, antara lain kenaikan kenaikan

tekanan darah, jantung berdebar-debar, dan lain-lain. Bila kedua tersebut

dihubungkan dengan fungsi alrm simpatis, maka stres psikis dapat merangsang

hypotalamus bagian lateroposterior yang menjadi pusat ekssitasi, kemudian

sinyal listrik dikirimkan melalui formasio retikularis ke pusat vasomotor di

dalam sepertiga bagian bawah pons untuk selanjutnyamelalui medulla spinalis

menuju ke pusat saraf simpatis yaitu di substansia grisea motoneuron simpatis

36
segmen cervical dan darah di sini dialirkan melalui saraf simpatis ke efektor

dalam organ telinga dalam sehingga menyebabkan vasokontriksi arteri

diinervasi.Secara garis besar mekanisme gangguan vaskularisassi pada

hiperstimulasi bising dapat dikemukakana sebagai berikut. Pada hiperstimulasi

bising bisa terjadi kegiatan komponen-komponen dalam organo auditoria yang

berkewajiban meneruskan rangsang sampai ke pusatmeningkat. Peningkatan

kegiatan ini membutuhkan energi yang terutama didapat dari metabolisme

glucose secara aerob. Dengan demikian, metabolisme ini membutuhkan

penyediaan oksigen, sehingga metabolism di semua komponen auditoria yang

mengambil bagian dari impuls saraf sangat meningkat. Setiap peningkatan

metabolisme dalam sel-sel jaringan selalu diikuti peningkatan aliran darah

kejaringan itu secara akut. Sebagai hasil akhir, terjadi pengurangan tonus aktif

pada otot dinding vaskuler dan sifat kontraktil pada endotel kapiler yang

menyebabkan vasodilatasi baik arteriole, venule, metarteriole, sfingter

prakapiler, maupun kapiler. Disamping pengaturan tersebut diatas, ada

pengaturan aliran darah setempat jangka panjang, yaitu terjadi rekontruksi

vaskularisasi jaringan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan

jaringan itu terhadap oksigen dan zat-zat gizi sehingga unkuran pembuluh

darah di tempat itu bertambah. Keadaan ini dipacu oleh perangsangan yang

terus menerus berhari-hari sampai bertahun-tahun pada jaringan/organ, seperti

hiperstimulasi bising pada organoauditoria.

37
9. Kerangka Teori

Terpapar
Kebisingan

Efek non Auditori Efek Auditori

Gangguan Trauma Akustik


Komunikasi Temporary
Gangguan Tidur Threshold Shift
Gangguan (TTS)
Pelaksanaan Tugas Permanent
Stress threshold shift (PTS)
Gangguan Sistem

Penurunan Status
Kesehatan
Tekanan Darah

Faktor Manusia
Prouktivitas kerja menurun
Umur
Jenis Kelamin
IMT
Kodisi Psikologis
Perilaku ( minum
alkohol, kopi,obat-
obatan, dan
merokok)
Olahraga
Diet
Riwayat sakit

Sumber: Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas

(2004)

38
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Terpapar bising

Tekanan darah sebelum bekerja Tekanan darah setelah bekerja

Karakteristik pekerja :
UmurJenis kelamin
Pemakaian APDMasa Kerja
Riwayat Keluarga
Perilaku (merokok, minum alkohol, obat-obatan, kopi)

B. Definisi Operasional

39
a. Variabel terikat

Peningkatan tekanan darah adalah naiknya tekanan darah sesudah

kerja di banding sebelum kerja. Tekanan darah adalah kekuatan udara

mengalir di dinding pembuluh darah yang keluar dari jantung (pembuluh

arteri) dan yang kembali ke jantung (pembuluh balik). Tekanan darah

sistolik adalah tekanan pada pembuluh darah yang lebih besar ketika

jantung berkontraksi. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan

yang terjadi ketika jantung rileks di antara tiap denyutan. Tekanan darah

dinyatakan 120/80 mmHg artinya tekanan darah sistoliknya 120 mmHg

dan tekanan darah diastoliknya 80 mmHg. Perubahan tekanan darah

pada karyawan yang terpapar kebisingan, sebelum dan sesudah kerja

diukur dengan menggunakan tensimeter air raksa atau

Spygmomanometer.

Alat pengukuran : Tensimeter air raksa atau Spygmomanometer

Satuan : mmHg

Skala : nominal

b. Variabel bebas

Intensitas kebisingan adalah tingkat kebisingan yang terukur di

lingkungan kerja pada Bandar Udara Internasional Sultan

Hasanuddin.Data yang diambil dari data perusahaan yang diukur

berkala.

