Anda di halaman 1dari 19

NEONATAL HYPERBILIRUBINEMIA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Responsi Kepaniteraan


di Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Disusun oleh
Denisa Libela H. 4151131464
Agung Adhyaksa B 4151131478
Erinka Harlynadia 4151131502
Iqbal Anugrah Fitriyanto 4151131485
Gina Firdani 4151131507
Annisa Nuraeni DP 4151131410
Nesya Gellasia 4151131488
Nikita Bilqist 4151131511
Aditia Nugraha 4151131432
Preseptor:

Dr. Yoke Ayukarningsih Mustakim, dr., SpA., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2014
STATUS RUANGAN

KETERANGAN UMUM
Nama : By. Brian Irgi Fahrezi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 30 Oktober 2014 pukul 08.30 WIB
Umur : 16 hari
Golongan darah : A
Anak Ke : 1 dari 1 bersaudara (G1P1A0)
Partus Jenis : SC
Dengan Pertolongan : Dokter SpOG
BB dan PB Lahir : 3000 gram, 48 cm
Tanggal Dirawat : 13 November 2014
Tanggal Pemeriksaan : 16 November 2014

Nama Ayah : Tn. Darwis Arfan


Umur : 28 tahun
Golongan darah :A
Pendidikan : SMA
Pekerjaan / Jabatan : TNI/Pratu
Alamat : Asrama YonZipur III, Dayeuhkolot

Nama ibu : Ny. Deli


Umur : 23 tahun
Golongan darah :A
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru SD
Alamat : Asrama YonZipur III, Dayeuhkolot
ANAMNESIS
(Alloanamnesis didapatkan dari Ibu pasien pada tanggal 16 November 2014)

KELUHAN UTAMA : Bayi Tampak Kuning

ANAMNESIS KHUSUS :
Seorang bayi berusia 15 hari tampak kuning sejak hari ke-7 setelah dilahirkan.
Ibu pasien menyadari kuning terlihat dari kepala sampai kedua tungkai bawah.

ANAMNESIS UMUM :
Keluhan kuning tidak disertai dengan panas, kejang dan penurunan kesadaran.
Buang air besar tidak tampak seperti dempul dan buang air kecil tidak tampak
berwarna teh pekat. Riwayat bayi menjadi malas menetek, gerak tidak aktif dan
demam disangkal oleh ibu pasien.
Kehamilan ini merupakan yang pertama. Ibu selalu memeriksakan
kehamilannya pada dokter Sp.OG dan kontrol secara teratur setiap bulan. Selama
kehamilan ibu mengaku tidak pernah minum obat selain vitamin dari dokter.
Kenaikan berat badan selama kehamilan 10 kg. Ibu pasien mendapatkan vaksinasi
teratur. Riwayat ibu sakit tekanan darah tinggi selama kehamilan ada sebesar
160/90 mmHg sejak usia kehamilan 7 bulan, tidak ada riwayat kencing manis,
sakit kuning, abortus, maupun riwayat kelainan darah dalam keluarga. Golongan
darah ibu adalah A, sedangkan golongan darah ayah A, rhesus tidak diketahui,
golongan darah anak A. HPHT ibu 7 Februari 2014.
Bayi lahir 16 hari yang lalu dari seorang ibu G 1P1A0, kehamilan tunggal. Bayi
lahir secara SC ditolong dokter Sp.OG atas indikasi Preeklampsia berat . Bayi
langsung menangis, gerak aktif dan tali pusat langsung dipotong. Berat badan
lahir 3000 gram, panjang badan lahir 48 cm, ketuban bening, dan langsung
menangis. Riwayat kebiruan saat persalinan namun kurang dari 5 menit. Bayi
mendapatkan ASI pada hari ke 1, namun pada hari ke 2 ASI tidak mencukupi
kebutuhan bayi sehingga ditambahkan susu formula.
Bayi diberikan ASI pompa on demand sebanyak 40 cc/kali minum namun
karena produksi ASI terbatas ibu pasien juga memberikan susu formula 2x per
hari sebanyak 30 cc merk Lactogen. Pasien menetek kuat.
Pasien dirawat di RS. Sariningsih 7 hari setelah lahir selama 5 hari. Berat
badan saat pasien masuk ruang perawatan adalah 2900 gram. Pasien mendapatkan
fototerapi (Blue Light Therapy). Bilirubin total yang diukur saat dirawat di RS
Sariningsih adalah 11 mg/dL. Pasien dirawat selama 5 hari hingga bilirubin total
9 mg/dL, kemudian pulang namun masih dalam keadaan kuning. Pasien dirawat
di rumah selama 2 hari, dan keluarga memutuskan mengecek darah pasien ke
Laboratorium swasta dan diketahui kadar bilirubin total 17,47 mg/dL dan indirek
16,41 mg/dL. Keluarga bersama pasien datang ke IGD RS Dustira pada hari
Kamis, 13 November 2014.

