Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reaksi kimia terutama reaksi oksidasi reduksi dapat terjadi di berbagai
sistem kimia. Sebagai contoh adalah pembentukan karat pada besi, aksi cairan
pemutih pada noda dan pemurnian. Pemurnian merupakan salah satu contoh
reaksi elektrokimia terutama elektrolisis. Karena dalam proses pemurnian
dibutuhkan sumber listrik untuk mengendapan larutan emas atau perak untuk
melapisi logam emas atau perak. Dalam hal ini energi listrik diubah menjadi
energi kimia. Pada proses pemurnian, terjadi reaksi redoks (reduksi oksidasi).
Dari proses pemurnian itu dapat diketahui berapa endapan logam menggunakan
sebuah alat voltameter. Dengan menggunakan dua jenis bahan yang digunakan
kita harus mengetahui E sel terlebih dahulu. Voltameter sesuai dengan namanya
yaitu endapan pada katoda, voltameter tembaga.
Percobaan ini menggunakan prinsip dari Hukum Faraday dalam bidang
elektrolisis. Dengan ini, diharapkan praktikan bisa memahami kegunaan
voltameter dan mengukur E sel dengan voltameter.

1.2. Permasalahan
Permasalahan dari percobaan ini adalah bagaimana menentukan
keseksamaan dari penunjukkan jarum amperemeter dengan menggunakan
voltameter tembaga.

1.3. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan keseksamaan dari
penunjukkan jarum amperemeter dengan menggunakan voltameter tembaga.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Hukum Ohm dan Satuan Listrik
Kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu penghantar yaitu jumlah
muatan listrik yang mengalir per detik ditentukan oleh perbedaan potensial yang
melewati penghantar dan oleh tahanan yang diberikan oleh penghantar kepada
arus. Menurut Hukum Ohm, hubungan antara ketiga besaran tersebut adalah
V
I=
R ..(2.1)

(Sears, 1982)

2.2. Hantaran listrik


Aliran listrik yang selalui melalui suatu konduktor melibatkan perpindahan
elektron elektron dari titik dengan potensial negatip yang lebih tinggi ke yang
lebih rendah. Tapi mekanismenya tidak sama untuk semua konduktor. Dalam
konduktor listrik dilakukan oleh perpindahan langsung elektron elektron melalui
penghantar karena pengaruh tegangan yang digunakan. Disini atom atau ion ion
bersifat penyusun konduktor tidak terlibat dalam proses, kecuali vibrasi untuk
posisi kesetimbangan, zat zat ini tetap diam. Sebaliknya dalam konduktor
elektrolit yang termasuk larutan elektrolit kuat dan lemah, perpindahan ini tidak
hanya melibatkan perpindahan listrik dari satu elektrode ke elektrode yang lain.
Tapi juga suatu perpindahan zat dari suatu bagian konduktor ke bagian lainnya.
Selanjutnya arus mengalir dalam konduktor elektrolit selalu disertai oleh
perubahan kimia pada elektrode yang sangat karakteristik dan spesifik untuk zat
zat yang bergabung dengan konduktor dan elektrode. Sifat khas lainnya adalah
konduktor elektrolitik selalu turun jika suhu dinaikkan sedangkan konduktor
listrik naik dengan kenaikan suhu. proses dari arus yang melalui suatu konduktor
elektrolitik dengan diikuti perubahan kimia dan perpindahan listrik disebut
elektrolisis, dapat disimpulkan bahwa :
1. Elektron elektron masuk dan meninggalkan larutan melalui perubahan
kimia pada elektrode.
2. Elektron elektron melalui larutan oleh perpindahan ion ion.
Elektron yang masuk dan meninggalkan larutan jumlahnya sama. Ini dapat
dibuktikan dengan Hukum Faraday yang berlaku pada elektrolit (Narkanti, 1985).

2.2.1. Sel Elektrolisis


Pada sel elektrolisis ini arus listrik menghasilkan elektrolisis atau reaksi
kimia. Pada sel ini elektrode negatip disebut dengan katoda dan elektode positip
disebut anode. (frank, 2005)

2.2.2. Sel galvani


Pada sel ini elektrode negatip disebut anode sedangkan elektrode positip
disebut katode. Misalnya pada sel kering baterai.
Pada anode : Zn Zn2+ + 2e
Pada katode : 2 NH4+ + 2e 2 NH3 + H2
Reaksi total : Zn + 2 NH4+ Zn2+ + 2 NH3 + H2
Pada sel kering jenis ini disebut sel primer, sel sel ini tidak reversibel. (Atkins,
1990)