40
Alat pengukuran : Sound Level Meter

Satuan : dBA

Skala : Nominal

c. Variabel pengganggu

1) Umur

Adalah lamanya orang hidup yang dihitung sejak orang tersebut

terlahir sampai pada waktu dilakukan penelitian ini.

Alat pengukuran : Kuisioner

Satuan : tahun

Skala : rasio

2) Masa kerja

Adalah waktu yang dihabiskan oleh seseorang berada dalam

lingkungan kerja Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin.

Responden mengisi kolom masa kerja pada kuisioner dan

dikumpulkan oleh peneliti dan dihitung rata-rata masa kerja

responden.

Alat pengukuran : Kuesioner

Satuan : jam/hari

41
Skala : rasio

3) Kebiasaan merokok

Kebiasaan karyawan menghisap rokok, yang diperoleh dari

hasil medical check up/kuesioner.

Responden mengisi kolom di kuisioner apakah responden

merokok atau tidak.

Alat pengukuran : medical record dan kuisioner

Skala : Merokok dan Tidak Merokok

4) Kebiasaan minum kopi

Adalah kebiasaan karyawan meminum kopi.

Responden mengisi kuisioner apakah responden biasa meminum

kopi atau tidak.

Alat pengukuran : kuisioner

Skala : Minum kopi dan Tidak minum kopi

5) Konsumsi obat-obatan

Apakah karyawan sedang dalam pengobatan atau sedang

megonsumsi obat-obatan jenis tertentu.

Responden mengisi kuisioner apakah responden mengonsumsi

obat-obatan yang bisa meningkatkan tekanan darah ditambah data

42
yang dikumpulkan peneliti dari medical record di rumah sakit

perusahaan.

Alat pengukuran : medical record dan kuisioner

Skala : Konsumsi obat-obatan dan Tidak

konsumsi obat-obatan

6) Konsumsi alkohol

Adalah pernah tidaknya mengonsumsi minuman

beralkohol.

Responden mengisi kuisioner apakah mengonsumsi alkohol atau

tidak.

Alat pengukuran : Kuisioner

Skala : Konsumsi, bila pernah mengonsumsi minuman

beralkohol

Tidak konsumsi, bila tidak pernah mengonsumsi minuman

beralkohol.

7) Riwayat keluarga

Adalah riwayat keturunan respoden, ditentukan apakah

mempunyai keturunan yang menderita tekanan darah tinggi.

43
Responden mengisi kuisioner apakah ada keluarga menderita

hipertensi atau tidak ditambah dengan data dari medical record

dari rumah sakit perusahaan.

Alat pengukuran : medical record dan kuisioner

Skala : Ada, bila ada anggota keluarga yang

menderita tekanan darah tinggi.

Tidak ada, bila tidak ada anggota keluarga yang menderita

tekanan darah tinggi.

8) Pemakaian APD

Adalah penggunaan alat penutup telinga pada karyawan

Process Plant.

Responden mengisi kuisioner apakah jenis APD yang digunakan

dan intensitas menggunakan APD

C. Hipotesis

H0 tidak ada pengaruh terpapar bising dengan perubahan tekanan darah

pada pekerja di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

H1 ada pengaruh terpapar bising dengan peningkatan tekanan darah

pada pekerja di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar

44
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan pendekatan

crosssectional yaitu dilakukan pengamatan atau penelitian pada saatitu

juga.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bandar Udara Internasional Sultan

Hasanuddin yang terletak di Makassar, Sulawesi Selatan pada area kerja

yang terpapar bising dengan frekuensi dan intensitas yang tinggi serta

akan berjalan selama bulan Desember 2015.


C. Populasi dan Sampel
1.Populasi
Populasi target tenagakerja di Bandar Udara Internasional Sultan

Hasanuddin Makassar
Populasi terjangkau seluruh tenaga kerja di Bandar Udara Internasional

Sultan Hasanuddin Makassar

2.Sampel
Sampel penelitian ini yaitu karyawan lapangan Bandar Udara

Internasional Sultan Hasanuddin Makassar


Kriteria inklusi merupakan syarat-syarat untuk masuk dalam penelitian.
a.Pekerja Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar
b.Usia 20-50 tahun.
c.Masa kerja 1 tahun.
d. Tidak ada gangguan pendengaran pada pemeriksaan THT rutin.
e. Tidak sedang konsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan

tekanan darah.
f.Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed

consent yang telah peneliti sediakan.

45
g. Bekerja di area kerja yang terpapar bising ( 85 dB)
Kriteria eksklusi
a.Pada saat dilaksanakan penelitian dalam keadaan sakit atau baru

sembuh dari sakit.


b. Subyek sebelum bekerja terpapar bising dengan intensitas tinggi.
c.Pada saat dilaksanakan penelitian subyek tidak bekerja sesuai jam

atau waktu yang telah di perkirakan.