ANAMNESIS TAMBAHAN :

1. RIWAYAT IMUNISASI :
Imunisasi Dasar Ulangan
BCG
DPT
Polio 0 bulan
Campak
Hepatitis B 0 bulan

2. ANAMNESIS KEADAAN KELUARGA


No Nama Umur L / P Status Keterangan
1 Tn. DA 28 thn L Ayah Sehat
2 Ny. D 27 thn P Ibu Sehat

3. PERKEMBANGAN

Berbalik :- Bicara 1 kata :-


Duduk tanpa bantuan: - Bicara 1 kalimat : -

Duduk tanpa pegangan: - Membaca :-

Berjalan 1 tangan dipegang : - Menulis :-

Berjalan tanpa dipegang :- Sekolah :-

Lain-lain :-

3. PEMERIKSAAN FISIK (16 November 2014)


Keadaan Umum
Kesadaran : Kualitatif : Alert. Menangis kuat, gerak aktif, menetek kuat.
Kuantitatif : 15 (E 4 V 5 M 6)
Kesan sakit : Tampak sakit sedang

Pengukuran
Umur : 16 hari
Berat badan : 3100 gram
Panjang badan : 56 cm
Lingkar kepala : 35 cm normocephal
Lingkar dada : 33 cm
Status Gizi : BB/U : 0 / -1 SD
BB/TB : < -3 SD
Tanda Vital
Heart rate (Bunyi jantung) : 137 x/menit regular, equal, isi cukup
Laju napas : 40 x/menit, regular, tipe abdominothorakal
Suhu : 37,5 oC
Tekanan Darah : tidak diperiksa

Keadaan Umum
Kesadaran : Kualitatif : Alert. Menangis kuat, gerak aktif, menetek kuat.
Kuantitatif : 15 (E 4 V 5 M 6)
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Sesak : PCH (-) Retraksi (-)

Sianosis : Sentral/perifer (-/-)

Ikterus : (+) Kramer IV

Edema : Pitting edema (-) Anasarka (-)

Dehidrasi : (-)

Anemi : (-)

Kejang : Lokal/umum (-) Tonik/klonik (-)

II. PEMERIKSAAN KHUSUS

1. Rambut: tak ada kelainan

Kuku : tak ada kelainan

Kulit : Ikterik Kramer 4

Kelenjar Getah Bening : Tidak membesar

2. Kepala : Molase (-)

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik +/+

Pupil : Bulat Isokor

Hidung : Rhinorrhae (-)

Telinga : Otorrhae -/-

Tenggorokan :

Tonsil : T1-T1 tenang

Farings : tidak ada kelainan

Bibir : Tak ada kelainan


Mulut : Mukosa basah

Gusi : Tak ada kelainan

Gigi : Tak ada kelainan

Langit-langit: Tak ada kelainan

Lidah : Frenulum linguae ikterik

3. Leher

Kaku Kuduk : (-)

Kelenjar Getah Bening : tidak membesar

Lain-lain : tak ada kelainan

4. Dada

a. Dinding Dada/Paru

Depan

1. Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris

2. Palpasi : Bentuk dan gerak simetris

3. Perkusi : Sonor kiri=kanan

4. Auskultasi: VBS kanan=kiri, Wh -/-, Rh -/-

Belakang :

1. Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris

2. Palpasi : Bentuk dan gerak simetris

3. Sonor kiri=kanan

4. Auskultasi: VBS kanan=kiri, Wh -/-, Rh -/-


d. Jantung

1. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

2. Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

3. Perkusi : Tidak diperiksa

4. Auskultasi: Bunyi Jantung I dan II murni

regular, suara Tambahan (-)

c. Perut

1. Inspeksi : bentuk cembung supel, tali pusat

terawat (+)

2. Palpasi : Hepar teraba 1 cm b.a.c tepi tajam,

permukaan rata, konsistensi kenyal.