2.3. Hukum Faraday


Reaksi kimia yang terjadi selama elektrolisis pada anoda tidak perlu ada
pengendapan ion tetapi mungkin reaksi oksidasi misalnya larutan logam atau
oksidasi ion ferro menjadi ion ferri. Begitu pula reaksi pada katode mungkin
merupakan reduksi ion stani menjadi ion stano.
Faraday menemukan bahwa massa suatu zat yang terlibat dalam reaksi pada
electrode berbanding langsung dengan jumlah muatan listrik yang melalui larutan.
Hukum ini disebut Hukum Faraday I
Hukum ini digunakan pada elektrolisis leburan maupun larutan elektrolit
dan tidak tergantung kepada suhu. Tekanan, atau jenis dari solven sepanjang jenis
solven ini melancarkan ionisasi zat terlarut. Dari Hukum Faraday I dapat dihitung
untuk mengendapkan satu berat ekuivalen Ag. Satu coulomb absolut
mengendapkan 0,001117979 Ag dan massa yang terendapkan berbanding
langsung dengan jumlah listrik, jumlah coulomb yang diperlukan untuk
pengendapan dari 1 gram atom Ag 107,870 adalah = 96487 coulomb absolut.
(Sears, 1982)

2.4. Hukum Faraday II


Massa dari zat zat yang berbeda yang dihasilkan selama elektrolisis
berbanding lurus dengan berat equivalennya. Hukum Faraday berbunyi muatan
listrik yang berjumlah sama akan dihasilkan secara kimia, berjumlah ekivalen dari
semua zat yang dihasilkan dalam proses. Jadi 96487 coulumb akan menghasilkan
satu berat ekivalen zat lain. Simbol F adalah jumlah muatan listrik. Untuk
perhitungan biasa 1 F = 96500 coulumb.
Dengan menggunakan Hukum Faraday, berat hasil primer yang terbentuk
dalam proses elektrolisis dapat dihitung sangat sederhana dari kuat arus dan waktu
yang diperlukan untuk melaluinya.
Hukum Faraday dapat digunakan untuk menentukan jumlah muatan listrik
yang melalui suatu rangkaian oleh pengamatan perubahan kimia yang dihasilkan
oleh arus yang sama dalam suatu sel elektrolisis yang sesuia. Sel yang digunakan
untuk tujuan ini disebut coulometer. Coulometer ditempatkan dalam suatu
rangkaian seri dengan alat dan dibiarkan tetap disitu selama arus mengalir.
Kemudian alat tersebut dipindahkan dan perubahan kimia yang dihasilkan oleh
arus itu ditentukan dengan alat alat yang sesuai. Coulometer Ag biasanya
dihunakan untuk pekerjaan yang teliti. (Keenan, 1976)

2.5. Jenis Penghantar ( Konduktor )


Zat zat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penghantar ( konduktor ) dan
bukan penghantar ( isolator ). Batas keduanya tidak tegas bila dilihat dari tahanan

jenisnya yaitu . Tahanan jenis adalah tahanan zat dengan panjang cm, luas

penampang cm2. Makin kecil , maka semakin baik sifat konduksinya. Aliran

listrik adalah aliran elektron dari daerah yang mempunyai densitas elektron yang
tinggi ke daerah yang mempunyai densitas elektron lebih rendah. Berdasarkan
mekanisme aliran listrik melalui penghantar, maka penghantar dibagi menjadi 2
yaitu :
1. Penghantar elektronik yaitu logam, logam lebur, garam garaman seperti
CuS dan CdS
2. Penghantar elektrolitik yaitu elektrolit kuat, elektrolit lemah, garam lebur,
garam padat misalnya AgNO3 dan NaCl.
Pada penghantar elektronik, tahanan jenisnya naik bila suhu naik, aliran listrik
dibawa oleh elektron, zatnya diam. Atom atau ion ion yang bersifat penyusun
penghantar tidak terlibat dalam proses, hanya mengalami vibrasi dalam posisi
kesetimbangan. (Narkanti, 1985)
Pada penghantar elektrolitik, aliran listrik dibawa oleh ion ion, aliran
listrik diikuti reaksi reaksi kimia, tahanan jenisnya turun bila suhu naik, dan
terjadi perpindahan elektron dengan perpindahan ion ion positip maupun negatip
ke arah elektrode (Atkins, 1990).