D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian. Variabel bebas atau variable independen adalah

variable yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variable

dependen (terikat).Jadi variabel independen adalah variabel yang

memengaruhi.Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable

bebas.Dalam penelitian ini:


a. Variabel bebas yaitu intensitas bising, obesitas, perilaku, jenis

kelamin, riwayat keluarga, diet, pemakaian alat pelindung diri dan

usia.
b. Variabel terikat yaitu tekanan darah.

E. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling.
F. Instrumen Penelitian
a. Alat tulis
Adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasilpenelitian.

Alat tersebut adalah pulpen, kertas, dan pensil.


b. Kuesioner

46
Adalah alat yang digunakan untuk mewancarai, dalam rangka

mengumpulkan data penelitian.


c. Tensimeter Digital
Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran tekanan darah guna

menentukan peningkatan tekanan darah sebelum kerja dan sesudah

kerja.
d. Sound Level Meter
Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas bising pada suatu benda

G. Prosedur Pengambilan Data

Langkah-langkah dan cara mengumpulan data yang dilakukan dalam

proses penelitian yaitu :

a. Tahap Persiapan dan Pengumpulan data sekunder

1.Konsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Menetapakan lokasi penelitian.

3. Pengambilan data sekunder sebagai data awal dalam

penyempurnaan kuesioner.

b. Tahap Pelaksanaan

Pengambilan data primer tentang berbagai aspek yang mempengaruhi

perubahan tekanan darah dengan cara melakukan pemeriksaan langsung.

Pengambilan data primer pelaksanaanya dilakukan di masing-masing

tempat yang telah ditentukan, dengan karyawan yang bekerja di

lingkungan yang bising, yang di tunjuk sebagai sampel. Adapun proses

meliputi:

47
1. Melakukan wawancara langsung dengan

menggunakan alat bantu kuesioner yang berisi

pertanyaan jenis kelamin, umur, masa kerja, lama

paparan, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol,

riwayat keturunan dan riwayat penyakit.

2. Mencatat tingkat kebisingan di beberapa area kerja

sesuai dengan data yang ada pada pekerja Bandar

Udara International Sultan Hasanuddin Makassar

3.Pengukuran tekanan darah dilakukan 2 kali, yaitu

sebelum dan sesudah bekerja. Pengukuran tekanan

darah dilakukan pada karyawan dalam posisi

duduk dengan lengan kanan diletakkan setinggi

jantung. Tekanan darah sebaiknya diukur dengan

menggunakan sfigmomanometer air raksa. Bila

menggunakan sfigmomanometer aneroid,

diperlukan kaliberasi alat secara berkala. Tekanan

darah diukur dengan menggunakan manset orang

dewasa. Panjang cuff manset harus mellingkupi

minimal 80% lingkar lengan atas, sedangkan lebar

cuff harus lebih dari 40% lingkar lengan atas (atau

minimal 2/3 jarak antara akromion dan olekranon).

Baku emas interpretasi nilai tekanan darah adalah

pengukuran dengan menggunakan teknik

48
auskultasi. Tekanan darah sistolik ditentukan saat

mulai terdengar korotkoff ke-1. Tekana darah

diastolik terletak antara mulai mengecil sampai

menghilangnya bunyi Korotkoff (sesuai dengan

Korotkoff ke-4).

H. Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data

primer dalam penelitian ini di peroleh dengan cara sebagai berikut:


a. Pengukuran tekanan darah pekerja sebelum dan sesudah terpapar

bising.
b. Peneliti juga melakukan wawancara dengan kuesioner yang

berisi pertanyaan tentang umur, jenis kelamin, masa kerja, lama

paparan, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan riwayat

keturunan.
Data sekunder yang digunakan sebagai data pendukung dan

pelengkap dari data primer yang ada relevansinya dengan keperluan

penelitian ini adalah data yang diperoleh dari data pekerja Bandar Udara

Sultan Hasanuddin Makassar yaitu pengukuran rutin tingkat kebisingan

dan hasil medical check up karyawan di rumah sakit.


I. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan metode Chi-

Square menggunakan software computer statistic package for social

science (SPSS) versi 2.1.

J. Etika Penelitian

49
Dalam melaksanankan penelitian, peneliti mengajukan

permohonan izin untuk mendapatkan persetujuan. Kemudian dilakukan

penelitian kepada subjek yang diteliti dengan menekankan pada masalah

etika yang meliputi :


1. Informed Consent
Tujuannya adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta

dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subjek bersedia

diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek

menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dalam penelitian untuk menjaga kerahasiaan

identitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada

lembar pengumpulan data yang diisi oleh subjek. Lembar tersebut hanya

diberi inisial atau nomor kode tertentu.