3. Perkusi : timpani

4. Auskultasi: Bising usus (+)

d. Genitalia

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Kelainan : Tidak dilakukan pemeriksaan

Maturitas Seks : Normal

e. Ekstremitas

Akral hangat, CRT < 3 detik

Sianosis (-)
Sendi dan otot tidak ada kelainan

f. Susunan Saraf

Reflek : Reflek cahaya (pupil) : +/+

Reflek okulosefalik : +/+

Reflek kornea : normal

Rangsang Meningen : kaku kuduk : (-)

Brudzinsky I/II/III : (-)

Kernig : (-)

Laseque : (-)

Saraf otak : normal

Motorik : gerak aktif

Sensorik : normal

Vegetatif : BAB dan BAK tidak ada kelainan

Reflek Fisiologis : APR : normal, KPR : normal

Reflek Patologis : Babinsky : -/-

Chaddock : -/-

Oppenheim : -/-

Gordon : -/-

Neuromuscular Maturity (Ballard) :


1. Posture : Ballard score = 3
2. Square window : 90o (Ballard score = 0)
3. Arm recoil : <90o (Ballard score = 4)
4. Popliteal angle : 100o (Ballard score = 3)
5. Scarf sign : (Ballard score = 2)
6. Heel to ear : (Ballard score = 2)

Physical Maturity (Ballard)


1. Kulit : permukaan pecah-pecah, vena jarang (Ballard score = 3)
2. Lanugo : menipis (Ballard score = 2)
3. Permukaan plantar kaki : lipatan pada 2/3 anterior (Ballard score = 3)
4. Payudara : areola terangkat, puncak 3-4 mm (Ballard score = 3)
5. Daun telinga: pinna melengkung sempurna, kaku, lunak rekoil baik
(Ballard score = 3)
6. Kelamin perempuan : testis turun, rugae dangkal (Ballard score = 2)

Total Ballard score :16 + 14= 30


Masa gestasi : 36 minggu

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium Rutin

DARAH : 16 November 2014

Bilirubin Total : 16,23 mg/dl

Bilirubin Direk : 0,66 mg/dl

13 November 2014 Kadar Normal


Hb 14,4 mg/dl 12,5-20,5
Eritrosit 4,01 x 106 3,6-6,2
Leukosit 8900 5000-20000
Ht 41,7 % 39-63
Trombosit 200500 /mm3 150000-450000
MCV 104 U/L 86-124
MCH 35,9 pq 28,0-40,0
MCHC 34,5% 28,0-38,0
RDW 15,5% 11,5-14,5
LED 2 0-10
Hitung jenis
Basofil 0% 1-5
Eosinofil 3% 0-1
Batang 0% 0-8
Segmen 29% 17-60
Limfosit 58% 20-70
Monosit 10% 1-11

Kimia Klinik 13 November 2014


Bilirubin Total 17,47 mg/dl
Bilirubin Direk 1,06 mg/dl
Bilirubin Indirek 16,41 mg/dl