2.6. Mekanisme Hantaran Elektrolitik


Hantaran listrik dalam larutan elektrolitik diikuti dengan reaksi reaksi
kima. Peristiwa ini disebut elektrolisis. Dalam hal ini elektron dalam larutan
dibawa oleh ion ion, sedangkan elektron masuk dan keluar dari larutan melalui
reaksi reaksi kimia pada elektrode. Misalnya suatu sel terdiri dari dua elektrode
di dalamnya, kawat platina dihubungkan dengan sumber arus B dan dicelupkan ke
dalam larutan encer NaCl. Elektrode C dihubungkan dengan bagian negatip dari B
yang disebut katode. Sebaliknya elektrode A dihubungkan dengan bagian postip
dari baterai yang disebut anode. (Riyania, 2012)
Dalam larutan didapat Na+ dan Cl-, dan juga beberapa H+ dan OH-
berhubung adanya ionisasi air. Jika rangkaian tertutup dan arus melalui larutan,
didapat gas klor menuju ke anoda dan gas H2 menuju ke katoda. Sedangkan
NaOH terbentuk dalam larutan dan berdekatan dengan katoda. Elektron masuk ke
dalam larutan pada katode C, bergabung dengan H + dalam larutan membentuk H
sebagai atom tunggal. Dua atom hidrogen yang datang ke elektrode bergabung,
kemudian membentuk molekul H2 yang meninggalkan elektrode sebagai gas.
Reaksi yang terjadi :
2H+ + 2e 2H
2H H2 (gas)
Tiap ion Cl- memberi elektron satu kepada elektrode. Elektron ini mengalir
melalui rangkaian luar elektrode ke sumber potensial, sedang atom Cl bergabung
dengan atom Cl yang lain dan membentuk gas Cl2 yang lepas. Reaksinya adalah :
2Cl- 2 Cl + 2e
2Cl Cl2
Disini dapat dilihat, bahwa dua elektron dipindahkan dari katoda membentuk
molekul H2 dan dua elektron dari anoda membentuk molekul Cl2. Hasil akhirnya
adalah perpindahan dua elektron dari katoda ke anoda. Jumlah arus yang dibawa
Q ekivalen, bilangan transport ion H+ adalah t+
V .C

Q 1000 . Q ..(2.2)

+
=1t
....(2.3)
t

Bilangan transport kation dari larutan elektrolit encer bervariasi dengan


konsentrasi, tetapi tidak terlalu tidak besar. Menurut aturan, bilangan transport
yang besar harganyaq dalam larutan encer naik dengan kenaikkan konsentrasi,
sedangkan turun harganya dengan penurunan konsentrasi. (Riyania, 2012)

2.7. Daya Hantar Larutan Elektrolit.


Tahanan larutan elektrolit terhadap arus lewat dapat ditentukan dengan
hukum Ohm sebagaimana konduktor. Disini dibicarakan daya hantar yaitu
kebalikan dari tahanan. Seperti diketahui tahanan suatu konduktor R dirumuskan
sebagai berikut :
l
R=
A .(2.4)
Harga tergantung dan karakteristik menurut sifat penghantar ( konduktor ).

Dari persamaan diatas dapat diketahui :


1
L=
R .(2.5)

A
L=
l ...(2.6)

A
L=Ls
l ...(2.7)

(Narkanti, 1985)
1
Dimana Ls = yaitu daya hantar spesifik . jumlahnya dianggap sama dengan

daya hantar dari 1 cm3 bahan dan dinyatakan dengan mho persentimeter.
Penghantar ( daya hantar ) ekivalen dari elektrolit adalah daya hantar dari satu
volume larutan yang berisi satu berat ekivalen dari zat yang larut jika ditempatkan
diantara 2 elektrode yang paralel dengan jarak 1 cm dan cukup luas berisi oleh
semua larutan. (Keenan, 1976)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah voltameter tembaga dengan
perlengkapannya 1 set, amperemeter 1 buah, timbangan analis 1 set, tahanan geser
1 buah, adaptor 1 buah, stopwatch 1 buah, dan tahanan variable 10 x 10 satu
buah.
3.2. Langkah Kerja

Gambar 1. Rangkaian Peralatan Percobaan untuk L2


Dirangkai alat seperti gambar 1. Dihitung arus maksimum, dengan
mengukur luas permukaan katoda bila kepadatan arus 0,01 0,02 A/cm2.
Dibersihkan elektroda dengan kertas gosok, ukur massa elektroda dengan neraca
analitis. Digunakan i tentukan dengan mengatur Rv. Dicatat harga amper meter
dan usahakan harga i tetap dengan mengatur Rg. Setelah 10 menit, diputus
aliran listrik lalu dikeringkan katoda dan ditimbang massa endapan yang
menempel pada katoda. Percobaan ini diulang 5 kali dengan selang waktu yang
sama. Kemudian percobaan diulangi menggunakan arus amper meter yang lain.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Data