3. Confidentiality
Informasi yang diberikan responden akan terjamin kerahasiaanya karena

peneliti menggunakan data untuk kebutuhan dalam penelitian.

BAB V

HASIL PENELITIAN

50
A. Gambaran Umum Objek Penelitian

PT. Angkasa Pura 1 (Persero) merupakan sebuah perusahaan

Badan Usaha Milik Negara(BUMN) yang memberikan pelayanan lalu

lintas udara dan bisnis bandar udara di Indonesia yang menitik beratkan

pelayanan pada kawasan indonesia bagian tengah dan kawasan indonesia

bagian timur. Kantor Pusat PT.Angkasa Pura 1 (Persero) beralamat di

Kota Baru Bandar Kemayoran Blok B-12 KAV.2-10610.

PT.Angkasa Pura 1 (Persero) mengatur dan mengoperasionalkan

13 bandar udara termasuk salah satunya Bandar Udara Sultan Hasanuddin

Makassar. Untuk Kantor Cabang PT.Angkasa Pura 1 (Persero) Makassar

terletak di Jl. Bandara lama No. 1 90522. Adapun Visi dan Misi

PT.Angkasa Pura adalah:

Visi Perusahaan:

Menjadi salah satu dari sepuluh perusahaan pengelola bandar udara

terbaik di Asia.

Misi Perusahaan:

1 Meningkatkan nilai pemangku kepentingan


2 Menjadi mitra pemerintah dan pendorong pertumbuhan ekonomi
3 Mengusahakan jasa kebandarudaraan melalui pelayanan prima

yang memenuhi standar keamanan,keselamatan, dan kenyamanan.

51
4 Meningkatkan daya saing perusahaan melalui kreatifitas dan

inovasi
5 Memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan hidup

Sedangkan Apron/AMC (Apron Movement Control) adalah bagian

dari PT. Angkasa Pura I (persero) yang digunakan sebagai tempat parkir

pesawat. Selain untuk parkir, pelataran pesawat digunakan untuk

mengisi bahan bakar, menurunkan penumpang, dan mengisi penumpang

pesawat terbang. Pelataran pesawat berada pada sisi udara (airport side)

yang langsung bersinggungan dengan bangunan terminal, dan juga

dihubungkan dengan jalan rayap (taxiway) yang menuju ke landas pacu.

B. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka

hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Demographi Karakteristik pada Pekerja

PT.Angkasa Pura 1 (Persero) Makassar Tahun 2016

Variabel N %

52
Umur

>40 thn 9 22,5

<40 thn 31 77,5


Jenis Kelamin

Laki-laki 37 92,5

Perempuan 3 7,5
Jumlah 40 100,0
Sumber: Data Primer, Januari 2016

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa frekuensi umur pada

responden didapatkan sebanyak 9 orang (22,5%) yang berumur lebih

dari dari 40 tahun, 31 orang (77,5%) yang berumur kurang dari dari 40

tahun.

Presentase jenis kelamin pada responden didapatkan sebanyak 37

orang (92,5%) yang berjenis kelamin laki-laki, 3 orang (7,5%) yang

berjenis kelamin perempuan.

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Faktor Risiko pada

Pekerja PT.Angkasa Pura 1 (Persero) Makassar Tahun 2016

53
Variabel N %
Masa Kerja

- > 5 tahun 14 35,0

- < 5 tahun 26 65,0


Jam Kerja

- 8 jam 31 77,5

- 12 jam 9 22,5
Intensitas Bising

- > 85 dBA 34 85,0

- < 85 dBA 6 15,0


Peningkatan Tekanan Darah

- Ada peningkatan 6 15,0

- Tidak ada peningkatan 34 85,0


Jumlah 40 100,0
Sumber: Data Primer, Januari 2016

Berdasarkan tabel 5.2 presentase masa kerja pada responden

didapatkan sebanyak 14 orang (35,0%) yang mempunyai masa kerja

lebih dari 5 tahun, 26 orang (65,0%) yang mempunyai masa kerja

kurang dari dari 5 tahun.

Presentase jam kerja pada responden didapatkan sebanyak 31

orang (77,5%) yang mempunyai jam kerja 8 jam, 9 orang (22,5%) yang

mempunyai jam kerja 12 jam.

Presentase intensitas paparan kebisingan pada responden

didapatkan sebanyak 34 orang (85,0%) yang terpapar intensitas

54
kebisingan lebih dari 85 dBA, 6 orang (15%) yang terpapar intensitas

kebisingan kurang dari 85 dBA.