URINE :
Tidak dilakukan pemeriksaan
FESES:
Tidak dilakukan pemeriksaan
B. Laboratorium Khusus
Tidak dilakukan pemeriksaan
C. Rontgen
Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. RESUME
Seorang bayi usia 15 hari dengan jenis kelamin laki-laki diantar oleh
ibunya dengan keluhan tampak kuning dari kepala hingga tungkai bawah. Ibu
menyadari mulai terlihat kuning 7 hari setelah dilahirkan dan setelah
menjalani perawatan karena keluhan yang sama di RS Sariningsih 2 hari
sebelum masuk rumah sakit.
Ibu memiliki riwayat kehamilan G1P1A0 serta selama kehamilan
melakukan Ante Natal Care secara teratur ke dokter kurang lebih 9 kali.
Selama kehamilan ibu mengkonsumsi vitamin dari dokter dan vaksinasi
teratur. Selama hamil ibu mengalami hipertensi sejak usia kehamilan 7 bulan.
Anak lahir di RS Sariningsih dengan proses persalinan SC atas indikasi
Preeklampsia berat. Saat lahir bayi langsung menangis, gerak aktif dengan
berat badan lahir 3000 gram dan panjang badan 48 cm. Bayi mengalami
asfiksia namun kurang dari 5 menit. Golongan darah ibu A, bapak A dan
golongan darah pasien A.
Setelah lahir anak diberikan ASI on demand sebanyak 40 cc sekali minum,
namun karena produksi ASI terbatas. Sejak hari ke 2 ibu pasien memberikan
susu formula sebanyak 2 kali 30 cc setiap hari.
Pasien sempat dirawat di RS Sariningsih selama 5 hari dan diberikan Blue
Light Therapy hingga kadar bilirubin total menurun kemudian dipulangkan
meski masih dalam keadaan kuning.

Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran : Alert
Keadaan sakit : Tampak sakit sedang
Berat Badan : 3100 g
Panjang Badan : 56 cm
Lingkar Kepala : 35 cm (normocephal)
Lingkar Dada : 33 cm
Status Gizi : BB/U : 0/-1 SD (normoweight)
BB/TB : <-3 SD (severely wasted)

Tanda Vital :
Laju Napas : 40 x / menit
Suhu : 37.5 oC
Laju Nadi : 137 x / menit
Kepala : normocephal
Mata : Sklera ikterik +/+, Konjungtiva anemis -/-
Mulut : mukosa basah
Abdomen : Datar, Bising Usus (+), Hepatomegali (-), Splenomegali (-)
Kulit : Kramer IV
Ekstremitas : Akral hangat

V. DIAGNOSIS BANDING
BBLC + BKB + SMK + SC a/i Preeklampsia berat + Ikterus Neonatorum
Fisiologis
BBLC + BKB + SMK + SC a/i Preeklampsia berat Ikterus Neonatorum
Patologis e.c anemia hemolitik

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Darah Rutin :
Bilirubin Total : 16,23 mg/dl
Bilirubin Direk : 0,66 mg/dl
2. SADT: tidak ada data

VII. DIAGNOSIS KERJA:


BBLC + BKB + SMK + SC a/i Preeklampsia berat + Ikterus Neonatorum
Fisiologis

VIII. TATA LAKSANA


Blue Light Therapy
Thermoregulasi
ASI on Demand. ASI terus dilanjutkan diusahakan minimal 8x dalam 24
jam. Susu formula dapat diteruskan