Percobaan ini menggunakan variasi dua katoda yaitu tembaga 1 dan
tembaga 2. Dari percobaan ini, dihasilkan data sebagai berikut

Tabel 1. Data Percobaan dengan Katoda Tembaga 1


N I ( A) Massa endapan ( gram) t ( sekon)
o
1 0.3 5.7
2 0.3 5.6 300
3 0.35 6

Tabel 2. Data Percobaan dengan Katoda Tembaga 2


No I (A) Massa endapan ( gram ) t ( sekon )
1 0.4 7.8
2 0.35 10.6 300
3 0.39 10.5
4.2. Perhitungan
4.2.1. Perhitungan Secara Empiris
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan keseksamaan dari
penunjukkan jarum amperemeter dengan menggunakan voltameter tembaga,
sehingga dalam perhitungan ini adalah mencari arus secara empiris dan
membandingkan arus yang ditunjuk pada amperemeter. Percobaan ini
menggunakan tembaga sebagai katoda, sehingga bilangan ekivalensinya adalah

mg
0.329 C . Perhitungan dibawah ini menggunakan sampel dari percobaan

menggunakan katoda tembaga 2 dengan arus yang ditunjukkan adalah 0.4 A.

Diketahui : massa endapan ( G ) = 7.8 g


= 7800 mg
Waktu = 300 s
mg
a = 0.329 C

ditanya : I ?
G

dijawab : I a. t

7800
I= 0.329.300

I = 78.78 A

4.2.2. Keseksamaan Arus secara Empiris dengan Teoritis


Berdasarkan contoh perhitungan di atas, dapat dilihat perbedaan yang
besar. Arus yang ditunjukkan oleh amperemeter adalah 0.4 A, sedangkan pada
perhitungan arusnya adalah 78.78 A.
I empiris
No I (A) Massa Endapan ( mg) t ( sekon ) ( A )
1 0.3 5700 300 57.68063
4.2.3.
2 Perhitungan0.3 Keseluruhan
5600 300 56.66869
3 Berdasarkan contoh perhitungan
0.35 6000 diatas, terjadi
300ketidaksamaan arus yang
60.71645
Rata pada
terdapat - rataamperemeter
0.316667 dan5766.667 300 ini adalah
pada perhitungan. Berikut 58.35526
perhitungan
dari semua data yang diperoleh dari percobaan.

Tabel 3. Perhitungan Arus dengan Katoda Tembaga 1.

Tabel 4. Perhitungan Arus dengan Katoda Tembaga 2

Massa I empiris ( A
no I (A) ( mg ) t ( sekon ) )
1 0.4 7800 300 78.93139
2 0.35 10600 300 107.2657
3 0.39 10500 300 106.2538