Presentase pemeriksaan peningkatan tekanan darah dengan

menggunakan Tensimeter digital pada responden didapatkan sebanyak 6

orang (15,0%) yang mengalami peningkatan tekanan darah, 34 orang

(85,0%) yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah.

C. Analisis Bivariat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data

tabulasi silang antara hubungan umur dengan gangguan pendengaran

pada tabel berikut ini:

Tabel 5.3

Pengaruh Terpapar Bising Terhadap Peningkatan Tekanan Darah pada

Pekerja PT.Angkasa Pura 1 (persero) Makassar Tahun 2016

Intensitas Peningkatan tekanan darah P Odds

55
kebisingan Ada Tidak ada Jumlah Value Ratio

peningkatan peningkatan 95%

(CI)
N % n % n %

>85 dB 6 17,6 28 82,4 34 100 0,565 1,214

<85 dB 0 0,0 6 100,0 6 100 (1,039-

1,419)

Total 6 100 34 100 40 100


Sumber data primer januari 2016

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa pada kelompok Intensitas

bising >85 dB tahun mengalami Peningakatan tekanan darah sebanyak 6

orang (17,6%) dari 34 orang (100%), sedangkan kelompok Intensitas

bising <85 dB mengalami Peningkatan tekanan darah sebanyak 0 orang

(0,0%) dari 6 orang (100%) .

Dari hasil analisis dengan menggunakan Uji Fishers Exact Test

didapatkan p-value 0,565 lebih dari nilai (0,05) artinya tidakada

hubungan antara presentase intensitas bising dengan peningkatan tekanan

darah pada Pekerja PT.Angkasa Pura 1 Makassar. Akan Tetapi nilai Odds

Ratio 1,214 kali lipat berisiko dengan CI(Confident Interval) 95% 1,039-

1,419 menandakan adanya risiko untuk terjadi perubahan tekanan darah

pada Pekerja PT.Angkasa Pura 1 Makassar.

56
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber darialat

proses produksi dan alat kerja lainnya yang pada tingkat tertentu

dapatmenimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan di tempat kerja dapat

mengakibatkan gangguan auditory (pada sistem pendengaran manusia) dan

juganon auditory (gangguan pada sistem keseimbangan tubuh, kualitas tidur dan

juga dapat meningkatkan tekanan darah).

57
Intensitas kebisingan di area kerja AMC (Apron Movement Control)

memenuhi syarat untuk terjadinya peningkatan tekanan darah karena di

lingkungan kerja AMC (Apron Movement Control) (>85 dB) sedangkan di

bagian ruangan pemantau AMC (Apron Movement Control) tidak memenuhi

syarat karena intensitas bisingnya (<85 dB).

Ada perbedaan intensitas kebisingan di kedua lokasi tersebut karena di

lingkungan kerja AMC khususnya area parker pesawat intensitas kebisingannya

berbeda-beda tergantung type dan jenis pesawatnya juga kesadaran pekerja yang

bekerja di area tersebut dalam menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) berbeda-

beda. Sedangkan di area ruangan pemantau yang menggunakan kaca kedap udara

sehingga suara bising dari pesawat yang ada di area parker tidak bias masuk ke

dalam area ruangan pemantau.

Dalam penelitian in alat yang digunakan untuk mengukur intensitas bising

yaitu Sound Level Meter dimana mekasnisme kerja dari alat SLM (Sound Level

Meter) apabila ada sebuah benda yang bergetar maka akan menyebabnya

terjadinya perubahan tekanan udara dan akan di tangkap oleh alat ini selanjutnya

dari getaran tersebut akan secara otomatis menggerakkan meter petunjuk yang

ada pada alat SLM (Sound Level Meter).

B. Peningkatan Tekanan Darah

58
Tekanan darah ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah

yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung.

Tekanan darah menunjukkan keadaan di mana tekanan yang dikenakan oleh

darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh

anggota tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti kekuatan yang

dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah.

Dari hasil penelitian yang saya peroleh peningkatan tekanan darah pada

area intensitas bising (>85dB) diperoleh hasil sebanyak 6 orang (17,6%)

sedangkan yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 28 orang

(82,4%).Untuk area kerja dengan intensitas bising (<85 dB) diperoleh

peningkatan tekanan darah sebanyak 0 orang (0,0%) sedangkan yang tidak

mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 6 orang (100%).

Data tersebut menunjukkan bahwa pada area kerja dengan intensitas

bising (>85 dB) lebih banyak responden yang tidak mengalami peningkatan

tekanan darah dibandingkan dengan responden yang mengalami peningkatan

tekanan darah. Sedangkan pada area (<85 dB) responden yang tidak mengalami

peningkatan tekanan darah lebih banyak dari pada responden yang mengalami

peningkatan tekanan darah.