IX. USUL PEMERIKSAAN


- Darah Rutin
- Apus darah tepi
- Rhesus
- Coombs test dan enzim G6PD

X. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : ad Bonam
Quo Ad Functionam : ad Bonam
DISKUSI
Bayi laki-laki usia 15 hari datang dengan keluhan ikterik. Keluhan timbul
sejak bayi berusia 7 hari dengan ikterik yang tampak dari kepala hingga telapak
tangan dan kaki (Kremer IV). Keluhan ikterik disebabkan oleh akumulasi pigmen
bilirubin yang menimbulkan warna ikterus pada sklera dan kulit. Keadaan ikterus
secara klinis akan tampak jika kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL.
Keluhan ikterik dapat disebabkan oleh penyebab secara fisiologis maupun
patologis. Ikterus fisiologis terjadi pada >24 jam pertama dalam kehidupan
sedangkan pada penyebab patologis timbul dalam 24 jam pertama. Ikterus
fisiologis umumnya terjadi pada bayi baru lahir, dengan kadar bilirubin indirek
pada minggu pertama >2mg/dL .Pada bayi cukup bulan yang mendapat susu
formula kadar bilirubin akan mencapai puncaknya sekitar 6-8 mg/dL pada hari
ketiga kehidupan kemudian akan menurun cepat selama 2-3 hari diikuti
penurunan secara lambat sebesar 1 mg/dL dalam 1-2 minggu, sedangkan pada
bayi kurang bulan yang mendapat susu formula juga akan mengalami peningkatan
dengan puncak yang lebih tinggi dan lebih lama. Kadar bilirubin serum masih
dalam kisaran normal jika peningkatan mencapai 15 mg/dl tanpa disertai kelainan
metabolisme bilirubin. Kriteria ikterus patologis adalah peningkatan bilirubin
serum >5 mg/dL per hari. Bilirubin total serum >17 mg/dL pada bayi yang
mendapat ASI. Ikterus menetap sesudah 8 hari pada bayi cukup bulan atau
sesudah 14 hari pada bayi kurang bulan. Selain itu, kadar bilirubin direk mencapai
>2 mg/dL. Pada bayi ini, ikterik terjadi 24 jam post natal, maka bayi ini termasuk
ke dalam ikterik non fisiologis.
Keluhan kuning tidak disertai dengan panas, kejang dan penurunan
kesadaran.Riwayat bayi menjadi malas menetek, gerak tidak aktif dan demam
disangkal oleh ibu pasien. Hal ini menunjukan tidak terdapat komplikasi blirubin
ensefalopati dan kern ikterus pada pasien. Bilirubin ensefalopati pada fase awal
ditandai dengan bayi tampak letargis, hipotonik, dan refleks hisap buruk
sedangkan pada fase intermediet ditandai moderate stupor, iritabilitas dan
hipertoni yang selanjutnya bayi akan demam, high picth cry dan menjadi
drowsiness serta hipotoni. Kernikterus adalah perubahan neuropatologi neurologik
akibat penimbunan bilirubin di beberapa daerah di otak terutama pons, bangsal
ganglia dan cerebelum. Gejala- gejala klinis kernikterus berdasarkan stadiumnya
antara lain sebagai berikut :
Stadium 1
Refleks moro jelek, hipotoni, letargi, poor feeding, vomitus, high
pitched cry.

Stadium 2
Opistotonus, kejang, panas, rigiditas, occulogyric crises, mata
bergerak- gerak ke atas.

Stadium 3
Spastisitas menurun, pada usia sekitar 1 minggu.

Stadium 4
Gejala sisa lanjut: spastitas, tuli parsial/ komplit, retardasi mental,
paralisis bola mata ke atas, displasia dental.