Rata - rata 0.38 9633.333 300 97.48364


4.3. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan keseksamaan dari penunjukkan
jarum amperemeter dengan menggunakan voltameter tembaga. Prinsip kerja pada
percobaan ini adalah menggunakan sel elektrolisis dimana energi listrik diubah
menjadi energi kimia. Energi listrik berasal dari alat yang dihubungkan oleh
sumber aliran listrik. Sedangkan hasilnya berupa energi kimia yaitu terjadi
endapan pada katoda tembaga. Hal ini berdasarkan adanya reaksi oksidasi
reduksi pada anoda dan katoda yang dapat dituliskan seperti berikut :
Katoda : Cu2+ + 2e Cu
Anoda : Cu Cu2+ + 2e
Hal ini dikarenakan tembaga sebagai elektrode non inert sehingga dapat ikut
bereaksi dalam elektrolisis di katoda dan di anoda. Endapan yang terbentuk di
katoda karena dari reaksi diatas terbentuk tembaga sehingga berat katoda
bertambah yang membentuk endapan. Sedangkan di anoda, massa tembaga
semakin berkurang karena tembaga diubah menjadi ion ion tembaga. Namun ion
tembaga tersebut akan diikat oleh ion SO42- sehingga tidak akan kelebihan ion
dalam reaksi tersebut.
Percobaan ini menggunakan 3 lempengan tembaga yang dihitung luas yang
tercelup untuk mengetahui arus maksimum yang akan terjadi. Kepadatan arus
yang digunakan adalah 0.02 pada setiap lempengan tembaga. Alat yang digunakan
pada percobaan ini adalah amperemeter, hambatan variable, hambatan geser,
peralatan voltameter, dan power supply. Amperemeter berfungsi untuk mengukur
arus listrik yang ditimbulkan pada alat voltameter. Power supply berfungsi untuk
mengatur aliran listrik yang akan digunakan pada voltameter. Hambatan geser dan
hambatan variable berfungsi mengatur arus listrik yang akan masuk ke peralatan
voltameter agar tidak berlebihan karena dapat merusak lempengan tembaga yang
digunakan.
Percobaan ini menggunakan 2 variasi katoda, yaitu tembaga 2 dan tembaga
1. Percobaan ini memakai waktu selama 5 menit dan pengulangan sebanyak 3
kali. Massa tembaga 1 adalah 79.5 g dengan luas yang tercelup adalah 28.7 cm 2,
sedangkan massa tembaga 2 adalah 77.7 g dengan luas yang tercelup adalah 31.59
cm2.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diketahui arus yang ditimbulkan
oleh katoda berbeda menghasilkan arus yang berbeda pula. Untuk tembaga 1, arus
yang dihasilkan pada amperemeter berkisar 0.3 0.35 A. sedangkan tembaga 2,
arus yang dihasilkan oleh amperemeter berkisar 0.3 0.4 A. namun setelah
dilakukan perhitungan untuk mencari keseksamaan, terdapat perbedaan yang
cukup besar. Untuk tembaga 1, menghasilkan arus rata rata 58.35526 A
sedangkan tembaga 2 menghasilkan arus rata rata 97.48364 A. hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor.
Saat menimbang lempeng tembaga, pencatatan nilai massa kurang teliti
untuk pembulatan angka dibelakang koma. Saat lempeng tembaga selesai dihitung
endapan yang dihasilkan dan akan digunakan kembali, massanya tidak dihitung
kembali karena saat penghamplasan lempeng tembaga bisa mengurangi massa
lempeng tembaga sebelumnya atau bisa menambah massanya sehingga terjadi
ketidakakuratan data yang diambil.
Ketika waktu yang digunakan 5 menit, terkadang waktu tidak pas 5 menit
bahkan lebih dari 5 menit. Hal ini yang membuat penghitungan arus menjadi
sangat besar.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi ketidakseksamaan arus yang timbul
pada amperemeter dengan perhitungannya menggunakan Hukum Faraday. Arus
rata rata yang ditimbulkan amperemeter untuk tembaga 1 dan 2 adalah 0.316667
A dan 0.38 A. Sementara berdasarkan hasil perhitungan, arus yang dihasilkan oleh
tembaga 1 dan tembaga 2 adalah 58.35526 A dan 97.48364 A.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai


berikut :
1. Katoda yang digunakan berbeda akan menghasilkan arus yang berbeda pula.
2. Terjadi ketidakseksamaan antara arus yang ditunjukkan oleh amperemeter
dengan perhitungan yang dilakukan.
3. Untuk Tembaga 1, arus yang ditunjukan oleh amperemeter adalah 0.316667
A dan arus berdasarkan perhitungan adalah 58.35526 A
4. Untuk Tembaga 2, arus yang ditunjukkan oleh amperemeter adalah 0.38 A
dan arus berdasarkan perhitungan adalah 97.48364 A.
LAMPIRAN RALAT MASSA

1. Ralat Massa untuk Tembaga 1

Percobaan Massa m m m m 2

ke (m)
1 5700 -66.6667 4444.444
2 5600 -166.667 27777.78
3 6000 233.3333 54444.44
m m m 2

5766.667 = 86666.67


1
mm 2 2


n( n 1)
Ralat Mutlak =
= 120.185


Ralat Nisbi = ratarata x 100%

I = 2.084134 %

Keseksamaan = 100% - I
= 97.91587 %
2. Ralat Massa untuk Tembaga 2

Percobaan ke Massa ( m ) m m m m 2

1 7800 -1833.33 3361111


2 10600 966.6667 934444.4
3 10500 866.666 751111.1
m m m 2

9633.333 = 5046667


1
mm 2 2


n( n 1)
Ralat Mutlak =
= 917.1211


Ralat Nisbi = ratarata x 100%

I = 9.520288%

Keseksamaan = 100% - I
= 90.47971 %
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. (1990). Physics Chemistry. Jakarta: Erlangga.


Frank. (2005). Principles of Physics Chemistry. New Jersey: Hortcout Inc.
Keenan, C. W. (1976). General College Chemistry. New York: Harper and Row
Inc.
Narkanti. (1985). Kimia Fisika 1. Surabaya: ITS Press.
Riyania. (2012). Konsep Inti Kimia Fisika. Yogyakarta: Adi Tama Bersama.
Sears, Z. (1982). University Physics. New York: Addison - Wesley Publishing
Company Inc.

Anda mungkin juga menyukai