Dalam penelitian ini menggunakan alat Tensimeter Digital sebagai alat

pengukur tekanan darah,Tensimeter Digital ini digunakan untuk mengukur

tekanan darah dan hasil dari pengukuran dapat langsung ditampilkan di LCD

sehingga lebih mempermudah dalam pembacaan dan juga bisa menyimpan hasil

59
pengukuran hingga 10 kali hasil pengukuran dimana pengukuran tekanan darah

dilakukan minimal 3x dikarenakan memori tensimeter digital menyimpan data

akuratnya pada saat dilakuka minimal 3x pengukuran.

C. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Dengan Peningkatan Tekanan

Darah

Berdasarkan Kepmenaker No. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika di tempat kerja dinyatakan telah melebihi NAB. NAB kebisingan di

tempat kerja dalam waktu 8 sampai 12 jam kerja yaitu 85 dB. Lebih dari ambang

batas tersebut akan membahayakan kesehatan.

Dari hasil penelitian yang saya peroleh peningkatan tekanan darah pada

area intensitas bising (>85 dB) diperoleh hasil sebanyak 6 orang (17,6%)

sedangkan yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 28 orang

(82,4%).Untuk area kerja dengan intensita sbising (<85 dB) diperoleh

peningkatan tekanan darah sebanyak 0 orang (0,0%) sedangkan yang tidak

mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 6 orang (100%).

Data tersebut menunjukkan bahwa pada area kerja dengan intensitas

bising (>85 dB) lebih banyak responden yang tidak mengalami peningkatan

tekanan darah dibandingkan dengan responden yang mengalami peningkatan

tekanan darah. Sedangkan pada area (<85 dB) responden yang tidak mengalami

peningkatan tekanan darah lebih banyak dari pada responden yang mengalami

peningkatan tekanan darah.

60
Dari hasil analisis dengan menggunakan Uji Fishers Exact Test

didapatkan p-value 0,565 lebih dari nilai (0,05) artinya tidak ada hubungan

antara presentase intensitas bising dengan peningkatan tekanan darah pada

Pekerja PT.Angkasa Pura 1 Makassar. Akan Tetapi nilai Odds Ratio 1,214 kali

lipat berisiko dengan CI(Confident Interval) 95% 1,039-1,419 menandakan

adanya risiko untuk terjadi perubahan tekanan darah pada Pekerja PT.Angkasa

Pura 1 Makassar.

Dari hasil penelitian yang saya lakukan ternyata tidak sejalan dengan

penelitian-penelitian sebelumnya seperti penelitian Jennie Babba dengan judul

Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Di Lingkungan Kerja Dengan

Peningkatan Tekanan Darah pada Karyawan PT.Semen Tonasa.

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh

Shinly Suzana Montolalu dkk dengan judul Hubungan Kebisingan Terhadap

Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT.Gapura Angkasa Di Bandar udara

Sam Ratulangi Manado.

Penelitan yang saya lakukan tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya

disebabkan karena ada banyak factor dapat mempengaruhi perubahan tekanan

darah seperti factor umur , factor jenis kelamin , factor ras , factor sosioekonomi ,

factor keturunan , factor genetika , factor kehidupan dini , factor berat badan ,

factor obesitas dan sindrom metabolic , factor nutrisi , factor minuman keras ,

factor kegiatan fisik , factor denyut jantung , factor psikososial , factor

lingkungan.

61
BAB VII

TINJAUAN KEISLAMAN

Islam sangat memperhatikan kesehatan rohani dan jasmani. Perhatiannya

terhadap ketenangan dan ketentraman jiwa jauh lebih besar dari kesehatan badan

dan anggota tubuh lainnya. Karena kesehatan dan ketentraman jiwa merupakan

kunci dan faktor yang sangat penting untuk meraih kesehatan jasmani. Bahkan

keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak bisa dipisahkan antara

satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya, kita dapatkan Rasulullah saw yang

62
berhati tenang dan tentram jarang menderita sakit. Salah satu sifat orang beriman

adalah hati mereka selalu tentram dan tenang. Hal itu karena mereka yakin bahwa

seluruh yang terjadi di dalam kehidupan dunia ini pasti atas kehendak dan izin

Allah swt. Mereka juga yakin bahwa tidak ada yang bisa memberikan manfaat

dan mudharat secara mutlak kecuali Allah. Mereka hanya menyembah,

bertakwakkal, menggantungkan segala sesuatu, memohon, meminta pertolongan,

kesembuhan, rizqi hanya kepada Allas saja.23

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi

tenteram. (QS : Ar-Rad Ayat 28)

Ayat diatas menjelaskan bahwa kita sering-sering mengingat Allah swt, karena

dengan menginat Allah hati kita akan menjadi tentram. Jika hati kita tidak

tentram maka kita akan cepat emosi, dimana emosi yang nantinya akan membuat

kita menjadi stres sehingga akan berdampak pada kesehatan kita sendiri, salah

satunya tekanan darah akan meningkat.

Hasil analisa pengaruh membaca Al-Quran terhadap penurunan tekanan

darah secara statistik menunjukkan adanya penurunan yang signifikan. Membaca

Al-Quran dengan dipenuhi rasa yakin atas Allah, aka menimbulkan proses

pemasrahan diri kepada Sang Pencipta yang akan membawa kondisi pasif bagi

63
tubuh si pembaca. Selain itu, membaca Al-Quran juga akan menimbulkan efek

placebo yang menyehatkan dan menjadi salah satu bentuk relaksasi yang

biasanya dikenal dengan metode meditasi transendensi.24

Al-Quran mengandung mukjizat dan sebagai obat penenang bagi siapa yang

ditimpa kecemasan, gelisah semua orang paham. Peneliti Belanda Vander Hoven

pernah menyatakan Muslim yang dapat membaca bahasa Arab dan yang

membaca Al Quran secara teratur dapat melindungi diri dari penyakit

psikologis.

Abdullah, 2009 dalam disertasinya berjudul, The Effects of Reading the

Holy Quran on Muslim Students Heart rate, Blood Pressure and Perceived

Stress Levels juga pernah mengungkap temuan peneliti Universitas Sal ford,

dimana telah melaporkan terkait temuan pengaruh bacaan Al-Quran pada tubuh.

Dalam percobaan, peneliti menggunakan 30 sarjana Muslim psikologi dari

Universitas Salford. Ada 15 lelaki dan perempuan.

Dalam studi pertama peserta ikut serta dalam percobaan yang dibagi menjadi

dua kondisi. Peserta diukur denyut jantung, tekanan darah, dan stres sebelum dan

setelah membaca Surah Al Insyrah dan Surah Al Rahman. Dalam kondisi denyut

jantung peserta lain, tekanan darah, dan stres yang dirasakan tingkat diukur

sebelum dan setelah membaca materi non-religius yang ditulis dalam Bahasa

Arab.

Data dianalisa dengan menggunakan dua faktor Anova dan t-tes post hoc.

Hasilnya ditemukan, denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat stres menurun

64
bagi peserta yang telah membaca Surah Al Insyrah Surah Al Rahman. Peneliti

menyimpulkan bahwa bacaan Al-Quran sangat bermanfaat baik secara

psikologis dan fisiologis. Sementara, Efek ini tidak dapat ditemukan dengan

pembacaan bahan non-religius yang ditulis dalam bahasa yang sama sebagai Al-

Quran.25

Jiwa yang tenang adalah jiwa yang tidak mudah emosi atau marah. Dia akan

berusaha untuk mengendalikan emosinya walaupun dia mampu meluapkannya,

tetapi justru yang dia pilih adalah memaklumi dan memaafkan. Allah berfirman

menerangkan sifat orang bertaqwa:

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang

maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan

memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat

kebajikam

(QS : Ali Imran Ayat 134)

Marah dapat mempengaruhi aliran darah, kinerja jantung, dan dapat memicu

penyakit stroke. Bahkan ditemukan sebagian besar pencetus stroke berasal dari

marah. Stroke sendiri ini prevalensinya terus meningkat dan menduduki peringkat

ke 3 penyebab kematian manusia. Dari sebuah penelitian yang melibatkan 1000

orang yang memiliki riwayat jantung, ketika diuji dengan hanya meningkatkan

65
penyebab mengapa mereka menjadi marah saja, tekanan darah mereka langsung

meningkat dan 5-10 % aliran darah mereka dapat berkurang, keadaan seperti ini

rentan terkena stroke.23

Wahai umat manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu Al Quran

yang menjadi nasihat pengajaran dari Tuhan kamu dan yang menjadi

penawar bagi penyakit-penyakit batin yang ada di dalam dada kamu dan

juga menjadi hidayat petunjuk untuk keselamatan, serta membawa rahmat

bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus Ayat 57)

Diceritakan, ada seorang lelaki mengeluh kepada Rasulullah saw Ya

Rasulullah. Dadaku merasa sempit dan sesak nafasku. Nabi SAW

menjawab, Bacalah Al Quran (HR. Abu Said Al Khudry). Dalam hadits

lain Rasulullah pernah menyampaikan, Hendaknya kamu menggunakan

dua macam penawar; madu dan Al Quran. (HR. Ibnu Majah dan Al

Hakim).

66
BAB VIII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada karyawan PT. Angkasa

Pura I Makassar (Persero) dengan judul Pengaruh Terpapar Bising Dengan

Peningkatan Tekanan Darah Pada Perkerja di Bandar Udara International

Sultan Hasanuddin Makassar Tahun 2016, dapat disimpulkan sebagai

berikut :

67
1. Tidak adanya pengaruh terpapar bising dengan peningkatan

tekanan darah pada pekerja di Bandar Udara Sultan Hasanuddin

Makassar
2. Terdapat beberapa bagian yang terpapar bising cukup tinggi (lebih

dari NAB) pada area kerja AMC (Apron Movement Control) yaitu

bagian tempat parkir pesawat yang terpapar bising kurang dari

atau sama dengan NAB yaitu bagian ruangan pemantau AMC

(Apron Movement Control).

B. Saran
1. Memantau intensitas kebisingan di lingkungan kerja secara rutin

dengan menggunakan alat pengukur sound level meter


2. Mengendalikan intensitas kebisingan tinggi di lingkungan kerja

agar tercipta lingkungan kerja yang aman.


3. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan karyawan tentang

kesehatan dan keselamatan kerja agar alat pelindung diri dapat

dimanfaatkan semaksimal mungkin.

68
DAFTAR PUSTAKA

1. Tigor S.B.T (2005), Kebisingan di TempatKerja.Yogyakarta: Penerbit

ANDI.

2. Rosidah, Studi Kejadian Hipertensi Akibat Bising Pada Wanita Yang

Tinggal DiSekitar Lintasan Kereta Api di Kota Semarang (Tesis). 2003

3 .Samsul Hidayat (2004), Tesis :Pengaruh Pemakaian Alat Pelindung Telinga

(Earplug) terhadap Perubahan Tekanan Darah Akibat Bising (Penelitian

pada Pekerja Penggilingan Padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar), Program Pascasarjana Kesehatan Lingkungan Universitas

69
4 .Diponegoro, Semarang. KepMenKes RI No. 1405

Tahun2002.PersyaratanKesehatanLingkunganKerjaPerkantorandanIndust

ri. Jakarta.

5. Tarwaka, DKK (2004), Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerjadan

Produktifitas. Surakarta: Penerbit Uniba Press.

6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1435/1/07002749.pdf

(tabel NAB )Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia

di Tempat Kerja

7. Siswanto, A. 1990. Kebisingan. Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Surabaya.

8. Suyono, Joko. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Penerbit

BukuKedokteran,EGC. Jakarta

9. Tambunan, Sihar Tigor Benjamin, 2005. Kebisingan Di Tempat Kerja.

ANDI,Yogyakarta.

10. Grandjean, E.1988. Fitting The Task to The Man, A Text book of

OccupationalErgonomics, 4 th edition. London : Taylor and Francis Ltd.

11. Suma'mur PK. 1991. Higene Perusahaan dan Kesejatan kerja. Haji

Masagung.Jakarta

12. Tarwaka. 2008, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Harapan Press,

Surakarta

70
13. Mc Cormick, E. J. And Mark S. Sanders. 1987. Human Factor in

EngineeringandDesign. Tata Mc Graw-Hill Book Co., New Delhi.

14. Defi P., Iferta Inafalia., 2005. Monitoring Kualitas Lingkungan Kerja di

BilletSteelPlant PT. Krakatau Steel. Jurusan Teknik Lingkungan,

Universitas Andalas.Padang.

15. Guyton, C Arthur, John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 9

ed.EGC.Jakarta. Hal 281-296, 1116

16. Beevers, D.G., Tekanan Darah, Dian Rakyat, Jakarta,2002

17. Ganong, W.F. 1991. Review of Medical Physiology. Los Angeles, LA.:

LangeMedicalPublication.

18. Watson, R, 2002. Anatomi dan Fisiologi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta

19. WHO, Pengendalian Hipertensi, ITB, Organisasi Kesehatan Sedunia,

Bandung,200

20. Depkes RI (2006), Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit

Hipertensi. Jakarta.

21. Muhummadun (2010), Hidup Bersama Hipertensi. in-books : Yogyakarta.

22. Miswar, Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi Esensiall Di

KabupatenKlaten (Tesis), 2004

23. Fakhrul, M (2013), Tesis : Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap


Karyawan PT Semen Bosowa Persero Pangkep 2013, Fakultas
Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar

71
24. Fikri, Imam Maula.(2012), Tesis : Pengaruh Membaca Al-Quran Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2012, Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

25. Abdullah.(2009), Tesis : The Effects of Reading the Holy Quran on


Muslim Students Heart rate, Blood Pressure and Perceived Stress Leveks,
Salford University

72

Anda mungkin juga menyukai