Diketahui dari anamnesis diatas tidak ditemukan perubahan warna buang


air besar dan buang air kecil, maka pada bayi ini kemungkinan ikterus yang terjadi
adalah prehepatik.
Berdasarkan anamesis didapatkan keterangan bahwa ibu pasien rutin
melakukan antenatal care selama kehamilannya. Ibu mengaku tidak pernah
minum obat-obatan selain vitamin dan kenaikan berat badan selama kehamilan 10
kg. Ibu pasien mendapatkan vaksinasi teratur , tidak ada riwayat kencing manis,
sakit kuning, abortus, maupun riwayat kelainan darah dalam keluarga.
Keterangan diatas diperlukan untuk mengetahui kesehatan bayi dan ibu pada masa
kehamilan dan faktor-faktor risiko pada masa kehamilan yang dapat menyebabkan
keluhan kuning pada bayi, faktor risiko tersebut antara lain infeksi pada masa
kehamilam, diabetes melitus pada ibu,dan konsumsi obat-obatan. Ibu memikiki
riwayat sakit tekanan darah tinggi selama kehamilan ada sebesar 160/90 mmHg
sejak usia kehamilan 7 bulan, tidak diketahui hubungan antara riwayat preeklamsi
pada ibu dengan keluhan kuning pada bayi. Golongan darah ibu adalah A,
sedangkan golongan darah ayah A, rhesus tidak diketahui, golongan darah anak A.
Hal ini dapat menyingkarkan kemungkinan terjadinya inkontabilitas ABO yang
menyebabkan keluhan kuning pada bayi. HPHT ibu 7 Februari 2014. Dari hasil
perhitungan ini maka taksiran persalinan bayi ini seharusnya 14 Desember 2014
dan dari hasil perhitungan masa gestasinya skor 30=36 minggu maka bayi ini lahir
kurang bulang. Bayi lahir kurang bulan merupakan faktor risiko terjadinya kuning
pada bayi, hal ini berhubungan dengan hepar yang belum berfungsi optimal.
Bayi lahir 16 hari yang lalu dari seorang ibu G 1P1A0, kehamilan tunggal. Bayi
lahir secara SC ditolong dokter Sp.OG atas indikasi Preeklampsia berat . Bayi
langsung menangis, gerak aktif dan tali pusat langsung dipotong. Riwayat
kebiruan saat persalinan namun kurang dari 5 menit. Bayi mendapatkan ASI pada
hari ke 1, namun pada hari ke 2 ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi sehingga
ditambahkan susu formula. Keterangan diatas ditanyakan untuk melihat apakah
terdapat faktor predisposisi kejadian perinatal, misalnya trauma saat lahir seperti
adanya cephal hematom yang dapat menyebabkan perdarahan melalui mekanisme
hemolisis yang akan menyebabkan akumulasi billirubin darah.
Pada bayi ini lahir dengan letak normal secara sectio caesaria sehingga tidak
memungkinkan terjadinya trauma persalinan. Bayi langsung menangis, gerak aktif
dengan riwayat kebiruan saat persalinan namun kurang dari 5 menit. Anamnesis
ini ditanyakan untuk mencari faktor predisposisi dari asfiksia. Pada bayi dengan
riwayat asfiksia saat lahir terjadi penurunan kapasitas ikat bilirubin yang dapat
meningkatkan kadar bilirubin darah. Pada bayi ini terdapat riwayat kebiruan
kurang dari 5 menit. Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lahir 48 cm.
Berat badan lahir bayi yang rendah ( < 1500) merupakan salah satu faktor
terjadinya ikterus. Bayi mendapatkan ASI pada hari ke 1, namun pada hari ke 2
ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi sehingga ditambahkan susu formula.Bayi
diberikan ASI pompa on demand sebanyak 40 cc/kali minum namun karena
produksi ASI terbatas ibu pasien juga memberikan susu formula 2x per hari
sebanyak 30 cc merk Lactogen. Pasien menetek kuat. Anamnesis ini ditanyakan
untuk mengetahui intake yang didapat oleh bayi, apakah sesuai dengan
kebutuhannya atau tidak, karena intake ASI yang kurang dapat menyebabkan
peningkatan siklus enterohepatik sehingga akan terjadi akumulasi bilirubin. Pada
bayi ini tidak didapatkan faktor resiko tersebut.
Pasien dirawat di RS. Sariningsih 7 hari setelah lahir selama 5 hari. Berat
badan saat pasien masuk ruang perawatan adalah 2900 gram. Pasien mendapatkan
fototerapi (Blue Light Therapy). Bilirubin total yang diukur saat dirawat di RS
Sariningsih adalah 11 mg/dL. Pasien dirawat selama 5 hari hingga bilirubin total
9 mg/dL, kemudian pulang namun masih dalam keadaan kuning

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum Alert dan tampak sakit
sedang yang menunjukkan bahwa pasien tidak dalam distres yang berat. Tidak ada
kejang menandakan bayi tidak mengalami bilirubin ensefalopati. Hasil
pemeriksaan derajat ikterik didapatkan warna kuning timbul pertama di kepala
yang menyebar sampai ke tungkai bawah (kramer IV). Untuk pengukuran kepala
didapatkan hasil normocephal, kulit muka ikterik, sklera ikterik, leher ikterik,
bentuk dan pergerakan simetris serta ikterik pada pemeriksaan thorax.
Pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen datar lembut, bising usus (+), dan
ikterik. Pada ekstremitas tampak ikterik. Dari gambaran tersebut memperlihatkan
bahwa bayi mengalami hiperbilirubinemia.

Berikut adalah penilaian derajat ikterik menurur Kramer (1969)


Derajat Gambaran Rata-rata Serum Rata-rata serum
Bilirubin Indirek Bilirubin Indirek
(mg%) (mmol/L)
Kuning tampak pada daerah
I 5,85 100
kepala sampai leher
Kuning meluas sampai
II 8,77 150
perut (umbilikus)
III Kuning meluas sampai lutut 11,7 200
Kuning meluas sampai
IV 14,62 250
pergelangan tangan dan kaki
Kuning meluas sampai
V >15 >250
telapak tangan dan kaki
Pada pemeriksaan kimia didapatkan bahwa terjadi peningkatan bilirubin
total dan direk yakni Berdasarkan hasil laboratorium pemeriksaan darah rutin
menunjukkan peningkatan bilirubin total yang cukup tinggi yakni pada hari ketiga
perawatan kadar bilirubin total mencapai kadar 16,23 mg/dl dan bilirubin direk
0,66 mg/dl. Menurun dibandingkan nilai bilirubin yang diukur sesaat sebelum
masuk rumah sakit yaitu bilirubin total 17,47 mg/dl, bilirubin direk 1,06 mg/dl,
bilirubin indirek 16,41 mg/dl.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
laboratorium diketahui bahwa diagnosis pada pasien ini adalah BBLC + BKB +
SMK + SC a/i Preeklampsia berat + Ikterus Neonatorum Fisiologis.
Diagnosis ini didasarkan atas :
1. Ikterik terjadi > 24 jam setelah kelahiran
2. Usia gestasi 36 minggu (premature) ikterus memiliki kecenderungan
memerlukan waktu yang lama untuk menghilang sampai 2 minggu.
3. Pada bayi kurang bulan yang mendapat susu formula akan mengalami
peningkatan dengan puncak yang lebih tinggi dan lebih lama, begitu juga
penurunannya bila tidak diberikan fototerapi pencegahan(Neonatologi
IDAI, 2012)

Usulan pemeriksaan yang diusulkan pada pasien ini adalah pemeriksaan


bilirubin, uji Coombs test direk dan enzim G6PD (glukosa 6-pospat
dehidrogenase). Dilakukan untuk mengetahui etiologi ikterus berasal dari
prehepatik, hepatik atau post hepatik dan untuk follow up terapi. Pada pasien ini
etiologi ikterus neonatorum adalah multifaktor peningkatan bilirubin yang tersedia
akibat peningkatan produksi bilirubin akibat peningkatan eritrosit, penurunan
umur eritrosit, peningkatan early bilirubin dan peningkatan resirkulasi aktif
bilirubin di enterohepatik yang meningkatkan kadar bilirubin yang tak
terkonjugasi dan penurunan bilirubin clearance akibat penurunan clearance dari
plasma oleh protein karier dan penurunan metabolisme hepatik pada enzim
UDPGT.
Terapi yang diberikan pada pasien ini diantaranya adalah terapi umum berupa
pertahankan suhu 36,5 37,5 C dan ASI on demand. Penatalaksanaan ini
dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan komplikasi karena hipotermi,
mencegah dehidrasi. Pemberian ASI yang sesering mungkin dimaksudkan agar
bilirubin banyak keluar bersama urin, sehingga kadar bilirubin dalam darah akan
turun. Komplikasi Blue Light Therapy diantaranya Baby Bronze Syndrome
(bilirubin direk yang meningkat akibat fototerapi menyebabkan destruksi cooper
porpiris sehingga kulit dan urin berwarna perunggu), diare akibat terterhambatnya
fungsi enzim laktase, dehidrasi karena peningkatan insensible water loss, dan
ruam kulit/flea bite rash akibat sel mast melepaskan histamin.
Selain diberikan terapi BLT, pasien juga dilakukan perubahan posisi dalam
24 jam, semua permukaan tubuh bayi terkena sinar, lindungi mata dan kelamin.
Penatalaksanaan ini dimaksudkan untuk mengurangi kadar bilirubin yang terdapat
dalam tubuh, melalui permukaan kulit melalui proses isomerisasi.
Prognosis pada pasien ini baik dilihat dari perbaikan selama perawatan
yakni penurunan kadar bilirubin total maupun direk setelah 3 hari pemberian
terapi BLT.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sholeh kosim,M dkk. Buku Ajar Neonatologi: edisi pertama. Ikatan


Dokter Anak Indonesia, 2012. Jakarta. 147-68
2. Garna herry, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan anak:
edisi 4. Bagian Ilmu kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNPAD/RSHS,
2012. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai